Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Lambung 2.1.1 Anatomi lambung

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Lambung
2.1.1 Anatomi lambung

Lambung adalah bagian yang paling lebar di saluran pencernaan. Antara bagian
terbawah esofagus dan bagian pertama duodenum. Lambung berfungsi untuk
menyimpan, mencampur, dan mencernakan makanan. Bentuk lambung biasanya
digambarkan menyerupai huruf J. Dimana kapasitas orang dewasa 1.5 L dan dapat
mengembang sampai kapasitasnya menjadi 4 liter jika memungkinkan. Lambung
mempunyai lengkungan di sisi kiri dan kanannya yaitu lengkungan besar atau
kurvatur major dan lengkungan kecil atau kurvatur minor
Lambung terdiri menjadi empat bagian besar yaitu:
1. Bagian kardia, terletak dekat lubang kardia.
2. Fundus kecil, terletak didaerah bagian atas mengandung udara.
3. Badan, bagian tengah lambung yang terbesar.
4. Bagian pylorus, terdapat saluran pylorus.
Lambung mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
1. lambung menyimpan makanan hasil cerna sampai makanan tersebut
diteruskan ke usus besar pada suatu keadaan, diatur dengan dorongan pada
kecepatan fisiologi yang tepat untuk proses yang relatif lambat dari proses

pencernaan dan penyerapan yang terjadi.
2. Lambung mengaduk makanan menghancurkannya sampai menjadi kecil, dan
mencampurnya dengan cairan getah lambung sampai terbentuk campuran
larutan yang pekat.
3. Lambung mensekresikan asam klorida dan enzim-enzim yang berperan dalam
mencernakan protein dan membunuh bakteri yang masuk ke lambung dari
makanan.

2.1.2. Definisi Tukak Lambung
Tukak lambung adalah salah satu penyakit pada lambung yang merupakan suatu
pemborokan diselaput lendir lambung karena sekresi asam lambung yang
berlebihan
terjadi ketidak seimbangan antara faktor protektif berupa
prostaglandin dan faktor agresif yaitu asam lambung (Pearce, E.C., Anatomi).
Tukak peptikum ada dua jenis, yaitu :
1. Tukak peptik akut
Lesi kelainan ini merupakan ulkus dangkal di mukosa lambung atau duodenum
atau keduanya dan terjadi setelah beberapa lama dalam keadaan stres berat.
Kelainan ini juga sering dijumpai pada pasien dengan luka bakar berat, trauma
dan syok karena penyakit lain. Ulkus peptik akut dapat bertempat pada setiap

daerah lambung dan kadang-kadang dalam duodenum. Secara makroskopik
daerah ulserasi permukaan mukosa yang kecil, tunggal atau multipel, bulat, yang
kadang-kadang disebut “erosi gastrik”. Sedangkan secara mikroskopik terdapat
daera kecil dari ulserasi permukaan non spesifik yang meluas ke bawah, tetapi
tidak melalui muskularis mukosa. Keadaan ini merupakan infiltrasi sel
peradangan ringan tetapi tanpa perubahan vaskular.
2. Tukak peptik kronik
Tukak peptik kronik hanya terjadi pada lima tempat yaitu lambung, duodenum,
esophagus, reticulum Meckel, dan pada stoma gastroenterostomi yaitu pada
tempat dinding mukosa dibasahi oleh cairan lambung. Secara makroskopik
mempunyai gambaran yang konstan dengan suatu gambaran bulat atau oval,
dalam, agak menggaung dan sisi-sisi yang sedikit miring sloping, tepinya datar
dan dengan tinggi yang sama atau hanya sedikit lebih tinggi dari permukaan
mukosa sekitarnya.
2.1.3 Epidemiologi
Di dunia, tukak lambung terjadi sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap
tahun. Sedangkan di Asia Tenggara, insiden tukak lambung sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahun.Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi,
yaitu 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Pada tahun 2006, angka
kejadian tukak lambung pada keluhan saluran cerna di Surabaya mencapai 31,2%,

Denpasar 46%, sedangkan di Medan sebesar 91,6%. (Maulidiah dan Unun, 2007).

