Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR

INFORMAL DI KOTA RANTAUPRAPAT

Proposal Skripsi

Diajukan Oleh :

SANNUR SITUMORANG 0 6 0 5 2 3 0 2 1

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

N a m a : Sannur Situmorang N I M : 060523021

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat

Tanggal 2009 Pembimbing,

(Dr. H.B. Tarmizi, SU) NIP. 130 936 882


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN H a r i :

Tanggal :

N a m a : Sannur Situmorang N I M : 060523021

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat

Ketua Departemen, Pembimbing Skripsi,

(Wahyu Ario Pratomo, SE.M.Ec) (Dr. H.B. Tarmizi, SU) NIP. 132 206 574 NIP. 130 936 882

Penguji I Penguji II

(Ilyda Sudardjat, S.si, M.Si) (Drs.Rujiman,MA) NIP. 19730325 200801 2 007 NIP. 19510421 198203 1 002


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

N a m a : Sannur Situmorang N I M : 060523021

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat

Tanggal 2009 Ketua Departemen,

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) NIP. 132 206 574

Tanggal 2009 Dekan,

(Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec) NIP. 131 285 985


(5)

ABSTRACT

The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Rantauprapat city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time,and operational capital on level of income worker in informal sector.

In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Rantauprapat city.

The result of this study shows that independent variables age, education level, long of work time, and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.

Keywords: informal sector, age, level of education, long of work time, work experience, level of income, and operational capital.


(6)

ABSTRAK

Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja informal di kota Rantauprapat

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dan kuisioner.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah jam kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variabel terikat yaitu pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model estimasi.

Kata Kunci: Sektor informal, umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja, dan modal operasi.


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja sektor informal di kota Rantauprapat.

Penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi persyaratan akademis untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Strata I (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak, Dr. H.B. Tarmizi, SU selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang telah dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ilyda Sudardjad, Ssi, MSi, selaku Dosen Pembanding I Penulis yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs.Rujiman,MA, selaku Dosen Pembanding II Penulis yang juga telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis. 7. Yang paling saya muliakan kepada kedua orang tua Penulis yang tercinta,

Ayahanda A.Situmorang, S.Pd dan Ibunda A. Marpaung, S.Pd yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan material selama Penulis menuntut ilmu.


(8)

8. Seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan khususnya stambuk 2006 yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada My Honey ”Rintho Peresnal Napitupulu” yang telah mendukung Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya Penulis selalu berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya.

Medan, 2009

Penulis,

(Sannur Situmorang) NIM. 060523021


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal ... 9

2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 10

2.3 Tantangan Sektor Informal dan Peluang ... 19


(10)

2.5 Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 23

3.4 Jenis Penelitian ... 24

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.6 Pengolahan Data ... 25

3.7 Analisis Data ... 25

3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 27

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 27

3.8.2 Uji Keseluruhan (F-Test) ... 27

3.8.3 Uji Parsial (t-Test) ... 28

3.9 Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik ... 29

3.9.1 Uji Multikolinearitas ... 29

3.9.2 Uji Heteroskedastisitas ... 29

3.10 Definisi Operasional Variabel ... 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Gambaran Umum Kota Rantauprapat ... 31

4.1.1 Sejarah Singkat Kota Rantauprapat ... 31

4.1.2 Letak dan Geografis Kota Rantauprapat ... 34


(11)

1

a. Penduduk ... 35

b. Tenaga Kerja ... 38

4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Rantauprapat ... 38

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 38

4.2.1 Umur ... 38

4.2.2 Tingkat Pendidikan ... 39

4.2.3 Jumlah jam kerja ... 40

4.2.4 Modal Operasi ... 41

4.3 Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja di Sektor Informal ... 42

4.4 Hasil dan Analisis ... 43

4.5 Intepretasi Model ... 44

4.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 46

4.5.2 Hasil Uji Keseluruhan (F-test) ... 46

4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-Test) ... 47

4.6 Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik ... 48

4.6.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48

4.6.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN 1


(12)

2 LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4


(13)

3 DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 30

4.1 Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Rantauprapat Tahun 2007 ... 36

4.2 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Rantauprapat Tahun 2007 ... 37

4.3 Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Rantauprapat Tahun 2007 ... 37

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 39

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah jam kerja ... 41


(14)

4 DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

2.1 Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan... 16 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian... 23


(15)

5 DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul 1 Data Penelitian

2 Hasil Pengolahan Data 3 Hasil Uji Multikolinearitas 4 Hasil Uji Heteroskedastiditas


(16)

ABSTRACT

The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Rantauprapat city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time,and operational capital on level of income worker in informal sector.

In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Rantauprapat city.

The result of this study shows that independent variables age, education level, long of work time, and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.

Keywords: informal sector, age, level of education, long of work time, work experience, level of income, and operational capital.


(17)

ABSTRAK

Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja informal di kota Rantauprapat

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dan kuisioner.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah jam kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variabel terikat yaitu pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model estimasi.

Kata Kunci: Sektor informal, umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja, dan modal operasi.


(18)

6 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003). Rencana pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh tenaga ahli atau konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda dalam mengatasi permasalahan penting yang mereka temukan. Seyogyanya rencana pembangunan dimulai dengan mengenali potensi dan kebutuhan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan demikian kegiatan pembangunan yang mencakup perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pemantauan serta evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan kemampuan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko itu sendiri.

Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi kontemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. Sektor kecil dan makro yang sering kita kenal dengan nama sector informal ini adalah salah satu sector yang masih mampu bertahan bahkan pada saat krisis, walaupun


(19)

7 tenaga kerja tersebut produktivitasnya rendah namun telah berperan positif dalam usaha kesempatan kerja.

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa yang murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, takkala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan.

Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sampai saat ini, pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah.

Meskipun pertumbuhan ekonomi selama pembangunan jangka panjang pertama berkisar antara 5-8 persen per tahun, proporsi pekerja sektor informal, khususnya di perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun 1971 proporsi pekerja


(20)

8 sektor informal terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 persen. Angka ini meningkat menjadi sekitar 36 persen pada tahun 1980 dan menjadi 42 persen pada tahun 1990. Sedangkan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi sekitar 65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal masih cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Selain itu perkembangan ekonomi belum dapat mengatasi persoalan klasik keterbatasan peluang kerja.

