Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MEKANISME PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA MEDAN BELAWAN O

L E H

IKA SARAH MAHSITAH 122600026

UntukMemenuhi Salah SatuSyarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III

AdministrasiPerpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md).Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Mekanisme Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”. Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi, dan inspirasi kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Drs.Adi Gampo Yahya.M.AP selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan banyak saran, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Abrin Suterisno selaku Staff KPP Pratama Medan Belawan yang telah bersedia menjadi Supervisor Lapangan yang juga turut memberikan bimbingan, nasihat dan berbagai data yang diperlukan.


(3)

5. Staff Program Studi Administrasi Perpajakan yang selalu mendukung, membantu dan memotivasi penulis dalam banyak hal, salah satunya dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

6. Kedua Orangtua tercinta M.Zuhdi,SH dan Rini Eka Sari, yang tidak pernah lelah menyayangi, mengasihi, mendidik, menasehati, membimbing, dan memberikan motivasi kepada anaknya, serta tidak kenal lelah dalam menafkahi hidup anak-anaknya. Mudah-mudahan penulis dapat membalas jasa – jasa dan membahagiakan Ayah dan ibu.

7. Adik – adik tersayang Miftachul Fanani , Retno Maulida Hanum, Muhammad Marcel Nugoho yang telah Mendoakan dan Membantu Memberikan Motivasi dalam menyelesaikan Tugas akhir ini.

8. Teman seperjuangan penulis Gusnydawati ,Dita Selyn, Okka Junita ,Liza Ardina,Dewanti Simanjuntak, Nisah siregar,Siti Hutami,Dela dahaka , Ziah Smayana, Ledi kurniadi ,Faris ilham ,Akbar Nasution ,Norman, Saifullah dan Seluruh Mahasiswa/mahasiswi D3 Administrasi Perpajakan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu disini, yang tiada henti memotivasi penulis untuk Menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu dan berharap semoga penulis mendapat hasil yang memuaskan.Aamiin

9. Sahabat Penulis Nada Khumairah, Hafizah Harahap,Ulfa Khairany Daulay yang selalu memotivasi dan mengerti keadaan penulis disaat susah, senang,sedih dan bahagia mereka selalu ada .


(4)

10.Sahabat Spesial penulis Bayu Darmawan yang selalu memberikan motivasi, repetan dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan selalu setia menemani Penulis dalam keadaan suka dan duka.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan baik dari segi isi maupun tata bahasa.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juni 2015

Penulis ,


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………. 1

B. TujuandanManfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri( PKLM )……… 4

C. Uraian Teoritis………...6

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri( PKLM )……….. 13

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 13

F. Metode Pengumpulan Data………. ……… 14

G. Sistematika Penyusunan Laporan………. 15

BAB II. GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 17

B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Belawan... 18

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan...20

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 20

E. Deskripsi Dan Aktivitas KPP Pratama Medan Belawan. ... 21

BAB III. GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Pengertian………28

B. Jangka Waktu Dan Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha……….. 29


(6)

D. Mekanisme Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak………....31

E. Mekanisme Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Secara Jabatan...33

F. Mekanisme Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan System registration...35

G. Mekanisme Pencabutan Pengusaha Kena Pajak...36

H .Mekanisme Pencabutan Pengusaha Ken Pajak Secara Jabatan...39

BAB IV. ANALISIS DAN EVALUASI A. Statistik Kuantitas Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak……….41

B. Statistik Kuantitas Pencabutan Pengusaha Kena Pajak... ...44

C. Kendala yang Dihadapi Pengusaha Kena Pajak dalam Proses pengukuha…....46

D. Upaya untuk mengatasi Kurangnya kesadaran WP dalam Pengukuhan pengusaha kena pajak………....46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktek Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu proses yang harus dilewati dan wajib dilaksanakan bagi mahasiswa/i dalam memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Di dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan Mandiri wajib bagi mahasiswa/i untuk melakukan riset dan pengumpulan data yang nantinya akan diperlukan dalam pembuatan Tugas Akhir.

Praktek Kerja Lapangan Mandiri saya laksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dalam hal ini saya sangat tertarik untuk membahas dan melakukan riset mengenai Mekanisme Pengukuhan Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Pajak adalah suatu kata yang tidak asing ditelinga masyarakat, bahkan untuk saat ini menjadi bahan perbincangan yang cukup hangat di media cetak ataupun elektronik. Serentetan kasus yang dialami oleh para pegawainya yang melakukan tindakan dengan melanggar kode etik pegawai pajak yang melibatkan perusahaan-perusahaan ternama di Indonesia sehingga negara mengalami kerugian hingga milyaran rupiah. Namun bukan hanya berita kejelekan dari instansi ini saja yang jadi perbincangan tetapi peran instansi ini dalam hal penerimaan negara mempunyai peran yang sangat penting. Semua pembiayaan yang dikeluarkan negara berasal dari pajak mulai dari gaji PNS,TNI dan POLRI, Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pendidikan, biaya kesehatan sampai pembangunan fasilitas publik agar masyarakat dapat mencapai kesejahteraan dan kenyamanan.


