x
lxxxvi
BAB IV PEMBAHASAN
FAKTOR –FAKTOR BAHAYA DAN POTENSI BAHAYA
1. Faktor Bahaya di PT. Denso Indonesia Sunter Plant, antara lain:
a. Kebisingan
Menurut Kepmenaker No 51MEN1999 pasal 3 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, bahwa NAB kebisingan yang
ditetapkan sebesar 85 dBA untuk pemajanan 8 jam sehari. Dampak dari kebisingan yang utama adalah ketulian progresif
dimana terjadi akibat kebisingan yang mengenai indera-indera pendengaran.
Awalnya efek
kebisingan adalah
sementara dan
pemulihannya cepat yaitu pekerja berpindah pada ruang yang tidak bising. Gangguan lain akibat kebisingan yaitu gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan gangguan keseimbangan. Menurut hasil pengukuran kebisingan di PT. Denso Indonesia
Sunter Plant yang diukur oleh Laboratorium Pengujian Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bandung dapat diketahui bahwa area kerja yang
mempunyai tingkat kebisingan paling tinggimelebihi NAB adalah di bagian Radiator Test 1 yaitu 100,8 dBA dalam waktu pemajanan 8 jam per
hari. Usaha untuk mengurangi tingkat kebisingan dilakukan dengan
sistem rotasi kerja setiap pergantian istirahat, pemakaian alat pelindung
77
x
lxxxvii
pendengaran berupa ear plug pada seksi yang mempunyai tingkat kebisingan antara 85-100 dBA, pemakaian ear muff pada seksi yang
mempunyai tingkat kebisingan lebih dari 100 dBA dan dilakukan perlindungan terhadap mesin dengan pemasangan cover pada mesin yang
mempunyai tingkat kebisingan di atas NAB. b.
Penerangan Dari hasil pengukuran yang dilakukan oleh Laboratorium
Pengujian Balai Hiperkes Keselamatan Kerja Bandung intensitas penerangan yang tidak standart yaitu area EDP sebesar 219 -239 Lux,
diruang Hamaden 241 – 287 Lux, ruang kantor baru 282 – 370 Lux, painting radiator 177 – 285 Lux, receiving inspectionQA dan ruang CMM
umum 120 -138 Lux, ruang kaliberasi 190 – 205 Lux, ruang QC 109 – 138 Lux, CKD part WH sebesar 98 – 144 Lux, horn press 193 – 288 Lux, dan
carpenter 135 – 187 Lux. Menurut Peraturan Mentri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan dalam
Tempat Kerja. Dalam pasal 2 PMP No.7 Tahun 1964 menjelaskan bahwa setiap bangunan
harus mendapatkan penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untik melakukan pekerjaan yaitu:
1 Penerangan yang cukup untuk membedakan barang-barang kecil dan
agak teliti harus paling sedikit menggunakan penerangan dengan kekuatan 200 Lux.
x
lxxxviii
2 Penerangan untuk pekerjan yang membedakan barang kecil dan halus
paling sedikit 300 Lux. Usaha yang dilakukan perusahaan adalah melakukan perbaikan
dengan memasang lampu diarea kerja, memperluas dan memperbaiki ventilasi.
2. Potensi Bahaya di PT. Denso Indonesia Sunter Plant, antara lain:
Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant potensi bahaya yang pernah terjadi pada masing-masing bagian seksi antara lain:
a. Radiator
Pada bagian radiator potensi bahaya yang pernah terjadi diantaranya: 1
Kebakaran Usaha yang dilakukan PT. Denso Indonesia Sunter Plant untuk
menanggulangi terjadinya kebakaran antara lain dengan menyediakan APAR, hydrant dan alarm sistem pada masing-masing seksi.
2 Pencemaran udara
Usaha yang dilakukan PT. Denso Indonesia Sunter Plant untuk mencegah terjadinya pencemaran udara adalah pemasangan cerobong
asap serta menggantinya setiap kali cerobong asap sudah tidak layak pakai dan memasang fun exhauser.
3 Uap terhirup
Usaha yang dilakukan PT. Denso Indonesia Sunter Plant untuk mencegah tenaga kerja menghirup uapgas beracun adalah dengan
x
lxxxix
memberikan masker secara cuma-cuma kepada tenaga kerja yang terpapar uapgas berbahaya.
