Pengaruh Biopestisida Bio-LC4 terhadap Populasi Xanthomonas campestris pv. acaciae dalam Media Tanam Akasia (Acacia crassicarpa Cunn. ex Benth)

1
PENGARUH BIOPESTISIDA BIO-LC4 TERHADAP POPULASI Xanthomonas
campestris pv. acaciae DALAM MEDIA TANAM AKASIA (Acacia crassicarpa
Cunn ex. Benth)

RATRI KURNIA HADI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2
2008
ABSTRAK
RATRI KURNIA HADI. Pengaruh Biopestisida Bio-LC4 terhadap Populasi Xanthomonas campestris pv.
acaciae dalam Media Tanam Akasia (Acacia crassicarpa Cunn. ex Benth). Dibimbing oleh LISDAR A.
MANAF dan HAMIM.
Penyakit hawar bakteri merupakan salah satu penyakit yang menyerang tanaman akasia terutama A.
crassicarpa pada saat di persemaian. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri X. campestris pv. acaciae.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh formula Bio -LC4 terhadap populasi bakteri tersebut di

media persemaian akasia. Media tanam yang digunakan adalah campuran dari tanah, pasir dan kompos
serta ditambah pupuk TSP. Media ini diberi dua perlakuan yaitu media tidak disterilisasi (Mts) dan media
disterilisasi (Ms). Setelah itu, media diberi formula Bio-LC4 dengan konsentrasi 0% (F0), 10% (F10), 20%
(F20) dan 30% (F30). Campuran tersebut kemudian diberi dua perlakuan yaitu diintroduksi X. campestris
pv. acaciae (MtsX, MsX) dan tidak diintroduksi bakteri tersebut (Mts, Ms). Setiap minggu selama lima
minggu jumlah koloni bakteri X. campestris pv. acaciae dan jumlah total koloni semua bakteri dihitung
dengan metode cawan tuang. Bakteri X. campestris pv. acaciae yang diisolasi dari perlakuan diatas
kemudian diu ji secara in vitro terhadap ekstrak Bio-LC4 dengan metode cakram kertas. Jumlah koloni X.
campestris pv. acaciae dan jumlah total koloni semua bakteri mengalami penurunan pada semua perlakuan
MtsX, MsX, Mts dan Ms, tetapi pengaruh formula tidak terlihat karena jumlah bakteri pada media kontrol
juga mengalami penurunan walaupun tidak diberi formula. Uji in vitro menunjukkan bahwa bakteri X.
campestris pv. acaciae yang diisolasi dari perlakuan pada penelitian ini masih dapat dihambat
pertumbuhannya oleh ekstrak formula Bio-LC4. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh formula Bio-LC4 terhadap X. campestris pv. acaciae pada media yang sesuai untuk
perkembangan bakteri tersebut.

ABSTRACT
RATRI KURNIA HADI. The influence of biopesticide Bio-LC4 on X. campestris pv. acaciae population in
acacia’s seedling media. Supervised by LISDAR A. MANAF and HAMIM.
Bacteria blight disease is one of the disease which attack acacia plant espesially A. crassicarpa in

seedling. The disease is caused by X. campestris pv. acaciae. The research aimed know how the influence
of Bio-LC4 formule on X. campestris pv. acaciae population in acacia seedling media. The seedling media
was the mixture of soil, sand, compost and TSP fertilizer. There were two treatment, sterile media (Ms) and
non sterile media (Mts). Then, the media mixed with Bio-LC4 formule with concentration of 0% (F0),
10% (F10), 20% (F20) and 30% (F30) respectively. There were two mixtures of media introduced with X.
campestris pv. acaciae (MtsX, MsX) and without introducing with X. campestris pv. acaciae (Mts, Ms).
The colony numbers of X. campestris pv. acaciae and total colony of bacteria were counted every week
during five weeks by dilution method. The isolated X. campestris pv. acaciae from the treatment media was
then tested in vitro with Bio-LC4 formule extract by paper disc method. The colony number of X.
campestris pv. acaciae and the total colony number of bacteria were decrease in all treatment media of
MtsX, MsX, Mts and Ms respectively, but there was no effect of Bio-LC4 formule indicates by the
decrease of colony number at control media. In vitro testing showed that the X. campestris pv. acaciae’s
from the treatment media inhibited by Bio-LC4 formule extract. The future research is needed to observe
formula’s influence to X. campestris pv. acaciae in a suitable media for the growth of bacteria.

3
PENGARUH BIOPESTISIDA BIO-LC4 TERHADAP POPULASI Xanthomonas
campestris pv. acaciae DALAM MEDIA TANAM AKASIA (Acacia crassicarpa
Cunn ex. Benth)


RATRI KURNIA HADI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

4
Judul
Nama
NRP

: Pengaruh Biopestisida Bio-LC4 terhadap Populasi Xanthomonas campestris
pv. acaciae dalam Media Tanam Akasia (Acacia crassicarpa Cunn. ex Benth)

: Ratri Kurnia Hadi
: G34103045

Menyetujui,

Pembimbing I ,

Pembimbing II,

Dr. Ir. Lisdar A. Manaf
NIP 131404219

Dr.Ir. Hamim, M. Si.
NIP 131878946

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor


Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP 131578806

Tanggal Lulus:

5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan karya ilmiah dengan judul: Pengaruh biopestisida Bio-LC4 terhadap populasi Xanthomonas
campestris pv. acaciae dalam media tanam akasia (Acacia crassicarpa Cunn. ex Benth). Penelitian ini
dilakukan sejak Februari 2007 sampai Juli 2008 di laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia, Pusat
Penelitian Studi Hayati dan Bioteknologi (PPSHB), IPB Dramaga Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Lisdar A. Manaf dan Dr. Ir. Hamim selaku
pembimbing atas segala bantuan, saran dan bimbingannya sejak awal hingga penulisan skripsi ini. Terima
kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada ibu, bapak, kakak dan adik serta seluruh keluarga
atas segala doa dan dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Iwa selaku teknisi di
Lab. PAU yang telah memberikan bantuan selama penelitian, Bapak Samingan dan Ibu Ni Made Laksmi
Ernawati atas segala saran dan masukannya dan tidak lupa juga kepada teman seperjuangan Isyana
Kuncoro Dewi dan keluarga besar Bio 40.
Terima kasih .


Bogor, September 2008

Ratri Kurnia Hadi

6
RIWAYAT HIDUP
Ratri Kurnia Hadi dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Juni 1984 sebagai anak ke-3 dari 4
bersaudara dari pasangan Leto Haryanto dan Pasiyem.
Setelah menyelesaikan pendidikan dari SMU Negeri 4 Bogor pada tahun 2003, penulis melanjutkan
pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten pelatihan budidaya jamur, menjadi pengurus
Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, pengurus Himabio,
pengurus wahana muslim himabia (WMH), menjadi koordinator rohis Bio 40, pengurus Badan
Kerohaniaan Islam Mahasiswa (BKIM) IPB dan melakukan praktek lapangan dengan judul Pengelolaan
Tanaman Obat di kebun percontohan tanaman obat Taman Sringganis.