(8)

Seperti yang tercantum pada pasal 1 ayat (1) pada Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata – rata tiap tahun penerimaan negara berasal dari pajak sekitar 74% - 80%. Namun dalam lima tahun belakangan ini penerimaan negara yang berasal dari pajak tidak mencapai target. Penyebab tidak tercapainya target adalah praktik penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh para wajib pajak baik orang pribadi ataupun badan. Hal ini dikarenakan banyak wajib pajak yang belum sadar kewajiban mereka terhadap negara yaitu membayarkan pajak mereka dan melaporkannya. Bahkan banyak wajib pajak khususnya Pengusaha yang berusaha menghindar dari pajak dengan melakukan penghindaran pajak yang melanggar undang – undang baik itu dengan cara mengecilkan pajaknya atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak padahal sudah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Menurut Undang-Undang pasal 1 ayat (4) Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan “Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daearah pabean”.

Namun tidak semua pengusaha mempunyai niat yang tidak baik dalam hal perpajakan, masih banyak juga para pengusaha yang berniat baik untuk melaksanakan kewajiban


(9)

perpajakannya dan masih banyak pengusaha yang memilih untuk mengukuhkan usaha mereka sebagai pengusaha kena pajak.

Bagi pengusaha yang memilih untuk mengukuhkan usaha mereka sebagai PKP, maka dapat mengukuhkan usahanya sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak.

Yang dikatakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (5) tentang Ketentuan Umum Perpajakan “Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya”.

Akan tetapi pencabutan PKP juga dapat dilakukan sesuai dengan .Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2014 tentang Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,khusus pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan atas pengusaha kecil PPN tahun 2014.

Jika bicara mengenai Pengusaha Kena Pajak maka tidak terlepas dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimana pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP wajib memungut PPN, membayarkannya ke kas negara dan melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN setiap bulan. Agar pemungutan PPN dan PPnBM terlaksana secara efektif dan lancar, sudah sewajarnya apabila pengusaha yang sejak semula melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan mempunyai niat baik untuk melaksanakan kewajiban perpajakan mereka dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.


(10)

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas penulis tertarik membuat laporan tugas akhir dengan judul : “ Mekanisme Pengukuhan Dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan ”.

B. Tujuan dan Mantaat PKLM

1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

a. Untuk mengetahui mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada KPP Medan Belawan.

b. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

c. Untuk mengetahui masalah dan hambatan mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengusaha kena pajak (PKP)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Manfaat yang hendak dicapai dalam penulisan laporan sebagai hasil pelaksanaan PKLM adalah:

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Dapat menerapkan teori dalam masalah yang nyata yang dihadapi di lapangan. b. Mempelajari dan mengembangkan rasa tanggung jawab kedisiplinan dan

kemampum bekerjasama yang nantinya sangat dibutuhkan saat memasuki dunia kerja yang sebenarnya

c. Memperluas wawasan dan menambah pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa di bidang perpajakan.


(11)

d. Untuk melatih mahasiswa dalam berkomuaikasi dan berinteraksi dalam lingkungan dunia kerja yang dihadapi dan membentuk mahasiswa menjadi pekerja yang mempunyai integritas yang tinggi terhadap instansi tempat dimana mahasiswa tersebut bekerja.

2.2 Bagi Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

a. Membantu pemerintah dalam mensosialisasikan pajak setelah efisien dan efektif.

b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dapat memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki sistem pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

c. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan Universitas Sumatera Utara.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Meningkatkan interaksi dan hubungan kerjasama antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan kantor yang bersangkutan.

b. Mempromosikan sumber daya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dalam hal ini adalah mahasiswa

c. Meningkatkan persepsi umum terhadap universitas khususnya Universitas Sumatera Utara

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Dalam membahas pengertian pajak,banyak para ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak.:


(12)

“Pajak adalah iuran kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,dengan tidak mendapat prestasi kembali,yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo,2010:2).

b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang_undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan untuk membiayai penggunaan umum (Bohari, 1984:31).

c. Pengertian pajak menurut Undang - Undang Perpajakan yang terdapat pada Pasal 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada dua, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara), artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan dan fungsi regularend (pengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencari tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan (Resmi, 2008:3).


(13)

3. Pembagian Pajak

3.1. Berdasarkan Golongan a. Pajak Langsung

Adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak, dimana tidak dapat dibebankan/dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan b. Pajak Tidak Langsung

Adalah pajak yang pelimpahannya dilimpahkan oleh yang membayar pajak kepada orang lain ( konsumen ).Contoh : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah.

3.2. Berdasarkan Sifatnya a. Pajak Subjektif

Adalah pajak yang patokannya pada subjeknya, yaitu kepada wajib pajak itu sendiri. Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif

Adalah pajak yang patokannya kepada objek yang dikenai pajaknya, yaitu ditemukan dulu objeknya apa.Contoh : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Penjualan Atas Barang Mewah ( Waluyo,2010:12).

3.3. Berdasarkan Kewenangan Pemungutannya a. Pajak yang dipungut oleh Pusat

Adalah pajak yang kewenangannya dipungut oleh pemerintah pusat, yang digunakan untuk pembangunan dan pengeluaran Negara (baik di pusat maupun daerah).Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan sektor kehutanan,perkebunan dan pertambangan, dan Bea Materai b. Pajak yang dipungut oleh Daerah


(14)

Adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan dearah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

Pajak Daerah Dibagi atas 2 bagian yaitu 1.Pajak Provinsi yang terdiri Atas:

a) Pajak Kendaraan Bermotor;

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d) Pajak Air Permukaan;

e) Pajak Rokok ; 2.Pajak Kabupaten/Kota

a) Pajak Hotel; b) Pajak Restoran; c) Pajak Hiburan; d) Pajak Reklame;

e) Pajak Penerangan Jalan;

f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g) Pajak Parkir;

h) Pajak Air Tanah;

i) Pajak Sarang Burung Walet;

j) Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan; k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;


(15)

4. Pengertian Pengusaha

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 angka 14.

tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,mengimpor barang,mengekspor barang melakukan usaha perdagangan,memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa,atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

5. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Berdasarkan Undang – undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 angka 15. tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai dan perubahannya.