Di satu segi sektor informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini dapat mempunyai dampak positif mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.

Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerjanya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan kegiatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.


(21)

9 Sektor informal dalam penelitian ini dianggap sebagai akibat dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja negara sedang berkembang; mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini khususnya di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan kebanyakan para migran. Dengan kata lain, sektor informal di kota harus dipandang sebagai unit-unit usaha berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang dan jasa yang masih dalam suatu proses evolusi untuk menjelma sebagai sekelompok perusahaan berskala kecil dengan masukan-masukan modal (capital) dan pengelolaan (managerial) yang lebih besar (Sjaifudin, 1995).

Akumulasi penduduk di kota-kota besar seperti halnya di Indonesia tersebut sering tidak diikuti dengan penyediaan kesempatan kerja formal yang luas. Hal ini memposisikan penduduk yang tidak mampu berkompetisi disektor formal, seperti penduduk dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, cenderung masuk ke sektor informal. Mereka bekerja seadanya, pada lapangan usaha apa saja, tentunya jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan pendidikan tinggi (Sjaifudin, 1995; Widianto, 2003).

Selanjutnya Maloney (1995) lebih jauh menjelaskan bahwa tingginya penduduk yang bekerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar dan menengah, merupakan akibat dari urbanisasi semu (pseudo urbanization), yakni urbanisasi yang tidak diikuti dengan perkembangan ekonomi (industrialization) dan kesempatan kerja. Masalah yang muncul dari fenomena tersebut adalah penganggur terbuka, setengah penganggur, dan tenaga kerja yang tidak


(22)

10 dimanfaatkan secara penuh. Hal ini tentu saja akan diikuti dengan meluasnya berbagai kegiatan usaha di sektor informal. setidak-tidaknya sebagai kegiatan usaha alternatif agar di kota mereka tetap dapat survive.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis moneter ini telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami resesi ekonomi. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan/golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan ekonomi di dalam negeri, namun demikian usaha sektor informal dalam situasi tersebut malahan menjamur. Hal ini merupakan indikator bahwa masyarakat membutuhkan keberadaan sektor ini.

Secara struktural suatu gejala ekonomi mempengaruhi usaha melalui sisi permintaan (pasar output) dan/atau sisi penawaran (pasar input). Besarnya efek tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan atau sektor/subsektor, skala usaha, dan wilayah usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. Perbedaan ini karena orientasi dan struktur pasar output dan input, pola proses produksi, dan jenis serta intensitas pemakaian ouput/bahan baku berbeda menurut kegiatan ekonomi yang berbeda. Oleh karenanya dampak dari suatu gejolak ekonomi terhadap usaha kecil dan menengah perlu dianalisis dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan (Tambunan, 2002).

Sampai sejauh mana hubungan tingkat pendidikan dengan pekerjaan pada sektor ini, merupakan hal penting untuk diteliti. Dikatakan demikian karena menurut Standing (1981), untuk mengukur tingkat pemanfaatan angakatan kerja, salah satu faktor yang harus diperhatikan ialah kesesuaian antara tingkat pendidikan seseorang dengan lapangan kerja yang ditekuninya. Kalau tidak sesuai


(23)

11 akan menimbulkan Underemployment ialah orang yang bekerja dibawah kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya hal tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan. Keadaan ini tidak terlepas semakin kompleks penciptaan lapangan kerja di kota besar seperti di Medan khususnya di Kota Rantauprapat. Kota Rantauprapat merupakan suatu kota yang memiliki potensi yang cukup besar untuk nanatinya dapat berkembang dengan pesat. Namun tentunya perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang dapat mengahambat dn mempercepat perkembangan ekonomi kota tersebut.

Di beberapa negara yang sedang berkembang (developing countries) sektor usaha kecil umumnya menyerap banyak tenaga kerja, pertumbuhan sektor informal yang pesat seiring dengan pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan tanah, perumahan, dan fasilitas lainnya semakin mahal. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya terdiri dari pekerja sektor informal yang kebanyakan terdiri dari para urbanit, mencari daerah-daerah yang terjangkau oleh keadaan ekonominya, Akhirnya mereka berkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu yang selanjutnya “daerah kumuh” (Widianto, 2003).

Polemik tentang prospek sektor informal yang terus berlangsung disertai pesatnya penambahan jumlah tenaga kerja yang masuk ke sektor tersebut, mengindikasikan perlunya suatu studi yang secara mendalam menelaah perkembangan, prospek dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor informal, terlebih dengan adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, perkembangan, prospek, dan kemampuan untuk bertahan sektor informal sampai sekarang menarik untuk dikaji lebih mendalam.


(24)

12 Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, studi ini berusaha memaparkan kegiatan pekerja di sektor informal dan menyediakan pemikiran untuk pembinaan sektor informal dan pengembangan kegiatan usaha informal, termasuk dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat”.

1.2. Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh umur terhadap pendapatan usaha pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat?

2. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat?

3. Bagaimana pengaruh jumlah jam bekerja terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat?

4. Bagaimana pengaruh modal operasi terhadap pendapatan pekerja pada sektor informal di Kota Rantauprapat?


(25)

13 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah jam kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

4. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendapatan sektor informal.

2. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam di bidang ini.

3. Bagi para pengambil kebijakan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para pekerja di sektor informal.


(26)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peran Masyarakat Pada Sektor Informal

Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja.

Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia (Moir dan Wirosardjono 1997).

Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam


(27)

15 beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.

Keberadaan pekerja sektor informal ini turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten, dimana terdapatnya sektor informal tersebut.

Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

2.2. Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu, ahli ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan


(28)

16 kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan wilayah. Atas dasar konsesus di atas, maka didalam pengembangan wilayah perlu dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah (Priyono, 1999).

Maloney (1995) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan wilayah menjadi:

a. Wilayah Homogen, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri baik yang bersifat geografis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong terjadinya perubahan keseluruhan aspek wilayah.

b. Wilayah Nodal, yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu


(29)

17 wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.

c. Wilayah Administrasi, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.

d. Wilayah Perencanaan, yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik keterkaitan dalam biofisik/ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu wilayah administrasi.

Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro, 2000).

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh


(30)

18 adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produktivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission pada tahun 1987. Palunsu dalam Irayanti (2000) mengemukakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang.

2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.

3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam, serta sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.

Dari aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan


(31)

19 teknologi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan secara komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang. Selain itu perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dan menghindari dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya dengan memberikan harga kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada masa kini dan yang akan datang.

Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:

1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan dengan ekosistem yang terbatas. Kerusakan lingkungan dan polusi yang ditimbulkannya akan mempengaruhi life support system.

2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi akan meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah (waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem.

3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang irreversible.

Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (1998), bahwa pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan organisasi sosial masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam


(32)

20 yang mengarah kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol terhadap jalannya pembangunan, pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang mengandung keutamaan dan kearifan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya keterpaduan ketiga aspek tersebut yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan efisiensi yang dapat diukur dengan kriteria materi (monetary value), ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan ekosistem, daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, dan sosial mencakup keadilan, keterpaduan kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Keberhasilan dan kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial) tidak dapat diukur dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut:


(33)

21 Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan

Kesempatan kerja Penilaian Sumberdaya Bantuan kepada Internalisasi dampak sasaran subsidi lingkungan

Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem

Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya Alam

Pemerataan Sumber: Firnandi (2005)

Gambar 2.1 Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut (ekonomi, sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya dipertimbangkan secara lokal untuk sekala waktu masa kini saja, tetapi juga dalam sistem hirarki yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional, nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah, dan jangka panjang).

Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai


(34)

22 oleh adanya peningkatan kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya kebutuhan fisik yang dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.

Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga meliputi berbagai aspek lainnya yang meliputi sosial, budaya dan politik. Dengan demikian, pembangunan wilayah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor diluar daerah, atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari


(35)

23 dalam daerah meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan salah satu penentu eksternal yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar secara merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya keragaman antar wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam, teknologi dan kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan saling berinteraksi antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang merugikan. Dengan demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama yang menyangkut dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya, perlu diketahui adanya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya dalam ruang lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang, barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut dapat menguntungkan (spread effect) maupun merugikan (backwash effect) terhadap hinterland sebagai akibat pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi antar wilayah adalah struktur tata ruang yang memusat. Dalam struktur tata ruang yang demikian, kota bertindak sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti)


(36)

24 2.3. Tantangan Sektor Informal dan Peluang

Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa datang, terutama dalam aspek-aspek berikut ini:

a. Persaingan Makin Bebas

Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan perubahan teknologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal, baik di sektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun di dalam segmen yang berbeda).

b. Perkembangan Pesat Teknologi

Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan teknologi mempengaruhi antara lain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat. Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan masyarakat berubah.

Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak lepas dari kemajuan teknologi di bidang makanan. Durvival capability sektor informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam


(37)

25 melakukan penyesuaian-penyesuian di segala bidang yang berkaitan dengan perubahan teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting.

Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).

Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri besar dengan industri kecil

Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan selama ini.

Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang


(38)

26 maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin (pasar output).

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Umur responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

2. Pendidikan yang ditamatkan responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

3. Jumlah jam kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

4. Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

2.5. Kerangka Pemikiran

Keberadaan Masyarakat sektor informal tidak terlepas dari kegagalan pemerintah (government vailure) dalam menciptakan pemerataan pendapatan, namun demikian sektor informal merupakan penopang ekonomi rakyat kecil dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Masyarakat yang bekerja di sektor informal terdiri dari berbagai kelompok umur, pendidikan, dari berbagai pengalaman kerja, tingkat Jumlah jam kerja, dan


(39)

27 jumlah modal operasi, semua faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prodiktifitas para pekerja sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan para pekerja itu sendiri, seperti terlihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Peneliti Umur

Pendidikan

Modal Kerja

Pendapatan Pekerja Jumlah Jam Kerja


(40)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memusatkan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja pada sektor informal dengan menggunakan variabel-variabel umur, tingkat pendidikan,jumlah jam kerja, dan modal kerja, serta membahas hal-hal yang menyangkut dengan variabel-variabel tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dari variabel-variabel yang telah diajukan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat.

3.2. Lokasi Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di Kota Rantauprapat yang secara administratif berada di wilayah Medan Sumatera Utara. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Penulis melihat banyaknya para pekerja yang bekerja di sektor informal di Rantauprapat, kemudian pada tahap selanjutnya Penulis ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka di sektor informal.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara langsung adalah data ekonomi masyarakat di Kota Rantauprapat. Jumlah responden adalah 100. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling. Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat Kota


(41)

29 Rantauprapat yang bekerja disektor informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari warung, rumah makan, kios, toko,serta penjual di kaki lima seperti penjual kue, penjual buah, penjual sayur, penjual ikan, penjual bunga dan sebagainya.

Kelompok Jasa terdiri dari rental komputer, tukang pangkas, tukang reparasi elektronik, bengkel motor dan mobil, fotocopy dan rumah kost, untuk kelompok angkutan terdiri dari angkutan kota (angkot), dan becak. Semua objek penelitian yang telah disebutkan diatas mengikuti metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Iryanti (2000). Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 7 tahun terakhir, dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor Biro Statistik Sumatera Utara dan dari instansi lain.

Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya adalah: harga kebutuhan pokok, biaya kehidupan, jumlah masyarakat, jenis dan jumlah usaha

3.4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah jam kerja, serta jumlah modal para pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat. Kemudian menganalisis dampak empat variabel tersebut terhadap pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat.


(42)

30 3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik (a) Teknik kuesioner, dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, (b) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang dijadikan sampel.

3.6. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-views 5.1 untuk mengolah data dalam penelitian ini.

