Prosedur Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Pencautan Pengusaha Kena Pajak Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PROSEDUR PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH O

L E H Nama : JIMMY.S. Nim : 072600083

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi Rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul PROSEDUR PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB

PAJAK DAN PENCAUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

Laporan Tugas Akhir ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat mmenyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam susunan kata,kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun skripsi saya ini kearah yang lebih baik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

Yang sangat special,kedua Orang Tua yang sangat penulis cintai karena sudah memberikan dorongan materil dan doa yang tiada henti untuk keberhasilan penulis.

Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, M.A,selaku Dekan FISIP USU

1. Bapak M.Husni Thamrin Nst,M.si selaku Ketua Program Studi D-III Administrasi Perpajakan

2. Bapak Drs.Husni Thamrin NST ,M.si. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis.


(3)

4. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai akademik Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

5. Kepada Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan seluruh Staff Pegawai Subbagian Umum yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan PKLM di KPP Pratama Medan Petisah.

6. Kepada Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah sebagai Supervisor Lapangan dan Staff Pegawai di seksi pelayanan yang telah memberikan kemudahan kepada saya untuk memperoleh data di KPP Pratama Medan Petisah.

7. Kepada teman seperjuanganku Genk Kacang Ijo Wilman,Restu Jimmi,Dedek,Anas, dan seluruh teman-temanku di D-III Administrasi Perpajakan. Akhirnya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga Tuhan membalas semua amal dan kebaikan tersebut. Dan peneliti mengharapkan semoga saja Tugas Akhir yang disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi sivitas Akademika Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2010 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….i DAFTAR ISI... vi-v BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan mandiri ... 1 B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4 C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri………..5-6 D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 6-7 E. Metode Pengumpulan data ... .7-8 F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri….8

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Petisah... 9-10 B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah...10-12 C. struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ...12-13 D. Deskripsi KPP Pratama Medan Petisah...13-14

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK

A. Pengertian pajak.……….15

B. Fungsi pajak……….…………...16

C. Teori Yang mendukung pemungutan

pajak……….………..…...17 D. Sistem Pemungutan Pajak……….18 E. Pengelompokan Pajak….………...……… 18-19


(5)

F. Pengertian NPWP………... 20 G. Dasar Hukum NPWP dan PKP………..20-21 H. Hal-hal yang Menyebabkan Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengusaha

Kena Pajak………21 I. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam Penghapusan NPWP ……....22

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Dasar Hukum Penghapusan NPWP dalam Pencabutan Pengusaha Kena Pajak………..……….23

B. Hal-hal yang menyebabkan Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP………..………...23-25

C. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP………..……….25 D. Tugas Fiskus dalam Penghapuan NPWP dan Pencabutan PKP……26-28 E. Standart Operating Procedures Tata Cara Penyelesaian Penghapusan

NPWP………..28-30 F. Realita Proses Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP di

Lapangan………..30-32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN………..………..33-35

B. SARAN………36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak merupakan penerimaan Negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Usaha yang harus dilakukan meliputi intensifikasi yaitu perbaikan dalam organisasi itu sendri dan ekstensifikasi yaitu penambahan jumlah wajib pajak atau memperluas objek pajak dengan berbasis pada Undang-Undang Perpajakan .

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang ,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Setiap anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,memperhitungkan,membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang ( Self


(7)

Administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan terkendali, lebih rapi,sederhana dan mudah untuk dipahami anggota masyarakat wajib pajak.Sistem pemungutan pajak tersebut mempunyai arti bahwa penentuan penetapan besarnya

pajak yang terutang dipercayakan kepada wajib pajak sendiri dan melaporkannya secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimna telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Setiap wajib pajak yang memperoleh penghasilan melebihi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) wajib /harus mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal pajak(Kantor Pelayanan Pajak) dimana wajib pajak bertempat tinggal /bertempat kedudukan dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Nomor Pokok Wajib Pajak sangat perlu dimiliki oleh setiap wajib pajak karena seluruh proses pengadministrasian dokumen ataupun berkas-berkas perpajakan pada umumnya memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai dasar kerjanya. Pengaturan masalah Nomor Pokok Wajib(NPWP)telah ditetapkan dalam Kepetusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-161/PJ/2001 tentang jangka waktu pendaftaran dan pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-161/2001, peneliti menemukan adanya tindakan penghapusan NPWP dan pencabutan PKP dar sistem administrasi perpajakan. Pada dasarnya NPWP berlaku untuk seumur hidup. Namun demikian NPWP dapat dihapuskan dari sistem administrasi perpajakan. Dengan