6. Pelaporan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP Pengusaha yang melakukan :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam daerah pabean dan/atau melakukan ekspor barang kena pajak berwujud,ekspor jasa kena pajak, dan/atau ekspor barang kena pajak tidak berwujud

b. Pengusaha kecil yang memilih dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, wajib melaporkan usahanya pada kantor pelayanan pajak setempat untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan wajib memungut,menyetor dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang mewah yang terutang. (Booklet Pajak Pertambahan Nilai : Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas )


(16)

7. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

1.Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ/2014 diterbitkan untuk mengatur secara khusus pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan atas pengusaha kecil PPN tahun 2014.

1. Pencabutan PKP secara jabatan tersebut akan dilakukan oleh KPP terhadap PKP yang:

a. mempunyai jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto atas

penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam tahun 2013 sampai dengan Rp4,8 Miliar; dan

b. memilih untuk dicabut status pengukuhan PKP-nya.

2. PKP diminta untuk menyampaiakn Surat Pernyataan sebagaimana diatur dalam PER-12/PJ/2014 yang menyatakan memilih tetap sebagai PKP atau memilih untuk dicabut status pengukuhan PKP-nya paling lambat tanggal 31 Mei 2014 ke KPP tempat PKP dikukuhkan.

3. Formulir Surat Pernyataan dapat diunduh di www.pajak.go.id atau diperoleh di KPP tempat PKP dikukuhkan.

8. Pengusaha Kecil

Pengusaha kecil dibebaskan dari kewajiban mengenakan/memungut PPN atas

penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak sehingga tidak perlu melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, kecuali apabila pengusaha kecil memilih untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, maka Undang-undang PPn dan PPnBM berlaku sepenuhnya bagi pengusaha kecil tersebut. Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun tahun buku melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau penerimaan bruto ≤ dari Rp.4,8 Miliar


(17)

(empat miliar delapan ratus juta rupiah).perubahan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 197/PMK/. 03/2013)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

a. Melakukan praktik tentang mekanisme pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dengan menggunakan data kantor pajak dari periode 1 Januari 2012 sampai dengan periode 1 Januari 2014 yang dilaksanakan di Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan.

b. Sejauh mana perkembangan pengukuhan dan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak.

c. Masalah dan hambatan pada pengukuhuan dan pencabutan pengukuhan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam melakukan penelitian penulis melakukan metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan mandiri.

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis menyediakan persiapan yang dibutuhkan mulai dari peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, berkonsultasi dengan pihak Prodip III Perpajakan.

2. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan mengumpulkan data mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan judul PKLM seperti Undan-Undang Pajak, Peraturan Pemerintah. Keputusan


(18)

Menteri Keuangan, artikel ilmiah serta sumber-sumber lain yang mendukung penulisan laporan ini.

3. Obervasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.

4. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisa dan Evaluasi Data

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa dan mengelompokkan data tersebut agar lebih mudah mengevaluasinya dan meraih kesimpulan tentang data-data tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut: 1. Metode Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan para petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

2. Observasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang bersumber dari dokumen yang berasal Seksi Tata Usaha Perpajakan dan sumber-sumbur lain yang mendukung penyusunan laporan PKLM.


(19)

3. Dokumentasi

Dalam metode ini penulis meminta data berupa dokumen-dokumen yang diperlukan dalam menyusun laporan PKLM ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan akhir adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini, penulis menguraikan hal-hal yang menjadi latar belakang praktik kerja lapangan mandiri (PKLM), tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM dan metode pengumpulan data serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

Dalam bab ini penulis mengguraikan secara singkat mengenai lokasi PKL stuktur organisasi. Uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai atau karyawan Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK

Dalam bab ini penulis secara jelas dan terperinci menggenai ketentuan-ketentuan pengukuban dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang ada dalam peraturan perundang-undangan perpajakan pendaftaran dan pelaporan dan lain-lain.


(20)

Dalam bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk mejawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan disimpulkan beberapa pernyataan dari hal-hal yang telah dikemukakan dan saran saran yang mungkin dapat diambil tindakan konkrit untuk mengatasi masalah yang ada

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan.Dengan dikeluarkannya UU.No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah dan diadakannya modernisasi perpajakan oleh pihak Kementerian Keuangan maka KPP Pratama Medan Belawan tidak lagi memungut PBB dan BPHTB.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakan


(22)

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsunglainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Belawan

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

a. VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan pajak, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank data, penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.


(23)

b. MISI FISKAL

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

EKONOMI

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

POLITIK

Mendukung proses demokratisasi bangsa.

KELEMBAGAAN

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Belawan

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan


(24)

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dipimpin oleh seorang kepala, yng secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak.

