Kemiripan Dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum Sp ) Dari Beberapa Tempat Di Jawa Barat

KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KEMANGI
(Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

SANDI REKSA SUKMANA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kemiripan dan Potensi
Produksi Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Sandi Reksa Sukmana
NIM A252114021

RINGKASAN
SANDI REKSA SUKMANA. Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kemangi
(Ocimum sp.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat Dibimbing oleh ANAS
DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.
Sayuran indigenous dapat dijadikan sebagai sayuran alternatif pengganti
sayuran komersial. Pemanfaatan sayuran indigenous dapat dilakukan melalui
eksplorasi. Sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan salah satunya
adalah kemangi. Kemangi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar dan sebagai obatobatan. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan salah satu
sayuran indigenous ini menjadi varietas komersial. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa
Barat dan mendapatkan informasi potensi produksi beberapa aksesi kemangi.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama adalah
eksplorasi dan kemiripan antar aksesi kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat
di Jawa Barat. Pengamatan dilakukan berdasarkan deskriptor tanaman kemangi,
dan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi kemangi dilakukan analisis
gerombol. Percobaan kedua adalah evaluasi produksi berbagai aksesi kemangi

(Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat. Percobaan ini menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal, yaitu 10 aksesi
sebagai perlakuan.
Hasil analisis gerombol aksesi dikelompokkan menjadi 4 gerombol.
Gerombol I berjumlah 31 aksesi dan terdiri dari empat spesies kemangi yaitu
Ocimum tenuiflorum L. (KM 2, KM 3, KM 5, KM 6, KM 7, KM 9, KM 10, KM
11, KM 13, KM 15, KM 16, 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 25, KM 26,
KM 32, KM 33 dan KM 34), Ocimum basilicum L. (KM 4), Ocimum gratissimum
subsp. gratissimum (KM 8, KM 12, KM 14) dan Ocimum americanum L. (KM
24, KM 27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31). Gerombol II berjumlah satu
aksesi yaitu KM 21 (Ocimum gratissimum subsp. gratissimum), gerombol III
berjumlah satu aksesi yaitu KM 1 (Ocimum tenuiflorum L.), dan gerombol IV
juga memiliki satu aksesi yaitu KM 23 (Ocimum basilicum L.).
Ciri utama gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin batang,
terdapat bulu batang, jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan
tidak terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama gerombol
II adalah kerapatan tanaman padat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri
utama gerombol III adalah kerapatan tanaman padat dan jumlah tunas yang
berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama gerombol IV adalah terdapat
warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan terdapat warna

antosianin pada bagian atas helai daun.
Secara umum 10 aksesi yang digunakan memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi varietas. Aksesi KM 21 dan KM 22 memiliki 7
keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 2 dan KM 10 memiliki 6
keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Aksesi KM 1, KM 4, KM 11, KM 25
dan KM 29 memiliki 5 keunggulan dari 8 karakter yang diamati, dan aksesi KM
23 memiliki 4 keunggulan dari 8 karakter yang diamati. Potensi panen kemangi
berkisar mulai 4.61 ton ha-1 sampai dengan 9.63 ton ha-1.
Kata kunci: Analisis gerombol, Ocimum sp., sayuran indigenous.

SUMMARY
SANDI REKSA SUKMANA. Similarity and Production Potential of Landraces
Basil (Ocimum sp.) from Several Places in West Java. guided by ANAS
DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.
Indigenous vegetables can be used as an alternative for commercial
vegetable. The comercialized of indigenous vegetables can be done through
exploration. Basil is one of type indegenous vegetable that potential to be develop.
Basil can consumed in fresh and can also be used as a medicine. This study is an
initial step of develop these indigenous vegetables into commercial varieties. The
purpose of research to identify the landraces of basil (Ocimum sp.) from several

places in West Java and to measure potential yield.
This study consisted of two experiments. The first experiment was an
exploration and similarity between landraces of basil (Ocimum sp.) from several
places in West Java. Observations were based descriptors basil plants to determine
the similarity using clusters analyzed. The second experiment evaluated the
production of several landraces of basil (Ocimum sp.) from several places in West
Java. This experiment using Randomized Complete Block Design (RCBD) single
factor, namely the 10 landraces as treatment.
The results show that in the clusters analysis landraces were grouped into
four clusters. Cluster I was consisted of 31 landraces and four species is Ocimum
tenuiflorum L. (KM 2, KM 3, KM 5, KM 6, KM 7, KM 9, KM 10, KM 11, KM
13, KM 15, KM 16, 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 25, KM 26, KM 32,
KM 33 dan KM 34), Ocimum basilicum L. (KM 4), Ocimum gratissimum subsp.
gratissimum (KM 8, KM 12, KM 14) and Ocimum americanum L. (KM 24, KM
27, KM 28, KM 29, KM 30 dan KM 31). Cluster II were only one landraces and
species KM 21 (Ocimum gratissimum subsp. gratissimum), cluster III were one
landraces and species KM 1 (Ocimum tenuiflorum L.), and cluster IV were only
one landraces and species KM 23 (Ocimum basilicum L.).
The main characteristics of clusters I were absent of stem anthocyanin
colouration, present of stem hairiness, with more than three of stem number of

flowering shoots, and absent of leaf blade anthocyanin coloration of upper side.
The main characteristics of clusters II were high in plant density of and present of
stem anthocyanin coloration. The main characteristics of clusters III were high in
plant density with only one stem number of flowering shoots. The main
characteristics of clusters IV were present of stem anthocyanin colouration, absent
of stem hairiness and present of leaf blade anthocyanin coloration of upper side.
Ten landraces were potential to developed into comercial varieaties.
Landraces of KM 2, KM 10, KM 21 and KM 22 had seven best characters of eight
that were observed. Whereas, KM 1, KM 25 and KM 29 had six best characters of
eight observed. Landraces of KM 11 and KM 23 had five with best characters of
eight that were observed, and KM 4 had four best characters of eight which were
observed. Potential basil harvest ranged from 4.61 ton ha-1 to 9.63 ton ha-1.
Keyword: Cluster analysis, indigenous vegetable, Ocimum sp.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KEMANGI
(Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

SANDI REKSA SUKMANA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc

PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini, dengan judul Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi
Kemangi (Ocimum sp.) dari Beberapa tempat di Jawa Barat. Penelitian ini dimulai
dari bulan Mei 2013 sampai Mei 2014.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Anas Dinurrohman Susila,
Msi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi selaku komisi pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, kritik dan masukan hingga penulisan tesis. Sebagian
dari tulisan ini dipublikasikan di Jurnal Agronomi Indonesia (JAI) dengan Judul
Identifikasi Kemiripan Aksesi Kemangi (Ocimum sp.) dan potensi produksi aksesi
kemangi (Ocimum sp.) dari beberapa tempat di Jawa Barat dari (dalam PROSES).
Terima kasih juga disampaikan kepada Kemenristek yang telah mendanai
penelitian ini melalui Hibah Insentif Riset SINas Tahun 2013 an. Pusat Kajian
Hortikultura Tropika (PKHT). Ungkapan rasa terimakasih juga penulis sampaikan
kepada Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2015
Sandi Reksa Sukmana
A252114021