3.7. Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat, maka digunakan analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Untuk analisis ekonometrika digunakan model regresi dalam menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut:

Y =

α

+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + µ ...(3.1) Dimana:

Y = Pendapatan usaha di sektor informal (rupiah per bulan) X1 = Umur (tahun)

X2 = Tingkat Pendidikan (tahun) X3 = Jumlah jam kerja (jam per hari) X

4 = Modal operasi (rupiah per hari)


(43)

31 Adapun bentuk matematis dari hipotesis di atas adalah sebagai berikut: 0 1> ∂ ∂ X Y

, Umur berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi (meningkat) umur, maka pendapatan yang diterima

pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. 0 2 > ∂ ∂ X Y

, Pendidikan yang ditamatkan berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0 3> ∂ ∂ X Y

, Jumlah jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal. Artinya semakin besar curahan waktu kerja, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. 0 4 > ∂ X Y

, Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal. Artinya semakin banyak modal operasi, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

3.8. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.8.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.


(44)

32 Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai berikut:

R2 =

2 it 2 it 2 _ it 2 _ it ) ( ) ( ) ( − ∧ − ∑ ∑ + − ∑ − ∑ Y Y Y Y Y Y ε Keterangan: 2 _ it ) (YY

∑ = Total Sum of Square (TSS) 2 it ) ( ¬ ∧ −

Y Y = Expained Sum of Square (ESS) 2

it ε

∑ = Residual (Unexplained) Sum of Square (RSS) 3.8.2. Uji Keseluruhan (F-Test)

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk uji f digunakan hipotesis:

Ho: b1 = b2 = b3 …. = bk = 0 Ha: b1≠ b2≠ b3 …. = bk = 0

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F hitung diperoleh dengan rumus: F = ) ( / ) R (1 1 / R 2 2 k n k − − −


(45)

33 Dimana:

R2 = Koefisien

k = Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan

n = Jumlah sampel

3.8.3. Uji Parsial (t-Test)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho: b1 = 0 Ha: bi ≠ 0

Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. bila nilai t hitung > t–tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

(bi) Se

b) -(bi ti =

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis 0


(46)

34 3.9. Pengujian Terhadap Penyimpangan Asumsi Klasik

3.9.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel yang menjelaskan independen variabel. Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi dari model regresi linier klasik adalah gangguan (disturbance)

ε

1 yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati, 1998). Bila asumsi ini tidak dapat dipenuhi, maka dalam penelitian tersebut terdapat heteroskedastisitas, yang berakibat bahwa estimasi menjadi tidak efisien.

3.10. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut:


(47)

35 Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Simbol Satuan

Umur Responden Umur Tahun

Pendidikan Responden Pendidikan SD s.d. S1 (Tahun) Jumlah jam kerja Curahan Jam/hari

Modal operasi Modal Rupiah/hari Keterangan:

1. Umur adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku usaha, yang dinyatakan dalam tahun.

2. Tingkat Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan dalam tahun.

3. Jumlah jam kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan usahanya, yang dinyatakan dalam jam per hari.

4. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai usahanya, yang dinyatakan dalam rupiah per hari.

Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini dinyatakan dalam rupiah per bulan


(48)

36 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Rantauprapat 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Rantauprapat I. Sebelum Zaman Penjajahan Belanda

Sistem Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhanbatu sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala Pemerintahan disebut Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari- hari (semacam perdana Menteri).

Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung yang menjadi Jaksa merangkap kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu Panglima Angkatan Laut. Dibawah Laksamana ada Hulu Balang atau Panglima Angkatan Darat kemudian ada pula Bentara kanan yang bertugas sebagai Ajudan Sultan dan Bentara kiri yang menjadi Penghulu Istana dan Penghulu Para Bangsawan.

Kesultanan/ Kerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhanbatu pada waktu itu terdiri dari 4 kesultanan yaitu:

1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang. 2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di tanjung Pasir 3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama. 4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik.


(49)

37 Ditambah 1 half-bestuur, yaitu Kerajaan Kampung Raja berkedudukan di Tanjung Medan.

II. Zaman Penjajahan Belanda

Secara Pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhanbatu, dari berbagai keterangan yang dihimpun diperoleh keterangan bahwa Belanda masuk ke Labuhanbatu berkisar tahun 1825. Namun adapula keterangan yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhanbatu setelah selesai Perang Paderi ( berkisar tahun 1831).

Pada Tahun 1862 kesatuan Angkatan Laut Belanda di bawah Pimpinan ”Bevel Hebee” datang ke kampung Labuhanbatu (di Hulu Kota Labuhan Bilik sekarang) melalui sungai Barumun. Di kampung Labuhanbatu tersebut Belanda membuat tempat pendaratan dari batu beton. Lama-kelamaan tempat pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratan kapal-kapal kemudian menjadi sebuah Kampung/desa yang lebih besar, namanya menjadi ”Pelabuhan Batu”yang disingkat namanya menjadi Labuhanbatu. Kemudian nama itu melekat dan ditetapkan menjadi nama wilayah Kabupaten Labuhanbatu.

III. Zaman Penjajahan Jepang

Pada Tahun 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang) menduduki seluruh Wilayah Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 Tentara Jepang mendarat di perupuk( Tanjung Tiram). Dari Perupuk sebagian Tentara Jepang tersebut melanjutkan gerakan Pasukan untuk merebut Kota Tebing Tinggi dan selanjutnya Kota Medan. Dan sebahagian lagi bergerak ke Wilayah Tanjungbalai


(50)

38 yang pada saat itu sebagai Pusat Pemerintahan Afdeling Asahan. Dari Asahan (Tanjung Balai) selanjutnya ke Wilayah Labuhanbatu untuk merebut Kota Rantauprapat.

Pada masa penajajahan jepang Sistem pemerintahan Hindia Belanda dilanjutkan dengan Sistem Pemerintahan Zelf Bestuur dan kekuasaan Sultan/Raja berlangsung. Untuk memonitoring kegiatan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Sultan/Raja, Pemerintahan Jepang membentuk Fuku Bunsyuco.

IV. Setelah Proklamasi

Kekalahan Jepang pada perang Asia Timur Raya,yaitu Jepang menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945 telah memberikan kesempatan kepada Bangsa Indonesia untuk merdeka sebagai bangsa yang berdaulat.

Pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di rumah dinas kepala ketua ( Abdul Rahman) sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Setelah terbentuknya Komite Nasional Daerah Labuhanbatu, maka pemerintah Swapraja di Labuhanbatu yang ada pada waktu itu menjadi berakhir. Tugas dan tanggung jawab Pemerintahan diambil alih dan dikuasai oleh Komite Nasional Daerah Labuhanbatu.