Organisasi yang berada di KPP Pratama Medan Belawan bertujuan untuk membina keharmonisan kerja agara pekerjaan dapat terlaksana dengan teratur dan penuh tanggung jawab, sehingga tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan hasil yang baik dan maksimal. Berikut struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan:

E. DeskripsidanAktifitasKerja KPP Pratama Medan Belawan 1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

Tugas Kepala KPP:

a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah

b. Mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu


(25)

c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MoU) sesuai arahan kepala kantor wilayah.

d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.

g. Mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan, mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub BagianUmum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tatausaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum:

a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

b. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.


(26)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi( PDI ) Tugas SeksiPDI :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. b. Penyajian informasi perpajakan.

c. Perekaman dokumen perpajakan.

d. Urusan tatausaha penerimaan perpajakan. e. Pelayanan dukungan teknis komputer. f. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.

g. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hokum perpajakan. b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan.

c. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta penerimaan surat lainnya. d. Memberikan penyuluhan perpajakan.

e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

f. Memungut fiscal luarnegeri di pelabuhan Belawan. 5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan:

a. Melakukan urusan penata usahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan.


(27)

Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak.Adapun tugas Juru Sita Pajak :

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus( SPPSS ). b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan ( SPMP ).

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak

6.Seksi Pemeriksaan TugasSeksi Pemeriksaan:

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi Tugas SeksiEkstensifikasi :

a. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. b. Pendataan obyek dan subyek pajak.

c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 8. Seks iPengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :


(28)

b. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan Konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan Profil wajib pajak. d. Menganalisis kinerja wajib pajak.

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I ) Kasi :Margono

• Kelurahan KampungBesar. • Kelurahan Martubung. • Kelurahan SeiMati

• Kelurahan PekanLabuhan. • Kelurahan Tangkahan. • Kelurahan Nelayan Indah.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II ) Kasi : La Ode IrfahFirdaus

• Kelurahan Labuhan Deli • Kelurahan Rengas Pulau I. • Kelurahan Terjun.

• Kelurahan Tanah 600. • Kelurahan Paya Pasir.


(29)

• Kelurahan Rengas Pulau II • Mabar (200 Besar)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III ) Kasi :Martua Frisland Situmorang

• Kelurahan TanjungMulia. • Kelurahan TanjungMuliaHilir. • Kelurahan Mabar.

• Kelurahan Kota Bangun. • Kelurahan TitiPapan. • Kelurahan MabarHilir.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV ) Kasi : Erwin Sianipar

• Kelurahan Sicanang. • Kelurahan Belawan Bahari. • Kelurahan Belawan Bahagia. • Kelurahan Belawan I.

• Kelurahan Belawan II. • Kelurahan Bagan Deli.


(30)

9. FungsionalPemeriksadanPenilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(31)

BAB III

GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA

A.Pengertian

Pengertian Pengusaha menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan No.16 tahun 2009 pasal 1 ayat 4 , Pengusaha adalah Orang Pribadi atau Badan yang dalam bentuk apapun dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Perusahaan dapat berbentuk usaha perseorangan atau Badan yang dapatberupa Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan koperasi, yayasan, lembaga, Badan Usaha Tetap (BUT) dan bentuk usahalainnya termasuk bentuk usaha kerja koperasi. (Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2007 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa)

Sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak (PKP) menurut Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 tahun 2009 pasal 1 ayat 5 adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN barang dan jasa dan PPnBM No.8 tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.18 tahun 2007,


(32)

tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Adapun yang menjadi kewajiban PKP adalah :

a. Memungut PPN dan PPnBM yang terutang.

b. Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan yang dapat dikreditkan, serta menyetorkan PPnBM yang terutang.

c. Melaporkan penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang.

B.Jangka Waktu Dan Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010.

Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.

Pengusaha Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.

Batas waktu pelaporan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah 1 (satu) bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.Namun demikian Pengusaha dapat melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP sebelum saat usaha mulai dijalankan yaitu saat pendirian atau saat usaha nyata-nyata mulai dijalankan.


(33)

Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai PKP, sehingga dapat merugikan pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

Wajib pajak yang tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP akan diterbitkan surat PKP secara Jabatan.

Sedangkan tempat pelaporan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah:

1. Wajib pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib pajak Badan serta pengusaha kecil dapat melaporkan usahanya ke Kantor pelayanan pajak (KPP) yang wilayah kedanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP.

2. Dalam hal tempat tinggal wajib pajak berada dalam 2 (dua) wilayah kerja KPP, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

C. Fungsi pengukuhan PKP

1. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM

2.Sebagai identitas PKP yang bersangkutan

3.Sebagai pemenuhan kewajiban PPN dan PPnBM

D.Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan PKP

Berdasarkan Pasal 2 ayat (8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012, Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.


(34)

Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

1. Pengusaha memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP atas kemauannya sendiri 2. Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP

3. Pengusaha yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan satu tahun pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil.

Adapun mekanisme pengukuhan PKP adalah :

1. Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan formulir pendaftaran ke KPP.

2. Kemudian petugas pendaftaran Wajib Pajak menerima formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang telah ditanda tangani PKP atau kuasanya yang sah beserta lampirannya sekaligus memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran tersebut.

3. Lalu petugas KPP tersebut mengisi kolom-kolom pada formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak yang diisi oleh dinas dan meneliti adminisfiasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar apa belum.

4. Merekam data PKP dari formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) serta menyerahkan bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditandatangani oleh petugas.

