Analisis ekonomi sektor informal di Kota Tangerang : Strategi bertahan hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA
TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN MIGRAN

NURJANNAH YUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
NURJANNAH YUSUF. Analisis Ekonomi Sektor Informal di Kota Tangerang :
Strategi Bertahan Hidup dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan Migran. Dibimbing oleh ISANG GONARSYAH, dan ERNAN
RUSTIADI.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa luasnya lapangan kerja di sektor
informal merupakan faktor penting dalam proses migrasi di kota. Mengkaji
tingkat kesejahteraan migran di sektor informal dengan menelaah perilaku migran
pelaku ekonomi informal dalam mengupayakan kehidupannya di kota. Tahap
awal merupakan periode paling kritis. Strategi yang digunakan adalah pemenuhan

kebutuhan dasar. Selanjutnya adalah strategi peningkatan pendapatan. Analisis
regresi berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempe ngaruhi
tingkat pendapatan migran di sektor informal, dan uji Duncan digunakan untuk
mengkaji hubungan antara status pekerjaan dengan pendapatan.
Responden pelaku ekonomi sektor informal adalah pemulung, lapak,
pedagang kakilima makanan dan pedagang kakilima pakaian. Jika dibandingkan
upah nominal rata -rata per bulan buruh di Jabotabek tahun 2002 yaitu sebesar Rp.
983.600,00, maka pendapatan rata -rata migran sektor informal lebih baik yaitu
sebesar Rp. 1.631.176,00 per bulan. Jika mengacu pada rata-rata biaya hidup di
Jabotabek (Republika, 2003) adalah Rp. 400.000,00 per bulan, maka profesi
pemulung yang paling rendah rata -rata pendapatannya, yaitu Rp. 444.000,00 per
bulan masih tergolong mampu hidup di kota. Hal ini menunjukkan bahwa
ekonomi sektor informal tidak dapat diabaikan dalam perekonomian perkotaaan.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa dalam tesis saya yang berjudul

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG
: STRATEGI BERTAHAN HIDUP dan FAKTOR-FAKTOR yang
MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 5 Agustus 2005

NURJANNAH YUSUF
Nrp. P 15500026

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA
TANGERANG : STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN MIGRAN

NURJANNAH YUSUF

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains
Pada
Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis Dilahirkan di Makassar pada tanggal 22 Juli 1967 dari ayah Muh.
Yusuf, BA dan Aisyah Saleh. Penulis merupakan anak ke lima dari delapan
bersaudara.
Tahun 1986 penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2000,
penulis diterima di Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan.
Penulis bekerja sebagai dosen pada Universitas Muslim Indonesia
Makassar dari tahun 1992 sampai tahun 1995. Penulis menikah tahun 1995,
pindah ke Tangerang mengikuti suami, dan bekerja sebagai wiraswasta sampai

sekarang.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2002 ini
adalah sektor informal, dengan judul Analisis Strategi Bertahan Hidup dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Migran Sektor Informal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. DR. Ir. Isang
Gonarsyah, Ph.D dan Bapak DR.Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku pembimbing,
yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis
ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Siti Nurhayati
Yusuf, atas bantuan dan dorongan moral dan material sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Ungkapan terimah kasih juga disampaikan
kepada sahabatku Fatimah Zami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan. Dengan
segala keterbatasan yang ada, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2006


Nurjannah Yusuf

DAFTAR ISI

I.

II.

DAFTAR TABEL ................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

vi


PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................

5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................

9

1.3.1.

Tujuan Penelitian....................................................... ...


1.3.2.

Kegunaan Penelitian......................................................

TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

9

10
14

3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................

14

3.2. Metode Penelitian........................................................................

19


3.2.1.

Wilayah Penelitian.........................................................

19

3.2.2.

Model Analisis ...............................................................

20

3.2.3.

Pengumpulan Data .........................................................

25

3.2.4.


Pengujian Hipotesis........................................................

26

3.2.5.

Jenis Peubah dan Pengukuran ........................................

27

IV. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA TANGERANG

29

4.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang.....................................

29

4.2. Penduduk Angkatan Kerja ...........................................................


29

4.3. Struktur Perekonomian.................................................................

36

4.4. Struktur Ketenagakerjaan.............................................................

37

4.5. Hubungan Antara Struktur Perekonomian dan Struktur
Ketenagakerjaan...........................................................................

38

4.6. Migrasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Kota Tangerang.............................................................

46


4.7. Kesempatan Kerja di Sektor Informal ........................................

50

4.8. Ekonomi Sektor Informal ...........................................................

52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

55

5.1. Karakteristik Responden ............................................................

55

5.2. Pelaku Ekonomi dalam Industri Daur Ulang..............................

58

5.3. Pedagang Kaki Lima...................................................................

63

5.4. Strategi Bertahan Hidup Migran di sektor Informal...................

70

5.4.1.

Strategi Pemenuhan Kebutuhan Dasar...........................

73

5.4.2.

Strategi Bergabung dalam Paguyuban...........................

74

5.4.3.

Strategi Mobilitas Horizontal dan
Mobilitas Vertikal..........................................................

76

5.5. Pengembangan Pekerjaan Migran di Sektor Informal ................

79

5.5.1.

Peningkatan Status Pekerjaan........................................

79

5.5.2. Hubungan Pengembangan Pekerjaan
Pekerjaan dengan Pendapatan........................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

80
91

6.1. Kesimpulan..................................................................................

91

6.2. Implikasi Kebijakan dan Saran....................................................

93

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................

94
97

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Halaman
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota
Tangerang Tahun 1995-2002.....................................................

29

Tingkat Kepadatan Penduduk dan Jumlah Usia Produktif
per Kecamatan Kota Tangerang Tahun 2002 ...........................

31

Struktur Ketenagakerjaan Menurut Lapangan Usaha di
Kota Tangerang tahun 2002................................................. .....

