Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK WMODPTAS PAD1
BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT
DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG

RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSl DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan
dosen pembimbing dan belum pemah diajukan pada perguruan tinggi manapun
atau lembaga akademik lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu.
Bahan mjukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks da11 dicantumkan dalarn

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2009

Rudin Hcrrnsyah
NIM G24 10403 1

ABSTRACT
RUDIN HAMSYAH. Land Suitability Evaluation for Rice Commodity Rased on PedoAgroclimate Approach in Kutai Kartanegara Region. Under direction of IMPRON and EIENY
SUHARSONO
Land suitability evaluation for agricultural commodity can be marrangedbased on pedoagroclimate approach. This is caused every k i d of plant have a spesific growth requirement to
grow and rise optimally suitable with the climate, land, topography region characteristic. The aim
of this research is knowing land suitable class for "Sawah" rice and "Gogo" rice in Kutai
Kartanegara region by pedo-agroclimate approach. The method used in this research is matching
pedo-agroclmate condition data at the region being discussed by land suitability class criteria for
"Sawah" rice and "Gogo" rice which is composed by Land Resource Evaluation And Planning I1
in 1994 and Land Research Center in 2003, modified by Hardjowigeno and Widiatmaka (2007).
Land suitability classification system being used is actual system according to Food and
Agriculture Organization (1976). Actual pedo-agroclimate suitable classes for "Sawah" rice in
Kutai Kartanegara Region and it's area are marginally suitable with limiting factors of erruption

risk level and root media (S3er) cover 20.886 ha (0,8%), permanently not suitable with limiting
factors of errnption risk level and soil fertility (N2ef) cover 32.273 ha (1,2%), permanently not
suitable with limiting factor of soil fertility (N20 covers 388.727 ha (14,3%), currently suitable
with limiting factor of errnption risk level (Nle) covers 528.134 ha (19,4%), marginally suitable
with limiting factor of root media (S3r) covers 662.492 ha (24,3%), and pe~manentlynot suitable
with limiting factor of erruption risk level (N2e) covers 092.979 ha (40,1%). Actual pedoagroclimate land suitable class for "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region and it's area is
moderately suitable with limiting factor of ermption risk level, soil fertility, and root media (S2ek)
cover 20.382 ha (0,7%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N2f) covers
421.086 ha (15,4%), moderately suitable with limiting factors of soil fertility and root media (S2k)
cover 674.880 ha (24,8%), and marginaly suitable class with limiting factor of errnption risk level
(S3e) covers 1.609.143 ha (59%).
Keywords : land evaluation, pedo-agroclimate, rice, Kutai Kartanegara region.

RUDlN HAMSYAH. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan
Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dibimbing oleh IMPRON DAN HENY
SUHARSONO.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk suatu komoditas pertanian dapat disusun herdasarkan
pendekatan pedo-agroklimat. Hal tersebnt dikarenakan setiap jenis tanaman mempunyai syarat
tumbuh tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesnai dengan karakteristik
lahan (ilim, tanah, dan topografi) suatu wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian la bar^ untuk tanaman padi
sawah dan padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegam melalui pendekatan beberapa aspek
~. p e d w
ngroklin~at;yaitu kelcrengan, jenis tanah, curah hujan, dan suhu utlara. 'l'ujllan loin dari penelitian
ini odalah untuk mengelahui kari~kterisliksumbcr daya lahan di Kutai Kulanegara. Mctode yang
diynakan dalam penelitian ini adalah dengan proses pencocokan (nlaiching) data kondisi pedoagroklimat wilayah kajian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m
padi gogo yang disnsun oleh Land Resource Evaluation And Planning (LRPE) I1 1994 dan Pusat
Penelitian Tanah (PPT) 2003, dimodifikasi oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Sistem
klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah sistem kesesuaian lahan aktual mennrut F A 0
(1976). Pembuatan peta kesesuaian pedo-agroklimat menggunakan ArcView GIs 3.3.
Secara umnm, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan lnas sekitar 27.263,l l d
terbagi atas lima kelas elevasi, mulai dari 0-7 m.dp1 sampai dengan diatas 500 m.dpl dengan
tingkat kemiringan 0->40%. Empat jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Kutai Kartanegam
adalah ultisols (31,6%), entisols (27,9%), kompleks uliisosl, inceptisols, dan ei~tisols(27,7%), dan
histosols(l2,8%). Karakteristik iklim Kutai Kartanegara adalah hujan tropika humida (Af) dengan
suhu udara rata-rata tahunan sekitar 23,3->26,3 OC. Jumlah cwah hujan wilayah berkisar antara
2.000-4.000 mmltahun.
Kelas kesesuaian pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi sawah di Kabupaten
Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat
bahaya erosi dan media perakaran (S3er) seluas 20.886 ha (0,8%), tidak sesuai selamanya dengan

faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan retensi hara (N2ef) selnas 32.273 ha (1,2%), tidak sesuai
untuk selamanya, faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 388.727 ha (14,3%), tidak sesuai saat
h i , faktor pembatas tingkat bahaya erosi (Nle) seluas 528.134 ha (19,4%), sesuai marginal dengan
faktor pembatas media perakaran (S3r) dengan luas 662.492 ha (24,3%), dan kelas tidak sesuai
selamanya, faktor pembatas tingkat bahaya erosi (N2e) seluas 1.092.979 ha (40,1%).
Kelas kesesuaian lahan pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi gogo di
Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas
tingkat bahaya erosi, retensi hara, dan media perakaran (S2ek) seluas 20.381 ha (0,7%), tidak
sesuai selamanya dengan faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 421.086 ha (15,4%), cukup
sesuai dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran (S2fr) seluar 674.880 ha (24,8%),
dan kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi (S3e) dengan luas
1.609.143 ha (59%).
Lahan dengan faktor pembatas media perakaran (drainase) dapat dilakukan usaha perbaikan
dengan cara pembuatan saluran drainase yang sesnai dengan kondisi lahan setempat Untuk faktor
penghambat tingkat bahaya erosi (lereng), usaha perbaikan yang dapat dilakukan ialah pembuatan
teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutupan lahan. Sedaugkan untuk faktor
penghambat retensi hara (pH), dapat dilakukan usaha pengapuran. Usaha perbaikan dapat
dilakukan pada tingkat sedang sampai tinggi.
Kata kunci: evaluasi lahan, pedo-agroklimat, padi, Kutai Kartanegara


EVALUASI KESESUAIAN LAAAN UNTUK KQMOUITAS PAD1
BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKLIIMAT
DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

RUDW HAMSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si) pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METlEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK WMODPTAS PAD1
BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT
DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG


RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSl DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan Pedo-Agroklimat di
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan
dosen pembimbing dan belum pemah diajukan pada perguruan tinggi manapun
atau lembaga akademik lain untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu.
Bahan mjukan berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks da11 dicantumkan dalarn
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Desember 2009

Rudin Hcrrnsyah
NIM G24 10403 1

ABSTRACT
RUDIN HAMSYAH. Land Suitability Evaluation for Rice Commodity Rased on PedoAgroclimate Approach in Kutai Kartanegara Region. Under direction of IMPRON and EIENY
SUHARSONO
Land suitability evaluation for agricultural commodity can be marrangedbased on pedoagroclimate approach. This is caused every k i d of plant have a spesific growth requirement to
grow and rise optimally suitable with the climate, land, topography region characteristic. The aim
of this research is knowing land suitable class for "Sawah" rice and "Gogo" rice in Kutai
Kartanegara region by pedo-agroclimate approach. The method used in this research is matching
pedo-agroclmate condition data at the region being discussed by land suitability class criteria for
"Sawah" rice and "Gogo" rice which is composed by Land Resource Evaluation And Planning I1
in 1994 and Land Research Center in 2003, modified by Hardjowigeno and Widiatmaka (2007).
Land suitability classification system being used is actual system according to Food and
Agriculture Organization (1976). Actual pedo-agroclimate suitable classes for "Sawah" rice in
Kutai Kartanegara Region and it's area are marginally suitable with limiting factors of erruption
risk level and root media (S3er) cover 20.886 ha (0,8%), permanently not suitable with limiting
factors of errnption risk level and soil fertility (N2ef) cover 32.273 ha (1,2%), permanently not

suitable with limiting factor of soil fertility (N20 covers 388.727 ha (14,3%), currently suitable
with limiting factor of errnption risk level (Nle) covers 528.134 ha (19,4%), marginally suitable
with limiting factor of root media (S3r) covers 662.492 ha (24,3%), and pe~manentlynot suitable
with limiting factor of erruption risk level (N2e) covers 092.979 ha (40,1%). Actual pedoagroclimate land suitable class for "Gogo" rice in Kutai Kartanegara region and it's area is
moderately suitable with limiting factor of ermption risk level, soil fertility, and root media (S2ek)
cover 20.382 ha (0,7%), permanently not suitable with limiting factor of soil fertility (N2f) covers
421.086 ha (15,4%), moderately suitable with limiting factors of soil fertility and root media (S2k)
cover 674.880 ha (24,8%), and marginaly suitable class with limiting factor of errnption risk level
(S3e) covers 1.609.143 ha (59%).
Keywords : land evaluation, pedo-agroclimate, rice, Kutai Kartanegara region.

RUDlN HAMSYAH. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Padi Berdasarkan Pendekatan
Pedo-Agroklimat di Kabupaten Kutai Kartanegara. Dibimbing oleh IMPRON DAN HENY
SUHARSONO.
Evaluasi kesesuaian lahan untuk suatu komoditas pertanian dapat disusun herdasarkan
pendekatan pedo-agroklimat. Hal tersebnt dikarenakan setiap jenis tanaman mempunyai syarat
tumbuh tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesnai dengan karakteristik
lahan (ilim, tanah, dan topografi) suatu wilayah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian la bar^ untuk tanaman padi
sawah dan padi gogo di Kabupaten Kutai Kartanegam melalui pendekatan beberapa aspek