4 Pencemaran air dan tanah.
Usaha yang dilakukan PT. Denso Indonesia Sunter Plant untuk menanggulangi terjadinya kebakaran antara lain dengan menyediakan
APAR, hydrant dan alarm sistem pada masing-masing seksi. b.
O
2
sensor Pada bagian O
2
sensor potensi bahaya yang sering terjadi yaitu radiasi sinar laser yang dapat menyebabkan kebutaan pada karyawan.
c. Oil Cooler
Pada bagian ini sering terdapat oli sisa dari proses produksi dimana hal tersebut dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah. Pada bagian ini
potensi bahayanya dapat juga dilihat dari proses: 1 Stamping : pada suara yang ditimbulkan dari MC dapat menimbulkan
gangguan pendengaran dan penerangannya dapat menimbulkan gangguan pada penglihatan.
2 Welding : asap dari proses welding dapat menimbulkan gangguan pernafasan serta pencemaran udara.
3 Proses Produksi: terdapat scrap yang mengandung kuningan yang dapat menyebabkan pencemaran pada tanah.
x
xc
d. Spark Plug
Pada proses produksi di bagian spark plug potensi bahaya yang sering terjadi yaitu tangan terjepit, gangguan kesehatan, dan pencemaran tanah
dan air. e.
Filter Pada bagian filter potensi bahaya yang sering terjadi yaitu pencemaran
tanah, gangguan penglihatan, pencemaran air, dan gangguan pendengaran. f.
Horn Pada bagian horn potensi bahaya yang sering terjadi yaitu pencemaran
tanah, gangguan pendengaran, dan gangguan penglihatan. g.
Proses Engineering Pada bagian proses engineering potensi bahaya yang sering terjadi yaitu
gangguan pendengaran. h.
Workshop Service Pada bagian workshop service potensi bahaya yang sering terjadi yaitu
pencemaran tanah dan pencemaran air
Limbah
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang berdasarkan sifat kimia atau fisika dan atau
toksikologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan Suma’mur, 1989. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep. 187MEN1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja pasal 3 disebutkan bahwa pengendalian bahan kimia
x
xci
berbahaya adalah dengan penyediaan Lembar Data Keselamatan Bahan LDKB dan Label serta penunjukan Petugas dan Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kimia. Sedangkan bahwa limbah B3 baik padat maupun cair mempunyai ketentuan yaitu apabila sudah tersimpan selama 90 hari
harus segera dikirim ke pengumpul atau pengelola limbah. Bila penyimpanan lebih dari 90 hari harus ada ijin dari BAPEDAL. Di PT.
Denso Indonesia Sunter Plant untuk air limbah dilakukan pengolahan di WWT dan air dari proses produksi tersebut selalu dianalisa agar hasilnya
tidak melebihi kadar yang ditetapkan. Dalam penyimpanan limbahnya PT. Denso Indonesia Sunter Plant hanya selama 3 hari, limbah tersebut
langsung diangkut oleh truk untuk dibawa ke pengelola limbah. Untuk limbah yang mempunyai nilai ekonomis akan dijual pada perusahaan yang
membutuhkan seperti dibawa ke PPLI yang kemudian diolah PPLI untuk dipakai perusahaan lain untuk campuran dalam pembuatan semen. Usaha
yang dilakukan oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant, telah dibuat Lembar Data Keselamatan Bahan dan dipasang label untuk semua produk
bahan kimia yang di produksinya. Perusahaan juga melakukan pengendalian dengan menyediakan Safety Shower untuk tindakan
emergency bila terkena tumpahan bahan kimia, pemasangan blower untuk menyerap uap bahan kimia dan penyediaan Alat Pelindung Diri untuk
tenaga kerja yang berupa sarung tangan, kacamata, helm, kain panjang pelindung tangan dari cipratan bahan kimia, sepatu safety.
x
xcii
Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan
Perlunya tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan yang tinggi baik fisik, mental maupun sosial maka diadakan usaha-usaha preventif dan
kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan dan penyakit umum dengan memberi
pelayanan kesehatan bagi seluruh tenaga kerja. Seperti yang disebutkan dalam pasal 3 Ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per 03MEN1982 bahwa “Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Ayat 2 disebutkan bahwa “Pengurus wajib
memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi”. Tujuan pelayanan kesehatan kerja berdasar Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 03MEN1982 pasal 1 yaitu : a
Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan
tenaga kerja. b
Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
c Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental rohani dan
kemampuan fisik tenaga kerja. d
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.
