Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos caudatus Kunth ) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat
i
KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI
JAWA BARAT
VENTI JATSIYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kemiripan dan Potensi
Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari Beberapa Tempat di
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Venti Jatsiyah
NIM A252120101
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
RINGKASAN
VENTI JATSIYAH. Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat. Dibimbing oleh ANAS
DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.
Kenikir memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif
yang memenuhi permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut
belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas dan biasanya sayuran ini
hanya terdapat di pasar lokal. Sejauh ini belum ada penelitian ataupun informasi
yang didapatkan tentang keragaman genetik dari tanaman ini. Oleh karena itu
diperlukan kegiatan eksplorasi untuk mempelajari karakter morfologi kenikir dari
beberapa daerah di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan
informasi kemiripan dan potensi produksi antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) yang berpotensi untuk dikembangkan dari beberapa tempat di Jawa Barat.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama adalah
eksplorasi dan kemiripan antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari
beberapa tempat di Jawa Barat. Pengamatan dilakukan berdasarkan tabel
karakteristik tanaman kenikir dan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi
kenikir dilakukan analisis gerombol. Percobaan kedua adalah potensi produksi
antar aksesi kenikir dari beberapa tempat di Jawa Barat. Percobaan ini
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor tunggal yaitu 7
aksesi sebagai perlakuan.
Hasil analisis gerombol berupa pengelompokan 20 aksesi kenikir
berdasarkan pemotongan dendogram pada koefisien ketidak-miripan 15
menghasilkan 3 gerombol yaitu gerombol I terdiri atas 1 aksesi (AK 14),
gerombol II terdiri atas 1 aksesi (AK 16) dan gerombol III terdiri atas 18 aksesi
(AK 9, AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK
13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17)
Ciri utama gerombol I adalah memiliki tipe pertumbuhan menyebar,
pewarnaan antosianin batang kuat, bertipe ray floret tubular dan warna sekunder
ray floret yang terdistribusi seperempat bagian. Ciri utama gerombol II adalah
memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan antosianin batang sedang, tipe
ray floret ligulate, warna sekunder pada ray floret terdistribusi di daerah bawah.
Ciri utama gerombol III adalah memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan
antosianin batang sedang, tipe ray floret tubular, dan warna sekunder yang
terdistribusi seperempat bagian.
Secara umum aksesi Dramaga (AK 14) dan Ciaruten (AK16)
menunjukkan keunggulan karakter produksi yang lebih baik dari aksesi lainnya,
sehingga aksesi-aksesi tersebut potensial untuk dikembangkan. Tanaman kenikir
yang diinginkan adalah yang memiliki tanaman yang tinggi, jumlah daun yang
banyak, daun yang panjang dan lebar, hasil panen yang tinggi dan lambat
berbunga.
Kata kunci : Analisis gerombol, eksplorasi, karakterisasi
iii
SUMMARY
VENTI JATSIYAH. Similarity and Production Potential of Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) Accessions from Several Places in West Java. Supervised by
ANAS DINURROHMAN SUSILA and MUHAMAD SYUKUR
Kenikir has the potential to be developed as an alternative vegetable to
meet market demand. However, in general, this kind of vegetable has not been
widely known by the publican disusually found only in the local market. So far,
there has been no research or information on the genetic diversity of this plant. It
is, therefore, necessary to conduct the exploration activity to study the
morphological characters of the kenikir in several areas in West Java. The
objectives of this study were to observe similarity and production potential
among the accessions of kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) that has the potential
to be developed in several places in West Java.
This study consisted of two experiments. The first experiment was an
exploration and similarity between accession of kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) from several places in West Java. Observations were carried out based on
the table characteristics of kenikir plant and cluster analysis was also conducted to
determine the similarity among the kenikir accessions. The second experiment
evaluated the production of several accessions of kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) from several places in West Java. This experiment used a Randomized
Complete Block Design with a single factor, namely 7 accession as a treatment.
The results of the clusters analysis grouped 20 Cosmos accessions into
three clusters. Cluster I and II consisted only one accession each which were AK
16 and AK14, respectively. Cluster III consisted of AK 9, AK 11, AK 10, AK 7,
AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18,
AK 15, AK 2, AK 12 and AK 17.
The main characteristic of cluster I were have spreading growth-type,
strong stem anthocyanin colouration, ray florets tubular type and secondary color
of ray floret distributed in quarter part of the plant. The main characteristic of
cluster II were have semi upright growth type, medium stem anthocyanin
colouration, ray florets ligulate type, secondary colour of ray floret distributed in
the bottom part of the plants. The main characteristic of cluster III were have semi
upright growth type, medium stem anthocyanin colouration, ray floret tubular type
and secondary color distributed at the quarter part of the plants.
In general, Dramaga (AK 14) and Ciaruten (AK16) accession showed that
their production characters were better and more superior than those of the other
accessions so that they were potential to be developed. Kenikir desired include
those which have tall trees, large number of leaves, long and wide leaves, high
yields and slow flowering.
Keyword : Characterization, cluster analysis, exploration
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
v
KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI
JAWA BARAT
VENTI JATSIYAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Awang Maharijaya, SP, MSi
vii
Judul Tesis : Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat
Nama
: Venti Jatsiyah
NIM
: A252120101
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Anas Dinurrohman Susila, MSi
Ketua
Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Maya Melati, MS MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Juni 2015
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Pertama-tama penulis panjatkan rasa puji dan
syukur penulis kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul kemiripan dan
potensi produksi aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di
Jawa Barat. Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2013 sampai Agustus
2014.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Anas Dinurrohman
Susila, MSi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi, selaku komisi pembimbing
atas segala bimbingan, arahan, kritik dan masukan selama penelitian hingga
penulisan tesis. Sebagian dari tulisan ini dipublikasikan di Jurnal Agronomi
Indonesia (JAI) dengan Judul Kemiripan dan evaluasi produksi aksesi kenikir
(Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di Jawa Barat (dalam PROSES).
Terima kasih juga disampaikan kepada Kemenristek yang telah mendanai
penelitian ini melalui Hibah Insentif Riset Sinas Tahun 2014 an. Pusat Kajian
Hortikultura Tanaman (PKHT). Ungkapan rasa terimakasih juga penulis smpaikan
kepada Bapak, Ibu, Suami, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Venti Jatsiyah
A252120101
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
KEMIRIPAN AKSESI KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)
DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
4
POTENSI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT
DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
5
PEMBAHASAN UMUM
6
SIMPULAN UMUM DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
x
xi
1
2
2
2
2
4
6
6
7
13
21
22
22
23
24
27
27
30
31
34
47
x
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa tempat di Jawa
Barat
Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen
utama
Karakter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang
primer 7 aksesi kenikir
Karakter jumlah daun, panjang daun dan lebar daun 7 aksesi
kenikir
Karakter umur berbunga dan hasil panen per bedeng pada panen
I, II, dan III.
Rangkuman hasil pengelompokan karakter yang diamati
14
17
24
26
27
29
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bagan alur penelitian
Tipe pertumbuhan
Jumlah anak daun
Lebar anak daun terminal
Posisi kuntum bunga
Tipe disk floret
Segmen collar
Diameter kuntum bunga
Tipe ray floret
Sumbu membujur ray floret
Derajat kelengkungan ray floret
Bagian melengkung pada ray floret (bunga pita)
Panjang ray floret (bunga pita)
Distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret
Pola warna tersier pada bagian dalam ray floret
Gerigi ray floret
Tipe pertumbuhan, (a) semitegak (b) menyebar
Pewarnaaan antosianin batang , (a) kuat (b) sedang
Tipe ray floret, (a) Tubular (b) Ligulate
Distribusi warna sekuder di bagian dalam ray floret
(a) seperempat) (b) bagian bawah
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I
dan KU III
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I
dan KU II
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU II
dan KU III
Dendogram hasil analisis 20 aksesi kenikir
Penampilan tinggi tanaman 7 aksesi kenikir
3
8
9
9
9
10
10
10
11
11
11
11
12
12
13
13
15
15
16
16
18
18
19
20
25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1
Deskripsi aksesi kenikir hasil percobaan 2
34
2
3
4
Peta pengambilan aksesi kenikir
Tabel jarak euclidean
Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis
komponen utama
41
42
46
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropika yang memiliki tingkat
keanekaragaman sayuran cukup tinggi. Tanaman lokal di Indonesia banyak yang
belum dikonsumsi sebagai bahan pangan yang kaya zat-zat yang bermanfaat bagi
tubuh dan kesehatan. Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung
ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan
berperan sebagai sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.
Usaha penganekaragaman sumber makanan merupakan salah satu pemecahan
dalam rangka mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis makanan.
Di beberapa daerah, ditemukan sayuran indigenous yang merupakan
spesies sayuran asli yang berasal dari daerah atau lingkungan tertentu dan biasa
dimanfaatkan sebagai makanan bagi masyarakat pedesaan dan perkotaan (Habwe
et al. 2009). Sebagian besar sayuran indigenous telah lama dikenal dan dilaporkan
berperan penting dalam ketahanan pangan dan menyumbang hingga 100% dari
pendapatan rumah tangga di pedesaan (Diouf et al. 2007).
Sayuran indigenous khususnya di Indonesia, sudah lama dikonsumsi,
terutama oleh masyarakat Jawa Barat. Berbagai tanaman indigenous telah
dikonsumsi dan secara tradisional ditanam oleh nenek moyang secara turun
temurun. Khusus di Jawa Barat salah satu sayuran indigenous yang biasa
dikonsumsi adalah kenikir. Tanaman kenikir biasanya dikonsumsi sebagai
pelengkap pada sajian pecel atau urap. Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi
adalah daun mudanya. Daun sayuran kenikir dapat digunakan sebagai anti
bakteri (Rosyid et al. 2011), anti mikroba (Rasdi et al. 2010), antioksidan (Rafat
et al. 2011; Hassan et al. 2012; Reihani 2012), dan anti osteoporosis (Mohamed
et al. 2013).
Menurut Batari (2007) daun tanaman kenikir memiliki kandungan
senyawa flavonoid yang sangat tinggi khususnya dari golongan quercetin.
Menurut Andarwulan et al. (2012) kenikir memiliki kandungan asam askorbat
yang lebih dari 100 mg/100 g dalam 100 g bagian yang dapat dimakan, daun
kenikir mengandung : air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 0.4 g, serat
1.6 g, abu 1.6 g. Kandungan kalsium (270 mg) dan vitamin A (0.9 mg) tergolong
tinggi. Menurut Van den Bergh (1994) pada daun kenikir juga terdapat minyak
esensial.
Keberadaan kenikir telah menyebar di beberapa negara di dunia. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Melhchert (2010) di Mexico, Amerika di bagian
barat daya, dan Amerika Tengah berhasil mengkoleksi 32 spesies kenikir dari
genus Cosmos dan 2 aksesi Cosmos caudatus Kunth. yaitu aksesi Veracrus dan
Panama, dimana masing masing-masing spesies tersebut memiliki jumlah
kromosom yang berbeda-beda. Amado et al. (2013) melaporkan sebanyak 259
tanaman kenikir ditemukan dari wilayah Amerika yang masing-masing berasal
dari San Jose, Chiqumula, Izabal, Francisco Marazon, Comayaga, Cortes, Oaxaca,
Veracrus, San Luis Potosi, Chiapas.
Di Indonesia eksplorasi kenikir masih sedikit yang melakukannya. Hasil
penelitian Putrasamedja (2005), ekplorasi sayuran indigenous terdapat 1 aksesi
kenikir di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2008)
2
di Kabupaten Pandeglang dan Bogor memperoleh 8 aksesi kenikir yang memiliki
variasi karakter yang beragam.
Kenikir memiliki potensi untuk dikembangkan, namun pada umumnya
sayuran tersebut belum banyak dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan
biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Di Indonesia, kenikir belum
banyak dibudidayakan secara luas. Informasi mengenai kemiripan dan produksi
pada tanaman kenikir ini berguna untuk pemanfaatan dan potensi pengembangan
tanaman tersebut lebih lanjut serta dapat melestarikan plasma nutfah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi kemiripan dan potensi
produksi antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) yang berpotensi untuk
dikembangkan dari beberapa tempat di Jawa Barat.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
Aksesi yang terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat mirip satu sama lain.
Aksesi kenikir dari beberapa tempat di Jawa Barat memiliki potensi yang
berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi tanaman. Tujuan dari
eksplorasi adalah untuk mengkoleksi dan mengumpulkan aksesi kenikir yang
telah dibudidayakan oleh petani atau masyarakat serta untuk melestarikan plasma
nutfah yang ada agar tidak punah. Eksplorasi dilakukan di sembilan Kabupaten di
Jawa Barat. Hasil dari eksplorasi diperoleh 20 aksesi kenikir yang berupa benih
dan bibit. Hasil eksplorasi yang berupa benih disemai terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanaman sedangkan hasil berupa bibit langsung ditanam di lapangan.