~. p e d w
ngroklin~at;yaitu kelcrengan, jenis tanah, curah hujan, dan suhu utlara. 'l'ujllan loin dari penelitian
ini odalah untuk mengelahui kari~kterisliksumbcr daya lahan di Kutai Kulanegara. Mctode yang
diynakan dalam penelitian ini adalah dengan proses pencocokan (nlaiching) data kondisi pedoagroklimat wilayah kajian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah d m
padi gogo yang disnsun oleh Land Resource Evaluation And Planning (LRPE) I1 1994 dan Pusat
Penelitian Tanah (PPT) 2003, dimodifikasi oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007). Sistem
klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah sistem kesesuaian lahan aktual mennrut F A 0
(1976). Pembuatan peta kesesuaian pedo-agroklimat menggunakan ArcView GIs 3.3.
Secara umnm, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan lnas sekitar 27.263,l l d
terbagi atas lima kelas elevasi, mulai dari 0-7 m.dp1 sampai dengan diatas 500 m.dpl dengan
tingkat kemiringan 0->40%. Empat jenis tanah utama yang tersebar di wilayah Kutai Kartanegam
adalah ultisols (31,6%), entisols (27,9%), kompleks uliisosl, inceptisols, dan ei~tisols(27,7%), dan
histosols(l2,8%). Karakteristik iklim Kutai Kartanegara adalah hujan tropika humida (Af) dengan
suhu udara rata-rata tahunan sekitar 23,3->26,3 OC. Jumlah cwah hujan wilayah berkisar antara
2.000-4.000 mmltahun.
Kelas kesesuaian pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi sawah di Kabupaten
Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat
bahaya erosi dan media perakaran (S3er) seluas 20.886 ha (0,8%), tidak sesuai selamanya dengan
faktor pembatas tingkat bahaya erosi dan retensi hara (N2ef) selnas 32.273 ha (1,2%), tidak sesuai
untuk selamanya, faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 388.727 ha (14,3%), tidak sesuai saat

h i , faktor pembatas tingkat bahaya erosi (Nle) seluas 528.134 ha (19,4%), sesuai marginal dengan
faktor pembatas media perakaran (S3r) dengan luas 662.492 ha (24,3%), dan kelas tidak sesuai
selamanya, faktor pembatas tingkat bahaya erosi (N2e) seluas 1.092.979 ha (40,1%).
Kelas kesesuaian lahan pedo-agroklimat secara aktual untuk tanaman padi gogo di
Kabupaten Kutai Kartanegara beserta luasannya adalah cukup sesuai dengan faktor pembatas
tingkat bahaya erosi, retensi hara, dan media perakaran (S2ek) seluas 20.381 ha (0,7%), tidak
sesuai selamanya dengan faktor pembatas retensi hara (N2f) seluas 421.086 ha (15,4%), cukup
sesuai dengan faktor pembatas retensi hara dan media perakaran (S2fr) seluar 674.880 ha (24,8%),
dan kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas tingkat bahaya erosi (S3e) dengan luas
1.609.143 ha (59%).
Lahan dengan faktor pembatas media perakaran (drainase) dapat dilakukan usaha perbaikan
dengan cara pembuatan saluran drainase yang sesnai dengan kondisi lahan setempat Untuk faktor
penghambat tingkat bahaya erosi (lereng), usaha perbaikan yang dapat dilakukan ialah pembuatan
teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutupan lahan. Sedaugkan untuk faktor
penghambat retensi hara (pH), dapat dilakukan usaha pengapuran. Usaha perbaikan dapat
dilakukan pada tingkat sedang sampai tinggi.
Kata kunci: evaluasi lahan, pedo-agroklimat, padi, Kutai Kartanegara

EVALUASI KESESUAIAN LAAAN UNTUK KQMOUITAS PAD1
BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKLIIMAT

DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

RUDW HAMSYAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains (S.Si) pada
Departemen Geofisika dan Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METlEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK WMODPTAS PAD1
BERDASARKAN PENDEKATAN PEDO-AGROKILIMAT
DI KABUPATEN KUTAI KARTANEG

RUDIN HAMSYAH

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

tehologi budaya tanaman, ternak, dan ikan
ialah pemetaan kesesuaian lahan untuk
pengekbangan komoditas tanaman pangan,
iernak, danikan di wilayah Kutai ~artinegara
(BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).
Program pengembangan komoditas padi
sawah dan padi gogo di Kutai Kartanegara
hams menggunakan suatu perencanaan yang
matang. Hal ini bertujuan untuk mencapai
tingkat produktivitas yang diginkan. Perlu
disadari
bahwa
tingkat
produktivitas
dipengaruhi oleh potensi genetik, kondisi
lingkungan, d m manajemen pengelolaan
tanaman yang baik.
Suatu analisis perencanaan pertanian tidak
akan terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya yang utama
adalah lingkungan fisik (tanah dan iklim).
Dalam
analisis
awal
faktor
tanah
dipertirnbangkan sebagai faktor yang relatif
dapat diiodifkasi, sedangkan faktor iklim
dalam skala meso hingga makro mempakan
faktor yang tidak dapat dimodimasi
pjaenndin et al. 2002). Untuk itu dalam
suatu perencanaan pertanian, analisis iklim
dan karakterisasi sumber daya iklim
mempakan ha1 penting yang mendukung
keberhasilan perencanaan tersebut.
Perlu disusun sebuah studi evaluasi lahan
untuk menentukan kelas kesesuaian lahan
berdasarkan pendekatan pedo-agroklimat
dalam m g k a pengembangan potensi
budidaya tanaman padi sawah dan padi gogo
di Kutai Kartanegara. Hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui potensi-potensi wilayah di
Kutai Kartanegara yang memiliki kelayakan
untuk pengembangan budidaya padi sawah
dan padi gogo sesuai dengan kondisi pedoagroklimat setempat.
1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dilaksanakannya penelitian
ini ialah untuk mengetahui tingkat kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah
dan padi gogo di Kabupaten Kutai
Kartanegara melalui pendekatan beberapa
aspek pedo-agrokliiat; yaitu kelerengan, jenis
tanah, curah hujan, dan suhu ndam. Tujuan
lain dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik sumber daya lahan
(iklim, tanab, dan terrain) di Kutai
Kartanegara.
1.3 Perurnusan Masalah Penelitian
Salah satu kebijakan pembangunan di
bidang pettanian tanaman pangan yang
dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kutai
Kaganegara yang ditejemahkan dalam

