Keripik renda lada, Diconocoris hewetti (DIST.) (Hemiptera : tingidae) : biologi, kelimpahan populasi, dan pengaruhnya terhadap kehilangan hasil

KEPIK RENDA LADA, Diconocoris hewett; (DIST.) (HEMIPTERA :
TINGIDAE) : BIOLOGI, KELIMPAHAN POPULASI, DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEHILANGAN BASIL

IWAYANLABA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pemyataan dalam
disertasi saya yang beIjudul:

KEPIK RENDA LADA,Diconocoris hewetJi (DIST.) (HEMIPTERA :
TINGIDAE) : BIOLOGI, KELIMPAIIAN POPULASI, DAN
PENGARUHNYA TERBADAP KEIllLANGANIIASIL
merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimhingan
Komisi Pembimbing. kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi
ini belurn pemah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di

perguruan tinggi manapun.
Semua data dan infonnasi yang digunakan !elah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2005
I WayanLaba
ENT A.426010041

ABSTRAK
I WAYAN LABA. Kepik Renda Lada, Diconocoris hewelli (Dist.) (Hemiptera:
Tingidae): Biologi, Kelimpahan Populasi, dan Pengaruhnya Terhadap Kebilangan
Hasil. Dibimbing oleh AUNU RAUF, UTOMO KARTOSUWONDO, dan M.
SOEHARDJAN.
Kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewelli (Dist.) (Hemiptera: Tingidae),
adalab salab satu hama pada pertanaman lada di Indonesia. Penelilian bertujuan

untuk membandingkan berbagai parameter kebidupan dan dernografi KRL pada
dua varietas lada, mengkaji fenologi pembungaan lada dalam hubungannya
dengan kelimpahan populasi kepik renda, dan menentukan pengarub kerapatan
populasi dan jenis instar kepik serta fase perbungaan lada terhadap kerusakan

bulir bunga dan kebilangan basil. Penelitian dilakulom di rumab kasa, Kebun
Percobaan Petaling, dan kebun petani di Bangka periode Mei 2003-Mei 2004,
dengan menggunakan lada varietas LDL dan varietas Chunuk.
Hasil penelitian menunjukkan lama perkembangan nimfa D. hewett; 17.3
dan 13.0 hari, lama bidup imago jantan 10.2 dan 18.8 hari, lama bidup imago
betina 13.6 dan 16.9 bari, keperidian 13.9 dan 24.5 butir, berturut-turut pada
varielas Chunuk dan LDL. Laju pertamhaban inttinsik (r) 0.0741 dan 0.0827,laju
reproduksi bersib (Ro) 6.98 dan 8.52, masa generasi (T) 26.21 dan 25.91, laju
pertambaban terhalas (l.) 1.0769 dan 1.0862, berturut-turut pada varielas Cbunuk
dan LDL. Secara keseluruban, varielas LDL lebib mendukung kebidupan dan
perkembangan populasi D. hewelli. Bila lidak tersedia bulir bunga, kepik renda
dapat bertaban bidup dengan makan pada pucuk daun alau bulir buab muda
Rataan lama bidup imago pada pucuk 12.1 dan pada bulir buab muda 23.5 hari.
Pola pembungaan lada varielas Chunuk dan LDL mengikuli pola curab
bujan. Tidak semua bulir bunga berbasil menjadi bulir buab, sebagian (20"/0 pada
Chunuk) menga1ami keguguran fisiologis. Keguguran paling banyak terjadi pada
bulir bunga yang berumur 4-5 minggu. Rataan kelimpahan kepik renda lebib
tinggi pada varietas LDL dibandingkan pada varietas Chunuk, terutama selama
periode Nopember bingga April. Perkembangan populasi D. hewelli pada varietas
LDL meningkat selama bulan Nopember hingga Februari, yang berhubungan

dengan banyaknya bulir bunga ケ。ョセ@
tersedia pada periode tersebut. Berdasarkan
terhadap rataan (s 1m), populasi kepik D. hewelli urnumnya
nisbab _
mernperlihatkan pola tebaran acak, sedangkan pada saat populasi tinggi
mernperlihatkan pola tebaran bergerombol.
Perbedaan kerapatan populasi kepik berpengarub nyata (P < 0.05) terhadap
ken.sakan bulir bunga dan terhadap banyaknya buab terbentuk, sedangkan
perbedaan instar KRL tidak memberikan pengarub nyata (P > 0.05). Besamya
kerusakan dan kehilangan hasil akibat serangan yang teljadi pada perbungaan
fase-3 lebib tinggi daripada fase-l maupun fase-2. Keberadaan kepik satu ekor
per bulir bunga dapat menyebabkan kehilangan basil sebesar 70"/0. Hasil survei
1apangan menunjukkan persentase bulir bunga yang rusak selama satu musim
pada varietas Chunuk adalab 0.76% alau diperkintkan teljadi kebihmgan basil
sebesar 9.2 kgIha, sedangkan pada varietas LDL 6.01% atau diperkirakan terjadi
kebilangan basil sebesar 83.26 kgIha

ABSTRACT
I WAYAN LABA. Pepper Lace Bug, Dieonoeoris }u,wetti (Dist.) (Hemiptera :
Tingidae) : Biology, Population Abundance and its effect to Yield Losses.

Supervised by AUNU RAUF,
UTOMO KARTOSUWONDO,
and
M. SOEIIARDJAN.
Pepper lace bug (PLB), Dieonoeoris hewetti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae),
is one of the insect pests attacking pepper in Indonesia. Research was conducted
with the objectives to compare various life history and demographic parameters of
PLB on two pepper varieties, to study flowering phenology in relation to the pest
population abundance; and to evaluate the effects of lace bug densities in relation
to instars and development stage of inflorescence on spike damage, number of
berries formed, and yield losses. Studies were conducted in a screen house at
Petaling Experimental Station. and in fanner field in Bangka island during May
2003 until May 2004, using varieties LDL and Chunuk.
Our studies revealed that nymphal development time were 17.3 and 13.0
days, male adult longevity 10.2 and 18.8 days, female adult longevity 13.6 and
16.9 days, fecundity 13.9 and 24.5 eggs per female, respectively on Chunuk and
LDL. Intrinsic rate of increase (r) were 0.0741 and 0.0827, net reproductive rate
(Ro) 6.98 and 8.52, mean generation time (1) 26.21 and 25.91 days, finite rate of
ゥョ」イ・。ウセI@
1.0769 and 1.0862 on Chunuk and LDL, respectively. Overall, variety