Perbanyakan tanaman kenikir dilakukan menggunakan biji. Biji kenikir
diperoleh dari buah yang sudah tua. Buah yang sudah tua berwarna hitam. Ciri biji
yang bagus untuk ditanam adalah berwarna hitam, kering, bentuk utuh dan bernas,
tidak terluka dan tidak berjamur.
Penanaman aksesi kenikir dilakukan di Kebun Percobaan IPB di Tajur
Bogor dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Dari 20 aksesi dilakukan penanaman
kemudian dilakukan pengamatan dengan mengamati kemiripan antar aksesi
(Percobaan 1) dengan menggunakan tabel karakteristik tanaman kenikir. Hasil
pengamatan diperoleh informasi tentang kemiripan antar aksesi yang berasal dari
beberapa tempat di Jawa Barat.
Aksesi kenikir kemudian diseleksi sebanyak 7 aksesi yang dilakukan
penanaman pada Percobaan 2. Percobaan 2 bertujuan untuk mendapatkan
informasi potensi produksi beberapa aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa
tempat di Jawa Barat. Hasil pengamatan diperoleh aksesi yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan secara lebih lanjut (Gambar 1)
3
Eksplorasi
20 aksesi kenikir
asal Jawa Barat
Koleksi
20 aksesi kenikir
asal Jawa Barat
Percobaaan 1: Kemiripan antar aksesi
kenikr
Deskripsi dan kemiripan aksesi
kenikir
Percobaan 2: Potensi produksi
berbagai aksesi kenikir
Informasi potensi produksi berbagai aksesi kenikir
Informasi kemiripan dan potensi protensi produksi serta
deskripsi beberapa aksesi kenikir terpilih dari beberapa tempat
di Jawa Barat
Gambar 1. Bagan alur penelitian
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Kenikir
Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) merupakan tanaman asli dari daerah
tropis di Amerika yang kemudian dibawa oleh orang Spanyol ke Filipina. Di
Filipina kenikir dikenal dengan nama Cosmos, sedangkan di Thailand kenikir
disebut dao ruang-phama. Kenikir merupakan tanaman herba setahun yang
tingginya dapat mencapai 3 m. Batangnya berbentuk segiempat, beralur,
bercabang banyak dan berwarna hijau keunguan. Daun kenikir majemuk,
bersilang berhadapan, bentuk menyirip, ujung runcing, tepi rata, berwarna hijau
tua pada bagian permukaan atasnya dan berwarna lebih terang serta sedikit
berambut pada permukaan bawahnya Pembungaan kenikir terletak di ujung atas
tanaman. Panjang tangkai bunga sekitar 5 – 30 cm, mahkota bunga terdiri dari 8
helai dengan panjang 1.5 – 2 cm dan berwarna merah muda. Buah kenikir
berwarna cokelat dan berbentuk seperti jarum dengan ujung berambut (Van den
Bergh 1994).
Tanaman kenikir dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan sinar
matahari penuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1 600 m
dpl. Perbanyakan kenikir dapat dilakukan melalui biji di persemaian yang
kemudian dapat dipindahkan ke lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan
drainase dan irigasi yang baik dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi
tanah yang terlalu lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang
mengganggu pertumbuhan tanaman kenikir (Van den Bergh 1994).
.
Budidaya Kenikir
Perbanyakan kenikir dapat dilakukan melalui biji di persemaian yang
kemudian dapat dipindahkan ke lapangan setelah tiga minggu. Pembibitan
dilakukan sekitar tiga minggu kemudian dapat dipindahtanamkan di lahan dengan
jarak tanam 25 – 30 cm x 25 – 30 cm antar tanaman. Pada tanah miskin, pupuk
organik 10 ton/ha dan urea 200 kg/ha dapat diberikan untuk meningkatkan hasil
panen dan meningkatkan kualitas daun. Pengaturan air yang baik sangat penting
bagi pertumbuhan kenikir (Van den Bergh 1994). Kondisi tanah yang terlalu
lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang mengganggu pertumbuhan
tanaman kenikir.
Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam
minggu. Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur enam minggu setelah
daun pertama muncul. Pemanenan berikutnya dilakukan dengan selang tiga
minggu kemudian. Pemanenan yang teratur akan memicu produksi pucuk baru
dan menunda pembungaan. Hal ini dapat terus dilakukan sampai tanaman
berumur 2 – 3 tahun. Apabila daun-daunnya dipetik, tunas baru akan cepat
tumbuh untuk menggantikannya. Daun kenikir apabila diremas-remas akan
mengeluarkan bau yang khas karena mengandung minyak esensial. Adanya
minyak tersebut menimbulkan rasa yang agak sengau pada daun mentah, akan
tetapi dengan pengukusan rasa tersebut akan hilang. Tanaman kenikir juga dapat
digunakan sebagai tanaman penghias pekarangan karena bunganya yang berwarna
5
cerah. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kenikir antara lain adalah penambah
nafsu makan dan penguat jantung. Daun kenikir juga dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional untuk menghentikan pendarahan dan untuk menguatkan tulang
(Van den Bergh 1994).
Keragaman Spesies Kenikir
Kenikir termasuk famili Asteraceae, spesies Cosmos. Kenikir merupakan
salah satu jenis tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin, tetapi tumbuh
liar dan mudah diperoleh di Florida, Amerika Serikat, serta Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian baik yang dilakukan oleh Melchert (2010) maupun
Amado (2013) masing masing melaporkan bahwa tanaman kenikir memiliki 32
spesies diantaranya yaitu Cosmos bipinnatus, Cosmos caudatus, Cosmos
pacificus, Cosmos parviflorus frontal, Cosmos parviflorus, Cosmos sulphureu,
Cosmos carvifolius, Cosmos crithmifolius, Cosmos intercedens, Cosmos landii,
Cosmos ochroleucoflorus, Cosmos diversifolius, Cosmos jaliscensis, Cosmos
juxtlahuacensis, Cosmos mcvaughii, Cosmos modestus, Cosmos montanus,
Cosmos nitidus, Cosmos nitidus, Cosmos purpureus, Cosmos purpureus, Cosmos
scabiosoides, Cosmos scabiosoides, Cosmos schaffneri, Cosmos sessilis, Cosmos
stellatus.
Kegunaan
Kenikir umumnya dikenal sebagai Ulam raja di Malaysia, dan telah
menjadi salah satu tanaman obat tradisional yang paling populer digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit (Abas et al. 2003 dan Rasdi et al. 2010). Tanaman
ini ditemukan beberapa dekade yang lalu di Amerika Utara dan selama beberapa
dekade, telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara tropis
dan subtropis (Abas et al. 2003; Shui et al. 2005; Rasdi et al. 2010; Sukrasno et
al. 2011). Daun dan batang kenikir biasanya dikonsumsi mentah, sedangkan
bagian tanaman lainnya dapat di ekstraksi untuk tujuan pengobatan. Ekstrak
diklaim berkhasiat dalam mengobati densitas mineral tulang menurun,
menurunkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan sirkulasi darah. Beberapa
senyawa telah dilaporkan dari ramuan ini yang meliputi quercetin 3-Orhamnoside, quercetin 3-O-β-arabinofuranoside, quercetin 3-O-glukosida β-,
quercetin, proantosianidin, kripto-chlorogenic acid, chlorogenic acid neo-,
chlorogenic asam, catechin, epicatechin, myricetin, dan naringenin (Abas et al.
2003; Shui et al. 2005; Sukrasno et al. 2011).
6
3
KEMIRIPAN AKSESI KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) DARI
BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Abstrak
Eksplorasi kenikir yang dilakukan di Kabupaten Bogor, Sukabumi,
Bandung, Bandung Barat, Subang, Garut, Majalengka, Kuningan, dan
Tasikmalaya memperoleh 20 aksesi. Karakterisasi terhadap 20 aksesi kenikir
bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi kenikir yang berasal dari Jawa
Barat. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi yang berdasarkan tabel
karakteristik tanaman kenikir, dan berdasarkan karakter tersebut dianalisis
menggunakan analisis gerombol untuk melihat kemiripan antar aksesi. Hasil
analisis gerombol tanaman dari peubah kualitatif menunjukkan bahwa 20 aksesi
kenikir dapat dikelompokkan menjadi 3 gerombol. Gerombol I yaitu aksesi AK 14,
gerombol II yaitu aksesi AK16 dan gerombol III yaitu aksesi AK 9, AK 11, AK 10,
AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK
15, AK 2, AK 12 dan AK 17. Aksesi yang berada pada gerombol yang sama
menunjukkan kemiripan yang tinggi.
Kata kunci: Analisis gerombol, eksplorasi, karakterisasi.
Abstract
Exploration was conducted to Bogor, Sukabumi, Bandung, Bandung
Barat, Subang, Garut, Majalengka, Kuningan, and Tasikmalaya had succesfully
collected a total of 20 accession number. Characterization of the 20 accessions of
the kenikir aimed to determine the similarity among the accessions of the kenikir
originating from West Java. Data were collected for morphological characters
which were based on the characteristics table of the plants and based on these
characters, the cluster analysis was conducted to study similarity between the
accessions. Characterization of Cosmos caudatus Kunth. accession aimed to
identify the Cosmos caudatus Kunth. accession contained in several areas in West
Java, and know the proximity of relatedness between accession. The observation
were made based on the characteristics table of the plants and based on these
characters,. The results of the clusters analysis grouped 20 Cosmos accessions
into three clusters. Cluster I and II consisted only one accession each which were
AK 16 and AK14, respectively. Cluster III consisted of AK 9, AK 11, AK 10, AK 7,
AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15,
AK 2, AK 12 and AK 17. The accession where placed in the same sub clustered,
have indicated that a higher level of similarity.
Keyword: Characterization, cluster analysis, exploration
PENDAHULUAN
Kenikir biasanya dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat sebagai
pelengkap pada sajian pecel atau urap. Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi
7
adalah daun mudanya. Daun sayuran kenikir dapat digunakan sebagai anti
bakteri (Rosyid et al. 2011), anti mikroba (Rasdi et al. 2010), antioksidan (Rafat
et al. 2011; Hassan et al. 2012; Reihani 2012), dan anti osteoporosis (Mohamed
et al. 2013).
Menurut Batari (2007) daun tanaman kenikir memiliki kandungan
senyawa flavonoid yang sangat tinggi khususnya dari golongan quercetin. Kenikir
juga memiliki kandungan asam askorbat yang lebih dari 100 mg/100 g
(Andarwulan et al. 2012). Pada daun juga terdapat minyak esensial (Van den
Bergh, 1994).
Keberadaan kenikir telah menyebar di beberapa negara di dunia. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Melhchert (2010) di Mexico, Amerika di bagian
barat daya, dan Amerika Tengah berhasil mengkoleksi 32 spesies kenikir dari
genus Cosmos dan 2 aksesi Cosmos caudatus Kunth. yaitu aksesi Veracrus dan
Panama. Amado et al. (2013) melaporkan sebanyak 259 tanaman kenikir
ditemukan dari wilayah Amerika .
Hasil penelitian Putrasamedja (2005), ekplorasi sayuran indigenous
terdapat 1 aksesi kenikir di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh
Hermanto (2008) di Kabupaten Pandeglang dan Bogor memperoleh 8 aksesi
kenikir yang memiliki variasi karakter yang beragam. Informasi mengenai
karakter morfologi pada tanaman kenikir ini berguna untuk pemanfaatan dan
potensi pengembangan tanaman tersebut lebih lanjut serta dapat melestarikan
plasma nutfah. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi kemiripan
antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di Jawa
Barat.
BAHAN DAN METODE
Identifikasi kemiripan aksesi kenikir dimulai dengan kegiatan eksplorasi.
Eksplorasi tanaman kenikir dilaksanakan dari Desember 2013 - Februari 2014 di
beberapa tempat di Jawa Barat yaitu Bogor, Sukabumi, Subang, Bandung,
Bandung Barat, Garut, Kuningan, Majalengka dan Tasikmalaya. Hasil eksplorasi
ditanam di kebun Percobaan IPB Tajur yang berlangsung dari Desember 2013 –
April 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah 20 aksesi yang terdiri atas 5
aksesi Bogor, 1 aksesi Subang, 1 aksesi Tasikmalaya, 5 aksesi Sukabumi, 1
aksesi Majalengka, 4 aksesi Garut, 2 aksesi Bandung dan 1 aksesi Kuningan.
