Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai

(1)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR

INFORMAL DI KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RAHMAT LUBIS 040501004

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

ABSTRACT

The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Binjai city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time, work experience and operational capital on level of income worker in informal sector.

In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Binjai city.

The result of this study shows that independent variabels age, education level, long of work time, work experience and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.

Keywords: informal sector, age, level of education, long of work time, work


(3)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai.

Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model estimasi.

Kata Kunci: Sektor informal, umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja,


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai.

Penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi persyaratan akademis untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Strata I (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Dosen Wali yang telah membimbing Penulis selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Karel S. Manik, selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang telah dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding I Penulis yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, selaku Dosen Pembanding II Penulis yang juga telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Yang terhormat kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi


(5)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis.

8. Kepada seluruh staff dan Karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam mendapatkan bahan bacaan yang sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Yang terhormat kepada seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan khususnya stambuk 2004 yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada seluruh sahabat dan rekanan baik yang Penulis kenal ataupun yang mengenal Penulis atas segala semangat yang diberikan.

11.Yang paling saya muliakan kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta orang tua yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan material selama Penulis menuntut ilmu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya Penulis selalu berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya.

Medan, Maret 2009

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS ... 11

2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal ... 11

2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 13


(7)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009


(8)

2.5 Kerangka Pemikiran ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4 Jenis Penelitian ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6 Pengolahan Data ... 34

3.7 Analisis Data ... 34

3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ... 36

3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 36

3.8.2 Uji Keseluruhan (F-Test) ... 37

3.8.3 Uji Parsial (t-Test) ... 37

3.9 Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik ... 38

3.9.1 Multikolinearitas ... 38

3.9.2 Heteroskedastisitas ... 39

3.10 Definisi Operasional Variabel ... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ... ... 41


(9)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ... 44

a. Penduduk ... 44

b. Tenaga Kerja ... 47

4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai ... 49

4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 49

4.2.1 Umur ... 49

4.2.2 Pendidikan yang ditamatkan ... 50

4.2.3 Lama Bekerja ... 51

4.2.4 Curahan Jam Kerja ... 51

4.2.5 Modal Operasi ... 52

4.3 Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja di Sektor Informal ... 53

4.4 Hasil dan Analisis ... 54

4.5 Intepretasi Model ... 55

4.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57

4.5.2 Hasil Uji Keseluruhan (F-test) ... 57

4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-Test) ... 58

4.6 Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik ... 59

4.6.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 59


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61 5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4


(11)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

Tabel 1.1 Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai ... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 39

Tabel 4.1 Batas Kota Binjai ... 43

Tabel 4.2 Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai ... 44

Tabel 4.3 Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2004 ... 45

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46

Tabel 4.5 Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ... 46

Tabel 4.6 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48

Tabel 4.7 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2004 ... 48

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 50


(12)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja ... 52

Tabel 4.11 Hasil Analisa Regresi ... 55

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Hal Gambar 2.1 Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ... 18

Gambar 2.2 Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan ... 22

Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ... 31


(13)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul

Lampiran 1 Data Penelitian Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Hasil Uji Multikolinearitas Lampiran 4 Hasil Uji Heteroskedastiditas


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, regional, bahkan sampai tingkat nasional. Program pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat-manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan ekonomi sebagai penerima akibat (dampak) dari program pembangunan yang bersangkutan. Komunitas lokal harus mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Ahmadi, 1995).

Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003). Rencana pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh tenaga ahli atau konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda dalam mengatasi permasalahan penting yang mereka temukan. Seyogyanya rencana


(15)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan demikian kegiatan pembangunan yang mencakup perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pemantauan serta


(16)

evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan kemampuan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko itu sendiri.

Perumusan kebijakan dan pemilihan prioritas yang tajam merupakan sarana untuk

mengimplementasikan apa yang tercantum dalam perencanaan program

pembangunan. Sasaran dari perencanaan pembangunan dapat dikelompokan atas 3 sasaran umum yaitu: (1) efisiensi, (2) keadilan dan akseptabilitas masyarakat, dan (3) keberlanjutan (Iryanti, 2003). Pembangunan yang merupakan hasil perencanaan harus merupakan perwujudan keadilan dan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam proses perencanaan dan langkah-langkah pengawasan.

Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan


(17)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan.

Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sampai saat ini, pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah.

Meskipun pertumbuhan ekonomi selama pembangunan jangka panjang pertama berkisar antara 5-8 persen per tahun, proporsi pekerja sektor informal, khususnya di perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun 1971 proporsi pekerja sektor informal terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 persen. Angka ini meningkat menjadi sekitar 36 persen pada tahun 1980 dan menjadi 42 persen pada tahun 1990. Sedangkan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi sekitar 65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal masih cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Selain itu perkembangan ekonomi belum dapat mengatasi persoalan klasik keterbatasan peluang kerja.


(18)

Di satu segi sektor informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini dapat mempunyai dampak positif mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah.

Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerjanya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan kegiatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat.

Sektor informal dalam penelitian ini dianggap sebagai akibat dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja negara sedang berkembang; mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini khususnya di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan kebanyakan para migran. Dengan kata lain, sektor informal di kota harus dipandang sebagai unit-unit usaha berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang


(19)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan jasa yang masih dalam suatu proses evolusi untuk menjelma sebagai sekelompok perusahaan berskala kecil dengan masukan-masukan modal (capital) dan pengelolaan (managerial) yang lebih besar (Sjaifudin, 1995).