program Gerakan Pem1)erdayaa.n Masyarakat
Kutai (GERBANG DAYAKU) edisi ke-2
adalah dengan ditetapkannya berbagai
kawasan sentra produksi komoditas pertanian.
Penetapan ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan strategis sesuai dengan kondisi
biofisik wilayah, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat. Namnn, terdapat indiiasi bahwa
kajian iklim dalam penetapan berbagai
kawasan sentra prodrlksi tersebut belum
memadai (komprehensif).
Berdasarkan bal te~sebut di atas, maka
pertanyaan penelitian yang akan diiaji dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana kondisi tanah, sifat, dan
penyebarannya di wilayah Kutai
Kartanegara?
2. Bagaimana karakteristik iklim di wilayah
Kutai Kartanegara?
3. Bagaimana kondisi biofisik yang sesuai
untuk syarat turnbull tanaman padi sawah
dan padi gogo di Kutai Kartanegara?
4. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan di
Kutai Kartanegara untuk tanaman padi
sawah dan padi gogo?
5. Wilayah-wilayab mana saja yang
berpotensi
unhlk
pengembagan
komoditas padi sawah dan padi gogo?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan info~masi secara utuh
tentang kondisi pedo-agrokliiat Kutai
Kattanegara.
Informasi
ini
akan
memudahkan bagi pengguna dalam
merencanakan lokasi sentra komoditas
padi yang hams dikembangkan dan
kebutuhan teknologi yang sesuai (spesifik
lokasi) di masing-masing zona pedoagroklimat.
2. Memberikan kemudahan bagi pemerintah
daerah Kutai
Kartanegara
untuk
merencanakan pengembangan di bidang
pertanian tananian pangan, khususnya
komoditas padi.
3. Sebagai arahan bagi pemerintah daerah
Kutai Kartanegara dalam menetapkan
arah kegiatan pengembangan sentra
komoditas padi berdasarkan peta zona
pedo-agroklimat wiklyah.
4. Data mengenai karakteristik lahan dan
peta kesesuaian pedo-agroklimat yang
dhasilkan berguna untuk mengantisipasi
kebijakanlprogram pemerintah daerah
Kutai Kartanegwa yang
sifatnya
mendadak dan terkait dengan kegiatan
pemanfaatan lahan agar tidak tnmpang
tindii.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kntai
Kartanegara
Kabupaten
Kutai
Kartanegam
13
merupakan
salah
satu
dari
KabupatenIKota yang terdapat di Provinsi
Kalimantan Timur. Dari ibu kota Provinsi
Kalimantan
Timur
(Samarinda)
ke
Tenggarong (Ibu kota Kabupaten Kutai
Kartanegara), cukup ditempuh dengan
perjalanan darat selama 30-45 menit (sekitar
25 km).
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki
luas wilayah daratan sekitar 27.263,l km2
terletak antara 115"26'28" Bujur Timur
sampai dengan 117'36'43" Bujur T i u r dan
128'21" Lmtang Utara sampai dengan
1'08'06" Lintang Selatan (BAPPEDA Kutai
Kartanegara, 2008).
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
mempakan wilayah yang berbatasan dengan
Kabupaten Malinau, Kutai Timur dan Kota
Bontang pada sisi sebelah utara. Sisi sebelah
timur berbatasan dengan Selat Makasar,
sebelah selatan berbatasan deugan Kota
Balikpapan dan juga Kabupaten Penajam
Paser Utam, dan sisi sebelab barat
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat
(BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).
Kabupaten Kutai Kartanegara terbagi
atas 18 Kecamatan. Keseluruhan Kecamatan

tersebut adalah Sa~nbuja,Muara Jawa, SangaSanga, Loa Janan, Loa Kulu, Muara Muntai,
Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarong, Sebulu,
Tenggarong Seberang, Anggana, M u m Badak,
Mamng Kayu, M u m Kaman, Kenohan,
Kembang Janggut dan Tabang. Luas wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara per Kecamatan
dapat difihat pada Tabel 1 .
Perangkat pemerintah daerah yaug secara
khusus menangani bidang pertanian tanaman
pangan di Kutai Kaxtanegara ialah Dinas
Pertanian Tanaman Pangan.
Berdasarkan Peraturan Daelah Nomer 39
Tahun 2000 tentang Sbuktur Pemerintahan
Daerah, Diias Pertaniau Kutai Kartanegara
mempakan perangkat daerah yang mempunyai
tugas pokok dalam melaksanakan keweuangan
otonomi daerah di Bidang Pertanian Kabupaten
Kutai Kahauegara. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok tersebut, Dinas Pertanian
mempunyai fungsi :
1. Memuskan kebijakan teknis di
bidang pertanian tanaman pangan.
2. Pemberiaan perizinan dan pelaksanaan
pelayanan mum di bidang pertanian
tanaman pangan.
3. Pembinann terhadap pelaksanaan
teknis dinas dan Cabang Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Kutai Kamnegara.
4. Pengelolaan umsan ketatausahaan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tabel 1 Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara per Kccamatan
Kecsmstso

L u s s (km2)

Kcearnatan

Anggana

1.798.8

Muara Kaman

Kembang langgut

1.923.9

Muara Muntai

Kenohan (Kahala)

1.302,2

Muan Wis

Kota Bangun

1.143,7

Samboja

Loa Janan

644,2

Luas (km2)
3.410,l

Sanga-Sanga

Loa Kulu

1.405,7

Sebulu

Marang Kayu

1.165.7

Tabang

Muara Bad&

939.1

Tenggamng

398.9

M u m Jawa

745.5

l'cnggarong Scberang

437.0

Sumber : Badan Perencanaan Pembsllgunan Dacrah PAPPEDA) Kufai K m e g o r a (2008)

DAPPEDA

&ma.