Adapun tugas pertama Komite Nasional Daerah Labuhanbatu ialah membentuk Team Penerangan untuk memberikan penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat di kampung- kampung bahwa kemerdekaan Negara Republik Indonesia telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam perkembangan berikutnya jalannya Pemerintahan di Kabupaten Labuhanbatu yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Daerah sampai dengan awal tahun 1946


(51)

39 kurang dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akibat fokus pemikiran pada waktu itu lebih ditunjukkan untuk mempersiapkan perlawanan fisik kepada penjajahan Belanda yang selalu berupaya merebut kembali ke Negara Republik Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak tanggal 17 Agustus 1945

4.1.2. Letak dan Geografis Kota Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara Geografis, Kabupaten Labuhanbatu berada pada 1”26’ – 2”11’ Lintang Utara, 91”01’ – 97”07’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 2,151 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Labuhanbatu menempati area seluas 922.318 Ha yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 242 Desa/ Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Labuhanbatu di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten tapanuli Utara dan Asahan, dan disebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

Seperti umumnya daerah- daerah lainnya yang berada di Kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatu termasuk daerah yang beriklim tropis. Daerah ini memiliki 2 musim yanitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit dan banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Selama tahun 2006,rata- rata hari hujan di Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 12,75 hari perbulan dengan rata- rata hari hujan 301,67 MM.


(52)

40 4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja

a. Penduduk

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk 2000, Penduduk Kabupaten Labuhanbatu berjumlah 832.450 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 90,26 jiwa per Km2, terdiri dari 414.747 jiwa laki- laki dan 417.703 jiwa perempuan.

Untuk tahun 2006 berdasarkan hasil proyeksi Pensus Penduduk 2000, Penduduk Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 987,157 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Torgamba yaitu sebanyak 92,869 jiwa dengan kepadatan penduduk 82 jiwa per Km2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Silangkitang sebanyak 26,193 jiwa dengan kepadatan penduduk 86 jiwa per Km2. Kecamatan Rantau Selatan merupakan Kecamatan yang paling padat penduduknya dengan kepadatan 772 jiwa per Km2 dan Kecamatan Aek Natas merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebanyak 48 jiwa per Km2.

Jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu per jenis kelamin lebih banyak laki- laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk laki- laki sebesar 498.794 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 488.363 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 102,41 persen.

Penduduk Kabupaten Labuhanbatu mayoritas bersuku bangsa Batak (45,50 persen) diikuti dengan suku Jawa (44,83 persen), Melayu (3,85 persen), Minang (0,83 persen) dan Aceh (0,21 persen) dan lainnya 4,8 persen. Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Labuhanbatu mayoritas agama Islam (83,71 persen), Budha (1,01 persen), Kristen Protestan( 13,08 persen), Kristen Katolik (2,10 persen) dan Hindu( 0,06 persen) serta lainnya 0,04 perseN


(53)

41 Tabel 4.1. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan

Penduduk Kota Rantauprapat Tahun 2007 Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Total (jiwa)

0-4 11.041 11.745 22.786

5-9 11.831 12.099 23.930

10-14 13.023 13.298 26.321

15-19 14.851 14.371 29.222

20-24 11.600 11.550 23.150

25-29 10.403 9.931 20.334

30-34 9.398 8.635 18.033

35-39 8.498 8.294 16.792

40-44 7.327 7.433 14.760

45-49 5.450 5.643 11.093

50-54 3.492 4.412 7.904

55-59 2.911 2.818 5.729

60-64 2.426 2.469 4.895

65+ 4.115 3.172 7.287

Jumlah 116.366 115.870 232.236

(Sumber: BPS,Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka, 2007

Tabel 4.2. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Rantauprapat Tahun 2007

Golongan Umur Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Total (jiwa)

0-4 64.317 62.206 126.523

5-9 74.856 75.106 149.962

10-14 69.955 67.981 137.936

15-19 53.182 57.666 110.848

20-24 51.533 48.034 99.567

25-29 44.105 51.040 95.145

30-34 45.591 42.320 87.911

35-39 23.649 24.160 47.809

40-44 18.941 12.466 31.407

45-49 13.840 13.405 27.245

50-54 11.814 11.610 23.424

55-59 6.832 7.151 13.983

60-64 9.752 6.221 15.973

65+ 10.427 8.997 19.424

Jumlah 498.794 488.363 987.157


(54)

42 Tabel 4.3. Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di

Kota Rantauprapat Tahun 2007 (jiwa) Golongan Umur Laki-laki

(jiwa)

Perempuan (jiwa)

Total (jiwa)

0-4 11.041 11.745 22.786

5-9 11.831 12.099 23.930

10-14 13.023 13.298 26.321

15-19 14.851 14.371 29.222

20-24 11.600 11.550 23.150

25-29 10.403 9.931 20.334

30-34 9.398 8.635 18.033

35-39 8.498 8.294 16.792

40-44 7.327 7.433 14.760

45-49 5.450 5.643 11.093

50-54 3.492 4.412 7.904

55-59 2.911 2.818 5.729

60-64 2.426 2.469 4.895

65+ 4.115 3.172 7.287

Jumlah 116.366 115.870 232.236

(Sumber: BPS,Kabupaten Labuhanbatu Dalam Angka, 2007) b. Tenaga Kerja

Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2006 adalah 2.096 orang, yang terdiri dari 1.223 tenaga kerja laki- laki dan 873 perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan tamat SLTA umum/ kejuruan/ lainnya yanitu 1345 orang atau 64,17 %, sedangkan Sarjana lengkap 279 orang atau 13,31 %, SLTP umum/ sederajat 52 orang atau 2,48%, tamat DII/DIII 384 orang atau 18,32% sedang tamat SD sebanyak 36 orang atau 1,72%

4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Rantauprapat

Laju pertumbuhan PDRB Kota Rantauprapat atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar 14,46 persen. Hal ini menunjukkan penurunan sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,84 persen


(55)