Akumulasi penduduk di kota-kota besar seperti halnya di Indonesia tersebut sering tidak diikuti dengan penyediaan kesempatan kerja formal yang luas. Hal ini memposisikan penduduk yang tidak mampu berkompetisi disektor formal, seperti penduduk dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, cenderung masuk ke sektor informal. Mereka bekerja seadanya, pada lapangan usaha apa saja, tentunya jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan pendidikan tinggi (Sjaifudin, 1995; Widianto, 2003).

Selanjutnya Maloney (1995) lebih jauh menjelaskan bahwa tingginya penduduk yang bekerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar dan menengah, merupakan akibat dari urbanisasi semu (pseudo urbanization), yakni urbanisasi yang tidak diikuti dengan perkembangan ekonomi (industrialization) dan kesempatan kerja. Masalah yang muncul dari fenomena tersebut adalah penganggur terbuka, setengah penganggur, dan tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan secara penuh. Hal ini tentu saja akan diikuti dengan meluasnya berbagai kegiatan usaha di sektor informal. setidak-tidaknya sebagai kegiatan usaha alternatif agar di kota mereka tetap dapat

survive.

Dari pendapat tersebut perlu dikemukakan pula tentang kinerja usaha kecil seperti yang digunakan oleh Sadler-Smith dkk,(2003) bahwa usaha kecil di Kerajaan Inggris terdapat hubungan antara prilaku manajerial (berdasarkan model kompetensi),


(20)

gaya golongan pengusaha (berdasarkan teori Cavin dan Stevin) dan jenis perusahaan (dalam bentuk kinerja pertumbuhan penjualan), begitu pula yang dikemukakan oleh Raharjo (2003) yang mengembangkan kapasitas manajemen dan kewirausahaan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pertanian bahwa aspek personal bersama-sama dengan fisik, ekonomi dan lingkungan insitusi berpengaruh kewirausahaan petani. Studi ini menggambarkan bahwa dampak kewirausahaan para petani dalam proses pengambilan keputusan secara konsekwen menentukan hasil yang efisien.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis moneter ini telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami resesi ekonomi. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan/golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan ekonomi di dalam negeri, namun demikian usaha sektor informal dalam situasi tersebut malahan menjamur. Hal ini merupakan indikator bahwa masyarakat membutuhkan keberadaan sektor ini.

Secara struktural suatu gejala ekonomi mempengaruhi usaha melalui sisi permintaan (pasar output) dan/atau sisi penawaran (pasar input). Besarnya efek tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan atau sektor/subsektor, skala usaha,dan wilayah usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. Perbedaan ini karena orientasi dan struktur pasar output dan input, pola proses produksi, dan jenis serta intensitas pemakaian ouput/bahan baku berbeda menurut kegiatan ekonomi yang berbeda. Oleh karenanya dampak dari suatu gejolak ekonomi terhadap usaha kecil


(21)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan menengah perlu dianalisis dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan (Tambunan, 2002).

Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang berpenddidikan perguruan tinggi (Ramli, 1992). Sampai sejauh mana hubungan tingkat pendidikan dengan pekerjaan pada sektor ini, merupakan hal penting untuk diteliti. Dikatakan demikian karena menurut Standing (1981), untuk mengukur tingkat pemanfaatan angakatan kerja, salah satu faktor yang harus diperhatikan ialah kesesuaian antara tingkat pendidikan seseorang dengan lapangan kerja yang ditekuninya. Kalau tidak sesuai akan menimbulkan Underemployment ialah orang yang bekerja dibawah kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya hal tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan. Keadaan ini tidak terlepas semakin kompleks penciptaan lapangan kerja di kota besar seperti di Medan khususnya di Kota Binjai.

Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah (PD) Kota Binjai pada tahun 2007 tercatat usaha sektor informal 1.727 unit, dimana rata-rata pertumbuhannya berkisar antara 5-8% pertahun, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1. Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai

Tahun Jumlah sektor informal

(unit)

2000 820


(22)

2002 1.086

2003 1.128

2004 1.297

2005 1.387

2006 1.564

2007 1.727

(Sumber: BPS Sumatera Utara)

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor informal semakin bertambah, sehingga akan menyerap banyak tenaga kerja. Di beberapa negara yang sedang berkembang (developing countries) sektor usaha kecil umumnya menyerap banyak tenaga kerja, pertumbuhan sektor informal yang pesat seiring dengan pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan tanah, perumahan, dan fasilitas lainnya semakin mahal. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya terdiri dari pekerja sektor informal yang kebanyakan terdiri dari para urbanit, mencari daerah-daerah yang terjangkau oleh keadaan ekonominya, Akhirnya mereka berkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu yang selanjutnya “daerah kumuh” (Widianto, 2003).