Penyemaian dilakukan dengan tray semai 72 sel menggunakan media tanam
dengan komposisi fine kompos/pakis, pine skin powder, coconut skin powder,
arang sekam, dan humus. Persemaian disiram dengan frekuensi 2 hari sekali. Bibit
kenikir yang sudah berumur 3 minggu setelah semai (MSS) ditanam pada
bedengan dengan ukuran 1 m x 3 m. Tiap aksesi ditanam pada 1 bedeng. Masingmasing aksesi terdiri atas 10 tanaman yang kemudian dikarakterisasi untuk
melihat karakteristiknya. Bedengan tersebut diberi amelioran berupa kotoran sapi
dengan dosis 15 ton ha-1, sehingga total yang digunakan adalah 90 kg kotoran
sapi. Penanaman dilakukan dengan sistem double row, jarak antar baris 25 cm,
dan jarak antar tanaman dalam baris 25 cm. Tanaman diberi pupuk Urea, SP36
dan KCl dengan dosis masing-masing 47, 311, dan 56 kg ha-1 per musim tanam
pada saat tanam (Manurung et al. 2008). Total dosis yang digunakan secara
keseluruhan adalah 0.28 kg Urea, 1.87 kg SP 36 dan 0.34 kg KCl. Kegiatan
8
pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, pemupukan susulan berupa
pemberian pupuk Urea dan KCl pada umur 4 minggu setelah tanam (MST)
dengan dosis masing-masing 47 dan 56 kg ha-1 per musim tanam, penyiangan
terhadap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, dan pengendalian hama serta
penyakit yang dilakukan secara mekanis.
Pengamatan kemiripan morfologi
antar aksesi kenikir dilakukan
berdasarkan tabel karakteristik tanaman kenikir (UPOV 2013). Karakter
kemiripan yang diamati secara umum yaitu: tipe pertumbuhan, total tinggi
tanaman, jumlah cabang primer, pewarnaan antosianin batang, jumlah mata tunas,
panjang daun, intensitas warna hijau daun, jumlah anak daun, lebar daun terminal,
posisi kuntum bunga, jumlah ray floret, tipe disk floret, segmen kerah, diameter
kuntum bunga, diameter disk floret, diameter relatif disk floret sampai kuntum
bunga, panjang kuntum bunga, tipe ray floret, sumbu mendatar ray floret, tingkat
kelengkungan ray floret, bagian melengkung ray floret, panjang ray floret, lebar
ray floret, rasio panjang dan lebar ray floret, warna primer bagian dalam ray
floret, warna sekunder bagian dalam ray floret, distribusi warna sekunder di
bagian dalam ray floret, pola warna sekunder bagian dalam ray floret, warna
tersier dibagian dalam ray floret, distribusi warna tersier di bagian dalam ray
floret, pola warna tersier dibagian dalam ray floret, warna utama bagian luar ray
floret, gerigi ray floret, warna disk floret. Tingkat kemiripan antar aksesi
berdasarkan karakter yang diamati menggunakan analisis gerombol. Analisis ini
menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistic 20.
Pengamatan kemiripan morfologi
antar aksesi kenikir dilakukan
berdasarkan tabel karakteristik tanaman kenikir (UPOV 2013). Skoring untuk
karakter kemiripan yang diamati secara umum adalah:
1)
Tipe Tanaman : Tegak (1), Semi tegak (2), Menyebar (3) (Gambar 2).
Tegak
Semi tegak
Menyebar
Gambar 2. Tipe pertumbuhan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Total tinggi tanaman : Pendek (3), Sedang (5), Tinggi (7).
Jumlah cabang primer : Sedikit (3), Sedang (5), Banyak (7).
Pewarnaan anthocyanin batang : Tidak ada atau sangat lemah (1), Lemah
(2), Sedang (3), Kuat (4).
Mata tunas : Tidak ada atau jarang (1), Sedang (2), Padat (3).
Panjang daun : Pendek (1), Sedang (2), Panjang (3).
Lebar daun : Sempit (3), Sedang (5), Lebar (7).
Intensitas warna hijau daun : Terang (1), Sedang (2), Gelap (3).
Jumlah anak daun : Tidak ada atau sangat sedikit (1), Sedikit (2), Sedang
(3), Banyak (4), Sangat banyak (5) (Gambar 3).
9
Tidak ada atau sangat sedikit
Sedang
Sedikit
Banyak
Sangat banyak
Gambar 3. Jumlah anak daun
10)
Lebar anak daun paling ujung : Sempit (1), Sedang (2), Lebar (3)
(Gambar 4).
Gambar 4 Lebar anak daun terminal
11)
Kuntum bunga : posisi : Ke atas (1), Ke samping (2), Ke bawah (3)
(Gambar ).
Ke atas
Ke samping
Ke bawah
Gambar 5. Posisi kuntum bunga
12)
Kuntum bunga : jumlah ray floret (bunga pita) : Sangat sedikit (1), Sedikit
(2), Sedang (3), Banyak (4), Sangat banyak (5).
10
13)
Kuntum bunga : tipe disk floret (bunga tabung) : Daisy (1), Anemon (2)
(Gambar 6).
Daisy
Anemon
Gambar 6. Tipe disk floret (bunga tabung)
14)
Kuntum bunga : segmen collar : Tidak ada (1), Ada (9) (Gambar 7).
Segmen collar
Gambar 7. Segmen collar
15)
Kuntum bunga : diameter : Kecil (3), Sedang (5), Besar (7) (Gambar 8).
Gambar 8 Diameter kuntum bunga
16)
17)
18)
19)
Kuntum bunga : diameter disk floret (bunga tabung) : Sangat kecil (1),
Kecil (2), Sedang (3), Besar (4), Sangat besar (5).
Kuntum bunga : diameter relatif disk floret (bunga tabung) sampai kuntum
bunga : Sangat kecil (1), Kecil (2), Sedang (3), Besar (4), Sangat besar (5).
Kuntum bunga : panjang kuntum : Pendek (3), Sedang (5), Panjang (7).
Ray floret (bunga pita) : tipe : Ligulate (1), Ligulate dan Tubular (2),
Tubular (3) (Gambar 9).
11
Ligulate
Tubular
Gambar 9. Tipe ray floret (bunga pita)
20)
Ray floret (bunga pita) : sumbu mendatar : Melengkung (1), Lurus (2),
Tidak beraturan (3) (Gambar 10).
Melengkung
Lurus
Tidak beraturan
Gambar 10. Sumbu membujur ray floret
21)
Ray floret (bunga pita) : derajat kelengkungan (kecuali lurus) : Lemah (1),
Sedang (2), Kuat (5) (Gambar 11).
Lemah
Sedang
Kuat
Gambar 11. Derajat kelengkungan ray floret (bunga pita)
22)
Ray floret (bunga pita) : bagian melengkung (kecuali pada kuntum yang
lurus) : Ujung (1), Seperempat ari atas (2), Setengah dari atas (3), Tiga
perempat dari atas (4), Hanya di dasar (5), Keseluruhan (6) (Gambar 12).
Ujung
Tiga perempat dari atas
Seperempat dari atas
Hanya di dasar
Setengah dari atas
Keseluruhan
Gambar 12. Bagian yang melengkung pada ray floret (bunga pita)
23)
Ray floret (bunga pita) : panjang : Pendek (1), Sedang (2), Panjang (3)
(Gambar 13).
12
24)
25)
26)
27)
28)
Gambar 13. Panjang ray floret (bunga pita)
Ray floret (bunga pita) : lebar : Sempit (3), Sedang (5), Lebar (7).
Ray floret (bunga pita) : rasio panjang dan lebar : Rendah (3), Sedang (5),
Tinggi (7).
Ray floret (bunga pita) : warna primer di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : warna sekunder di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : distribusi warna sekunder di bagian dalam :
Daerah bawah (1), Seperempat (2), Setengah (3), Setengah (4),
Seperempat (5), Ujung (6), Pita (7), Daerah pinggir (8), Daerah pusat (9),
Keseluruhan (10) (Gambar 14).
Daerah bawah
Ujung
Seperempat
Pita
Setengah
Setengah
Daerah pinggir Daerah pusat
Seperempat
Keseluruhan
Gambar 14. Distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret
(bunga pita)
29)
30)
31)
Ray floret (bunga pita) : pola warna sekunder di bagian dalam : Kompak
(1), Samar-samar (2), Berbelang belang (3).
Ray floret (bunga pita) : warna tersier di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : distribusi warna tersier di bagian dalam : Daerah
bawah (1), Seperempat (2), Setengah (3), Setengah (4), Seperempat (5),
13
32)
Ujung (6), Pita (7), Daerah pinggir (8), Daerah pusat (9), Keseluruhan
(10).
Ray floret (bunga pita) : pola warna tersier di bagian dalam : Kompak (1),
Samar-samar (2), Belang-belang (3) (Gambar 15).
Kompak
Samar-samar
Belang-belang
Gambar 15. Pola warna tersier pada bagian dalam ray floret (bunga pita)
33)
34)
Ray floret (bunga pita) : warna utama pada bagian luar :
Ray floret (bunga pita) : gerigi : Tidak ada atau sangat dangkal (1), Dangkal
(3), Sedang (5), Dalam (7) (Gambar 16).
Tidak ada atau sangat dangkal
Sedang
Dalam
Gambar 16. Gerigi ray floret (bunga pita)
35)
Disk floret (bunga tabung) : warna :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi dan Karakterisasi
Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan diperoleh 20 aksesi
kenikir yang berhasil dikoleksi (Tabel 1). Aksesi yang diperoleh berasal dari
pekarangan dan kebun rumah petani. Bahan koleksi yang diambil berasal dari
benih sebanyak 16 aksesi (Tabel 1) dan anakan sebanyak 4 aksesi (Tabel 1), yang
kemudian ditanam kembali untuk perbanyakan benih. Perolehan nomor koleksi
dari beberapa daerah berupa benih yang diperoleh sangat terbatas, karena pada
umumnya petani tidak khusus mengadakan pembibitan.
14
Tabel 1. Aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa tempat di Jawa Barat
Kode
aksesi
AK1
AK2
AK3
AK4
AK5
AK6
AK7
AK8
AK9
AK10
AK11
AK12
AK13
AK14
AK15
AK16
AK17
AK18
AK19
AK20
Asal
Kabupaten
Jalan Cagak
Ciwarak
Karang tengah
Wanasari
Perbawati
Sudajaya Girang
Sindangbarang
Langensari
Pendeuy
Karang agung
Saribakti
Linggarjati
Sukaresmi
Dramaga
Tugu Selatan
Ciaruten
Babakan
Lebaksiuh
Argalingga
Ciwidey
Subang
Tasikmalaya
Sukabumi
Sukabumi
Sukabumi
Sukabumi
Bogor
Bandung Barat
Garut
Garut
Garut
Kuningan
Garut
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Sukabumi
Majalengka
Bandung
Posisi geografis
T:107o39’34” S:06o43’29”
T: 108o21’26” S: 07o53’19”
T:106o48’28” S:06o53’49”
T:106o56’16” S:06o54’11”
T:106o56’43” S:06o52’39”
T:106o57’19” S:06o52’21”
T:106o46’09” S:06o34’56”
T:107o38’14” S:06o49’36”
T:107o55’08” S:07o31’29”
T:107o55’02” S:07o30’55”
T:107o55’09” S:07o31’29”
T:108o28’04” S:06o52’53”
T:107o48’50” S:07o15’51”
T: 106o42’52” S:06o32’40”
T:106o57’00” S:06o41’17”
T:106o40’33” S:06o32’05”
T:106o43’54” S:06o33’43”
T:106o55’03” S:06o51’59”
T:108o21’28” S:06o53’48”
T:107o28’12” S:07o05’59”
Elevasi
(m dpl)
631
550
455
693
896
971
255
1253
618
703
620
708
1050
230
963
154
226
703
1288
1100
Perolehan
Benih
Benih, bibit
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Bibit
Benih, bibit
Benih
Benih, bibit
Benih, bibit
Bibit
Bibit
Benih
Bibit
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, setiap daerah memiliki nama
lokal sendiri untuk penyebutan kenikir misalnya di Bogor umumnya dikenal
dengan nama ‘kenikir’, di Subang dan Sukabumi dikenal dengan ‘randamidang’,
di Kuningan (Lingggarjati) dikenal dengan sebutan ‘pancanitik’, di Argalingga
(Majalengka) dikenal dengan sebutan ‘hades’ dan di Ciwidey (Bandung) dikenal
dengan istilah ‘tayubi’.
Pemanfaatan tanaman kenikir dan nilai ekonominya dari masing-masing
daerah (kabupaten) berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan pasar
maupun keadaan geografis daerah setempat. Oleh karena itu, tanaman kenikir
mempunyai peranan untuk membantu mengatasi masalah-masalah kekurangan
vitamin dan gizi, di samping protein bagi penduduk Indonesia terutama bagi
keluarga pra sejahtera, dapat diandalkan mengingat tanaman tersebut telah
beradaptasi terhadap lingkungan setempat dan cara budidayanya mudah dan
murah.
Berdasarkan hasil karakterisasi, 20 aksesi kenikir memiliki kemiripan
beberapa karakter yaitu jumlah mata tunas, posisi kuntum bunga, jumlah anak
daun, posisi mahkota bunga, jumlah ray floret, tipe disk floret, segmen kerah,
sumbu mendatar ray floret, derajat kelengkungan ray floret, bagian melengkung
pada ray floret, warna primer bagian dalam ray floret, warna sekunder di bagian
dalam ray floret, pola warna sekunder di bagian dalam ray floret, warna tersier di
bagian dalam ray floret, distribusi warna tersier di bagian dalam ray floret, pola
warna tersier di bagian dalam ray floret, warna primer di bagian luar ray floret,
gerigi ray floret dan warna disk floret .