x
xciii
Tenaga kesehatan terdiri dari seorang dokter perusahaan dan seorang mantri kesehatan yang telah mendapat pelatihan Hiperkes dan
Keselamatan Kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 01MEN1979 pasal 1 tentang Kewajiban
Latihan Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan yang menyebutkan bahwa setiap
perusahaan yang memperkerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk mengirimkan setiap tenaga kerja tersebut untuk mendapat latihan dalam
bidang Higene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan juga sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
01MEN1976 tentang Kewajiban Latihan Higene Perusahaan Kesehatan Bagi Dokter Perusahaan. Sedangkan Pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh PT. Denso Indonesia Sunter Plant meliputi : a
Pemeriksaan kesehatan awal, ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02MEN1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja pasal 1 yang berbunyi “Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja dan pemeriksaan yang
dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima melakukan pekerjaan”. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum
kerja agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi sehat, tidak mempunyai penyakit menular dan cocok untuk pekerjaan yang
akan dilakukan.
x
xciv
b Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan satu tahun sekali
general check up. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02MEN1980 pasal 1 b
yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu - waktu tertentu terhadap tenaga
kerja yang dilakukan oleh dokter. Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada pemeriksaan pada kesehatan berlkala,
pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk mengurangi kelainan- kelainan
tersebut dan
sebab-sebabnya untuk
menjamin terselengaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila pada
karyawan ditemukan gangguan kesehatan berkala maka diberikan saran-saran untuk pengendaliannya.
c Pemeriksaan kesehatan khusus yang dilakukan bila ada keluhan -
keluhan dari tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per 02MEN1980 pasal 1 c
yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Perusahaan sudah melakukan pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan diantara karyawan,
pemeriksaan khusus dilaksanakan bersama dengan pemeriksaan berkala.
Adanya seorang dokter setiap hari senin, rabu dan jum’at setiap pukul 10.00-12.00 dan seorang perawat setiap jam kerja sudah cukup
x
xcv
untuk melayani tenaga kerja yang sakit. Karena setiap hari rata-rata kunjungan tenaga kerja ke klinik rata-rata 16 orang. Para tenaga kerja
tersebut diperiksa oleh dokter atau perawat dan kemudian diberi obat, jika perlu dirujuk ke Ruma Sakit rujukan.
Perusahaan juga telah mengikut sertakan semua tenaga kerjanya dalam program Jamsostek. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
Permenakertrans RI No. PER-12 MEN VI 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan
Pelayanan Sosial Jaminan Tanaga Kerja. 2.
Fasilitas Kesehatan Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah mempunyai kendaraan
ambulance tersendiri bagi pelayanan kesehatan. Ambulance tersebut selalu stand by di perusahaan. Sedangkan menurut Undang-Undang No.3
tahun 1999 tentang kewajiban perusahaan telah menyediakan kotak P3K dan pelatihannya. Untuk PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah
menyediakan kotak P3K di masing-masing seksi tetapi belum ada pengurus yang tetap mengenai keberadaan kotak P3K tersebut.
3. Rumah Sakit Rujukan
PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memiliki klinik khusus yang dilengkapi dengan obat-obat yang lengkap, serta adanya perawat yang
selalu stand bay di klinik dan dokter yang hadir secara part time pada hari senin, rabu, jumat. Selain itu, perusahaan mengadakan kerjasama dengan
rumah sakit rujukan, yaitu Rumah Sakit Satya Nagara yang beralamat di
x
xcvi
JL. Agung Utara Raya Blok A No.1, Sunter. Jakarta Utara, 14350 dan Rumah Sakit Muhamadiyah Taman Puri dengan biaya pengobatan
karyawan sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan. Menurut Permenaker No.Per03MEN1982
pasal 5
tentang kewajiban
perusahaan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh dokter baik
full time ataupun part time.
GIZI KERJA
Gizi Kerja adalah gizi yang diterapkan pada masyarakat pekerja karyawan untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja, dengan
tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi- tingginya.
PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah menerapkan secara keseluruhan tentang gizi kerja, sebagai berikut :
1. Kondisi Lingkungan Kantin
PT. Denso Indonesia Sunter Plant mempunyai dua kantin yang terletak di lantai satu dan lantai dua. Kapasitas kantin dilantai satu adalah 252 orang
dengan jumlah meja sebanyak 42 dan bangku bakso 6 buah. Sedangkan untuk kantin lantai dua berkapasitas 342 orang dengan jumlah meja 57 dan bangku
bakso 6 buah. Ruang kantin tidak dapat menampung langsung semua karyawan, sehingga perusahaan membuat rotasi jam istirahat bagi semua
karyawan tetap dengan menu yang sama. Selang waktu untuk rotasi jam istirahat yaitu 15 menit tiap departemen. Untuk kebersihan ruang kantin
x
xcvii
menjadi tanggung jawab pihak catering service. Dalam ruangan kantin dilengkapi lampu penerangan, tempat cuci tangan dan televisi.
2. Penyediaan Menu Makanan
Di PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang menyediakan makanan adalah Nor Cipta Boga Catering dan La Tansa Catering yang telah
memenuhi syarat-syarat catering yang ditentukan oleh seksi PAGO PT. Denso Indonesia Sunter Plant. Adapun prosedur pemilihan catering adalah
sebagai berikut : 1.
Kebutuhan catering baru Pada saat dirasakan adanya kebutuhan catering baru, maka seksi PAGO
akan mencari data mengenai calon catering baru. 2.
Memenuhi aspek legalitas b.
Aspek Pendirian Perusahaan c.
Surat Izin Usaha Perdagangan d.
Tanda Daftar Perusahaan dari Departemen Perdagangan e.
Tanda Daftar Usaha Jasa Boga dari Dinas Kesehatan f.
NPWP g.
Izin Penyehatan Makanan Jasa Boga dari Dinas Kesehatan h.
Izin Penyelenggaraan Perusahaan Catering dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
i. Izin Domosili
3. Memenuhi Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Perusahaan
Catering
x
xcviii
Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Karyawan 1
Karyawan perusahaan jasa catering harus terbebas dari penyakit thypus, kolera, TBC serta penyakit menular lainnya.
2 Karyawan Perusahaan catering harus menjalani pemeriksaan
kesehatan secara berkala termasuk pemeriksaan paru dengan sinar rontgen yang dinyatakan dengan Surat Keterangan Dokter.
3 Karyawan perusahaan catering harus mendapatkan pendidikan
tentang kebersihan, kesehatan, dan penanggulangan keracunan makanan.
4 Karyawan perusahaan catering khususnya yang bertugas di dapur,
diharuskan memakai tutup kepala, kuku jari tangan pendek dan bersih, mencuci tangan sebelum bekerja dan memakai alas kaki yang
tidak mudah tergelincir. b.
Persyaratan Kesehatan Makanan 1
Bahan makanan yang digunakan harus tersedia dalam keadaan sehat, bebas dari bakteri dan bahan-bahan beracun.
2 Air yang digunakan untuk makan dan minum harus memenuhi
standar air minum yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan harus diperiksa secara berkala.
3 Penyimpanan makanan tidak boleh tercampur antara makanan yang
siap untuk dimakan dengan bahan makanan mentah. 4
Penyimpanan makanan jadi harus terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan.
x
xcix
c. Persyaratan Kesehatan Pengelola Makanan
1 Penanggung jawab perusahaan catering harus memelihara bangunan
dan fasilitasalat-alat dengan baik, untuk menghindari kemungkinan terjadinya pencemaran terhadap makanan.
2 Tersedia minimal satu buah lemari es kulkas untuk penyimpanan
makananbahan yang cepat busuk. 3
Tersedia gudang tempat penyimpanan makanan kering, makanan terolah dan bahan yang mudah membusuk.
4 Tersedia pembuangan asap dapur yang dilengkapi dengan penangkap
asap, alat pembuang asap dan cerobong asap. 5
Tersedia dengan cukup tempat-tempat sampah tertutup diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah namun dapat
terhindar dari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. 4.
Survey Calon Catering Seksi PAGO akan melakukan survey ke dapur catering baru dari hasil
survey dapat ditentukan catering tersebut bisa dipilih atau tidak. 5.