LDL was much better food sources for development of D. hewetti. If there were

no inflorescences available. the pepper lace bug was able to survive by feeding on
shoots or young berties. Adult longevity was 12.1 days on shoots and 23.5 days
on young berries.
Flowering phenology of varieties Chunuk and LDL followed rainfall
patern. Not all spikes survived to become berries. since some of the spikes (20%
in Chunuk) aborted naturally. Abortion occured mostly when spikes 4-5 weeks
old. Mean number of lace bug density was higher on LDL than on Chunuk,
especially during Nopember until April. D. hewetti population increased during
Nopember-February, and it was related to the increase of spikes during that time.
Based on variance-mean ratio (s 2/m), D. h£wetti population generally showed a
random distribution, but a clumped distribution when population density
increased.
Differences in lace bug population density affected significantly (p < 0.05)
spike damage and number of berries formed, whereas lace bug instars did not (p >
0.05). Level of spike damage and yield losses were higher when PLB infestation
occured at stage-3 of inflorescence development than those at stage-I and -2. It
was estiIDated that presence of one lace bug per spike could cause 70% yield
losses. Field surveys indicated that mean percentage of spike damage by the lace

bng during the season was 0.76% or estimated yield losses of 9.2 kg/ha on variety
Chunuk, while 6.01% or estimated yield losses of 83.26 kg/ha on LDL variety.

KEPIK RENDA LADA, Diconocoris hewetti (DIST.) (HEMIPTERA:
TINGIDAE): BIOLOGI, KELIMPAHAN POPULASI, DAN
PENGARUHNYA TERHADAP KEHILANGAN HASIL

IWAYANLABA

Disertasi
sebagai salah satu syamt untuk memperoleh geiar
Doktorpruia

Departemen Proteksi Tanaman

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2005


Judul Disertasi

Kepik Renda Lada, Diconocoris heweni (Dist.) (Hemiptera:
Tingidae): Biologi, Kelimpahan Populasi, dan Pengaruhnya
Terhadap Kehilangan Hasil

Nama Mahasiswa:

I Wayan Laba

NIM

A426010041

Disetujui
Komisi Pembimbing

ftts


Prof. Jr. Aunu Ram, M.Sc., Ph.D.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Utotno Kartosuwondo, M.S.
Anggota

Ketua Program Studi
Entomologi / Fi't,o!".tolotJ

Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc.,

Tanggal Ujian : 25 Juli 2005

Dr. Jr. M. Soehardjan, APU.
Anggota

,kolah Pascas&jana

iidaManlUWO'to MI.Sc., Ph.D.


Tanggal Lulus :

10 AUG

1111

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
ォ。イオョゥセ@

sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Judul disertasi yang

dipilih adalah kepik renda lada (KRL), Diconocoris hewetti (Dist.) (Hemiptera :
Tingidae) : biologi, kelimpahao populasi, dan pengaruhnya terhadap kehilangan
hasil. Penelitian dilaksanakan sejak Mei 2003 sampai dengan Mei 2004 di

Bangka. Disertasi ini dibuat sebagai salah satu syarat mahasiswa pascasmjana
program 8, untuk memperoleh gelar Doktor pada 8ekolah PascasaJjana, Institut
Pertanian Bogor.


Disertasi ini terdiri dari 3 bab bahasan yaitu : 1) parameter kehidupan dan
demografi KRL pada vatietas Chunuk dan LDL, 2) fenologi pembungaan dan
kelimpahao populasi kepik renda lada dan 3) hubungan kerapatan populasi KRL
dan kerusakan bunga serta kehilangan basil.
Banyak pengalarnan, ilmu dan ide yang penulis peroleh sejak penyusunan
proposal, pelaksanaan penelitian (pengumpulan dan analisis data) hingga
penulisan disertasi

ini.

Oleh karena

itu pads kesempatan ini penulis

menyarnpaikan tetima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan ilmiah dan

teknisnya dalam penelitian dan disertasi ini.
Ucapan terima kasih disarnpaikan kepada komisi pembimbing masingmasing Prof. Jr. Aunu Rauf, M.8c., Ph.D. sebagai ketua, Prof. Dr. Jr. Utomo
Kartosuwondo, M.8. dan Dr. Jr. M. Soehardjan, APU sebagai anggota atas
bimbingan dan pengarahan yang diberikan sejak penulis menyusun rencana


penelitian hingga selesainya penulisan disertasi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, Rektor fpB, dan
Dekan 8ekolah PascasaJjana IPB yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti Program Pendidikan 8, di fpB. Ucapan terimakasih disarnpaikan
kepada Kepala BaIai Penelitian Tanaman Rempah dan Dbat serta Kepala Pusat
Penelitian dan pengembangan Tanaman Perkebunan yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program pendidikan 8,. Ucapan terimakasih kepada
Pimpinan Proyek Pengendaiian Harna Terpadu, Departemen Pertanian yang telah

memberikan bantuan dana penelitian.

viii

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala KebWl Percobaan Petaiing,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepala BPTP Kepulauan Bangka

Belitung yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas penelitian di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Ueapan terimakasih disampaikan kepada Prof. Ir. Ida Pedanda Gde Nyoman
Djelantik Oka, Ph.D., APU, Dr. Ir. J. Soejitno, APU, dan Dr. Ir. Djiman Sitepu,

APU yang telah memberikan dorongan moril serta penilaian terhadap penulis
untuk mempromosikan ke IPS, sehingga penulis mendapat kesempatan untuk
meneruskan pendidikan S3.
Kepada Nurida SP, Ir. Djatnika Kilin, Drs. Iwa Mara Trisawa, M.Si, Drs.
Warsi Rahmat Atmadja, Akbyar, Muchyadi dan Zainudin yang telab membantu
pelaksanaan penelilian, serta Wartono, S.Si yang telab membantu anaIisis data,
disampaikan terima kasih. Kepada semua pihak yang karena masalab ruang tidak

dapat disebutkan namanya dalam tulisan ini diucapkan terimakasih atas segala
bantuannya
Kepada kedua orang tua penulis (Aim) serta kakak Ir. I Wayan Sudiana,