7
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................viii
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
Waktu dan tempat....................................................................................................................2
BAHAN DAN METODE...................................................................................................................2
Bahan dan Alat........................................................................................................................2
Metode.....................................................................................................................................2
Peremajaan isolat bakteri.................................................................................................2
Pembuatan media tanam, perlakuan dan pemeliharaannya.............................................2
Penghitungan jumlah koloni bakteri................................................................................2
Uji in vitro formula Bio-LC4...........................................................................................3
HASIL................................................................................................................................................3
Hasil Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri X. campestris pv. acaciae..................................3
Hasil Penghitungan Jumlah TotalKoloni Semua Bakteri........................................................5
Uji in vitro Ekstrak Formula Bio-LC4....................................................................................7
PEMBAHASAN.................................................................................................................................7
SIMPULAN................................................................................................................10
SARAN..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................10

8
DAFTAR TABEL
Halaman
Komposisi mdia tanam dan formula yang dengan dan tanpa baktri X. campestris pv. acaciae
pada masing-masing perlakuan..........................................................................................................3
Hasil rata-rata jumlah koloni X. campestris pv. acaciae ...................................................................5
Hasil rata-rata jumlah total koloni semua bakteri...............................................................................6

9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Koloni X. campestris pv. acaciae pada media PSA........................................................................3
2. Jumlah koloni X. campestris pv. acaciae pada media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae (MtsX) pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5....................................................................................................................................4
3. Jumlah koloni X. campestris pv. acaciae pada media steril yang diintroduksi
X. campestris pv. acaciae (MsX) pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5....................................................................................................................................4

4. Jumlah total koloni semua bakteri pada Mts yang diintroduksi X. campestris pv. acaciae
pada minggu ke-0 sampai minggu ke-5.........................................................................................5
5. Jumlah total koloni semua bakteri pada Ms yang diintroduksi X. campestris pv. acaciae
pada minggu ke-0 sampai minggu ke-5.........................................................................................6
6. Jumlah total koloni semua bakteri pada Mts tanpa introduksi X. campestris pv. acaciae.............6
7. Jumlah total koloni semua bakteri pada Ms tanpa introduksi X. campestris pv. acaciae...............7
8. Zona hambatan pertumbuhan X. campestris pv. acaciae oleh ekstrak Bio-LC4...........................7
9. Jumlah koloni X. campestris pv. acaciae pada media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae (MtsX) pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5....................................................................................................................................9
10.Jumlah koloni X. campestris pv. acaciae pada media steril yang diintroduksi
X. campestris pv. acaciae (MsX) pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5.....................................................................................................................................9
10.Media tanam akasia tidak steril dengan konsentrasi formula......................................................10
10. Media tanam akasia steril dengan konsentrasi formula ..............................................................10

10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Acacia spp. merupakan genus yang termasuk

suku Leguminosae, memiliki lebih dari 1300
spesies dan terdistribusi di daerah tropik dan
subtropik. Kayu akasia banyak digunakan untuk
funitur dan perabot rumah tangga, seperti pintu
dan bingkai jendela; pada pembuatan kapal;
sebagai tangkai peralatan; dibuat papan, lapisan
kayu halus dan kayu lapis; sebagai pulp dan kertas
(Prosea 1995). Beberapa jenis akasia yang paling
banyak ditanam di wilayah asia adalah Acacia
auriculiformis Cunn. ex Benth., A. mangium
Willd., A. crassicarpa Cunn. ex Benth. dan A.
aulacocarpa Cunn. ex Benth. (Old et. al 2000).
Area perkebunan akasia banyak ditemukan di
Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, India, Sri
Lanka dan Thailand (Prosea 1995).
Salah satu hambatan rendahnya produksi
akasia di daerah tropis disebabkan oleh penyakit
karat daun, embun tepung, rebah semai, kanker
tunas dan busuk akar (Old et. al 2000). Pada saat
di persemaian, tanaman akasia terutama A.

crassicarpa juga dapat terserang penyakit hawar
daun bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas campestris pv. acaciae. Penyakit ini
merupakan penyakit baru pada pembibitan
tanaman A. crassicarpa di Indonesia (khususnya
ditemukan di pembibitan tanaman akasia di Riau)
karena belum dilaporkan keberadaannya baik di
Indnesia maupun di negara lain yang menanam
tanaman akasia (Ernawati 2008). Gejala awal dari
penyakit hawar daun bakteri pada bibit tanaman A.
crassicarpa muncul pada bibit berumur lebih
kurang 5-6 minggu setelah disemaikan (sudah
memiliki 3-4 filodia). Gejala awal berupa garis
berwarna merah berukuran kurang lebih 1-3 mm
pada bagian ujung, tengah dan pangkal daun atau
variasinya. Perkembangan gejala selanjutnya
adalah garis berkembang memanjang sejajar
dengan tulang daun dan berubah warna menjadi
merah kecoklatan. Garis selanjutnya berubah
menjadi coklat tua dan berwarna kuning
disekitarnya. Pada perkembangan tahap akhir garis
dapat menyatu dan kering sehingga berbentuk
hawar (Ernawati 2008).
Beberapa usaha pengendalian terhadap
penayakit hawar daun bakteri sudah dilakukan di
pembibitan tanaman A. crassicarpa di Riau
diantaranya penjarangan (spacing), perlakuan
benih,
penggunaan
bakterisida,
sanitasi
lingkungan, penggunaan mikrob antagonis
Pseudomonas fluorescens, Trichoderma spp. dan
Bacillus subtilis. Usaha tersebut belum mampu
menekan perkembangan penyakit hawar daun

bakteri (Ernawati 2008). Oleh karena itu,
diperlukan suatu alternatif yang berpotensia
mengendalikan penyakit tersebut. Salah satu cara
yang mungkin bisa digunakan yaitu dengan
biopestisida yang diperoleh dari bahan hayati
seperti jamur.
Lentinus spp. merupakan jamur yang termasuk
ke dalam kelas Basidiomycetes, ordo Polyporales,
dan famili Lentinaceae (Pegler 1983). Jamur ini
dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan
bernilai gizi tinggi, agen biokontrol penyakit
tanaman dan biofungisida (Sudirman 1995).
Lentinus ternyata berpotensi menghasilkan
berbagai metabolit yang dimanfaatkan untuk
kepentingan kesehatan dan industri. Jamur ini
telah banyak dilaporkan sebagai penghasil
senyawa antimikrob yang dapat menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
lain
seperti
cendawan dan bakteri. Senyawa antimikrob dari
Lentinus dapat disekskresikan secara ekstraseluler
(filtrat kultur) maupun intraseluler (miselium dan
tubuh buah). Beberapa jenis Lentinus telah diteliti
sebelumnya, diantaranya ialah L. trabeum, L.
lepideus, L. adhaerens dan L. degener yang
berasal dari daerah subtropis dan jenis lain yang
berasal dari daerah Afrika tropis yaitu L.
squarrosulus yang menghasilkan dua senyawa
antibiotik yang diisolasi dari filtrat kulturnya.
Salah satu dari senyawa tersebut ialah senyawa
Ls2 yang dapat menghambat pertumbuhan
Bacillus subtilis, Mucor ramannianus, khamir dan
Rigidoporus lignosus (Sudirman.1992; Sudirman
et al 1994, diacu dalam Sudirman 2005).
L. cladopus LC4 yang sebelum diidentifikasi
adalah Lentinus sp. isolat LC ialah isolat Lentinus
yang memiliki potensi lebih dalam menekan
pertumbuhan mikroorganisme dibandingkan isolat
Lentinus tropis lainnya (Sudirman 2005). Ekstrak
miselium L. cladopus LC4 dapat menghambat
pertumbuhan beberapa patogen tanaman seperti
Ganoderma boninense, Rhizoctonia solani,
Rigidoporus lignosus, Phytophtora capsici, dan
Pseudomonas syringae (Mulyaningsih 2002).
Demikian juga dengan ekstrak miseliumnya dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia
coli, Bacillus subtilis, dan X. campestris (Wage
1998). Berdasarkan penelitian tersebut maka diuji
ekstrak miselium L. cladopus LC4 secara in vivo
pada tanaman kedelai yang terserang penyakit
pustul bakteri. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak miselium L. cladopus
LC4 dapat menghambat pembentukan pustul pada
tanaman
kedelai
yang
disebabkan
oleh
Xanthomonas campestris pv. glycines (Tristanti
2002). Berdasarkan penelitian tersebut, maka
dikembangkan suatu formula biopestisida yang