Polemik tentang prospek sektor informal yang terus berlangsung disertai pesatnya penambahan jumlah tenaga kerja yang masuk ke sektor tersebut, mengindikasikan perlunya suatu studi yang secara mendalam menelaah perkembangan, prospek dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor informal, terlebih dengan adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, perkembangan, prospek,


(23)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

dan kemampuan untuk bertahan sektor informal sampai sekarang menarik untuk dikaji lebih mendalam.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, studi ini berusaha memaparkan kegiatan pekerja di sektor informal dan menyediakan pemikiran untuk pembinaan sektor informal dan pengembangan kegiatan usaha informal, termasuk dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai”. 1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh umur terhadap pendapatan usaha pekerja sektor informal di Kota Binjai?

2. Bagaimana pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai?

3. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai?

4. Bagaimana pengaruh curahan waktu bekerja terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai?

5. Bagaimana pengaruh modal operasi terhadap pendapatan pekerja pada sektor informal di Kota Binjai?


(24)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan pekerja di sektor

informal.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

5. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan pendapatan sektor informal.

2. Bagi pekerja di sektor informal penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan agar para pekerja di sektor informal dapat meningkatkan pendapatan mereka.

3. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam di bidang ini.


(25)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

4. Bagi para pengambil kebijakan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para pekerja di sektor informal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal

Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal


(26)

menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja.

Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah,


(27)

tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Alma, 2001).

Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia (Moir dan Wirosardjono 1997).

Pemberdayaan sektor informal merupakan bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar.

Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha, maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya Raharjo (2003), mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi meskipun didapatkan dengan penuh


(28)

kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini. Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor informal.

Keberadaan pekerja sektor informal ini turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten, dimana terdapatnya sektor informal tersebut.

Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.

2.2. Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan


(29)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu, ahli ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan suatu wilayah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan wilayah. Atas dasar konsesus di atas, maka didalam pengembangan wilayah perlu dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah (Priyono, 1999).

Maloney (1995) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan wilayah menjadi:


(30)

a. Wilayah Homogen, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri baik yang bersifat geogarfis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong terjadinya perubahan keseluruhan aspek wilayah.

b. Wilayah Nodal, yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi,

hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer

terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.

c. Wilayah Administrasi, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.

d. Wilayah Perencanaan, yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik keterkaitan dalam biofisik/ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu wilayah administrasi.

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut


(31)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik dan terarah.

Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro, 2000).

Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai cita-citanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produktivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat optimal bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan lingkungan berada dalam keadaan seimbang agar kelestarian sumberdaya dapat terpelihara dan


(32)

terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Firnandi, 2005). Pembangunan wilayah yang berkelanjutan berlandaskan kenyataan adanya keterbatasaan kemampuan sumberdaya alam, sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat. Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan menitik beratkan pada tanggung jawab moral dalam memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang. Dengan demikian permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan wilayah adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah mengalami degradasi baik karena faktor alam sendiri maupun faktor intervensi manusia, secara arif bijaksana tetapi alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu dan antar generasi guna menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung.

Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World

Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission

pada tahun 1987. Palunsu dalam Irayanti (2000) mengemukakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang.


(33)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem.

3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam, serta sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam.

Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian bukan pada perbedaan interpretasi pembangunan yang berkelanjutan tersebut namun lebih terfokus pada hal-hal yang merupakan implikasi dari pelaksanaan pembangunan. Sjaifudin, dkk (1995) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak akan membawa hasil apabila dalam proses pembangunan tersebut tidak terjadi integrasi tiga poin utama yaitu ekonomi, ekologi dan sosiologi. Ketiga aspek-aspek kehidupan dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai “a triangular framework” dengan tujuan masing-masing aspek yang berbeda, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini:

Ekonomi:

Pertumbuhan, Pemerataan dan Efisiensi (sustainable growth efficiency)


(34)

Sosial: Ekologi:

Pemberdayaan Masyarakat Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) (Empowerman) keanekaragaman hayati (biodiversity) Keterpaduan sosial (Social Cohession) daya dukung lingkungan

Partisipasi Masyarakat (Participation) (Carrying Capacity) Sumber: Firnandi (2005)

Gambar 2.1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan

Dari aspek ekonomi, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan teknologi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan secara komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang. Selain itu perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dan menghindari dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya dengan memberikan harga kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada masa kini dan yang akan datang.

Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama:

1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan dengan ekosistem yang terbatas. Kerusakan lingkungan dan polusi yang


(35)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi akan meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah (waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem. 3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada

kerusakan lingkungan yang irreversible.

Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (1998), bahwa pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan organisasi sosial masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol terhadap jalannya pembangunan, pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang mengandung keutamaan dan kearifan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya keterpaduan ketiga aspek tersebut yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan efisiensi yang dapat diukur dengan kriteria materi (monetary value), ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan ekosistem, daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, dan sosial mencakup keadilan, keterpaduan kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.


(36)

Keberhasilan dan kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial) tidak dapat diukur dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:

Distribusi pendapatan Evaluasi dampak Lingkungan Kesempatan kerja Penilaian Sumberdaya

Bantuan kepada Internalisasi dampak sasaran subsidi lingkungan

Tujuan Sosial Tujuan Ekosistem

Pengentasan Kemiskinan Manajemen Sumberdaya Alam Pemerataan

Sumber: Firnandi (2005)

Gambar 2.2. Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan

Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut (ekonomi, sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang bertujuan untuk perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya dipertimbangkan secara lokal untuk sekala waktu masa kini saja, tetapi juga dalam


(37)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah, dan jangka panjang).