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
1
2
2

2

TINJAUN PUSTAKA

4

3

EKSPLORASI DAN KEMIRIPAN ANTAR AKSESI KEMANGI

(Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

7
8
8
12
22

EVALUASI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KEMANGI
(Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan

23

24
24
25
31

5

PEMBAHASAN UMUM

33

6

SIMPULAN DAN SARAN

36

4

DAFTAR PUSTAKA

38

LAMPIRAN

42

RIWAYAT HIDUP

75

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Hasil eksplorasi aksesi kemangi dari beberapa tempat
di Jawa Barat
Hasil identifikasi aksesi kemangi dari beberapa tempat
di Jawa Barat
Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis
komponen utama
Nilai vektor ciri tiga komponen
Tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun
10 aksesi kemangi
Panjang tangkai daun, panjang malai, dan panjang ruas malai
10 aksesi kemangi
Umur berbunga dan hasil panen perpetak 10 aksesi kemangi
Rangkuman hasil pengelompokan karakter yang diamati
Tabel jarak Euclidean

12
14
17
17
25
29
30
31
69

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Bagan alur penelitian
Tipe tanaman
Jumlah tunas yang berbunga pada batang (saat bunga penuh)
Bentuk helai daun
Profil penampang helai daun
Kedalaman gerigi helai daun
Panjang ruas rata-rata dan panjang malai
Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU I dan KU II
Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU I dan KU III
Pengelompokan 34 aksesi kemangi berdasarkan KU II dan KU III
Dendogram hasil analisis 34 aksesi kemangi
Penampilan daun 10 aksesi kemangi
Penampilan daun kemangi yang panjang (KM 23 dan KM4)
dan daun kemangi yang pendek (KM 11 dan KM 25)
Penampilan daun kemangi yang lebar (KM 4) dan daun kemangi
yang kecil (KM 29)
Penampilan panjang tangkai bunga 10 aksesi kemangi
Penampilan tangkai batang berbunga yang paling panjang
(KM 10) dan yang paling pendek (KM 23 dan KM 21)
Penampilan ruas batang berbunga yang paling panjang (KM 23)
dan Yang paling pendek (KM 1, KM 25 dan KM 29)
Batang kemangi yang berwarna hijau dan berwarna ungu.
Beberapa bentuk malai pada tanaman angiospermae
pada umumnya
Peta pengambilan aksesi Bogor
Peta pengambilan aksesi Karwang
Peta pengambilan aksesi Subang
Peta pengambilan aksesi Kuningan

3
9
9
10
10
10
11
18
19
20
21
26
26
27
28
28
29
33
34
62
63
64
65

24. Peta pengambilan aksesi Majalengka
25. Peta pengambilan aksesi Garut
26. Peta pengambilan aksesi Bandung

66
67
68

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.

Deskripsi 10 aksesi kemangi hasil percobaan 2
Peta pengambilan aksesi kemangi
Tabel jarak Euclidean

42
62
69

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayuran indigenous merupakan sayuran asli Indonesia yang berasal dari
daerah/wilayah/ekosistem tertentu, termasuk spesies pendatang dari wilayah
geografis lain tetapi telah berevolusi dengan iklim dan geografis wilayah
Indonesia (Litbang Deptan 2013). Sayuran tersebut telah banyak diusahakan dan
dikonsumsi sejak zaman dahulu serta dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu.
Sayuran ini biasanya ditanam di pekarangan rumah atau di kebun dan
dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur
atau dimakan dalam bentuk segar (Disperta Jabar 2012).
Pelestarian sayuran indigenous lebih intensif dapat dilakukan melalui
eksplorasi. Eksplorasi merupakan pencarian tanaman yang terdapat di beberapa
daerah. Ekplorasi penting dilakukan untuk melestarikan plasma nutfah agar tidak
punah serta untuk mengoleksi tanaman tersebut. Pengoleksian tanaman dapat
dilakukan di luar habitat aslinya yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
tanaman.
Sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan salah satunya
adalah kemangi. Kemangi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar berupa lalapan
dan sebagai bumbu penyedap masakan. Pemanfaatan kemangi lainnya dapat
digunakan sebagai bahan obat-obatan karena mengandung minyak esensial
(Omidbaigi et al. 2010).
Tanaman kemangi berasal dari daerah tropis Amerika, Afrika dan Asia
(Paton et al. 1999; Labra et al. 2004). Keberadaan kemangi juga telah menyebar
di beberapa tempat di negara lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Svecova
dan Neugebauerova (2010) di Republik Ceko terdapat 34 kultivar kemangi yang
memiliki keanekaragaman morfologi dan karakteristik biologi serta memiliki
tingkat minyak esensial yang tinggi (1.8-14.3 ml kg-1). Dari koleksi yang
dilakukan oleh Stanko et al. (2011) terdapat 46 aksesi kemangi yang diperoleh
dari beberapa negara yaitu Kanada 16 aksesi, Jerman 8 aksesi, Italia 6 aksesi,
Kroasia 4 aksesi, Macedonia 1 aksesi, Slovakia 3 aksesi, Austria 3 aksesi, USA 1
aksesi, dan Russia 4 aksesi. Menurut Singh (2012) di negara bagian Utara
Pradesh, India terdapat 5 spesies kemangi dari genus Ocimum yaitu Ocimum
americanum L., Ocimum basilicum L., Ocimum gratissimum Guerke., Ocimum
kilimandscharicum Guerke. dan Ocimum tenuiflorum L.
Di Indonesia eksplorasi kemangi masih sedikit yang melakukannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Putrasamedja (2005) terdapat 4 aksesi kemangi di
Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Subang. Penelitian yang dilakukan oleh
Laksana (2007) dari hasil eksplorasi terdapat 9 aksesi kemangi yang berasal dari
Kabupaten Bogor dan Pandeglang. Namun semua aksesi di atas belum dijadikan
varietas komersial. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan
salah satu sayuran indigenous ini menjadi varietas komersial.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemiripan aksesi kemangi yang
terdapat dibeberapa daerah di Jawa Barat, serta untuk mendapatkan informasi
potensi produksi antar aksesi. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk

2
membangun deskripsi beberapa aksesi kemangi yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan.
Hipotesis
1.
2.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Aksesi yang terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat mirip satu sama lain.
Aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat memiliki potensi yang
berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi tanaman kemangi. Tujuan
dari eksplorasi adalah untuk mengkoleksi dan mengumpulkan aksesi kemangi
yang telah dibudidayakan oleh petani atau masyarakat, serta untuk melestarikan
plasma nutfah yang ada agar tidak punah. Eksplorasi dilakukan di delapan
Kabupaten di Jawa Barat. Hasil dari eksplorasi diperoleh 38 aksesi kemangi yang
berupa benih, buah yang sudah tua serta bibit kemangi. Hasil eksplorasi yang
berupa benih dan buah kemangi dilakukan penyemain terlebih dahulu sebelum di
tanam. Hasil eksplorasi yang berupa bibit kemangi langsung ditanam dilapangan.
Perbanyakan tanaman kemangi dilakukan menggunakan biji. Biji kemangi
diperoleh dari buah yang sudah tua. Buah yang sudah tua berwarna coklat gelap.
Ciri biji yang bagus untuk ditanam ialah berwama hitam, kering, bentuk utuh dan
bernas, tidak terluka atau keriput.
Penanaman aksesi kemangi dilakukan di Kebun Percobaan IPB Tajur
Bogor. Dari 38 aksesi yang diperoleh 4 aksesi tidak tumbuh saat penyemaian,
sehingga yang dapat ditanam berjumlah 34 aksesi. Aksesi-aksesi tersebut
kemudian dilakukan pengamatan dengan mengamati kemiripan antar aksesi
(Percobaan 1) dengan menggunakan deskriptor tanaman kemangi, setelah itu
dilakukan identifikasi oleh Pusat Konservasi Kebun Raya (PKT KR). Hasil
pengamatan diperoleh informasi tentang kemiripan antar aksesi yang berasal dari
beberapa tempat di Jawa Barat.
Aksesi kemangi kemudian diseleksi sebanyak 10 aksesi yang dilakukan
penanaman pada Percobaan 2. Percobaan 2 bertujuan untuk mendapatkan
informasi potensi produksi beberapa aksesi kemangi hasil eksplorasi dari beberapa
tempat di Jawa Barat. Hasil pengamatan diperoleh aksesi yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan menjadi varietas komersial (Gambar 1).

3

Eksplorasi

34 aksesi
kemangi asal
Jawa Barat

Koleksi

38 aksesi
kemangi asal
Jawa Barat

Percobaan 1: Kemiripan antar
aksesi kemangi

Deskripsi dan identifikasi
aksesi kemangi

Percobaan 2: potensi produksi
berbagai aksesi kemangi

Informasi potensi produksi
aksesi kemangi

Informasi kemiripan dan potensi produksi serta deskripsi
beberapa aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat

Gambar 1. Bagan alur penelitian.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Kemangi
Tanaman kemangi merupakan tanaman tahunan, selain itu tanamn
kemangi juga tergolong sebagai tanaman herba (Labra et al. 2004). Tanaman ini
merupakan tanaman asli dari wilayah Asia, Afrika dan Amerika Selatan (Marotti
et al. 1996). Taksonomi tumbuhan mengklasifikasikan tanaman kemangi ke
dalam Famili Lamiaceae, dan Genus Ocimum.
Tanaman kemangi terdiri dari 65 spesies yang tersebar di daerah tropis dan
subtropis, memiliki tinggi sekitar 20-60 cm. Kemangi asal India dan daerah Asia
memiliki bunga berwarna putih-ungu (Klimankova et al. 2008). Daun kemangi
mengandung minyak esensial yang beraroma khas aromatik dan dapat digunakan
dalam bentuk segar dan kering untuk membumbui berbagai jenis makanan
(Grayer et al. 2004). Komposisi minyak esensial pada tanaman kemangi
menentukan aroma spesifik tanaman dan rasa bumbu tersebut. Tidak hanya jenis
tetapi praktek budidaya dan kondisi lingkungan mempengaruhi komposisi minyak
esensial (Jirovetz et al. 2003; Vina dan Murillo 2003).
Batang tanaman memiliki cabang banyak, berdaun tunggal, daun
berbentuk bulat telur, ujung daun runcing dan pangkal daun tumpul. Tulang daun
menyirip dengan panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, memiliki tangkai daun yang
panjangnya sekitar 1 cm. Tanaman kemangi mulai berbunga berumur 8-12
minggu setelah tanam (Sunarto 1994).
Ocimum americanum L. dapat tumbuh dari ketinggian 500-2000 m dpl
(Sunarto 1994), Ocimum tenuiflorum L. dapat tumbuh sampai ketinggian 600 m
dpl (Guzman dan Siemonsma 1999), Ocimum gratissimum L dapat tumbuh
sampai pada ketinggian 1500 m dpl (Sulistiarini 1999), dan Ocimum basilicum L.
dapat tumbuh dari ketinggian 400-1100 m dpl (Aguilar et al. 1999). Kemangi
yang ditanam pada dataran tinggi daunnya akan lebih lebar dan lebih hijau,
sedangkan kemangi yang ditanam pada dataran rendah umumnya mempunyai
daun yang kecil, tipis dan berwama hijau pucat (Sunarto 1994). Tanaman kemangi
belum begitu optimal dibudidayakan sehingga sebagian ada yang berada di
pinggir jalan, dan tempat-tempat terbuka di pemukiman.
Keragaman Kemangi
Tanaman tahunan dan aromatik ini merupakan famili Lamiaceae. Ada
sekitar 35 spesies tumbuhan yang sudah diketahui. Sebagian besar spesies tersebut
berasal dari daerah beriklim tropis dan hangat. Beberapa spesies kemangi adalah
Ocimum americanum L., Ocimum basilicum L., Ocimum basilicum
var thyrsiflora. atau Thai basil, Ocimum campechianum atau basil Amazon,
Ocimum gratissimum L. atau Basil Afrika, dan Ocimum tenuiflorum L. (Ocimum
sanctum L.). Ocimum tenuiflorum L. biasa disebut Holy Basil atau Tulsi (Grayer
et al. 1996).
Hasil koleksi yang dilakukan oleh Javanmardi et al. (2002) di Iran terdapat
23 aksesi kemangi yang telah dibudidayakan oleh petani kecil dan digunakan
sebagai bahan obat tradisional. Labra et al. (2004) melaporkan terdapat 9 aksesi
kemangi di Italia. Darrah (1980) mengelompokkan Kultivar Ocimum basilicum L.
(O. Basilicum) menjadi tujuh kelompok yaitu Sweet Basil (mempunyai batang