11
diberi nama Bio-LC4. Formula ini kemudian diuji
pada tanaman caisim (Brassica rapa L. Cv. Group
Caisin) yang terserang penyakit rebah semai.
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan tanah
seperti R. solani, Phytium debaryanum dan
Fusarium spp. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penambahan formula BioLC4 dapat menghambat serangan penyakit rebah
semai pada caisim (Fatimah 2005). Secara in vitro
ekstrak formula Bio-LC4 juga menunjukkan
aktivitas hambatan pertumbuhan terhadap X.
campestris pv. acaciae (Sudirman 29 April 2008,
komunikasi pribadi). Uji in vivo formula Bio-LC4
terhadap X. campestris pv. acaciae belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan dengan harapan dapat menurunkan
jumlah populasi koloni bakteri tersebut pada
media tanam akasia yang diintroduksi X.
campestris pv. acaciae
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh formula Bio-LC4 terhadap X. campestris
pv. acaciae pada media tanah yang digunakan
untuk bibit akasia (A. crassicarpa).
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Juli 2007 di Laboratorium Mikrobiologi
dan Biokimia, Pusat Penelitian Studi Hayati dan
Bioteknologi (PPSHB), IPB Dramaga Bogor.

bantuan alat spektrofotometri
gelombang 620 n m.

pada

panjang

Pembuatan Media Tanam, Perlakuan dan
Pemeliharaannya.
Media tanam yang digunakan merupakan
campuran tanah, pasir dan kompos dengan
perbandingan 3:1:2 serta ditambah pupuk TSP
dengan dosis 0,05g/10g media (BSN 2003). Media
tanam diberi dua perlakuan, yaitu perlakuan
pertama media disteriliasi dengan autoclave pada
suhu 121o C selama 15 menit (Ms) dan perlakuan
kedua tanpa sterilisasi (Mts). Setelah itu, media
tanam diberi formula dengan komposisi: 0% (F0),
10% (F20), 20% (F20) dan 30% (F30), sehingga
total beratnya 66 gram. Campuran media tanam
dan formula tersebut diaduk dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang berukuran 10 x 10 cm.
Setelah komposisi dicampur, media mendapat
dua perlakuan yaitu perlakuan pertama media
ditambahkan inokulum bakteri X. campestris pv.
acaciae dengan kerapatan sel 3.2 x 107 /ml
sebanyak 1 ml yang kemudian diaduk sehingga
menjadi homogen di dalam media tanam.
Perlakuan kedua media tanpa diintroduksi bakteri.
Setiap perlakuan diulang tiga kali.
Media dari masing-masing perlakuan (Tabel
1), kemudian disimpan di dalam kurungan plastik
yang berukuran 1 x 1 m2 dan setiap hari media
tersebut disiram.

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
ialah formula Bio-LC4 dari Dr. Ir. Lisdar I.
Sudirman, bakteri Xanthomonas campestris pv.
acaciae koleksi Dr.Ir. Budi Tjahjono M. Agr.
Media Peptone Sucrose Agar (PSA: peptone 10 g,
sucrose 20 g, agar-agar 15 g dan akuades 1 l),
Peptone Sucrose Broth (PSB: peptone 10 g,
sucrose 20 g dan akuades 1 l dan Nutrient Agar
(NA) Difco yang ditambah nistatin (1 tetes/100
ml) sebagai antifungi. Media tanam berupa
campuran tanah, pasir dan kompos. Alat-alat yang
digunakan ialah alat-alat gelas, timbangan, plat
pemanas, spektrofotometri, autoclave, inkubator,
laminar air flow dan shaker incubator.
Metode
Peremajaan Isolat Bakteri
Bakteri X. campestris pv. acaciae diremajakan
pada media PSB dan diinkubasi pada shaker
incubator dengan suhu ruang selama dua hari.
Pengukuran kerapatan bakteri dihitung dengan
menggunakan metode cawan tuang dan dengan

Penghitungan jumlah koloni bakteri
Penghitungan jumlah koloni bakteri dilakukan
setiap seminggu selama lima minggu, yaitu
dengan menghitung jumlah koloni X. campestris
pv. acaciae dan jumlah total koloni semua bakteri.
Metode yang digunakan yaitu dengan metode
cawan tuang.
Sampel media tanam dari masing-masing
perlakuan diambil 1 gram pada bagian permukaan,
bagian tengah dan bagian dalam kantong plastik,
kemudian diaduk dan diambil lagi 1 g, selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9
ml akuades steril. Sampel tersebut kemudian
dikocok dengan vorteks dan diencerkan secara
bertahap sehingga diperoleh pengenceran hingga
1:106 . Sampel pada pengenceran 10-2 , 10-4 dan 10-6
diambil 1 ml dan dimasukan ke dalam cawan Petri
yang berisi media LBA (untuk menghitung koloni
X. campestris pv. acaciae) (Atlas RM 1997) dan
media NA (media untuk menghitung jumlah total
koloni bakteri) setiap media tersebut dibuat 2 kali
ulangan. Setelah 24 jam, jumlah total koloni
bakteri yang saling terpisah dihitung secara visual,
dikalikan faktor pengenceran.