Selanjutnya dikemukakan oleh Firnandi (2001) bahwa, dalam kerangka tiga dimensi pembangunan berkelanjutan akan terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur (trade off) antara dimensi spasial, dimensi temporal dan dimensi kesejahteraan yang masing-masing memiliki perbedaan karakteristik, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Gambar 2.3 sebagai berikut ini.

Spasial

Internasional

Temporal

Nasional

Regional

Lokal

Berkelanjutan

Sumber: Firnandi (2005)

Skala Spasial yang parallel dan berhubungan dengan hierarkhi administrasi ekologi.

Pandangan jauh ke depan memerlukan

terjadinya proses yang berkembang

secara evolutif yang dapat

Aspek-aspek ini menjadi

pertimbangan utama, agar tindakan kebijaksanaan mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.


(38)

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan

Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai oleh adanya peningkatan kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat.

Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya kebutuhan fisik yang dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri.

Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga meliputi berbagai aspek lainnya yang meliputi


(39)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor diluar daerah, atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari dalam daerah meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan salah satu penentu eksternal yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar secara merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya keragaman antar wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam, teknologi dan kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan saling berinteraksi antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang merugikan. Dengan demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama yang menyangkut dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya, perlu diketahui adanya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya dalam ruang lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang, barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut dapat menguntungkan (spread effect) maupun merugikan (backwash effect) terhadap hinterland sebagai akibat pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi antar wilayah adalah struktur tata ruang yang memusat. Dalam struktur tata ruang


(40)

yang demikian, kota bertindak sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah

pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti).

Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan kenyamanan yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain. Semakin tinggi ketersediaan faktor ini semakin mudah masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin menarik pula daerah tersebut untuk tempat pemukiman.

Teori Resource Endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa perkembangan ekonomi wilayah dalam pembangunan bergantung pada sumberdaya alam yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya itu. Dalam jangka pendek sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Nilai dari suatu sumberdaya merupakan nilai dan permintaan terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu sumberdaya menjadi berharga jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk produksi.

Pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah pemintaan ekternal akan barang dan jasa yang dihasilkan dan dieksport oleh wilayah itu. Permintaan eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal tenaga kerja, dan teknologi untuk menghasilkan komoditi ekspor. Suatu wilayah memiliki sektor ekspor, karena sektor


(41)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai sumberdaya yang unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan tranportasi. Dalam perkembangannya perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor di wilayah itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan wilayah.

Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect) sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence), sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang menyebar.

Selanjutnya Widianto (2003), berpendapat bahwa pada proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Dengan demikian akhirnya terjadi pemusatan investasi pada wilayah inti, baik investasi publik maupun investasi swasta. Kecenderungan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pemusatan penduduk


(42)

diwilayah inti, pada negara-negara bukan sosialis lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara sosialis.

Di negara sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina dan Kuba, pertumbuhan ekonominya lebih lamban dan struktur politik perekonomiannya lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan

(pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi

dan penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost) yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan udara, biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer di nyatakan bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya (Firnandi, 2005).

Maloney (1995) menyatakan bahwa daerah/wilayah saat ini menjadi ruang yang proaktif, dengan memobilisasi aset-aset dan potensi yang dimiliki untuk mengamankan daya saing yang ada. Daya saing suatu daerah/wilayah berhubungan dengan tingkat kemampuan inovasi sistem yang dimiliki. Pengintegrasian universitas atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan pelatihan yang difokuskan kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang tidak bekerja untuk mengisi kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan menjadi lebih nyata. Universitas atau pendidikan tinggi cenderung menjadi konsultan regional dari pada nasional.


(43)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa dating, terutama dalam aspek-aspek berikut ini:

a. Persaingan Makin Bebas

Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan perubahan tenologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal, baik di sektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun di dalam segmen yang berbeda).

b. Perkembangan Pesat Teknologi

Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan teknologi mempengaruhi antara lain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat. Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan masyarakat berubah.

Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak lepas dari kemajuan teknologi di bidang makanan. Durvival capability sektor


(44)

informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam melakukan penyesuaian-penyesuian di segala bidang yang berkaitan dengan perubahan teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting.

Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan).

Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri besar dengan industri kecil

Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan selama ini.


(45)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin (pasar output).

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Umur responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

2. Pendidikan yang ditamatkan responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

3. Pengalaman kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

4. Curahan kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal.

5. Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.


(46)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota

Keberadaan Masyarakat sektor informal tidak terlepas dari kegagalan pemerintah (government vailure) dalam menciptakan pemertaan pendapatan, namun demikian sektor informal merupakan penopang ekonomi rakyat kecil dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Masyarakat yang bekerja di sektor informal terdiri dari berbagai kelompok umur, pendidikan, dari berbagai pengalaman kerja, tingkat curahan kerja, dan jumlah modal operasi, semua faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prodiktifitas para pekerja sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan para pekerja itu sendiri, seperti terlihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Umur

Pendidikan

Pengalaman Kerja

Curahan Kerja

Pendapatan

Pekerja


(47)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memusatkan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja pada sektor informal dengan menggunakan veriabel-variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal kerja, serta membahas hal-hal yang menyangkut dengan variabel-variabel tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dari variabel-variabel yang telah diajukan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.