5. Mencetak Surat Tugas Pembuktian Alamat PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani.

6. Menerima dan merekam berita acara hasil pembuktian alamat pada komputer.

7. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP. Selanjutnya Surat Keterangan Terdaftar dan Surat Pengukuhan PKP diteruskan


(35)

kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti benar.

8. Mencetak Surat Penolakan Pendaftaran PKP dan Pelaporan PKP, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Seksi TUP untuk ditandatangani, dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

9. Menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar, Surat Pengukuhan PKP, dan kartu NPWP atau Surat Penolakan Pendaftaran Wajib Pajak dan pelaporan PKP paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah permohonan pendaftaran dan pelaporan sebagai PKP diterima secara lengkap.

10.Mencantumkan NPWP yang diberikan diformulir permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak selanjutnya membuat berkas sementara PKP yang berisi dokumen pendaftaran PKP dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub-Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP)

Dalam hal tertentu KPP dapat mengukuhkan PKP secara Jabatan.Yang dimaksud dengan pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dukukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau melaporkan usahanya berdasarkan data yang telah diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

E. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan PKP Secara Jabatan : Berdasarkan pasal 20 ayat (1) PER-20/PJ/2013 yaitu sebagai berikut:

1. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak pada KPP menerima data PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, maupun dari Kantor Penyuluhan Pajak.


(36)

2. Meneliti administrasi KPP untuk mengetahui apakah PKP sudah terdaftar atau belum dan kemudian mengisi formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dari data yang diterima.

3. Menandatangani formulir permohonan dan perubahan data wajib pajak yang diisi oleh dinas dalam hal pengukuhan PKP secara jabatan.

4. Merekam data PKP dari permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan, mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) untuk digabungkan dengan formulir pendaftaran.

5. Dalam hal pengukuhan PKP, petugas merekam dan mengisi berita acara hasil pembuktian alamat dari data yang diterima.

6. Mencetak Surat Keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau surat pengukuhan PKP diteruskan kepada Kepala Sub Seksi TUP untuk ditandatangani.

7. Menyampaikan Surat keterangan Terdaftar, Kartu NPWP, dan atau Surat Pengukuhan PKP kepada PKP melalui pos tercatat, paling lama pada hari kerja berikutnya.

8. Mencantumkan NPWP yang telah diberikan di formulir permohonan pendaftaran perubahan data Wajib Pajak dan selanjutnya membuat berkas sementara Wajib Pajak yang berisi dokumen pendaftaran PKP dan surat lainnya untuk diteruskan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP).

F. Mekanisme Pendaftaran Pengukuhan PKP dengan System-registration

Berdasarkan pasal 16 ayat (2) PER-20/PJ2013 dengan cara mengisi Formulir sebagai berikut :

1.Membuka situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat 2.Memilih menu sistem e-Registration.


(37)

4.login ke sistem e-Registration dengan mengisi username dan password yang telah dibuat.

5.Memilih menu “Pengukuhan PKP”.

6.Memilih jenis Wajib Pajak yang sesuai (Orang Pribadi, Badan atau Bendahara) 7Mengisi formulir permohonan pada layar komputer dengan lengkap dan benar. 8. Memilih tombol “daftar” untuk mengirim Formulir Permohonan Pendaftaran Pengukuhan PKP.

9.Mencetak formulir permohonan yang sudah diisi secara lengkap dan SKTS melalui aplikasi e-Registration.

10.Menerima SKT, NPWP dan/atau SPPKP dari KPP dimana Wajib Pajak Terdaftar.

G. Mekanisme Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak adalah tindakan mencabut

pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari Tata Usaha Kantor Pelayanan pajak (KPP). Berdasarkan Pasal 21 ayat (2) PER-20/PJ/2013 Pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal :

1. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah kerja Kantor pelayanan Pajak yang lain.

2. Pengusaha Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

3. Tidak memenuhi syarat lagi sebagai pengusaha Kena Pajak.

Permohonan pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak harus diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap.


(38)

1. Pengusaha Kena Pajak atau kuasanya dengan melampirkan surat kuasa khusus harus mengisi formulir yang telah ditentukan.

2. Petugas pendaftaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan pajak menerima dan meneliti formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib pajak dari PKP.

3. Memeriksa kelengkapan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib Pajak dan lampiran yang disyaratkan yaitu :

a. Pengusaha Kena Pajak meninggal dunia berdasarkan Surat Keterangan kematian, atau fotokopi akte atau fotokopi Laporan Kematian PKP.

b. Pengusaha Kena Pajak Badan Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai BUT dan PKP Orang Pribadi yang tidak memenuhi syarat lagi untuk dapat digolongkan sebagai PKP berdasarkan hasil pemeriksaan KPP yang bersangkutan.

4. Merekam data formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib pajak dan mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan menyampaikan Bukti Penerimaan Surat (BPS) kepada PKP setelah ditandatangani oleh Petugas.

5. Menyampaikan formulir permohonan pendaftaran dan perubahan data Wajib pajak beserta lampiran yang disyaratkan ke Sub Seksi Ketetapan dan Arsip (TAPSIP), selanjutnya diteruskan ke unit pemeriksaan.

6. Menerima dan merekam hasil pemeriksaan, mencetak Surat Penghapusan PKP dan atau Surat Pencabutan Pengukuhan PKP dan seterusnya dilanjutkan kepada Kepala Sub Seksi Tata Usatra Perpajakan (TUP) untuk ditandatangani.