Karakter utama yang menunjukkan ketidak-miripan diantaranya adalah
adanya perbedaan pada tipe pertumbuhan dan pewarnaan antosianin batang.
Aksesi Dramaga (AK 14) menunjukkan tipe pertumbuhan yang menyebar dan 19
aksesi lainnya semi tegak (Gambar 17).
15
Semi tegak (a)
Menyebar (b)
Gambar 17. Tipe pertumbuhan, (a) semi tegak (b) menyebar
Pewarnaan antosianin batang aksesi Dramaga (AK 14) adalah kuat,
sedangkan 19 aksesi lainnya sedang. Aksesi dengan pewarnaan antosianin batang
yang sedang berwarna kehijauan, sedangkan aksesi dengan antosianin batang
yang kuat berwarna keungu-unguan (Gambar 18). Hal ini sejalan dengan yang
pernah dilaporkan Bunawan et al. (2014) bahwa tanaman kenikir memiliki batang
yang berwarna hijau dan terkadang berwarna ungu.
Kuat (a)
Sedang (b)
Gambar 18. Pewarnaan antosianin batang, (a) kuat (b) sedang
Karakter utama lainnya yang menunjukkan ketidak-miripan adalah adanya
perbedaan karakter tipe ray floret dan distribusi warna sekunder di bagian dalam
ray floret. Sebagian besar aksesi kenikir yang diamati hampir keseluruhan bertipe
ray floret tubular kecuali aksesi Ciarutereun (AK 16) yang memiliki tipe ray
floret ligulate (Gambar 19).
16
Tubular (a)
Ligulate (b)
Gambar 19. Tipe ray floret, (a) Tubular (b) Ligulate
Distribusi warna sekunder dibagian dalam ray floret yang diamati
seluruhnya hampir sama yaitu seperempat kecuali aksesi Ciarutereun (AK 16)
yang memiliki distribusi warna sekunder daerah bawah (Gambar 20).
Seperempat (a)
Bagian bawah (b)
Gambar 20. Distribusi warna sekunder di bagian dalam ray floret, (a) seperempat)
(b) bagian bawah
Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama dilakukan untuk mengetahui ciri atau karakter
yang membedakan setiap genotipe dimana dengan analisis gerombol hanya
mengetahui pengelompokan berdasarkan karakter tertentu, tetapi tidak dapat
mengetahui dengan pasti karakter yang membedakan pengelompokannya tersebut.
Menurut Afuape et al. (2011), analisis komponen utama merupakan teknik yang
berguna untuk mengetahui kontribusi suatu karakter terhadap keragaman sehingga
berhasil mengidentifikasi karakter yang menjadi cirri suatu varietas. Berdasarkan
Analisis Komponen Utama yang dilakukan terdapat 6 komponen yang memiliki
akar ciri diatas 1. Menurut Yunianti et al. (2007), nilai akar ciri menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh
variabel yang dianalisis dan nilai akar ciri kurang dari satu tidak valid digunakan
dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Enam komponen tersebut adalah
hasil dari reduksi 17 peubah yang dapat menerangkan keragaman sebesar
80,880% (Tabel 2).
17
Untuk mengelompokkan 20 aksesi kenikir yang dipelajari digunakan tiga
Komponen Utama (KU) yang dapat menjelaskan 52.745% dari variabilitas 17
karakter yang diamati. Komponen utama yang terbentuk ditentukan dengan nilai
vektor ciri. Menurut Yunianti et al. (2007), jika nilai vektor ciri > 0.5 maka
karakter tersebut berpengaruh terhadap keragaman. Berdasarkan nilai vektor ciri
(Lampiran 4) bahwa komponen I terdiri atas 5 karakter yaitu tipe pertumbuhan,
pewarnaan antosianin batang, diameter kuntum bunga, diameter disk floret, dan
diameter relatif disk floret. Komponen II terdiri dari 6 karakter yaitu jumlah
cabang primer, lebar daun, lebar terminal daun, tipe ray floret, panjang ray floret,
distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret. Komponen III terdiri dari
4 karakter yaitu tipe pertumbuhan, pewarnaan antosianin batang, panjang ray
floret dan distribusi warna sekunder di bagian dalam ray floret.
Tabel 2. Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen utama
Akar Ciri
Co
mp
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
3.581
3.002
2.384
2.046
1.519
1.218
0.960
0.874
0.431
0.409
0.283
0.183
0.078
0.028
0.006
5.012E-017
5.055E-017
%
Keragaman
21.063
17.657
14.025
12.036
8.934
7.165
5.645
5.141
2.533
2.403
1.662
1.079
0.458
0.166
0.033
0.551
2.948E-016
%
Kumulatif
21.063
38.720
52.745
64.781
73.715
80.880
86.525
91.667
94.200
96.603
98.265
99.344
99.801
99.967
100
100
100
Total
3.581
3.002
2.384
2.046
1.519
1.218
Ekstraksi Akar Kuadrat
%
%
Keragaman Kumulatif
21.063
21.063
17.657
38.720
14.025
52.745
12.036
64.781
8.934
73.715
7.165
80.880
18
Gambar 21. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I dan
KU III
Gambar 22. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I dan
KU II
19
Gambar 23. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU II dan KU
III
Berdasarkan KU I dan KU III aksesi yang di uji dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok dengan proporsi keragaman total sebesar 35.088 % (Gambar
21). Kelompok 1 terdiri dari satu aksesi yaitu AK 16. Kelompok II terdiri dari 18
aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6, AK 7, AK 8, AK 9, AK 10,
AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK 19, dan AK 20. Kelompok III
terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14.
Aksesi yang diuji dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan
KU I dan KU II dengan proporsi keragaman total sebesar 38.72 % (Gambar 22).
Kelompok I terdiri dari 18 aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6,
AK 7, AK 8, AK 9, AK 10, AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK
19, dan AK 20. Kelompok II terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14. Kelompok III
terdiri dari satu aksesi yaitu AK 16.
Pengujian yang dilakukan pada KU II dan KU III diperoleh 3 kelompok
dengan proporsi keragaman sebesar 31.682 % (Gambar 23). Kelompok I terdiri
dari 18 aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6, AK 7, AK 8, AK 9,
AK 10, AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK 19, dan AK 20.
Kelompok II terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14. Kelompok III terdiri dari satu
aksesi yaitu AK 16.
Analisis Gerombol
Hasil analisis gerombol berupa pengelompokan 20 aksesi kenikir
berdasarkan pemotongan dendogram pada koefisien ketidak-miripan 15
menghasilkan 3 gerombol yaitu gerombol I terdiri atas 1 aksesi (Dramaga) (AK
14), gerombol II terdiri atas 1 aksesi (Ciarutereun) (AK 16) dan gerombol III
terdiri atas 18 aksesi (Pendeuy, Saribakti, Karang agung, Sindangbarang,
Langensari, Perbawati, Sudajaya girang, Karang tengah, Argalingga, Wanasari,
Sukaresmi, Ciwidey, Jalan Cagak, Lebaksiuh, Tugu selatan, Ciwarak, Linggarjati
dan Babakan) (AK 9, AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19,
20
AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17).
(Gambar 24). Pengelompokan ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan
untuk penelitian kenikir selanjutnya dalam rangka pemilihan tetua dalam program
pemuliaan tanaman. Karakterisasi plasma nutfah dapat membantu dalam
mengidentifikasi keunikan suatu genotipe atau keragaman genetik untuk
perbaikan tanaman (Ram et al. 2008).
Ciri utama gerombol I adalah memiliki tipe pertumbuhan menyebar,
pewarnaan antosianin batang kuat, bertipe ray floret tubular dan warna sekunder
ray floret yang terdistribusi seperempat bagian. Ciri utama gerombol II adalah
memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan antosianin batang sedang, tipe
ray floret ligulate, warna sekunder pada ray floret terdistribusi di daerah bawah.
Ciri utama gerombol III adalah memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan
antosianin batang sedang, tipe ray floret tubular, dan warna sekunder yang
terdistribusi seperempat bagian.
Perbedaan gerombol aksesi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
kemiripan antar aksesi. Aksesi-aksesi yang berada pada gerombol yang sama
memiliki kemiripan yang tinggi. Perbedaan gerombol aksesi berdasarkan
dendogram tidak mencerminkan asal daerah dari mana aksesi diperoleh. Hal ini
menunjukkan bahwa aksesi-aksesi yang berada dalam satu gerombol terlepas dari
pengaruh daerah atau ekologi dari mana aksesi tersebut berasal. Tanaman kenikir
mempunyai sifat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga
penyebarannya lebih mudah dan memungkinkan jika dalam satu kabupaten
memiliki aksesi yang mempunyai keunikan karakter masing-masing.
Gambar 24. Dendogram 20 aksesi kenikir
Selanjutnya pengelompokan berdasarkan 35 karakter kualitatif terhadap
dua puluh aksesi kenikir asal Jawa Barat terjadi secara acak tanpa melihat asal
21
aksesi dari kedua puluh aksesi kenikir tersebut. Aksesi Ciarutereun dan aksesi
Dramaga yang merupakan aksesi yang sama-sama berasal dari Kabupaten Bogor
terdapat dalam gerombol yang berbeda walaupun aksesi-aksesi tersebut berasal
dari ekosistem yang sama. Perbedaan gerombol pada asal aksesi yang sama
diduga dari sistem perbanyakannya yaitu melalui biji. Perbanyakan melalui biji
biasanya menghasilkan biji-biji pada generasi berikutnya yang memiliki
keragaman fenotip yang cukup besar.
SIMPULAN
Hasil analisis gerombol tanaman dari peubah kualitatif menunjukkan bahwa
20 aksesi kenikir dapat dikelompokkan menjadi 3 gerombol. Gerombol I yaitu
aksesi AK 14, gerombol II yaitu aksesi AK 16 dan gerombol III yaitu aksesi AK 9,
AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 13, AK 20, AK
1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17.
22
4
POTENSI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KENIKIR (Cosmos
caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT
DI JAWA BARAT
Abstrak
Cosmos caudatus Kunth., umumnya dikenal dengan nama kenikir oleh
masyarakat Jawa Barat di manfaatkan sebagai sayuran indigenous. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian tanaman ini diklaim dapat bermanfaat sebagai agen
anti penuaan, meningkatkan sirkulasi darah dan mengobati infeksi akibat
patogen. Informasi mengenai produksi berguna untuk pemanfaatan dan potensi
pengembangan tanaman kenikir lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari potensi produksi beberapa aksesi kenikir dari 7 sampel aksesi yang
diambil dari 20 aksesi yang dikumpulkan dari sembilan kabupaten di Jawa Barat.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor
tunggal yaitu 7 aksesi sebagai perlakuan. Hasil analisis menunjukkan aksesi
berpengaruh terhadap karakter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang
primer, jumlah daun, panjang, lebar daun, hari mulai berbunga dan hasil panen
per petak. Aksesi dengan potensi produksi yang tinggi adalah aksesi Dramaga
(AK 14) aksesi Ciarutereun (AK16)
Kata kunci : kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), produksi
Abstract
Cosmos caudatus Kunth is commonly known as kenikir by the people of
West Java and consumed as an indigenous vegetable. Based on several studies,
this plant is claimed to be useful as an anti-aging agent, improve blood
circulation and treat infections due to pathogens. Information in production is
useful for utilization and potential of further development of kenikir plant. This
study aimed to study the production of some accessions of kenikir from the seven
samples taken from 20 accessions collected from nine regencies in West Java.
This experiment used a Randomized Complete Block Design with a single factor,
namely 7 accession as a treatment. The analysis showed that accession was
influential on plant height, stem diameter, number of primary branches, number
of leaves, length, leaf width, day of flowering and per plot yield. Accessions with
high production potential was Dramaga (AK 14) and Ciarutereun (AK16)
accession.
Keywords :kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), prod
KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI
JAWA BARAT
VENTI JATSIYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kemiripan dan Potensi
Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari Beberapa Tempat di
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Venti Jatsiyah
NIM A252120101
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
RINGKASAN
VENTI JATSIYAH. Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat. Dibimbing oleh ANAS
DINURROHMAN SUSILA dan MUHAMAD SYUKUR.
Kenikir memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sayuran alternatif
yang memenuhi permintaan pasar. Namun, pada umumnya sayuran tersebut
belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas dan biasanya sayuran ini
hanya terdapat di pasar lokal. Sejauh ini belum ada penelitian ataupun informasi
yang didapatkan tentang keragaman genetik dari tanaman ini. Oleh karena itu
diperlukan kegiatan eksplorasi untuk mempelajari karakter morfologi kenikir dari
beberapa daerah di Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan
informasi kemiripan dan potensi produksi antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) yang berpotensi untuk dikembangkan dari beberapa tempat di Jawa Barat.
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama adalah
eksplorasi dan kemiripan antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari
beberapa tempat di Jawa Barat. Pengamatan dilakukan berdasarkan tabel
karakteristik tanaman kenikir dan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi
kenikir dilakukan analisis gerombol. Percobaan kedua adalah potensi produksi
antar aksesi kenikir dari beberapa tempat di Jawa Barat. Percobaan ini
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor tunggal yaitu 7
aksesi sebagai perlakuan.