Sekitar 10 % orang Amerika mengalami Peptic Ulcer Disease (PUD) atau tukak
peptik kronis selama hidup mereka. Kejadian bervariasi dengan jenis ulkus, usia,
jenis kelamin dan lokasi geografis, ras, pekerjaan, kecenderungan genetik dan
faktor sosial mungkin memainkan peran kecil dalam patogenesis ulkus, tetapi
dilemahkan oleh pentingnya infeksi Helicobacter Pylori dan penggunaan NSAID.
Prevalensi PUD 5-10% resiko semakin meningkat dengan pertambahan usia.
Di Amerika Serikat tren terbaru menunjukan tingkat penurunan untuk pria muda
dan tingkat peningkatan untuk wanita yang lebih tua. Faktor-faktor yang
mempengaruhi termasuk tingkat merokok menurun pada pria yang lebih muda
dan peningkatan penggunaan NSAID pada wanita yang lebih tua.
Sejak tahun 1960, kunjungan dokter terkait, rawat inap, operasi, dan kematian
telah menurun di Amerika Serikat lebih dari 50%, angka rawat inap untuk PUD
semakain menurun tetapi angka kompilasi (perporasi pendarahan dan kematian)
semakin meningkat. Meskipun angka kematian secara keseluruhan dari PUD
telah menurun, angka kematian telah meningkat pada pasien yang lebih tua dari
75 tahun, kemungkinan besar akibat dari peningkatan konsumsi NSAID.
2.1.4 Etiologi dan faktor resiko
Sebagian besar tukak lambung terjadi dengan adanya asam dan pepsin ketika

H.Pylori, NSAID atau faktor lain mengganggu pertahanan mukosa normal dan
mekanisme penyembuhan.
1. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori merupakan suatu bakteri yang tumbuh secara berkoloni pada
mukus sel permukaan luminal yang terletak dilapisan epitel lambung.Infeksi yang
disebabkan oleh H. pylori menyebabkan terjadinya inflamasi pada lambung dan
merupakan kontributor terkenanya ulkus peptikum.
2. NSAID
Penggunaan NSAID merupakan penyebab umum terjadi tukak lambung.
Penggunaan obat ini mengganggu peresapan mukosa, menghancurkan mukosa
dan menyebabkan kerusakan mukosa Sebanyak 30% orang dewasa yang
menggunakan NSAID mempunyai GI yang kurang baik. Selain itu adalah faktor
usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari NSAID,
penggunaan NSAID dalam jangka waktu yang lama, penggunaan disertai
antikoagulan.
Sebuah kajian prospektif jangka panjang mendapati pasien dengan arthritis yang
usia diatas 65 tahun yang secara teratur menggunakan aspirin pada dosis rendah
berisiko terjadi dispepsia apabila berhenti menggunakan NSAID. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan NSAID harus dikurangkan.Walaupun prevalensi


penggunaan NSAID pada anak tidak diketahui, tetapi sudah menampakkan
peningkatan, terutama pada anak dengan arthritis kronik yang dirawat dengan
NSAID.Laporan menunjukkan terjadi ulserasi pada penggunaan ibuprofen dosis
rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis (Anand et al, 2011).
3. Merokok
Bukti epidemiologi yang menghubungkan merokok dengan penyakit
ulkuspeptikum tetapi tidak pasti apakah merokok menyebabkan tukak peptik.
Resiko ini sebanding dengan jumlah rokok yang dihisap dan bila kurang dari 10
batang sehari. Tingkat kematian lebih tinggi diantara pasien yang merokok dari
pada pasien yang tidak merokok, meskipun tidak diketahui peningkatan
mortalitas menggambarkan PUD atau gejala penyakit jantung dan kontribusi
akibat PUD masih belum jelas. Merokok dapat meningkatkan sekresi asam
lambung tetapi efek ini tidak konsisten.
4. Stress Psikologis
Pentingnya faktor psikologis dalam faktor patogenesis PUD masih kontroversial.
Obsevasi klinis menunjukan bahwa penderita ulkus terpengaruh oleh stress dalam
kehidupanya. Emosi kemungkinan dapat memicu tindakan yanag dapat
meningkatkan resiko tukak peltik seperti merokok dan penggunaan NSAID atau
dapat juga mengubah respon inflamasi dan respon tubuh terhadap infeksi bakteri
H.Pylori.

