Parasitisasi pada cecidochares connexa di beberapa tempat di Jawa Barat

PARASITISASI PADA Cecidochares connexa
DI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

Oleh:
ISNAWAN SAFI’I
G34101034

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PARASITISASI PADA Cecidochares connexa
DI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor


Oleh:
ISNAWAN SAFI’I
G34101034

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
ISNAWAN SAFI’I. Parasitisasi Pada Cecidochares connexa Di Beberapa Tempat Di Jawa Barat.
Dibimbing oleh SOEKISMAN TJITROSEMITO dan KASNO.
Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson merupakan gulma yang penting di hutan,
padang rumput, dan perkebunan. Salah satu pengendalian secara biologi C.odorata adalah
menggunakan Cecidochares connexa (Macquart), salah satu serangga musuh alaminya. Pada tahun
1995, C.connexa dilepaskan di Jawa Barat. Dalam perjalanannya diketahui adanya parasitoid yang
memparasit C.connexa. Adanya parasitoid tersebut dikuatirkan akan mengurangi efektivitas
C.connexa dalam mengendalikan C.odorata. Penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling untuk mengetahui daerah sebaran parasitoid pada C.connexa di beberapa tempat di Jawa
Barat, dan dikerjakan di Laboratorium Pest and Diseases Management, SEAMEO BIOTROP

Bogor. Pengambilan contoh puru dilakukan di sembilan lokasi. Enam lokasi menunjukkan adanya
C.connexa pada C.odorata, sedangkan tiga lokasi lainnya belum menunjukkan adanya C.connexa
pada C.odorata. Dari enam lokasi yang terdapat C.connexa pada C.odorata, ternyata ditemukan
parasitoid pada C.connexa. Dalam penelitian lain yang terpisah dikemukakan bahwa parasitoid
yang ditemukan ada dua jenis yaitu Ormyrus dan Eupelmus. Berdasarkan penelitian ini, hanya
Ormyrus yang sudah terdapat di keenam lokasi tersebut. Kedua parasitoid tersebut merupakan
parasitoid pupa. Tingkat parasitisasi pada C.connexa di Jawa Barat rata-rata 4.09%. Tingkat
parasitasi tertinggi dari keenam lokasi sebesar 8.89% di Haurbentes. Nilai tersebut dianggap masih
rendah sehingga tidak akan mengganggu populasi C.connexa. Tingkat parasitasi pada C.connexa
pada tempat yang alami lebih tinggi dari pada tempat yang sering diganggu ekologinya.

ABSTRACT
ISNAWAN SAFI’I. Parasitism of Cecidochares connexa in several locations in West Java.
Supervised by SOEKISMAN TJITROSEMITO and KASNO.
Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson is an important weed in forests, pastures,
and plantations. One of the biocontrol agent for C.odorata is Cecidochares connexa (Macquart), a
natural enemy of this weed. In 1995, C.connexa was released in West Java. In its progress it was
found a parasitoid parasitized on C.connexa. This parasitoid was thought to decrease the
effectiveness of C.connexa control on C.odorata. In this experiment purposive sampling method
was used to investigate parasitism of C. connexa in some locations in West Java, and was carried

out in Pest and Diseases Management Laboratory, SEAMEO BIOTROP Bogor. Galls were taken
from nine locations. Six locations showed the existence of C.connexa parasitism on C.odorata, not
in the three other locations. From six locations which C.odorata were attacked by C.connexa,
parasitoids of C.connexa were found as well. In another research, two genus of parasitoid were
found, i.e Ormyrus and Eupelmus. Based on this research, only Ormyrus was found in six
locations. Both the parasitoids are pupal parasitoid. Parasitism of C.connexa in West Java was
estimated to be 4.09%. The highest parasitism of C.connexa from six locations was 8.89% in
Haurbentes. In West Java the parasitism was still low so that it will not harm population of
C.connexa. Parasitism of C.connexa at natural ecosystem was higher than that in agricultural
ecosystem.