12
Tabel 1 Komposisi media tanam dan formula yang
dengan dan tanpa bakteri X. campestris pv.
acaciae pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan
MtsXF0
MtsF0
MsXF0
MsF0
MtsXF10
MtsF10
MsXF10
MsF10
MtsXF20
MtsF20
MsXF20
MsF20
MtsXF30
MtsF30
MsXF30
MsF30

Tanah
(gam)
33
33
33
33
29.7
29.7
29.7
29.7
26.4
26.4
26.4
26.4
23.1
23.1
23.1
23.1

Pasir Kompos
(gram) (gram)
11
22
11
22
11
22
11
22
9.9
19.8
9.9
19.8
9.9
19.8
9.9
19.8
8.8
17.6
8.8
17.6
8.8
17.6
8.8
17.6
7.7
15.4
7.7
15.4
7.7
15.4
7.7
15.4

Formula
(gram)
0
0
0
0
6.6
6.6
6.6
6.6
13.2
13.2
13.2
13.2
19.8
19.8
19.8
19.8

Keterangan:
Ms : media steril
Mts : media tidak steril
F0
: konsentrasi formula 0% (kontrol)
F10 : Konsentrasi formula 10%
F20 : Konsentrasi formula 20%
F30 : Konsentrasi formula 30%
X
: Introduksi bakteri X. campestris pv.
acaciae
: Tidak ada Introduksi bakteri X. campestris
pv. acaciae
Uji in vitro Formula Bio-LC4
Pengujian ekstrak Bio-LC4 terhadap X.
campestris pv. acaciae secara in vitro dilakukan
pada media PSA dengan konsentrasi agar 0.75 %.
Bakteri X. campestris pv. acaciae yang
digunakan adalah bakteri hasil isolasi dari media
tanam pada percobaan sebelumnya. Dua lup bakeri
X. campestris pv. acaciae yang tumbuh pada
media PSA dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
yang berisi 20 ml media PSB, kemudian dikocok
dengan shaker selama 2 hari pada suhu ruang
sehingga diperoleh suspensi bakterinya.
Lima ml suspensi tersebut diinokulasikan ke
dalam 100 ml media PSA 0.75%, kemudian media
ini dikocok agar bakteri tercampur merata dan
dituangkan ke dalam cawan Petri sebanyak 10 ml.
Ekstrak Bio-LC4 sebanyak 100 µl diteteskan
pada cakram kertas berdiameter 13 mm, kemudian
dikeringkan dengan pengering rambut. Setelah
kering, kertas cakram kertas itu disinari dengan
UV (λ = 254 nm) selama 15 menit dan diletakkan
di permukaan media yang telah diinokulasi bakteri
X. campestris pv. acaciae pada cawan Petri.

Cawan diinkubasi pada suhu 10o C selama 2 jam.
Setelah itu diinkubasi pada suhu ruang selama 24
jam. Diameter zona bening diukur dan dinyatakan
sebagai zona hambatan pertumbuhan setelah
dikoreksi dengan diameter cakram kertas.

HASIL
Hasil Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri X.
campestris pv. acaciae
Koloni Xanthomonas sp. berbentuk bulat,
permukaan cembung, bertepi utuh dan berwarna
kuning (Aini et.al. 2002) (Gambar 1). Warna
kuning ini merupakan karakteristik dari
Xanthomonas sp. (Dowson 1939).

Gambar 1. Koloni X. campestris pv. acaciae pada
media PSA
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa X.
campestris pv. acaciae dapat diisolasi dari MtsX
(media tidak steril yang diintroduksi X. campestris
pv. acaciae) dan MsX (media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae), sedangkan
pada Mts dan Ms yang tidak diintroduksi
Xanthomonas tidak ditemukan bakteri tersebut,
kecuali pada MtsF10, MtsF20 dan MtsF30 pada
minggu ke-4 dan ke-5 yang jumlahnya berkisar
antara 0,03-0.08 x 106 cfu/ml. Introduksi
Xanthomonas juga dapat menambah jumlah total
koloni semua bakteri pada Mts dan Ms (lampiran
3). Pada minggu ke-0 jumlah total koloni semua
bakteri pada MtsX selalu lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah total koloni semua
bakteri pada Mts yang tidak diintroduksi
Xanthomonas pada semua perlakuan. Hal yang
sama juga terjadi pada MsX. Pada minggu ke-0
jumlah total koloni semua bakterinya selalu lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah total koloni
semua bakteri pada Ms yang tidak diintroduksi
Xanthomonas. Contohnya jumlah total koloni
semua bakteri pada MsXF0 pada minggu ke-0
jumlahnya 4200 x 106 cfu/ml. Jumlah tersebut
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah total
koloni semua bakteri pada MsF0 yang berjumlah
2400 x 106 cfu/ml pada minggu ke-0 (Tabel 3).

13

Jumlah koloni x 10

6

50
40
MtsF0Xi

32
32
32

30

MtsF10Xi
MtsF20Xi

20

19

10

MtsF30Xi
11
6
32

889

0
0

1

2

9
5
2
0
3

3,9
3
0,7
0,2
4

0,3
0,4
0,3
0
5

Waktu (minggu)

Ga mbar 2. Jumlah koloni X. campestris pv.
acaciae pada media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv.
acaciae (MtsX) pada minggu ke-0
sampai minggu ke-5.
Jadi jumlah Xanthomonas pada MtsXF10 jauh
lebih besar dibandingkan ketiga perlakuan lainnya.
Hal ini berbeda pada perlakuan MsX. Pada
minggu pertama jumlah Xanthomonas pada
MsXF20 (media steril yang diintroduksi X.
campestris pv. acaciae dengan formula Bio-LC4
20%) dan MsXF30 (media steril yang diintroduksi
X. campestris pv. acaciae dengan formula BioLC4 30%) yaitu masing-masing 15 x 106 cfu/ml

dan 48 x 106 cfu/ml. Jumlah tersebut jauh lebih
banyak
dibandingkan
dengan
jumlah
Xanthomonas pada MsXF0 (media steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae tanpa
formula )
dan MsXF10 (media steril yang
diintroduksi Xanthomonas dengan konsentrasi
formula Bio-LC4 10%) yang berjumlah masingmasing 5 x 106 cfu/ml dan 3 x 106 cfu/ml pada
minggu pertama. Pada minggu ke-2 sampai ke-5
jumlah Xanthomonas pada MsXF20 dan MsXF30
turun drastis menjadi 0-0,7 x 106 cfu/ml. Jumlah
ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
Xanthomonas pada MsXF0 dan MsXF10 yang
berkisar 0.03-5 x 106 cfu/ml pada minggu ke-2
sampai ke-5 (Gambar 3).

6

50

Jumlah koloni x 10

Jumlah koloni X. campestris pv. acaciae pada
perlakuan MtsX mengalami penurunan dari
minggu ke-0 sampai minggu ke -5 (Gambar 2).
Koloni X. campestris pv. acaciae pada MtsXF0
(media tidak steril yang diintroduksi X. campestris
pv. acaciae tanpa formula) pada minggu pertama
jumlahnya sama dengan MtsXF20 (media tidak
steril diintroduksi X. campestris pv. acaciae
dengan formula 20%) dan MtsXF30 (media tidak
steril diintroduksi X. campestris pv. acaciae
dengan formula 30%) yaitu berkisar 8-9 x 106
cfu/ml. Jumlah koloni Xanthomonas pada ketiga
perlakuan tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah Xanthomonas pada MtsXF10
(media tidak steril yang diintroduksi X. campestris
pv. acaciae dengan formula 10%) yaitu sebesar 19
x 106 cfu/ml pada minggu pertama. Hal yang sama
juga terjadi pada minggu ke-2 dan ke -3, jumlah X.
campestris pv. acaciae pada media MtsXF10
berkisar 9-11 x 106 cfu/ml. Jumlah ini lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah bakteri
Xanthomonas pada MtsXF0, MtsXF20 dan
MtsXF30 yang berkisar 0-6 x 106 cfu/ml pada
minggu ke-2 sampai ke-3. Jumlah bakteri yang
diisolasi semakin berkurang untuk semua
perlakuan MtsX seiring dengan lamanya bakteri
tersebut di dalam tanah, dengan kisaran 0-0.4 x
106 cfu/ml pada minggu ke-5 (Tabel 2).