32

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Periode 1995-2002.......................................................

36

Struktur Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi
Antara Tahun 1995-2002 dalam Persentase..............................

38

Nilai- nilai Komponen Shift-Share
Pola Perkembangan Aktifitas Penduduk
Kota Tangerang Periode 1995-2002 .........................................

41

10 Besar Investasi Disetujui (PMDN), Tahun 1995-2000
di Botabek .................................................................................

47

10 Besar Investasi Disetujui (PMA), Tahun 1995-2000
di Botabek ................................................................................

48

Kesempatan Kerja di Kota Tangerang
Menurut Sektor Tahun 1995 dan 2002.....................................

52

Karakteristik Responden Migran sektor Informal
di Kota Tangerang ...................................................................

55

Modal Sosial Migran Sektor Informal
di Kota Tangerang....................................................................

58

Perubahan Status Pekerjaan Migran Yang Bekerja
di Sektor Informal di Kota Tangerang .....................................

80

Status dan Pendapatan Rata -Rata Migran
Sektor Informal .......................................................................

81

Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan
Karakteristik Perilaku Migran dengan
Tingkat Pendapatan di Sektor Informal...................................

83

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA
TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN MIGRAN

NURJANNAH YUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK
NURJANNAH YUSUF. Analisis Ekonomi Sektor Informal di Kota Tangerang :
Strategi Bertahan Hidup dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan Migran. Dibimbing oleh ISANG GONARSYAH, dan ERNAN
RUSTIADI.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa luasnya lapangan kerja di sektor
informal merupakan faktor penting dalam proses migrasi di kota. Mengkaji
tingkat kesejahteraan migran di sektor informal dengan menelaah perilaku migran
pelaku ekonomi informal dalam mengupayakan kehidupannya di kota. Tahap
awal merupakan periode paling kritis. Strategi yang digunakan adalah pemenuhan
kebutuhan dasar. Selanjutnya adalah strategi peningkatan pendapatan. Analisis
regresi berganda digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempe ngaruhi
tingkat pendapatan migran di sektor informal, dan uji Duncan digunakan untuk
mengkaji hubungan antara status pekerjaan dengan pendapatan.
Responden pelaku ekonomi sektor informal adalah pemulung, lapak,
pedagang kakilima makanan dan pedagang kakilima pakaian. Jika dibandingkan
upah nominal rata -rata per bulan buruh di Jabotabek tahun 2002 yaitu sebesar Rp.
983.600,00, maka pendapatan rata -rata migran sektor informal lebih baik yaitu
sebesar Rp. 1.631.176,00 per bulan. Jika mengacu pada rata-rata biaya hidup di
Jabotabek (Republika, 2003) adalah Rp. 400.000,00 per bulan, maka profesi
pemulung yang paling rendah rata -rata pendapatannya, yaitu Rp. 444.000,00 per
bulan masih tergolong mampu hidup di kota. Hal ini menunjukkan bahwa
ekonomi sektor informal tidak dapat diabaikan dalam perekonomian perkotaaan.

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa dalam tesis saya yang berjudul

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG
: STRATEGI BERTAHAN HIDUP dan FAKTOR-FAKTOR yang
MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN
Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri dengan pembimbingan
Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini
belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
Perguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 5 Agustus 2005

NURJANNAH YUSUF
Nrp. P 15500026

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA
TANGERANG : STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
PENDAPATAN MIGRAN

NURJANNAH YUSUF

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis Dilahirkan di Makassar pada tanggal 22 Juli 1967 dari ayah Muh.
Yusuf, BA dan Aisyah Saleh. Penulis merupakan anak ke lima dari delapan
bersaudara.
Tahun 1986 penulis diterima di Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin, lulus pada tahun 1991. Pada tahun 2000,
penulis diterima di Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan.
Penulis bekerja sebagai dosen pada Universitas Muslim Indonesia
Makassar dari tahun 1992 sampai tahun 1995. Penulis menikah tahun 1995,
pindah ke Tangerang mengikuti suami, dan bekerja sebagai wiraswasta sampai
sekarang.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2002 ini
adalah sektor informal, dengan judul Analisis Strategi Bertahan Hidup dan Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Migran Sektor Informal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. DR. Ir. Isang
Gonarsyah, Ph.D dan Bapak DR.Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr selaku pembimbing,
yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis selama penyusunan tesis
ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada dr. Siti Nurhayati
Yusuf, atas bantuan dan dorongan moral dan material sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi dengan baik. Ungkapan terimah kasih juga disampaikan
kepada sahabatku Fatimah Zami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangan. Dengan
segala keterbatasan yang ada, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2006

Nurjannah Yusuf

DAFTAR ISI

I.

II.

DAFTAR TABEL ................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

vi

PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang ...........................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................

5

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................

9

1.3.1.

Tujuan Penelitian....................................................... ...

1.3.2.

Kegunaan Penelitian......................................................

TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

9

10
14

3.1. Kerangka Pemikiran....................................................................

14

3.2. Metode Penelitian........................................................................

19

3.2.1.

Wilayah Penelitian.........................................................

19

3.2.2.

Model Analisis ...............................................................

20

3.2.3.

Pengumpulan Data .........................................................

25

3.2.4.

Pengujian Hipotesis........................................................

26

3.2.5.

Jenis Peubah dan Pengukuran ........................................

27

IV. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KOTA TANGERANG

29

4.1. Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang.....................................

29

4.2. Penduduk Angkatan Kerja ...........................................................

29

4.3. Struktur Perekonomian.................................................................

36

4.4. Struktur Ketenagakerjaan.............................................................

37

4.5. Hubungan Antara Struktur Perekonomian dan Struktur
Ketenagakerjaan...........................................................................

38

4.6. Migrasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah Kota Tangerang.............................................................