43 pada tahun 2006.Laju pertumbuhan ekonomi Kota Rantauprapat atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 5,68 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 5,32 persen.Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Rantauprapat yaitu Sektor Pertanian/ perkebunan, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa – jasa. Sedangkan sektor-sektor lain secara berurutan sesuai dengan peranannya terhadap pembentukan total nilai PDRB adalah, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi

4.2. Gambaran Umum Objek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah para pekerja sektor informal khususnya para pedagang makanan, warung kecil di pinggir jalan, pedagang kaki lima dan pedagang yang menggunakan gerobak. Gambaran umum pekerja sektor informal tersebut dalam uraian berikut:

4.2.1. Umur

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia responden adalah bervariasi antara 16 sampai 68 tahun. Usia responden tersebut didominasi oleh usia 25 sampai 39 tahun, usia yang menyatakan bahwa sebagian besar mereka berapa pada potensi fisik optimum untuk melakukan pekerjaannya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:


(56)

44 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Usia Jumlah

(jiwa) Persen

1 Dibawah 25 15 15%

2 25-39 48 48%

3 40-49 17 17%

4 50 keatas 20 20 %

Jumlah 100 100%

(Sumber: wawancara dan kuisioner)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa usia 25 sampai 39 tahun mendominasi responden sebanyak 48 orang atau sama dengan 48%, yang diikuti oleh responden usia 50 tahun keatas sebanyak 20 orang atau 20% dari keseluruhan responden. Sedangkan usia 40 sampai 49 tahun sebanyak 17 orang atau 17% dari keseluruhan responden. Untuk usia dibawah 25 tahun sebanyak 15 orang atau 15% dari keseluruhan responden.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden di dominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang disusul oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah dan tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tingkat pendidikan responden bervariasi jumlahnya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(jiwa) Persen

1 Sekolah Dasar kebawah 32 32

2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 15 16

3 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 41 42


(57)

45

5 Perguruan Tinggi 5 2

Jumlah 100 100

(Sumber: wawancara dan kuisioner)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden di kota Rantauprapat, rata-rata tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 41 orang atau 41% dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah sebanyak 32 orang atau 32% dari keseluruhan responden. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 15 orang atau 15% dari keseluruhan responden. Kemudian tingkat pendidikan Akademi (DIII) sebanyak 7 responden atau 7% dari keseluruhan responden. Terakhir tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 5 responden atau 5 % dari keseluruhan responden.

4.2.3. Jumlah Jam Kerja

Berdasarkan hasil penelitian jumlah kerja para pekerja di sektor informal tersebut bervariasi yaitu 4 jam sampai dengan 18 jam per hari. Jumlah waktu kerja pekerja di sektor informal didominasi antara 5 jam sampai 9 jam perhari, selanjutnya diikuti dengan 10 jam sampai dengan 15 jam perhari. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah jam kerja No Jumlah jam kerja/Hari Jumlah

(jiwa) Persen

1 < 5 3 3%

2 5-9 57 57%

3 10-14 31 31%

4 > 15 9 9%


(58)

46 (Sumber: wawancara dan kuisioner)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah jam kerja pekerja sektor informal antara 5 sampai 9 jam per hari di didominasi oleh responden yaitu sebanyak 57 orang atau 57% dari keseluruhan responden. Sedangkan jumlah jam kerja antara 10 sampai 14 jam perhari terdapat 31 orang atau 31% dari keseluruhan responden. Selanjutnya, Jumlah jam kerja 15 jam keatas sebanyak 9 orang atau 9% dari keseluruhan responden. Kemudian untuk jam kerja kurang dari 4 jam perhari adalah sebanyak 3 orang atau 3% dari keseluruhan responden.

4.2.4. Modal Operasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa modal yang digunakan para pekerja sektor informal merupakan modal sendiri. Karena modal yang digunakan dalam kegiatan usaha tergolong kecil. Sedangkan untuk modal kerja setiap harinya sebagian diambil dari keuntungan hari sebelumnya.

4.3. Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja Sektor Informal

1. Lapangan pekerjaan yang sempit.

Hampir 60% responden mengatakan bahwa mereka memilih pekerjaan di sektor informal, karena sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, baik dari pemerintah dan swasta atau tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan.

2. Tingkat pendidikan yang rendah.

Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden termasuk rendah. Hal ini terlihat bahwa hanya 45% dari responden yang mencapai


(59)

47 tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sedangkan sisanya 15% hanya mencapai tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 30% Sekolah Dasar, dan 10% untuk tingkat Akademik

3. Menambah Penghasilan.

Ada juga yang menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan ini karena pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, sehingga melakukan pekerjaan ini guna dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

4. Tidak terikat jam kerja.

Yang termasuk kelompok ini adalah para pekerja sektor informal yang sudah sejak dulu bekerja disektor ini. Sehingga walaupun sudah berusia 50 tahun keatas masih tetap bekerja di sektor informal, padahal anak-anak yang dibiayai sudah dewasa, namun dibandingan dengan diam dirumah maka mereka lebih memilih bekerja.

5. Permasalahan lainnya.

Alasan lainnya adalah karena tidak begitu suka peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja, misalnya masalah jam kerja, kondisi pekerjaan dan sebagainya.

4.4. Hasil dan Analisis

1. Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independen variabel) yaitu umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja, dan modal operasi


(60)

48 terhadap variabel terikat (dependen variabel) yaitu pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat, maka digunakan model ekonometrika dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

2. Analisis ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel bebas dan terikat. Untuk membuktikan hipotesis yang dibuat, Penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah umur, tingkat pendidikan, Jumlah jam kerja dan modal mempengaruhi pendapatan sektor informal di Kota Rantauprapat. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi melalui uji t, uji F yang diperoleh dengan menggunakan alat program software komputer E-views 5.1.

3. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan komputer E-views 5.1 dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7. Hasil Analisa Regresi No Variabel Koefisien Standard

Error t-statistik

1 Intercept 12.29012 29.96832 0.410104

2 X1 0.600073 0.504632 1.189130

3 X2 2.573939 1.667263 1.983811

4 X3 0.284292 1.803591 2.157626

5 X4 1.106149 0.081354 13.59665

7 R 0.736949

8 Adj R 0.725873

9 F-statistik 66.53672

10 DW-statistik 2.089455

(Sumber: Hasil Pengolahan Data) * signifikan pada α 5% TS Tidak Signifikan ** signifikan pada α 1%


(61)

49 Y= 12.29012 + 0.600073*X1 + 2.573939*X2 + 0.284292*X3 + 1.106149*X4

4.4.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.736949 berarti variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, jumlah jam kerja dan modal operasi, mampu menjelaskan variasi pendapatan pekerja di sektor informal di Kota Rantauprapat sebesar 95%. Sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.

4.4.2. Hasil Uji Keseluruhan (F-Test)

Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 66.53672, yang signifikan pada tingkat keyakinan 99%, berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, jumlah jam kerja, dan modal operasi, mampu menjelaskan variasi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat..

4.4.3. Hasil Uji Parsial (t-Test)

Hasil estimasi untuk variabel umur (X1) diperoleh nilai t-statistik adalah

1.189130, yang lebih kecil dibandingkan t-tabel (α 10% = 1.645). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat.

Untuk variabel Tingkat Pendidikan yang ditamatkan (X2) diperoleh nilai t-statistik adalah 1.983811yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5% = 1.960). Hal ini berarti bahwa variabel tingkat pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan


(62)

50 terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat pada taraf kepercayaan 5%.

Untuk variabel Jumlah jam kerja (X3) diperoleh nilai t-statistik adalah

2.157626, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5% = 1.960). Hal ini berarti bahwa variabel jumlah jam kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat pada taraf kepercayaan 5%.

Untuk variabel Modal Operasi (X4) diperoleh nilai t-statistik adalah

13.59665, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5% = 1.960). Hal ini berarti bahwa variabel Jumlah jam kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat pada taraf kepercayaan 5%.

4.5. Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik 4.5.1. Hasil Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas dilakukan dengan membandingkan nilai R2y.x dengan nilai R2x.x. Kriteria keputusan:

1. Jika nilai R2y.x < R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. 2. Jika nilai R2y.x > R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah

multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Uji korelasi parsial (partial correlation test) dilakukan dengan model :

X1 = c0 + c1X2 + c2X3 + c3X4 + µi ... (4.1) X2 = d0 + d1X1 + d2X3 + d3X4 + Ði ... (4.2)


(63)

51 X3 = e0 + e1X1 + e2X2 + e3X4 + əi ... (4.3) X4 = f0 + f1X1 + f2X2 + f3X3 πi ... (4.4)

Dari hasil estimasi (Lampiran) kemudian diperoleh hasil sebagai berikut :

• Nilai R2X1, X2, X3, X4 = 0.023926

• Nilai R2X2., X1, X3, X4 = 0.164445

• Nilai R2X3, X1, X2, X4 = 0.093764

• Nilai R2X4, X1, X2, X3 = 0.222224

Nilai R2 Y, X!, X2, X3,X4,X5 lebih tinggi dari nilai nilai R2 X1, X2, X3, X4,X5, nilai R2 X2., X1, X3, X4,X5, nilai R2 X3, X1, X2, X4,X5, nilai R2 X4, X1, X2, X3,X5, maka dalam model empiris tidak ditemukan adanya multikolinieritas.

4.5.2. Hasil Uji Heterokedastisitas

Dari hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan metode White Heterocedasticity, terlihat bahwa hasil perhitungan F statistik adalah 6.046907, melebihi nilai kritis α = 5% (3.20), maka dalam hal ini diputuskan tidak terdapat heterokedastisitas dalam model estimasi.

4.6. Intepretasi Model

Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program E-views 5.1. maka dapat diperoleh estimasi sebagai berikut:

Y= 12.29012 + 0.600073*X1 + 2.573939*X2 + 0.284292*X3 + 1.106149*X4

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan, dengan pengaruh variabel independen yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, jumlah jam kerja, dan modal operasi pekerja sektor informal di Kota Rantauprapat adalah sebagai berikut:


(64)

52 a. Umur.

Dari hasil estimasi diketahui bahwa umur memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Rantauprapat. Hal ini berarti semakin bertambah umur pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi umur (X1) adalah 0.600073, artinya apabila umur pekerja sektor informal bertambah satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp. 0.600073 ribu/hari.

b. Pendidikan yang ditamatkan.

Dari hasil estimasi diketahui bahwa pendidikan yang ditamatkan memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Rantauprapat. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk tingkat pendidikan (X2) adalah 2.573939, artinya apabila pendidikan pekerja sektor informal meningkat satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp. 2.573939 ribu/hari.

c. Jumlah jam kerja.

Dari hasil estimasi diketahui bahwa Jumlah jam kerja memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Rantauprapat. Hal ini berarti semakin bertambah curahan, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi Jumlah jam kerja (X4) adalah 0.284292, artinya apabila Jumlah jam kerja oleh pekerja


(65)

53 sektor informal bertambah satu jam, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp. 0.284292 ribu/hari.

d. Modal operasi.

Dari hasil estimasi diketahui bahwa modal operasi memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Rantauprapat. Hal ini berarti semakin bertambah modal operasi, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk modal operasi (X5) adalah 1.106149, artinya apabila modal operasi pekerja sektor informal bertambah seribu rupiah, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp. 1.106149 ribu/hari.


(1)

15

LAMPIRAN 2: HASIL PENGOLAHAN DATA

Y= 12.29012 + 0.600073*X1 + 2.573939*X2 + 0.284292*X3 + 1.106149*X4

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:27 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.29012 29.96832 0.410104 0.6827

X1 0.600073 0.504632 1.189130 0.2374

X2 2.573939 1.667263 1.543811 0.1260

X3 0.284292 1.803591 0.157626 0.8751

X4 1.106149 0.081354 13.59665 0.0000

R-squared 0.736949 Mean dependent var 203.2500 Adjusted R-squared 0.725873 S.D. dependent var 116.6307 S.E. of regression 61.06445 Akaike info criterion 11.11044 Sum squared resid 354242.4 Schwarz criterion 11.24070 Log likelihood -550.5222 F-statistic 66.53672 Durbin-Watson stat 2.089455 Prob(F-statistic) 0.000000