5
yang tinggi ramping), Italian basil (berdaun besar dan kuat), Bush basil (jenis
kerdil yang pendek dan berdaun kecil), Thai basil, Purpurascens (berwarna
ungu), Dark opal, dan Citriodorum. Menurut Sunarto (1994) di Malaysia kemangi
dibedakan menjadi 4 spesies antara lain: Ocimum americanum L., Ocimum
basilicum L., Ocimum gratissicum L., dan Ocimum tenuiflorum L.
Hadipoentyanti dan Wahyuni (2008) mengelompokan 7 spesies kemangi
menjadi 2 kelompok berdasarkan analisis gerombol. Gerombol pertama adalah
Ocimum basilicum (daun hijau) (basil) dan Ocimum minimum (selasih ngombol).
Gerombol kedua terdiri dari nomor koleksi Ocimum gratissimum (ruku-ruku
hutan), Ocimum gratissimum (ruku-ruku hutan), Ocimum sanctum (ruku-ruku),
Ocimum basilicum (daun keunguan) (basil) dan Ocimum canum (kemangi).
Produksi Kemangi
Penelitian Lestari (2008) menunjukkan bahwa pemupukan pada tanaman
kemangi dapat meningkatkan jumlah cabang, panjang cabang, jumlah daun, bobot
basah panen per tanaman dan bobot basah panen per bedeng. Pupuk buatan (N:
100 kg ha-1, P2O5: 135 kg ha-1, K2O: 135 kg ha-1) dapat meningkatkan panen per
bedeng menjadi 1511.00 g, dengan potensi panen sekitar 3.15 ton ha-1. Pupuk
kandang + Pupuk Buatan (pukan: 5 ton ha-1 + N: 100 kg ha-1, P2O5: 135 kg ha-1,
K2O: 135 kg ha-1) dapat meningkatkan bobot basah panen per bedeng menjadi
1371.30 g, dengan potensi panen sekitar 3.09 ton ha-1.
Jarak tanam juga berpengaruh terhadap produksi kemangi. Penelitian
Pambayun (2008) menunjukkan jarak tanam yang longgar dapat meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, dan bobot panen per tanaman.
Perlakuan terbaik diperoleh pada dua jarak tanam, jarak tanam pertama 50 cm x
10 cm (populasi 200 000 tanaman ha-1) dan jarak tanam kedua 50 cm x 13.3 cm
(populasi 150 000 tanaman ha-1). Kedua jarak tanam tersebut menghasilkan panen
per bedeng sebanyak 1053.33 g, dengan potensi panen sekitar 2.63 ton ha-1.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simatupang (2010), pemberian dosis
pupuk kandang pada dua aksesi kemangi (Ocimum basilicum L.) meningkatkan
pertumbuhan dan produksi daun segar, serta kandungan minyak atsiri kemangi.
Dosis 30 ton ha-1 pupuk kandang ayam memberikan rata-rata produksi tertinggi
pada aksesi kemangi Bogor dan Karawang msing-masing 5.16 dan 4.52 g bobot
kering total. Rendemen minyak atsiri aksesi kemangi Bogor dan Karawang yang
diberikan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pupuk
kandang ayam. Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 30 ton ha-1
menghasilkan randemen minyak atsiri sebanyak 0.11% untuk aksesi Bogor, dan
0.21% untuk aksesi Karawang. Randemen minyak atsiri tanpa pemberian pupuk
kandang ayam lebih sedikit randemennya, aksesi Bogor randemen minyak
atsirinya sebanyak 0.04% sedangkan aksesi Karawang randemen minyak atsirinya
sebanyak 0.16%.
Manfaat Kemangi
Kemangi telah banyak digunakan sebagai tanaman obat dan aromatik
selama berabad-abad lamanya. Sampai sekarang masih digunakan dalam berbagai
kegiatan manusia, terutama dalam bidang industri makanan dan masakan.
Kemangi juga dibutuhkan dalam industri farmasi dan masih digunakan dalam obat

6
tradisional di berbagai bagian dunia. Tanaman kemangi mengandung minyak
esensial yang memberikan rasa dan aroma yang unik (Svecova 2010).
Tingkat minyak esensial dan senyawa lainnya bervariasi antara aksesi
kemangi, hal ini tergantung pertumbuhannya. Menurut Svecova (2010) variasi
kandungan minyak esensial dari Ocimum basilicum L. juga disebabkan oleh
kondisi lingkungan serta faktor genetik aksesi tersebut. Berdasarkan penelitian
Sulianti (2008) perbedaan tempat tumbuh Ocimum sp. sangat berpengaruh
terhadap komposisi kimia minyak esensial yang dihasilkan. Minyak esensial
kemangi dari Cianjur, Jawa Barat menghasilkan komponen kimia utama seperti
terpineol sebesar 1.32% sedangkan minyak esensial dari Kenya, Afrika, dan Togo
menghasilkan senyawa terpineol di atas 40%. Hasil destilasi penelitian
menghasilkan minyak atsiri kemangi sebesar 0.061% per berat basah bagian
tumbuhan.
Bagian yang paling banyak untuk dikonsumsi dari kemangi ini adalah
daunnya. Pada daun kemangi ini banyak mengandung vitamin A dan C, serta
mineral P, Ca, dan Fe. Daun Ocimum sanctum L. juga mengandung saponin,
flavonoid, dan tanin. Sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid dan
polifenol. Zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi ini juga dapat berfungsi
sebagai antiseptik (Andarwulan dan Faradila 2012).
Tanaman kemangi juga dapat digunakan sebagai bumbu masakan karena
aroma yang dihasilkan dari daun. Kemangi juga bermanfaat untuk kesehatan
tubuh, lalapan kemangi segar dapat mengatasi masalah bau badan, bau mulut, dan
ASI kurang subur. Tanaman kemangi juga dapat sebagai antipiretik, antiemetik,
diuretik, dan kardiotonik. Selain itu juga kemangi dapat digunakan dalam
pengobatan sakit kepala, batuk, diare, sembelit, kutil, dan kerusakan ginjal (Ozcan
et al. 2005).
Selain dikonsumsi sebagai sayuran segar dan sebagai bahan obat-obatan
kemangi juga dapat digunakan sebagai bahan pewangi pada sabun cuci tangan cair
melalui ekstraksi dan pemanfaatan minyak daun kemangi (Ocimum basilicum L.)
(Anggraini 2002). Selain itu juga pemanfaatan kemangi juga dapat dilakukan
dengan menjadikannya permen tablet melalui ekstraksi daun kemangi (Ocimum
basilicum L.) (Rosadi 2007).
Hasil penelitian yang dilakukan Zheljazkov et al. (2008) tentang hasil dan
komposisi Ocimum basilicum L. dan Ocimum sanctum L. yang ditanam di empat
lokasi di Mississippi menunjukan secara keseluruhan, kultivar kemangi dapat
tumbuh dengan baik, dengan daun segar dan hasil minyak esensial yang tinggi.
Kandungan minyak esensial dan hasil minyak atsiri dalam bobot kering adalah
sebagai berikut: sweet basil menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0.07%
menjadi 0.50% dan kandungan minyak atsiri sebanyak 0.7-11.0 kg ha-1. Sweet
basil Jerman menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0.2% menjadi 0.5%
dan dan kandungan minyak atsiri sebanyak 1.4-13.0 kg ha-1. Holy basil varietas
lokal menghasilkan kandungan minyak esensial dari 0,08% menjadi 0,40% dan
kandungan minyak atsiri sebanyak 0,6-5,3 kg ha-1. Komponen utama sweet basil
yaitu linalool, kamper, a-humulene, eucalyptol, eugenol, ornyl asetat, metil
chavicol, trans-caryophyllene, a-trans-bergamotene, dan cadinol. Komponen
utama konstituen holy basil yaitu metil chavicol, eugenol, ahumulene, humuleneepoksida II, trans-caryophyllene, a-trans-bergamotene, dan gcadinene.