46

4.7. Kesempatan Kerja di Sektor Informal ........................................

50

4.8. Ekonomi Sektor Informal ...........................................................

52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

55

5.1. Karakteristik Responden ............................................................

55

5.2. Pelaku Ekonomi dalam Industri Daur Ulang..............................

58

5.3. Pedagang Kaki Lima...................................................................

63

5.4. Strategi Bertahan Hidup Migran di sektor Informal...................

70

5.4.1.

Strategi Pemenuhan Kebutuhan Dasar...........................

73

5.4.2.

Strategi Bergabung dalam Paguyuban...........................

74

5.4.3.

Strategi Mobilitas Horizontal dan
Mobilitas Vertikal..........................................................

76

5.5. Pengembangan Pekerjaan Migran di Sektor Informal ................

79

5.5.1.

Peningkatan Status Pekerjaan........................................

79

5.5.2. Hubungan Pengembangan Pekerjaan
Pekerjaan dengan Pendapatan........................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

80
91

6.1. Kesimpulan..................................................................................

91

6.2. Implikasi Kebijakan dan Saran....................................................

93

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................

94
97

DAFTAR TABEL
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Halaman
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota
Tangerang Tahun 1995-2002.....................................................

29

Tingkat Kepadatan Penduduk dan Jumlah Usia Produktif
per Kecamatan Kota Tangerang Tahun 2002 ...........................

31

Struktur Ketenagakerjaan Menurut Lapangan Usaha di
Kota Tangerang tahun 2002................................................. .....

32

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Periode 1995-2002.......................................................

36

Struktur Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi
Antara Tahun 1995-2002 dalam Persentase..............................

38

Nilai- nilai Komponen Shift-Share
Pola Perkembangan Aktifitas Penduduk
Kota Tangerang Periode 1995-2002 .........................................

41

10 Besar Investasi Disetujui (PMDN), Tahun 1995-2000
di Botabek .................................................................................

47

10 Besar Investasi Disetujui (PMA), Tahun 1995-2000
di Botabek ................................................................................

48

Kesempatan Kerja di Kota Tangerang
Menurut Sektor Tahun 1995 dan 2002.....................................

52

Karakteristik Responden Migran sektor Informal
di Kota Tangerang ...................................................................

55

Modal Sosial Migran Sektor Informal
di Kota Tangerang....................................................................

58

Perubahan Status Pekerjaan Migran Yang Bekerja
di Sektor Informal di Kota Tangerang .....................................

80

Status dan Pendapatan Rata -Rata Migran
Sektor Informal .......................................................................

81

Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan
Karakteristik Perilaku Migran dengan
Tingkat Pendapatan di Sektor Informal...................................

83

15.

Pendapatan Pedagang Makan Informal
di Jakarta Tahun 2004..............................................................

89

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Model Pembangunan Ekonomi Kapitalis Marx. ........................

15

2.

Bagan Mobilitas Sosial Ekonomi Informal.......................... ......

17

3.

Model Struktur Peningkatan Pendapatan
Migran Sektor Informal..............................................................

22

4.

Peta Administrasi Kota Tangerang....................................... .....

31

5.

Hubungan antara “Land Value” Dengan
Jarak Pusat Kota .........................................................................

33

Hubungan antara Struktur Perekonomian
dan Struktur Ketenagakerjaan antar Sektor ................................

40

6.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.

Halaman
Data Responden Migran Sektor
Informal di Kota Tangerang.......................................................

97

2.

Hasil Analisis Korelasi Pearson....................................... ..........

101

3.

Hasil Analisis Regresi Berganda Tingkat Pendapatan
Dengan Karakteristik Migran Sektor Informal............... ...........

102

Hasil Analisis Uji Duncan Multiple Range
Rata-rata Pendapatan Status Pekerjaan
Migran sektor Informal .............................................................

104

Analisis Shift-Share Pertumbuhan Lapangan
Kerja di KotaTangerang .............................................................

105

Analisis Shift-Share Pertumbuhan
PDRB Kota Tangerang..............................................................

106

7.

Karakteristik Umum Migran Responden...................................

107

8.

Hasil Analisis Empiris Karakteristik Migran sektor
Informal di Kota Tangerang.......................................................

110

4.

5.
6.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang
positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja
sedikit demi sedikit ditarik dari sektor perdesaan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja bagi perkembangan industri di daerah perkotaan. Proses tersebut
dianggap menguntungkan secara sosial karena sumberdaya manusia berpindah
dari tempat yang produk marjinal sosial (social marginal product)nya rendah ke
tempat yang produk marjinal sosialnya tinggi, dan bertumbuh secara cepat akibat
adanya akumulasi kapital dan kemajuan teknologi (Todaro, 1998).
Kenyataan yang terjadi di negara berkembang kini bertolak belakang
dengan pandangan tersebut. Todaro (1998), mengungkapkan bahwa tingkat
migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, selalu lebih besar daripada
tingkat penciptaan kesempatan kerja di daerah perkotaan. Relatif rendahnya
kemampuan kota untuk menyerap pertambahan angkatan kerja di sektor formal,
karena pengusaha sektor formal, dalam upayanya meraih keuntungan sebesarbesarnya, cenderung menginvestasikan kembali keuntungan yang diperolehnya
untuk membeli alat-alat produksi atau mesin -mesin canggih (padat modal), yang
sangat hemat tenaga kerja, untuk meningkatkan produktivitas usahanya.
Dalam studi tentang mobilitas, khususnya migrasi desa-kota, McGee
(1977) mengamati fenomena migrasi yang berfokus pada sudut pandang regional
Asia Selatan dan Tenggara. Kawasan ini memiliki masalah serupa seperti yang
dihadapi negara berkembang pada umumnya dengan timbulnya “urban
involution”; kota secara terus menerus mengalami peningkatan dalam menyerap

tenaga kerja dar i desa sekalipun hasil akhirnya sering berupa pemerataan
produktivitas yang rendah dan pemerataan kemiskinan (shared poverty ).
Walaupun