(48)

3.2. Lokasi Penelitian

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di Kota Binjai yang secara administratif berada di wilayah Medan Sumatera Utara. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Penulis melihat banyaknya para pekerja yang bekerja di sektor informal di Binjai, kemudian pada tahap selanjutnya Penulis ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka di sektor informal.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara langsung adalah data ekonomi masyarakat di Kota Binjai. Jumlah responden adalah


(49)

100. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling. Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat Kota Binjai yang bekerja disektor informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari warung, rumah makan, kios, toko, serta penjual di kaki lima seperti penjual kue, penjual buah, penjual sayur, penjual ikan, penjual bunga dan sebagainya.

Kelompok Jasa terdiri dari rental komputer, tukang pangkas, tukang reparasi elektronik, bengkel motor dan mobil, fotocopy dan rumah kost, untuk kelompok angkutan terdiri dari angkutan kota (angkot), dan becak. Semua objek penelitian yang telah disebutkan diatas mengikuti metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Iryanti (2000). Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 8 tahun terakhir, dari tahun 2000 hingga tahun 2008. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor Biro Statistik Sumatera Utara dan dari instansi lain.

Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya adalah: harga kebutuhan pokok, biaya kehidupan, jumlah masyarakat, jenis dan jumlah usaha

3.4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang variabel umur, tingkat pendidikan yang ditamatkan, pengalaman


(50)

kerja, curahan waktu kerja, serta jumlah modal para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Kemudian menganalisis dampak kelima variabel tersebut terhadap pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Binjai.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik (a) Teknik kuesioner, dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, (b) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang dijadikan sampel.

3.6. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data dalam penelitian ini.

3.7. Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Untuk analisis ekonometrika digunakan model regresi dalam menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut:


(51)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Dimana:

Y = Pendapatan usaha di sektor informal (Rp per bulan)

X1 = Umur (tahun)

X2 = Pendidikan yang ditamatkan (tahun)

X3 = Lama bekerja (tahun)

X4 = Curahan kerja (jam per hari)

X5 = Modal operasi (rupiah per hari)

= Term of error (kesalahan pengganggu)

Adapun bentuk matematis dari hipotesis di atas adalah sebagai berikut:

0 1 > ∂ ∂ Y X

, Umur berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal.

Artinya semakin tinggi (meningkat) umur, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0 2 > ∂ ∂ Y X

, Pendidikan yang ditamatkan berpengaruh positif terhadap pendapatan

usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0 3 > ∂ ∂ Y X

, Lama bekerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin lama bekerja, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.


(52)

0 4 > ∂ ∂ Y X

, Curahan waktu kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin besar curahan waktu kerja, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

0

5 > ∂

Y X

, Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor

informal. Artinya semakin banyak modal operasi, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus.

Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa yang telah dilakukan oleh Iryanti (2003).

3.8. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.8.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai berikut:

R2 =

2 2 it 2 _ 2 _ it ) ( ) ( ) ( − ∧ − ∑ ∑ + − ∑ − ∑ Y Y Y Y Y Y

ε


(53)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Keterangan:

2 _

it )

(YY

∑ = Total Sum of Square (TSS)

2

it )

(∧ −¬

Y Y = Expained Sum of Square (ESS)

2 it ε

= Residua l (Unexplained) Sum of Square (RSS)

3.8.2. Uji Keseluruhan (F-Test)

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Untuk uji f digunakan hipotesis: Ho: b1 = b2 = b3 …. = bk = 0 Ha: b1≠ b2≠ b3 …. = bk = 0

Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Nilai F hitung diperoleh dengan rumus:

F = ) ( / ) R (1 1 / R 2 2 k n k − − − Dimana:

R2 = Koefisien

k = Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel


(54)

3.8.3. Uji Parsial (t-Test)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho: b1 = b Ha: bi ≠ b

Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. bila nilai t hitung > t– tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

(bi) Se

b) -(bi ti =

Dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis 0


(55)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

3.9. Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik 3.9.1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel yang menjelaskan independen variabel. Suatu model regresi linear akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi.

3.9.2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi dari model regresi linier klasik adalah gangguan (disturbance)

ε

1yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati, 1998). Bila asumsi ini tidak dapat dipenuhi, maka dalam penelitian tersebut terdapat heteroskedastisitas, yang berakibat bahwa estimasi menjadi tidak efisien.


(56)

3.10. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Simbol Satuan

Umur Responden Umur Tahun

Pendidikan Responden Pendidikan SD s.d. S1 (Tahun)

Lama Bekerja Kerja Tahun

Jam Kerja Curahan Jam/hari

Modal operasi Modal Rupiah/hari

Keterangan:

1. Umur adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku usaha, yang dinyatakan dalam tahun.

2. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan dalam tahun. 3. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam tahun.

4. Curahan kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan usahanya, yang dinyatakan dalam jam per hari.

5. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai usahanya, yang dinyatakan dalam rupiah per hari.


(57)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini dinyatakan dalam rupiah per bulan.