48

40
MsF0Xi

32

30

MsF10Xi
MsF20Xi

20

MsF30Xi

15
10
5
3

0
0

1

5
2
0
2

2
1
0
3

0,5
0,6
0
4

0,7
0
0,03
5

Waktu (minggu)

Gambar 3. Jumlah koloni X. campestris pv.
acaciae pada Ms yang diintroduksi
X. campestris pv. acaciae pada
minggu ke-0 sampai minggu ke-5.
Apabila jumlah bakteri X. campestris pv.
acaciae pada MtsX dibandingkan dengan jumlah
Xanthomonas pada
MsX,
maka
jumlah
Xanthomonas paling banyak diisolasi dari MsX,
yaitu dari MsXF30 sebesar 48 x 106 cfu/ml pada
minggu pertama. Pada minggu ke-2 sampai ke-5
jumlah bakteri X. campestris pv. acaciae
mengalami penurunan pada semua perlakuan
MtsX dan MsX. Koloni Xanthomonas bahkan
tidak ditemukan pada MsXF20 saat minggu ke-2
sampai ke-5 dan pada MsXF30 pada minggu ke-2
sampai ke -4, tetapi pengaruh formula tidak terlihat
pada perlakuan diatas. Hal tersebut disebabkan
jumlah Xanthomonas pada kontrol juga
mengalami penurunan, tetapi penambahan formula
pada media tanam dapat mempercepat waktu
kematian Xanthomonas. Pada MtsX, waktu
kematian Xanthomonas paling cepat terjadi pada
MtsXF30 yaitu pada minggu ke-3, kemudian pada
MtsXF20 pada minggu ke-5. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi formula, semakin cepat
waktu kematian Xanthomonas. Hal yang sama
terjadi pada MsX. Waktu kematian pada MsX

14
paling cepat terjadi pada MsXF20 dan MsXF30
yaitu pada minggu ke-2 (Tabel 2).

4000
Jumlah koloni x 10

6

3700
3000

MtsXF0
MtsXF10

2200

2000

MtsXF20

1600
1400

MtsXF30

1000
90
76
72
24

0
0

1

53
47
24
8
2

13
19
26
3
3

7,9
1,5
8,2
6,7

1,02
0,34
1,75
0,98

4

5

Waktu (minggu)

Gambar 4. Jumlah total koloni semua bakteri pada
Mts yang diintroduksi X. campestris
pv. acaciae pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5.

Hasil Penghitungan Jumlah Koloni Semua
Bakteri
Hasil penghitungan jumlah total koloni semua
bakteri pada media MtsX (media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae) dapat
dilihat pada Gambar 4.
Grafik diatas menunjukkan jumlah total koloni
semua bakteri mengalami penurunan dari minggu
ke-0 sampai minggu ke-5. Pada minggu ke-0
jumlah total koloni semua bakteri paling banyak
terdapat pada MtsXF30 yaitu 3700 x 106 cfu/ml.
Hal yang sama juga terjadi pada minggu ke-2,
jumlah total koloni semua bakteri paling banyak
pada MtsXF30 yaitu 90 x 106 cfu/ml (Lampiran 3).
Sementara itu, jumlah total koloni semua bakteri
pada kontrol (MtsXF0) selalu lebih sedikit
dibandingkan perlakuan lainnya pada minggu ke-1
sampai ke-5 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan
bahwa dengan penambahan formula dapat
menambah jumlah bakteri yang diisolasi.
Pada perlakuan dengan media steril yang
diintroduksi X. campestris pv. acaciae (MsX)
jumlah total koloni semua bakterinya mengalami
penurunan dari minggu ke-1 sampai ke -5 pada
semua perlakuan MsX (Gambar 5).

Tabel 2. Hasil rata-rata jumlah koloni X. campestris pv. acaciae (x 106 )
Media

Tidak
steril
(Mts)

Introduksi
bakteri

X

-

X
Media
(Ms)
-

Waktu
(minggu)
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

Konsentrasi formula
F0
F10
F20
F30
32,00 32,00 32,00 32,00
8,00 19,00
9,00
8,00
3,00 11,00
6,00
2,00
2,00
9,00
5,00
0,00
3,90
3,00
0,20
0,70
0,30
0,30
0,00
0,40
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,80
0,30
0,80
0,00
0,03
0,06
0,08
32,00 32,00 32,00 32,00
5,00
3,00 15,00 48,00
5,00
2,00
0,00
0,00
2,00
1,00
0,00
0,00
0,60
0,50
0,00
0,00
0,03
0,00
0,00
0,70
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

Keterangan Mts, Ms, F0, F10, F20, F30, X dan – merujuk ke Tabel 1.

15

4200

Jumlah koloni x 10 6

4000
3000

MsXF0

2700
2500

MsXF10

2000

MsXF20
1700

MsXF30

1000
187
150
61
18

0
0

1

22
24
28
25
2

18
4
6
3

5,1
2,2
1
1,8
4

0,47
0,88
0,3
0,49
5

Waktu (minggu)

Berbeda dengan MtsX pada minggu ke-2
sampai ke -5 bahwa jumlah koloni semua bakteri
pada kontrol selalu lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah total koloni semua bakteri untuk
semua perlakuan, sedangkan pada MsX pola
tersebut tidak ditemukan.
Jumlah total koloni semua bakteri pada media
tidak steril (Mts) dan tanpa introduksi X.
campestris pv. acaciae mengalami penurunan dari
minggu ke-0 sampai ke-5 pada semua perlakuan
(Gambar 6).

Gambar 5. Jumlah total koloni semua bakteri pada
Ms yang diintroduksi X. campestris pv.
acaciae pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5.

5000
Jumlah koloni x 10 6

Pada pada minggu ke-0 jumlah total koloni
semua bakteri paling banyak pada MsXF0 (4200
x106 ) dibandingkan dengan jumlah total koloni
pada MsXF10, MsXF20 dan MsXF30. Hal yang
berbeda terjadi pada minggu ke-1, jumlah total
koloni semua bakteri pada MsXF0 yaitu 18 x 106 .
Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah total koloni semua bakteri pada MsXF10,
MsXF10 dan MsXF30 yang berkisar 61-187 x 106
cfu/ml. Jumlah bakteri yang diisolasi paling
banyak pada MsXF20 yaitu 187 x 106 cfu/ml pada
minggu pertama.

6000

4000

MtsF0
MtsF10

3000

MtsF20
MtsF30

2000
1500
1000

900
500
300

0
0

600
200
110
100
1

232
131
105
18
2

6
74
0
6
1
3

Introduksi
bakteri

X
Tidak
steril
(Mts)

-

X
Steril
(Ms)

-

Waktu
(minggu)
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

0,26
0,81
0,4
0,03
5

Waktu (minggu)

Gambar 6. Jumlah total koloni semua bakteri pada
Mts tanpa introduksi X. campestris pv.
acaciae pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5.