Hasil analisis gerombol berupa pengelompokan 20 aksesi kenikir
berdasarkan pemotongan dendogram pada koefisien ketidak-miripan 15
menghasilkan 3 gerombol yaitu gerombol I terdiri atas 1 aksesi (AK 14),
gerombol II terdiri atas 1 aksesi (AK 16) dan gerombol III terdiri atas 18 aksesi
(AK 9, AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK
13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17)
Ciri utama gerombol I adalah memiliki tipe pertumbuhan menyebar,
pewarnaan antosianin batang kuat, bertipe ray floret tubular dan warna sekunder
ray floret yang terdistribusi seperempat bagian. Ciri utama gerombol II adalah
memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan antosianin batang sedang, tipe
ray floret ligulate, warna sekunder pada ray floret terdistribusi di daerah bawah.
Ciri utama gerombol III adalah memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan
antosianin batang sedang, tipe ray floret tubular, dan warna sekunder yang
terdistribusi seperempat bagian.
Secara umum aksesi Dramaga (AK 14) dan Ciaruten (AK16)
menunjukkan keunggulan karakter produksi yang lebih baik dari aksesi lainnya,
sehingga aksesi-aksesi tersebut potensial untuk dikembangkan. Tanaman kenikir
yang diinginkan adalah yang memiliki tanaman yang tinggi, jumlah daun yang
banyak, daun yang panjang dan lebar, hasil panen yang tinggi dan lambat
berbunga.
Kata kunci : Analisis gerombol, eksplorasi, karakterisasi
iii
SUMMARY
VENTI JATSIYAH. Similarity and Production Potential of Kenikir (Cosmos
caudatus Kunth.) Accessions from Several Places in West Java. Supervised by
ANAS DINURROHMAN SUSILA and MUHAMAD SYUKUR
Kenikir has the potential to be developed as an alternative vegetable to
meet market demand. However, in general, this kind of vegetable has not been
widely known by the publican disusually found only in the local market. So far,
there has been no research or information on the genetic diversity of this plant. It
is, therefore, necessary to conduct the exploration activity to study the
morphological characters of the kenikir in several areas in West Java. The
objectives of this study were to observe similarity and production potential
among the accessions of kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) that has the potential
to be developed in several places in West Java.
This study consisted of two experiments. The first experiment was an
exploration and similarity between accession of kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) from several places in West Java. Observations were carried out based on
the table characteristics of kenikir plant and cluster analysis was also conducted to
determine the similarity among the kenikir accessions. The second experiment
evaluated the production of several accessions of kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) from several places in West Java. This experiment used a Randomized
Complete Block Design with a single factor, namely 7 accession as a treatment.
The results of the clusters analysis grouped 20 Cosmos accessions into
three clusters. Cluster I and II consisted only one accession each which were AK
16 and AK14, respectively. Cluster III consisted of AK 9, AK 11, AK 10, AK 7,
AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18,
AK 15, AK 2, AK 12 and AK 17.
The main characteristic of cluster I were have spreading growth-type,
strong stem anthocyanin colouration, ray florets tubular type and secondary color
of ray floret distributed in quarter part of the plant. The main characteristic of
cluster II were have semi upright growth type, medium stem anthocyanin
colouration, ray florets ligulate type, secondary colour of ray floret distributed in
the bottom part of the plants. The main characteristic of cluster III were have semi
upright growth type, medium stem anthocyanin colouration, ray floret tubular type
and secondary color distributed at the quarter part of the plants.
In general, Dramaga (AK 14) and Ciaruten (AK16) accession showed that
their production characters were better and more superior than those of the other
accessions so that they were potential to be developed. Kenikir desired include
those which have tall trees, large number of leaves, long and wide leaves, high
yields and slow flowering.
Keyword : Characterization, cluster analysis, exploration
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
v
KEMIRIPAN DAN POTENSI PRODUKSI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT DI
JAWA BARAT
VENTI JATSIYAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Awang Maharijaya, SP, MSi
vii
Judul Tesis : Kemiripan dan Potensi Produksi Aksesi Kenikir (Cosmos caudatus
Kunth.) dari Beberapa Tempat di Jawa Barat
Nama
: Venti Jatsiyah
NIM
: A252120101
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Anas Dinurrohman Susila, MSi
Ketua
Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Maya Melati, MS MSc
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Juni 2015
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Pertama-tama penulis panjatkan rasa puji dan
syukur penulis kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul kemiripan dan
potensi produksi aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di
Jawa Barat. Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2013 sampai Agustus
2014.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Anas Dinurrohman
Susila, MSi dan Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi, selaku komisi pembimbing
atas segala bimbingan, arahan, kritik dan masukan selama penelitian hingga
penulisan tesis. Sebagian dari tulisan ini dipublikasikan di Jurnal Agronomi
Indonesia (JAI) dengan Judul Kemiripan dan evaluasi produksi aksesi kenikir
(Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di Jawa Barat (dalam PROSES).
Terima kasih juga disampaikan kepada Kemenristek yang telah mendanai
penelitian ini melalui Hibah Insentif Riset Sinas Tahun 2014 an. Pusat Kajian
Hortikultura Tanaman (PKHT). Ungkapan rasa terimakasih juga penulis smpaikan
kepada Bapak, Ibu, Suami, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Venti Jatsiyah
A252120101
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
KEMIRIPAN AKSESI KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.)
DARI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
4
POTENSI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KENIKIR
(Cosmos caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT
DI JAWA BARAT
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
5
PEMBAHASAN UMUM
6
SIMPULAN UMUM DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
x
xi
1
2
2
2
2
4
6
6
7
13
21
22
22
23
24
27
27
30
31
34
47
x
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa tempat di Jawa
Barat
Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen
utama
Karakter tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang
primer 7 aksesi kenikir
Karakter jumlah daun, panjang daun dan lebar daun 7 aksesi
kenikir
Karakter umur berbunga dan hasil panen per bedeng pada panen
I, II, dan III.
Rangkuman hasil pengelompokan karakter yang diamati
14
17
24
26
27
29
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bagan alur penelitian
Tipe pertumbuhan
Jumlah anak daun
Lebar anak daun terminal
Posisi kuntum bunga
Tipe disk floret
Segmen collar
Diameter kuntum bunga
Tipe ray floret
Sumbu membujur ray floret
Derajat kelengkungan ray floret
Bagian melengkung pada ray floret (bunga pita)
Panjang ray floret (bunga pita)
Distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret
Pola warna tersier pada bagian dalam ray floret
Gerigi ray floret
Tipe pertumbuhan, (a) semitegak (b) menyebar
Pewarnaaan antosianin batang , (a) kuat (b) sedang
Tipe ray floret, (a) Tubular (b) Ligulate
Distribusi warna sekuder di bagian dalam ray floret
(a) seperempat) (b) bagian bawah
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I
dan KU III
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I
dan KU II
Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU II
dan KU III
Dendogram hasil analisis 20 aksesi kenikir
Penampilan tinggi tanaman 7 aksesi kenikir
3
8
9
9
9
10
10
10
11
11
11
11
12
12
13
13
15
15
16
16
18
18
19
20
25
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1
Deskripsi aksesi kenikir hasil percobaan 2
34
2
3
4
Peta pengambilan aksesi kenikir
Tabel jarak euclidean
Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis
komponen utama
41
42
46
1
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropika yang memiliki tingkat
keanekaragaman sayuran cukup tinggi. Tanaman lokal di Indonesia banyak yang
belum dikonsumsi sebagai bahan pangan yang kaya zat-zat yang bermanfaat bagi
tubuh dan kesehatan. Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung
ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan
berperan sebagai sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.
Usaha penganekaragaman sumber makanan merupakan salah satu pemecahan
dalam rangka mengurangi ketergantungan pada salah satu jenis makanan.
Di beberapa daerah, ditemukan sayuran indigenous yang merupakan
spesies sayuran asli yang berasal dari daerah atau lingkungan tertentu dan biasa
dimanfaatkan sebagai makanan bagi masyarakat pedesaan dan perkotaan (Habwe
et al. 2009). Sebagian besar sayuran indigenous telah lama dikenal dan dilaporkan
berperan penting dalam ketahanan pangan dan menyumbang hingga 100% dari
pendapatan rumah tangga di pedesaan (Diouf et al. 2007).
Sayuran indigenous khususnya di Indonesia, sudah lama dikonsumsi,
terutama oleh masyarakat Jawa Barat. Berbagai tanaman indigenous telah
dikonsumsi dan secara tradisional ditanam oleh nenek moyang secara turun
temurun. Khusus di Jawa Barat salah satu sayuran indigenous yang biasa
dikonsumsi adalah kenikir. Tanaman kenikir biasanya dikonsumsi sebagai
pelengkap pada sajian pecel atau urap. Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi
adalah daun mudanya. Daun sayuran kenikir dapat digunakan sebagai anti
bakteri (Rosyid et al. 2011), anti mikroba (Rasdi et al. 2010), antioksidan (Rafat
et al. 2011; Hassan et al. 2012; Reihani 2012), dan anti osteoporosis (Mohamed
et al. 2013).
Menurut Batari (2007) daun tanaman kenikir memiliki kandungan
senyawa flavonoid yang sangat tinggi khususnya dari golongan quercetin.
Menurut Andarwulan et al. (2012) kenikir memiliki kandungan asam askorbat
yang lebih dari 100 mg/100 g dalam 100 g bagian yang dapat dimakan, daun
kenikir mengandung : air 93 g, protein 3 g, lemak 0.4 g, karbohidrat 0.4 g, serat
1.6 g, abu 1.6 g. Kandungan kalsium (270 mg) dan vitamin A (0.9 mg) tergolong
tinggi. Menurut Van den Bergh (1994) pada daun kenikir juga terdapat minyak
esensial.
Keberadaan kenikir telah menyebar di beberapa negara di dunia. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Melhchert (2010) di Mexico, Amerika di bagian
barat daya, dan Amerika Tengah berhasil mengkoleksi 32 spesies kenikir dari
genus Cosmos dan 2 aksesi Cosmos caudatus Kunth. yaitu aksesi Veracrus dan
Panama, dimana masing masing-masing spesies tersebut memiliki jumlah
kromosom yang berbeda-beda. Amado et al. (2013) melaporkan sebanyak 259
tanaman kenikir ditemukan dari wilayah Amerika yang masing-masing berasal
dari San Jose, Chiqumula, Izabal, Francisco Marazon, Comayaga, Cortes, Oaxaca,
Veracrus, San Luis Potosi, Chiapas.
Di Indonesia eksplorasi kenikir masih sedikit yang melakukannya. Hasil
penelitian Putrasamedja (2005), ekplorasi sayuran indigenous terdapat 1 aksesi
kenikir di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2008)
2
di Kabupaten Pandeglang dan Bogor memperoleh 8 aksesi kenikir yang memiliki
variasi karakter yang beragam.
Kenikir memiliki potensi untuk dikembangkan, namun pada umumnya
sayuran tersebut belum banyak dikenal oleh masyarakat umum secara luas dan
biasanya sayuran ini hanya terdapat di pasar lokal. Di Indonesia, kenikir belum
banyak dibudidayakan secara luas. Informasi mengenai kemiripan dan produksi
pada tanaman kenikir ini berguna untuk pemanfaatan dan potensi pengembangan
tanaman tersebut lebih lanjut serta dapat melestarikan plasma nutfah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi kemiripan dan potensi
produksi antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) yang berpotensi untuk
dikembangkan dari beberapa tempat di Jawa Barat.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
2.
Aksesi yang terdapat di beberapa tempat di Jawa Barat mirip satu sama lain.
Aksesi kenikir dari beberapa tempat di Jawa Barat memiliki potensi yang
berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan eksplorasi tanaman. Tujuan dari
eksplorasi adalah untuk mengkoleksi dan mengumpulkan aksesi kenikir yang
telah dibudidayakan oleh petani atau masyarakat serta untuk melestarikan plasma
nutfah yang ada agar tidak punah. Eksplorasi dilakukan di sembilan Kabupaten di
Jawa Barat. Hasil dari eksplorasi diperoleh 20 aksesi kenikir yang berupa benih
dan bibit. Hasil eksplorasi yang berupa benih disemai terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanaman sedangkan hasil berupa bibit langsung ditanam di lapangan.
Perbanyakan tanaman kenikir dilakukan menggunakan biji. Biji kenikir
diperoleh dari buah yang sudah tua. Buah yang sudah tua berwarna hitam. Ciri biji
yang bagus untuk ditanam adalah berwarna hitam, kering, bentuk utuh dan bernas,
tidak terluka dan tidak berjamur.
Penanaman aksesi kenikir dilakukan di Kebun Percobaan IPB di Tajur
Bogor dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Dari 20 aksesi dilakukan penanaman
kemudian dilakukan pengamatan dengan mengamati kemiripan antar aksesi
(Percobaan 1) dengan menggunakan tabel karakteristik tanaman kenikir. Hasil
pengamatan diperoleh informasi tentang kemiripan antar aksesi yang berasal dari
beberapa tempat di Jawa Barat.