5. Faktor diet
Konsumsi kopi, teh, minuman cola, minuman keras, susu dan makanan pedas
dapat menyebabkan dispepsia, tapi tidak meningkatkan resiko terhadap tukak
peptik. Namun hal ini perlu diwaspadai, karena kafein, minuman berkarbonasi, bir
dan wine dapat meningkatkan sekresi asam lambung. Konsumsi alkohol kadar
tinggi pada pasien yang memiliki gangguan mukosa lambung dapat menyebabkan
pendarahan gastro intestinal.
6. Penyakit lain
Beberapa penyakit ini diduga kuat dapat memperparah penyakit tukak peptik yaitu
antara lain systemic mastocytosis, multiple endocrine neoplasia tipe 1, penyakit
paru kronis, gagal ginjal, batu ginjal, sirosis hati. Penyakit lainnya antara lain
cystic fibrosis, pankreatitis kronis, Crohn’s disease, coronary artery disease,
polycythemia vera dan hipertiroid.

2.1.5 Patofisiologi
Pada individu yang sehat terdapat keseimbangan fisiologi antara sekresi asam
lambung dan pertahanan mukosa saluran cerna. Sebaliknya pada PUD terdapat
gangguan keseimbangan antara faktor agresif (asam lambung, pepsin, garam
empedu, H.Pylori dan NSAID) dan mekanisme defensif mukosa (aliran darah
mukosa, mukus, sekresi bikarbonat mukosa, sel mukosa restitusi dan pembaruan

sel epitel.
1. Asam lambung dan pepsin
Pada tukak lambung bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barier dan
terjadi difusi balik ion H+, histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan
asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler,
kerusakan mukosa lambung, gastritis akut/kronis dan tukak lambung. Plasma
membran sel epitel-epitel lambung terdiri dari lapisan-lapisan lipid bersifat
pendukung mukosa barier. Dalam faktor asam lambung termasuk faktor genetik,
yaitu seseorang mempunyai massa parietal yang besar.
Tukak lambung yang letaknya dekat pylorus atau dijumpai bersama dengan tukak
duodenum biasanya disertai dengan hipersekresi asam, sedangkan bila lokasinya
pada tempat lain biasanya disertai hiposekresi asam. Pada tukak duodenum terjadi
peningkatan produksi dan pelepasan gastrin, sensitivitas mukosa lambung
terhadap rangsangan gastric meningkat secara berlebihan, jumlah sel parietal,
pepsinogen khususnya pepsinogen I juga meningkat.
2. Helicobacter Pylori
Merupakan bakteri berbentuk spiral, gram negatif, sensitif terhadap pH, bakteri
microaerophilic berada diantara lapisan mukus dan permukaan lapisan sel epitel
di lambung, atau lokasi lain dimana terdapat sel epitel tipe . Patofisiologi infeksi
akibat H. Pylori tidak diketahui dengan pasti, tapi diduga karena H. Pylori

menghasilkan sitotoksin yang mengakibatkan hancurnya mukosa lambung, sekresi
interleukin-8 dan terjadi adherence dari sel epitel lambung karena meningkatnya
sekresi asam lambung.
H.Pylori dapat memproduksi urease dalam jumlah yang besar dimana urease
mengkatalis hidrolisis urea menjadi ammonia. Peningkatan jumlah amonia akan
mempengaruhi ketahanan mukosa lambung sehingga menjadi ulkus/tukak.
Peningkatan basal dan stimulasi sekresi asam terjadi pada individu yang
terinfeksi H. Pylori.