LAMPIRAN 3: HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

X

1

= f (X

2

X

3

X

4

)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:45 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 42.19604 4.264983 9.893601 0.0000 X2 -0.223129 0.336435 -0.663216 0.5088 X3 -0.457027 0.361783 -1.263265 0.2096 X4 0.017278 0.016359 1.056145 0.2936 R-squared 0.023926 Mean dependent var 38.04000 Adjusted R-squared -0.006577 S.D. dependent var 12.30990 S.E. of regression 12.35032 Akaike info criterion 7.904418 Sum squared resid 14642.91 Schwarz criterion 8.008625 Log likelihood -391.2209 F-statistic 0.784390 Durbin-Watson stat 0.044193 Prob(F-statistic) 0.505503


(2)

16

X

2

= f (X

1

X

3

X

4

)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:47 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.405766 1.671575 4.430413 0.0000 X1 -0.020441 0.030821 -0.663216 0.5088 X3 0.011828 0.110401 0.107140 0.9149 X4 0.018868 0.004593 4.108132 0.0001

R-squared 0.164445 Mean dependent var 9.160000 Adjusted R-squared 0.138334 S.D. dependent var 4.026980 S.E. of regression 3.738082 Akaike info criterion 5.514201 Sum squared resid 1341.433 Schwarz criterion 5.618407 Log likelihood -271.7100 F-statistic 6.297913 Durbin-Watson stat 1.581909 Prob(F-statistic) 0.000603

X

3

= f (X

1

X

2

X

4

)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:48 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 9.227367 1.410321 6.542744 0.0000 X1 -0.035778 0.028322 -1.263265 0.2096 X2 0.010108 0.094342 0.107140 0.9149 X4 0.011782 0.004444 2.651277 0.0094

R-squared 0.093764 Mean dependent var 9.470000 Adjusted R-squared 0.065444 S.D. dependent var 3.574475 S.E. of regression 3.455531 Akaike info criterion 5.357007 Sum squared resid 1146.307 Schwarz criterion 5.461214 Log likelihood -263.8504 F-statistic 3.310897 Durbin-Watson stat 1.752118 Prob(F-statistic) 0.023328


(3)

17

X

4

= f (X

1

X

2

X

3

)

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:49 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -24.46311 37.51332 -0.652118 0.5159 X1 0.664772 0.629432 1.056145 0.2936 X2 7.924369 1.928947 4.108132 0.0001 X3 5.790704 2.184119 2.651277 0.0094

R-squared 0.222224 Mean dependent var 128.2500 Adjusted R-squared 0.197919 S.D. dependent var 85.53862 S.E. of regression 76.60752 Akaike info criterion 11.55445 Sum squared resid 563396.3 Schwarz criterion 11.65865 Log likelihood -573.7223 F-statistic 9.142974 Durbin-Watson stat 1.895307 Prob(F-statistic) 0.000022


(4)

18

LAMPIRAN 4: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

Cross term

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 6.046907 Probability 0.000766 Obs*R-squared 33.41517 Probability 0.002509

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/13/11 Time: 22:42 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -11997.77 18004.45 -0.666378 0.5070 X1 -58.63864 586.2449 -0.100024 0.9206 X1^2 6.848846 6.150682 1.113510 0.2686 X1*X2 15.19133 20.20930 0.751700 0.4543 X1*X3 -20.92830 28.45335 -0.735530 0.4640 X1*X4 -4.617310 1.109311 -4.162321 0.0001 X2 61.42471 1533.384 0.040058 0.9681 X2^2 -27.39267 64.78707 -0.422811 0.6735 X2*X3 17.92133 82.32041 0.217702 0.8282 X2*X4 -1.488572 6.215351 -0.239499 0.8113 X3 2051.761 2227.905 0.920937 0.3597 X3^2 -103.8804 82.30882 -1.262081 0.2104 X3*X4 7.010009 4.589497 1.527403 0.1304 X4 102.8766 86.47689 1.189643 0.2375 X4^2 0.136490 0.120857 1.129350 0.2619

R-squared 0.334152 Mean dependent var 3542.424 Adjusted R-squared 0.224483 S.D. dependent var 10487.69 S.E. of regression 9235.826 Akaike info criterion 21.23705 Sum squared resid 7.25E+09 Schwarz criterion 21.62782 Log likelihood -1046.852 F-statistic 6.046907 Durbin-Watson stat 2.452531 Prob(F-statistic) 0.000766


(5)

19

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL

DI KOTA RANTAUPRAPAT

Formulir Kuisioner

A.

Identitas Responden

1.

Nama

:

2.

Usia

:

3.

Agama

:

4.

Pendidikan

:

a.

Tidak Pernah Sekolah

b.

Sekolah Dasar (SD) sederajat.

c.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sederajat.

d.

Sekolah Menegah Umum (SMU) sederajat.

e.

Diploma III

f.

Perguruan Tinggi.

B.

Variabel Prediktor

a.

Sudah berapa lama pekerajaan ini Bapak/Ibu/Saudara

lakukan:……bulan/tahun

b.

Kenapa memilih profesi sebagai pekerja di sektor

informal?...

...

...

...

c.

Berapa penghasilan dari pekerja di sektor informal ini:

Rp………/hari/minggu/bulan.

d.

Berapa modal yang diperlukan untuk usaha ini?

Modal awal

: Rp…………..

Modal setiap harinya

: Rp…………..

e.

Apakah ada pekerjaan sampingan Bapak/Ibu/Saudara, selain bekerja di

sektor informal? Apabila ada, berapa penghasilan sampingan tersebut

Rp…………hari/minggu/bulan.

f.

Berapa lama Jumlah jam kerja Bapak/Ibu/Saudara di pekerjaan ini

……….jam/hari, jam/minggu, jam/bulan.

g.

Bagaimana pendapatan keseluruhan Bapak/Ibu/Saudara dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari?

1.

Cukup

2.

Tidak cukup

3.

Kurang

4.

Sangat kurang


(6)

20

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

N a m a

: Sannur Situmorang

N I M

: 060523021

Departemen

: Ekonomi Pembangunan

Fakultas

: Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Rantauprapat”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk

dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Mei 2009

Yang Membuat Pernyataan

(Sannur Situmorang)