(58)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai

Kota Binjai berasal dari pada sebuah kampung kecil yang terletak diantara sungai mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Pada masa silam, lokasi ini adalah antara dua kerajaan melayu, yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat.

Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus Jhon Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya disebutkan sebuah Kampung yang bernama Ba Bingai (Menurut buku Mission to The Eastcoast Sumatera – Edinburg 1826). Sebenarnya sejak pada tahun 1822, Binjai telah dijadikan Bandar pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah dari perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai).

Upacara pembukaan kampung tersebut diadakan pada tanggal 17 Juni 1872 di bawah sebatang pohon Binjai yang amat besar. Di sekitar pohon binjai ini kemudian dibangun beberapa rumah dan lama-kelamaan, tempat ini semakin berkembang dan akhirnya menjadi sebuah bandar pelabuhan yang banyak disinggah oleh pedagang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura, dan Juga Selat Malaka.


(59)

41

Kemudian nama pohon Binjai itu melekat menjadi nama Kota Binjai. Pohon Binjai ini adalah sejenis pohon embacang, salah satu istilah yang berasal dari bahasa Karo.

Pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1864. Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan pada tahun 1866 didirikan Deli Maatschappiy. Usaha untuk menguasai Tanah Deli oleh orang Belanda tidak terkecuali dengan menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini diketahui oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda bahkan melakukan perlawanan. Dibawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyat di Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda.

Dengan tindakan Datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan memerintahkan Kapten Koops untuk menumpas para Datuk yang menentang Belanda. Dan pada tanggal 17 Mei 1872, terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/Masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Binjai.

4.1.2. Letak dan Geografis Kota Binjai

Kota Binjai terletak di 03o 03’40”LU – 03o 40’02”LS dan 98o 27’03”BB – 98o 39’32”BT. Dengan ketinggian 28 meter diatas permukaan laut. Kota Binjai


(60)

berbatasan dengan kabupaten-kabupaten, seperti dapat dilihat pada tabel 4.1 seperti berikut:

Tabel 4.1. Batas Kota Binjai

No Batas Daerah yang berbatasan

1 Utara Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

2 Selatan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

3 Barat Kabupaten Langkat 4 Timur Kabupaten Deli Serdang

(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)

Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan serta mempunyai penduduk sebanyak 232.236 jiwa yang terdiri dari berbagai Etnis antara lain Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Jawa, Banten, Minang, Aceh, China dan India dengan pemeluk agama mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif.

Lima kilometer terakhir Jalan Raya medan Binjai yang panjangnya 22 kilometer berada di dalam kawasan Kota Binjai, dengan 9 kilometer pertama di kawasan Kota medan, dan kilometer 10-17 di Kabupaten Deli Serdang. Sebenarnya Binjai hanya berjarak 8 kilometer dari Kota Medan, jika dihitung dari sempadan diantara kedua-dua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang.


(61)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

untuk disalurkan kepada penduduk-penduduk kota. Namun di penggiran kota, masih terdapat banyak penduduk yang bergantung kepada air perigi untuk keperluan air mereka.

Kota Binjai terdiri dari lima kecamatan yang didalamnya terdapat beberapa kelurahan, seperti dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2. Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai

(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)

4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja

a. Penduduk

Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 232.236 jiwa yang terdiri 116.366 laki-laki dan 115.870 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.574 jiwa/Km2 dan rata-rata 4,64 jiwa per rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007).

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Binjai Utara sebanyak 67.201 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 34.318 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di

No Kecamatan Luas (Km2)

1 Binjai Selatan 29,96

2 Binjai Kota 4,12

3 Binjai Timur 21,70

4 Binjai Utara 23,59

5 Binjai Barat 10,86


(62)

kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 8.330 jiwa/Km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan dengan kepadatan 1.431 jiwa/Km2. Jumlah rumah tangga paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu 13.816 rumah tangga, sedangkan Binjai Kota hanya 7.591 rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007).

Perkembangan penduduk Kota Binjai menagalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Binjai sebesar 215.523 jiwa, pada tahun 2005 sebesar 219.145 jiwa, tahun 2006 sebesar 228.139 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 232.236 jiwa.

Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 15-19 tahun sejumlah 29.222 jiwa, yang terdiri dari 14.851 laki-laki dan 14.371 perempuan. Sedangkan usia yang paling sedikit adalah 60-65 tahun berjumlah 4.895 jiwa, terdiri dari 2.246 laki-laki dan 2.469 perempuan (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007).