M.Sc. disampaikan terimakasih yang telah membesarkan dan memberikan
pendidikan tinggi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan program S3.
Kepada kedua orang mertua penulis disampaikan terimakasih berkat doa dan

dorongan moril sehiogga penulis berhasil menyelesaikan program pendidikan S3_
Secara khusus diucapkan terimakasih kepada istri, Ni Wayan Suadnyani dan
anak-anak I Wayan Dharma Putra dan Ni Nengah Sri Kusumadewi alas dorongan,

kesabaran serta doa yang tiada henti

sehingga penuiis dapat menyelesaikan

pendidikan ini.
Bogor, Juli 2005
I Wayan Laba

RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali pada tanggal 24
Februari 1953 dari ayah I Nengah Tilem (Aim) dan ibu Ni Nengah Sandek (Aim).
Penulis adalah anak kelima dari delapan bersaudara.
Pendidikan sarjana diperoleb pada Fakultas Pertanian

Universitas

Padjadjaran Bandung jurusan Proteksi Tanaman pada tahun 1980. Sejak tahun

1981, penulis mengabdi sebagai stafpeneJiti, Balai Penelitian Tanaman Pangan di
Bogor. Pada tabun 1982 mendapat kesempatan mengikuti Training Penelitian

Tanaman Buah-buahan di Ketindan Malang, Jawa Timur. Pada tahun 198211983

mendapat kesempatan mengikuti individual Training Cropping System of
Entomology di International Rice Research Institute Philippines. Selama tahun

1989 bingga 1991 mengikuti pendidikan Master of Science (S,) pada Entomology

Department, University of the Philippines Los Banos. Perubahan struktur

organisasi di Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, penulis
beralih tugas ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Ohat pada tahun 1995
sampai sekarang. Sejak tahun 2001 mengikuti pendidikan untuk memperoleh

gelar Doktor di Institut Pertanian Bogor.

DAFfARISI
Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................

Xl

DAFTARGAMBAR...................................................................................

Xlll

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xv

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN......................................................................

1

Lalar Belakang ......... ..................................................... .............

1

Tujuan Penelitian........................................................................

5

Daftar Pustaka ....... ......... .... ...... ..... .............................................

5

TINJAUAN PUSTAKA.............................................................

7

Botani Tanaman Lada ................................................................

7

Neraca Kehidupan ......................................................................

9

Hubungan antara Kerusakan dan Kehilangan Hasil...................

10

Biologi dan Ekologi Kepik Renda Lada ....................................

12

Persebaran dan Tumbuhan Inang ...................................

12

Siklus hidup kepik .........................................................

14

Perkembangan populasi Kepik .......................................

15

Kerusakan Bulir Buoga ..................................................

16

Pengendalian .............................................................................

17

Daftar Pustaka ............................................................................

17

PARAMETER KEHIDUPAN DAN DEMOGRAFI KEPIK,
Diconocoris hewelli (Dist.) (HEMIPTERA: TINGIDAE)

PADADUAVARJETASLADA .............................................

21

Abstrak .......................................................................................

21

Pendahuluan ...............................................................................

21

Bahan dan Metode......................................................................

22

Hasil..........................................................................................

24

Pembahasan ................................................................................

29

Kesimpulan................................ .................................................

33

Daftar Pustaka ............................................................................

33

x

BAB IV

BAB V

FENOLOGI

PEMBUNGAAN

POPULASI

KEPIK.

DAN

Diconocoris

KELlMPAHAN
hewett;

(Dist.)

(HEMIPTERA: TINGIDAE) PADA PERTANAMAN LADA

36

Abstrak .......................................................................................

36

Pendahuluan ............................. ..................................................

37

Bahan dan Metode......................................................................

38

Hasil ..........................................................................................

39

Pembahasan................................................................................

47

Kesimpulan.................................................................................

55

Daftar Pustaka ............................................................................

55

HUBUNGAN

KERAPATAN

POPULASI

KEPIK,

Diconocoris hewe"i (Dist.) (HEMIPTERA: TINGIDAE)
DAN KERUSAKAN BUNGA SERTA HASIL PADA
PERTANAMAN LADA...........................................................

58

Abstrak .......................................................................................

58

Pendahuluan ..............................................................................

59

Bahan dan Metode......................................................................

60

Hasil ..........................................................................................

61

Pembahasan................................................................................

71

Kesimpuian.................................................................................

74

Daftar Pustaka ............................................................................

74

PEMBAHASAN UMUM ..........................................................

76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

83

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

85

BAB VI

DAFTAR TABEL
Nomor
1.1

Halaman
Perkembangan luas areal, produksi, ekspor dan rata-rata harga
lada di dalam negeri dan pasar dunia serta perolehan devisa
negara ..... _............................................... _....................................

2

Masa perkembangan teiur, dan nimfa serta lama hidup dan
keperidian imago kepik renda pada lada varietas LDL dan
Chunuk ....................................................................................... .

25

3.2

Statistik demografi kepik renda lada .......................................... .

29

4.1

Lama fase perbungaan pada lada varietas Chunuk .................... .

41

4.2

Nemca kehidupan bulir bunga pada lada varietas Chunuk ........ .

42

4.3

Pola tebaran kepik renda pada pertanaman lada varielas Chunuk
di Desa Air Anyir Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka
Induk, Provinsi Bangka Belitung, 2005 ..................................... .

44

Pola tebaran kepik renda pada pertanaman lada varielas LDL di
Desa Puput Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka
Tengah, Provinsi Bangka Beiitung, 2005 ................................ , ...

45

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan, instar, dan kerapatan
populasi kepik renda lada terhadap tingkat kerusakan bulir
bunga .......................................................................................... .

63

Analisis ragam pengaruh fase perbWlgaan. instar dan kerapatan
kepik renda lada terhadap banyaknya buab terbentuk ",."" ..... " ..

64

Tingkat kerusakan bulir bunga, banyaknya buab terbentuk, dan
kehilangan basil pada tiga kerapatan populasi kepik renda!ada"

64

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan
populasi imago kepik renda lada terbadap kerusakan bulir
bunga .... , ... " ... ,................... , .... , ...... , .. ,.. , .... " ... , ......... , ......... ", ...... .

66

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan
populasi imago kepik renda !ada terhadap banyaknya buab
terbentuk ... , ............. ,... ,......... , .... , ... ,." ..... " ... " ........ ".", .. "", ... " ... .

66

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terbentuk
pada tiga fase perbWlgaan varietas LDL .................................... .

66

3.1

4.4

5.1

5.2
5.3

5.4

5.5

5.6

XII

5.7

5.8

5.9

5.10

5.11

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terhentuk
pada herbagai kerapatan populasi kepik renda lada ................... .

