Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.
                                                                                Modul Pelatihan SD Kelas Tinggi
57
digali  dari  lapis-lapis  sosio  budaya  pra  Hindu,  Hindu  syiwa,  Budha, Islam, Modernitas
– globalisasi ditemukan lima mutiara butir-butir yang  berupa  Pancasila.  Causa  formalis  dan  causa  efisien  Pancasila
asal mula bentuk, asal mula karya dalam sejarah ideologi Pancasila pernah  mengalami  pengaburan,  sejarawan  Nugroho  Notosusanto
menyimpulkan bahwa penggali-penggali utama Pancasila adalah tiga orang  :  Muh.  Yamin,  Soepomo,  dan  Soekarno,  Bung  Karno
merupakan  salah  satu  penggali  saja.  Sejarah  siapa  perumus Pancasila  perlu  diluruskan,  begitu  menurut  Asvi  Warman  Adam
sejarawan  LIPI  dalam  bukunya  Membongkar  Manipulasi  Sejarah. Kontroversi  pelaku  dan  peristiwa  2009  :  26-31,  selama
pemerintahan  orde  baru  sengaja  direkayasa  sejarah  Perumusan Pancasila.  Hal  ini,  bertalian  dengan  strategi  pengendalian  sejarah
dengan cara mengecilkan jasa Soekarno dan melebih-lebihkan peran Soeharto dalam panggung sejarah nasional.
AB.  Kusuma  dalam  makalah  Menelusuri  Dokumen  istoris  Badan Penyelidik  Usaha-
Usaha  Persiapan  Kemerdekaan ,  berdasarkan notula  yang  ditemukan  kembali  tahun  19
9,  menyatakan  tidak benar   Yamin  yang  pertama  mengungkap  dasar  Negara  Pancasila,
Yamin  justru  mengakui  Bung  Karno  sebagai  satu-satunya  penggali
Pancasila. Panitia lima yang diketuai atta, juga  wasiat  atta pada keluarga Bung Karno menegaskan Soekarno yang pertama berpidato
mengenai Pancasila. Dr. Anhar Gonggong  menyatakan Bung Karno  amat berperan dalam
tiga  peritiwa  yang  terkait  proses  lahirnya  Pancasila  yaitu  1  Juni 1945, 22 Juni 1945, dan 18 Agustus 1945. Ir. Soekarno pada tanggal
1 Juni 1945 sebagai penyampai gagasan yang sudah di kepala beliau sejak muda 1918, 1927, 22 Juni 1945 sebagai ketua panitia 9 Tim
9  yang  melahirkan  Piagam  Jakarta,  kemudian  18  Agustus  sebagai ketua PPKI yang lalu dipilih sebagai presiden RI. Pada tanggal 1 Juni
Kegiatan Pembelajaran 1
58
1945  Bung  Karno  yang  secara  eksplisit  menyampaikan  pidato Pancasila.  Formulasi    pidato  1  Juni  1945  itulah  melalui  dinamika
pembicaraan  diantara  founding  fathers   menjadi  Piagam  Jakarta, finalnya rumusan otentik pada alinea 4 Pembukaan UUD 1945.
Hatta  dalam
buku  ya ng  berjudul  Bung  atta  Pribadinya  dalam
Kenangan   yang  disusun  oleh
putrinya  Meutia  Farida  Swasono  pada halaman  627-628  dimuat  testamen  Bung
Hatta
pada  Guntur  Soekarno Putra  menegaskan  bahwa  pada  sidang  pertama  BPUPKI  mengemukakan
pertanyaan  Negara ndonesia yang akan kita bangun itu, apa dasarnya? . Kebanyakan anggota tidak ada yang menjawab pertanyaan itu, takut akan
menimbulkan persoalan  filosofis  yang  berkepanjangan.  Inginnya  langsung membicarakan  Undang-Undang  Dasar.  Bung  Karno  yang  menjawab
pertanyaan  itu  dengan  pidatonya  pada  tanggal  1  Juni  1945.  Sesudah  itu sidang  mengangkat  panitia  kecil  untuk  merumuskan  kembali  Pancasila
pidato  Soekarno  tersebut.  Panitia  kecil  9  orang  itu  yang  merumuskan kembali termasuk menata sila-silanya. Sila ke-5 Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi  sila  yang  diletakkan  di  atas.  Internasionalisme  atau  peri kemanusiaan  yang  adil  dan  beradab.  Sila  kebangsaan  Indonesia  yang
semula  diletakkan  diatas  menjadi  sila  ke-3  Persatuan  Indonesia.  Sila  ke-4 yang semula diletakkan sebagai sila ke-3 mufakat atau demokrasi menjadi
kerakyatan yang
dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan  perwakilan.  Sila  ke-5  kesejahteraan  sosial  dalam
rumusan Bung Karno sila keempat menjadi keadilan sosial. Pada tanggal 22 Juni  1945  pembaruan  rumusan  panitia  9  itu  diserahkan  kepada  BPUPKI,
dinamakan  Piagam  Jakarta .  Kemudian  Piagam  Jakarta  dijadikan Pembukaan  UUD 19  sehingga  Pancasila dan UUD  menjadi dokumen
pokok. Dokumen  pokok  itu  yang  diterima  dan  disahkan  oleh  PPKI  pada  18-08-
1945  dengan  sedikit
perubahan
.  Mencoret  7  perkataan  di  belakang Ketuhanan  yaitu  dengan  kewajiban  menjalankan  syari’at  slam  bagi
pemeluknya . Sungguhpun tujuh perkataan itu hanya mengenai penduduk yang beragama Islam saja, pemimpin-pemimpin umat kristen di Indonesia
                                            
                