sesampainya di kota kebanyakan dari migran ini hidup dengan

produktivitas yang rendah, namun proses mobilitas desa-kota tetap terus
berlangsung. Dalam penelitiannya tentang migran di Wonosobo dan Cilacap,
Sutomo (1995), mendapatkan kondisi kehidupan awal migran yang datang ke kota
sangat miskin, namun lambat laun keadaan sosial ekonomi mereka semakin
berkembang.
Di kota-kota negara berkembang setidaknya ada tiga sektor ekonomi yang
terlihat jelas dengan makin derasnya arus migrasi, yaitu sektor “tradisional”, yang
mencakup bentuk-bentuk kegiatan ekonomi pra-industri, sektor “moderen”, yang
meliputi sebagian besar bentuk-bentuk organisasi ekonomi dan fungsi ekonomi
abad XX yang umumnya diimpor dari negara maju, dan sektor “peralihan” atau
“informal”, yang menjadi jembatan antara sektor moderen dan sektor tradisional
(Hauser dan Gardner, 1982).
Oleh karena itulah Widarti (1984), menemukan bahwa di daerah perkotaan
yang kemudian berkembang bukan sektor sekunder, melainkan sektor tersier yang
mengelompok dalam subsektor perdagangan dan jasa pelayanan. Kedua subsektor
ini mencapai 86,9% dari keseluruhan sektor tersier. Hampir separuh (46,1%) dari
kesempatan kerja sektor tersier di perkotaan tertampung dalam berbagai jenis
usaha sektor informal. Karena itu migrasi yang terjadi di negara berkembang
dicirikan oleh mengalirnya tenaga kerja dari perdesaan yang menunjukkan tingkat
produktivitas marjinal yang rendah ke sektor informal-perkotaan yang memiliki

produktivitas yang rendah pula. Sehingga dengan demikian migrasi adalah proses
pemerataan produktivitas rendah desa -kota.
Sektor informal di daerah perkotaan memperlihatkan dinamika ekonomi
yang sangat tinggi, baik dalam bentuk dan sifat usahanya, dalam memberikan
kesempatan kerja bagi para migran. Oleh karena itu, untuk dapat memahami
bahwa proses migrasi dari desa ke kota akan terus berlangsung meskipun
kesempatan kerja di sektor formal terbatas, maka dipandang perlu melakukan
penelitian tentang sektor informal dan migran yang bekerja di dalamnya.
Sektor informal1 menjadi salah satu alternatif dalam mencari lapangan
kerja, karena sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, bahwasanya aktivitas
ekonomi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja
bagi diri sendiri daripada memperoleh kesempatan investasi (penanaman modal)
dalam peningkatan pendapatan. Sebagaimana dipostulatkan oleh Todaro dan
Harris, bahwa motivasi migran desa-kota adalah bukan hanya karena perbedaan
besarnya upah, tetapi juga pada luasnya kesempatan memasuki berbagai macam
segmen ekonomi yang memberikan harapan yang besar untuk dapat mengubah
taraf hidup mereka (Koyano, 1996).
Sektor informal umumnya terpusat di wilayah kota, dimana merupakan
tempat singgah pertama kaum migran baru di kota. Jadi sektor informal yang
sering kali dianggap sebagai golongan “rendah” dalam kehidupan ekonomi dan
sosial itu, sebenarnya merupakan sektor peralihan baik dalam tata ekonomi
maupun tata sosial. Oleh sebab itu sektor peralihan ini dapat dipandang sebagai
bidang yang mengandung kesempatan untuk membangun ekonomi dan
1

Sethuraman .Sektor informal adalah semua jenis usaha yang tidak mencantumkan labanya dan
struktur pengendalian dan organisasinya tidak formal, tidak mendapatkan perlindungan hukum
dari pemerintah. Bulletin of Concerned Asian Scholars. Vol. IV., 1985.

melakukan perubahan sosial menuju kehidupan modern (Hauser dan Gardner,
1982).
Sektor informa l kawasan perkotaan dapat juga dilihat sebagai suatu bagian
dari mekanisme ekonomi modern, sebagai tempat terciptanya kegiatan ekonomi
“baru”, yang sebelumnya terlewatkan. Seperti sampah plastik dan kertas bekas
tempat makanan dan minuman serta barang rongsokan, dapat dijadikan komoditas
ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya permintaan ketersediaan pada kebutuhan
bahan baku industri daur ulang dengan biaya yang rendah, dalam pengelolaannya
membutuhkan tenaga kerja. Tersedianya layanan jasa (service) yang semakin
komplit mulai dari jasa menjinjing barang belanjaan sampai jasa pemindahan
perabot rumah tangga dan kantor, yang sebelumnya dapat dilakukan sendiri,
sekarang merupakan kegiatan yang bernilai ekonomi. Penawaran jasa ini lahir
karena kehidupan kota yang modern membutuhkan pelayanan serba praktis,
sehingga oleh sebagian orang terutama orang yang membutuhkan penghasilan
untuk hidup, penawaran pelayanan adalah pekerjaan pantas.
Menurut Koyano (1996), orang-orang yang beralih ke sektor informal
tidak banyak yang mengalami pengangguran, karena kesempatan memperoleh
pekerjaan di sektor informal sangat banyak, umumnya didasarkan pada hubungan
sosial di antara migran. Hubungan sosial memegang peranan penting dalam
mengatasi

penghidupan

di

kota,

yang

mencipt akan

kemudahan

dalam

mendapatkan pekerjaan. Hal ini menjadikan sektor informal berkembang sangat
cepat di kota, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Karena
kesempatan berusaha untuk memperoleh penghasilan tidak terbatas oleh jumlah
jenis pekerjaan.