7. Menyampaikan Surat Penghapusan NPWP dan atau Surat Pencabutan Pengukuhan PKP kepada yang mengajukan permohonan.


(39)

Apabila PKP pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain atau terjadi perubahan status perusahaan yang mengakibatkan KPP tempat PKP terdaftar harus berubah maka mekanisme pencabutan PKP dilakukan sebagai berikut :

1. PKP wajib mengajukan surat permohonan pindah dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah beserta persyaratannya

2. Dalam hal Surat pemberitahuan pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai PKP maka KPP menerbitkan Surat pernyataan Pindah, paling lama pada hari ketiga berikutnya setelah menerima Surat Pemberitahuan Pernyataan Pindah beserta persyaratanya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya Surat Pemberitahuan pindah dari KPP yang baru.

3. Dalam hal terjadi pemindahan PKP tersebut maka KPP lama harus mengirim berkas PKP yang bersangkutan berikut uraian singkat mengenai hak-hak yang dianggap perlu kepada KPP baru.

4. KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan PKP dan bila diperlukan sekaligus menerbitkan surat NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3 hari kerja berikutnya setelah menerima surat pindah dari KPP lama

5. KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP setelah menerima tembusan Surat Pengukuhan PKP yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja berikut.


(40)

H. Mekanisme Pencabutan Pengukuhan PKP secara Jabatan

Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-12/PJ/2014 diterbitkan untuk mengatur secara khusus pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan atas pengusaha kecil tahun 2014.

1. Pencabutan PKP secara jabatan tersebut akan dilakukan oleh KPP terhadap PKP yang: a. mempunyai jumlah peredaran brito dan atau penerimaan bruto atas penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dalam tahun 2013 s/d Rp. 4,8 Milyar; dan b. memilih untuk dicabut status pengukuhan PKPnya.

2. PKP diminta untuk menyampaikan surat pernyataan sebagaimana diatur dalama PER-12/PJ/2014 yang menyatakan memili tetap sebagai PKP atau memilih untuk dicabut status pengukuhan PKP nya paling lambat tanggal 31 mei 2014 ke KPP tempat PKP dikukuhkan. 3. formulir surat pernyataan dapat di unduh di www. Pajak.go.id atau di peroleh di KPP tempat PKP dikukuhkan.


(41)

KETERANGAN

PKP : Pengusaha Kena Pajak

TUP KPP : Tata Usaha Perpajakan Kantor Pelayanan Pajak LPAD : Lembaga Pengawasan Arus Dokumen

BPS : Bukti Penerimaan Surat TAPSIP : Ketetapan dan Arsip

KP-PDIP.4.1-00 : Formulir permohonan pendaftaran dan perubahan Data Wajib Pajak (WP)

KP.PDIP.4.2-00 : Surat Keterangan Terdaftar KP.PDIP.4.3-00 : Surat Pengukuhan PKP KP.PDIP.4.4-00 : Kartu NPWP

KP.PDIP.4.6-00 : Surat Tugas Pembuktian Alamat KP.PDIP.4.7-00 : Berita Acara Hasil Pembuktian Alamat

KP.PDIP.4.8-00 : Surat Penolakan Pendaftaran WP dan pelaporan PKP KP.PSIP.4.10-00 : Surat Pindah

KP.PDIP.4.12-00 : Surat Pencabutan Pengukuhan PKP KP.PDIP.4.13-00 : Surat Penghapusan NPWP


(42)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Statistik Kuantitas Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Tabel IV.1 Jumlah Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

PKP

PER 1 JANUARI

2012

PER 1 JANUARI

2013

PER 1 JANUARI

2014

ORANG PRIBADI 4 1 0

BADAN 65 108 71

JUMLAH 69 109 71

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 2015.

1. Orang Pribadi

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat pada periode 1 Januari 2012 ada sebanyak 4 orang PKP yang dikukuhkan, dan slanjutnya pada periode Januari 1 2013 terdapat sebanyak 1 orang PKP yang dikukuhkan sehingga dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan sebesar 3 orang atau sebesar 75% (3/4 x 100%).

Lalu pada periode 1 Januari 2014 menjadi 0 sehingga terjadi penurunan lagi sebanyak 1 orang atau sebesar 100% (1/1 x l00%).

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun terjadi penurunan jumlah PKP Orang Pribadi yang di kukuhkan di KPP Medan Belawan. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya kemauan dan kesadaran para PKP untuk melaporkan usahanya disertai juga dengan bertambahnya jumlah pengusaha kecil yang pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku nilai peredaran brutonya melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil harus dikukuhkan sebagai PKP.


(43)

2. Badan

Pada periode Januari 1 2012 terdapat sebanyak 65 oramg PKP yang dikukuhkan dan pada periode 1 Januari 2013 jumlah PKP yang dikukuhkan menjadi 108 orang sehingga terjadi peningkatan sebanyak 43 orang atau sebesar 66,1% (43/65 x 100%). Kemudian pada periode 1 Januari 2014 menjadi 71 orang dimana terjadi penurunan sebanyak 37 orang atau sebesar 52% (37/71 x 100%).