(8)

Penghapusan NPWP ini tidak berarti menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pengetahuan serta wawasan dibidang perpajakan,setiap mahasiswa Program Diploma Administrsi Perpajakan diwajibkan mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM),disamping itu PKLM juga bertujuan untuk membandingkan pengetahuan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah selama ini dengan pekerjaan yang sebenarnya yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah. Oleh karena itu peneliti tertarik mengangkat judul PROSEDUR

PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN PETISAH agar dapat

lebih memahami dan dapat menjelaskannya kepada masyarakat luas. Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi,peneliti memilih lokasi penelitian di KPP Pratama Medan Petisah.


(9)

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

Kegiatan PKLM oleh Mahasiswa dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM yaitu :

1. Untuk mengetahui Prosedur Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

2. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan terhapusnya NPWP dan pencabutan PKP

2. Manfaat PKLM

Yang menjadi manfaat PKLM bagi mahasiswa yaitu :

1. Dapat mempraktikkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah kedalam masalah yang nyata dalam dunia kerja dan pemecahannya.

2. Mengaplikasikan teori maupun ilmu yang sudah diperoleh dan menuangkannya kedalam permasalahan yang timbul selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

3. Menumbuhkan dan menciptakan semangat professional dalam melaksanakan pekerjaan,serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisplinan.

Yang menjadi manfaat PKLM bagi Universitas yaitu :

1. Menambah hubungan kerjasama antara pihak universitas dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak khususnya KPP Pratama Medan Petisah.

2. Memberikan uji kerja nyata bagi mahasiswa tentang dunia kerja.

3. Mempromosikan Sumber Daya Manusia yang terdapat di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(10)

Yang menjadi manfaat PKL bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yaitu : 1. Membina kerja sama antara lembaga pendidikan dengan pihak Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Petisah.

2. Mendapatkan ide-ide baru dengan dilaksanakannya PKLM.

3. Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak kepada masyarakat.

4. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat Wajib Pajak melalui mahasiswa peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

C. Ruang Lingkup PKLM

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam melakukan PKLM pada KPP Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut :

1. Praktik ini menyangkut tentang Prosedur Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak (PKP).

2. Praktik ini dilakukan pada Seksi Pelayanan di KPP Pratama Medan Petisah. 3. Data yang digunakan pada praktek ini adalah data tahun 2009.

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri( PKLM)

Yang menjadi metode PKLM ada 5 yaitu :

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan sebagai berikut : Pemilihan Lokasi PKLM,Objek PKLM, Pengajuan Judul,Penentuan Judul,Pengajuan Proposal PKLM dan Surat Pengantar.


(11)

2. Studi Literatur

Kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori menelaah Buku-buku literature, Peraturan Perundang-undangan dibidang perpajakan,Catatan-catatan,maupun bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Kegiatan studi mencari data dan informasi dengan mengikuti PKLM di KPP Pratama Medan Petisah,serta mempelajari Laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Tahap Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari judul yang dibahas Dalam hal ini Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder .

A. Data Primer adalah: data yang diperoleh dari seksi Pelayanan KPP Pratama Medan Petisah.Data Primer ini dapat diperoleh dari wawancara atau mengajukan daftar pertanyaan dan observasi lapangan.

B. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah tentang Perpajakan ,Undang-Undang dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan Perpajakan .

5. Analisis Data dan Evaluasi

Kegiatan studi dilakukan dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar terbaik untuk memecahkan permasalahan.