Judul

: PARASITISASI PADA Cecidochares connexa DI BEBERAPA
TEMPAT DI JAWA BARAT
Nama : Isnawan Safi’i
NRP : G34101034

Menyetujui:


Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Soekisman Tjitrosemito
NIP. 130873226

Ir. Kasno, M.Sc.
NIP. 130891379

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP. 131473999

Tanggal Lulus :……………


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak
bulan Maret 2005 adalah Parasitisasi Pada Cecidochares connexa Di Beberapa Tempat Di Jawa
Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Soekisman Tjitrosemito dan Ir. Kasno,
MSc sebagai Pembimbing atas bimbingannya pada karya ilmiah ini. Kepada Ibu Dr. Rika
Raffiudin sebagai penguji penulis ucapkan terima kasih. Selanjutnya kepada Ibu Sri Sudarmiyati,
Pak Wardi, Pak Imam, Pak Budi, Pak Ujang, Pak Muktar, Ibu Wiwit, serta para staf karyawan PT
Perkebunan Nusantara VIII yang telah berperan membantu penulis di lapang dan di laboratorium
SEAMEO BIOTROP.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda serta Adikku Fajar Bagus
DP yang senantiasa memberikan do’a dan dorongan kepada penulis. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada sahabat-sahabat, Vina atas bantuan dan dukungannya, Dewi, Laili, dan Ruly
Pahlevi sebagai partner penelitian penulis, Sarifah, Reffina, Lulu, Nana, Irwandi, Deris, Hijrah,
Angga, Kanu, Rully Fathoni, Ambar, Henry, Rika, Fitri, Anne N, Rusdi atas semangatnya,
Bahrelfi, Made, Bekti, Mas Andi atas semua masukan dan bantuan dalam pengolahan data, serta
seluruh teman Biologi angkatan ’38 dan Bafak 46. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis, Pak Joni, Pak Agus, Pak Edy dan Mbak Yenny yang selalu
direpotkan

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran guna kesempurnaan laporan ini. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi
pembaca umumnya.

Bogor, April 2006

Isnawan Safi’i

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Klaten pada tanggal 27 Nopember 1983 dari Ayah Sukadi dan Ibu
Satinah. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMUN 1 Karanganom, Klaten dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kewirausahaan BioWorld,
Biologi IPB, PAMABI. Penulis pernah melakukan Praktik Lapang di PT Perkebunan Nusantara X
Klaten, Jawa Tengah dengan Judul Perlindungan Tanaman Tembakau Di PT Perkebunan
Nusantara X Klaten. Pada tahun 2005/2006 penulis mengikuti proyek data entri PT Lingkaran
Survei Indonesia.


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................................
1
Waktu dan Tempat .................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat........................................................................................................
2
Metode ....................................................................................................................
2
Pemilihan wilayah .......................................................................................
2
Penentuan lokasi pembuatan petak contoh ..................................................
2
Pembuatan petak contoh ..............................................................................
2

Pengambilan Puru........................................................................................
2
Penanganan Puru .........................................................................................
2
Analisis data ................................................................................................
2
HASIL
.....................................................................................................................
3
PEMBAHASAN ................................................................................................................
5
SIMPULAN .....................................................................................................................
6
SARAN
.....................................................................................................................
7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
7

DAFTAR TABEL

Halaman
1
2
3
4
5
6

Wilayah-wilayah yang dieksplorasi ..............................................................................
Wilayah-wilayah yang dijumpai puru ...........................................................................
Wilayah-wilayah yang tidak dijumpai puru ..................................................................
Data puru di setiap petak contoh ...................................................................................
Frekuensi isi puru di setiap lokasi.................................................................................
Matriks nilai p (peluang) adanya perbedaan rataan isi puru setiap lokasi jika dibandingkan satu sama lain .........................................................................................................

7 Jumlah parasitoid dan C.connexa yang muncul, serta pupa dan larva mati ..................
8 Persentase parasitoid pada C.connexa...........................................................................
9 Hubungan parasitoid dengan ketinggian, curah hujan, dan hari hujan..........................
10 Perbandingan C.connexa jantan dan betina...................................................................