67

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan
populasi nimfa kepik renda lada terhadap persentase bunga
rusak ........................................................................................... .

67

Analisis ragam pengaruh fase perbungaan dan kerapatan
populasi nimfa kepik renda lada terhadap banyaknya buab

terbentuk ..................................................................................... .

68

Tingkat kerusakan bulir bunga dan banyaknya buab terbentuk
pada berbagai kerapatan populasi nimfa kepik renda lada ......... .

68

Jumlah bulir bunga terserang (%) pada varielas Chunuk dan
LDL ............................................................................................

70

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Nomor

Lama hidup imago betina kepik renda yang dipeJihara pada tiga
fase buJir perbungaan bunga pada varietas Chunuk .................... .

26

Lama hidup imago betina kepik renda yang dipelihara pada tiga
fase perbungaan varietas LDL .................................................... .

26

Lama hidup satu pasang imago kepik renda yang dipelihara
pada pucuk daun dan buah muda lada varietas LDL. .................. .

27

Sintasan dan keperidian harian kepik renda lada pada varietas
LDL ............................................................................................ .

28

Sintasan dan keperidian harian kepik renda lada pada varietas
Chunuk ....................................................................................... .

28

4.1

Curah hujan di Pulau Bangka pada periode 2003-2004 .............. .

40

4.2

Jumlah bulir bunga pada varietas Chunuk dan LDL .................. .

41

4.3

Kelimpahan populasi kepik renda lada pada varielas Chunuk
dan LDL ...................................................................................... .

43

Persentase bulir bunga yang terserang oleh kepik renda lada
pada varielas Chunuk dan LDL (Mei 2003 - Mei 2004) ........... .

46

Hubungan kerapatan populasi kepik renda lada dengan
persentase bulir bunga terserang pada varietas Chunuk .............. .

47

Hubungan kerapatan populasi kepik renda lada dengan
persentase bulir bunga terserang pada varietas LDL. ...................

47

Imago kepik renda lacIa sedang menghisap bulir bunga.............. .

62

Bulir bunga !ada: a. bulir bunga sehal, b. bulir bunga terserang,
buah terbentuk tidak sempuma akibat serangan kepik renda
!ada, d. buah sehal, tanpa serangan kepik renda lada ................. .

62

5.3

Gejal. akhir bulir bunga l.da akihat serangan kepik renda lada .

63

5.4

Hubungan kerap.tan populasi nimfa kepik renda lada dan
banyakny. buah yang terbentuk ................................................. .

65

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

4.4

4.5

4.6
5.1
5.2

c.

XIV

5.5
5.6
5.7

Hubungan kerapatan populasi imago kepik renda lada dan
banyaknya buab yang terbentuk ................................................. .

65

Hubungan antara kerapatan populasi nimfa kepik renda lada
dan banyaknya buab yang terbentuk .......................................... .

69

Hubungan antara kempatan imago kepik renda lada dan
banyaknya buab yang terbentuk .................................................. .

69

DAFfAR LAMPIRAN
Nemer
I.

Halaman

Data corah hujan, suhu dan kelembaban wilayah Bangka ......... .

92

BABI

PENDAHULUAN
Latar 8elakang
Lada (Piper nigrum L.) adalah salah satu komoditas rempah yang
diperdagangkan di dunia dan diusahakan sejak sebelum perang Dunia ke II.
Tanaman lada di Indonesia diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat.

Perkebunan lada merupakan penyemp tenaga kerja atau penyedia lapangan kerja
yang potensial. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap tidak kurang dan 16.9 juta
orang (Ditjen BP Perkebunan 2000). Luas areal pertanaman lada pada tabun 2003
sudah mencapai 204 107 ha (Digen BP Perkebunan 2004).
Produk lada yang umum dikenal pada perdagangan internasional adaIah lada
hitam (black pepper) dan lada putih (white pepper). Daerah utama penghasillada
putih adaIah pulau Bangka, sedangkan penghasil utama lada hitam

adaIah

Lampung. Produksi lada di Indonesia adalah 64 703 ton dengan volume ekspor
38 724 ton (Di\ien BP Perkebunan 2000). Ekspor lada pada tabun 2000 mampu
memenuhi 36.9%, yaitu 63 938 ton, dari kebutuhan dunia yang jumlahnya

173 170 ton. Jenis lada yang diekspor adalah 34 256 ton lada putih dan 29.682

ton lada hitam. Pada tahun 2001 ekspor lada Indonesia menurun menjadi 26.8%
dati kebutuhan dunia, terdiri dan 29 637 ton lada putih dan 23 957 ton lada hitam
(!PC 2002).
Komoditas lada mempunyai nilai yang cukup tinggi dan memberikan

kontribusi cukup besar pada devisa negara. Sebagai contoh, pada tabun 1998
devisa negara dan produksi lada sebesar US $ 4.13 ntilyar (Digen BP Perkebunan
2000). Nilai tersebut masih bisa ditingkatkan ksrena produktivita lada di
Indonesia masih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Brazil. Produksi lada
di Indonesia rata-rata kurang dan I tonlha yaitu I 023 kglha di Bangka, 744.45
kglha di Lampung, serta 991.66 kg!ha di Kalimantan Bara!, sedangkan Malaysia
dan Brazil rata-rata 2 600 dan 3 200 kglha (Balittro 1997; Ditjen BP Perkebunan
2000). Perkembangan luas areal, produksi,ekspor, harga dalam negeri, pasar dunia
dan perolehan devisa dati lada selama 14 tabun terakbir disajikan pada Tabell.l.
Rendahnya produktivitas lada di Indonesia disebahkan oleh penerapan teknologi

2

budidaya yang belwn lengkap, sehingga tanaman menjadi rentan terhadap
gangguan lingkungan, terutama serangan hama dan penyakit tanaman, Kehilangan
basil akibat serangan hama dan penyakit tanaman lada pada tabun 1999 di
perkirakan 5,8 miliyar rupiah (Ditlintanbun 1999; Digen BP Perkebunan 2000).
Luas serangan hama dan penyakit pada triwulan ketiga pada tabun 2004 adalah
6536.75 ba dengan kerugian lebih dari 10 milyar rupiah (Ditlintanbun 2004).