3. NSAID
NSAID dapat menyebabkan PUD dengan cara menghambat COX-1 sehingga
menyebabkan penghambatan sintesis prostaglandin yang secara sekunder
berpengaruh pada sekresi mukus (COX-1 menghasilkan prostaglandin yang
merupakan pelindung fisiologi yang mengatur ketahanan mukosa). H. Pylori dan
NSAID merupakan penyebab perubahan dalam pertahanan mukosa dengan
mekanisme yang berbeda dan merupakan faktor penting dalam pembentukan
PUD.
2.1.6 Tanda dan gejala klinis
Presentasi klinis PUD bervariasi tergantung pada tingkat keparahan nyeri
epigastrium dan adanya komplikasi. Sakit yang berkaitan dengan maag dalam

tukak duodenum sering terjadi 1-3 jam setelah makanan dan biasanya hilang
dengan makanan. Dalam tukak lambung, makanan dapat memperparah sakit
maag.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Barium Meal Kontras Ganda dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis tukak
peptik. Gambaran berupa kawah, batas jelas disertai lipatan mukosa teratur dari
pinggiran tukak. Apabila permukaan pinggir tukak tidak teratur dicurigai ganas.
2. Pemeriksaan endoskopi
Berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin serta normal disertai
lipatan yang teratur yang keluar dari pinggiran tukak. Keunggulan endoskopi
dibanding radiologi adalah dapat mendeteksi lesi kecil dengan diameter < 0,5 cm,
dapat melihat lesi yang tertutupi darah dengan penyemprotan air, dapat
memastikan suatu tukak ganas atau jinak, dapat menentukan adanya helicobater
pylori sebagai penyeb tukak.
3. Invasive Test
Rapid Urea Test adalah tes kemampuan H. Pylori untuk menghidrolisis urea.
Enzim urea katalase menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat, membuat
suasana menjadi basa, yang diukur dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari
mukosa lambung diletakan pada tempat yang berisi cairan atau medium padat

yang mengandung urea dan pH indikator, jika terdapat H. Pylori pada spesimen
tersebut maka akan diubah menjadi ammonia, terjadi perubahan pH dan
perubahan warna.

4. Non Invasive Test
Urea Breath Test adalah untuk mendeteksi adanya infeksi H. Pylori dengan
keberadaan urea yang dihasilkannya, labeled karbondioksida (isotop berat, C13,C-14) produksi dalam perut, di absorpsi dalam pembuluh darah, menyebar
dalam paru-paru dan akhirnya dikeluarkan lewat pernapasan.
2.1.7 Terapi tukak peptik
1. Terapi non medikasi
a. Dianjurkan rawat jalan, apabila gagal atau adanya komplikasi di anjurkan
rawat inap.
b. Untuk kontrol diet, air jeruk yang asam, minuman berkabonasi, bir, kopi
dikatakan tidak mempunyai pengaruh userogenik pada mukosa lambung
tetapi dapat menambah sekresi asam lambung.
c. Penderita dianjurkan untuk berhenti merokok oleh karena dapat mengganggu
penyembuhan tukak lambung kronis, menghambat sekresi bikarbonat
pankreas, menambah refluks duodenogastrik akibat relaksasi sfringter
pylorus sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak.
2. Terapi medikasi

a. Antasida adalah basa lemah yang bereaksi dengan asam hidroklorik,
membentuk garam dan air unruk mengurangi keasaman lambung. Enzim
pepsin dapat bekerja pada pH lebih tinggi dari 4, maka penggunaan antasida
juga dapat mengurangkan aktivitas pepsin.
b. Antagonis reseptor H2 digunakan untuk menghambat sekresi asam lambung
yang dikatakan efektif bagi menghambat asam noctural. Strukturnya
homolog dengan histamin. Mekanisme kerjanya secara kompetitif
memblokir perlekatan histamin pada reseptornya sehingga sel parietal tidak
dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung.
c. Proton Pump Inhibitor (PPI) atau penghambat pompa proton, mekanisme
kerjanya adalah dengan memblokir kerja enzim K +H+ATPase yang akan
memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk
mengeluarkan asam HCl dari kanalikuli sel parietal kedalam lumen
lambung. PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel kanakuli,
menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangiaktifitas
faktor agresif pepsin dengan pH > 4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh
regimen triple drugs, Omeprazole 2 x 20 mg atau 1 x 40 mg,
Lansoprazole/Pantoprazole 2 x 40 mg atau 1 x 60 mg.