(12)

Dalam melakukan metode pengumpulan data digunakan 3 daftar yaitu :

a. Daftar Observasi (Observation Guide )

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memilki resiko yang tinggi.

b. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung terhadap pihak KPP Pratama Medan Petisah yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang diberikan bagi penyusun laporan.

c. Daftar Dokumentasi

Kegiatan mengumpulkan dan mencari data yang bersumber dari Dokumen-dokumen,Buku-buku,Undang-Undang Perpajakan,Peraturan Pemerintah,Keputusan Menteri Keuangan,Surat Edaran,sumber-sumber lain yang mendukung penulisan ini.

A. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun sistematika dalam penulisan Laporan Akhir,yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini Peneliti akan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan,tujuan dan manfaat, ruang lingkup ,metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan.


(13)

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Bab ini merupakan gambaran umum tentang Sejarah KPP Pratama Medan Petsiah ,Struktur Organisasi ,Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama

Medan Petisah,Gambaran data pegawai KPP Prtama Medan Petisah.

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTEK

Pada bab ini menguraikan tentang Persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP dan hal-hal yang menyebabkan terhapusnya NPWP dan Pencabutan PKP.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini membahas tentang analisis dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Prosedur Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP,sehingga tercapai manfaat dan tujuan PKLM.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini Peneliti menguraikan kesimpulan hal-hal yang telah dikemukakan dan beberapa saran yang menjadi bahan masukan untuk mengatasi permasalahan dalam PKLM.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

BAB II

GAMBARA UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26 Mei 2008 dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Helvetia, dan Kecamatan Medan Sunggal.

KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah

Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi: a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan,

penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya


(15)

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak f. Pelaksanaan ekstensifikasi

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak; h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

k. Pelaksanaan intensifikasi l. Pembetulan ketetapan pajak

m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

n. Pelaksanaan administrasi kantor.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas – tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing – masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Ditjen Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sebelas seksi yang masing – masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut :


(16)

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi; c. Seksi Pelayanan;

d. Seksi Penagihan; e. Seksi Pemeriksaan;

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan; g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I; h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II; i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III; j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; k. Kelompok Jabatan Fungsional.

D. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama No. 7 A Medan . Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum Tugas dan fungsi :

a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian c. Melakukan urusan keuangan

d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi


(17)

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan

b. Perekaman dokumen perpajakan c. Merekam SSP lembar 3

d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B e. Merekam PPh Pasal 21

f. Merekam PPh Pasal 23/26 g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat

h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan

i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing

l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, m. Penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan

c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya

d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya


(18)

e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan

f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Waib Pajak

g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak h. Melakukan Kerjasama Perpajakan

4. Seksi Penagihan

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak


(19)

c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas dan fungsi :

a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak b. Membimbingan/menghimbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi

teknis perpajakan

c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak

e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan

f. Memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

g. Melakukan evaluasi hasil banding.

h. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi


(20)

(21)

BAB III GAMBARAN DATA

A. PENGERTIAN PAJAK

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ,Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Para Ahli:

1. Pengertian Pajak Menurut Mr.Dr.N.J.Feldmann Dalam bukunya De overheidsmiddelen van Indonesia,Leiden,1949,mengatakan:

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa,tanpa adanya kontraprestasi,dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

2. Pengertian Pajak Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa imbal, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Ciri-Ciri Pajak:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksananya yang sifatnya dapat dipaksakan.


(22)

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus,dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter,yaitu mengatur.

B. FUNGSI PAJAK

Ada 2 fungsi pajak, yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.Sebagai contoh yaitu dimasukannya pajak dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contohnya yaitu:

a. Pajak yang lebih tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi Konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang lebih tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk indonesia dipasaran dunia.


(23)

C. TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN PAJAK

1. Teori Asuransi

Negara melindungi kselamatan jiwa,harta benda, dan hak-hak rakyatnya.

Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai Premi Asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang terhadap Negara,makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak sama orang harus sama beratnya,artiya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang.Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan,yaitu:

a. Unsur objektif,dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

b. Unsur subjektif,dengan memperhatikan besarnya kebutuhan materil yang harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya.Sebagai warga negara yang berbaki,rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.