Tabel 4.3. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2007

No Kecamatan Rumah

Tangga Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km)

Rata-rata jiwa/RT

1 Binjai Selatan 9.536 42.874 1.431 4,50

2 Binjai Kota 7.591 34.318 8.330 4,52

3 Binjai Timur 10.788 49.494 2.281 4,49

4 Binjai Utara 13.816 67.201 2.849 4,46

5 Binjai Barat 8.353 38.349 3.531 4,59


(63)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 4.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007

Golongan Umur Laki-laki Perempuan Total

0-4 11.041 11.745 22.786

5-9 11.831 12.099 23.930

10-14 13.023 13.298 26.321

15-19 14.851 14.371 29.222

20-24 11.600 11.550 23.150

25-29 10.403 9.931 20.334

30-34 9.398 8.635 18.033

35-39 8.498 8.294 16.792

40-44 7.327 7.433 14.760

45-49 5.450 5.643 11.093

50-54 3.492 4.412 7.904

55-59 2.911 2.818 5.729

60-64 2.426 2.469 4.895

65+ 4.115 3.172 7.287

Jumlah 116.366 115.870 232.236

(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)

Tabel 4.5. Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007

No Kecamatan

Dewasa Anak-anak Seluruhnya

Jumlah

Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan 1 Binjai

Selatan 14849 14644 6554 6827 21403 21471 42.874 2 Binjai Kota 11952 11549 5348 5469 17300 17018 34.318 3 Binjai Timur 17160 16753 7666 7915 24826 24668 49.494 4 Binjai Utara 23233 22786 10396 10786 33629 33572 67.201 5 Binjai Barat 13277 12996 5931 6145 19208 19141 38.349 Jumlah 80.471 78.728 35.895 37.142 116.366 115.870 232.236 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)


(64)

b. Tenaga Kerja

Menurut data yang bersumber dari Kantor Tenaga Kerja Binjai pada tahun 2007, dari seluruh pendaftar terbanyak 10.863 orang, pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 6.997 orang, sedangkan tingkat perguruan tinggi sebanyak 1.805 orang.

Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan persentase yang tertinggi yaitu sebanyak 43,57 persen laki-laki dan 42,85 persen perempuan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), kemudian diikuti oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Dasar (SD) dan yang paling sedikit adalah lulusan Diploma I (DI) dan Diploma II (DII) sebesar 0,36 persen. Untuk lulusan sarjana (S1) sebanyak 4,13 persen laki-laki dan 3,12 persen perempuan.

Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha, paling tinggi adalah pekerja di sektor perdagangan sebesar 32,37 persen, diikuti sektor jasa 24,94 persen, kemudian sektor industri 14,81 persen, sedangkan persentase paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air.


(65)

Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 4.6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2007.

No. Pendidikan Tertinggi Yang

Ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak pernah sekolah 0,49 2,02 1,10

2 Tidak tamat Sekolah Dasar 4,62 7,80 5,89

3 Sekolah Dasar 18,99 19,64 19,25

4 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 26,63 18,14 23,25

5 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 43,57 42,85 43,27

6 Diploma I dan II 0,36 1,29 0,73

7 Diploma III 1,22 5,14 2,78

8 Strata I (S1) 4,13 3,12 3,73

Jumlah 100,00 100,00 100,00

(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)

Tabel 4.7. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2007

Jam Kerja (Dalam

Seminggu) Laki-laki Perempuan Jumlah

0 0,00 0,00 0,00

1-9 0,00 0,77 0,28

10-24 4,39 21,09 10,36

25-35 8,65 18,92 12,32

35-44 23,70 27,04 24,89

45-49 41,66 24,98 35,70

60+ 21,60 7,21 16,46

Jumlah 100,00 100,00 100,00


(1)

No. Responden

Pendapatan

(Rp. 000) Umur Pendidikan

Lama Kerja

Curahan Kerja

Modal (Rp. 000)

86 170 54 9 8 14 140

87 140 38 5 4 17 100

88 130 28 12 5 6 100

89 90 38 0 9 14 60

90 80 37 5 3 8 70

91 140 52 13 5 6 100

92 60 64 2 8 14 45

93 150 37 9 7 14 120

94 260 29 12 3 6 200

95 150 62 3 8 13 120

96 140 35 12 6 7 100

97 260 35 9 10 8 200

98 180 59 13 8 11 150

99 180 34 5 11 18 120


(2)

LAMPIRAN 2: HASIL PENGOLAHAN DATA

Y = 32.28295038 + 0.0784514146*X1 + 0.8535104806*X2 + 1.205265380928*X3

+ 2.3585308914*X4 + 3.158524798*X5

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 12/19/08 Time: 22:22 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 32.28295 13.86525 2.328335 0.0220 X1 0.078451 0.235207 0.333540 0.9699 X2 0.853510 0.275587 2.272469 0.0417 X3 1.205265 0.262657 4.588741 0.0026 X4 2.358531 0.463816 5.085057 0.0004 X5 3.158525 0.335044 7.260243 0.0000 R-squared 0.951346 Mean dependent var 210.4500 Adjusted R-squared 0.948758 S.D. dependent var 113.4850 S.E. of regression 25.68931 Akaike info criterion 9.388152 Sum squared resid 62034.42 Schwarz criterion 9.544462 Log likelihood -463.4076 F-statistic 36.75998 Durbin-Watson stat 2.178410 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

LAMPIRAN 3: HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

X

1

= f (X

2

X

3

X

4

X

5

)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:36 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 37.02705 4.706106 7.867874 0.0000 X2 -0.187203 0.381450 -0.490768 0.6247 X3 0.069879 0.245328 0.284839 0.7764 X4 0.249233 0.288427 0.864110 0.3897 X5 0.023810 0.015090 1.577868 0.1179 R-squared 0.039530 Mean dependent var 42.20000 Adjusted R-squared -0.000911 S.D. dependent var 11.20065 S.E. of regression 11.20575 Akaike info criterion 7.719438 Sum squared resid 11929.04 Schwarz criterion 7.849696 Log likelihood -380.9719 F-statistic 0.977477 Durbin-Watson stat 2.548960 Prob(F-statistic) 0.423665