d. Sucralfat ; mekanisme kerja berupa pelepasan kutub aluminium hidroksida
yang berikatan dengan kutub positif molekul protein lapisan fisikokemikal
pada dasar tukak melindungi tukak dari asam dan pepsin. Membantu sintesa
prostaglandin, menambah sekresi bikarbonat dan mukus, peningkatan

3.Genetik
Lebih dari 20% pasien mempunyai sejarah keluarga tukak gaster (Anand et al,
2011).
II.3.6 Tanda Dan Gejala
Gejala bergantung pada lokasi tukak dan usia penderita, khususnya penderita usia
lanjut sering mempunyai sedikit atau bahkan tanpa gejala. Nyeri paling umum
sering berupa nyeri epigastrium dan berkurang dengan adanya makanan atau
pemberian antasida.Rasa sakit dapat berupa rasa terbakar, atau kadang-kadang
sebagai sensasi rasa lapar. Rasa sakit ini biasanya kronik dan berulang. Hanya
sekitar setengah dari penderita datang dengan gejala khas. Gejala tukak lambung
sering tidak mengikuti pola yang konsisten. Hal ini terutama berlaku untuk ulkus
di saluran pilorus, yang sering dikaitkan dengan gejala obstruksi misalnya,
kembung, mual, muntah-muntah yang disebabkan oleh edema dan parut (Cohen,
2007).

II.3.7 Diagnosis
Diagnosis tukak lambung dapat ditegakkan dengan endoskopi. Endoskopi dapat
juga digunakan untuk biopsi untuk mendiagnosis H. pylori. Gambaran endoskopi
suatu tukak gaster dapat berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa
licin dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari pinggiran tukak (Cohen,
2007).

2.5. Pompa Proton Inhibitor
PPI yang merupakan kepanjangan dari Proton Pump Inhibitors (Penghambat
Pompa Proton) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada berbagai
macam obat yang dipakai untuk mengobati pasien dengan masalah terkait asam
lambung seperti Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), tukak lambung dan
gastritis.
PPI telah dikenal berguna untuk mengurangi sekresi asam lambung. Asam
lambung adalah cairan pencernaan, dibentuk di perut. Cairan ini memiliki pH 1
sampai 2 dan terdiri dari asam klorida (HCl) dan sejumlah besar kalium klorida
(KCl) serta natrium klorida (NaCl). Asam ini memainkan peran kunci dalam
pencernaan protein, dengan mengaktifkan enzim pencernaan, dan membuat
protein yang dicerna terurai sehingga enzim pencernaan dapat memecah rantai
panjang asam amino.
Prinsip dasar dari penghambat pompa proton adalah menekan sekresi asam di
dalam usus. Selain proses pencernaan normal, lambung mengeluarkan asam
lambung yang membantu dalam memecahkan partikel-partikel makanan. Bagian
-bagian dari lambung yang bertanggung jawab mengeluarkan asam ini dikenal
sebagai pompa proton. Asam lambung terbentuk melalui serangkaian reaksi
kimia. Pertama, yaitu reaksi dari karbon dioksida dan air untuk membentuk asam
karbonat ringan. Selanjutnya karbon dan asam karbonat dengan ion hidronium
dari pompa proton untuk membentuk asam klorida yang kemudian di lepaskan ke
perut. Pompa proton melakukan proses ini sampai menjelang akhir dari proses
produksi asam.