(24)

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyrakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali kemasyarakat dalam bentuk pemelihraan kesejahtreaan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyrakat lebih diutamakan.

D. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

2. Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3. Witholding System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga unutk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

E. PENGELOMPOKAN PAJAK

1. Menurut golongannya

a. Pajak langsung,yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain


(25)

b. .Pajak tidak langsung,yaitu Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Menurut sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. .Pajak Objektif,yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3. Menurut Lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh),Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),Bea Materai.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas:

1. Pajak Provinsi,contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


(26)

Reklame,dan Pajak Penerangan Jalan.

F. PENGERTIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

Menurut Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tanggal 17 Juli 2007, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Oleh karena itu, kepada Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP dan NPWP tersebut berfungsi:

a. Sebagai tanda diri atau identitas Wajib Pajak.

b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Setiap dokumen perpajakan sebagai contoh: Surat Setoran Pajak (SSP),Fakur Pajak,Surat Pemberitahuan, harus mencantumkan NPWP.

Wajib Pajak yang telah mendaftar yaitu: Wajib Pajak yang telah terdaftar dalam tata usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan telah diberikan NPWP yang terdiri dari 15 digit yaitu:

1. .9(sembilan) digit pertama merupakan kode Wajib Pajak 2. .6(enam) digit berikutnya kode administrasi pajak.

G. .DASAR HUKUM NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)


(27)

ayat (3),ayat (4),dan ayat (4a) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tanggal 17 Juli 2007.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP 161/PJ/2001 tanggal 21 februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaraan dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata cara Pendaftaraan dan Penghapusan NPWP,serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

H. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Nomor Pokok Wajib dapat dihapus, antara lain karena:

1. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dan tidak meninggalkan warisan. 2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. 3. Warisan yang telah selesai dibagi.

4. Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang telah kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.

6. Wajib Pajak orang pribadi lainya selain yang dimaksud dalam huruf a dan b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai wajib pajak.

Pencabutan pengukuhan sebagai pengusaha Kena Pajak dilakukan karena:

1. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat kewilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.


(28)

2. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dan /atau penerimaan bruto untuk satu tahun buku tidak melebihi batas peredaraan dan /atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil.

I. PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI DALAM PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN PENCABUTAN

PENGUSAHA KENA PAJAK

Penghapusan NPWP dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak harus memenuhi syarat –syarat sebagai berikut:

1. Wajib Pajak meninggal dunia tidak meninggalkan warisan yang belum terbagi, diisyaratkan adanya pemberitahuan tertulis dari ahli waris,dilampiri foto copy akte/ laporan kematian dari instansi yang berwenang.

2. Wanita kawin,diisyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan sipil. 3. Warisan yang telah selesai dibagi, diisyaratkan adanya keterangan (pernyataan) tentang selesaainya warisan oleh para ahli waris.

4. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan,diisyaratkan adanya akte pembubaran dari instansi yang berwenang dan neraca likuidasi.

5. .Bentuk Usaha Tetap, diisyaratkan adanya permohonan wajib pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai wajib pajak.


(29)

BAB IV ANALISIS DATA

A. DASAR HUKUM PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK(NPWP) DAN PENCABUTAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Ketentuan mengenai Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP diatur dalam Pasal 2 ayat (5),ayat (6),ayat (7),ayat (8),dan ayat (9) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tanggal 17 Juli 2007. Sebagai aturan pelaksana Undang-Undang KUP, Direktur Jenderal Pajak telah menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP 161/PJ/2001 Tanggal 21 Februari 2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP,serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Pengertian Penghapusan NPWP menurut KEP-161/PJ/2001 adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak.

(Pasal 1ayat 11).

B. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PKP

Sesuai dengan ketentuan pasal 11 ayat (1) keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut,penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dilakukan dalam hal:


(30)

2. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. 3. Warisan yang telah selesai dibagi.

4. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang telah kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.

6. .Wajib Pajak orang pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam huruf a dan b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.

Pencabutan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam hal:

1. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.

2. .Pengusaha Kena Pajak bubar

3. .Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaraan dan/ atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas peredaran dan/ atau penerimaan bruto untu

pengusaha kecil.

Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat(1) tersebut diatas,dapat dilakukan apabila:

1. Utang Pajak yang ada telah dilunasi

2. Telah dilakukan pemeriksaan pajak yang hasilnya ditemukan adanya utang pajak yang tidak dapat/ tidak mungkin dapat ditagih lagi karena:

a. Wajib Pajak Orang Pribadi telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat


(31)

ditemukan.

b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi. c. Sebab lain sesuai dengan hasil pemeriksaan.

C. PERSYARATAN YANG HARUS DIPENUHI DALAM PENGHAPUSA NPWP DAN PENCABUTAN PKP

Penghapusan NPWP dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Wajib Pajak meninggal dunia tidak meninggalkan warisan yang belum terbagi, diisyaratkan adanya pemberitahuan tertulis dari ahli waris, dilampiri foto copy akte/ laporan kematian dari instansi yang berwenang.

2. Wanita kawin, diisyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan sipil.

3. Warisan yang telah selesai dibagi, diisyaratkan adanya keterangan tentang warisan dibagi oleh para ahli waris.

4. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan, diisyaratkan adanya akte pembubaran dari instansi yang berwenang dan neraca likuidasi.

5. Bentuk Usaha Tetap,diisyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai wajib pajak.


(32)

D. TUGAS FISKUS DALAM PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP

Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-160/PJ/2007 dalam hal penghapusan NPWP dan /atau pencabutan pengukuhan PKP, petugas pendaftaran Wajib Pajak diKantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas:

1. Menerima dan meneliti formulir permohonan Pendaftaran dan Perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) dari wajib pajak atau kantor penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan /kantor pelayanan dan konsultasi perpajakan.

2. Memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) dan lampiran yang diisyaratkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dan /atau ayat (2) keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP 161/PJ/2001 Tanggal 21 Februari 2001.

3. Merekam data formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak (KP.PDIP.4.1-00) dan mencetak Lembaran Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan menyampaikan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada wajib pajak setelah ditanda tangani oleh petugas.

Catatan: Dalam hal formulir permohonan diterima dari kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan /Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan

Konsultasi,maka LPAD dan BPS tidak perlu dicetak.

4. Menyampaikan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajibpajak(KP.PDIP.4.1-00) beserta lampiran yang diisyaratkan


(33)

kepelaksana Ketetapan dan Arsip (Tapsis) seksi TUP/ pelaksana pengelola arsip Seksi Pelayanan, Selanjutnya diteruskan keunit pemeriksaan/ fungsional pemeriksa.

5. Menerima dan merekam hasil pemeriksaan,mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.13-00) dan Surat pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.12-00) dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

6. Menyampaikan Surat Peghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (KP.PDIP.4.13-00) dan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (KP.PDIP.4.12-00) kepada yang mengajukan permohonan.

Bentuk dan Jenis Formulir yang digunakan :

1. KP.PDIP.4.1-00 (Permohonan Pendaftaran dan Perubahan DataWajib Pajak)

2. .KP.PDIP.4.2-00 (Surat Keterangan Terdaftar)

3. .KP.PDIP.4.3-00 (Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak) 4. .KP.PDIP.4.4-00 (Kartu Nomor PokokWajib Pajak)

5. .KP.PDIP.4.6-00 (Surat Tugas Pembuktian Alamat) 6. .KP.PDIP.4.7-00 (Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat) 7. .KP.PDIP.4.8-00 (Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan

Pelaporan Pengusaha Kena Pajak) 8. .KP.PDIP.4.10-00 (Surat Pindah)

9. .KP.PDIP.4.11-00 (Surat Pencabutan Surat Keterangan Terdaftar) 10..KP.PDIP.4.12-00 (Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena


(34)

Pajak)

11..KP.PDIP.4.13-00 (Surat Penghapusan Nomor PokokWajib Pajak) 12..KP.PDIP.4.14-00 (Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah)

13..KP.PDIP.4.21-00 (Buku Pengawasan Pendaftaran Data Wajib Pajak) 14.Surat Pernyataan Tempat Kegiatan Usaha/Surat Pernyataan kedudukan (bentuk formulir sebagaimana dalam angka VI Lampiran I )