Penawaran Harga dan Contoh Menu Perusahaan catering diminta untuk membuat penawaran harga dan daftar
menu. Apabila dari penawaran tersebut sesuai dengan kriteria, maka calon catering diminta membuat contoh makanan untuk dievaluasi.
Contoh menu terlampir dalam lampiran 8.
x
c
6. Kontrak Kerjasama
Apabila sudah disetujui oleh manager PAGO maka dibuat kontrak kerjasama. Dalam kontrak dicantumkan mengenai kesepakatan pengikat
jual beli, kualitas, klaim kompensasi, pengiriman dan sebagainya.
Sanitasi
Sanitasi adalah usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap manusia terutama yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup. 1.
Kebersihan Lingkungan Kerja Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat
kebersihan, kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 3 disebutkan bahwa :
a. Halaman harus bersih, teratur rata dan tidak becek dan cukup luas untuk
kemungkinan perluasan. b.
Jalan di halaman tidak boleh berbau. c.
Untuk keperluan aliran air riolering harus cukup saluran yang kuat dan bersih.
d. Saliran air yang melintasi halaman harus tertutup.
e. Sampah dan benda terbuang lainnya harus terkumpul pada suatu tempat
yang rapi dan tertutup. f.
Pada waktunya sampah itu harus dibuang ketempat pembuangan sampah atau dibakar pada tempat yang aman.
x
ci
g. Tempat pengumpulan sampah tidak boleh menjadi sarang lalat atau
binatang serangga lainnya. Menurut peraturan tersebut kebersihan lingkungan kerja yang ada di
PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah memenuhi syarat, karena untuk menjaga kebersihan lingkungan perusahaan supaya terlihat bersih, antara lain :
a. Telah menyediakan tempat sampah baik tempat sampah B3 maupun
tempat sampah non B3. Yang bertugas membersihkan tempat sampah tersebut adalah cleaning service. Setelah itu sampah dikumpulkan di
penampungan sementara. Untuk sampah yang tidak mengandung B3 akan dibakar dan sebagian yang memiliki nilai ekonomis akan dijual, sedangkan
untuk sampah yang mengandung B3 seperti scrap, sisa adhesive dan sludge akan dijual ke tempat penampungan pelumas bekas yang sudah mendapat
rekomendasi dari BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. b.
Kebersihan harian yang dilakukan setiap 10 menit sebelum kerja dan 10 menit setelah kerja yang dilakukan oleh karyawan pada area kerja masing-
masing. c.
Pengecekan white line, yellow line dan lantai kerja apabila sudah terlihat kusam atau minimal satu kali dalam setahun.
d. Penyediaan tempat puntung rokok pada rest area.
e. Lantai terbuat dari bahan yang sangat keras, tahan air dan di cat dengan
menggunakan cat khusus sehingga tidak mudah terkelupas.
x
cii
b. Toilet
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kebersihan, kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 6
menyebutkan bahwa setiap perusahaan harus menyediakan kakus untuk tenaga kerjanya. Toilet tersebut harus dipisahkan untuk tenaga kerja pria
dan wanita sehingga tidak memungkinkan gangguan kesusilaan. Toilet tersebut tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat kerja dan
letaknya harus dinyatakan dengan jelas. Toilet harus sesalu dibersihkan oleh pegawai tertentu serta mendapat penerangan yang cukup baik. Lantai
dan dinding harus terlihat bersih. Untuk standar jumlah toilet menurut PMP No. 7 Th. 1964 pasal 6 adalah sebagai berikut :
1. Untuk 1-15 orang buruh
: 1 kakus
2. Untuk 16-30 orang buruh
: 2 kakus
3. Untuk 31-45 orang buruh
: 3 kakus
4. Untuk 46-60 orang buruh
: 4 kakus
5. Untuk 61-80 orang buruh
: 5 kakus
6. Untuk 81-100 orang buruh
: 6 kakus
Kakus yang bersih adalah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a.
Tidak boleh berbau b.
Tidak boleh ada kotoran c.
Tidak boleh ada lalat, nyamuk dan serangga yang lain d.
Harus selalu tersedia air bersih yang cukup untuk dipergunakan e.