Berdasarkan data di atas juga dapat disimpulkan bahwa setiap tahun jumlah PKP yang dikukuhkan di KPP Medan Barat mengalami peningkatan. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan-perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk dikukuhkan sebagai PKP Badan. Namun tidak semua pengusaha yang melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dapat dikukuhkan menjadi PKP. Pihak KPP dapat menolaknya jika ternyata pengusaha tersebut tidak memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP ataupun dalam hal alamat PKP terbukti tidak benar.

Berdasarkan analisa yang dipaparkan mengenai kuantitas pengukuhan PKP Orang Pribadi maupun Badan, maka hal tersebut dapat ditunjukkan melalui tabel sebagai berikut : Tabel IV.2 Penurunan Pengukuhan PKP Tahun 2013 Sampai Tahun 2014 :

PKP

PER 1 JANUARI 2013

PER 1 JANUARI 2014

PENURUNAN

JUMLAH %

ORANG PRIBADI

1 0 1 100

BADAN 108 71 37 52


(44)

Berdasarkan tabet di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penurunan untuk PKP Orang Pribadi tahun 2013 sampai tahun 2014 adalah sebanyak 1 orang (1-0) dan persentase kenaikan PKP orang Pribadi adalah 100% (1/1 x 100%).

Adapun jumlah penurunan untuk PKP Badan tahun 2013 sampai tahun 2014 adalah sebanyak 37 (108 - 71) dan persentase penurunan untuk PKP Badan adalah sebesar 52 %(37/71 x 100%).

Dengan melihat penurunan PKP dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 baik itu PKP Orang Pribadi maupun PKP Badan maka pemerintah Indonesia dapat merasa tidak cukup puas akan hal tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa usaha dan kerja keras pemerintah Indonesia untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang dalam hal ini adalah PKP sia-sia bahkan masih menunjukan hasil yang belum memuaskan.

B. Statistik Kuantitas Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Tabel IV.3 Jumlah Pencabutan PKP Per Okt - Des 2012 sampai Jan - Mar 2013

Keterangan Jlh PKP Per 1 Januari Pencabutan PKP PKP Pindah Keluar PKP Pindah Masuk Jlh PKP Akhir Tahun Jan - Des

2012

69 21 - - 48

Jan – Des 2013

109 33 - - 76


(45)

Statistik pencabutan pengukuhan PKP dibuat per tahun. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP pada awal Januari sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 69 orang.

Namun, disamping itu juga terdapat pencabutan pangukuhan PKP sebanyak 21 orang sehingga berdampak mengurangi jumlah PKP yang tetah dikukuhkan. Karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah masuk nihil, maka jumlah total PKP pada akhir tahun adalah sebanyak 48 orang.

Adapun jumlah total PKP pada akhir tahun periode Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 109 0rang.Namun juga terjadi pencabutan PKP sebanyak 33 orang sehingga jumlah total PKP yang dikukuhkan menjadi 76 orang dan karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah alamat nihil maka hal ini tidak begitu mempengaruhi jumlah total PKP yang telah dikukuhkan tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pencabutan pengukuhan PKP yarg telah terjadi meningkat sebanyak 12 orang atau sebanyak 63% dan hal ini dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang kurang baik.

Berdasarkan tabel tersebut pencabutan PKP kemungkinan dilakukan karena pengusaha Badan yang usahanya sepi atau bangkrut sehingga harus dibubarkan juga karena nilai peredaran bruto pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku menurun sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat sebagai PKP.

Melihat jumlah PKP yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PKP yarg dikukuhkan maka dapat kita simpulkan bahwa hat ini merupakan suatu keadaan yang baik sebab jumlah pencabutan PKP tersebut sedikit mempengaruhi jumlah PKP yang dikukuhkan.


(46)

C. Kendala yang Dihadapi Pengusaha Kena Pajak dalam Proses Pengukuhan.

Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

D. Upaya untuk Mengatasi Kurangnya Kesadaran WP untuk Dalam Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu diadakan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukuan pada bab-bab terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

a) Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan kemauannya sendiri.

b) Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP.

c) Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan sebagai pengusaha kecil.

2. Pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau usahanya berdasarkan data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha KPP dapat dilakukan apabila :

a) PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain.

b) Pengusaha Badan yang telah dibubarkan sscara resmi oleh berdasarkan Ketentuan Perundang-perundangan yang berlaku.


(48)

4. Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

B. Saran

1. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanannya. khususnya seksi Pelayanan Perpajakan senantiasa melayani para Wajib Pajak dengan baik disertai pemberian penjelasan mengenai mekanisme pngukuhan-pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga tidak membuat Wajib Pajak merasa kebingungan.

2. Agar para Wajib Pajak memiliki kesadaran sendiri untuk mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditentukaN dan Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu ditingkatkan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bohari, 1984, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Resmi,Siti 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat , Jakarta.

Waluyo,2010,Perpajakan Indonesia,,Edisi 9,Salemba Empat,Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1983 Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah.

Direktorat Jenderal Pajak 2014, Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-12/PJ/2014

tentang Pencabutan Pengukuhan PKP.

Peraturan Menteri Keuangan pasal4 Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha dalam Pengukuhan PKP.

Peraturan Menteri Keuangan pasal 2 ayat 8 Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Tata cara Pengukuhan PKP.


(1)

Berdasarkan tabet di atas dapat kita lihat bahwa jumlah penurunan untuk PKP Orang Pribadi tahun 2013 sampai tahun 2014 adalah sebanyak 1 orang (1-0) dan persentase kenaikan PKP orang Pribadi adalah 100% (1/1 x 100%).