15.Surat Pernyataan Tempat Tinggal/Domisili Bagi Warga Asing (bentuk formulir sebagaimana dalam angka VI Lampiran I )

E. STANDARD OPERATIG PROCEDURES (SOP) TATA CARA

PENYELESAIAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib pajak yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Formulir yang digunakan:

a. Permohonan Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak b. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)

Dokumen yang dihasilkan :

a. Bukti Penerimaan Surat (BPS) b. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

c. Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

d. Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Ada 6 prosedur kerja dalam penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,antara lain:


(35)

Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyaratannya. 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas penghapusan belum lengkap,dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya.Dalam hal berkas Penghapusan sudah lengkap,Petugas Tempat pelayanan Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD.BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan bekas

Penghapusan kemudian diteruskan kepada Seksi Pemeriksaan untuk diproses dalam SOP Pemeriksaan.

3. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dan merekam Laporan Hasil Pemeriksaan, Mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak /Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

4. Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Penghapusan Nomor Pokok WajibPajak/Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak kemudian mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

5. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah

ditandatangani,memberi nomor,memberi stempel kantor,memisahkan dokumen untuk arsip dan dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

6. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum(SOP Penyampaian Dokumen di KPP). 7. Proses selesai.


(36)

Berdasarkan Pasal 2ayat (7) dan (9) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,setelah melakukan pemeriksaan DJP harus memberi keputusan dalam jangka 6 bulan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi12 bulan untuk Wajib Pajak badan,sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap,jika setelah lewat jangka waktu tersebut DJP belum memberikan keputusan maka permohonan dianggap dikabulkan dan surat penghapusan NPWp atau pencabutan NPPKP harus diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah jangka waktu itu berakhir.

F. REALITA PROSES PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PKP DI LAPANGAN

a. Perusahaan Dibubarkan

Dalam hal perseoran bubar,berdasarkan Undang-Undang Nomor 1Tahun 1955,beberapa kewajiaban likuidator yang harus diselesaikan dalam waktu paling lambat 30 hari antara lain:

a. .Mendaftarrkan dalam daftar perusahaan,

b. Mengajukan permohonan untuk diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia

c. Mengumumkan dalam 2 surat kabar harian d. Memberitahu kepada Menteri Kehakiman.

Setelah proses legal dilakukan Likuidator memiliki kewajiban untuk mengajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ke kantor pelayanan pajak tempat perseoran terdaftar.

Berdasarkan informasi tentang pembubaran perseroan,seharusnya pihak DJP sudah dapat untuk menerbitkan Surat Pemeriksaan Pajak, sehingga dapat segera diketahui


(37)

besarnya pajak yang terutang.Apabila pajak yang terutang telah dilunasi,Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat segera dilakukan. Namun demikian,beberapa kasus yang peneliti jumpai menunjukan kenyataan yang berbeda.Beberapa hal yang terjadi antara lain:

1. Untuk mendapatkan kepastian hukum maka Likuidator akan segera mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP,namun tidak jarang Likuidator mengabaikan hak dan kewajibannya untuk mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan pencabutan PKP.

2. Setelah surat permohonan diterima dan diadministrasikan dikantor pelayanan pajak,DJP akan melakukan pemeriksaan sehubungan dengan permohonan penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP.

3. Setelah pemeriksaan selesai,pajak-pajak yang terutang telah dilunasi dan terbukti bahwa alasan permohonan Penghapusan NPWP benar,maka permohonan Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP akan disetujui.

Dalam hal Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP Wajib Pajak badan lebih terdapat kepastian hokum meskipun membutuhkan waktu yang relative lama. Lain halnya dengan Penghapusan NPWP untuk Wajib Pajak Orang Pribadi.

b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang Meninggal Dunia

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Meninggal Dunia,permohonan Penghapusan NPWP harus diajukan oleh ahli waris setelah warisan selesai dibagi.Ahli waris mengajukan permohonan Penghapusan NPWP dengan dilampiri Surat Keterangan Kematian Wajib Pajak dan Surat Pernyataan warisan telah selesai dibagi.