Tabel 3. Hasil rata jumlah total koloni semua bakteri (x 106 )
Media

7,6
7,5
5
3,2
4

F0
1600,00
24,00
8,00
3,00
1,50
0,34
300,00
110,00
18,00
61,00
3,20
0,03
4200,00
18,00
22,00
4,00
1,80
0,49
2400,00
2300,00
110,00
58,00
1,10
0,26

Konsentrasi formula
F10
F20
F30
1400,00 2200,00 3700,00
72,00
76,00
90,00
47,00
53,00
24,00
26,00
19,00
13,00
6,70
8,20
7,90
0,98
1,75
1,02
900,00 1500,00
500,00
100,00
600,00
200,00
105,00
232,00
131,00
76,00
70,00
64,00
5,00
7,50
7,60
0,40
0,81
0,26
2500,00 2700,00 1700,00
61,00
187,00
150,00
25,00
28,00
24,00
18,00
6,00
4,00
1,00
2,20
5,10
0,30
0,88
0,47
2300,00
600,00
500,00
4900,00
160,00
200,00
45,00
162,00
68,00
32,00
54,00
58,00
1,60
6,20
7,30
0,07
0,05
0,05

Keterangan Mts, Ms, F0, F10, F20,F30 X dan – merujuk ke di Tabel 1

16
Pada minggu ke-0 jumlah total koloni semua
bakteri pada Mts paling banyak pada MtsF20
yang berjumlah 1500 x 106 cfu/ml. Jumlah ini jauh
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah total
koloni semua bakteri pada kontrol (MtsF0),
MtsF10 dan MtsF30 yang berkisar 300-900 x 106
cfu/ml. Hal yang sama juga terjadi pada minggu
ke-1 sampai ke-2, jumlah total koloni semua
bakteri pada MtsF20 lebih banyak dibandingkan
jumlah total koloni semua bakteri pada tiga
perlakuan lainnya. Hal yang berbeda terjadi pada
minggu ke-3 sampai ke -5, MtsF20 tidak lebih
banyak dari perlakuan lainnya (Lampiran 3).
Pada media steril tanpa introduksi bakteri X.
campestris pv. acaciae, jumlah total koloni semua
bakteri pada minggu ke-0 sampai ke -5 mengalami
penurunan (Gambar 7).

pada MsF10 (media steril yang tidak diintroduksi
X. campestris pv. acacia dengan formula Bio-LC4
10%) yaitu sebesar 4900 x 106 cfu/ml pada
minggu pertama.
Hasil Uji in vitro Ekstrak Formula Bio-LC4
Uji ekstrak Bio-LC4 terhadap Xanthomonas
yang diisolasi dari media perlakuan pada
penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas
hambatan pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya daerah hambatan pertumbuhan berupa
zona bening disekitar cakram kertas. Besarnya
zona hambatan tersebut yaitu 17 mm, 11,3 mm
dan 17,6 mm. Jadi rata-rata zona hambatannya
15,3 mm (Gambar 8).

Jumlah koloni x 10 6

6000
5000

4900

4000

MsF0
MsF10

3000
2400
2300

2000

MsF20

2300

MsF30

1000
600
500

200
160

0
0

1

162
110
68
45
2

58
54
32
3

7,3
6,2
1,6
1,1
4

0,05
0,07
0,26
5

Waktu (minggu)

Gambar 7. Jumlah total koloni semua bakteri pada
Ms tanpa introduksi X. campestris pv.
acaciae pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-5.
Grafik diatas menunjukkan bahwa pada
minggu ke-0 jumlah total koloni semua bakteri
paling banyak pada MsF0 yaitu 2400 x 106 cfu/ml.
Pada minggu pertama jumlah total koloni semua
bakteri paling banyak pada MsF10 yaitu 4900 x
106 cfu/ml , sedangkan yang paling sedikit pada
MsF20 yaitu 160 x 106 . Hal yang berbeda terjadi
pada minggu ke-2 dan ke-3, jumlah total koloni
semua bakteri pada MsF10 yang pada awalnya
paling banyak menjadi paling sedikit yaitu
berkisar 32-45 x 106 cfu/ml dibandingkan jumlah
total koloni semua bakteri pada kontrol (MsF0),
MsF20 dan MsF30 yang jumlahnya berkisar 54162 x 106 cfu/ml pada minggu ke-2 dan ke-3.
Jumlah total koloni semua bakteri mengalami
penurunan pada semua perlakuan sehingga
berjumlah
Jadi apabila jumlah total koloni semua
bakteri pada Mts dibandingkan dengan jumlah
total koloni semua bakteri pada Ms, maka jumlah
total koloni semua bakteri paling banyak terdapat

Gambar 8. Zona hambatan pertumbuhan X.
campestris pv. acaciae oleh ekstrak
Bio-LC4 (tanda panah).
PEMBAHASAN
X. campestris pv. acaciae dapat diisolasi dari
MtsX dan MsX, sedangkan pada Mts dan Ms yang
tidak diintroduksi X. campestris pv. acaciae
bakteri tersebut tidak ditemukan, kecuali pada
minggu ke-4 dan ke-5 Xanthomonas terisolasi
pada MtsF10, MtsF20 dan MtsF30 dengan kisaran
0,03-0,8 x 106 cfu/ml. Hal ini kemungkinan besar
karena media tersebut terkontaminasi dari media
tanam yang diintroduksi bakteri Xanthomonas.
Ernawati (2008) mengatakan sumber inokulum
bakteri X. campestris pv. acaciae selalu ada di
pembibitan A. crassicarpa. Hal tersebut terbukti
dari terdeteksinya bakteri tersebut dari benih,
media tanam (tanah gambut, sekam padi, serbuk
kelapa dan komp os kelapa sawit), maupun sumber
air penyiramannya dengan populasi yang cukup
tinggi yaitu 2.9 x 102 sampai 9.9 x 106 cfu/ml. Hal
ini memberi peluang terjadinya epidemi penyakit
jika faktor lingkungan seperti angin, air dan curah
hujan lebih mendukung perkembangan dan
penyebaran inokulum (Koesmaryono 1999). Curah
hujan yang tinggi dapat meningkatkan kelembaban