Aksesi kenikir kemudian diseleksi sebanyak 7 aksesi yang dilakukan
penanaman pada Percobaan 2. Percobaan 2 bertujuan untuk mendapatkan
informasi potensi produksi beberapa aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa
tempat di Jawa Barat. Hasil pengamatan diperoleh aksesi yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan secara lebih lanjut (Gambar 1)
3
Eksplorasi
20 aksesi kenikir
asal Jawa Barat
Koleksi
20 aksesi kenikir
asal Jawa Barat
Percobaaan 1: Kemiripan antar aksesi
kenikr
Deskripsi dan kemiripan aksesi
kenikir
Percobaan 2: Potensi produksi
berbagai aksesi kenikir
Informasi potensi produksi berbagai aksesi kenikir
Informasi kemiripan dan potensi protensi produksi serta
deskripsi beberapa aksesi kenikir terpilih dari beberapa tempat
di Jawa Barat
Gambar 1. Bagan alur penelitian
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Kenikir
Kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) merupakan tanaman asli dari daerah
tropis di Amerika yang kemudian dibawa oleh orang Spanyol ke Filipina. Di
Filipina kenikir dikenal dengan nama Cosmos, sedangkan di Thailand kenikir
disebut dao ruang-phama. Kenikir merupakan tanaman herba setahun yang
tingginya dapat mencapai 3 m. Batangnya berbentuk segiempat, beralur,
bercabang banyak dan berwarna hijau keunguan. Daun kenikir majemuk,
bersilang berhadapan, bentuk menyirip, ujung runcing, tepi rata, berwarna hijau
tua pada bagian permukaan atasnya dan berwarna lebih terang serta sedikit
berambut pada permukaan bawahnya Pembungaan kenikir terletak di ujung atas
tanaman. Panjang tangkai bunga sekitar 5 – 30 cm, mahkota bunga terdiri dari 8
helai dengan panjang 1.5 – 2 cm dan berwarna merah muda. Buah kenikir
berwarna cokelat dan berbentuk seperti jarum dengan ujung berambut (Van den
Bergh 1994).
Tanaman kenikir dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan sinar
matahari penuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1 600 m
dpl. Perbanyakan kenikir dapat dilakukan melalui biji di persemaian yang
kemudian dapat dipindahkan ke lapangan setelah tiga minggu. Pengaturan
drainase dan irigasi yang baik dapat mendukung pertumbuhan kenikir. Kondisi
tanah yang terlalu lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang
mengganggu pertumbuhan tanaman kenikir (Van den Bergh 1994).
.
Budidaya Kenikir
Perbanyakan kenikir dapat dilakukan melalui biji di persemaian yang
kemudian dapat dipindahkan ke lapangan setelah tiga minggu. Pembibitan
dilakukan sekitar tiga minggu kemudian dapat dipindahtanamkan di lahan dengan
jarak tanam 25 – 30 cm x 25 – 30 cm antar tanaman. Pada tanah miskin, pupuk
organik 10 ton/ha dan urea 200 kg/ha dapat diberikan untuk meningkatkan hasil
panen dan meningkatkan kualitas daun. Pengaturan air yang baik sangat penting
bagi pertumbuhan kenikir (Van den Bergh 1994). Kondisi tanah yang terlalu
lembab dapat memicu perkembangan cendawan yang mengganggu pertumbuhan
tanaman kenikir.
Pemanenan daun kenikir dapat dilakukan setelah tanaman berumur enam
minggu. Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur enam minggu setelah
daun pertama muncul. Pemanenan berikutnya dilakukan dengan selang tiga
minggu kemudian. Pemanenan yang teratur akan memicu produksi pucuk baru
dan menunda pembungaan. Hal ini dapat terus dilakukan sampai tanaman
berumur 2 – 3 tahun. Apabila daun-daunnya dipetik, tunas baru akan cepat
tumbuh untuk menggantikannya. Daun kenikir apabila diremas-remas akan
mengeluarkan bau yang khas karena mengandung minyak esensial. Adanya
minyak tersebut menimbulkan rasa yang agak sengau pada daun mentah, akan
tetapi dengan pengukusan rasa tersebut akan hilang. Tanaman kenikir juga dapat
digunakan sebagai tanaman penghias pekarangan karena bunganya yang berwarna
5
cerah. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kenikir antara lain adalah penambah
nafsu makan dan penguat jantung. Daun kenikir juga dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional untuk menghentikan pendarahan dan untuk menguatkan tulang
(Van den Bergh 1994).
Keragaman Spesies Kenikir
Kenikir termasuk famili Asteraceae, spesies Cosmos. Kenikir merupakan
salah satu jenis tumbuhan tropika yang berasal dari Amerika Latin, tetapi tumbuh
liar dan mudah diperoleh di Florida, Amerika Serikat, serta Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian baik yang dilakukan oleh Melchert (2010) maupun
Amado (2013) masing masing melaporkan bahwa tanaman kenikir memiliki 32
spesies diantaranya yaitu Cosmos bipinnatus, Cosmos caudatus, Cosmos
pacificus, Cosmos parviflorus frontal, Cosmos parviflorus, Cosmos sulphureu,
Cosmos carvifolius, Cosmos crithmifolius, Cosmos intercedens, Cosmos landii,
Cosmos ochroleucoflorus, Cosmos diversifolius, Cosmos jaliscensis, Cosmos
juxtlahuacensis, Cosmos mcvaughii, Cosmos modestus, Cosmos montanus,
Cosmos nitidus, Cosmos nitidus, Cosmos purpureus, Cosmos purpureus, Cosmos
scabiosoides, Cosmos scabiosoides, Cosmos schaffneri, Cosmos sessilis, Cosmos
stellatus.
Kegunaan
Kenikir umumnya dikenal sebagai Ulam raja di Malaysia, dan telah
menjadi salah satu tanaman obat tradisional yang paling populer digunakan untuk
mengobati beberapa penyakit (Abas et al. 2003 dan Rasdi et al. 2010). Tanaman
ini ditemukan beberapa dekade yang lalu di Amerika Utara dan selama beberapa
dekade, telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negara-negara tropis
dan subtropis (Abas et al. 2003; Shui et al. 2005; Rasdi et al. 2010; Sukrasno et
al. 2011). Daun dan batang kenikir biasanya dikonsumsi mentah, sedangkan
bagian tanaman lainnya dapat di ekstraksi untuk tujuan pengobatan. Ekstrak
diklaim berkhasiat dalam mengobati densitas mineral tulang menurun,
menurunkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan sirkulasi darah. Beberapa
senyawa telah dilaporkan dari ramuan ini yang meliputi quercetin 3-Orhamnoside, quercetin 3-O-β-arabinofuranoside, quercetin 3-O-glukosida β-,
quercetin, proantosianidin, kripto-chlorogenic acid, chlorogenic acid neo-,
chlorogenic asam, catechin, epicatechin, myricetin, dan naringenin (Abas et al.
2003; Shui et al. 2005; Sukrasno et al. 2011).
6
3
KEMIRIPAN AKSESI KENIKIR (Cosmos caudatus Kunth.) DARI
BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT
Abstrak
Eksplorasi kenikir yang dilakukan di Kabupaten Bogor, Sukabumi,
Bandung, Bandung Barat, Subang, Garut, Majalengka, Kuningan, dan
Tasikmalaya memperoleh 20 aksesi. Karakterisasi terhadap 20 aksesi kenikir
bertujuan untuk mengetahui kemiripan antar aksesi kenikir yang berasal dari Jawa
Barat. Pengamatan dilakukan terhadap karakter morfologi yang berdasarkan tabel
karakteristik tanaman kenikir, dan berdasarkan karakter tersebut dianalisis
menggunakan analisis gerombol untuk melihat kemiripan antar aksesi. Hasil
analisis gerombol tanaman dari peubah kualitatif menunjukkan bahwa 20 aksesi
kenikir dapat dikelompokkan menjadi 3 gerombol. Gerombol I yaitu aksesi AK 14,
gerombol II yaitu aksesi AK16 dan gerombol III yaitu aksesi AK 9, AK 11, AK 10,
AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK
15, AK 2, AK 12 dan AK 17. Aksesi yang berada pada gerombol yang sama
menunjukkan kemiripan yang tinggi.
Kata kunci: Analisis gerombol, eksplorasi, karakterisasi.
Abstract
Exploration was conducted to Bogor, Sukabumi, Bandung, Bandung
Barat, Subang, Garut, Majalengka, Kuningan, and Tasikmalaya had succesfully
collected a total of 20 accession number. Characterization of the 20 accessions of
the kenikir aimed to determine the similarity among the accessions of the kenikir
originating from West Java. Data were collected for morphological characters
which were based on the characteristics table of the plants and based on these
characters, the cluster analysis was conducted to study similarity between the
accessions. Characterization of Cosmos caudatus Kunth. accession aimed to
identify the Cosmos caudatus Kunth. accession contained in several areas in West
Java, and know the proximity of relatedness between accession. The observation
were made based on the characteristics table of the plants and based on these
characters,. The results of the clusters analysis grouped 20 Cosmos accessions
into three clusters. Cluster I and II consisted only one accession each which were
AK 16 and AK14, respectively. Cluster III consisted of AK 9, AK 11, AK 10, AK 7,
AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15,
AK 2, AK 12 and AK 17. The accession where placed in the same sub clustered,
have indicated that a higher level of similarity.
Keyword: Characterization, cluster analysis, exploration
PENDAHULUAN
Kenikir biasanya dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat sebagai
pelengkap pada sajian pecel atau urap. Bagian tanaman yang biasa dikonsumsi
7
adalah daun mudanya. Daun sayuran kenikir dapat digunakan sebagai anti
bakteri (Rosyid et al. 2011), anti mikroba (Rasdi et al. 2010), antioksidan (Rafat
et al. 2011; Hassan et al. 2012; Reihani 2012), dan anti osteoporosis (Mohamed
et al. 2013).
Menurut Batari (2007) daun tanaman kenikir memiliki kandungan
senyawa flavonoid yang sangat tinggi khususnya dari golongan quercetin. Kenikir
juga memiliki kandungan asam askorbat yang lebih dari 100 mg/100 g
(Andarwulan et al. 2012). Pada daun juga terdapat minyak esensial (Van den
Bergh, 1994).
Keberadaan kenikir telah menyebar di beberapa negara di dunia. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Melhchert (2010) di Mexico, Amerika di bagian
barat daya, dan Amerika Tengah berhasil mengkoleksi 32 spesies kenikir dari
genus Cosmos dan 2 aksesi Cosmos caudatus Kunth. yaitu aksesi Veracrus dan
Panama. Amado et al. (2013) melaporkan sebanyak 259 tanaman kenikir
ditemukan dari wilayah Amerika .
Hasil penelitian Putrasamedja (2005), ekplorasi sayuran indigenous
terdapat 1 aksesi kenikir di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh
Hermanto (2008) di Kabupaten Pandeglang dan Bogor memperoleh 8 aksesi
kenikir yang memiliki variasi karakter yang beragam. Informasi mengenai
karakter morfologi pada tanaman kenikir ini berguna untuk pemanfaatan dan
potensi pengembangan tanaman tersebut lebih lanjut serta dapat melestarikan
plasma nutfah. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi kemiripan
antar aksesi kenikir (Cosmos caudatus Kunth.) dari beberapa tempat di Jawa
Barat.
BAHAN DAN METODE
Identifikasi kemiripan aksesi kenikir dimulai dengan kegiatan eksplorasi.
Eksplorasi tanaman kenikir dilaksanakan dari Desember 2013 - Februari 2014 di
beberapa tempat di Jawa Barat yaitu Bogor, Sukabumi, Subang, Bandung,
Bandung Barat, Garut, Kuningan, Majalengka dan Tasikmalaya. Hasil eksplorasi
ditanam di kebun Percobaan IPB Tajur yang berlangsung dari Desember 2013 –
April 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah 20 aksesi yang terdiri atas 5
aksesi Bogor, 1 aksesi Subang, 1 aksesi Tasikmalaya, 5 aksesi Sukabumi, 1
aksesi Majalengka, 4 aksesi Garut, 2 aksesi Bandung dan 1 aksesi Kuningan.