(38)

Namun demikian,tidak jarang ahli waris yang mengabaikan hak dan kewajiaban dengan tidak memberitahukan pihak KPP tentang meninggalnya Wajib Pajak. Sehinngga NPWP tidak dapat dihapus dari administrasi KPP karena tidak ada permohonan.


(39)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak.

3.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dilakukan dalam hal: a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dan tidak meninggalkan warisan. b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. c. Warisan yang telah selesai dibagi.

d. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang telah kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.

f. Wajib Pajak orang pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam huruf a dan b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.

Pencabutan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan karena:

a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.


(40)

b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dan /atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil.

4.Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penghapusan NPWP dan pencabutan PKP adalah sebagai berikut:

a.Wajib Pajak meninggal dunia tidak meninggalkan warisan yang belum terbagi, diisyaratkan adanya pemberitahuan tertulis dari ahli waris,dilampiri foto copy akte /laporan kematian dari instansi yang berwenang.

b.Wanita kawin,diisyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan sipil. c.Warisan yang telah selesai dibagi,diisyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan dibagi oleh para ahli waris.

d.Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan, diisyaratkan adanya akte pembubaran dari instansi yang berwenang dan neraca likuidasi.

e.Bentuk usaha tetap,diisyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai wajib pajak.

5.Adapun Prosedur Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP yaitu:

a.Wajib Pajak mengajukan berkas penghapusan NPWP menggunakan Formulir Pendaftaraan dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyarataannya.

b.Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.Dalam hal berkas penghapusan belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk


(41)

Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD.BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas penghapusan kemudian

diteruskan kepada Seksi Pemeriksaan untuk diproses dalam SOP Pemeriksaan. c.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dan merekam Laporan Hasil

Pemeriksaan,Mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak /Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,dan selanjutnya diteruskan kepada kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

d.Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak /Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak kemudian

mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

e.Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani,memberi nomor,memberi stempel kantor,memisahkan dokumen untuk arsip dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

f.Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum(SOP Penyampaian Dokumen di KPP).

g.Proses selesai.

6.Kendala yang terjadi dalam Penghapusan NPWP antara lain:

a.Ahli waris tidak memberitahukan kepada pihak KPP tentang meniggalnya Wajib Pajak.

b.Bagi perusahaan bubar,Likuidator tidak jarang mengabaikan hak dan kewajibannya untuk mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP.

c.Wajib Pajak atau ahli waris yang tidak mengetahui prosedur atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan penghapusan NPWP.


(42)

B. Saran

1. Dengan adanya Pojok Pajak dan Tax Centre,diharapkan dapat membantu Wajib Pajak ataupun ahli waris dalam mencari informasi tentang prosedur Penghapusan NPWP.

2. Diberikan kepastian mengenai jangka waktu penyelesaian misalnya apabila jangka 12 bulan terlampaui, maka permohonan dianggap diterima dan otomatis NPWP dihapus dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo,R. Santoso.(2003). Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Refika Aditama:Bandung. Mardiasmo.(2003).Perpajakan Edisi Revisi.Andi:Yogyakarta.

Purnawan,Herman.(2008).Undang-Undang Perpajakn 2007.Erlangga: Jakarta.

Sihaloho,Cyrus.(2002).Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Rajawali Pers:Jakarta.

Waluyo.(2006).Perpajakan Indonesia Edisi Revisi 4.Salemba Empat:Jakarta.

Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/ PMK.03/ 2008 tentang Jangka waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha kena Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:KEP-161/PJ/2001 tentang Jangk Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-160/PJ/2007 tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.


(1)

Namun demikian,tidak jarang ahli waris yang mengabaikan hak dan kewajiaban dengan tidak memberitahukan pihak KPP tentang meninggalnya Wajib Pajak. Sehinngga NPWP tidak dapat dihapus dari administrasi KPP karena tidak ada permohonan.


(2)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari tata usaha Kantor Pelayanan Pajak.