17
sehingga mempercepat perkembangan dan
penyebaran penyakit hawar daun bakteri. Hal yang
sama terjadi pada penyakit pustul bakteri atau
bisul bakteri yang disebabkan X. campestris pv.
glycines, kondisi lingkungan yang basah dan suhu
yang relatif tinggi dengan suhu optimum 30-350 C
dapat
mengembangkan
penyakit
tersebut
(Semangun 1991).
Pengendalian penyakit pustul pada kedelai
dapat dilakukan dengan rotas i tanaman, sanitasi
tanaman dari sisa-sisa tanaman dan inang lainnya,
penanganan pascapanen yang tepat untuk
menghindari kerusakan benih (Machmud 1994;
Sinclair 1993). Selain itu, secara kimia penyakit
ini dapat dikontrol dengan menggunakan pestisida
kimia (Chet & Inbar 1997). Semua usaha tersebut
belum dapat menekan perkembangan penyakit
hawar daun bakteri pada A. crassicarpa, tapi
penambahan formula Bio-LC4 dengan konsentrasi
10% dapat mengurangi bercak klorosis pada bibit
akasia tersebut (Dewi 2008). Sementara itu,
pengaruh penambahan formula Bio-LC4 terhadap
populasi X. campestris pv. acaciae pada media
tanam akasia tidak dapat terlihat.
Pada MtsX dan MsX jumlah koloni bakteri X.
campestris pv. acaciae mengalami penurunan
pada semua perlakuan dari minggu ke-0 sampai
ke-5, tetapi efektivitas formula Bio-LC4 t idak
terlihat pada perlakuan tersebut. Hal ini
disebabkan jumlah Xanthomonas pada media
kontrol (MtsXF0 dan MsXF0) juga mengalami
penurunan walaupun tanpa ditambah formula .
Faktor penyebab turunnya jumlah koloni
Xanthomonas kemungkinan karena media tanam
yang
digunakan
kurang
cocok
untuk
perkembangan bakteri tersebut. Pada tahun 2004
di Riau persentase kejadian penyakit hawar daun
bakteri yang disebabkan X. campestris pv. acaciae
sebesar 59,5%. Saat itu media tanam yang
digunakan adalah tanah gambut dan sekam padi.
Pada tahun 2007 persentase kejadian penyakit
hawar turun menjadi 15,79% ketika menggunakan
media cocopeat (Ernawati 2008). Ghezzi dan
Steck (1999) mengatakan bahwa media kultur
yang nutrisinya tidak menunjang kebutuhan X.
campestris pv. campestris dapat menurunkan
jumlah koloninya sampai di bawah 105 cfu/ml. Hal
yang sama mungkin terjadi pada penelitian ini.
Media yang digunakan tidak dapat menunjang
pertumbuhan X. campestris pv. acaciae, sehingga
jumlah koloninya mengalami penurunan. Pada
awalnya pada penelitian ini akan menggunakan
media cocopeat dengan asumsi bahwa media
tersebut dapat menunjang kebutuhan nutrisi X.
campestris pv. acaciae, sehingga bakteri itu dapat
berkembang. Kelebihan media cocopeat adalah

bebas dari patogen tular tanah
dan gulma,
sehingga baik untuk pertumbuhan akasia
(Ernawati 2008). Media ini digunakan untuk
pembibitan akasia di daerah Riau, tapi karena
media tersebut tidak tersedia maka diganti dengan
media standar untuk pembibitan akasia. Media
standar tersebut merupakan campuran dari tanah,
pasir dan kompos dengan perbandingan 3:1:2 serta
ditambah pupuk TSP dengan dosis 0,05g/10g
media (BSN 2003). Pada penelitian ini media yang
digunakan diharapkan dapat menunjang kebutuhan
X. campestris pv. acaciae, sehingga bakteri
tersebut dapat berkembang. Ernawati (2008) pada
saat mengisolasi X. campestris pv. acaciae di
daerah Riau melaporkan bahwa koloni X.
campestris pv. acaciae banyak diisolasi pada
media kompos kelapa sawit dibandingkan pada
media lain seperti tanah gambut, serbuk kelapa
dan sekam padi. Jadi untuk penelitian selanjutnya
perlu mengganti media yang digunakan dengan
media lain terutama media kompos kelapa sawit.
Faktor lain yang menyebabkan turunnya
jumlah X. campestris pv. acaciae yaitu karena
terlalu sedikitnya bakteri Xanthomonas yang
diintroduksikan ke dalam media tanam yaitu
hanya satu ml, sehingga bakteri tersebut tidak
dapat bertahan di dalam tanah dan jumlahnya
sangat turun pada minggu ke-2 seperti yang terjadi
pada MsXF0 dan MsXF30. Suspensi bakteri yang
diintroduksi ke dalam tanah minimal 10 ml agar
jumlah bakteri tidak terlalu turun dan dapat
bertahan lebih lama di media tanam (Sudirman 29
April 2008, komunikasi pribadi). Harni et. al
(2006) mengintroduksikan 100 ml suspensi bakteri
endofit ke dalam 2 kg media tanam ketika ingin
mengetahui pengaruh aplikasi bakteri endofit
terhadap nematoda peluka akar tanaman nilam.
Jadi itulah beberapa faktor yang kemungkinan
menjadi penyebab turunnya jumlah koloni
Xanthomonas, sehingga pengaruh penambahan
formula Bio-LC4 pada media tanam tidak terlihat.
Walaupun demikian, grafik log menunjukkan
bahwa penambahan formula pada media tanam
dapat mempercepat turunnya jumlah koloni
Xanthomonas. Pada MtsX, jumlah koloni
Xanthomonas paling sedikit diisolasi dari
MtsXF20 dan MtsXF30, dibandingkan dengan
jumlah koloni Xanthomonas pada kontrol dan
MtsXF10. Selain itu, koloni Xanthomonas sudah
tidak ditemukan lagi pada minggu ke-5 pada
MtsXF20 dan pada minggu ke-3 pada Mts XF0,
tapi koloni Xanthomonas pada MtsXf30 kembali
terisolasi pada minggu ke-4 dan minggu ke-5
(Gambar 9). Jadi penambahan formula dapat
mempercepat waktu kematian Xanthomonas pada
MtsX. Hal yang sama juga terjadi pada MsX.

18
Bakteri X. campestris pv. acaciae tidak ditemukan
pada MsXF20 dan MsXF30 pada minggu ke-2,
sedangkan pada MsXF10 tidak ditemukan pada
minggu ke-5. Hal ini menunjukkan semakin besar
konsentrasi formula, semakin cepat waktu
kematian X. campestris pv. acaciae (Gambar 10).
Sudirman (2002) menyatakan bahwa formula BioLC4 mengandung tiga senyawa aktif yaitu LC4-1,
LC4-2 dan LC4-3 yang berperan dalam
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.

Jumlah koloni (log)

10
9
8
7

y = -0,3143x + 7,9333

6
5

MtsXF0
MtsXF10
MtsXF20
MtsXF30
MtsXF0
MtsXF10
MtsXF20
MtsXF30

y = -0,3171x + 7,66

4

y = -0,5371x + 7,2467

3
2

y = -1,22x + 9,82

1
0
0

1

2

3

4

5

Waktu (minggu)

Jumlah koloni (log)

Ga mbar 9. Jumlah koloni X. campestris pv.
acaciae pada media tidak steril yang
diintroduksi X. campestris pv.
acaciae (MtsX) pada minggu ke-0
sampai minggu ke-5.
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 0
-2
-3

y = -0,5171x + 8,06

MsXF0
MsXF10
MsXF20
MsXF30
MsXF0
MsXF10
MsXF20
MsXF30

y = -1,1486x + 9,3533
y = -0,8886x + 6,6267

1

2

3

4 y = -1,6886x
5
+ 8,36

Waktu (minggu)