Adapun jumlah penurunan untuk PKP Badan tahun 2013 sampai tahun 2014 adalah sebanyak 37 (108 - 71) dan persentase penurunan untuk PKP Badan adalah sebesar 52 %(37/71 x 100%).

Dengan melihat penurunan PKP dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 baik itu PKP Orang Pribadi maupun PKP Badan maka pemerintah Indonesia dapat merasa tidak cukup puas akan hal tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa usaha dan kerja keras pemerintah Indonesia untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang dalam hal ini adalah PKP sia-sia bahkan masih menunjukan hasil yang belum memuaskan.

B. Statistik Kuantitas Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Tabel IV.3 Jumlah Pencabutan PKP Per Okt - Des 2012 sampai Jan - Mar 2013

Keterangan Jlh PKP Per 1 Januari Pencabutan PKP PKP Pindah Keluar PKP Pindah Masuk Jlh PKP Akhir Tahun Jan - Des

2012

69 21 - - 48

Jan – Des 2013

109 33 - - 76


(2)

Statistik pencabutan pengukuhan PKP dibuat per tahun. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa jumlah PKP pada awal Januari sampai dengan Desember 2012 adalah sebanyak 69 orang.

Namun, disamping itu juga terdapat pencabutan pangukuhan PKP sebanyak 21 orang sehingga berdampak mengurangi jumlah PKP yang tetah dikukuhkan. Karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah masuk nihil, maka jumlah total PKP pada akhir tahun adalah sebanyak 48 orang.

Adapun jumlah total PKP pada akhir tahun periode Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 109 0rang.Namun juga terjadi pencabutan PKP sebanyak 33 orang sehingga jumlah total PKP yang dikukuhkan menjadi 76 orang dan karena jumlah PKP yang pindah keluar ataupun pindah alamat nihil maka hal ini tidak begitu mempengaruhi jumlah total PKP yang telah dikukuhkan tersebut.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pencabutan pengukuhan PKP yarg telah terjadi meningkat sebanyak 12 orang atau sebanyak 63% dan hal ini dapat dikatakan sebagai suatu keadaan yang kurang baik.

Berdasarkan tabel tersebut pencabutan PKP kemungkinan dilakukan karena pengusaha Badan yang usahanya sepi atau bangkrut sehingga harus dibubarkan juga karena nilai peredaran bruto pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku menurun sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat sebagai PKP.

Melihat jumlah PKP yang sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PKP yarg dikukuhkan maka dapat kita simpulkan bahwa hat ini merupakan suatu keadaan yang baik sebab jumlah pencabutan PKP tersebut sedikit mempengaruhi jumlah PKP yang dikukuhkan.


(3)

C. Kendala yang Dihadapi Pengusaha Kena Pajak dalam Proses Pengukuhan.

Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

D. Upaya untuk Mengatasi Kurangnya Kesadaran WP untuk Dalam Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu diadakan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukuan pada bab-bab terdahulu maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

1. Pengusaha dapat dikukuhkan sebagai PKP apabila :

a) Pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP berdasarkan kemauannya sendiri.

b) Pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP.

c) Pengusaha kecil yang tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai pada suatu masa pajak dalam satu tahun buku seluruh peredaran bruto telah melampaui batasan sebagai pengusaha kecil.

2. Pengukuhan PKP secara jabatan adalah pengukuhan PKP yang dilakukan terhadap PKP yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak memenuhi kewajiban untuk mendaftarkan diri dan atau usahanya berdasarkan data yang diperoleh dan dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dari tata usaha KPP dapat dilakukan apabila :

a) PKP pindah alamat ke wilayah kerja KPP lain.

b) Pengusaha Badan yang telah dibubarkan sscara resmi oleh berdasarkan Ketentuan Perundang-perundangan yang berlaku.


(5)

4. Kendala yang dihadapi dalam proses pengukuhan PKP adalah kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk melaporkan usahanya sebagai PKP padahal omzetnya telah melampaui batas sebagai PKP sehingga hal ini mempengaruhi terhadap jumlah penerimaan pajak.

B. Saran

1. Agar pihak fiskus Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanannya. khususnya seksi Pelayanan Perpajakan senantiasa melayani para Wajib Pajak dengan baik disertai pemberian penjelasan mengenai mekanisme pngukuhan-pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga tidak membuat Wajib Pajak merasa kebingungan.

2. Agar para Wajib Pajak memiliki kesadaran sendiri untuk mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditentukaN dan Untuk mengatasi kurangnya kesadaran WP dalam melaporkan diri sebagai PKP maka perlu ditingkatkan sosialisasi ke segenap WP dengan penyuluhan melalui seminar-seminar, tatap muka, mass media serta dengan membuat pojok pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bohari, 1984, Pengantar Perpajakan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Resmi,Siti 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat , Jakarta.

Waluyo,2010,Perpajakan Indonesia,,Edisi 9,Salemba Empat,Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009, tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1983 Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah.

Direktorat Jenderal Pajak 2014, Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-12/PJ/2014 tentang Pencabutan Pengukuhan PKP.

Peraturan Menteri Keuangan pasal 4 Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Tempat Pelaporan Kegiatan Usaha dalam Pengukuhan PKP.

Peraturan Menteri Keuangan pasal 2 ayat 8 Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Tata cara Pengukuhan PKP.