7

3

EKSPLORASI DAN KEMIRIPAN ANTAR AKSESI
KEMANGI (Ocimum sp.) DARI BEBERAPA TEMPAT
DI JAWA BARAT
Abstrak

Kemangi merupakan sayuran indigenous yang potensial dikembangkan
menjadi varietas komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aksesi
kemangi yang terdapat di beberapa daerah di Jawa Barat. Hasil analisis
gerombol dikelompokkan menjadi 4 gerombol. Gerombol I yaitu KM 2, KM 3,
KM 4, KM 5, KM 6, KM 7, KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14,
KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26,
KM 27, KM 28, KM 29, KM 30, KM 31, KM 32, KM 33 dan KM 34. Gerombol II
yaitu KM 21, gerombol III yaitu KM 1, dan gerombol IV yaitu KM 23. Ciri utama
gerombol I adalah tidak terdapat warna antosianin batang, terdapat bulu batang,
jumlah tunas yang berbunga pada batang lebih dari tiga, dan tidak terdapat
warna antosianin pada bagian atas helai daun. Ciri utama gerombol II adalah
kerapatan tanaman padat/rapat dan terdapat warna antosianin batang. Ciri
utama gerombol III adalah kerapatan tanaman padat/rapat dan jumlah tunas
yang berbunga pada batang berjumlah satu. Ciri utama gerombol IV adalah
terdapat warna antosianin pada batang, tidak terdapat bulu pada batang, dan
terdapat warna antosianin pada bagian atas helai daun.
Kata Kunci: Analisis gerombol, eksplorasi, Ocimum sp.
Abstract
Basil is the potential of indigenous vegetables to be developed commercial
varieties. This study was conducted to identify some characters of basil landraces
wich grow in West Java. The results of the clusters analysis were grouped into
four clusters. Clusters I was consisted of KM 2, KM 3, KM 4, KM 5, KM 6, KM 7,
KM 8, KM 9, KM 10, KM 11, KM 12, KM 13, KM 14, KM 15, KM 16, KM 17, KM
18, KM 19, KM 20, KM 22, KM 24, KM 25, KM 26, KM 27, KM 28, KM 29, KM
30, KM 31, KM 32, KM 33 and KM 34. Clusters II, III, and IV were only
consisted of one landraces wich were KM 21, KM 1, KM 23 respectively. The
main characteristics of clusters I were absent of stem anthocyanin colouration,
present of stem hairiness, with more than three of stem number of flowering
shoots, and absent of leaf blade anthocyanin coloration of upper side. The main
characteristics of clusters II were high in plant density of and present of stem
anthocyanin coloration. The main characteristics of clusters III were high in plant
density with only one stem number of flowering shoots. The main characteristics
of clusters IV were present of stem anthocyanin colouration, absent of stem
hairiness and present of leaf blade anthocyanin coloration of upper side.
Keyword: Cluster analysis, exploration, Ocimum sp.

8

PENDAHULUAN
Sayuran indigenous dapat dijadikan sebagai bahan pangan sayuran
alternatif. Salah satu jenis sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan
adalah kemangi. Kemangi menyebar di beberapa tempat di banyak negara. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Svecova dan Neugebauerova (2010) di Republik
Ceko terdapat 34 kultivar kemangi yang memiliki keanekaragaman morfologi dan
karakteristik biologi serta memiliki tingkat minyak esensial yang tinggi (1.8-14.3
ml kg-1). Koleksi yang dilakukan oleh Stanko et al. (2011) terdapat 46 aksesi
kemangi yang diperoleh dari beberapa negara yaitu 16 aksesi asal Kanada, 8
aksesi asal Jerman, 6 aksesi asal Italia, 4 aksesi asal Kroasia, 1 aksesi asal
Macedonia, 3 aksesi asal Slovakia, 3 aksesi asal Austria, 1 aksesi asal USA, dan 4
aksesi asal Russia. Menurut Singh (2012) di negara bagian Utara Pradesh, India
terdapat 5 spesies kemangi dari genus Ocimum yaitu Ocimum americanum L.,
Ocimum basilicum L., Ocimum gratissimum Guerke, Ocimum kilimandscharicum
Guerke dan Ocimum tenuiflorum L.
Di Indonesia, eksplorasi aksesi kemangi masih belum banyak dilakukan.
Beberapa penelitian telah mengeksplorasi aksesi kemangi yaitu empat aksesi dari
Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Subang (Putrasamedja 2005), sembilan
aksesi kemangi berasal dari Kabupaten Bogor dan Pandeglang (Laksana 2007),
satu aksesi asal Serang, satu aksesi asal Malang, dan lima aksesi asal Bogor
(Hadipoentyanti dan Wahyuni 2008). Namun semua aksesi di atas belum
dijadikan varietas komersial.
Eksplorasi aksesi kemangi sangat penting dilakukan dalam rangka
memanfaatkan dan melestarikan plasma nutfah. Penelitian ini merupakan langkah
awal untuk mengembangkan salah satu sayuran indigenous ini menjadi varietas
komersial. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi aksesi kemangi (Ocimum sp.)
dari beberapa tempat di Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE
Eksplorasi aksesi kemangi di beberapa tempat dijawa barat
Eksplorasi dilakukan di beberapa tempat di Jawa Barat yaitu Bogor (9
lokasi), Karawang (9 lokasi), Subang (6 lokasi), Kuningan (3 lokasi), Majalengka
(4 lokasi), Garut (2 lokasi) dan Bandung (5 lokasi). Hasil ekplorasi kemangi
berupa benih kemangi, buah kemangi yang sudah tua, dan bibit kemangi.
Eksplorasi dimulai Mei-Juli 2013. Penanaman dilakukan pada Mei-November
2013 di Kebun Percobaan IPB Tajur.
Eksplorasi dimulai dengan mencari informasi tentang petani atau
masyarakat yang membudidayakan kemangi di Dinas Pertanian, apabila informasi
tidak tersedia biasanya Dinas Pertanian merekomendasikan salah seorang PPL
untuk memberikan informasi tentang petani atau masyarakat yang
membudidayakan kemangi. Pencarian informasi juga dapat dilakukan di pasar
dengan melakukan wawancara para pedagang yang menjual kemangi. Informasi
yang kita peroleh dari kedua sumber tersebut dapat kita jadikan acuan untuk
mencari petani atau masyarakat yang menanam kemangi.
Identifikasi dan kemiripan aksesi kemangi
Hasil eksplorasi yang berupa bibit langsung ditanam di lapangan, dan hasil
eksplorasi yang berupa benih dan buah yang sudah tua akan dilakukan