Gambar 10. Jumlah koloni X. campestris pv.
acaciae pada Ms yang diintroduksi
X. campestris pv. acaciae pada
minggu ke-0 sampai minggu ke-5.
Pada perlakuan MtsX, jumlah total koloni
semua bakteri pada minggu ke-0 paling banyak
pada MtsXF30 yaitu 3700,00 x 106 cfu/ml . Hal ini
menunjukkan bahwa dengan penambahan formula
dapat menambah jumlah bakteri. Keadaan yang
berbeda terjadi pada MsX, pada minggu ke-0,
jumlah total koloni semua bakteri paling tinggi
pada MsXF0 dibandingkan dengan jumlah total
koloni semua bakteri pada perlakuan MsX lainnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Ms yang tidak
diintroduksi Xanthomonas. Pada minggu ke-0
jumlah total koloni pada kontrol (MsF0) lebih

tinggi dari tiga perlakuan lainnya. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena media steril yang
digunakan sebelum dicampur dengan formula
didiamkan dulu selama tiga hari, sehingga bakteri
dalam media tanam tumbuh kembali (Sudirman 29
April 2008, komunikasi pribadi).
Pengaruh formula Bio-LC4 tidak terlihat pada
semua perlakuan Mts dan Ms, karena jumlah
koloni semua bakteri pada kontrol juga mengalami
penurunan walaupun tidak ditambah formula.
Selain faktor media tanam, turunnya jumlah koloni
bakteri kemungkinan karena dalam media tersebut
terdapat
mikroorganisme
antagonis
yang
menghambat
pertumbuhan
bakteri
lain.
Mikroorganisme antagonis seperti bakteri, jamur
dan aktinomiset dalam tanah dapat menekan
infeksi penyakit tanaman di lapangan (Subba Rao
1994). Keadaan ini disebut hambatan alamiah
mikroba (Weller 1988). Kurang berfungsinya
formula Bio-LC4 dalam menekan pertumbuhan
bakteri pada media tanam akasia mungkin juga
disebabkan karena formula tersebut terkontaminasi
oleh organisme lain terutama cendawan Hal ini
dapat diketahui berdasarkan pengamatan pada
minggu pertama. Pada MtsXF0, MtsF0, MsXF0
dan MsF0 tidak ditumbuhi cendawan, sedangkan
pada semua media tanam yang diberi formula
permukaan media dipenuhi oleh cendawan dan
semakin tinggi konsentrasi formula yang
ditambahkan, semakin banyak pula koloni
cendawan yang tumbuh (Gambar 11 dan 12).
Uji in vitro Ekstrak Formula Bio-LC4
Ekstrak formula Bio-LC4 mampu menghambat
Ganoderma boninense, Rizoctonia solanii,
Rigidoporus lignosus, Phytophtora capsici, dan
Pseudomonas
syringae
secara
in
vitro
(Mulyaningsih 2002). Ekstrak formula Bio-LC4
juga dapat menghambat pertumbuhan X.
campestris pv. acaciae secara in vitro yang
ditandai dengan adanya zona hambatan (Sudirman
29 April 2008, komunikasi pribadi). Pada
penelitian ini uji in vitro kembali dilakukan untuk
membuktikan efektivitas ekstrak formula Bio-LC4
dalam menghambat pertumbuhan bakteri X.
campestris pv. acaciae yang diisolasi dari
perlakuan pada penelitian ini.
Uji ekstrak Bio-LC4 terhadap Xanthomonas
yang diisolasi dari media perlakuan pada
penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas
hambatan pertumbuhan. Hal tersebut dapat dilihat
dengan adanya daerah hambatan pertumbuhan
berupa zona bening di sekitar cakram kertas
(gambar 8). Percobaan ini menunjukkan bahwa
ekstrak Bio-LC4 masih efektif dalam menekan
pertumbuhan Xanthomonas walaupun bakteri

19
tersebut sudah diintroduksikan ke dalam tanah.
Kurang berfungsinya formula Bio-LC4 pada saat
di dalam tanah mungkin terjadi karena bahan
pembawa yang dicampurkan dengan ekstrak BioLC4 terkontaminasi oleh organisme lain seperti
cendawan.

campestris pv. acaciae dan terlalu sedikitnya
suspensi bakteri yang diintroduksikan ke dala m
media tanam. Hal lainnya adalah tumbuhnya
cendawan dengan cepat pada media yang diberi
formula .
Secara in vitro ekstrak Bio-LC4 dapat
menghambat pertumbuhan X. campestris pv.
acacia yang diisolasi dari media perlakuan, yang
ditunjukkan dengan adanya zona hambatan
pertumbuhan berupa zona bening disekitas cakram
kertas.

SARAN

Gambar 11. Media tanam akasia tidak steril
dengan konsentrasi formula: a. 0%
(MtsF0), b. 10% (MtsF10), c. 20%
(MtsF20) d. 30 % (MtsF30) pada
umur 1 minggu.

Disarankan untuk melakukan penelitian yang
lebih dalam mengenai X. campestris pv. acaciae
terutama
faktor-faktor
yang
mendukung
pertumbuhannya, sehingga apabila akan diuji
kembali
dapat
memenuhi
kebutuhan
perkembangannya.
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan
menambah lebih banyak suspensi X. campestris
pv. acaciae ke media tanam sehingga jumlahnya
tidak turun drastis pada minggu kedua. Selain itu,
media tanam yang digunakan diganti dengan
media lain seperti media kompos kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 12. Media tanam akasia steril dengan
konsentrasi formula: a. 0% (MsF0),
b. 10% (MsF10), c. 20% (MsF20) d.
30 % (MsF30) pada umur 1 minggu.

SIMPULAN
Pengaruh
formula
Bio -LC4
dalam
menghambat pertumbuhan X. campestris pv.
acaciae pada media tanah tidak terlihat pada
penelitian ini. Ha l tersebut disebabkan jumlah
koloni X. campestris pv. acaciae pada media
kontrol juga mengalami penurunan walaupun tidak
ditambah formula. Turunnya jumlah koloni bakteri
mungkin disebabkan karena media tanam yang
digunakan kurang sesuai untuk pertumbuhan X.

Atlas RM. 1997. Di dalam: Parks LC, editor.
Handbookof Microbiological Media. Ed ke-2.
New York: CRC Press INC.
[BSN] Badan standarisasi Nasional. 2003.
Tanaman kehutanan, Bagian ke-13 :
Ppenangannan bibit pohon hutan melalui
pembiakan generatif (biji). SNI 01-5006. 132003.
Ernawati NL. 2008. Karakterisasi fenotipik dan
molekuler bakteri patogen serta epidemi
penyakit hawar daun bakteri pada bibit
tanaman Acacia crassicarpa {disertasi}.
Bogor:
Program
Pascasarjana,
Institut
Pertanian Bogor.
Fatimah S. 2005. Pengujian biofungisida Bio-LC4
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan caisim
(Brassica rapa L. Cv. Group Caisin). [skripsi].
Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Ghezzi JI, Steck TR. 1999. Induction of the viable
but non-culturable condition in Xanthomonas
campestris
pv.
campestris
in
liquid
microcosms and sterile soil. FEMS Microbiol
Ecol 30:203-208.
Harni R, Supramana, Munif A, Mustika I. 2006.
pengaruh metode aplikasi bakteri endofit

20
terhadap perkemabngan nematoda peluka akar
(Pratylenchus brachyurus) pada tanaman
nilam. Littri 12:161-165.
Dewi IK. 2005. Aplikasi biopestisida Bio-LC4
terhadap pertumbuhan bibit akasia (Acacia
crassicarpa). [skripsi]. Bogor : Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
Koesmaryono Y. 1999. Hubungan cuaca-iklim
dengan penyakit tanaman. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan.
Machmud M. 1994. Presen