Harus dapat dipergunakan dengan mudah
x
ciii
f. Paling sedikit harus dibersihkan 2-3 kali sehari
Toilet PT. Denso Indonesia Sunter Plant dibedakan antara toilet wanita dan toilet pria. Jumlah toilet pria sejumlah 42 dengan urinoir dan toilet
untuk wanita sejumlah 36. Total toilet yang ada di PT. Denso Indonesia Sunter Plant adalah 77 toilet dan 45 urinoir. Letak toilet terpisah dari
tempat kerja. Kebersihan toilet menjadi tanggung jawab cleaning service. Toilet dibersihkan lebih dari 3 kali sehari. Toilet yang
disediakan telah mencukupi untuk seluruh karyawan karena menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Th. 1964 pasal 6, PT. Denso
Indonesia Sunter Plant harus menyediakan sekitar 94 toilet untuk 1551 karyawan.
c. Locker
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kebersihan, kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja pasal 7
disebutkan bahwa : a.
Karyawan dalam perusahaan-perusahaan tertentu dapat diwajibkan memakai pakaian kerja menurut syarat-syarat yang ditetapkan dan
pakaian kerja tersebut disediakan oleh majikan. b.
Apabila karyawan menggunakan pakaian kerja hanya selama bekerja, maka harus disediakan tempat tukar ganti pakaian yang bersih,
cukup luas dan pemakainnya harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak berdesak-desakan.
x
civ
c. Harus disediakan tempat-tempat menyimpan pakaianlocker untuk
masing-masing karyawan. Majikan perusahaan bertanggung jawab atas keamanannya
PT. Denso Indonesia Sunter Plant mempunyai 6 locker dengan kapasitas keseluruhan 267 unit. Locker telah disediakan untuk semua
karyawan bagian produksi. Setiap karyawan mendapat satu locker, selain itu letak locker wanita dan locker pria juga dipisahkan. Kebersihan locker
menjadi tanggung jawab cleaning service dan kondisi locker cukup bersih. Sehingga locker yang ada di PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah
memenuhi Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kebersihan, kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja
pasal 7.
Ergonomi dan Alat Angkut
1. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istiraht dengan kemampuan dan keterbatasa manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik Tarwaka, 2004. PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah menerapkan aspek ergonomi
dalam proses produksi, antara lain :
x
cv
a. Jenis dan Sifat Kerja Jenis pekerjaan mengangkat, bekerja dengan penekanan, bekerja
dengan merakit, selama delapan jam perhari dan waktu istirahat tiga kali selama satu jam Suma’mur, 1996 dan rotasi kerja shift dilakukan
setiap seminggu sekali. Hal ini dapat mengurangi tingkat kejenuhan para tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
efisiensi kerja .
Selain itu juga dipengaruhi oleh hubungan antara waktu kerja dan istirahat dan lama seseorang mampu bekerja secara baik. Di
PT. Denso Indonesia Sunter Plant selang jam kerja 2 jam bekerja, istirahat 10 menit karena kondisi berdiri pada waktu kerja.
b. Sikap Kerja Semua karyawan di PT. Denso Indonesia Sunter Plant dalam
melakukan pekerjaan dengan berdiri dan monoton secara terus- menerus, sehingga beban kerja semakin berat. Menurut Undang-undang
No. 1 Tahun 1970 pasal 9-1d tentang pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan cara kerja yang aman, maka perusahaan telah membuat
pedoman kerja. Untuk area produksi, meja kerja dibuat sedemikian rupa sesuai dengan antropologi karyawan sehingga karyawan dapat bekerja
dengan nyaman dan mengurangi kelelahan. c. Kondisi Ruang Kerja
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kebersihan, Kesehatan serta penerangan dalam tempat
kerja, maka perusahaan telah menerapkan aspek kebersihan dan
x
cvi
keselamatan dalam setiap pekerjaan. Untuk kebersihan mesin menjadi tanggung jawab operator. Lantai telah dilengkapi dengan yellow line
dan white line untuk menjaga kerapian ruangan produksi. Disamping itu juga disediakan rest area dan smoking area yang kondisinya terlihat
bersih dan rapi disetiap ruang produksi dan office. 1
Kondisi Mesin Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964
tentang Syarat-Syarat Kebersihan, Kesehatan serta penerangan dalam tempat kerja, maka perusahaan telah menerapkan aspek
kebersihan dan keselamatan dalam setiap pekerjaan. Kondisi mesin sebagian besar masih baik dan beroperasi secara otomatis dengan
penataan pada area yellow line agar terlihat rapi dan teratur. Setiap mesin dilengkapi dengan pedoman kerja sehingga karyawan dapat
bekerja dengan aman. Kebersihan mesin menjadi tanggung jawab operator. Selain itu mesin juga dilengkapi dengan safety device
kecuali mesin pada seksi maintenance dan gudang karena seksi maintenance pengoperasian mesin secara manual sedangkan pada
seksi gudang tidak tedapat mesin. Dengan adanya safety device, maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sangat kecil sekali.