Penyemaian dilakukan dengan tray semai 72 sel menggunakan media tanam
dengan komposisi fine kompos/pakis, pine skin powder, coconut skin powder,
arang sekam, dan humus. Persemaian disiram dengan frekuensi 2 hari sekali. Bibit
kenikir yang sudah berumur 3 minggu setelah semai (MSS) ditanam pada
bedengan dengan ukuran 1 m x 3 m. Tiap aksesi ditanam pada 1 bedeng. Masingmasing aksesi terdiri atas 10 tanaman yang kemudian dikarakterisasi untuk
melihat karakteristiknya. Bedengan tersebut diberi amelioran berupa kotoran sapi
dengan dosis 15 ton ha-1, sehingga total yang digunakan adalah 90 kg kotoran
sapi. Penanaman dilakukan dengan sistem double row, jarak antar baris 25 cm,
dan jarak antar tanaman dalam baris 25 cm. Tanaman diberi pupuk Urea, SP36
dan KCl dengan dosis masing-masing 47, 311, dan 56 kg ha-1 per musim tanam
pada saat tanam (Manurung et al. 2008). Total dosis yang digunakan secara
keseluruhan adalah 0.28 kg Urea, 1.87 kg SP 36 dan 0.34 kg KCl. Kegiatan
8
pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, pemupukan susulan berupa
pemberian pupuk Urea dan KCl pada umur 4 minggu setelah tanam (MST)
dengan dosis masing-masing 47 dan 56 kg ha-1 per musim tanam, penyiangan
terhadap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman, dan pengendalian hama serta
penyakit yang dilakukan secara mekanis.
Pengamatan kemiripan morfologi
antar aksesi kenikir dilakukan
berdasarkan tabel karakteristik tanaman kenikir (UPOV 2013). Karakter
kemiripan yang diamati secara umum yaitu: tipe pertumbuhan, total tinggi
tanaman, jumlah cabang primer, pewarnaan antosianin batang, jumlah mata tunas,
panjang daun, intensitas warna hijau daun, jumlah anak daun, lebar daun terminal,
posisi kuntum bunga, jumlah ray floret, tipe disk floret, segmen kerah, diameter
kuntum bunga, diameter disk floret, diameter relatif disk floret sampai kuntum
bunga, panjang kuntum bunga, tipe ray floret, sumbu mendatar ray floret, tingkat
kelengkungan ray floret, bagian melengkung ray floret, panjang ray floret, lebar
ray floret, rasio panjang dan lebar ray floret, warna primer bagian dalam ray
floret, warna sekunder bagian dalam ray floret, distribusi warna sekunder di
bagian dalam ray floret, pola warna sekunder bagian dalam ray floret, warna
tersier dibagian dalam ray floret, distribusi warna tersier di bagian dalam ray
floret, pola warna tersier dibagian dalam ray floret, warna utama bagian luar ray
floret, gerigi ray floret, warna disk floret. Tingkat kemiripan antar aksesi
berdasarkan karakter yang diamati menggunakan analisis gerombol. Analisis ini
menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistic 20.
Pengamatan kemiripan morfologi
antar aksesi kenikir dilakukan
berdasarkan tabel karakteristik tanaman kenikir (UPOV 2013). Skoring untuk
karakter kemiripan yang diamati secara umum adalah:
1)
Tipe Tanaman : Tegak (1), Semi tegak (2), Menyebar (3) (Gambar 2).
Tegak
Semi tegak
Menyebar
Gambar 2. Tipe pertumbuhan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Total tinggi tanaman : Pendek (3), Sedang (5), Tinggi (7).
Jumlah cabang primer : Sedikit (3), Sedang (5), Banyak (7).
Pewarnaan anthocyanin batang : Tidak ada atau sangat lemah (1), Lemah
(2), Sedang (3), Kuat (4).
Mata tunas : Tidak ada atau jarang (1), Sedang (2), Padat (3).
Panjang daun : Pendek (1), Sedang (2), Panjang (3).
Lebar daun : Sempit (3), Sedang (5), Lebar (7).
Intensitas warna hijau daun : Terang (1), Sedang (2), Gelap (3).
Jumlah anak daun : Tidak ada atau sangat sedikit (1), Sedikit (2), Sedang
(3), Banyak (4), Sangat banyak (5) (Gambar 3).
9
Tidak ada atau sangat sedikit
Sedang
Sedikit
Banyak
Sangat banyak
Gambar 3. Jumlah anak daun
10)
Lebar anak daun paling ujung : Sempit (1), Sedang (2), Lebar (3)
(Gambar 4).
Gambar 4 Lebar anak daun terminal
11)
Kuntum bunga : posisi : Ke atas (1), Ke samping (2), Ke bawah (3)
(Gambar ).
Ke atas
Ke samping
Ke bawah
Gambar 5. Posisi kuntum bunga
12)
Kuntum bunga : jumlah ray floret (bunga pita) : Sangat sedikit (1), Sedikit
(2), Sedang (3), Banyak (4), Sangat banyak (5).
10
13)
Kuntum bunga : tipe disk floret (bunga tabung) : Daisy (1), Anemon (2)
(Gambar 6).
Daisy
Anemon
Gambar 6. Tipe disk floret (bunga tabung)
14)
Kuntum bunga : segmen collar : Tidak ada (1), Ada (9) (Gambar 7).
Segmen collar
Gambar 7. Segmen collar
15)
Kuntum bunga : diameter : Kecil (3), Sedang (5), Besar (7) (Gambar 8).
Gambar 8 Diameter kuntum bunga
16)
17)
18)
19)
Kuntum bunga : diameter disk floret (bunga tabung) : Sangat kecil (1),
Kecil (2), Sedang (3), Besar (4), Sangat besar (5).
Kuntum bunga : diameter relatif disk floret (bunga tabung) sampai kuntum
bunga : Sangat kecil (1), Kecil (2), Sedang (3), Besar (4), Sangat besar (5).
Kuntum bunga : panjang kuntum : Pendek (3), Sedang (5), Panjang (7).
Ray floret (bunga pita) : tipe : Ligulate (1), Ligulate dan Tubular (2),
Tubular (3) (Gambar 9).
11
Ligulate
Tubular
Gambar 9. Tipe ray floret (bunga pita)
20)
Ray floret (bunga pita) : sumbu mendatar : Melengkung (1), Lurus (2),
Tidak beraturan (3) (Gambar 10).
Melengkung
Lurus
Tidak beraturan
Gambar 10. Sumbu membujur ray floret
21)
Ray floret (bunga pita) : derajat kelengkungan (kecuali lurus) : Lemah (1),
Sedang (2), Kuat (5) (Gambar 11).
Lemah
Sedang
Kuat
Gambar 11. Derajat kelengkungan ray floret (bunga pita)
22)
Ray floret (bunga pita) : bagian melengkung (kecuali pada kuntum yang
lurus) : Ujung (1), Seperempat ari atas (2), Setengah dari atas (3), Tiga
perempat dari atas (4), Hanya di dasar (5), Keseluruhan (6) (Gambar 12).
Ujung
Tiga perempat dari atas
Seperempat dari atas
Hanya di dasar
Setengah dari atas
Keseluruhan
Gambar 12. Bagian yang melengkung pada ray floret (bunga pita)
23)
Ray floret (bunga pita) : panjang : Pendek (1), Sedang (2), Panjang (3)
(Gambar 13).
12
24)
25)
26)
27)
28)
Gambar 13. Panjang ray floret (bunga pita)
Ray floret (bunga pita) : lebar : Sempit (3), Sedang (5), Lebar (7).
Ray floret (bunga pita) : rasio panjang dan lebar : Rendah (3), Sedang (5),
Tinggi (7).
Ray floret (bunga pita) : warna primer di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : warna sekunder di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : distribusi warna sekunder di bagian dalam :
Daerah bawah (1), Seperempat (2), Setengah (3), Setengah (4),
Seperempat (5), Ujung (6), Pita (7), Daerah pinggir (8), Daerah pusat (9),
Keseluruhan (10) (Gambar 14).
Daerah bawah
Ujung
Seperempat
Pita
Setengah
Setengah
Daerah pinggir Daerah pusat
Seperempat
Keseluruhan
Gambar 14. Distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret
(bunga pita)
29)
30)
31)
Ray floret (bunga pita) : pola warna sekunder di bagian dalam : Kompak
(1), Samar-samar (2), Berbelang belang (3).
Ray floret (bunga pita) : warna tersier di bagian dalam :
Ray floret (bunga pita) : distribusi warna tersier di bagian dalam : Daerah
bawah (1), Seperempat (2), Setengah (3), Setengah (4), Seperempat (5),
13
32)
Ujung (6), Pita (7), Daerah pinggir (8), Daerah pusat (9), Keseluruhan
(10).
Ray floret (bunga pita) : pola warna tersier di bagian dalam : Kompak (1),
Samar-samar (2), Belang-belang (3) (Gambar 15).
Kompak
Samar-samar
Belang-belang
Gambar 15. Pola warna tersier pada bagian dalam ray floret (bunga pita)
33)
34)
Ray floret (bunga pita) : warna utama pada bagian luar :
Ray floret (bunga pita) : gerigi : Tidak ada atau sangat dangkal (1), Dangkal
(3), Sedang (5), Dalam (7) (Gambar 16).
Tidak ada atau sangat dangkal
Sedang
Dalam
Gambar 16. Gerigi ray floret (bunga pita)
35)
Disk floret (bunga tabung) : warna :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi dan Karakterisasi
Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan diperoleh 20 aksesi
kenikir yang berhasil dikoleksi (Tabel 1). Aksesi yang diperoleh berasal dari
pekarangan dan kebun rumah petani. Bahan koleksi yang diambil berasal dari
benih sebanyak 16 aksesi (Tabel 1) dan anakan sebanyak 4 aksesi (Tabel 1), yang
kemudian ditanam kembali untuk perbanyakan benih. Perolehan nomor koleksi
dari beberapa daerah berupa benih yang diperoleh sangat terbatas, karena pada
umumnya petani tidak khusus mengadakan pembibitan.
14
Tabel 1. Aksesi kenikir hasil eksplorasi dari beberapa tempat di Jawa Barat
Kode
aksesi
AK1
AK2
AK3
AK4
AK5
AK6
AK7
AK8
AK9
AK10
AK11
AK12
AK13
AK14
AK15
AK16
AK17
AK18
AK19
AK20
Asal
Kabupaten
Jalan Cagak
Ciwarak
Karang tengah
Wanasari
Perbawati
Sudajaya Girang
Sindangbarang
Langensari
Pendeuy
Karang agung
Saribakti
Linggarjati
Sukaresmi
Dramaga
Tugu Selatan
Ciaruten
Babakan
Lebaksiuh
Argalingga
Ciwidey
Subang
Tasikmalaya
Sukabumi
Sukabumi
Sukabumi
Sukabumi
Bogor
Bandung Barat
Garut
Garut
Garut
Kuningan
Garut
Bogor
Bogor
Bogor
Bogor
Sukabumi
Majalengka
Bandung
Posisi geografis
T:107o39’34” S:06o43’29”
T: 108o21’26” S: 07o53’19”
T:106o48’28” S:06o53’49”
T:106o56’16” S:06o54’11”
T:106o56’43” S:06o52’39”
T:106o57’19” S:06o52’21”
T:106o46’09” S:06o34’56”
T:107o38’14” S:06o49’36”
T:107o55’08” S:07o31’29”
T:107o55’02” S:07o30’55”
T:107o55’09” S:07o31’29”
T:108o28’04” S:06o52’53”
T:107o48’50” S:07o15’51”
T: 106o42’52” S:06o32’40”
T:106o57’00” S:06o41’17”
T:106o40’33” S:06o32’05”
T:106o43’54” S:06o33’43”
T:106o55’03” S:06o51’59”
T:108o21’28” S:06o53’48”
T:107o28’12” S:07o05’59”
Elevasi
(m dpl)
631
550
455
693
896
971
255
1253
618
703
620
708
1050
230
963
154
226
703
1288
1100
Perolehan
Benih
Benih, bibit
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Benih
Bibit
Benih, bibit
Benih
Benih, bibit
Benih, bibit
Bibit
Bibit
Benih
Bibit
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, setiap daerah memiliki nama
lokal sendiri untuk penyebutan kenikir misalnya di Bogor umumnya dikenal
dengan nama ‘kenikir’, di Subang dan Sukabumi dikenal dengan ‘randamidang’,
di Kuningan (Lingggarjati) dikenal dengan sebutan ‘pancanitik’, di Argalingga
(Majalengka) dikenal dengan sebutan ‘hades’ dan di Ciwidey (Bandung) dikenal
dengan istilah ‘tayubi’.
Pemanfaatan tanaman kenikir dan nilai ekonominya dari masing-masing
daerah (kabupaten) berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan pasar
maupun keadaan geografis daerah setempat. Oleh karena itu, tanaman kenikir
mempunyai peranan untuk membantu mengatasi masalah-masalah kekurangan
vitamin dan gizi, di samping protein bagi penduduk Indonesia terutama bagi
keluarga pra sejahtera, dapat diandalkan mengingat tanaman tersebut telah
beradaptasi terhadap lingkungan setempat dan cara budidayanya mudah dan
murah.
Berdasarkan hasil karakterisasi, 20 aksesi kenikir memiliki kemiripan
beberapa karakter yaitu jumlah mata tunas, posisi kuntum bunga, jumlah anak
daun, posisi mahkota bunga, jumlah ray floret, tipe disk floret, segmen kerah,
sumbu mendatar ray floret, derajat kelengkungan ray floret, bagian melengkung
pada ray floret, warna primer bagian dalam ray floret, warna sekunder di bagian
dalam ray floret, pola warna sekunder di bagian dalam ray floret, warna tersier di
bagian dalam ray floret, distribusi warna tersier di bagian dalam ray floret, pola
warna tersier di bagian dalam ray floret, warna primer di bagian luar ray floret,
gerigi ray floret dan warna disk floret .