1.2. Perumusan Masalah
Ciri demografi Indonesia seperti jumlah penduduk yang besar, tingkat
pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, struktur penduduk yang cenderung
berusia muda, dan distribusi penduduk yang tidak merata dipandang masih
merupakan

faktor

penghambat

dalam

usaha

memecahkan

masalah

ketenagakerjaan dewasa ini.
Pesatnya pertumbuhan ekonomi kota besar yang jauh melebihi kota -kota
kecil, merupakan faktor penarik utama terjadinya aliran tenaga kerja. Terutama
kota yang basis ekonominya adalah sektor industri. Berdasarkan PDRB periode
tahun 1996 – 2001, didapatkan bahwa sektor industri sangat menonjol
perkembangannya di Kota Tangerang.
Kota Tangerang karena lokasinya yang berbatasan dan berdekatan dengan
DKI Jakarta, merupakan daerah belaka ng (hinterland ) dari DKI Jakarta, sesuai
dengan teori Von Thunen (Dicken dan Lloyd, 1990). Akibat pesatnya
perkembangan pembangunan DKI Jakarta, maka terjadi pergeseran penduduk ke
daerah belakang (Kota Tangerang), karena DKI Jakarta mengalami keterbatasan
lahan untuk kegiatan industri dan perumahan. Kota Tangerang mendapat
tambahan jumlah penduduk dari limpahan penduduk DKI Jakarta, yang sebagian
di antaranya bekerja di Jakarta, atau sedang mencari pekerjaan di Jakarta. Dengan
demikian dapat dikatakan, besarnya arus migrasi ke Jakarta, akan mempengaruhi
tingginya perpindahan penduduk Jakarta ke wilayah sekitarnya, termasuk Kota
Tangerang.
Selain itu sebagai kota “seribu industri” yang sedang berkembang, potensi
Kota Tangerang, merupakan daya tarik tersendiri bagi para migran untuk mencari

kerja. Akibatnya tiap tahun jumlah penduduk Kota Tangerang meningkat pesat.
Pada tahun 2002 laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang sangat tinggi
(sebesar 4,62%) dengan kepadatan penduduk yang tinggi (8.611 jiwa/km2 ),
khususnya di kecamatan-kecamatan yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Ini
mengindikasikan tingginya tingkat migrasi ke kota ini. Rustiadi dan Panuju
(1999), menemukan bahwa jumlah migran di Kota Tangerang sekitar 10 persen
dari jumlah penduduknya, dimana le bih dari separuhnya (5.3 persen) merupakan
limpahan dari DKI Jakarta.
Karena aktivitas penduduk Kota Tangerang paling banyak di sektor
industri, menyusul sektor jasa informal, maka keadaan ini menunjukkan bahwa,
sebagian dari migran ini (terutama yang baru masuk) menciptakan pekerjaan
sendiri atau bekerja pada perusahaan-perusahaan kecil yang dimiliki keluarga.
Orang-orang yang bekerja ini mencari ikhtiarnya sendiri dalam berbagai kegiatan
mulai dari penjaja, pedagang kaki lima, penulis surat, pengasah pisau, dan
pengumpul barang-barang bekas sampai pada penjual petasan, penjual obat, dan
permainan ular, sebagian lainnya menemukan pekerjaan mekanik, tukang cat,
pengrajin kecil, tukang cukur, dan pembantu rumah tangga.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah pencari kerja mengalami
lonjakan. Pada tahun 1998-1999, jumlah pencari kerja naik sekitar 38 persen.
Bahkan pada tahun 2002 berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota
Tangerang, jumlah pencari kerja melonjak hingga mencapai 68 persen. Tinggin ya
pencari kerja itu belum dapat diimbangi dengan jumlah kesempatan kerja yang
ada. Sepanjang tahun 2002, misalnya jumlah lowongan kerja yang terdaftar
mencapai 12.182 orang, dan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

adalah sektor industri. Saat ini, rasio lowongan pekerjaan dan pencari kerja di
wilayah Kota Tangerang mencapai 1: 3 (Republika, 2004).
Selama kurun waktu 1995 – 2002 proporsi tenaga kerja di sektor formal
menurun dari 23,55% menjadi 19,83%, sementara di sektor industri meningkat
perlahan dari 29,43% menjadi 33,78%. Di sektor informal pun tenaga kerja yang
terserap melonjak dari 23,55% menjadi 28,18%. Hal ini menunjukkan
kecenderungan peningkatan jumlah tenaga kerja yang memasuki sektor pekerjaan
informal di kota Tangerang. Hal ini terlihat dari pangsa (share ) tenaga kerja di
sektor informal 28,18% per tahun dengan peningkatan sebesar 0,58% per tahun,
sedangkan sektor industri adalah 0,54% per tahun, dan sektor jasa formal
memperlihatkan penurunan (-3,21% per tahun). Sektor informal di kota
Tangerang memperlihatkan kecenderungan yang meningkat sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduknya.
Kebanyakan pekerja yang memasuki sektor informal adalah para migran
baru dari desa yang tidak mendapatkan tempat di sektor formal. Motivasi mereka
biasanya untuk mendapatkan penghasilan agar bisa “hidup” (survive) dan bukan
untuk mendapatkan keuntungan