Tabel 1.1

Perkembangan luas areal, produksi. eksJX>r dan rata-rata harga fada di
dalam negeri dan pasar dunia serta perolehan devisa negara
Rata-rata harga

Tabun
1990
1991

1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003

Rata-rata pas3T

Ekspor (ton)
Total
dunia
ekspor
Sm $/lookg
(ton)
(Ton)
Lada
Lad.
Lada
Lada
Lada
Lada
hitam
utih
hnam eutih hKam
Eutih
2721
338.26 321.36 34660 13 015 47676
127582 69899 2742
I 981
243.90 237.01 30641 19024 49665
126783 62549
2117
I 517
216.41
175.88 30 til 31327 61438
127200 65014 2050
130676 65798 3521
2671
348.03 204.04 17382 8419 25801
5586
4247
450.92 285.56 18459 16675 35134
127673 54043
540]
134689 58955
7070
520.26 361.41 20035 36093 56 128
500.05 325.00 17052 19 150 36202
126632 52168
7268
5569
10759 914.01 824.96 21 122 11 388 32510
III 263 46708 15411
130991 64538 90873
68193 2017.07 853.70 16570 21 161 37731
31841
136842 61224 92 787
1007.05 952.50 23870 II 657 35527
136450 77500 30560 27497 540.00 525.00 34256 29682 63938
186 022 82078 38664 33062 431.38 346.95 29637 23653 53290
204 068 90 181 22587
17378 36250 270.00 41343 21019 62462
204 107 90 413
362.50 270.00
Sumber. Oitjen SP Perkebunan (2000); IPC (200t); Ditjen BP Perkebunan (2004).
L"",

Areal
(Ha)

Prod..J<

,;

dalam negeri
HrセOォァI@

e

Devisa
US$ 000
79312

65757
61385
43635
76470
150 560
96261
159589

184 843
187713
233354
100 000
88136

Harna yang menyerang tanaman lada adalah kwnbang penggerek batang,

Lophobaris piperis Marsh. (Coleoptera: Curculionidae), kepik pengisap buah
Iada, Dasynus piperis China (Hemiptera: Coreidae), dan kepik renda lada (KRL),

Diconocoris hewetti (Dist.). (Hemiptera: Tmgidae). Kepik pengisap buah dan
kwnbang penggerek batang terdapat bampir di seluruh pertanaman lada di
Indonesia, sedangkan KRL terdapat di Swnatera, Kalhnantan dan Bangka
(Kalshoven 1981). Serangga penggerek batang dapat menyebahkan kerusakan
batang dan cabang dengan tingkat kerusakan mencapai 42.82%. Imago penggerek
batang dapat merusak buah dengan intensitas kerusakan mencapai 19.8%
(Suprapto & Martono 1989). Serangan penggerek pada bagian pangkal batang
dapat mengakibatkan kematian tanaman (Suprapto 1983). Tingkat kerusakan buah

3

akibat serangan pengisap buah antara 14.72-26.01%, sedangkan serangan kepik
renda mengakibatkan kerusakan bunga berkisar antara 9.59-20.21% (Asnawi

1992).

Pengendalian hama lada masih mengandalkan insektisida sintetis. Hal ini
disebabkan antara lain teknik pengendalian altematif yang tepat dan rasional

belum tersedia Tindakan pengendalian dilakukan apabila harga lada tinggi. Pada
saat harga lada rendah. petani membiarkan tanamannya terserang hama tanpa

pemupukan atau penggunaan pupuk tidak sesuai anjuran, akibatnya tanaman
rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Penggunaan insektisida sintetis

dapat menyebabkan resistensi dan reswjensi harna sasaran. keracunan pada petani,
terbunulmya

serangga-serangga

berguna

atau

serangga

bukan

sasaran,

pencemaran lingkungan dan residu pestisida dalam produk perkebunan (Oka
1995; IPe 1996; Sivadasan 1999).

Mengurangi atan meniadakan penggunaan insektisida dalam pengendalian
hama tanaman merupakan teknik pengendalian yang tepat dan rasional. Teknik

pengendalian yang tepa! dan rasional adaIab pengendalian yang efektif dan efisien
tanpa menimbulkan dampak negatif. Teknik pengendaiian tersebut dapat

diwujudkan melalui konsepsi pengendalian bama terpadu (PHT). Penerapan PHT
berdasarkan pendekatan ekologi.

PHT pada dasamya adalab ekologi terapan.

Pengembangan PHT memerlukan pemabaman ekologi bama

sasaraJI.

Titik-titik

lemab kebidupan bama dan komponen-komponen lingkungan yang berpengaruh
terhadap perkembangan bamo dapat diketabui melalui pemabaman bioekologi.
PHT merupakan basil dan sintesis pemabaman mengenai (I) dinamika populasi
hama, (2) teknologi budidayo tanaman, (3) biologi dan ekologi hama, (4) interaksi
bam. dengan organisme lain dan (5) kerugian secara ekonomi (Oka 1995).
Masalabnya adaIab informasi mengenai dinamika populasi, polo tebanm D.

hewetti, bioiogi, ekologi, kehilangan basil dan interaksi hama dengan organisme
lain sanga! terhatas. Dari lotar belakang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini
dilakukan untuk mernpel.jari biologi, kelimpaban populasi, polo tebanm dan
kehilangan basil oleh kepik renda
Infonnasi mengenai bioiogi. keJimpahan populasi , dan kehilangan hasil

diperlukan, sebagai dasar pengendalian bam. termasuk kepik renda Komponen

4

tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor abiotik yaitu tanaman sebagai
sumberdaya, eurah hujan, subu, cahaya, dan kelembaban serta faktor biotik
meliputi predator, parasitoid dan patogen (Clark et at. 1967).
Penerapan konsepsi PHT memerlukan pengetahuan yang menyeluruh dari
semua faldor tersehut. Faktoe-faktor lingkungan dapat mempengaruhi populasi
hama secara sendiri-sendiri dan interaksi di antara faktor tersebut. Pengendalian

D. hewetti dengan menggunakan konsep PHT memerlukan penelitian secara
bertahap (dalam waktu yang relatiflama). Lingkup penelitian ini di fokuskan pada

bioiogi, kelimpahan populasi, poia tebaran kepik renda, fenologi pembungaan
tanaman lada dan kehilangan hasil akibat serangan kepik renda.

Tanaman lada merupakan sumberdaya makanan, mang bergerak dan
berlindung bagi D. hewett;. Kelimpahan populasi hama tergantung dari
ketersediaan perbungaan (inflorescence) lada.

Perbungaan merupakan bagian

tanaman yang sesuai sebagai sumber pakan kepik D. hewetti. Kelimpahan
perbungaan lada sangat tergantung dari varietas lada. Pada umumnya tanaman
lada berbunga satu kali dalam satu tahun, sehingga populasi D. hewetti meningkat
pada musim berbunga. Beberapa varietas lada antara lain varietas Chunuk
berbunga sepanjang tahun sehingga bunga selalu ada di pertanaman lada yang
dapat mendukung populasi D. hewett; sepanjang tabun. Informasi tentang
kelimpahan populasi KRL, pada varielas yang berbunga satu kali dalam satu
tabun (musiman) dan pada varietas yang berbunga sepanjang tahun belurn
tersedia Infonnasi mengenai perkembangan populasi kepik D. hewett; dan
kaitannya dengan fase perbungaan lada serta tingkat kerusakan perbungaan juga
belurn tersedia. Di samping itu parameter kehidupan D. hewetti pada varielas lada
perIu diteliti, untuk menentukan strategi penelitian pengendalian KRL. Musuh
alami merupakan faktor biotik yang sangat besar peranannya dalam menentukan
kehidupan dan keseimbangan populasi. Sampai saat ini belwn diketahui musuh
alami yang mempunyai potensi terhadap D. hewetti.

5

Tujuao Peoelitian

Penelitian bertujuan untuk mengkaj i bio-ekologi kepik D. hewett; dalam
hubungannya dengan tanaman lada.

Secara lebih khusus, penelitian yang

dilakukan bertujuan untuk: (I l mengukur parameter kehidupan D. hewetti, yang

meliputi masa perkembangan

ーイ。、・キウセ@

lama hidup imago, dan keperidian; (2)

mengukur parameter demografi kepik renda lada, yang meliputi laju pertambahan

intrinsik, laju reproduksi bersih. masa generasi. dan laju pertambahan エ・イ「。ウセ@

(3)

menentukan pola fenologi pembungaan lada dan kaitannya dengan kelimpahan

dan poJa tebaran populasi D. hewett;; dan (4) menentukan hubungan antara
kerapatan populasi kepik renda dan kerusakan bulir bunga serta kehilangan hasil.
Daftar Pustaka

Asnawi Z. 1992. Sebaran hama utama eli daerah senna produksi lada (nper
nigrum, L.) di Bangka Laporan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (tidak dipublikasikanl.
[Balittro] Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1997. Evaluasi hasil dan
pemantapan program penelitian bama dan penyakit secara terpadu pada
berbagai tanaman rempah dan obat. Evaluasi Pemanlapan PHT Tanaman
Perkebunan, Bogor 23 - 24 April 1997.
Clark LR, Geiler PW, Hughes RD, Morris RF. 1967. The ecology of insect
population in theory and practice. London: Methuen & Co Ltd.
[Ditjen BP Perkebunan] Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2000.
Statistik Perkebunan Indonesia, 1998-2000. Lada. Jakarta: Departemen
Kehutanan dan perkebunan.
[Ditjen BP Perkebunan] Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004.
Statistik Perkebunan Indonesia. 2001-2003. Lada. Jakarta: Departemen
Pertanian.
[Ditlintanbun]
Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan.
1999.
Perkembangan Hama dan Penyakit Lada. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perkebunan.
[Ditlintanbun] Direktorat Perlindungan Tanaman Perkebunan. 2004. Laporan
Situasi OPT Perkebunan Triwu/an III 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perkebunan.

[lPC] International Pepper Conununity. 1996. Increasing competiveness of the
pepper industry through improving quality. Report of The 21'" Pepper
Tech Meeting, Kuching, 22 Jull 1996. Sarawak, Malaysia

6

[IPC] International Pepper Community. 2001. The 32th pepper exporters meeting;
29 - 30 Oktober 200 I. Belem (Brazil).
[IPC] International Pepper Community. 2002. Report of the RWセ@
Pepper Tech
Meeting, International Pepper Community. Serawak, Malaysia
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
Penerjemah. Jakarta: PT lchtiar Barn Van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de cultuurgewassen in Indonesia
Oka IN. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan lmplementasinya di indonesia.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sivaciasan CR 1999. Pesticide residue in food, Internal Pepper News Bul Vol
XXVI No.3 - 4: 52-58.

Suprapto. 1983. Hama Lophobaris spp pada tanaman lada di Kebun Percobaan
Natar, Lampung. Pemb LPTI8 (45): 8-16.
Suprapto, Martono. 1989. Populasi hama alami penggerek batang pada tanaman
lada. Bul Littro IV (I): 6-10.

BABII

TINJAUAN PUSTAKA
Botaoi Tanaman Lad.

Tanaman lada yang asalnya dan India tennasuk dalam tumbuhan biji belab
(Dicotyledoneae) (Nuryani 1996; Purseglove el at. 1981; Ravindran 2000). Lada
merupakan tanaman tabunan yang memanjat dan berbuku-buku, bataog tanaman
kecil, rimbun, mempunyai beberapa bentuk cabang. Ketinggian taoaman lada jika
dibiarkan dapat mencapai

lebih dari

10m. Agar memudahkan

dalam

peme1iharaan. tanaman lada dibatasi sampai ketinggian 4 m dan rnelekat pada
tajar (liang panjat) dengan garis tengab mabkota pohon 1.5 m. Tanaman lada
terdiri dan 5 bagian yaitu : akar, bataoglcabang, dauo, bunga serta buab. Tanaman
lada termasuk dalam anggota dikolil, memiliki akar tunggang, dengan akar utama
pada dasar bataog beJjumlab 10-20 dan panjang 3-4 m. Akar-akar dan buku di

atas tanah tidak. memanjang. Panjangnya terbatas antara 3-5 em, flUlgsinya untuk
menempel pada tiang panjat. Perakaran lada tennasuk sistem perakaran yang

dangkal. Tanaman lada yang berumur 2 dan 4 tabun memiliki perakaran berturuttumt 90% dan 85% di alas 30 em dan permukaan taoab. Penyerapan air oleh .akar
mencapai ke dalaman 4 m (Wabid 1996; Purseglove 1968; Purseglove el al. 1981;
Ravindran 2000).
Bataogleabang berupa sulur panjat yang berbuku-buku dan berbentuk
silindris, mempunyai akar lekat. Panjang buku berkisar antara 5-12 em. Warna
batang bervariasi antara hijau muda, hijau tua, hijau keungu-unguan atau bijau

keabu-abuan. Bataog yang sudab tua, wamanya kehitam-hitaman, dengan
diameter 4-6 em. Selain sulur panjat, taoaman lada juga mempunyai sulur buab
(cabang buab), sulur gantuug dan sulur taoab. Sulur buab lidak memiliki akar
lekat pada buku-buku ruasnya. Sulur gantung tumbuh meuggantung dipermukaan
tajnk, sedangkan sulur taoab tumbuh menjalar di permukaan taoab. Cabaug dan
sulur panjat, sulur gantung, sulur taoab dan sulur buab dapat digunakan untuk
perbanyakan (Purseglove el aI. 1981; Wahid 1996 ; Syakir & Dhalimi 1996).
Untuk menghasi1kan taoaman 1ada biasa, yang menggunakan liang panjat, baban
yang terbaik adalab yang berasal dan sulur panjat ( Wahid & Yufdy 1988).

8

Tanaman lada berdaun tunggal tidak berpasangan tetapi berseling dan

tumbuh pada setiap buku. Daun tua berwarna hijau mengkilat pada pennukaan

atas, sedangkan daun muda hervariasi (bjjau rouda, ungu, coklat rouda),
bergelombang atau rata. Panjang tangkai daun 1.8-2.6 em. Pangkal daun tumpul

dan berlekuk, ujung daun meruneing. Bentuk daun bervariasi dari bulat telur

sampai bentuk jantung. Ukuran daun bervariasi di antara kultivar. antara 8-20 em
panjang dan 4-12 em lebar (Wahid 1996; Purseglove et al. 1981).
Bunga lada terdapat pada cabang plagiotrop (eabang buah), tersusun dalarn

bulir (spike). Panjang bulir bunga antara 3-15 em. Satu bulir bunga berisi antara
50-150 bunga. Bunga lada liar adalah uniseksual yang mempunyai bentuk

monoesis. dioesis. atau hennaprodit (Purseglove

el

al. 1981). Pada umumnya lada

liar mempunyai bunga dioesis. tetapi tanaman lada yang dibudidayakan
kebanyakan biseksual atau hermaprodit (Krishnarnurthi 1969, diacu dalarn
Purseglove et al. 1981). Kedudukan bunga tersusun dalam beberapa spiral
sedernikian rupa sehingga dalam posisi uj ung spiral ke bawah, masing-masing

bunga berada vertikal di bawah salah satu benang sari dari bunga yang berada di
alasnya. Bakal buah (ovarium) berbentuk kebundar-bundanm. Kepala putik

(stigma) berbentuk bintang yang bercahang tiga sampai lima dan duduk di alas
bakaI buah tanpa tangkai putik yang jelas. Benang sari berjumlah 2 dan terdapat

pada arab lateral masing-masing bunga. Tangkai sari peudek dan tebal. Kedua
kotak sari terbuka dengan katup yang membuka keluar. Butir-butir tepung sari

berbentuk bundar dan berukuran kedl (garis tengah ±IO 1') (I1yas 1960). Caloncalon bunga pada awalnya berupa mata tunas. Menjelang masa pembungaan mata
tunas tumbuh menjadi kuneup yang diselubungi oleh selubung daun. Beberapa

hari sesudah bulir bunga tersembul, bunga mulai bengkok ke bawab, dimulai dari
ujungnya kemudian diilruti oleh pangkalnya.
Bunga lada mekar dimulai dari pangkal. Sesudah 15 hari bulir bunga
tersembul, bunga betina pertama pada pangkaI bulir bunga mulai keluar dari sisik.
Lima sampai enarn hari kemudian semua bunga betina tersembul dan berada
dalam keadaan reseptif. Lima hari sesudah bunga betina keluar, barulah bungabunga jantan yang pertama pada pangkal bulir keluar. Sesudah 4-5 hari, bunga
jantan muneul semua. Setelah beberapa hari kepala putik tersembul mulai terlihat

9

adanya iendir, hal ini memmjukkan masa reseptif putik. Sesudah kotak san

terbuka, benang sari mulai mengeluarkan tepung sari. Penyerbukan dapat tOljadi
tanpa pertolongan sel'8llgga ataupun air hujan, tetapi adanya reaksi geotropi positif
dan bung. itu sendiri. Waktu yang diperlukan dan mulai terbentukny. bung.

sampai buab masak ± 7 bulan. Pemetikan buab ± 6 bulan untuk matang pemetikan
lada hitam, sekitar 8 bulan untuk pemetikan lada putih dan 9 bulan untuk benih
(ilyas 1960).
Buah lada tennasuk buah buni atau buah batu yang mempunyai dinding
buah, terdiri dari tiga bagian yaitu lapisan luar (exocarp), lapisan tengah

(mesocarp) dan I.pisan dalam (endocarp). Buah berbentuk bula!, pada waktu
masak berwama merah, garis tengah ± 4-6 mm, panjang bulir/malai ± 8-25 em.

Neraca Kehidupan

Metode pengendalian yang efektif dan efisien untuk hama tanaman dapat
diperoleh dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika

populasi serangga hama. Faktor-faktor tersebut adalah abiotik dan biotik. Faktor
.biotik antara lain pakan, tempat hidup, faktur fisik dan kinti. yang menunjang.
Faktor biotik yaitu parasitoid, predator, hiperparasi!, patogen, kerapatan populasi
yang mengancam kelangsungan hidup dan reproduksi individu di dalam populasi
tersebut (Clark et al. 1967). Untuk itu perlu mengetabui perubahan numerik yang
teljadi terhadap hama tersebu!, misalnya kerapatan populasinya, perubahan
jumlah populasi, jumlah kelaltiran dan jumlah kematian. Sifat-sifat tersebut di .Ias
disebut parameter demografi. Perubahan di dalarn popuiasi tersebut dapat
digarnbarkan melalui penyusunan suatu neraca kehidupan (Price 1990).
Neraca kehidupan adalah suatu label yang merupakan ringkasan tentang
sintasan (survival) dan mortalitas di dalarn popolasi suatu organisme (Hom 1988)

atau neraca kehidupan adalah

suatu

iImu yang mempelajari populasi secara alami

dan mahluk hidup atau organisme termasuk serangga Ada dua bentuk neraca

kehidupan yaitu : I) spesifik waktu atau neraca kehidupan vertikal yaitu jumlah
individu yang hidup dalarn populasi pada waktu yang diberikan dan jumlah yang
mati didalarn unit interval yang telah ditetapkan sebagai kelas urnur, dan 2)
spesiftk umur atau neraca kehidupan horizontal adaIah kelompok tertentu dari

to

individu yang lahir dalam waktu yang bersamaan dan diikuti olehjumlah individu
yang mati di dalam interval umur (Southwood 1978, diacu dalam Rauf 1983;
Krebs 1978). Neraea kehidupan horizontal telah digunakan untuk. komunitas

tanaman, silvikultur, analisis yang berhubungan dengan populasi perturnbuhan
tanaman (seedling) dan di bidang kehutanan terutama tentang pengamatan

serangga perusak dan pengaruh lainnya. (Waters 1966, diacu dalam Rauf 1983;
Helt & Loucks 1968, diacu dalam Rauf 1983). Berdasarkan neraca kehidupan

tersebut dapat dibuat kurva kesintasan (survivorship curve) dari populasi serangga
yang diamati (Boughey 1973; Krebs 1978; Poole 1974; Price 1990). Dari neraca
kehidupan dapat dihitung statistik demografi yaitu : laju reproduksi bersih (Ro)
adaIah banyaknya keturunan betina yang berhasil menjadi imago, atau kelipaJan
populasi per satu generasi; lama waktu satu generasi (T); laju pertambahan

intrinsik (r) yaitu laju pertambahan individu serangga pada suatu kondisi fisik
tertentu dalam suatu lingkungan tak terbatas yang pengaruhnya terhadap

peningkatan populasi serangga tidak

diperhitungkan (Birch

1948); laju

pertambahan terbatas (A) yaitu kelipatan populasi per satuan waktu; angka

kelahiran (b); angks kematian, dan (d) sebaran umur stabil (Birch 1948; Clark et

al. 1967; Price 1990). Pertambahan populasi dapat teljadi apahila populasi

serangga memiliki sebaran umur yang stabil, artinya memiliki peluang keperidian

dan kematian yang sarna pada kelompok umur tertentu untuk setiap generasi.
Selain itu, populasi tersebut memiliki proporsi kelompok umur yang relatif sarna
untuk setiap generasi (poole 1974).
Statistik demografi berhubungan dengan sintasan, keperidian, dan pola
pertambahan populasi (Zeng et al. 1993). Jika faktor-faktor tersebut dapat
ditentukan, maka mata rantai terlemah dalam siklus hidup serangga dapat
diketahui. Selain untuk mendapatkan cara pengendalian yang tepa!, data tersebut
dapat juga dimanfaatkan untuk menilai resistensi tanaman terhadap serangga

hama (price 1990).

Hubungan antara Kerusaun dan Kehilangan Basil

Kerusakan bagian tanaman yang

disebahkan oleh serangan hama

mengakibatkan kehilangan hasil tanaman. Apabila serangga hama menyerang

II

bunga atau buab akan berdampak

terhadap

kerusakan bunga sehingga

menggagalkan pembuaban dan menyebabkan kerusakan buab sehingga banyak
buab yang rusak, yang pada akhimya akan mengakibatkan kehilangan hasil.
Menurut

Usman

el at.

(1996)

pertumbuhan tanaman

lada

dapat

dikelompokan menjadi 2 fase yaitu fase tanaman muda atau belum menghasilkan
(TBM) dan fase tanaman dewasa atau tanaman menghasilkan (TM). Tanaman
lada yang termasuk dalam TBM, apabila umur tanaman di lapangan antara 2-3
tabun. Pada periode tersebut sebagian tanaman sudah ada yang berbunga dan
menghasilkan buah, tetapi bunga atau bakal buab yang terbentuk perlu dibuang

untuk lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Bentuk tajuk diusahakan
agar mempunyai volume yang besar. karena bentuk tajuk tanaman akan
mempengaruhi basil yang dapat dicapai.
Pemeliharaan tanaman lada pada fase TBM adalah : I) penaungan
sementara, 2) pemangkasan sulur panja!, 3) pembuangan bunga, pembuangan

sulm tanah dan sulur cacing, 4) pemangkasan pohon-pohon panjat, 5) pemupukan,
6) pengendalian bama penyakit, dan 7) perawatan drainase. Pada fase TBM

bertujuan untuk menguatkan pertumbuhan tanaman dan mempersiapkan agar
tanaman dapat menghasilkan secara maksimal. Fase TM teljadi apahila tanaman
lada sudah berbunga, berbuab dan mengbasilkan. Pemeliharaan fase TM sarna
dengan fuse TBM, hanya berbeda dalam baI dosis dan komposisi pupuk.
Pada fase TM, mulai diserang hama saiah satunya adalah kepik renda lada
(KRL), Diconocoris hewelti. Kerusakan tanaman sudah mulai terlihat pada waktu
keluar bung. akibat serangan KRL. Semakin hanyak populasi kepik semakin
hanyak bulir bunga yang dirusak. Kepik renda mampu mengakibatkan kerusakan
herat pada bulir bunga Iada. Secara individu dalam waktu 12 dan 24 jam kepik ini
mengakibatkan kemsakan 18.96 dan 40.67% individu bunga, Hal ini berarti
kehilangan hasil pada satu bulir bunga mencapai 18.96 dan 40.67% bakal buab
yang sebenarnya akan menjadi buab jika tidak ada serangan kepik (Deciyanto el
al. 1988). Hasil observasi di Bangka (Asnawi 1992, diacu dalam Wikardi &
Asnawi 1996), menunjukkan bahwa persebaran bama ini merata dengan tingkat
kerusakan berkisar antara 9.59-20.21 %. Wilayah Bangk. Tengah merupakan
daetab endemis tinggi (18.94-20.21 %), kemudian Bangka Utara dan Barat (12.89-

12

14.70%), sedangkan Bangka Selatan lebih nngan (9.59-12.03%). Menurut
Trisawa et al. (1992) KRL sebagai hama bunga di Kalimantan Barat merupakan
hama penting yang menyerang bunga lada. Kerusakan buJir bunga lada akibat

serangan kepik renda di Kecamatan Sungai Raya mencapai 38.64 %.

Biologi dan Ekologi Kepik Renda Lada
Persebaran dan Tumbuhan Inang
Sampai saat ini persebaran D. hewett; di Indonesia dilaporkan di daerah

Sumatera, Kalimantan dan Bangka (Kalshoven 1981). Persebaran hama dalam
habitatnya merupakan fenomena ekologi yang khas untuk setiap spesies (Taylor

1984), sedangkan pola tebaran hama mengikuti pola acal