Karakter utama yang menunjukkan ketidak-miripan diantaranya adalah
adanya perbedaan pada tipe pertumbuhan dan pewarnaan antosianin batang.
Aksesi Dramaga (AK 14) menunjukkan tipe pertumbuhan yang menyebar dan 19
aksesi lainnya semi tegak (Gambar 17).
15
Semi tegak (a)
Menyebar (b)
Gambar 17. Tipe pertumbuhan, (a) semi tegak (b) menyebar
Pewarnaan antosianin batang aksesi Dramaga (AK 14) adalah kuat,
sedangkan 19 aksesi lainnya sedang. Aksesi dengan pewarnaan antosianin batang
yang sedang berwarna kehijauan, sedangkan aksesi dengan antosianin batang
yang kuat berwarna keungu-unguan (Gambar 18). Hal ini sejalan dengan yang
pernah dilaporkan Bunawan et al. (2014) bahwa tanaman kenikir memiliki batang
yang berwarna hijau dan terkadang berwarna ungu.
Kuat (a)
Sedang (b)
Gambar 18. Pewarnaan antosianin batang, (a) kuat (b) sedang
Karakter utama lainnya yang menunjukkan ketidak-miripan adalah adanya
perbedaan karakter tipe ray floret dan distribusi warna sekunder di bagian dalam
ray floret. Sebagian besar aksesi kenikir yang diamati hampir keseluruhan bertipe
ray floret tubular kecuali aksesi Ciarutereun (AK 16) yang memiliki tipe ray
floret ligulate (Gambar 19).
16
Tubular (a)
Ligulate (b)
Gambar 19. Tipe ray floret, (a) Tubular (b) Ligulate
Distribusi warna sekunder dibagian dalam ray floret yang diamati
seluruhnya hampir sama yaitu seperempat kecuali aksesi Ciarutereun (AK 16)
yang memiliki distribusi warna sekunder daerah bawah (Gambar 20).
Seperempat (a)
Bagian bawah (b)
Gambar 20. Distribusi warna sekunder di bagian dalam ray floret, (a) seperempat)
(b) bagian bawah
Analisis Komponen Utama
Analisis komponen utama dilakukan untuk mengetahui ciri atau karakter
yang membedakan setiap genotipe dimana dengan analisis gerombol hanya
mengetahui pengelompokan berdasarkan karakter tertentu, tetapi tidak dapat
mengetahui dengan pasti karakter yang membedakan pengelompokannya tersebut.
Menurut Afuape et al. (2011), analisis komponen utama merupakan teknik yang
berguna untuk mengetahui kontribusi suatu karakter terhadap keragaman sehingga
berhasil mengidentifikasi karakter yang menjadi cirri suatu varietas. Berdasarkan
Analisis Komponen Utama yang dilakukan terdapat 6 komponen yang memiliki
akar ciri diatas 1. Menurut Yunianti et al. (2007), nilai akar ciri menunjukkan
kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh
variabel yang dianalisis dan nilai akar ciri kurang dari satu tidak valid digunakan
dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Enam komponen tersebut adalah
hasil dari reduksi 17 peubah yang dapat menerangkan keragaman sebesar
80,880% (Tabel 2).
17
Untuk mengelompokkan 20 aksesi kenikir yang dipelajari digunakan tiga
Komponen Utama (KU) yang dapat menjelaskan 52.745% dari variabilitas 17
karakter yang diamati. Komponen utama yang terbentuk ditentukan dengan nilai
vektor ciri. Menurut Yunianti et al. (2007), jika nilai vektor ciri > 0.5 maka
karakter tersebut berpengaruh terhadap keragaman. Berdasarkan nilai vektor ciri
(Lampiran 4) bahwa komponen I terdiri atas 5 karakter yaitu tipe pertumbuhan,
pewarnaan antosianin batang, diameter kuntum bunga, diameter disk floret, dan
diameter relatif disk floret. Komponen II terdiri dari 6 karakter yaitu jumlah
cabang primer, lebar daun, lebar terminal daun, tipe ray floret, panjang ray floret,
distribusi warna sekunder pada bagian dalam ray floret. Komponen III terdiri dari
4 karakter yaitu tipe pertumbuhan, pewarnaan antosianin batang, panjang ray
floret dan distribusi warna sekunder di bagian dalam ray floret.
Tabel 2. Nilai akar ciri komponen utama berdasarkan analisis komponen utama
Akar Ciri
Co
mp
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
3.581
3.002
2.384
2.046
1.519
1.218
0.960
0.874
0.431
0.409
0.283
0.183
0.078
0.028
0.006
5.012E-017
5.055E-017
%
Keragaman
21.063
17.657
14.025
12.036
8.934
7.165
5.645
5.141
2.533
2.403
1.662
1.079
0.458
0.166
0.033
0.551
2.948E-016
%
Kumulatif
21.063
38.720
52.745
64.781
73.715
80.880
86.525
91.667
94.200
96.603
98.265
99.344
99.801
99.967
100
100
100
Total
3.581
3.002
2.384
2.046
1.519
1.218
Ekstraksi Akar Kuadrat
%
%
Keragaman Kumulatif
21.063
21.063
17.657
38.720
14.025
52.745
12.036
64.781
8.934
73.715
7.165
80.880
18
Gambar 21. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I dan
KU III
Gambar 22. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU I dan
KU II
19
Gambar 23. Pengelompokkan 20 aksesi kenikir berdasarkan KU II dan KU
III
Berdasarkan KU I dan KU III aksesi yang di uji dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok dengan proporsi keragaman total sebesar 35.088 % (Gambar
21). Kelompok 1 terdiri dari satu aksesi yaitu AK 16. Kelompok II terdiri dari 18
aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6, AK 7, AK 8, AK 9, AK 10,
AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK 19, dan AK 20. Kelompok III
terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14.
Aksesi yang diuji dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan
KU I dan KU II dengan proporsi keragaman total sebesar 38.72 % (Gambar 22).
Kelompok I terdiri dari 18 aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6,
AK 7, AK 8, AK 9, AK 10, AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK
19, dan AK 20. Kelompok II terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14. Kelompok III
terdiri dari satu aksesi yaitu AK 16.
Pengujian yang dilakukan pada KU II dan KU III diperoleh 3 kelompok
dengan proporsi keragaman sebesar 31.682 % (Gambar 23). Kelompok I terdiri
dari 18 aksesi yaitu AK 1, AK 2, AK 3, AK 4, AK 5, AK 6, AK 7, AK 8, AK 9,
AK 10, AK 11, AK 12, AK 13, AK 15, AK 17, AK 18, AK 19, dan AK 20.
Kelompok II terdiri dari satu aksesi yaitu AK 14. Kelompok III terdiri dari satu
aksesi yaitu AK 16.
Analisis Gerombol
Hasil analisis gerombol berupa pengelompokan 20 aksesi kenikir
berdasarkan pemotongan dendogram pada koefisien ketidak-miripan 15
menghasilkan 3 gerombol yaitu gerombol I terdiri atas 1 aksesi (Dramaga) (AK
14), gerombol II terdiri atas 1 aksesi (Ciarutereun) (AK 16) dan gerombol III
terdiri atas 18 aksesi (Pendeuy, Saribakti, Karang agung, Sindangbarang,
Langensari, Perbawati, Sudajaya girang, Karang tengah, Argalingga, Wanasari,
Sukaresmi, Ciwidey, Jalan Cagak, Lebaksiuh, Tugu selatan, Ciwarak, Linggarjati
dan Babakan) (AK 9, AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19,
20
AK 4, AK 3, AK 13, AK 20, AK 1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17).
(Gambar 24). Pengelompokan ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan
untuk penelitian kenikir selanjutnya dalam rangka pemilihan tetua dalam program
pemuliaan tanaman. Karakterisasi plasma nutfah dapat membantu dalam
mengidentifikasi keunikan suatu genotipe atau keragaman genetik untuk
perbaikan tanaman (Ram et al. 2008).
Ciri utama gerombol I adalah memiliki tipe pertumbuhan menyebar,
pewarnaan antosianin batang kuat, bertipe ray floret tubular dan warna sekunder
ray floret yang terdistribusi seperempat bagian. Ciri utama gerombol II adalah
memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan antosianin batang sedang, tipe
ray floret ligulate, warna sekunder pada ray floret terdistribusi di daerah bawah.
Ciri utama gerombol III adalah memiliki tipe pertumbuhan semi tegak, pewarnaan
antosianin batang sedang, tipe ray floret tubular, dan warna sekunder yang
terdistribusi seperempat bagian.
Perbedaan gerombol aksesi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
kemiripan antar aksesi. Aksesi-aksesi yang berada pada gerombol yang sama
memiliki kemiripan yang tinggi. Perbedaan gerombol aksesi berdasarkan
dendogram tidak mencerminkan asal daerah dari mana aksesi diperoleh. Hal ini
menunjukkan bahwa aksesi-aksesi yang berada dalam satu gerombol terlepas dari
pengaruh daerah atau ekologi dari mana aksesi tersebut berasal. Tanaman kenikir
mempunyai sifat adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga
penyebarannya lebih mudah dan memungkinkan jika dalam satu kabupaten
memiliki aksesi yang mempunyai keunikan karakter masing-masing.
Gambar 24. Dendogram 20 aksesi kenikir
Selanjutnya pengelompokan berdasarkan 35 karakter kualitatif terhadap
dua puluh aksesi kenikir asal Jawa Barat terjadi secara acak tanpa melihat asal
21
aksesi dari kedua puluh aksesi kenikir tersebut. Aksesi Ciarutereun dan aksesi
Dramaga yang merupakan aksesi yang sama-sama berasal dari Kabupaten Bogor
terdapat dalam gerombol yang berbeda walaupun aksesi-aksesi tersebut berasal
dari ekosistem yang sama. Perbedaan gerombol pada asal aksesi yang sama
diduga dari sistem perbanyakannya yaitu melalui biji. Perbanyakan melalui biji
biasanya menghasilkan biji-biji pada generasi berikutnya yang memiliki
keragaman fenotip yang cukup besar.
SIMPULAN
Hasil analisis gerombol tanaman dari peubah kualitatif menunjukkan bahwa
20 aksesi kenikir dapat dikelompokkan menjadi 3 gerombol. Gerombol I yaitu
aksesi AK 14, gerombol II yaitu aksesi AK 16 dan gerombol III yaitu aksesi AK 9,
AK 11, AK 10, AK 7, AK 8, AK 5, AK 6, AK 3, AK 19, AK 4, AK 13, AK 20, AK
1, AK 18, AK 15, AK 2, AK 12 dan AK 17.
22
4
POTENSI PRODUKSI BERBAGAI AKSESI KENIKIR (Cosmos
caudatus Kunth.) DARI BEBERAPA TEMPAT
DI JAWA BARAT
Abstrak
Cosmos caudatus Kunth., umumnya dikenal dengan nama kenikir oleh
masyarakat Jawa Barat di manfaatkan sebagai sayuran indigenous. Berdasarkan
beberapa hasil penelitian tanaman ini diklaim dapat bermanfaat sebagai agen
anti penuaan, meningkatkan sirkulasi darah dan mengobati infeksi akibat
patogen. Informasi mengenai produksi berguna untuk pemanfaatan dan potensi
pengembangan tanaman kenikir lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari potensi produksi beberapa aksesi kenikir dari 7 sampel aksesi yang
diambil dari 20 aksesi yang dikumpulkan dari sembilan kabupaten di Jawa Barat.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak faktor
tunggal yaitu 7 aksesi sebagai perlakuan. Hasil analisis menunjukkan aksesi
berpengaruh terhadap karakter tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang
primer, jumlah daun, panjang, lebar daun, hari mulai berbunga dan hasil panen
per petak. Aksesi dengan potensi produksi yang tinggi adalah aksesi Dramaga
(AK 14) aksesi Ciarutereun (AK16)
Kata kunci : kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), produksi
Abstract
Cosmos caudatus Kunth is commonly known as kenikir by the people of
West Java and consumed as an indigenous vegetable. Based on several studies,
this plant is claimed to be useful as an anti-aging agent, improve blood
circulation and treat infections due to pathogens. Information in production is
useful for utilization and potential of further development of kenikir plant. This
study aimed to study the production of some accessions of kenikir from the seven
samples taken from 20 accessions collected from nine regencies in West Java.
This experiment used a Randomized Complete Block Design with a single factor,
namely 7 accession as a treatment. The analysis showed that accession was
influential on plant height, stem diameter, number of primary branches, number
of leaves, length, leaf width, day of flowering and per plot yield. Accessions with
high production potential was Dramaga (AK 14) and Ciarutereun (AK16)
accession.
Keywords :kenikir (Cosmos caudatus Kunth.), prod