Uiaix.m-

Sumber : BAPPEDA Kutai Kartanegara (2008)
Gambar 3 Peta Administrasi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegnra.

2.2 Pewilayahan Komoditas Pertanian

Djaenudin ef 01. (2002) mengemukakan
bahwa agar produktivitas lahan yang
diusabakan mencapai
optimal perlu
diberlakukannya
suatu
pewilayahan
komoditas pertanian yang sesuai dengan
daya dukung laban. Suatu komoditas
pertanian hams dikembangkan pada suatu
lahan yang paling sesuai, sehingga
mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif.
Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out
Mata Kuliah Kapita Selekta Meteorologi
memberikan batasan mengenai pengertian
suatu
komoditas
yang
mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif.
Keunggulan komparatif berarti komoditas
yang diproduksi melalui dominasi dukungan
sumber daya atam, dimana daerah lain tidak
mampu memproduksi produk yang sejenis.
Suatu komoditas dikatakan memiliki
keunggulan kompetitif jika komoditas
tersebut diproduksi dengan cara yang efektif
dan efisien. Masih menurut Sugiarto (2007)
yang diacu dalam Hand out Mata Kuliah
Kapita Selekta Meteorologi, komoditas
tersebut telah memiliki nilai tambah dan
daya saing usaba, baik dari aspek kualitas,
kuantitas, maupun kontinuitas dan harga.
Laimeheriwa (2002) menyatakan bahwa
pewilayahan tanaman mempakan suatu
metode
evaluasi
lahan
yang
mengidentifikasikan lahan dan dapat
digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga
dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian
lahan terhadap tanaman dan dapat diperoleh
lahan yang potensial untuk pengembangan
tanaman tertentu.
Subagyo el al. (2000a), diacu dalam
Djaenudin et al. (2002) menyatakan bahwa
areal yang dipilih untuk menentukan
komoditas unggulan barus tercakup pada
wilayah yang pemntukannya sebagai
kawasan budidaya pertanian sesuai dengan
kriteria sektoral dengan mempertimbangkan
kesesuaian lahan danlatau daya dukung
lahan. Apabila bal tersebut diperhatikan
maka pendekatan pewilayahan komoditas
pertanian akan dapat mengatasi penggunaan
lahan yang kurang atau tidak produktif.
Karakteristik lahan, iklim (curah hujan,
suhu udara) dan ketersediaan sumber daya
air
mempakan
dasar
dari
usaha
pengembangan suatu komoditas secara
intensif dalam sistem pertanian. Jika
informasi tentang ha1 tersebut terbatas, maka
komoditas yang dikembangkan oleh
masyarakat juga tebatas jenisnya. Hal ini

menyebabkan nilai jual relatif rendah, terutama
pada musim panen. Kesalahan dalam
menentukan kesesuaian iklim bagi tanaman
akan mengakibatkan
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak normal, sehingga
produktivitas akan menyimpang jauh dari
potensi sebenamya (Djaenudii et al. 2002).
Tujnan utama dilaksanakannya suatu
pewilayahan komoditas pertanian ialah nntuk
menentukan komoditas ~iliggulansuatu daerah.
Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out Mata
Kuliah Kapita Selekta Meteorologi menjelaskan
tujuan ut&a tersebut merijadi tiga tuju& yang
saling berkorelasi, yaitu : (1) menginventarisasi
potensi komoditas ungylan daerab; (2)
melakukan analisis terhadap berbagai peluang
dan penghambat pengembangan komoditas
unggulan strategis tersebut;
dan (3)
Memmnskan strategi pengembangan komoditas
unggulan untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Terdapat tiga aspek utama yang hams diiaji,
dipelajari, dan diperhatikan dalam penetapan
komoditas unggulan suatu daerah. Ketiga aspek
utama tersebut ialah kondisi fisiktgeografis,
kondisi perekonomian rnasyarakat setempat,
dan kondisi snsial budaya.
Dwi (2006) menyatakan bahwa potensi
suatu daemh untuk pengembangan suatu
komoditas pertanian pada umulnnya ditentukan
oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan
(dalam ha1 ini mencangkup iklim, tanah,
topografi) dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Kecncokan antara sifat fisik lingkungan dari
suatu daerah dengan persyaratan tumbuh
tanaman dapat lnemberiltan informasi bahwa
komoditas tersebut potensial dikembangkan di
daerah bersangkutan.
2.3 Evaluasi Lahan

Food and Agriculture Orgunization (FAO)
(1977), diacu dalam Notohadiprawiro (1991)
mendefinisikan laban sebagai suatu daerah
permukaan daratan bumi yang ciri-cirinya
mencakup segala tanda pengenal, baik yang
bersifat cukup mantap rnaupun yang dapat
diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer,
atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, dan
populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil
kegiatan manusia pada masa lampau dan masa
kini, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut
memberikan pengaruh murad atas penggunaan
lahan nleh manusia pada masa kini dan masa
mendatang. Lebih lanjut, Djaenudin (1997),
yang diacu dalam Wirosoedarmo et al. (2007)
menyatakan bahwa lahan mempakan bagian
bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian dari fisik termasuk iklimm, topo&~afi

(reliej), hidrologi dan keadaan vegetasi
alami (natural vegetation) yang semuanya
secara potensial berpengaruh terhadap
penggunaan lahan
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
menyatakan
bahwa
evaluasi
lahan
m e ~ p a k a nbagian dari proses perencanaan
tataguna lahan. Inti evaluasi lahan ialah
membandimgkan persyaratan yang diminta
oleh tipe penggunaan lahan yang akan
diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas
lahan yang diiiliki oleh lahan yang akan
digunakan.
2.4 Kesesuaian Lahan
Suatu lahan memiliki nilai berdasarkan
kegunaan, manfaat atau fungsi yang
dijalankannya. Istilah tersebut menurut
Notohadiprawiro (1991) disebut sebagai
harkat lahan.
Terdapat dua macam harkat lahan, yaitu
kemarnpuan (capabiliry) dan kesesuaian atau
keserasian (suitabiliry) (Notohadiprawiro,
1991).
Masing-masing
pengharkatan
tersebut berbeda dalam ha1 maksud
penilaian. Penilaian kemampuan bermaksud
menetapkan pembenahan pengelolaan yang
diperlukan untuk mencegah degradasi lahan.
Sedangkan penilian kesesuaian bemaksud
menetapkan pengelolaan
khas yang
diperlukan untuk memperoleh nasabah lebih
baik antara manfaat dan masukan yang
diperlukan, baik berdasarkan pengalaman
maupun antisipasi.
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2007), kesesuaian lahan adalah kecocokan
suatu lahan untuk tipe penggunaan lahau
Cjeuis tanamau dau tingkat pengelolaan)
tertentu. Terdapat dua jenis kesesuaian
lahan, yaitu kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian
lahan aktual mempakan kesesuaian lahan
menurut kondisi yang ada saat ini, belum
mempertimbangkan
masukan
yang
diperlukan untuk mengatasi faktor pembatas
yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah
kesesuaian lahan yang akau dicapai setelah
dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan
(land improvenlenf).
Sitorus (1998) mengemukakan bahwa
terdapat dua tahapan dalam memilih dan
menemukan lahan
yang sesuai untuk
tanaman tertentu. Tahapan yang pertama
adalah menilai persyaratan tumbuh tanaman
yang akan diusahakan. Tahapan kedua
adalah mengideutifikasi dan membatasi
lahan yang mempunyai sifat-sifat yang

diinginkan tetapi tanpa sifat lain yang tidak
diinginkan.
2.5 Kemampnan Lahan
Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang
ditetapkan menurut macam pengelolaan atau
syarat pengelolaan yang diperlukan berkenaan
dengan pengendalian ballaya degradasi lahan
atau penekanan resiko kerusakan lahan selama
penggunaannya untuk maksud dan tujuan
tertentu (Notohadiprawiro, 199 I).
Menurut sistem United States Departement
of Agricz~lfure(USDA), klasifikasi kemampuan
lahan dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu :
tingkat kelas, tingkat sub-kelas, dan tingkat unit
(satuan pengelolaan).
2.6 Metode Penentuan Kesesuaian Lahan
Metode yang digunakau dalam penentuan
kesesuaian lahan adalah dengan melakukan
pengkelasan kesesuaian tanah, kesesuaian
iklim, dan kesesuaian
pedo-agrokliiat
tanaman.
Menurut Djainudin et al. (2000)
pengkelasan dilakukan dengan menggunakan
hukum minimum, yaitu ~nemperbandingkan
(ntatching) antara kualitas dan karakteristik
lahan sebagai parameter dengan kiteria kelas
kesesuaian lahan yang telah disusun
berdasarkan persyaratan penggunaan atau
persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas
yang dievaluasi.
Pada tingkat kelas, lahan dibedakan menjadi
lima kelas secara halitatif, yaitu kelas lahan
sangat sesuai (Sl), c u h p sesuai (S2), sesuai
marginal (S3), tidak sesuai pada saat ini (NI),
dan tidak sesuai untuk selamanya (N2). Hal
tersebut sesuai deugan sistem klasifikasi
kesesuaian lahan yaug diterapkan oleh F A 0
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
2.7 Hubnngan Iklim dan Tanaman
Iklim adalah sintesis, kesimpulan atau
statistik cuaca jangka panjang. Jadi unsur-unsur
iklim dan unsur-unsur cuaca sama. Menurut
Organisasi Meteorologi Dunia, waktu ideal
untuk pengumpulan data iklim dari data cuaca
adalah > 30 tahun (Nasir, 2004).
Kondisi cuaca dan iklim akan sangat
berpengaruh terhadap suatu jenis tanaman.
Menurut Nasir (2004), perbedaan mendasar
antara pengaruh cuaca dan pengaruh iklim
terhadap tanaman adalah bahwa cuaca sangat
menentukan hasil paneu aktual, sedangkan
iklim menentukan kapasitas hasil panen di suatu
pusat proditksi pertanian. Kapasitas hasil panen
adalah rata-rata produksi tiap musim panen
dalam jangka waktu panjang.

Tabel 2 Pusat produksi beberapa tanaman di Indonesia beserta tipe iklirm~ya
Tnnamsn/
Komoditas
Padi sawah

Sagu

Contoll Pusat Produksi
Pantai Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi
Pantai rawa, antara lain: Maluku dm
lrian Jaya

TipeKclas lklim
Sehmidth &
Koppcn
lrcrguson

Elevasi

(m.dpl)

0-700

Af, Am
dan Aw

A,BdanC

0-100

Af

A dan B

Am & Abv

A, B, C dan D

Tebu Irigasi

Dat. Rendah Jateng, Jatim

0-100

Jagung

Jatim, Madurq Lampung
Snlsel, NTB, dan N1T

0-700

Kacang tanah

Jatim,
NnMadura, Sulsel, NTB,

0-700

$nzv
Am dan Aw

A,B,CdanD
B, C dan D

Sumber :Nasir (2004)
Masih
menurut
Nasir
(2004),
pengembangan pusat produksi kultivar
memerlukan kesesuaian lingkungan yang
dapat
dan
menunjang
pertumbuhan
perkembangan sehingga menjamin produksi
yang tinggi baik dalam ha1 kuantitas maupun
kualitas. Daerah pusat produksi suatu
komoditas pertanian yang telah cukup lama
dapat digunakan sebagai daerah acuan
kesesuaian iklim dan tanaman. Contoh pusat
produksi beberapa tanaman di Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 2.
Setiap tanaman membutuhkan syarat
tumbuh serta mempunyai daya adaptasi
terhadap fingkungan. Di lapangan kondisi
tersebut m e ~ p a k a ninteraksi antara potensi
alamiah dengan paket teknologi sistem usaba
tani dan infrastrukhu. Suatu tanaman yang
tumbuh, berkembang dan berproduksi
optimum terus menerus diperlukan kesesuaian
pedo-agroklimat. Kondisi kesesuaian tersebnt
memungkmkan
suatu
wilayah
untuk
dikembangkan menjadi pusat produksi
komoditi pertanian (Djaenudin et at. 2002).
Komponen pedo-agrokliat terdiri atas
topografi, jenis tanah, dan iklim (curah hujan
dan subu udara). Djaenudin et al. (2002)
menyatakan bahwa pengembangan komoditas
pertanian pada wilayah yang sesuai dengan
persyaratan pedo-agroklimat tanaman, yang
meliputi iklim, tanah, dan topografi, akan
memberikan hasil yang optimal dengan
kualitas prima. Keragaman sifat lahan
mempakan modal dasar yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam menentukan
pewilayahan komoditas pertanian di suatu
wilayah.

2.8 Klasifikasi lklim
Djaenudin el al. (2002) menyatakan bahwa

karakter iklim mencetminkan perpaduan
pengaruh unsur-unsurnya dan biasanya
dicirikan oleh tipe atau kelas iklim. Sampai
saat ini telah banyak metode klasifikasi iklim
yang dipublikasikan, diantaranya metode
Koppen, Schmidth-Ferguson, dan metode
Oldeman.
Klasifikasi Koppen didasarkan pada
hubungan antara iklim (suhu dan hujan ratarata) dengan pe~tumbt~han.
Menurut Koppen
vegetasi
yang
bidup
secm
alami
menggambarkan iklim tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu batas-batas klasifikasi iklim
Koppen berkaitan dengan batas-batas
penyebaran vegetasi (Handoko, 1994).
Koppen membagi 12 tipe iklim, ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi iklim mcnurut Koppen
Nams

Tipe IWim

lklim hujan bopis
Iklim kering

Af,AwdanAm
BS dm BW

lklim hujm sedang panas
lklim hutan sdju sejuk
lklim kutub

Cf, Cr dan Cw
Df dan Dw
ET dan EF

Sumber : Pnwirowardoyo (1995)
Penentuan tipe iklim menutut Schmidth
dan Ferguson hanya memperhatikan unsur
iklim curah hujan, memerlukan data hujan
bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang
digunakan adalah penentuan bulan kering,
bulan lembab dan bulan basah masing-masing
bulan setiap tahun (Handoko, 1994).

Sumber : Hand Out Mata Kuliah Klimatologi Dasar (2006)
Gambar 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson.

1

Tabel 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson
Tipe lklirn
A
B

C
D
E

Ketemngnn
Daerah sangat basah dengan vcgetvsi hutan hujan tropis
Daerah basah dengan vegetvsi hutan hujan trapis
Daerah agak basah dengan vcgctasi hutan rirnba, diantaranyaterdnpatjenis
gugur pada rnusirn kernarau, misalnyajati
Dacrah sedang dengan vegetasi hutan musirn
Dacrah ag& kering dengan vegctaqi hutan sabana
Daerah kering dengan vegctasi hutan sabana

vcgevasi yang daunnya

F
G
Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang
H
Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang
Sumber : Handoko (1994)

Schmidth dan Ferguson menentukan
jumlah Bulan Kering (BK), Bulan Lembah
(BL) dan Bulan Basah (BB) tahun demi
tahun selama periode pengamatan, kemudian
dijumlahkan dan dirata-ratakan. Penentuan
tipe iklimnya menggunakan nilai Q, seperti
yang terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan
perhitungan tersebut maka akan diperoleh 8
tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson
(Tabel 4).
Klasifikasi
Oldeman
tergolong
klasifikasi yang baru di Indonesia dan dalam
beberapa ha1 masih mengundang diskusi
mengenai batasan atau kriteria yang
digunakan. Bermanfaat dalam klasifikasi
lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia (Handoko, 1994).
Oldeman telah membuat sistem baru
dalam klasifikasi iklim yang dihuhungkan
dengan pertanian menggunakan unsur iklim
curah hujan. Kriteria yang digunakan dalam
klasifikasi ini didasarkan pada : BK (bulan
dengan CH200 mm).
Oldeman
menggunakan
ketentuan
panjang periode bulan basah dan bulan

t rata-rata CH masingkering h ~ t ~ r u t - t u r udari
masing hulan selama periode pengamatan
tertentu. Tipe utama klasifkasi Oldeman dibagi
menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah
basah
berturut-turut,
sedangkan
bulan
suhdivisinya dibagi menjadi 4 tipe herdasarkan
jumlah bulan kering berturut-tumt. Dari 5 tipe
utama dan 4 subdivisi tersehut maka tipe iklim
dapat dikelompokan nienjadi 17 daerah
agroklimat Oldeman mulai dari Al sampai E4
(Handoko, 1994).
Pembagian tipe iklim menurut Oldeman
beserta daerah Agroklimatnya ditunjukkan pada
Tabel 5.
2.9 Sistem Informasi Geografis

Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)
merupakan suatu sistem manual dan komputer
yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengelola, dan menghasilkan
informasi yang mempunyai rujukan spasial atau
geografis (Danoedoro, 1996).
Sedangkan
menurut Wikipedia Indonesia SIG adalah
sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan).

Menurut Arnnof (1989), diacu dalam
Widiyawati (2005) SIG adalah suatu sistem
berbasis komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasiinformasi geografi. SIG dirancang untuk
mengumpulkan,
menyimpan
dan
menganalisis obyek-obyek dan fenomenafenomena
dimana
lokasi
geografis
mempakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dwi (2006)

menyatakan bahwa konsep dasar SIG
merupakan suatu sistem terpadu yang
mengorganisir perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan data yang
selanjumya dapat mendayagunakan sistem
penyimpanan, pengolahan lnaupun analisis data
secara simnltan, sehingga dapat diperoleh
informasi yang berkairan dengan aspek
kemangan (spasial). Contoh aplikasi SIG
ditunjukkan pada Gambar 5.

Tabel 5 Klasifikasi iklim Oldeman beserta daerah agroklimamya
Tipe lkllm
A1, A2

B1
82
CI

Ketersngsn
Sesuai untnk padi terus-mcnerus tetapi produltsi kumg karcna pada umumnya kerapatan fluks
radiasi surya rendah scpanjang tahun
Sesuai untuk padi terus-menerus dengan perencanaan awal musim lanam yanl: bnik. Produksi tinggi
bila panen pada musim kemarau.
Dapat ditanami padi dua knli setahun dengan variclas umur pendck dan musim kering yang pendek
cukup untuk tanaman palawija
Tanaman padi dapat sekali dan palnwiia
dua kali setahnn
.
~

Selahun hanya dapal sekali padi dan penanaman palawija yang kedua h'ms hati-hati jangan jaluh
C2, C3,C4
pada bnlan kering.
Tanaman padi umur pendck satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan Ruks
Dl
radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup.
Hanya mungkin satu kali padi dan saw kali palawija setahun, terganlung pada adanya penediaan air
D2, D3, D4
irigasi.
Daerah ini umumnya terlnlu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija, itupun tergantung
E
hujan.
Sumber : lrawan (2007)

Sumbcr : wvw.grass.itc.it

Gambar 5 Contoh aplikasi SIG dengan Geograpliic Resotrrces Analysis Stipporl System.

2.10 Tanaman Padi
Supasyono
dan
Setyono
(1993)
menyatakan bahwa padi mempakan tanaman
semi aquatis yang cocok ditanaln pada lahan
tergenang. Meskipun demikian, padi juga haik
ditanam di laban tanpa geoangan, asal
kebutuhan airnya tercukupi. Oleh karena itu,
baik di Indonesia atau pun negam lain padi
ditanam di dua jenis lahan utama, yaitu lahan
sawah dan ladang (kering). Gamharan
fisiologis tanaman padi ditunjukkan pada
Gambar 6.

Sumber: www.aagos.ristek.go.id/pertanian/padi.pdf

Gamhar 6 Tanaman Padi (Oryza Saliva).
Soemartono et al. (1984) nlengatakan
hahwa tanaman padi memiliki hatang dengan
ruas-ruas yang di dalamnya berongga dengan
tinggi 1,O-1,5 meter. Dari tiap huku hatang
tumhuh daun yang herbentuk pita dan
pelapah.
Melalui tinjauan klimatologi, tanaman
padi dikategorikan ke dalam golongan
tanaman suhtropika. Literatur lainnya
mengatakan hahwa padi termasuk kategori
tanaman daerah tropis, tetapi juga tumbuh di
daerah suhhopis dan lintang pertengahan
(Hassan, 1963).
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan.

Umumnya padi dapat turnhuh di daerah
tropislsubtropis pada 45 derajat LU sampai 45
derajat LS dengan cnaca panas dan
kelembahan tinggi dengan ~nusim hujan 4
bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah
200 mmibulan atau 1.500-2.000 mmltahun.
Padi dapat ditanatn di rnusim kemarau atau
hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia.
Di musim hujan, walaupun air melimpah
produksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif. Di dataran rendah padi
memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperahtr 22-27 "C sedangkan di dataran
tinggi 650-1.500 m.dpl dengan temperatur 1923 "C. Tanaman padi memerlukan penyinaram
matahari pennh tanpa naungan. Angin
berpengaruh
pada
penyerbukan
dan
pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman (www.aagos.ristek.go.id
: akses 14 Februari 2009).
Padi gogo harus ditanam di lahan yang
berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara. Memerlukan
ketebalan tanah 25 em, tanah yang cocok
bewariasi mulai dari yang berliat, berdebu
halus, berlempung halus sampai tanah kasar
dan air yang tersedia diperlukan cukup
banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika
ada harus