(Todaro, 1988). Akan tetapi jika hanya

dipandang sebagai tempat mendapatkan penghasilan untuk sekedar bertahan hidup
di kota, mengapa jumlah pelaku ekonomi informal semakin meningkat, sejalan
dengan semakin berkembangnya ekonomi suatu wilayah perkotaan.
Relatif masih tingginya pangsa (share) dan pertumbuhan tenaga kerja
yang bekerja di sektor informal di Kota Tangerang, dengan tingkat produktivitas
yang rendah, serta persaingan usaha yang tinggi, maka dipandang perlu untuk
melakukan pengkajian

bagaimana strategi

migran dalam mempertahankan

keberadannya di kota, baik pada tahap awal yang merupakan periode paling kritis
bagi mereka untuk berjuang mempertahankan hidup (survival), maupun tahap
pengembangan yang merupakan periode setelah saat kritis tersebut dilampaui,
untuk dapat meningkatkan status sosial ekonomi migran.
Meskipun kebanyakan migran yang memasuki sektor informal di
perkotaan pa da awalnya mendapati dirinya hidup dalam produktivitas yang
rendah, namun kemudian keadaan sosial ekonomi mereka menunjukkan
perkembangan. Artinya ekonomi informal menawarkan kesempatan yang luas
pada pelakunya untuk memperoleh

penghasilan yang lebih baik daripada

sebelumnya. Namun dari pengamatan di lapangan tingkat pendapatan pada setiap
pelaku ekonomi informal berbeda, meskipun jenis usahanya sama dan berada pada
lokasi yang sama. Untuk itu maka perlu penelahaan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan migran pelaku ekonomi informal.
Untuk mengetahui itu semua, maka hal-hal yang harus diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Apa yang menarik bagi migran untuk datang ke Kota Tangerang, dan
bagaimana strategi untuk mempertahankan kehidupannya di kota.
2. Bagaimana tingkat kesejahteraan (pendapatan) 2 migran, dan faktor-faktor apa
yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran di sektor informal.

2

Tingkat kesejahteraan yang diukur dalam tingkat pendapatan; Rata -rata penerimaan hasil usaha
di sektor informal setelah dikurangi dengan biaya operasional dan modal, yang dihitung dalam per
orang per bulan, dengan menjumlahkan hasil perolehan dalam sebulan.

1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Menelaah faktor utama yang menarik migran dan strategi migran sektor
informal dalam mempertahankan keberadaaannya di kota.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran
sektor informal.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Dengan memahami perilaku pelaku ekonomi sektor informal, diharapkan
dapat mengembangkan kekuatan ekonomi masyarakat kaum marginal, dimana
aktivitas ekonomi informal ini memperlihatkan perilaku ekonomi yang sama
terjadi pada sektor formal.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian yang dilakukan oleh Ponto (1987), menunjukkan bahwa migrasi
ke kota ditentukan oleh peluang mendapatkan pekerjaan di kota, selisih tingkat
pendapatan di desa dan kota, serta jarak antara desa dan kota. Karena migrasi
merupakan proses yang didasari oleh faktor ekonomi, yang secara selektif
mempengaruhi setiap individu, maka yang paling banyak melakukan migrasi ke
kota Manado adalah penduduk pada daerah kurang produktif, yaitu Gorontalo.
Penelitian Ibrahim (1989) dan Mandang (1991), menemukan bahwa faktor
utama dari migrasi ke kota Manado adalah dorongan ekonomi. Lahan pertanian
yang semakin sempit dan upah petani penggarap yang relatif rendah di daerah
perdesaan wilayah Sulawesi Utara mendorong banya k penduduk perdesaan
bermigrasi ke kota Manado.
Winoto (1999) dalam penelitiannya mengenai proses urbanisasi yang
terjadi di kota-kota besar jalur pantai utara Jawa menemukan bahwa urbanisasi
yang terjadi terutama disebabkan oleh semakin meningkatnya ketidakamanan
untuk tinggal di perdesaan (rural insecurity ) daripada ditentukan oleh tingginya
peluang pengembangan ekonomi keluarga di perkotaan.
Penelitian Achmad (2003), tentang pola migrasi di Kabupaten Bekasi,
menyimpulkan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan
mempengaruhi keputusan migran untuk melakukan migrasi ke Kabupaten Bekasi.
Penelitian Desiar (2003), tentang migrasi ke DKI Jakarta, mengungkapkan tingkat
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang tinggi, di atas 9 persen per tahun
merupakan daya tarik utama berdatangannya migran dari daerah-daerah lain.

Selain faktor ekonomi, faktor jarak juga merupakan faktor yang
mempengaruhi keputusan migran untuk bermigrasi. Seperti yang ditemukan oleh
Harry dan Cummings dalam Mantra (1995), bahwa di dalam memilih daerah
tujuan migran, migran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan daerah
asal. Penelitian yang dilakukan Rahmawati (1991) dan Sutomo (1995),
mengungkapkan kelancaran sistem transportasi dan komunikasi sebagai hasil dari
pembangunan

merupakan

faktor

penyebab

tingginya

migrasi

desa-kota.

Sedangkan menurut Rustiadi et al. (1999) dalam studi urbanisasi di Jakarta dan
Desiar (2003), dalam penelitiannya tentang migrasi di Jakarta, mengungkapkan
bahwa fenomena migrasi di Jakarta erat kaitannya dengan daerah sekitarnya
(Jabotabek). Artinya faktor jarak

merupakan salah satu variabel penentu

fenomena migrasi.
Migrasi akan mempengaruhi jumlah angkatan kerja di perkotaan.
Penelitian Ibrahim (2003) dan Desiar (2003) menemukan adanya hubungan positif
antara migrasi dengan jumlah angkatan kerja di kota tujuan, yaitu tingginya
pertumbuhan jumlah penduduk akibat migrasi merupakan peningkatan jumlah
angkatan kerja di kota. Selanjutnya dikemukakan dalam penelitian tersebut,
bahwa peningkatan jumlah angkatan kerja akibat migrasi akan mempengaruhi
pertumbuhan sektor informal, dimana antara keduanya memperlihatkan hubungan
yang positif.
Tentang berkembangnya sektor informal di perkotaan, sebagai salah satu
sektor ekonomi yang cenderung meningkat sejalan dengan tingginya arus migrasi
ke kota, telah banyak menarik perhatian para peneliti. Seperti yang telah
dilakukan oleh Ponto (1987), yang dalam penelitiannya menemukan bahwa