2 Kondisi Lantai
Lantai pada proses produksi terbuat dari beton. Selain itu juga diberi yellow line dan white line. Yellow line adalah garis batas area
produksi dan jalan pada area produksi. Lebar yellow line untuk garis
x
cvii
batas area produksi adalah 10 cm, sedangkan lebar yellow line untuk jalan area produksi adalah 5 cm. White line berfungsi sebagai garis
batas benda-benda yang bergerak seperti gerobak, trolley, handlift, forklift dan pallet dengan lebar 5 cm.
3 Rest Area
Rest area terdapat pada area produksi dan diluar proses produksi yang berupa meja dan kursi panjang. Rest area ini biasanya
digunakan karyawan untuk beristirahat pada jam istirahat pertama dan ketiga. Kebersihan rest area menjadi tanggung jawab cleaning
service sehingga kondisinya terlihat bersih dan rapi disetiap ruang produksi.
4 Smoking Area
PT. Denso Indonesia Sunter Plant menyediakan tempat khusus untuk karyawan yang letaknya terpisah dengan area produksi.
Smoking area terdapat di setiap rest area dan office yang dilengkapi dengan asbak. Kebersihan smoking area menjadi tanggung jawab
petugas cleaning service, sehingga kondisinya terlihat bersih dan rapi di setiap ruang produksi dan office.
5 Koperasi Karyawan
Perusahaan telah menyediakan koperasi khusus karyawan yang melayani kebutuhan seperti makanan ringan, minuman dan
sembako. Untuk modal dari perusahaan, sedangkan pegawai
x
cviii
koperasi dibayar dari hasil usaha koperasi. Koperasi dibuka setiap jam kerja dan tanggung jawab terhadap menager pembelian.
2. Alat Angkat Angkut
Menurut Permenaker No. Per. 5MEN1985 tentang pesawat angkat dan angkut, bahwa pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat
dan atau alat yang digunakan untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal dan atau horizontal dalam jarak
yang ditentukan. Dalam pasal 4 diterangkan bahwa setiap pesawat angkat angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah
memiliki ketrampilan khusus mengenai pesawat angkat angkut. PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah menyediakan pesawat angkat angkut untuk
membantu kelancaran proses produksi, yaitu berupa forklift sejumlah 7 unit, forklift elektrik sejumlah 2 unit, handlift sejumlah
57, troli sejumlah 226 unit, honey bee sejumlah
2 unit, crane sejumlah 13 unit
dan gerobak sejumlah 2 unit.
Pengoperasian alat angkat angkut di PT. Denso Indonesia Sunter Plant hanya diperbolehkan untuk karyawan yang sudah mendapatkan ijin.
Khusus untuk forklift harus mempunyai SIM Internal. Secara rutin PT. Denso Indonesia Sunter Plant mengirimkan karyawan untuk mendapatkan pelatihan
yang diselenggarakan oleh Depnaker, sehingga sekarang telah banyak karyawan PT. Denso Indonesia Sunter Plant yang sudah mempunyai SIO
Surat Ijin Operasional dari Depnaker.
x
cix
Setiap alat angkat dan angkut dilengkapi dengan pedoman kerja dan ditempatkan pada area white line. Kondisi alat angkat dan angkut masih
baik dan selalu mendapatkan perawatan yang rutin, dan pengecekan dilakukan setiap hari oleh operator.