9
penyemaian terlebih dahulu. Penyemaian dilakukan dengan menggunakan tray
semai 72 sel. Media tanam yang digunakan adalah media komersil. Media tanam
tersebut terdiri atas fine kompos/pakis, fine skin powder, coconut skin powder,
arang sekam, dan humus. Bibit kemangi yang sudah berdaun enam (atau ± 20 cm)
ditanam pada bedengan dengan ukuran 1x2 m2. Penanaman dilakukan dengan
sistem tanam double row, jarak antar baris tanaman 30 cm, dan jarak antar
tanaman dalam baris 20 cm.
Pengamatan dilakukan berdasarkan deskriptor tanaman kemangi (UPOV
2003). Skoring untuk karakter kemiripan yang diamati adalah:
1)
Tipe tanaman : bulat (1), menengah (2) dan tegak (3).
2)

Tinggi tanaman : pendek (3), sedang (5) dan tinggi (7).

3)

Kerapatan tanaman : longgar (3), sedang (5) dan padat/rapat (7).

4)

Warna antosianin batang : tidak ada (1) dan ada (9).

Bulat (rounded)

Menengah (intermediate)

Tegak (erect)

Gambar 2. Tipe Tanaman.
5)

Intensitas warna antosianin batang : lemah (3), sedang (5) dan kuat (7).

6)

Bulu pada batang : tidak ada (1) dan ada (9).

7)

Jumlah tunas yang berbunga (pada saat bunga penuh) pada batang : satu (1),
tiga (2) dan lebih dari tiga (3).

Satu
(One)

Tiga
(three)

Lebih dari tiga
(more than three)

Gambar 3. Jumlah tunas yang berbunga pada batang (saat bunga penuh).
8)

Bentuk helai daun : bulat lebar (1), bulat telur (2) dan bulat panjang (3).

9)

Panjang helai daun : pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

10)

Lebar helai daun : kecil (3), sedang (5) dan lebar (7).

10
11)

Warna antosianin pada bagian atas helai daun : tidak ada (1) dan ada (9).

12)

Warna antosianin pada bagian bawah helai daun : lemah (3), sedang (5) dan
kuat (7).

13)

Penyebaran antosianin helai daun : beberapa (1), banyak (2) dan penuh (3).

Bulat lebar
(broad ovate)

Bulat telur
(ovate)

Bulat panjang
(ecliptic)

Gambar 4. Bentuk Helai daun.
14)

Varitas tanpa antosianin saja: warna hijau helai daun: terang (3) sedang (5)
dan gelap (7).

15)

Kecerahan helai daun :sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5), kuat (7) dan
sangat kuat (9).

16)

Melepuh helai daun : sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5) dan kuat (7).

17)

Profil di penampang helai daun : cembung (1), datar (2), cekung (3) dan
berbentuk V (4).

Cembung
(Convex)

Datar
(Flat)

Cekung
(Concave)

Berbentuk v
(V-shape)

Gambar 5. Profil penampang di helai daun.
18)

Tepi bergerigi helai daun : tidak ada (1) dan ada (9).

19)

Kedalaman gerigi helai daun : dangkal (3), sedang (5) dan dalam (7).

Dangkal (shallow)

Sedang (medium)

Dalam (deep)

Gambar 6. Kedalaman gerigi pada helai daun.

11
20)

Tepi bergelombang helai daun : sangat lemah (1), lemah (3), sedang (5) dan
kuat (7).

21)

Panjang tangkai daun : pendek (3), sedang (5) dan panjang (7).

22)

Panjang ruas rata-rata flowering stem (malai) (akhir pembungaan): pendek
(3), sedang (5) dan panjang (7).

23)

Panjang total (akhir pembungaan) flowering stem (malai) : pendek (3),
sedang (5) dan panjang (7).

24)

Bulu pada flowering stem (malai) : tidak ada (1) dan ada (9).

25)

Warna mahkota bunga : putih (1), pink (2) dan violet gelap (3)

26)

Warna bunga : putih (1) dan violet cerah (2).

27)

Umur berbunga (10 % tanaman berbunga) : sangat genjah (1), genjah (3),
sedang (5), dalam (7) dan sangat dalam (9).

Gambar 7. Panjang ruas rata-rata dan panjang malai.
Identifikasi aksesi kemangi dilakukan oleh Pusat Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya (PKT KR). Bagian dari aksesi yang digunakan untuk identifikasi
yaitu daun, batang, bunga dan malai. Sampel yang akan digunakan untuk
identifikasi harus dalam keadaan segar. Daun, batang, bunga dan malai di
masukan kedalam plastik bening ukuran 1 kg, kemudian didalam plastik diberi
tisu yang sudah dibasahi air, setelah itu beri udara dan diikat rapat. Langkahlangkah ini dilakukan untuk mempertahankan kesegaran sampel tersebut. Untuk
mengetahui kemiripan antar aksesi dilakukan analisis gerombol. Analisis ini
menggunakan software IBM SPSS Statistic 20.

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi Aksesi Kemangi di Beberapa Tempat di Jawa Barat
Eksplorasi dari berbagai tempat di Jawa Barat mendapatkan 38 aksesi
(Tabel 1). Aksesi-aksesi tersebut memiliki penampilan yang beragam.
Berdasarkan informasi dari lokasi eksplorasi sebagian besar kemangi digunakan
sebagai sayuran dalam bentuk segar (lalapan), serta ada yang dapat digunakan
sebagai minuman seperti teh dan pestisida nabati.
Tabel 1. Hasil eksplorasi aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat.
No Kabupaten
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Lokasi

Ciaruten hilir
Bojong
Wangun Jaya
Semplak Barat
Bogor
Karekel
Warung Loa
Tugu Selatan
Cibereum Ceremai
Padati Mondok
Suka Merta
Kedaung
Dayeh Luhur
Karawang
Rengas Dengklok Utara
Plawad
Talaga Sari
Maja Laya
Karawang
Parakan
Taman Sari
Padaasih
Karesek
Dangder
Subang
Dauwan kaler
Bunihayu
Palasari
karamat Mulya
Kuningan Sukamukti
Cisantana
Majalengka Barat
Kulur
Majalengka
Sindangkerta
Sukadana
Sandang Mekar
Bandung
Sandang Mekar
Barat
Cigugur Girang
Cisondari
Bandung
Cibodas
Mekar Jaya
Garut
Cipicung