migran yang bekerja di sektor informal kehidupan ekonominya tidak lebih buruk
dibandingkan dengan yang bekerja di sektor formal.
Penelitian yang dilakukan Rahmawati (1991), menemukan bahwa ada tiga
jenis lapangan usaha yang termasuk ke dalam sektor informal yang memberikan
kesempatan berusaha bagi migran yaitu: perdagangan, buruh dan jasa angkutan.
Sedangkan Sutomo (1995), menemukan bahwa pendapatan migran yang bekerja
di sektor informal berada di atas Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), Upah
Minimum Regional, Upah Minimum Sektoral, apalagi pendapatan per kapita
setempat. Namun pendapatan migran masih berada di bawah Kebutuhan Hidup
Minimum untuk Pekerja (KHMP). Tingkat pendapatan migran ditentukan oleh
beberapa faktor: umur, lama bekerja di perkotaan, status kawin, mobilitas
horisontal, dan mobilitas vertikal. Pekerja di sektor informal memungkinkan
menggeser usaha ekonominya ke sektor formal, dengan perkembangan modal dan
pemasaran sejalan dengan peningkatan usahanya.
Hasil penelitian Hastuti (1998) menunjukkan bahwa kebanyakan
penduduk perkotaan basis ekonomi rumah tangganya adalah sektor informal
pedagang kaki lima. Atika (1999), mengungkapkan bahwa pola adaptasi rumah
tangga warung tegal dan warung padang sangat efektif dalam menghadapi krisis.
Hasil penelitian Murdianto (1998) tentang dampak industrialisasi terhadap
perubahan mata pencaharian migran di Kabupaten Bekasi, mengungkapkan bahwa
migran yang tidak terserap di sektor industri, akhirnya memilih sektor informal
(perdagangan dan jasa) sebagai lapangan usaha, untuk tetap mempertahankan
keberadaanya di kota tujuan.

Dari uraian di atas tampak bahwa studi-studi terdahulu lebih banyak
menitikberatkan pada faktor penyebab mengapa penduduk desa melakukan
migrasi ke kota. Umumnya ditemukan bahwa kota-kota tujuan migran adalah
kota-kota industri, atau kota -kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian utama adalah kenyataan
bahwa meskipun lapangan pekerjaan di sektor jasa formal dan industri di kota
tujuan migrasi sangat terbatas, tetapi arus migrasi ke kota cenderung meningkat.
Singkat kata studi ini tidak hanya mengkaji tingkat ekonomi migran di sektor
informal secara umum, tetapi lebih jauh lagi mengkaji bagaimana strategi migran
mendapatkan dan mengembangkan pekerjaan/usahanya sejak awal kedatangannya
di kota sampai taraf pengembangan sekarang ini, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan migran.

III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Menurut teori Lewis (Todaro, 1988), tingkat pengalihan tenaga kerja dan
penciptaan kesempatan kerja di sektor modern sebanding dengan tingkat
akumulasi kapital sektor modern. Semakin cepat tingkat akumulasi kapital,
semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor moderen dan semakin cepat
penciptaan lapangan kerja baru di kota.
Akan tetapi kenyataan itu tidak terjadi karena keuntungan para kapitalis
cenderung diinvestasikan kembali pada barang-barang modal yang lebih canggih
dan lebih hemat tenaga kerja. Sehingga meskipun jumlah output telah meningkat
sangat tinggi, upah secara keseluruhan dan kesempatan kerja tetap tidak berubah,
semua output tambahan diterima oleh pengusaha dalam bentuk kelebihan
keuntungan. Marx dalam Hayami (2001) mengasumsikan bahwa pertumbuhan
tenaga kerja di sektor industri lebih lambat daripada kecepatan akumulasi kapital,
bahkan adanya penggunaan teknologi modern pada industri-industri menyebabkan
terjadinya penekanan penggunaan jumlah tenaga kerja dan tingkat upah buruh.
Kenyataan ini mengakibatkan pertumbuhan industri-industri di kota-kota tidak
diikuti oleh pertumbuhan jumlah kebutuhan tenaga kerja di sektor industri. Model
pembangunan ekonomi kapitalis Marx menjelaskan sebagai berikut :
Sebagaimana tampak pada Gambar 1 pada periode awal (0) kurva
permintaan tenaga kerja pada sektor kapitalis modern terletak pada garis D0D0
yang sama dengan kapital (K0 ). Keseimbangan awal terjadi pada titik A dengan
tenaga kerja OL0 pada upah rata -rata OW. Menurut asumsi Marx, jumlah pekerja
yang mencari pekerjaan dalam sektor industri modern sama dengan WR 0 yang

lebih lebar dari OL0. Dari gambar tersebut terlihat bahwa jumlah tenaga kerja
yang dapat diperkerjakan di sektor industri moderen hanya sebesar WA, sehingga
masih tersisa sejumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan di sektor industri
sebesar AR 0. Tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan di sektor industri
modern ini (AR0), akan mempertahankan keberadaannya atau dapat menjaga
subsistennya pada aktivitas informal di kota.

(W)
D1

u
p
a
h

S1

S0
D0
A

W

B

R0

D0 (K0)
D1(K1)
0

L0 L1

R1

(L)

Sumber : Hayami, Y. 2001
Gambar 1. Model Pembangunan Ekonomi Kapitalis Marx

Karena para pemilik modal (kapitalis) cenderung menginvestasikan
keuntungan yang diperolehnya dalam teknologi, yang mengakibatkan peningkatan
permintaan jumlah tenaga kerja menjadi lebih lambat (dari OL 0 ke OL1 ),
sedangkan pertumbuhan output meningkat tajam dari daerah AD0 OL0 ke BD1
OL 1, yang menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja BR1.
Kelebihan permintaan tenaga kerja di sektor industri moderen tidak akan pernah