3.Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dilakukan dalam hal: a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dan tidak meninggalkan warisan. b. Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. c. Warisan yang telah selesai dibagi.

d. Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang telah kehilangan statusnya sebagai bentuk usaha tetap.

f. Wajib Pajak orang pribadi lainnya selain yang dimaksud dalam huruf a dan b yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai Wajib Pajak.

Pencabutan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan karena:

a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.


(3)

b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dan /atau penerimaan bruto untuk pengusaha kecil.

4.Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penghapusan NPWP dan pencabutan PKP adalah sebagai berikut:

a. Wajib Pajak meninggal dunia tidak meninggalkan warisan yang belum terbagi, diisyaratkan adanya pemberitahuan tertulis dari ahli waris,dilampiri foto copy akte /laporan kematian dari instansi yang berwenang.

b.Wanita kawin,diisyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan sipil. c. Warisan yang telah selesai dibagi,diisyaratkan adanya keterangan tentang selesainya warisan dibagi oleh para ahli waris.

d.Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan, diisyaratkan adanya akte pembubaran dari instansi yang berwenang dan neraca likuidasi.

e. Bentuk usaha tetap,diisyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen yang mendukung bahwa BUT tidak memenuhi syarat lagi untuk digolongkan sebagai wajib pajak.

5.Adapun Prosedur Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP yaitu:

a. Wajib Pajak mengajukan berkas penghapusan NPWP menggunakan Formulir Pendaftaraan dan Perubahan Data Wajib Pajak beserta persyarataannya.

b.Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya.Dalam hal berkas penghapusan belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk


(4)

Terpadu akan mencetak BPS dan LPAD.BPS akan diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD akan digabungkan dengan berkas penghapusan kemudian

diteruskan kepada Seksi Pemeriksaan untuk diproses dalam SOP Pemeriksaan. c. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dan merekam Laporan Hasil

Pemeriksaan,Mencetak Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak /Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,dan selanjutnya diteruskan kepada kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.

d.Kepala Seksi Pelayanan menandatangani Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak /Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak kemudian

mengembalikannya kepada Pelaksana Seksi Pelayanan.

e. Pelaksana Seksi Pelayanan menerima dokumen yang telah ditandatangani,memberi nomor,memberi stempel kantor,memisahkan dokumen untuk arsip dokumen yang akan diserahkan kepada Wajib Pajak.

f. Pelaksana Seksi Pelayanan mengarsipkan dan menyerahkan dokumen kepada Wajib Pajak melalui Subbagian Umum(SOP Penyampaian Dokumen di KPP).

g.Proses selesai.

6.Kendala yang terjadi dalam Penghapusan NPWP antara lain:

a. Ahli waris tidak memberitahukan kepada pihak KPP tentang meniggalnya Wajib Pajak.

b.Bagi perusahaan bubar,Likuidator tidak jarang mengabaikan hak dan kewajibannya untuk mengajukan permohonan penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP.

c. Wajib Pajak atau ahli waris yang tidak mengetahui prosedur atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan penghapusan NPWP.


(5)

B. Saran

1. Dengan adanya Pojok Pajak dan Tax Centre,diharapkan dapat membantu Wajib Pajak ataupun ahli waris dalam mencari informasi tentang prosedur Penghapusan NPWP.

2. Diberikan kepastian mengenai jangka waktu penyelesaian misalnya apabila jangka 12 bulan terlampaui, maka permohonan dianggap diterima dan otomatis NPWP dihapus dari administrasi Kantor Pelayanan Pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodiharjo,R. Santoso.(2003). Pengantar Ilmu Hukum Pajak.Refika Aditama:Bandung. Mardiasmo.(2003).Perpajakan Edisi Revisi.Andi:Yogyakarta.

Purnawan,Herman.(2008).Undang-Undang Perpajakn 2007.Erlangga: Jakarta.

Sihaloho,Cyrus.(2002).Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.Rajawali Pers:Jakarta.

Waluyo.(2006).Perpajakan Indonesia Edisi Revisi 4.Salemba Empat:Jakarta.

Republik Indonesia,Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 tentang cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/ PMK.03/ 2008 tentang Jangka waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha kena Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor:KEP-161/PJ/2001 tentang Jangk Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak,serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:PER-160/PJ/2007 tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha,Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.