Koordinat
S : 06032’05”
S : 06031’06”
S : 06032’27”
S : 06032’22”
S : 06032’54”
S : 06039’38”
S : 06041’17”
S : 06034’32”
S : 06032’49”
S : 06014’43”
S : 06017’35”
S : 06013’22”
S : 06008’46”
S : 06017’34”
S : 06017’03”
S : 06018’24”
S : 06020’12”
S : 06025’44”
S : 06032’33”
S : 06030’11”
S : 06032’21”
S : 06033’06”
S : 06039’45”
S : 06043’22”
S : 06055’35”
S : 06055’54”
S : 06057’41”
S : 06049’41”
S : 06052’42”
S : 06052’26”
S : 06054’13”
S : 06046’32”
S : 06046’33”
S : 06050’46”
S : 07007’54”
S : 07006’15”
S : 07011’25”

T : 106040’33”
T : 106045’15”
T : 106040’32”
T : 106044’33”
T : 106038’30”
T : 106044’18”
T : 106057’00’
T : 106044’23”
T : 106040’27”
T : 107022’11”
T : 107026’29”
T : 107023’40”
T : 107018’10”
T : 107020’48”
T : 107023’01”
T : 107022’07”
T : 107028’08”
T : 107012’48”
T : 107051’42”
T : 107046’09”
T : 107044’20”
T : 107042’26”
T : 107041’09”
T : 107040’07”
T : 108029’28”
T : 108027’37”
T : 108027’04”
T : 108012’14”
T : 108015’32”
T : 108017’21”
T : 108019’48”
T : 107030’15”
T : 107030’13”
T : 107035’02”
T : 107029’34”
T : 107029’19”
T : 107051’29”

S : 07009’57” T : 107057’05”

Elevasi
(m dpl)
154
165
181
204
221
712
963
150
182
32
32
35
36
45
50
50
53
93
54
88
123
127
520
850
550
718
798
115
346
498
891
1011
1008
1054
1380
1152
890
719

Perolehan
Buah tua
Bibit
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Bibit
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Bibit
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah tua
Buah,
Bibit
Buah tua

No
aksesi
KM 11
KM 2
KM 10
KM 19
KM 7
KM 9
KM 1
KM 26
KM 3
KM 22
KM 16
KM 21
KM 8
KM 37
KM 18
KM 20
KM 6
KM 17
KM 5
KM 12
KM 29
KM 38
KM 31
KM 13
KM 33
KM 27
KM 35
KM 28
KM 32
KM 34
KM 25
KM 36
KM 15
KM 30
KM 23
KM 24
KM 4
KM 14

Aksesi kemangi secara umum memiliki penampilan batang, daun, malai,
dan buah berwarna hijau. Ukuran tinggi tanaman pendek, kerapatan tanaman
sedang, dan terdapat bulu pada batang serta batang berbunga. Jumlah tunas yang

13
berbunga lebih dari tiga, tepi daun bergerigi dengan kedalaman gerigi
dangkal,warna bunga dan mahkota bunga putih serta waktu berbunga cepat.
Di Kabupaten Garut didapatkan dua kelompok aksesi, aksesi berdaun lebar
dan aksesi berdaun kecil. Aksesi berdaun lebar merupakan aksesi Mekar Jaya dan
aksesi yang berdaun kecil merupakan aksesi Cipicung. Aksesi Mekar Jaya
memiliki bentuk daun yang lebih lebar dengan warna hijau yang lebih cerah, dan
memiliki batang yang berwarna hijau cerah. Aksesi ini paling banyak digunakan
sebagai lalapan. Aksesi Cipicung memiliki bentuk daun yang lebih kecil dan
berwarna hijau gelap, serta memiliki batang yang juga berwarna hijau gelap.
Aksesi ini biasanya digunakan sebagai bumbu masakan untuk penyedap rasa.
Kemangi selain dimanfaatkan sebagai lalapan juga dapat dijadikan sebagai
minuman seperti teh. Aksesi ini bernama kalingsir, yang diperoleh dari Kabupaten
Bandung Barat Kecamatan Cisarua Desa Sandang Mekar dengan elevasi 1011 m
dpl. Aksesi Sandang Mekar memiliki bentuk biji yang bulat dan berwarna coklat
muda, serta memiliki batang yang lebih keras. Aksesi ini juga memiliki bau yang
sangat harum bila dibandingkan dengan aksesi lainnya.
Aksesi Cisondari memiliki manfaat yang lain, yaitu dapat dijadikan
sebagai pestisida nabati yang dapat berfungsi untuk menarik lalat buah. Aksesi ini
memiliki batang dan tulang daun berwarna ungu, dan memiliki bau yang berbeda
bila dibandingkan dengan aksesi yang lainnya. Pemanfaatan kemangi sebagai
pestisida nabati di Desa Cisondari digunakan oleh kelompok tani pertanian
organik. Di Desa Cisondari Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung aksesi
ini disebut selasih.
Manfaat kemangi yang lain yaitu dapat digunakan sebagai inhibitor korosi
seng (Sharma et al. 2009), dan mempercepat penyembuhan infeksi
Staphylococcus aureus pada punggung kelinci (Naibaho et al. 2013). Di India
kemangi digunakan dalam pengobatan tradisional yang bermanfaat sebagai obat
sakit kepala, demam, diare dan pneumonia (Prabhu et al. 2009). Menurut
Rajalakshmi et al. (2013), ekstrak etanol daun kemangi dapat dijadikan sebagai
antibakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas sp., Klebsiella pnuemoniae,
Shigella sonnei dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50, 100, 150, 200
dan 250 μl.
Identifikasi dan Kemiripan Aksesi Kemangi
Identifikasi Aksesi Kemangi
Tiga puluh delapan aksesi yang diperoleh 4 aksesi tidak tumbuh saat
dilakukan penyemaian yaitu 1 aksesi Karawang, 1 aksesi Kuningan, 1 aksesi
Subang, dan 1 aksesi Bandung Barat, sehingga aksesi yang dapat ditanam
berjumlah 34 aksesi, dan kemudian diidentifikasi. Identifikasi dilakukan oleh
Pusat Kajian Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor. Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa 34 aksesi termasuk ke dalam 4 spesies kemangi yaitu
Ocimum tenuiflorum L., Ocimum basilicum L., Ocimum gratissimum subsp.
gratissimum, dan Ocimum americanum L. (Tabel 2) (Identifikator : Ruspandi dan
Ikar Supriyatna). The Plant List (2010) melaporkan terdapat 333 spesies dari
genus Ocimum sp.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa kemangi yang termasuk ke dalam
spesies Ocimum tenuiflorum L. adalah KM 1, KM 2, KM 3, KM 5, KM 6, KM 7,
KM 9, KM 10, KM 11, KM 13, KM 15, KM 16, KM 17, KM 18, KM 19, KM 20,