Sistem Keselamatan Kerja
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tenaga kerja baru tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang timbul dalam tempat kerja, semua pengamanan dan alat pelindung diri bagi
tenaga kerja, cara-cara dan sikap aman dalam melakukan pekerjaan. Untuk memenuhi Undang-Undang tersebut, PT. Denso Indonesia Sunter Plant
telah menempatkan sistem keselamatan kerja dengan menempatkan safety first keselamatan yang pertama dalam setiap proses produksi berupa alat pengaman
mesin, penyediaan alat pelindung diri bagi karyawan secara cuma-cuma seperti topi, sepatu safety, kaca mata, ear plug, ear muff, masker, sarung tangan, dll.
Sarana prasarana pemadam kebakaran seperti APAR, hydrant, Tim Pemadam Kebakaran, alarm sistem, identifikasi area yang rawan kebakaran, alat pelindung
mesin safety device. Pemasangan APAR telah sesuai dengan Permenakertrans No : Per- 04 Men1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan
APAR. Sedangkan pemeriksaan hydrant belum sesuai dengan Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11MB1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran, karena tidak dilakukan pengukuran tekanan pada
x
cx
mulut pancar dengan pipa pitot dan catat tekanan pada manometer di ruang pompa.
Selain itu juga diadakan peningkatan kasadaran karyawan tentang sistem keselamatan kerja berupa : safety news, safety campaign, safety message, tanda-
tanda keselamatan safety sign, meeting pagi, SHE Meeting, data hari tanpa kecelakaan dan lomba safety dan 5 M dan praktek keselamatan kerja meliputi
safety dan patrol manajer, Kiken Yochi Training KYT, 3-3 Activity, identivikasi bahaya dan penilaian resiko, safety check mesin, dll.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per. 05MEN1996 pasal 3 menyebutkan bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, seperti kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. PT. Denso Indonesia Sunter Plant telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu dengan penetapan kebijakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, penunjukan personil yang bertanggung jawab tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pelaksanaan program - program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Efektifitas pelaksanaan SMK3 telah di audit secara internal oleh Denson Cibitung setiap 3 bulan sekali dan audit eksternal
dilakukan oleh badan audit yang ditunjuk oleh pemerintah PT. Sucofindo. Dengan hasil audit eksternal bahwa PT. Denso Indonesia Sunter Plant
x
cxi
mendapatkan bendera emas karena memenuhi 92 pada tahun 2008. Dimana audit tersebut dilaksanakan setiap 3 tahun sekali.
Adanya penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di lingkungan kerja. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dibuat merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan Penyakit Akibat
Kerja. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Denso Indonesia Sunter Plant sudah baik meskipun masih mengalami berbagai hambatan. Sedang
untuk organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempatkan pada posisi yang mendukung di perusahaan sehingga memudahkan Safety dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam melaksanakan tugasnya Safety berpedoman pada job description yang diberikan.
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen dan Keselamatan Kerja dalam menciptakan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja adalah
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Tahapan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang harus diterapkan perusahaan adalah sebagai berikut : 1.
Menetapkan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. 2.
Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran.
x
cxii
3. Menerapkan pemenuhan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara
aktif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperoleh untuk mencapai kebijakan dan tujuan serta sasaran Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. 4.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Kecelakaan Kerja
Menurut Permenaker No.Per 03MEN1998, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Penyebab kecelakaan adalah manusia, mesin dan manajemen.
Selain itu dalam Permenaker No.Per 03MEN1998 pasal 2 tentang kewajiban perusahaan untuk melaporkan setiap kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
kebakaran dan peledakan. Maka perusahaan membuat prosedur pelaporan kecelakaan kerja yang akan dipresentasikan dalam SHE Meeting. Upaya
penanganan kecelakaan kerja telah memperhatikan aspek keselamatan kerja dan semua biaya ditanggung oleh perusahaan. Secara rutin perusahaan juga
melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan ke Dinas Tenaga Kerja setiap 3 bulan sekali.
x
cxiii
Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 3 tentang syarat-syarat keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
serta memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya seperti banjir, ledakan, keracunan, kebocoran
gas dan huru-hara. Maka perusahaan membentuk Tim Kesiapsiagaan Tanggap Darurat yang terdiri dari satgas Evakuasi, satgas Pemadam, satgas Pemulihan,
satgas Inspeksi, satgas Keamanan dan satgas P3K. Hal ini merupakan wujud kepedulian perusahaan dalam upaya perlindungan karyawan dan lingkungan.
x
cxiv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan