Komunikasi antara orang tua dengan anak dan pengaruhnya terhadap perilaku anak : (studi kasus di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)

(1)

KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN

ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PERILAKU ANAK

(Studi Kasus Di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)

Oleh:

Hilmi Mufidah

103011026811

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul: “Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada tanggal 14 Januari 2008 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 14 Januari 2008

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. A.F. Wibisono, M.A --- --- NIP: 150236009

Sekertaris (Sekertaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag --- ---NIP: 150299477

Penguji I

Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag --- --- NIP: 150299477

Penguji II

Drs. A. Basuni, M.Ag ---

---NIP: 150186404

Mengetahui: Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP: 150231365


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK

(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)

“Skripsi”

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Disusun Oleh:

HILMI MUFIDAH NIM: 103011026811

Dibawah Bimbingan

Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA NIP: 150236009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H/2007 M


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Hilmi mufidah

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 25 Februari 1985

NIM : 103011026811

Jurusan/ Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : “Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”

Pembimbing : Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini adalah hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 (Strata 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi saya bukan hasil karya saya pribadi atau merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 November 2007 Penulis


(5)

ABSTRAK

Hilmi Mufidah 103011026811

Komunikasi Antara Orang Tua DenganAnak Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak(Studi Kasus SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten

Jakarta Selatan)”.

Kebutuhan komunikasi pada setiap individu merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupannya. Betapa tidak, untuk berhubungan dengan orang lain saja dibutuhkan komunikasi yang baik. Dalam hal ini, khususnya komunikasi antara orang tua dengan anak dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk mengetahui, memantau serta mengarahkan perkembangan pada diri anak, karena sedewasa apapun anak masih benar-benar membutuhkan seseorang yang dianggapnya lebih dewasa sehingga dapat mengayominya dengan baik. Dengan menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien antara orang tua-anak ataupun sebaliknya diharapkan anak dapat berkembang dengan baik secara fisik maupun psikis. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi antara orang tua-anak terhadap perilaku anak.

Dalam penelitian ini metode yang penulis gunakan adalah metode Deskriptif Analisis. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mencari pengaruh antara kedua variabel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling, dimana dalam pengambilan sampel ini penulis mengambil 40 orang siswa-siswi dari kelas VIII A dan Kelas VIII C, yang dari setiap kelasnya penulis ambil masing-masing 20 orang. Instrument yang diberikan kepada responden berupa Quesioner (angket) untuk variabel komunikasi antara orang tua-anak dan perilaku anak. Dalam mengelola angket ini, penulis menggunakan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Selain itu, penulis memperoleh data penunjang lainnya melalui wawancara kepada guru BK. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus

Korelasi Product Moment.

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka sampailah kepada penarikan kesimpulan bahwasanya “terdapat korelasi positif antara komunikasi orang tua terhadap perilaku siswa kelas VIII A dan C di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya hasil perhitungan yang didapat dengan nilai rxy = 0,59 yang terletak pada kategori diantara 0,40-0,70 yang berarti korelasinya cukup. Dan ini ditunjukkan pada taraf signifikansi 1% rxy atau ro adalah lebih besar dari pada r tabel

(0,59>0,325), maka pada taraf ini hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nol (Ho) ditolak, ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 1% dan 5% terdapat korelasi positif antara variabel X dan Y.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga hanya untuk Mu Ya Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini, dengan judul: “Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya sampai hari kiamat nanti.

Berkenaan dengan ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi masih jauh dari kesempurnaan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari pihak lain, maka tak lupa dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan beribu-ribu untaian kata terima kasih kepada semua pihak yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil, yaitu:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Abdul Fattah Wibisono MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta motivasinya kepada penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. 4. Segenap Dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuannya selama penulis menjalankan perkuliahan.

5. Seluruh staf perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah

menyedikan bermacam buku bacaan sehingga mempermudah penulis dalam mencari referensi.


(7)

6. Bapak Drs. H. Rakimi Ahsan, MA, kepala sekolah SMP Islam Al-Azhar Pejaten Jakarta Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut.

7. Seluruh dewan guru dan karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan khususnya staf TU dan guru BP (ibu Siti Masyitoh S.Pd), yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ayahanda (H. Marwih HD) dan ibunda (Hj. Yohana) tercinta yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik serta membiayai hingga penulis dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

9. Kakakku Nurfadillah, Nanang Kurniawan dan adikku Fitria Sholihah tersayang serta Kakak iparku Kasyadi yang dengan sabar dan ikhlas telah memotivasi, membantu serta mendukung keberhasilan belajar penulis. Keponakanku Fahmi dan Najwa Terima kasih atas canda tawanya.

10.Sayangku, Junaedi yang selalu memberikan nasehat, bantuan serta motivasi kepada penulis, terima kasih atas segalanya.

11.Sahabat karibku, Ela, Thea, Lily, Uum, Nafis, serta adik kelasku Evi yang selalu menjadi penyemangat. Terima kasih sahabatku.

12.Kawan-kawan senasib dan seperjuangan terutama kelas E angkatan 2003, yang telah banyak memberikan pengalaman berharga kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan serta persaudaraan.

Hanya harapan dan doa yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirul kalam, besar harapan penulis agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi, para pendidik serta para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 22 November 2007 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… v

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 6

E. Sistematika Penulisan ………. 7

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS ……… 9

A. Kajian Teori ……….. 9

1. Konsep komunikasi antara orang tua dengan anak ……… 9

a. Pengertian Komunikasi Orang Tua dengan Anak …... 9

b. Fungsi Komunikasi ……….. 11

c. Syarat-syarat Komunikasi Yang Efektif Antara Orang Tua dengan Anak ……….. 12

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak ……….. 17

2. Konsep Perilaku Anak ………... 19

a. Pengertian Perilaku Anak ……… 19

b. Perkembangan perilaku ………... 21

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak …. 23

B. Kerangka Berfikir ……… 27

C. Hipotesis ……….. 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ………. 30


(9)

B. Metode Penelitian ………. 30

C. Populasi dan Sampel ………. 30

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 31

E. Variabel Penelitian ……… 32

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ……….. 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……….. 39

A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan ………... 39

1. Sejarah Singkat Berdirinya ……… 39

2. Visi dan Misi ………. 40

3. Struktur Organisasi ……… 41

4. keadaan Guru dan Karyawan ……… 42

5. keadaan Sarana dan Prasarana ……….. 44

B. Pengolahan Data ……… 45

C. Analisis dan Interpretasi Data ………... 62

BAB V. PENUTUP ……… 67

A. Kesimpulan ……… 67

B. Saran ……….. 67

DAFTAR PUSTAKA ……… 69 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matrik Variabel dan Kisi-kisi Pertanyaan Angket ………….. 32

Tabel 2. Skor Pernyataan Dari Setiap Pertanyaan ………. 36

Tabel 3. Daftar Kepemimpinan Di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten

Jakarta Selatan Tahun 1990-sekarang ………. 39 Tabel 4. Struktur Organisasi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta

Selatan ………. 41

Tabel 5. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten

Jakarta Selatan ………. 42

Tabel 6. Keadaan Siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta

Selatan tahun 2006-2007 ………. 43

Tabel 7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten

Jakarta Selatan ………. 44

Tabel 8. Mengajak Anak Untuk Berkomunikasi ……….. 46

Tabel 9. Menyediakan Waktu Khusus Untuk Berlibur Bersama

Keluarga ……….. 46

Tabel 10. Menyediakan Waktu Untuk Santai Bersama anak

dan Keluarga ……… 47

Tabel 11. Menyediakan Waktu Untuk Makan Bersama anak

dan Keluarga ……… 47

Tabel 12. Memberikan Pujian, Belaian, Ciuman atau Bentuk Kasih

Sayang Lainnya Kepada Anak ……… 47

Tabel 13. Berusaha Menciptakan Kehangatan dan Kenyamanan Kepada

Anak dan Keluarga di Rumah ………... 48

Tabel 14. Selalu Menjadi Teladan/Contoh Yang Baik Bagi

Anak-anaknya di Rumah ……….. 48

Tabel 15. Menanyakan Segala Permasalahan Yang Sedang Dihadapi


(11)

Tabel 16. Merespon/Menanggapi Dengan Baik Jika Anak Sedang

Menceritakan Permasalahannya ………. 49

Tabel 17. Membicarakan Masalah Yang Sedang Terjadi Dalam

Keluarga Kepada Anak ………. 49

Tabel 18. Memberi Teguran/Nasehat Ketika Anak Berkata kurang baik

Terhadap Siapa Saja ……….. 50

Tabel 19. Selalu Mencari Kesepahaman Apabila Terjadi Perbedaan

Pendapat Dengan Anak ………. 50

Tabel 20. Berusaha Menjadi Teman Curhat Yang Menyenangkan

Bagi Anak ……… 51

Tabel 22. Memberikan Contoh/Teladan Yang Baik Kepada Anak

Dalam Berperilaku ………... 51

Tabel 22. Terus Memperhatikan dan Memberi Arahan pada

Perubahan-perubahan Yang Terjadi pada Perilaku Anak ….. 51 Tabel 23. Menanamkan Nilai-nilai Budi Pekerti Yang Baik

Kepada Anak di Rumah ………. 52

Tabel 24. Menegur/Menasehati ketika Anak Bermalas-malasan

Dalam Melaksanakan Shalat Lima Waktu ………... 52 Tabel 25. Memberikan Penghargaan (Pujian, Ucapan Selamat, Motivasi) Jika Anak Saya Selalu Berperilaku Baik Terhadap

Siapa Saja ………... 53

Tabel 26. Membiarkan Ketika Melihat Anak-anak Bertengkar Dengan

Saudara Kandungnya di Rumah ………. 53

Tabel 27. Mementingkan/Sibuk Dengan Pekerjaan Sendiri Di Luar Rumah Dari Pada Mengurus Anak dan Keluarga ………. 53 Tabel 28. Selalu Melaksanakan Shalat Wajib Di Awal Waktu ………… 54 Tabel 29. Merasa Terpaksa Dalam Melaksanakan Ibadah Shalat ……… 54 Tabel 30. Bergegas Berangkat Ke Masjid ketika Adzan


(12)

Tabel 31. Berusaha Bersabar dan Ikhlas Ketika Diberikan Cobaan/Ujian

Dari Allah ………. 55

Tabel 32. Membaca “Bismillah”/Doa Ketika Hendak Melakukan

Hal Kebaikan ……….. 55

Tabel 33. Berdoa dan Berzikir Setelah Melaksanakan Ibadah Shalat ….. 56 Tabel 34. Melaksanakan Dengan Senang Hati Ketika Bapak/Ibu

Memerintah Saya ……… 56

Tabel 35. Meminta Izin dan Mencium Tangan Kedua Orang Tua Ketika

Hendak Berpergian ………... 57

Tabel36. Berkata Kurang Baik Kepada Bapak/Ibu Ketika

Sedang Kesal ……….. 57

Tabel 37. Merasa Kesal Apabila Bapak/Ibu Sibuk Dengan Pekerjaannya Sendiri Hingga Berkurang Perhatiannya ……….. 57 Tabel 38. Menerima Dengan Ikhlas Ketika Orang Tua Sedang

Memberikan Nasehat ……… 58

Tabel 39. Ketika Berpapasan/Bertemu Dengan Guru, Saya Memberi

Salam Kepadanya ………. 58

Tabel 40. Tepat Pada Waktunya Datang Ke Sekolah ………... 59 Tabel 41. Tertidur Atau Bercanda Ketika Guru Sedang Menerangkan

Pelajaran di Dalam Kelas ………... 59

Tabel 42. Merespon Dengan Baik ketika Guru Memberi Teguran ……. 60 Tabel 43. Mendapat Teguran dari Guru BP Ketika Melakukan

Kesalahan ………... 60

Tabel 44. Menolong Teman Yang Sedang Tertimpa Musibah ………… 60 Tabel 45. Selalu Meminta Maaf Kepada Teman Ketika Melakukan

Kesalahan ………... 61

Tabel 46. Menegur Teman Yang Berperilaku Kurang Baik ……… 61 Tabel 47. Mengajak Teman Untuk Shalat Berjama’ah Bersama Guru

Di Sekolah ………. 62

Tabel 48. Perhitungan Untuk Mengukur Indeks Korelasi Antara Variabel


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak, karena disanalah anak mulai mengenal segala sesuatunya hingga mereka menjadi tahu dan mengerti. Di mana semua ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab keluarga terutama orang tua yang memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan anaknya, oleh karena itu orang tua bertanggung jawab atas proses pembentukan perilaku anak, sehingga diharapkan selalu memberikan arahan, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anak melalui interaksi antara orang tua dengan anak dalam lingkungan keluarga.

Tetapi, dewasa ini peranan keluarga (orang tua) sebagai pendidik yang pertama bagi anak-anaknya nampak semakin terabaikan di masyarakat kita. Dengan alas an berbagai kesibukan orang tua baik karena desakan kebutuhan ekonomi, profesi ataupun hobi yang sering menjadi penyebab kurang adanya kedekatan antara orang tua dengan anak-anaknya. Kondisi demikianlah yangapabila tidak disadari lama-kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, yang berarti terganggulah hubungan saling pengaruhi antara keduanya. Sementara kita semua mengetahui bahwa hubungan yang harmonis antara keduanya di dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan anak baik secara fisik maupun psikis.

Bahkan sedikitnya peran komunikasi keluarga pun semakin berkurang dan tidak mempunyai arti yang begitu penting, karena sebagian orang tua cenderung mengalihkan tanggung jawabnya kepada pembantu, sehingga paling tidak sedikitnya perhatian menjadi berkurang terhadap anak-anaknya karena berbagai macam kesibukan orang tua yang banyak menyita waktu seperti pekerjaan di kantor, kegiatan-kegiatan sosial hingga pekerjaannya di rumah. Dan pada akhirnya tanpa disadari akan berdampak pada hubungan orang tua dengan anak


(14)

menjadi sedikit merenggang, sehingga untuk berkomunikasi saja antara keduanya hanya terjadi beberapa jam saja.

Dalam hal ini, Satu yang perlu diingat oleh para orang tua, bahwa masalah komunikasi adalah masalah kebiasaan, artinya komunikasi harus dipelihara terus sejak anak-anak masih berada dalam kandungan ibunya sampai mereka dewasa. Biasanya orang tua menjadi lengah akan komunikasi dengan anak-anaknya, justru pada saat anak-anak itu meningkat dewasa, karena pada saat itu orang tua tengah menanjak karirnya dan perhatian orang tua banyak disita oleh kesibukan pekerjaan maupun kegiatan-kegiatan sosialnya dan adapula orang tua yang mempercayakan sepenuhnya karena mereka akan dewasa dengan sendirinya. Proses menurunnya komunikasi dengan anak-anak biasanya tidak disadari orang tua, namun sangat dirasakan oleh anak-anak. Dan pada waktu orang tua menyadari kekurangan ini, keadaan sudah terlanjur parah untuk diselamatkan. Komunikasi orang tua mesti selalu waspada dan mencoba untuk tidak melupakan komunikasinya dengan anak-anak, bagaimanapun sibuknya mereka.1 Sebagaimana menurut pendapat Thomas Gordon dalam bukunya “Parent Effectiveness Training” yang dikutip oleh Alex Sobur, bahwa bila seseorang mau mendengar pendapat orang lain, maka pendapatnya akan lebih mudah didengar atau dengan kata lain anak- anak akan lebih tebuka untuk menerima pendapat orang tua, bila orang tua sendiri mau mendengar pendapatnya terlebih dahulu.2

Komunikasi yang lancar dan sehat dalam sebuah keluarga merupakan harapan setiap anggota keluarga, sebab individu dengan individu yang lain di dalamnya terdapat keterikatan, saling berhubungan dan saling memerlukan. Oleh karena itu, adanya komunikasi yang lancar dan harmonis dalam keluarga sangat didambakan oleh setiap anggota keluarga agar terus berlangsung dengan baik dan intensif. Dan dengan adanya komunikasi yang baik dalam sebuah keluarga tidak dapat terlepas dari peran kedua orang tua, karena keduanya mempunyai kewajiban untuk memberikan bimbingan, pendidikan dan contoh

1 Alex Sobur, Anak Masa …, h. 228

2 Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), cet. 2, h. 59


(15)

yang baik berupa suri tauladan kepada anak-anaknya agar mereka hidup selamat dan sejahtera.

Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6)3

Maksud ayat di atas yaitu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari perbuatan yang akan dapat menjerumuskannya ke dalam api neraka atau dengan kata lain orang tua dalam keluarga harus selalu mampu menjaga, membimbing, mendidik, menjadi teladan yang baik kepada anak agar tidak berperilaku yang tidak baik atau melakukan suatu hal yang dapat menjerumuskan dirinya pada kesengsaraan baik di dunia maupun di akhirat, yang kesemuanya itu dibutuhkan komunikasi (interaksi) yang baik dengan memberikan bimbingan, arahan, pengawasan serta teladan yang baik kepada mereka.

Menurut pendapat Imam Al-Ghazali Sebagaimana dikutip oleh M. Arifin dalam bukunya Hubungan Timbal Balik di Lingkungan Sekolah dan Masyarkat,

bahwa:

“Melatih anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali, karena anak sebagai amanat bagi orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara cemerlang, bersih dari segala ukiran serta gambaran, ia dapat atau mampu menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala yang dicondongkan padanya. Maka bila ia dibiasakan ke arah


(16)

kebaikan dan diajar kebaikan jadilah ia baik dan berbahagia dunia akhirat, sebaliknya jika dibiasakan jelek atau dibiarkan dalam kejelekan, maka celaka dan rusaklah ia”.4

Dengan demikian, jelaslah dapat dikatakan bahwa keberhasilan dalam pembentukan perilaku anak, baru akan terlihat berhasil bilamana tidak terjadi jurang pemisah antara orang tua dengan anak, di mana orang tua harus mampu menjembatani agar komunikasi (interaksi) tetap berjalan dan tercipta dengan baik dan harmonis dalam keluarga.

Pada hakikatnya dengan adanya komunikasi yang terbuka atau sejajar tentunya anak akan merasa dirinya dihargai, dicinta, diperhatikan oleh orang tuanya dan sebagai orang tua, mereka akan tahu bagaimana cara memahami, mengenali dan membina perilaku anak dengan sebaik-baiknya sehingga mereka nantinya akan menjadi generasi yang dapat menentukan maju dan mundurnya akhlak suatu bangsa serta akan timbul adanya sikap saling pengertian antara keduanya, tentu saja dengan menerima dan mengakrabi sekaligus mengayomi mereka dengan komunikasi yaitu mengarahkan perkembangan perilaku anak menjadi positif tentunya yang sesuai dengan tuntutan ajaran islam, baik di rumah maupun di sekolah. Dan akan sangat terlihat berbeda sekali dengan adanya komunikasi yang tertutup atau tidak sejajar dalam sebuah keluarga karena hanya akan membuat anak menjadi tertutup, takut, tidak dihargai, kurang mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya dan komunikasi pun tidak akan menjadi proses belajar yang positif bagi keduanya.

Dengan menciptakan komunikasi yang efektif dimana komunikasi tersebut akan menjanjikan komunikasi antara orang tua dengan anak yang memiliki kontribusi luar biasa bagi peluang perkembangan perilaku yang positif. Jelasnya, tujuan dari komunikasi antara orang tua dengan anak yang baik ialah menciptakan iklim persahabatan yang hangat, sehingga anak merasa nyaman bersama orang tua.

4 H. M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet. 4, h. 80


(17)

Namun dalam hal ini banyak orang tua yang merasa kesulitan dalam memahami perilaku anak-anaknya yang sering kali terlihat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal sehat, maka untuk memahami anak, membina kehidupan jasmaniah, kecerdasan, perkembangan sosial dan emosionalnya, orang tua dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perilaku mereka, dengan memandang anak sebagai makhluk sosial dengan segala sesuatu yang mereka lakukan hanya bertujuan untuk mendapatkan tempat dalam kelompok-kelompok yang penting dalam hidup mereka yaitu keluarga yang asli.5 Karena disinilah dasar perilaku anak terbentuk. Dan fakta pun menunjukkan bahwa karena kesibukan atau banyaknya masalah yang dihadapi orang tua, sehingga perhatian terhadap anaknya menjadi berkurang dan menyebabkan komunikasi orang tua dan anak menjadi sedikit terhambat pula. Agar komunikasi senantiasa bebas dan terbuka, maka pandangan orang tua terhadap anak harus pula bertambah sesuai dengan perkembangan anak.6

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan membahasnya yang dituangkan dalam skripsi dengan judul:

“KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU ANAK

( Studi Kasus di SMP Islam AL-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan)”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, juga pertimbangan efektifitas dan efisiensi maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

b. Orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan dan perkembangan tingkah laku, watak, moral serta kematangan anak.

5 Maurice Balson, Bagaimana Menjadi Orang Tua Yang Baik, (Jakarta: Bumi Askara, 1996), cet. 2, h. 13-14


(18)

c. Mengingat pentingnya komunikasi yang efektif dan efisien antara orang tua dengan anak.

d. Anak adalah generasi muda yang merupakan harapan bangsa dan harus dipersiapkan dirinya dengan bekal ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang luhur.

e. Kurangnya waktu yang disediakan oleh orang tua untuk menjalin komunikasi yang efektif dan efisien kepada anak.

f. Perilaku siswa-siswa SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dalam kehidupan sehari-hari belum maksimal.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat terlalu luasnya masalah komunikasi antara orang tua dengan anak dan mengenai perilaku anak serta keterbatasan peneliti untuk membahas secara lengkap, maka penulis membatasi permasalahan ini pada:

a. Komunikasi yang penulis maksudkan adalah komunikasi yang bersifat antarpribadi yaitu komunikasi antara orang tua dengan anak yang dilakukan secara kontinyu (terus-menerus) dalam lingkungan keluarga. b. Perilaku yang dimaksud adalah gerak-gerik atau tindakan anak pada usia

remaja terhadap Sang Kholiq dan terhadap sesama manusia (guru, orang tua dan teman).

c. Adapun anak yang dimaksud Siswa-siswi Kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan tahun pelajaran 2006-2007, remaja yang berusia 13-15 tahun.

3. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana komunikasi antara orang tua dengan anak di SMP Islam

Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

b. Bagaimana perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap Sang Khalik maupun terhadap sesama manusia ?


(19)

c. Apakah terdapat pengaruh komunikasi antara orang tua dengan anak terhadap perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan gambaran mengenai komunikasi antara orang tua dengan anak dalam keluarga di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

b. Untuk memperoleh informasi tentang perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi antara orang tua dengan anak terhadap perilaku siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi orang tua tentang pentingnya komunikasi antara orang tua dengan anak dan pengaruhnya terhadap perilaku anak dan sebagai kontribusi atau sumbangan yang berarti bagi penulis, pendidik dan pengelola lembaga pendidikan dalam mengetahui komunikasi antara orang tua dengan anak dalam sebuah keluarga.

D. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, peneliti membagi dalam lima bab yang terdiri dari:

Bab I : PENDAHULUAN, Meliputi; Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan.


(20)

Bab II : KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS yang terdiri dari dua bagian, yang meliputi; Pertama, Pengertian Komunikasi Antara Orang tua dengan Anak, Fungsi Komunikasi, Syarat-syarat komunikasi yang Efektif Antara Orang Tua dengan Anak, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak. Kedua, Pengertian Perilaku Anak, Perkembangan Perilaku, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak.

Bab III : METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi; Waktu dan Lokasi Penelitian, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Variabel Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Bab IV : HASIL PENELITIAN yang terdiri dari tiga bagian: pertama,

Gambaran Umum Lokasi Penelitian; Sejarah Singkat Berdirinya, Visi Misi, Struktur Organisasi, Keadaan Guru dan Karyawan, Keadaan Sarana dan Prasarana. Kedua, Pengolahan data, Ketiga,

Analisis data dan Interpretasi data.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Konsep Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak

a. Pengertian Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak

Secara etimologi “kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris yang berasal dari kata latin communis yang berarti sama,

communico, communicatio, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common)”7

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, komunikasi adalah “hubungan” atau “perhubungan”.8 Sedangkan menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, komunikasi diartikan perhubungan, pengakraban, hubungan timbal balik antar sesame manusia.9 Jadi komunikasi adalah suatu hubungan timbal balik antar sesama dan terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan.

Secara terminologi “komunikasi” mempunyai berbagai arti yang bervariasi tergantung dari sudut mana istilah itu akan dijabarkan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi adalah “Pengiriman dan Penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat di pahami.10

Dalam kamus komunikasi diberikan pengertian bahwa komunikasi adalah “Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna

7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. 3, h. 41

8 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), Cet. 2, h. 18

9 Pius A. Partanto, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 587

10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. 1, h. 454


(22)

sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, himbauan, harapan dan tatap muka maupun tak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap dan perilaku”.11 Disamping itu, komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses pemindahan informasi (verbal/non verbal) dari satu pihak kepada pihak lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa perhatian, pengertian, penerimaan ataupun perilaku/tindakan.12

Sven Wahlroos, mengatakan komunikasi sebagai “semua perilaku membawa pesan yang diterima oleh orang lain. Perilaku itu bisa verbal atau non verbal.”13 Jadi menurutnya jika pesan yang diterima oleh orang lain, baik disengaja ataupun tidak maka sebenarnya juga telah terjadi komunikasi, tanpa adanya pesan yang diterima maka komunikasi tidak akan terjadi.

Adapun definisi komunikasi menurut pendapat lain yaitu suatu tingkahlaku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran dan perasaan-perasaan.14

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka komunikasi antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan kehangatan, kenyamanan, perhatian, kasih sayang, bimbingan, memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik, yang semua itu bertujuan agar

11 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1989), Cet. 1, h. 60

12 Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian, Keluarga dan Narkoba (Tinjauan Sosial dan Psikologis), (Jakarta: Penerbit Arcan, 1991), Cet. 3, h. 79

13 Sven Wahlroos, Komunikasi Keluarga, (Jakarta: Gunung Mulia, 1999), Cet. 2, h. 3-4 14 James G. Robbins, dkk., Komunikasi Yang Efektif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1986), Cet. 3, h. 1


(23)

terbentuknya perilaku yang baik pada anak baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

b. Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Hafied Cangara mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami terlebih dahulu tipe komunikasi, sebab hal itu dapat membedakan fungsi masing-masing diantaranya yaitu:

1. Tipe komunikasi dengan diri sendiri yang berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan.

2. Tipe komunikasi antar pribadi yang berfungsi untuk berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.

3. Tipe komunikasi public yang berfungsi untuk menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain,memberi informasi, mendidik dan menghibur.

4. Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.15

Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara orang tua dengan anak memiliki kontribusi yang luar biasa bagi keduanya, karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan efisien dan dilaksanakan secara terus-menerus dapat menciptakan keakraban, keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun lebih dapat mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun


(24)

psikisnya. Sebagaimana yang telah dikemukan oleh Hasan Basri, bahwasanya komunikasi berfungsi sebagai:

1. Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.

2. Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang disampaikan.

3. Sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga.

4. Menjadi barometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam sebuah keluarga.16

Bahkan Onong Uchjana Effendy pun berpendapat bahwa komunikasi berfungsi untuk: (1) Menginformasikan/to inform, (2) Mendidik/to educate, (3) Menghibur/to entertain, dan (4) Mempengaruhi/to influence.17

Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa uraian di atas bahwasanya komunikasi yang dianggap sebagai suatu kebutuhan yang sangat vital dalam kehidupan manusia memiliki beberapa fungsi seperti yang telah di uraikan di atas dari beberapa pendapat para ahli antara lain yaitu sebagai suatu sarana untuk mengungkapkan segala perasaan kasih sayang, perhatian serta dapat menambah keakraban dan keterbukaan antara orang tua dengan anak/keluarga.

c. Syarat-syarat Komunikasi Yang Efektif Antara Orang Tua

Dengan Anak

Pada hakikatnya, komunikasi yang bisa menguntungkan kedua pihak ialah komunikasi timbal-balik, yang kedua pihak tersebut terdapat spontanitas serta keterbukaan. Dalam komunikasi demikian, orang tua dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan jalan pikiran anak. Keterbukaan orang tua memungkinkan anak mengubah pendirian, mendengarkan ungkapan isi jiwa anak dan memahami anak. Ia juga dapat

16 Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), Cet. 3, h. 80

17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 55


(25)

menggunakan situasi komunikasi dengan anak untuk berkembang dan belajar. Dipihak anak, pikirannya akan berkembang, karena anak dapat mengungkapkan isi hati atau pikirannya, bisa memberi usul-usul dan pendapat berdasarkan penalarannya.18

Suatu cara yang paling tepat yang harus dilakukan oleh orang tua dalam berkomunikasi dengan anaknya yaitu menjadi pendengar yang baik, tidak perlu menyediakan jadwal khusus bagi mereka untuk dapat bertemu dan berkumpul dengan orang tuanya, karena jadwal tersebut hanya akan membatasi kebebasan anak dalam mengungkapkan perasaannya. Karena dengan menjadi pendengar yang baik hubungan orang tua dan anak kemungkinan besar akan menjadi baik.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh SC. Utami Munandar yang

dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya Pembinaan Anak Dalam

Keluarga, yaitu yang terpenting dalam hubungan orang tua dan anak bukanlah banyaknya waktu semata-mata yang diberikan pada anak, akan tetapi bagaimana waktu itu digunakan untuk membentuk hubungan yang serasi dan hangat serta sekaligus menunjang perkembangan mental dan kepribadian anak.19

Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Perkembangan Anak, bahwa ada beberapa ciri orang tua yang komunikatif antara lain, yaitu:

1. Melakukan berbagai hal untuk anak. 2. Bersifat cukup permisif dan luwes.

3. Adil dalam disiplin Menghargai individualitas anak.

4. Menciptakan suasana hangat, bukan suasana yang penuh ketakutan.

5. Memberi contoh yang baik.

6. Menjadi teman baik dan menemani anak dalam berbagai

kegiatan.

7. Bersikap baik untuk sebagian besar waktu. 8. Menunjukkan kasih sayang terhadap anak.

9. Menaruh simpati bila anak sedih atau mengalami kesulitan. 10.Berusaha membuat suasana rumah bahagia.

11.Memberi kemandirian yang sesuai dengan usia anak.20

18 Alex Sobur, Anak Masa …, h. 228-229 19 Alex Sobur, Pembinaan Anak …, h. 49


(26)

Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila komunikan (anak) dapat menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator (orang tua). Kenyataannya, sering kali gagal untuk saling memahami. Adapun sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara komunikan (anak) menangkap makna suatu pesan berbeda dari yang dimaksud oleh komunikator (orang tua), karena komunikator (orang tua) gagal dalam mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.

Oleh karena itu, menurut Jhonson (1981) sebagaimana dikutip oleh A. Supraptik bahwa terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai komunikasi yang efektif, yaitu:

1. Sebagai komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang disampaikan mudah dipahami.

2. Sebagai pengirim pesan (komunikator) harus memiliki kreadibilitas adalah kadar kepercayaan dan keterandalan pernyataan-pernyataan pengirim (komunikator) ketelinga penerima (komunikan).

3. Pengirim pesan (komunikator) harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri si penerima.21

Dalam hal ini terdapat tiga cara yang paling mendasar dalam membina keakraban dengan anak demi tercapainya komunikasi yang efektif, yaitu;

1. Orang tua harus mencintai anak tanpa pamrih dan sepenuh hati 2. Orang tua harus memahami sifat dan perkembangan anak dan mau

mendengarkan anak

3. Orang tua dapat berlaku kreatif dengan anak dan mampu

menciptakan suasana yang menyegarkan.22

21 A. Supraktiknya, Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, (jogjakarta: Kanisius, 1995), Cet. 1, h. 34


(27)

Kemudian ada pendapat lain yang mengatakan bahwa, untuk membina kelancaran berkomunikasi perlu diperhatikan hal-hal yang cukup mempengaruhi antara lain:

1. Mudah dimengerti, maksudnya setiap pesan atau informasi yang akan dismpaikan oleh komunikator (orang tua) kepada komunikan (anak) hendaknya mudah di terima agar komunikan sendiri mengerti, paham ataupun dapat menerima dengan jelas apa yang telah disampaikan oleh komunikator.

2. Tepat sasaran dan waktu, maksudnya dalam melakukan

komunikasi (interaksi) komunikator (orang tua) ataupun komunikan (anak) harus pintar memilih waktu-waktu dan tempat yang tepat, misalnya orang tua ketika akan memberikan nasehat ataupun memarahi anak hendaknya melihat situasi atau kondisi anak dalam keadaan yang memungkinkan orang tua melakukan hal tersebut atau tidak, sehingga anak pun tidak merasa kesal, terpaksa atau marah dalam menerima apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya begitupun sebaliknya antara anak kepada orang tuanya. 3. Saling percaya, maksudnya dalam sebuah hubungan khususnya

antara orang tua dengan anak hendaknya harus sama-sama saling menaruh kepercayaan lebih kepada kedua belah pihak, karena dengan adanya rasa saling percaya hubungan (komunikasi) antara orang tua dengan anak pasti akan tercipta menjadi lebih efektif dan efisien. Tentunya tidak terlepas dari arahan-arahan, pengawasan, bimbingan serta perhatian dari orang tua untuk anak-anaknya. 4. Mengetahui sikon, maksudnya komunikator (orang tua) harus

mengetahui waktu atau keadaan yang tepat untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan (anak).

5. Menggunakan kata-kata yang enak, maksudnya dalam

berkomunikasi (interaksi) komunikator harus menggunakan kata-kata yang enak kepada komunikan. Misalnya ketika orang tua hendak memberikan nasehat, memarahi ataupun yang lainnya


(28)

sebaiknya dengan menggunakan kata-kata yang enak, bukanlah dengan kata-kata (ucapan) yang dapat melukai hati, perasaan atau harga diri anak, karena akan berdampak pada anak merasa tidak nyaman atau segan berkomunikasi dengan orang tuanya sendiri begitupun sebaliknya antara anak dengan orang tuanya.23

Selain itu pun ada beberapa hal yang perlu direkomondasikan oleh seorang pendidik (orang tua) menurut Ibrahim Amini adalah:

“Memahami anak didik, Berbicaralah dengan bahasa yang mereka pahami, Jalinlah fondasi hubungan internal yang kukuh, Tunjukkan sikap positif terhadap anak baik lewat lisan atau perbuatan, Tunjukkan sikap respek kepadanya, Jangan membeberkan kekurangan-kekurangannya, Jangan langsung memvonis kesalahan mereka, Perlakukanlah mereka dengan penuh simpati dan cinta”.24 Haim G. Ginott sebagaimana dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya

Komunikasi Orang Tua-Anak, mengemukakan bahwa cara baru berkomunikasi dengan anak harus berdasarkan sikap ‘menghormati’ dan ‘keterampilan’. Hal ini mengandung dua arti yaitu, tegur-sapa tidak boleh melukai harga diri anak maupun orang tua dan orang tua terlebih dahulu harus menunjukkan sikap pengertian kepada anak, baru kemudian memberi nasehat.25

Jadi, komunikasi di dalam keluarga mempunyai peran yang sangat cukup menentukan pada kesejahteraan dan keharmonisan dalam keluarga. Komunikasi efektif sangat diperlukan oleh anggota keluarga, tidak efektifnya komunikasi atau tidak adanya komunikasi dapat memberikan dampak yang tidak diharapkan baik bagi orang tua maupun anak-anak. Oleh karena itu, agar komunikasi tetap berjalan secara efektif, yang paling utama orang tua harus memiliki keterampilan untuk mengkomunikasikan segala sesuatunya kepada anak, kemudian harus sama-sama memiliki rasa saling menghormati satu sama lainnya serta setiap pembicaraan perlu

23 Hasbullah Husin, Managemen Menurut Islamologi, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. 1, h. 164

24 Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. 1, h.253-254 25 Alex Sobur, Komunikasi Orang …, h. 10


(29)

mencari bahan pembicaraan yang menarik. Selain itu, meluangkan waktu bersama dan saling memahami dan mengerti keinginan kedua belah pihak pun pada hakikatnya merupakan syarat utama untuk menciptakan komunikasi antara orang tua dan anak. Karena dengan adanya waktu bersama dan sikap saling pengertian barulah keakraban dan keintiman bisa diciptakan diantara anggota keluarga dan bagaimanapun juga orang tua tidak akan bisa menjalin komunikasi dengan anak secara efektif jika mereka sendiri tak pernah bertemu ataupun bercakap-cakap bersama.

d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Antara

Orang Tua Dengan Anak

Suatu komunikasi yang pertama kali dilakukan oleh seorang anak adalah dengan orang tuanya, karena komunikasi itu terjadi sejak anak masih berada dalam kandungan hingga ia lahir sampai ia menginjak usia dewasa. Jadi, peran orang tua sangatlah penting dalam merangsang anak bercakap-cakap secara akrab. Melalui percakapan dengan anak, diharapkan orang tua dapat mengetahui apa yang dibutuhkan olehnya, bagaimana pendapat anak dan bagaimana pendapat keduanya dapat saling mengerti apa yang dimaksud. Percakapan seperti ini dapat dilakukan kapan saja, yang penting adalah adanya suasana kebersamaan yang menyenangkan di antara keduanya.26 Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat 23 yang berbunyi:


(30)

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. Al-Israa: 23)27

Maksud ayat di atas menunjukkan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan efektif baik antara orang tua dengan anak maupun sebaliknya, dimana dalam ayat ini terdapat suatu pesan untuk seorang anak agar komunikasi antara keduanya dapat terlaksana dengan baik yaitu anak hendaknya ketika berkomunikasi (interaksi) dengan orang tua khususnya dalam berkata-kata jangan sampai melukai hati kedua orang tua apalagi sampai mengucap kata “ah atau ih”, karena dalam ayat di atas menunjukkan dengan jelas sekali bahwa seorang anak diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dan dilarang sekali untuk mengucapkan kata-kata seperti itu, akan tetapi perlakukanlah dengan sebaik-baiknya serta berkatalah dengan ucapan yang mulia (baik/sopan). Keluarga adalah singgasana pertama dan paling utama bagi anak, di mana mereka pertama kali mengenal segala sesuatunya dan mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya. Dalam sebuah keluarga, orang tualah yang paling sering dan diharapkan mampu mengkomunikasikan nilai-nilai, sikap serta harapan-harapan keluarga itu pada orang lain. Dalam hal ini yang harus dilakukan orang tua yaitu melalui peraturan rumah tangga, reaksi atau respon orang tua terhadap putra-putrinya, nasehat-nasehat, dan perilaku orang tua sendiri yang dianggap sebagai model bagi putra-putrinya.

Untuk itu ada beberapa faktor penting yang menentukan jelas atau tidaknya informasi yang dikomunikasikan, antara lain:

1. Konsistensi, yaitu informasi yang dapat dipercaya dan relatif lebih jelas dibanding informasi yang selalu berubah.


(31)

2. Keterbukaan, yaitu keterbukaan untuk berdialog, membicarakan “isi” informasi, mempunyai arti yang sangat penting dalam mengarahkan perilaku komunikan sesuai yang dikehendaki.

3. Ketegasan, yaitu suatu ketegasan yang tebuka dengan contoh perilaku konsisten akan memperjelas nilai-nilai, sikap, dan harapan-harapan orang tua yang dikenakan pada anaknya. Ketegasan tidak selalu bersifat otoriter, tetapi ketegasan yang dilakukan orang tua kepada anak akan memberikan jaminan bahwa orang tua benar-benar mengharapkan anak berperilaku yang diharapkan orang tua.28

Masalah miss komunikasi yang biasa dihadapi oleh keluarga kebanyakan disebabkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua dengan pekerjaan-pekerjaan sosialnya dan kegiatan-kegiatan anak-anak ketika ia berada disekolah maupun diluar rumah, sehingga waktu mereka (orang tua-anak) untuk bersama-sama semakin berkurang. Akibatnya, komunikasi menjadi satu arah, dari orang tua ke anak tanpa adanya kesempatan bagi anak untuk mengutarakan segala permasalahannya, atau dari anak kepada orang tua dalam keadaan yang sama.

Oleh karena itu, dalam hal ini orang tua harus pintar-pintar membagi waktunya untuk tetap menjaga atau menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten (terus-menerus) dengan terus memperhatikan dan mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan oleh anak agar mereka merasa selalu tetap mendapatkan perhatian, kasih sayang dan bimbingan meskipun pada kenyataannya mereka sadar jika orang tuanya itu memiliki lebih banyak kesibukannya diluar rumah.

2. Konsep Perilaku Anak

a. Pengertian Perilaku Anak


(32)

Dalam bahasa Inggris kata “perilaku” disebut dengan “behavior” yang artinya kelakuan, tindak-tanduk, jalan.29 Perilaku juga terdiri dari dua kata

peri dan laku, Peri artinya sekeliling, dekat, melingkupi, 30 sedangkan laku artinya tingkah laku, perbuatan dan tindak-tanduk.31

Secara etimologis perilaku artinya setiap tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat.32 Sedangkan secara terminologis perilaku artinya apa yang dilakukan seseorang.33 Jadi, perilaku adalah tindakan/kelakuan seseorang atau hewan dalam lingkungan sekelilingnya.

Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa: “Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Perilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar.”34

Dari beberapa uraian diatas tentang pengertian perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku manusia yang bersifat kongkrit atau nyata baik secara reflek maupun secara sadar, baik jasmaniah ataupun rohaniah. Sebagai contoh, ketika ia menemukan temannya sedang berkelahi di sekolah maka ia akan segera berperilaku atau bertindak dengan memisahkannya dan memberitahukan kepada seorang guru.

Tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului situasi tersebut. Dalam hal ini, para ahli Psikologi membedakan tingkah laku menjadi dua macam yaitu tingkah laku intelektualitas dan tingkah laku mekanistis atau refleksi.

1. Tingkah laku Intelektualitas atau tinggi, yaitu sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri-ciri utamanya adalah berusaha mencapai

29 John M. Echol, et al., Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), Cet. 13, h. 80

30 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1996), Cet. 5, h. 91

31 Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo), h. 384 32 Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Tonis, 1982), Cet. 1, h. 9

33 Mar’at, Sikap Manusia Terhadap Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), Cet. 1, h. 9

34 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 5


(33)

tujuan misalnya ketika anak selalu bersikap acuh tak acuh kepada orang lain atau orang tuanya, padahal apa yang telah ia lakukan itu mempunyai maksud tertentu yaitu ingin memperoleh perhatian lebih dari kedua orang tuanya atau orang-orang terdekatnya.

2. Tingkah laku mekanistis atau refleksi, yaitu respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap. Seperti kedipan mata sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti menggerakkan kedua tangan dan kaki secara terus menerus tanpa aturan.35

Perilaku biasanya diasumsikan timbul dari sikap, tetapi bagaimanakah konsistensi kedua hal tersebut satu sama lain. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu diketahui pengertian sikap itu sendiri. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari seseorang dalam kehidupannya.

M. Alisuf Sabri, dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa “sikap (attitude) diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh”.36 Sumber lain menyatakan bahwa sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.37

Oleh karena itu, sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu, artinya tidak ada sikap tanpa objek. Hal ini sejalan dengan pengertian sikap yang dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono bahwa sikap adalah “kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”.38

35 Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h. 274

36 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Jaya, 1995), Cet. 1, h. 83 37 R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), Cet. 2, h. 41

38 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 94


(34)

Dengan demikian jelaslah bahwa sikap itu tumbuh dan berkembang seperti halnya pola-pola perilaku jiwa dan emosi yang lain berdasarkan reaksi individu terhadap situasi yang dialami di rumah, sekolah dan masyarakat luas atau objek tertentu. Dan keadaan serupa ini berjalan menurut pola-pola tingkah laku yang khas yang berhubungan erat dengan reaksi emosional yang bersangkutan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kualitas sikap dari segi intensitasnya berbeda-beda. Karena sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku (berperilaku).

b. Perkembangan Perilaku

Perkembangan pribadi manusia menurut Ilmu Psikologi berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak terjadinya pertemuan sperma dan sel telur (konsepsi) sampai mati, individu senantiasa mengalami perubahan-perubahan atau pertumbuhan.39

Perkembangan yang dimaksud adalah suatu proses tertentu secara terus menerus dan proses yang menuju kedepan dan tidak dapat begitu saja dapat diulang kembali, atau secara umum diartikan sebagai serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin-menjalin, dan terarah kepada kematangan dan kedewasaan. Adapun perkembangan perilaku yang dimaksud di sini yaitu perkembangan perilaku anak pada usia remaja awal yang berkisar (antara usia 13-15 tahun).

Masa remaja adalah masa kritis dalam perkembangan individu; karena pada masa ini, individu (remaja) banyak mengalami konflik yang berasal dari dirinya dan lingkungannya. Konflik tersebut timbul karena perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik yang sudah mulai menunjukkan dewasa. Dan masa remaja pun merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak yang salah satunya yang ditandai oleh ketergantungan total kepada orang tua atau orang dewasa lainnya. Remaja belum merupakan individu yang


(35)

mandiri benar, remaja masih memerlukan orang tua atau orang dewasa lainnya untuk membimbing dan mengarahkan mereka.

Dan pada usia ini akan timbul kebutuhan yang kuat untuk dapat berkomunikasi, mereka tampak selalu ingin tahu, ingin mempunyai banyak teman dan sebagainya. Karena keluarga merupakan lingkungan yang terdekat maka mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, keluarga terutama orang tua atau orang dewasa lain diharapkan bisa menjadi figur atau pribadi yang dapat memberikan arah, memantau, mengawasi dan membimbing mereka dalam menghadapi permasalahannya.40 Dalam hal ini orang tua yang mereka (remaja) anggap sebagai orang yang lebih dewasa dan benar-benar yang sangat mereka butuhkan, maka harus bisa menjalin komunikasi yang efektif dan efisien. Pada masa remaja awal ini, mereka banyak mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat mempengaruhi perilakunya. Masa ini pula yang diistilahkan oleh M. Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Perkembangan dengan masa negatif yang diekspresikan sebagai berikut:

1. Negatif dalam prestasi, baik jasmani maupun prestasi mental 2. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari

masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.41

Dapat pula dikatakan bahwa pada masa remaja adalah suatu masa transisi (peralihan) yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa remaja awal. Ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala sesuatunya yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru sebagai pengganti dari sikap yang ditinggalkannya. Akibat sifat peralihan ini remaja bersikap

Ambivalensi, disatu pihak ingin diperlakukan seperti orang dewasa, di lain pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak. Oleh karena itu pada masa perkembangan perilaku anak ini

40 Irwanto, penyunting Danny I Yatim, Kepribadian, Keluarga ..., h. 80 41 M. Alisuf Sabri, Psikologi …, h. 159


(36)

diperlukan sekali suatu komunikasi yang intensif dan efektif antara orang tua-anak dengan adanya keterbukaan, keakraban dan perhatian orang tua terhadap anaknya, begitupun sebaliknya antara anak dengan orang tuanya.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak

Pembentukan perilaku tidak akan terjadi dengan sendirinya meskipun perilaku itu dibawa sejak lahir, tetapi perilaku dalam diri seseorang dapat terbentuk melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi manusia dengan obyek-obyek tertentu secara berulang-ulang dan perilaku pada setiap diri seseorang pasti ada yang mempengaruhi baik itu yang berasal dari dalam dirinya (intern) ataupun yang berasal dari luar dirinya (ekstern).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang menurut P. Sondang Siagian adalah sebagai berikut:42

1. Faktor Genetik adalah faktor keturunan atau unsur bawaan ialah proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir yang merupakan warisan dari orang tuanya, berupa ciri-ciri atau sifat secara fisik, serta kemampuan berupa bakat, sifat pemarah atau penyabar dan lain-lain sebagainya. Yang kesemuanya itu merupakan potensi dasar atau faktor bawaan yang akan mempengaruhi proses perkembangan anak.

2. Faktor Lingkungan adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya sebagai tempat bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai tempat untuk menemukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam berperilaku.

Sedangkan menurut Yedi Kurniawan dalam bukunya Pendidikan Anak SejakDini Hingga Masa Depan mengatakan bahwa: ”Pada dasarnya setiap

42 P. Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: Gunung agung, 1985), Cet. 3, h. 54-57


(37)

individu berperilaku dimotivasi oleh dua kebutuhan yang saling berkaitan, yaitu: Kebutuhan untuk diterima oleh kelompok atau orang lain di sekitarnya dan Kebutuhan menghindari diri dari penolakan atau orang lain di sekitarnya”.

Oleh karena itu, dalam memenuhi segala kebutuhan perilaku yaitu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:

1. Faktor pembawaan dan kelahiran yang cenderung memberi corak dan perilaku tertentu pada yang bersangkutan.

2. Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan dalam menghiasi perilaku anak.

3. Faktor pengalaman dalam masyarakat sekitar, karena watak manusia sangat dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan dan norma-norma sosial, kebudayaan, konsep-konsep, gaya hidup, bahasa dan keyakinan yang dipeluk oleh masyarakat.43

Manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi manusia adalah makhluk yang dinamis selalu mengalami perubahan-perubahan yang mana perubahan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang berasal dari lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).

Adapun faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1). Lingkungan Keluarga

Peran keluarga dalam pembentukan dan perkembangan perilaku anak sangat dominan, terkait dengan upaya orang tua dalam menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten (terus-menerus) dengan memberikan perhatian, kasih sayang, bimbingan, arahan serta teladan yang baik dalam berperilaku. Prosesnya berlangsung pada masa pra dan pasca lahir.

Kasih sayang dan pengertian pentingnya menjalin komunikasi dari orang tua kepada anak sangat meninggalkan bekas positif dalam perkembangan anak. Didikan orang tua pada masa kecilnya adalah cermin

43 Yedi Kurniawan, (ed), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Tinjauan Islam dan Permasalahannya), (Jakarta: CV. Firdaus, 1992), h. 18


(38)

potretnya di masa mendatang. Pelaksanaan komunikasi yang efektif dan efisien di dalam keluarga meliputi perhatian, keterbukaan, keakraban, serta keteladanan orang tua dalam berperilaku dengan melatih dan membiasakan anak untuk bertingkah laku yang baik sesuai dengan perkembangannya.

Menurut pendapat para ahli bahwa perilaku sesorang banyak dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga di mana ia bernaung. Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan sang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka perilaku sesorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egois dan memiliki rasa simpatik. Sebaliknya jika seseorang yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. sebaliknya kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang anti pati.

Oleh karena itu peran orang tua penting sekali di mana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau menganjurkan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara terus-menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis. 2). Lingkungan Sekolah

Di mana lingkungan sekolah ini juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan.


(39)

Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal dalam hal ini adalah sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan perilaku sosial yang baik sehingga dari lembaga pendidikan lahir para generasi penerus yang tidak hanya memiliki segudang ilmu pengetahuan tetapi juga diringi dengan memiliki sikap atau tindakan (perilaku) yang menjadi harapan orang tua, guru dan masyarakat disekitarnya.

3). Lingkungan Masyarakat

Dalam hal ini, lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik, dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua atau guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan perilaku anak.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang/anak ialah dapat dipengaruhi dari faktor pembawaan (hereditas) dan lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat). Jadi jelaslah perkembangan dan pembentukan perilaku anak itu bisa dipengaruhi dari faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri (intern) ataupun dari luar dirinya (ekstern) seperti beberapa faktor yang telah diuraikan di atas, dimana beberapa faktor di atas menjadi satu-kesatuan yang harus adanya keseimbangan antara satu sama lainnya.


(40)

Komunikasi antara orang tua dengan anak yang penulis maksud adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan berpikir dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya yang dilakukan orang tua kepada anaknya secara lansung untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi antar pribadi yang dilakukan secara tatap muka yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku anak (komunikan)

Pada hakikatnya komunikasi merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan sosial antar manusia. Sebagian besar waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Oleh karena itu, dalam lingkungan keluarga komunikasi antara orang tua dengan anak memiliki peran yang sangat penting dalam membina dan membimbing serta memberikan contoh yang baik dalam perkembangan dan pembentukan perilaku anak yang semua itu dipengaruhi oleh pola atau bentuk komunikasi yang orang tua ciptakan dalam keluarga. Itu berarti, hanya dengan komunikasi cara yang efektif dan efisien untuk pembentukan dan perkembangan perilaku anak menjadi lebih baik. Karena ada beberapa hal yang bisa dicapai melalui komunikasi, yaitu: terciptanya keterbukaan, perhatian yang lebih, pengertian antara satu sama lainnya, rasa penerimaan dan sebagainya. Dengan demikian, secara umum komunikasi dapat dikatakan gagal jika apa yang ingin dituju atau dicapai dengan adanya komunikasi tersebut tidak tercapai.

Sedangkan perilaku setiap individu pasti ada yang mempengaruhinya, baik itu yang berasal dari dalam dirinya sendiri (intern) maupun yang berasal dari luar diri seseorang itu sendiri (ekstern). Komunikator (orang tua) yang selalu memberikan kehangatan, kenyamanan, bimbingan, perhatian serta menjadi teladan yang baik bagi komunikan (anak) dengan berusaha selalu menjalin atau menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten


(41)

(terus-menerus) maka hal ini sedikitnya akan memberikan pengaruh positif pada perilaku anaknya. Tentunya ia akan memiliki perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan yang menjadi harapan kedua orang tua dan semua orang, sehingga terbentuk generasi muda yang bukan hanya berbakat tetapi juga memiliki perilaku yang baik dan sehat.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara atau dengan kata lain pendapat seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya dalam pengalaman. Hipotesa dibagi menjadi dua yaitu hipotesa alternatif dengan diberikan simbol (Ha) dan hipotesa nihil (Ho). Adapun hipotesa alternatif dan hipotesa nol (nihil) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha (Hipotesa Alternatif) : Terdapat korelasi (pengaruh) positif yang signifikan antara komunikasi orang tua dengan perilaku anak

Ho (Hipotesa Nihil) : Tidak terdapat korelasi (pengaruh) yang signifikan antara komunikasi orang tua dengan perilaku anak


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Azhar 2, yang bertempat di jalan siaga raya Pejaten Barat Pasar Minggu-Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan terhitung dari bulan September-November 2007.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian sering juga disebut sebagai metodologi penelitian. Sedangkan maksud dari kata metodologi itu sendiri adalah “cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya, dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu.44 Dalam pengumpulan data-data untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan kepustakaan. Adapun dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah: “keseluruhan objek penelitian”.45 Sedangkan menurut S. Margono, populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya.46 Jadi populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian yang dari padanya terkandung informasi yang diketahui.

44 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodolgi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1999), Cet. 2, h. 10

45 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm. 108

46 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. 5, hlm. 118


(43)

Jumlah siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan adalah berjumlah 151 siswa yang terdiri dari kelas A,B,C dan D. Sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa jika objek penelitian yang dipilih lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10-15 atau 20-25% atau lebih.47

Maka dalam penelitian ini cara yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu dengan Random Sampling yaitu secara acak untuk memudahkan perolehan dan pelaksanaan data yang diambil dari lokasi penelitian. Dan dalam penelitian ini penulis hanya mengambil sampel 25 % dari dua kelas yaitu kelas VIII A dan VIII C dengan jumlah 40 orang, yang diambil dari setiap kelasnya sebanyak 20 siswa kelas VIII A dan 20 siswa kelas VIII C.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research) yaitu, mengumpulkan data dengan cara langsung ke lapangan dengan melakukan observasi dan penyebaran angket dan interview (wawancara).

a. Obsevasi, yaitu suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengmati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.48 Dalam hal ini penulis mengamati langsung untuk mengetahui objek-objek penelitian secara langsung di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten. b. Interview (wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih betatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.49 Adapun pihak yang diwawancarai ialah guru BK untuk mengetahui lebih jelas komunikasi antara orang tua dengan anak dalam

47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 112 48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, Cet. 4, h. 120 49 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 83


(44)

keluarga dan perilaku keberagamaan siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan.

c. Angket, yaitu suatu daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang diteliti untuk diisi oleh responden, yang diberikan kepada siswa-siswi kelas VIII A dan C SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dan angket juga akan dibagikan kepada orang tua siswa.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Komunikasi orang tua dengan anak sebagai variabel independent

(bebas), yaitu masukan yang memberi pengaruh tehadap perilaku anak variabel yang disimbolkan dengan huruf (X). orang tua sebagai pendidik yang paling utama selalu menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien dengan keluarga khususnya anak atas kesadarannya sendiri. Selain itu, mereka pun (orang tua) harus sadar bahwa komunikasi itu merupakan suatu bentuk kebutuhan setiap individu sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya

2. Perilaku anak sebagai varibel dependent (terikat), yaitu hasil dari hubungan independent yang disimbolkan dengan huruf (Y). maka, perilaku anak dalam penelitian ini menjadi salah satu dampak yang terjadi setelah orang tua menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien secara konsisten (terus-menerus). Dalam penelitian ini perilaku anak diartikan sebagai sikap atau tindakan/perbuatan baik terhadap Sang Kholik maupun terhadap sesama manusia (orang tua, guru, dan teman).

Tabel., 1

Matrik Variabel dan Kisi-kisi Pertanyaan Angket N

O

Variabel Indikator No

Item

Jumlah

1 Komunikasi orang tua dengan

a.Keakraban


(45)

anak sebagai variabel (X)

berkomunikasi

• Orang tua menyediakan waktu khusus untuk berlibur bersama anak dan keluarga

• Orang tua meluangkan waktu untuk santai bersama anak dan keluarga

• Orang tua menyediakan waktu untuk makan bersama anak dan keluarga

• Orang tua memberikan pujian, belaian, ciuman atau bentuk kasih sayang lainnya kepada anak

• Orang tua berusaha menciptakan

kehangatan dan kenyamanan kepada anak dan keluarga di rumah

• Orang tua selalu menjadi teladan/contoh yang baik bagi anak-anaknya di rumah

b.Keterbukaan

• Orang tua menanyakan segala

permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak

• Orang tua merespon/menanggapi dengan baik jika anak sedang menceritakan permasalahannya

• Orang membicarakan masalah yang

sedang terjadi dalam keluarga kepada anak dan keluatga

• Orang tua memberi teguran/nasehat, ketika anak berkata kurang baik terhadap siapa saja

• Orang tua selalu mencari kesepahaman apabila terjadi perbedaan pendapat dengan

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

7


(46)

anak

• Orang tua menjadi teman curhat yang menyenangkan bagi anak dan keluarga di rumah

c.perhatian

• Orang tua memberikan contoh/teladan yang baik kepada anak dalam berperilaku

• Orang tua selalu memperhatikan dan memberi arahan pada

perubahan-perubahan yang terjadi pada perilaku anak

• Orang tua selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik kepada anak di rumah

• Orang tua menegur/menasehati ketika anak bermalas-malasan dalam

melaksanakan shalat lima waktu

• Orang tua selalu memberikan penghargaan (pujian, ucapan selamat atau motivasi), jika anak berperilaku baik terhadap siapa pun

• Orang tua membiarkan ketika melihat anak-anak bertengkar dengan saudara kandungnya di rumah

• Orang tua selalu mementingkan/sibuk dengan pekerjaannya sendiri di luar rumah dari pada mengurus anak dan keluarga di rumah

13

14

15

16

17

18

19

20

7

2 Perilaku keberagamaan anak sebagai

1.Sikap anak terhadap Sang Kholik • Anda selalu melaksanakan shalat diawal


(47)

variabel (Y) • Anda merasa terpaksa dalam melaksanakan shalat

• Anda bergegas berangkat ke masjid ketika adzan berkumandang

• Anda berusaha bersabar dan ikhlas ketika diberikan cobaan/ujian dari Allah SWT

• Anda membaca “Bismillah”/doa ketika hendak melakukan hal kebaikan

• Anda berdoa dan berzikir setelah melaksanakan ibadah shalat

2.Sikap anak terhadap sesama manusia, terdiri dari:

a. Terhadap orang tua

• Anda melaksanakan dengan senang hati ketika bapak/ibu memerintah saya

• Anda meminta izin dan mencium tangan kedua orang tua ketika hendak berpergian

• Anda berkata kurang baik kepada bapak/ibu, ketika anda sedang kesal

• Anda merasa kesal apabila bapak/ibu sibuk dengan pekerjaannya sendiri hingga berkurang perhatiannya

• Anda menerima dengan ikhlas ketika orang tua anda sedang memberikan nasehat

b. Terhadap guru

• Ketika anda berpapasan/bertemu dengan guru, anda memberi salam kepadanya

• Anda tepat pada waktunya datang ke sekolah

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

6

5


(48)

• Anda tertidur atau bercanda ketika guru sedang menerangkan pelajaran

• Anda merespon dengan baik ketika guru memberi teguran

• Anda mendapat teguran dari guru BP ketika melakukan kesalahan

c. Terhadap teman

• Anda menolong teman yang sedang tertimpa musibah

• Anda selalu meminta maaf kepada teman saya ketika melakukan kesalahan

• Anda menegur teman yang berperilaku kurang baik

• Anda mengajak teman untuk shalat berjama’ah di sekolah bersama guru

34

35

36

37

38

39

40

4

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, untuk teknik pengukuran dari angket ini menggunakan kuesioner dengan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaannya. Adapun setiap jawaban mempunyai point tersendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberi skor pada setiap jawaban yaitu sebagai berikut:

Tabel., 2

Skor Pertanyaan dari setiap pertanyaan

Pernyataan (+) (-)

Selalu Sering Kadang-kadang

Tidak pernah

4 3 2 1

1 2 3 4


(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Hari/Tanggal :

Tempat :

Waktu :

Yang diwawancarai :

Jabatan :

Yang mewawancarai :

PERTANYAAN

1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

2. Bagaimana sarana dan prasarana di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

3. Berapa jumlah guru dan karyawan yang ada sekarang di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan?

4. Berapa jumlah siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan yang ada sekarang (2006-2007)?

5. Sudah berapa lama bapak/ibu menjabat sebagai kepala sekolah dan bagaimana penilaian bapak terhadap perilaku siswa selama berada lingkungan sekolah?

6. Menurut bapak/ibu, apakah ada pengaruh antara komunikasi orang tua terhadap perilaku positif anak?


(2)

HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa, 30 September 2007 Tempat : Ruang PSB

Waktu : 08.30 – 09.00 Yang diwawancarai : Siti Masyitoh, S.Pd Jabatan : Guru BP Yang mewawancarai : Hilmi Mufidah

Pertanyaan

1. Sudah berapa lama bapak/ibu menjabat sebagai guru BP dan bagaimana menurut penilaian ibu dengan perilaku siswa selama berada lingkungan sekolah?

Jawaban

Saya mengajar kurang lebih sudah 4 tahun di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan, kemudian untuk masalah penilaian saya mengenai perilaku siswa-siswi selama berada di sekolah. Pada dasarnya mereka itu adalah anak-anak yang baik akan tetapi mereka termasuk anak-anak yang manja/kurang mandiri, masih harus selalu diingatkan misalnya mengenai masalah jadwal les, remedial dll, karena mereka itu sebagian besar berasal dari kalangan keluarga menengah ke atas, mungkin yang masih menjadi masalah pada perilaku mereka di sekolah yaitu masalah ketertiban dalam memakai jilbab yng juga masih perlu diingatkan kembali sama seperti sekolah-sekolah yang lain, jika terjadi perkelahian menurut saya yang menjadi penyebabnya adalah terjadi kesalahpahaman terutama pada siswa-siswi kelas 1 dan itu pun biasa terjadi di bulan-bulan pertama 1,2 atau sampai 3 bulan saja karena memang mereka berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda-beda jadi masih perlu beradaptasi antar sesamanya, sedangkan masalah perilaku siswa-siswi kepada guru, menurut saya pribadi mereka masih menghormati kami sebagai guru, meskipun itu ada siswa yang tidak atau kurang hormat kepada guru itu penyebabnya adalah


(3)

kesalahpahaman dan kesenjangan usia yang terjadi antara guru dengan siswa atau dapat dikatakan dua generasi yang masih belum terjembatani akan tetapi perbandingannya kecil dengan siswa yang menghormati guru. Untuk masalah perilaku siswa yang lainnya menurut saya sebagai guru BP di sekolah ini sudah cukup baik.

Pertanyaan

2. Menurut bapak/ibu, faktor apa saja yang mempengaruhi kurang intensifnya komunikasi antara orang tua dengan anak?

Jawaban

Dalam masalah faktor apa saja yang mempengaruhi kurang intensifnya komunikasi antara orang tua dengan anak, menurut saya khususnya di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan, karena mengingat rata-rata para orang tua di Al-Azhar 2 ini ialah berasal dari kalangan menengah ke atas dan sebagian besar orang tuanya mempunyai pekerjaan di luar rumah baik itu sebagai pengusaha, pejabat, karyawan ataupun yang lainnya, sehingga waktu untuk bersama-sama keluarga terkadang menjadi berkurang, biasanya di minggu-minggu efektif mereka kurang waktu untuk bertemu, hanya pada hari sabtu jam 3 setelah pulang sekolah karena di Al-Azhar hari sabtu anak-anak belum libur sekolah. Jadi waktu untuk berkumpul bersama hanya setengah hari sabtu dan minggu saja, itupun bagi orang tua yang libur pada hari itu. Kurang intensifnya jika jadwal bertemunya ketika anak berangkat ke sekolah mereka yang mengantar, atau ketika anak pulang sekolah mereka belum pulang atau ketika pagi-pagi anak akan berangkat ke sekolah mereka belum bangun atau sudah berangkat lebih awal. Jadi pada intinya faktor yang mempengaruhi kurang intensifnya komunikasi antara orang tua dengan anak di SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan ini adalah dalam masalah waktu yang tesedia.

Pertanyaan

3. Menurut bapak/ibu, apakah ada pengaruh antara komunikasi orang tua terhadap perilaku positif anak?


(4)

Jawaban

Selama ini menurut pandangan saya pribadi komunikasi orang tua sangat-sangat akan mempengaruhi perilaku positif siswa, walaupun kita bisa menggunakan bahasa secara tertulis misalnya orang tua meninggalkan pesan, contohnya “nak, kamu jangan seperti itu berkelahi atau yang lainnya”, kalau orang tua yang langsung berbicara itu biasanya akan lebih terdengar atau didengar oleh anak dan akan lebih diingat. Artinya orang tua disini benar-benar berbicara kepada anak tersebut bukan hanya berbicara lewat kertas saja. Berbicara (komunikasi) dengan timbal balik akan lebih efektif karean ketika orag tua berbicara, anak lebih bisa menjawab dalam arti bukan membantah akan tetapi mendiskusikan sehingga akan lebih mempengaruhi perilaku mereka (anak). Dengan demikian, orang tua disini harus bisa mengenal atau mengerti apakah anaknya berpontensi untuk berkomunikasi lewat telfon saja atau secara langsung, akan tetapi lebih baik di gunakan kedua-duanya.

Pertanyaan

5. Menurut pandangan ibu, apakah orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten ini sudah semaksimal mungkin membimbing dan mengarahkan nak untuk berperilaku positif?

Jawaban

Menurut saya pribadi sebagai guru BP di sekolah ini, setiap orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan sebagian besar insya Allah sudah melakukan semaksimal mungkin yang terbaik untuk anak-anaknya, dan kalaupun ada mungkin hanya beberapa yang mempercayakan sepenuhnya anak dewasa dengan sendirinya atau sepenuhnya pada sekolah atau. Memang komunikasi bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak seperti lewat pesan tertulis tetapi ada juga orang tua yang lebih melakukan komunikasi dengan anaknya secara lisan/langsung. Padahal dalam masalah ini seharusnya orang tua harus mengerti kondisi anak-anaknya lebih bisa


(5)

berkomunikasi secara langsung atau tidak, akan tetapi sebaiknya untuk lebih efektif orang tua harus bisa lebih menggunakan keduanya.

Pertanyaan

6. Mengingat kondisi yang seperti ini yaitu sebagian besar orang tua siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar 2 Pejaten Jakarta Selatan dari kalangan menengah ke atas dan kebanyakan orang tua murid memiliki kesibukan di luar rumah, bagaimana cara yang terbaik menurut ibu pribadi sebagai guru BP untuk mengatasinya/solusinya?

Jawaban

Dalam masalah ini, adalah suatu keuntungan bagi Al-Azhar karena kebetulan di lembaga ini menyediakan fasilitas telefon yang fungsinya yaitu untuk melakukan konfirmasi dengan orang tua siswa-siswi yang bermasalah di sekolah atau datang ke rumah-rumah (Home Visit) untuk bertemu langsung dengan orang tua yang semua itu sudah mendapat tunjangan (di biayai) dari pihak sekolah. Jika ini di bilang suatu keuntungan bagi Al-Azhar, karena dengan adanya fasilitas tersebut akan memudahkan bagi guru-guru khususnya saya sebagai guru-guru BP, dan biasanya sebagian orang tua akan selalu memenuhi panggilan dari sekolah, kalau pun ada mungkin hanya sebagian saja dari orang tua siswa-siswi yang kurang respek sehingga untuk datang ke sekolah hanya sekali atau dua kali saja. Jadi pada intinya, cara atau solusi yang terbaik dari pihak sekolah dengan menyediakan fasilitas telefon dengan tujuan untuk mempermudah melakukan konfirmasi antara pihak sekolah dengan orang tua siswa, karena memang yang biasanya digunakan di Al-Azhar ialah fasilitas telefon.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dengan Anak Tunagrahita (Studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB C Merpati)

0 11 117

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELAS V SD NGERUKEMAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 4 76

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 5 12

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja.

0 2 16

PERILAKU SEKS PRANIKAH DITINJAU DARI MINAT TERHADAP MEDIA PORNOGRAFI DAN KOMUNIKASI ANTARA Perilaku Seks Pranikah Ditinjau dari Minat Terhadap Media Pornogrfi dan Komunikasi Antara Anak dengan Orang Tua.

0 1 14

PENDAHULUAN Perilaku Seks Pranikah Ditinjau dari Minat Terhadap Media Pornogrfi dan Komunikasi Antara Anak dengan Orang Tua.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Perilaku Seks Pranikah Ditinjau dari Minat Terhadap Media Pornogrfi dan Komunikasi Antara Anak dengan Orang Tua.

0 2 4

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya ).

0 1 76

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK AUTIS KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Antara Orang Tua dengan Anak Autis di Surabaya )

0 0 15