terjadi, karena kurva upah horizontal pada industri model kapitalis, yang
menyebabkan peningkatan jumlah pencari kerja di sektor industri yang tidak
mendapatkan pekerjaan akan memasuki sektor informal yang lebih bersifat
subsisten. Jadi tenaga kerja di sektor informal ini merupakan ”industrial reserve
army” sebagaimana dikemukakan Marx.
Pengamatan data statistik menunjukkan bahwa jumlah migran selalu
memperlihatkan kecenderungan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
meskipun migran tidak atau belum mendapatkan pekerjaan tetap di kota
keputusan migran untuk pulang kembali ke daerah asal tampaknya jarang terjadi.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang dilakukan dalam
mempertahankan hidup di kota. Bagaimana perilaku migran sejak awal
kedatangannya di kota dan bagaimana strategi yang ditempuh untuk bertahan
hidup (survive) di kota. Menarik untuk dikaji sebagaimana diilustrasikan dalam
Gambar 2. pada dasarnya ada dua tahapan yang dilalui pelaku sektor informal
dalam mempertahankan keberadaannya di kota, yaitu;
1. Strategi pemenuhan kebutuhan dasar; bentuk strategi yang digunakan
dalam memperoleh pekerjaan di kota.
2. Strategi peningkatan kesejahteraan; tahap pengembangan usaha untuk
meningkatkan perolehan penghasilan.

pendapatan

formal

informal
waktu
Gambar 2. Bagan mobilitas sosial ekonomi informal
Asumsi yang mendasari tahapan mobilitas sosial ekonomi sektor informal
adalah : (1) bahwa tidak ada migran yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan
sesaat setelah tiba di kota, artinya bagaimanapun caranya

migran yang

bersangkutan akan mendapatkan penghasilan dari sektor informal,

sambil

mencari pekerjaan yang lebih ”sesuai” di sektor lainnya. (2) bahwa semakin lama
migran berada di kota akan semakin banyak hubungan, dan sistem informasi
mereka lebih baik sehingga penghasilan yang diperoleh akan lebih tinggi
dibandingkan dengan yang baru datang ke kota, meskipun dengan tingkat
keterampilan yang sama.
Ekonomi di sektor informal umumnya berkisar pada produk-produk yang
kecil, mudah dipindahkan, dan disimpan, serta penawaran jasa yang sangat mudah
diakses oleh setiap orang. Oleh karenanya pola pasar barang atau jasa di sektor
informal membentuk rantai jalur pasar yang panjang, melewati sejumlah
pedagang, mengakibatkan sistem pemasaran yang terbentuk memberikan
keuntungan yang tipis atau kecil. Hal inilah yang menyebabkan produktivitas di

sektor informal sangat rendah, tetapi memberikan peluang yang sangat besar
dalam kesempatan kerja, karena banyak celah kegiatan ekonomi yang terbentuk
sepanjang jalur produksi.
Sebagai sumber penghidupan, ekonomi informal merupakan pilihan pantas
dan rasional bagi migran di kota. Ekonomi ini dapat memberikan tingkat
penghasilan yang setara dengan lapisan bawah ekonomi formal, dan menawarkan
secara terbuka untuk memperoleh tingkat penghasilan maksimal bagi semua
pelakunya. Pada sektor formal, tingkat pendapatan berbeda-beda untuk tiap
golongan dan jenis pekerjaan, yang ditentukan oleh beberapa faktor, seperti
pendidikan, dan lama mengabdi. Demikian juga pada sektor informal, ditemukan
hal yang sama.
Namun demikian, pada sektor informal tidak berlaku ukuran baku, bahwa
tingkatan tertentu dalam suatu jenis usaha akan menunjukkan tingkat pendapatan
yang sama. Bahkan meskipun jenis barang dan jasa yang di pasarkan sama, lokasi,
lama bekerja dan statusnya sama, perolehan penghasilan bisa berbeda. Sehingga
menarik untuk dikaji faktor-faktor apa yang sebenarnya mempengaruhi tingkat
pendapatan migran informal. Berdasarkan teori, tinjauan pustaka, dan pengamatan
lapang, diduga kuat bahwa umur, pendidikan, status kawin, lama bekerja di kota,
mobilitas horizontal, mobilitas vertikal, status pekerjaan, daerah asal, dan jenis
usaha merupakan faktor -faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan migran
sektor informal.

3.2. Metode Penelitian
Dengan bertitik tolak pada kerangka pemikiran yang telah diuraikan
terlebih dahulu, maksud utama sub bab ini membahas antara lain, cara penentuan
wilayah survei, model analisis yang digunakan untuk menganalisa permasalahan,
menguji hipotesis yang telah diutarakan dan cara penguraian terhadap variabel
yang dipilih.

3.2.1. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Agustus sampai Desember 2002 di Kota
Tangerang. Dipilihnya Kota Tangerang secara sengaja didasarkan pada tingkat
perkembangan ekonomi wilayah, dimana sebelumnya Kota Tangerang yang
merupakan bagian administratif dari Provinsi Jawa Barat, yang berkontribusi pada
1/3 dari PDRB Jawa Barat. Saat ini Kota Tangerang merupakan bagian dari
Provinsi Banten, adalah kota yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya. Letak
wilayahnya yang berbatasan dengan Jakarta, menjadikan Kota Tangerang
berfungsi sebagai salah satu kota penyangga DKI Jakarta.
Indikator yang digunakan adalah pesatnya perkembangan Kota Tangerang,
ini dapat terlihat jelas dari jumlah prasarana dan sarana penduduk yang semakin
banyak dan berskala besar, tingginya PDRB, dan meningkatnya arus tenaga kerja
dari desa ke kota (migrasi), yang tergambar dari peningkatan jumlah penduduk
usia kerja yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk keseluruhan, yang
dapat menggambarkan secara jelas kaitan migrasi dengan sektor informal,
ekonomi migran yang bekerja di sektor informal, serta bentuk strategi yang
dilakukan dalam mempertahankan keberadaannya di kota.

Kota Tangerang terdiri dari 13 kecamatan,

yaitu Kecamatan Ciledug,

Larangan, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, Karawaci, Jatiuwung,
C