Tindakan PPI dipicu ketika proses produksi asam dimulai. Hal ini dikarenakan
PPI dicerna ketika dalam keadaan “tidak aktif” sehingga lingkungan asam
lambung yang bertindak sebagai katalis. Katalis adalah suatu zat yang
memperbaiki laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu,tanpa mengalami
perubahan atau terpakai oleh zat itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam suatu
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat
perubahan yang dipicunya terhadap reaksi. PPI saat ini dikenal sebagai salah satu
bentuk pengobatan yang paling efektif yang tersedia di pasaran dan yang berhasil
menghambat kerja pompa proton.
Produksi asam lambung merupakan sebuah siklus. Oleh karena itu, penghambat
penghambat pompa proton biasanya hanya akan mempengaruhi enzim-enzim.
Enzim adalah biomolekul berupa proten yang berfungsi sebagai katalis dalam
suatu reaksi kimia organik. Semua proses biologis sel. Semua proses biologis sel
memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam satu arah
lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter dan asam
yang dihasilkan selama suatu sesi pencernaan tertentu. Karena tubuh secara
otomatis akan menyingkirkan enzim dan asam ini setelah mereka dikeluarkan
selama proses pencernaan.
Dalam banyak kasus efektivitas penyerapan dan keseluruhan obat tidak
terpengaruh dengan asupan makanan. Ada dua jenis PPI yang penyerapan dan
efektivitas nya dapat terhambat jika dikonsumsi bersamaan dengan makanan,
yaitu omeprazole dan lansoprazol.
gambar
Bakteri yang diyakini menyebabkan tukak lambung, yaitu Helicobacter Pylori,
biasanya tumbuh pada lingkungan yang bersifat asam. Dengan menggunakan
penghambat pompa proton yang dapat mengurangi keasamn perut, sebuah
lingkungan diciptakan agar tuka berhenti berdarah dan sembuh dengan cepat. PPI
dapat diberikan secara intravena sehingga memperpendek waktu obat masuk
kedalam tubuh sampai kemudian bereaksi. Selama PPI dikonsumsi secara teratur
maka persentase untuk menjadi kambuh menjadi berkurang.
gambar
Beberapa PPI yang tersedia di pasaran saat ini termasuk raberprazole,
dexlansoprazole, lansoprazole, omeprazol dan esomeprazole.

Struktur kimia obat

1. Mekanisme Aksi
Agen ini termasuk omeprazole, lansoprazole, raberprazole dan pantoprazole,
mengikat pompa proton sel parietal pada mukosa lambung dan menghambat
sekresi ion hidrogen.
gambar
Omeprazole di absorpsi dengan cepat dalam kadar maksimum pada plasma
dicapai antara 0,5 - 3,5 jam. Bioavailibilitas absolut kira-kira 30-40 % pada dosis
20-40 mg disebabkan sebagian besar mengalami metabolisme presistemik.
Bioavailibilitas omeprazole sedikit meningkat pada pemakaian berulang. Waktu
paruh dalam plasma dicapai 0,5-1 jam dan bersihan tubuh total 500-600 ml/menit.
Omeprazole terikat dalam protein plasma kira-kira 95%. Sebagian kecil obat
dalam bentuk utuh di sekresikan melalui urin. Sekita 77% di eliminasi melalui
urin paling sedikit sebagai 6 metabolit, sisanya ditemukan dalam feses.
gambar
2. Penggunaan klinis
Inhibitor pompa proton ditujukan untuk perawatan ulkus duodenum, GERD,
dan sindrom Zollinger-Ellison. Obat-obat ini mungkin menyembuhkan tukak
lambung dan GERD lebih cepat dari H2-reseptor bloker.
3. Efek samping
Inhibitor pompa proton umumnya ditoleransi dengan baik menyebabkan
beberapa efek samping. Efek samping yang merugikan terutama GI (mual, sakit
perut, sembelit dan diare). Dan tidak jarang pula ditemui mialgia, anafilaktis,
angiodema dan reaksi dermatologis. Pengobatan jangka panjang berhubungan
dengan hiperplasia sel lambung seperti enterochromaffin.
4. Dosis
Dosis oral yang disarankan untuk orang dewasa adalah 20 mg omeprazole,
lansoprazole 30 mg, pantoprazole 40 mg.
5. Interaksi obat
Omeprazole mengganggu enzim hati P-450 dan menurunkan clearance dari
diazepam, warfarin dan phenytoin. Pada pH netral inhibitor pompa proton secara
kimia stabil, larut lemak dan merupakan basa lemah. Pemberian lansoprazole

bersamaan dengan sucralfat akan menghambat absorpsi dan mengurani
bioavailibilitas lansoprazole sekitar 30%. Oleh karena itu sebaiknya diminum 30
menit sebelum sucralfat.