14
KM 22, KM 25, KM 26, KM 32, KM 33 dan KM 34. Ocimum tenuiflorum L.
merupakan sinonim dari Ocimum sanctum L. (Aguilar at al. 1999; Kalita dan
Latif 2013). Spesies ini mempunyai ciri utama batang tanaman pendek, batang
dan daun berwarna hijau, bentuk helai daun bulat lebar, panjang ruas rata-rata
malai yang panjang, malai yang panjang dan cepat berbunga. AVRDC (2004)
melaporkan bahwa terdapat 13 spesies Ocimum tenuiflorum L. telah dikoleksi
yang berasal dari 3 Negara yaitu 11 dari Thailand, 1 dari Bangladesh dan 1 berasal
dari Lao People's Democratic Republic. Tiga belas spesies memiliki 3 warna
bunga yaitu pink, ungu dan putih. Tujuh dari spesies tersebut telah memiliki nama
kultivar. Umur berbunga Ocimum tenuiflorum L. berkisar dari 66 HST sampai
dengan 178 HST, sedangkan hasil penelitian menunjukan bahwa umur berbunga
spesies ini lebih cepat yaitu 38 HST dan 44 HST.
Tabel 2. Hasil identifikasi aksesi kemangi dari beberapa tempat di Jawa Barat.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

No Aksesi
KM 01
KM 02
KM 03
KM 04
KM 05
KM 06
KM 07
KM 08
KM 09
KM 10
KM 11
KM 12
KM 13
KM 14
KM 15
KM 16
KM 17
KM 18
KM 19
KM 20
KM 21
KM 22
KM 23
KM 24
KM 25
KM 26
KM 27
KM 28
KM 29
KM 30
KM 31
KM 32
KM 33
KM 34

Nama
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum basilicum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum gratissimum subsp. Gratissimum
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum basilicum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum americanum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.
Ocimum tenuiflorum L.

Suku
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae
Lamiaceae

Asal
Bogor
Bogor
Bogor
Garut
Subang
Karawang
Bogor
Karawang
Bogor
Bogor
Bogor
Subang
Subang
Garut
Bandung
Karawang
Karawang
Karawang
Bogor
Karawang
Karawang
Karawang
Bandung
Bandung
Majalengka
Bogor
Kuningan
Majalengka
Subang
Bandung
Subang
Majalengka
Kuningan
Majalengka

Terdapat dua aksesi yang termasuk ke dalam spesies Ocimum basilicum L.
Aksesi pertama adalah KM 4, mempunyai ciri utama batang yang tinggi, daun

15
yang sangat lebar, batang dan daun berwarna hijau terang. Aksesi kedua adalah
KM 23 mempunyai ciri utama batang yang tinggi, terdapat warna ungu di batang,
tulang daun, dan malai. Malai memiliki cabang lebih dari tiga cabang. Menurut
Kardinan (2011) dan Darwiati (2012), aksesi ini dapat bermanfaat sebagai
pestisida nabati yang dapat berfungsi untuk menarik lalat buah.
Koleksi yang dilakukan oleh AVRDC (2004) terdapat 8 spesies Ocimum
basilicum L. kemangi yang berasal dari 4 negara yaitu 5 berasal dari Thailand, 1
dari Taiwan, 1 dari Vietnam dan 1 berasal dari Jepang. Tiga dari delapan spesies
tersebut telah memiliki nama kultivar. Kultivar Horaphaa berasal dari Thailand,
memiliki penampilan batang berwarna ungu, bunga berwarna pink, dan umur
berbunga 66 HST. Kultivar Phak Khom berasal dari Thailand, memiliki
penampilan batang berwarna hijau, warna daun hijau, warna bunga pink dan umur
berbunga 113 HST. Kultivar Hung Que berasal dari Vietnam, memiliki
penampilan batang berwarna ungu, warna daun hijau, warna bunga pink, dan
umur berbunga 66 HST. Menurut Sajjadi (2006), di Iran bunga Ocimum basilicum
L. ada yang berwarna putih, merah dan ungu.
Stanko et al. (2011) mengelompokkan Ocimum basilicum L. menjadi
enam kelompok menurut tipe morfologinya. Kelompok pertama adalah kemangi
berdaun kecil. Kelompok kedua adalah kemangi berdaun mirip selada. Kelompok
ketiga adalah true basil. Kelompok keempat adalah kemangi ungu A ditandai
dengan batang dan bunga berwarna ungu tetapi daun berwarna hijau. Kelompok
kelima kemangi ungu B ditandai dengan hampir semua bagian tanaman berwarna
ungu. Kelompok keenam kemangi ungu C ditandai dengan kombinasi spesifik
dari sifat kecerahan helai daun seperti pada kemangi daun selada dan warna ungu
pada morfologi kemangi ungu B. Berdasarkan hasil pengelompokkan tersebut KM
4 termasuk kedalam kelompok ketiga (true basil) dan KM 23 termasuk ke dalam
kelompok empat (kemangi ungu A) tetapi memiliki perbedaan warna bunga yaitu
KM 23 memiliki warna bunga putih sedangkan kemangi ungu A bunganya
berwarna ungu.
Ocimum gratissimum subsp. gratissimum mempunyai ciri utama batang
tanaman tinggi, bentuk daun bulat telur, warna batang dan daun hijau, panjang
ruas rata-rata malai pendek, panjang total malai sedang, dan umur berbunga cepat.
Aksesi kemangi yang termasuk spesies ini adalah KM 8, KM 12, KM 14 dan KM
21. Koleksi yang dilakukan oleh AVRDC (2004) terdapat 5 spesies Ocimum
gratissimum yang berasal dari Thailand. Lima spesies tersebut telah menjadi
kultivar dengan nama Yee Rha. Kultivar yang pertama memiliki penampilan
hipokotil berwarna ungu, bentuk daun bulat telur, warna daun hijau, warna bunga
putih dan umur berbunga 129 HST. Kultivar kedua memiliki penampilan warna
hipokotil ungu, bentuk daun bulat telur, warna daun hijau, warna bunga putih, dan
umur berbunga 133 HST. Kultivar ketiga berpenampilan hipokotil berwarna ungu,
bentuk daun bulat telur, dan warna daun hijau. Kultivar keempat memiliki
penampilanhipokotil berwarna ungu, bentuk daun bulat telur, warna daun hijau,
warna bunga putih, dan umur berbunga 143 HST. Kultivar kelima berpenampilan
hipokotil berwarna ungu, warna batang hijau keunguan, warna daun hijau, warna
bunga putih, dan umur berbunga 101 HST. Hasil penelitian aksesi yang diperoleh
berbeda penampilannya dengan kultivar koleksi dari AVRDC, aksesi
berpenampilan hipokotil berwarna hijau, warna batang hijau, bentuk daun bulat
telur, warna batang hijau, bulu malai ada yang ebrwarna putih dan ungu, warna
bunga putih dan umur berbunga lebih cepat yaitu 43 HST.

16
Ocimum americanum L. memiliki ciri utama tipe tanaman bulat, tinggi
batang tanaman sedang, bentuk daun bulat telur, warna batang dan daun hijau,
panjang ruas rata-rata malai sedang dan panjang total malai panjang. Hasil
identifikasi dari 34 aksesi