X

2

= f (X

1

X

3

X

4

X

5

)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:37 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 6.111909 1.498785 4.077910 0.0001 X1 -0.013509 0.027526 -0.490768 0.6247 X3 0.013343 0.065916 0.202427 0.8400 X4 -0.046066 0.077640 -0.593330 0.5544 X5 0.024325 0.003261 7.459580 0.0000 R-squared 0.371673 Mean dependent var 9.000000 Adjusted R-squared 0.345217 S.D. dependent var 3.719998 S.E. of regression 3.010172 Akaike info criterion 5.090578 Sum squared resid 860.8079 Schwarz criterion 5.220837 Log likelihood -249.5289 F-statistic 14.04879 Durbin-Watson stat 2.302746 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

X

3

= f (X

1

X

2

X

4

X

5

)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:38 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 8.373522 2.377824 3.521506 0.0007 X1 0.012211 0.042871 0.284839 0.7764 X2 0.032312 0.159625 0.202427 0.8400 X4 -0.113369 0.120484 -0.940946 0.3491 X5 -0.002839 0.006383 -0.444732 0.6575 R-squared 0.012350 Mean dependent var 7.560000 Adjusted R-squared -0.029235 S.D. dependent var 4.617315 S.E. of regression 4.684323 Akaike info criterion 5.975027 Sum squared resid 2084.574 Schwarz criterion 6.105285 Log likelihood -293.7513 F-statistic 0.296978 Durbin-Watson stat 2.217910 Prob(F-statistic) 0.879267

X

4

= f (X

1

X

2

X

3

X

5

)

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:39 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 9.636744 1.901267 5.068591 0.0000 X1 0.031290 0.036211 0.864110 0.3897 X2 -0.080146 0.135079 -0.593330 0.5544 X3 -0.081449 0.086560 -0.940946 0.3491 X5 0.004568 0.005396 0.846503 0.3994 R-squared 0.027780 Mean dependent var 10.34000 Adjusted R-squared -0.013155 S.D. dependent var 3.944617 S.E. of regression 3.970478 Akaike info criterion 5.644357 Sum squared resid 1497.646 Schwarz criterion 5.774615 Log likelihood -277.2178 F-statistic 0.678637 Durbin-Watson stat 2.952551 Prob(F-statistic) 0.608436


(5)

X

5

= f (X

1

X

2

X

3

X

4

)

Dependent Variable: X5 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:41 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C -35.74389 40.42706 -0.884158 0.3788 X1 1.072573 0.679761 1.577868 0.1179 X2 15.18524 2.035669 7.459580 0.0000 X3 -0.731837 1.645569 -0.444732 0.6575 X4 1.638961 1.936155 0.846503 0.3994 R-squared 0.391198 Mean dependent var 157.6000 Adjusted R-squared 0.365564 S.D. dependent var 94.42404 S.E. of regression 75.21014 Akaike info criterion 11.52716 Sum squared resid 537373.7 Schwarz criterion 11.65741 Log likelihood -571.3578 F-statistic 15.26104 Durbin-Watson stat 1.555796 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

LAMPIRAN 4: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

Cross term

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 20.10358 Probability 0.000000 Obs*R-squared 33.72882 Probability 0.000009 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/19/08 Time: 22:51 Sample: 1 100

Included observations: 100

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Probability C 1516.349 3693.835 0.410508 0.6825 X1 -79.04618 147.9364 -0.534325 0.5946 X1^2 1.820557 1.606579 1.133189 0.2606 X1*X2 -2.446703 5.050076 -0.484488 0.6294 X1*X3 0.280508 3.936209 0.071263 0.9434 X1*X4 -5.876833 4.246523 -1.383916 0.1703 X1*X5 -0.143333 0.236782 -0.605336 0.5467 X2 604.4422 432.2573 1.398339 0.1659 X2^2 -18.74726 21.21613 -0.883633 0.3796 X2*X3 -18.51035 12.29537 -1.505472 0.1362 X2*X4 -18.11892 18.11564 -1.000181 0.3203 X2*X5 1.455365 1.380155 1.054494 0.2949 X3 -219.1966 252.5103 -0.868070 0.3880 X3^2 6.825314 7.398045 0.922584 0.3590 X3*X4 2.730467 10.08757 0.270676 0.7873 X3*X5 1.886876 0.501767 3.760467 0.0003 X4 365.7255 353.8541 1.033549 0.3045 X4^2 -12.60566 11.95205 -1.054687 0.2948 X4*X5 2.580299 0.754173 3.421361 0.0010 X5 -48.96857 17.88141 -2.738519 0.0076 X5^2 0.005657 0.028585 0.197898 0.8436 R-squared 0.337288 Mean dependent var 620.3442 Adjusted R-squared 0.169513 S.D. dependent var 1749.837 S.E. of regression 1594.645 Akaike info criterion 17.77097 Sum squared resid 2.01E+08 Schwarz criterion 18.31805 Log likelihood -867.5484 F-statistic 2.010358 Durbin-Watson stat 1.956283 Prob(F-statistic) 0.015379