2
3
3
3
3
4
4
4
4
5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data pengamatan daerah Haurbentes ..............................................................................
2 Data pengamatan daerah Cikupa.....................................................................................
3 Data pengamatan daerah Pangandaran............................................................................
4 Data Pengamatan daerah Cimulang ................................................................................
5 Data pengamatan daerah Batulawang .............................................................................
6 Data pengamatan daerah Parungpanjang.........................................................................
7 Gambar parasitoid genus Ormyrus betina (Pahlevi 2006)...............................................

8 Gambar parasitoid genus Eupelmus betina (Pahlevi 2006) .............................................

8
11
14
17
21
23
25
25

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Chromolaena odorata (L.) R.M. King &
H. Robinson merupakan tumbuhan asli daerah
Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Nama
sinonimnya adalah Eupatorium odoratum L.
(Tjitrosoedirdjo 1990). Di Amerika Selatan
dan Amerika Tengah, C.odorata tumbuh di
hutan sekunder dengan ketinggian dibawah
1000 m dpl dengan curah hujan lebih dari
1500 mm per tahun (McFayden 1991).
C.odorata termasuk suku Asteraceae,
merupakan tumbuhan berbentuk semak
dengan ketinggian mencapai 1.5 m - 2 m.
C.odorata dapat tumbuh hingga 7 m jika ada
tumbuhan yang menopangnya. Ketika
dipangkas, batangnya akan segera tumbuh
kembali. Pangkasan batangnya dapat tumbuh
akar dan apabila keadaan memungkinkan
dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru.
C.odorata menghasilkan banyak biji yang
disebarkan oleh angin sehingga dapat
mendominasi daerah sekitarnya dengan cepat.
Selain itu, C.odorata mampu tumbuh dengan
baik di tanah yang subur maupun yang miskin
unsur hara (Tjitrosoedirdjo 1990).
C.odorata di Indonesia merupakan gulma
penting di padang rumput, hutan dan
perkebunan karet. Kehadiran C.odorata
menyebabkan berkurangnya daerah padang
rumput bagi Banteng (Bos javanicus) di
padang penggembalaan Cikamal, badeto dan
nanggorak di Cagar Alam Pangandaran
(Widayanti et al. 2001). Pada tahun 1922,
Beumee menginventarisasi spesies tumbuhan
rendah di hutan jati di Pulau Jawa, ia belum
menjumpai adanya C.odorata. Ahli kehutanan
di Jawa Tengah dan Jawa Timur menemukan
dominasi C.odorata besar-besaran setelah
sekitar lima puluh tahun kemudian
(Tjitrosoedirdjo et al. 1991). Penelitian lebih
lanjut
menunjukkan
bahwa
dominasi
Eupatorium odoratum atau yang sekarang
dikenal sebagai C.odorata, dapat menghambat
pertumbuhan bibit jati (Daryono & Hamzah
1979)
Keberadaan C.odorata yang menimbulkan
kerugian tersebut memerlukan tindakan
pengendalian untuk mengurangi dampak
negatif tersebut. Salah satu cara yang
dilakukan untuk pengendalian C.odorata
adalah dengan menggunakan serangga musuh
alaminya. Salah satu serangga musuh alami
C.odorata adalah Cecidochares connexa
(Macquart) yang termasuk ordo Diptera,
famili Tephritidae (Borror et al. 1982).
C.connexa sebelumnya dikenal dengan nama

Procecidochares connexa. Imago P.connexa
mempunyai ciri-ciri berwarna hitam, sayap
transparan dengan gambaran pita hitam
berpola berselang-seling dengan bagian yang
transparan, matanya berwarna merah, bagian
thoraks dan abdomennya terdapat pola pita
berselang-seling antara hitam dan putih
(Widayanti et al. 1999).
Pada tahun 1995, P.connexa dilepaskan
pertama kali di Parungpanjang, Jawa Barat
sebagai
agen
pengendali
C.odorata.
P.connexa juga dilepaskan di Sukabumi pada
tahun 1996 (Tjitrosemito 1998). Pelepasan
P.connexa di wilayah Jawa Barat lainnya
yaitu di padang penggembalaan Cikamal,
Cagar Alam Pangandaran (Widayanti et al.
2001).
Agen
pengendali
hayati
tersebut
mengoviposisi bagian pucuk C.odorata yang
belum membuka. Larva P.connexa menggerek
jaringan pucuk sehingga membentuk puru dan
hidup di dalamnya (Widayanti et al. 1999).
Terbentuknya puru tersebut diharapkan dapat
mengendalikan
pertumbuhan
gulma
C.odorata. Dalam perjalanannya diketahui
adanya parasitoid yang menyerang C.connexa.
Parasitoid adalah serangga yang larvanya
berkembang dalam tubuh organisme lain
sebagai inang dan pada akhirnya selalu
menyebabkan kematian inang (Gullan &
Cranston 2000). Adanya parasitoid tersebut
dapat mengurangi efektivitas C.connexa
dalam mengendalikan C.odorata.
Parasitoid pada C.connexa yang telah
ditemukan di Meksiko merupakan anggota
famili
Torymidae,
Eupelmidae,
dan
Pteromalidae. Di Brasil utara, parasitoid yang
ditemukan merupakan anggota famili
Braconidae, Eupelmidae, Torymidae, dan
Eulophidae. Di Sumatera dan Jawa, parasitoid
yang ditemukan merupakan anggota famili
Eulophidae dan superfamili Chalcidoidea
(McFadyen et al. 2003). Parasitisasi pada
C.connexa di Jawa Barat sejauh ini belum
pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui daerah sebaran parasitoid
pada C.connexa di beberapa tempat di Jawa
Barat.
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret
sampai Oktober 2005 di Parungpanjang,
beberapa perkebunan tanaman tahunan milik
PT Perkebunan Nusantara VIII (Cimulang,
Panglejar, Batulawang, Cikupa, Gedeh,
Cikumpay), Cagar Alam Pangandaran, Hutan
Penelitian dan Percobaan Haurbentes, serta
Laboratorium Pest and Diseases Management
SEAMEO BIOTROP Bogor.

2

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Batang tanaman C.odorata yang sudah
berpuru
sebagai
bahan
pengamatan
munculnya C.connexa dan parasitoidnya.
Gunting stek dan pisau untuk pengambilan
contoh puru di lapangan. Kantung plastik
untuk membawa contoh puru. Meteran untuk
membatasi jarak pengambilan contoh puru di
tempat yang ditentukan. Global Positioning
System (GPS) sebagai alat untuk mendapatkan
informasi posisi, arah, ketinggian tempat
dimana contoh puru diambil. Cawan petri dan
tissue untuk tempat menumbuhkan pupa C
connexa. Label untuk menandai cawan petri.
Metode
Pemilihan wilayah
Metode untuk mengetahui distribusi suatu
spesies yang umum digunakan yaitu dengan
mengacu pada jurnal ilmiah, catatan lapang,
dan herbarium (Booth et al. 2003). Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling
dengan mengacu pada jurnal ilmiah, catatan
lapang, dan herbarium yang ada. Wilayah
yang dipilih sebagai tempat pengambilan
contoh puru adalah wilayah yang cukup
dikenal terdapat populasi C.odorata atau
wilayah yang pernah dilaporkan terdapat
C.odorata. Wilayah-wilayah tersebut yaitu:
Parungpanjang, beberapa perkebunan tanaman
tahunan milik PT Perkebunan Nusantara VIII
(Cimulang, Panglejar, Batulawang, Cikupa,
Gedeh, dan Cikumpay), Cagar Alam
Pangandaran, serta Hutan Penelitian dan
Percobaan
Haurbentes.
Masing-masing
wilayah yang akan dieksplorasi di atas diberi
tanda (Tabel 1).
Tabel 1 Wilayah-wilayah yang dieksplorasi
Tanda
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX

Wilayah
Haurbentes
Cikupa
Pangandaran
Cimulang
Batulawang
Parungpanjang
Gedeh
Panglejar
Cikumpay

Penentuan lokasi pembuatan petak contoh
Wilayah yang sudah dipilih tersebut dicari
lokasi untuk pembuatan petak contoh. Lokasi
tersebut adalah lokasi yang terdapat populasi
C.odorata dan mudah dijangkau. Lokasi yang
terpilih dicatat posisinya dengan GPS.

Pembuatan petak contoh
Petak contoh dibuat di lokasi yang terdapat
populasi C.odorata yang telah ditentukan.
Petak contoh yang dibuat berukuran ±200 x
200 m2. Di dalam petak contoh tersebut
dilakukan pengambilan contoh puru.
Pengambilan puru
Pengambilan contoh puru dilakukan secara
acak di dalam petak contoh. Contoh puru yang
diambil yaitu batang C.odorata yang terdapat
puru berjendela (windowed gall). Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan C.connexa yang
sudah mencapai stadium pupa pada saat
contoh puru dibelah karena penanganan pupa
lebih mudah daripada larva. Selain itu, larva
lebih rentan terhadap kematian jika diletakkan
pada cawan petri. Jumlah contoh puru yang
diambil yaitu sesuai dengan jumlah puru
berjendela. Contoh puru dipotong dengan
gunting stek atau pisau kemudian dimasukkan
ke dalam kantung plastik. Contoh puru
tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium.
Penanganan puru
Contoh puru dari lapangan tersebut
dibelah dengan pisau. Sebelum pembelahan
puru, disiapkan dahulu cawan petri yang
sudah diletakkan tissue basah dengan tujuan
untuk menjaga kelembaban dalam cawan petri
agar pupa tidak kering. Setiap puru, isinya
diletakkan pada cawan petri yang berbeda.
Larva dan atau pupa dari puru yang sama
diletakkan ke dalam cawan petri yang sama.
Pada setiap cawan petri tersebut diberi label
berisi nomer, tanggal, dan lokasi pengambilan
sampel puru. Pengamatan perkembangan isi
puru dilakukan selama ±1 bulan.
Data yang dikumpulkan berupa jumlah
puru berjendela di setiap petak contoh. Dari
jumlah puru berjendela tersebut diperoleh data
jumlah larva dan pupa di setiap petak contoh.
Pengamatan terhadap perkembangan larva dan
pupa diperoleh data berupa munculnya
parasitoid, C.connexa, larva mati, dan pupa
yang mati karena kering. Data tambahan dari
lapangan berupa data ketinggian, curah hujan,
dan hari hujan.
Analisis data
Larva dan pupa di setiap puru dijumlahkan
untuk mengetahui jumlah isi purunya. Jumlah
isi puru yang sama dikelompokkan ke dalam
satu kelompok kemudian dihitung rata-rata isi
puru di setiap petak contoh. Rata-rata isi puru
tersebut dibandingkan antara lokasi satu
dengan lokasi lainnya. Pengujian rata-rata isi
puru antara lokasi satu dengan lokasi lainnya

3

dilakukan dengan uji T test menggunakan
program SPSS versi 13.0. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan ratarata isi puru antara lokasi satu dengan yang
lainnya
C.connexa yang muncul dihitung jumlah
jantan dan betinanya. Jumlah jantan dan
betina dibandingkan proporsinya. Proporsi
antara jantan dengan betina adalah 1:1
(Tjitrosemito 1998). Pengujian perbandingan
C.connexa jantan dengan betina dilakukan
dengan uji Chi Square (X2) menggunakan
program SPSS versi 13.0. Larva dan pupa
yang mati karena kering selama pengamatan
dihitung persentasenya. Parasitoid yang
muncul dihitung tingkat parasitisasinya di
setiap lokasi. Tingkat parasitisasi diperoleh
dengan rumus sebagai berikut:
Pupa terparasitisasi
% Parasitoid :
x 100 %
Pupa total
Data sekunder berupa ketinggian, curah
hujan, dan hari hujan dilihat pengaruhnya
terhadap populasi parasitoid dengan uji linier
regresi menggunakan program Minitab versi
13.

HASIL
Dari sembilan wilayah yang dieksplorasi
untuk pengambilan contoh puru, ternyata
hanya enam wilayah yang menunjukkan
adanya C.connexa pada C.odorata. Wilayahwilayah tersebut yaitu: Haurbentes, Cikupa,
Pangandaran, Cimulang, Batulawang, dan
Parungpanjang. Letak geografis wilayahwilayah yang dijumpai puru disajikan dalam
Tabel 2. Tiga wilayah yang lainnya tidak
dijumpai adanya puru. Wilayah-wilayah
tersebut yaitu: Gedeh, Panglejar, dan
Cikumpay. Wilayah-wilayah yang tidak
dijumpai puru disajikan dalam Tabel 3.

Berdasarkan pembelahan puru diketahui
bahwa di dalam puru berjendela yang
diharapkan hanya dijumpai pupa C. connexa,
juga dijumpai larva (Tabel 4). Jumlah sampel
puru untuk setiap plot tidak sama karena
hanya diambil sesuai jumlah puru berjendela
yang ada.
Tabel 4 Data puru di setiap petak contoh

I

Σ
puru
120

231

65

Σ isi
puru
296

II

108

132

133

265

III

113

186

181

367

IV

130

179

125

304

Wilayah

Pupa

Larva

V

69

135

27

162

VI
VII

97

144

83

227

0

-

-

-

VIII

0

-

-

-

0
Keterangan: I-IX: lihat Tabel 1.

-

-

IX

Pada pembelahan puru diketahui bahwa isi
di dalam puru jumlahnya bervariasi antara 19 (Tabel 5). Di Haurbentes jumlah isi purunya
antara 1-6 (Lampiran 1). Di Cikupa jumlah isi
purunya antara 1-8 (Lampiran 2). Di
Pangandaran jumlah isi purunya antara 1-9
(Lampiran 3). Di Cimulang jumlah isi
purunya antara 1-6 (Lampiran 4). Di
Batulawang jumlah isi purunya antara 1-7
(Lampiran 5). Di Parungpanjang jumlah isi
purunya antara 1-7 (Lampiran 6). Rata-rata isi
puru di setiap lokasi bervariasi, dari 2.33
hingga 3.25 individu (Tabel 5).
Tabel 5 Frekuensi isi puru di setiap lokasi
Frekuensi
Isi puru

I

II

III

IV

V

VI

1

21

36

18

34

19

22

2

45

34

34

40

26

43

Tabel 2 Wilayah-wilayah yang dijumpai puru

3

38

13

24

41

11

18

Wilayah
Letak Geografis
I
06º32’47.6”LS; 106º26’01.1”BT
II
07º31’45.9”LS; 108º28’46.9”BT
III
07º42’34.4”LS; 108º39’23”BT
IV
06º31’07.7”LS; 106º43’28.2”BT
V
07º25’40.9”LS; 108º34’32.7”BT
VI
06º27’33.3”LS; 106º30’30.1”BT
Keterangan: I-VI: lihat Tabel 1.

4

10

12

9

10

9

8

5

5

7

10

3

3

4

6

1

4

9

2

-

1

7

-

1

4

-

1

1

8

-

1

4

-

-

-

-

-

-

2.33

2.35

2.34

Tabel 3 Wilayah-wilayah yang tidak dijumpai
puru
Wilayah
Letak Geografis
VII
06º43’57.3”LS; 107º10’00”BT
VIII
06º42’54.4”LS; 107º26’57.6”BT
IX
06º28’07.7”LS; 107º30’13.2”BT
Keterangan: VII-IX: lihat Tabel 1.

9
1
Rataan
2.46 2.45 3.25
Isi puru
Keterangan: I-VI: lihat Tabel 1.

Rataan isi puru dari setiap lokasi
dibandingkan satu dengan yang lain memakai
uji t. Nilai p (peluang) uji t ini disajikan pada
Tabel 6. Nilai p yang lebih besar dari 0.05

4

menunjukkan bahwa nilai rataan tidak
berbeda. Dari uji t tersebut terbukti bahwa
hanya nilai rataan isi puru dari Pangandaran
berbeda dengan yang lain (p