Daur Hidrologi Analysis of River Discharge by MWSWAT Model on Several Landuse at Upper Citarum Watershed, West Java.

7

2.2. Daur Hidrologi

Perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah berhenti, air tersebut akan tertahan sementara di sungai, danauwaduk dan dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau mahluk hidup lainnya. Energi panas matahari dari faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air sebagai hasil proses evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, dan apabila keadaan atmosfer memungkinkan sebagian dari uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai air hujan. Air hujan mencapai permukaan tanah sebagian masuk ke dalam tanah infiltration. Sedangkan air yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan- cekungan permukaan tanah suface detention untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah runoff, untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi dan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral horizontal untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar ke permukaan tanah subsurface flow dan akhirnya mengalir ke sungai Asdak, 2004 Aliran permukaan terdiri dari dua jenis yaitu stream flow untuk aliran air yang berada dalam sungai atau saluran dan surface run off overland flow untuk aliran yang mengalir diatas permukaan tanah Arsyad, 2006. Akibat panas matahari air di permukaan bumi akan berubah wujudnya menjadi gasuap dalam bentuk evaporasi dan bila melalui tanaman disebut transpirasi. Proses pengambilan air oleh akar tanaman kemudian terjadinya penguapan dari dalam tanah disebut sebagai evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya runoff antara lain : 1. Besar presipitasi. 2. Besar evapotranspirasi. 3. Faktor DAS yaitu : 8 a. Ukuran dan bentuk DAS. Daerah aliran sungai DAS adalah wilayah yang dibatasi oleh punggung bukit atau percabangan saluran yang mengalirkan air dari beberapa titik di wilayah bagian atas DAS upstream menuju titik outlet Cech, 2005. DAS sering disebut juga watershed, catchment area, atau river basin Sinukaban, 2007. Semakin besar luas DAS, akan semakin besar nilai runoff. Bentuk DAS yang cendrung bulat akan menghasilkan aliran runoff yang tinggi karena runoff dari berbagai titik tersebut akan mencapai outlet pada waktu yang hampir sama. Sedangkan pada DAS yang berbentuk lebih memanjang, runoff pada bagian downstream akan keluar dari outlet terlebih dahulu yang kemudian disusul runoff dari upstream. b. Topografi. Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat. Kemiringan lahan sangat erat hubungannya dengan besarnya erosi. Semakin besar kemiringan lereng, peresapan air hujan ke dalam tanah menjadi lebih kecil sehingga limpasan permukaan dan erosi menjadi lebih besar . Kecuraman suatu lereng dapat dikelompokan juga sebagai berikut : 1. A = 0 sampai 3 datar 2. B= 3 sampai 8 landai atau berombak 3. C = 8 sampai 15 agak miring atau bergelombang 4. D=15 sampai 30 5. E= 30 sampai 45 Agak curam atau bergunung 6. F = 45 sampai 65 curam 7. G= 65 sangat curam Arsyad, 2006 c. Jenis tanah dan penggunaan lahan. Tanah merupakan bahan hasil pelapukan batuan. Karakteristik tanah dan sebaran jenisnya dalam DAS sangat menentukan besarnya infiltrasi limpasan permukaan overland flow dan aliran bawah permukaan sub surface flow. Karakteristik tanah yang penting untuk diketahui antara lain berat isi, tekstur, kedalaman dan pelapisan tanah horison Subekti, 2009. Vegetasi penutup lahan memegang peranan penting dalam proses intersepsi hujan yang jatuh dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan dengan penutupan yang baik memiliki kemampuan meredam energi 9 kinetis hujan sehingga memperkecil terjadinya erosi percik splash erosion, memperkecil koefisien aliran sehingga mempertinggi penyerapan air hujan khususnya pada lahan dengan solum tebal sponge effect Subekti, 2009. Daerah hulu dari suatu DAS berperan sebagai lingkungan pengendali conditioning environtment. Sedangkan daerah hilir merupakan daerah penerima acceptor bahan dan energi, atau lingkungan konsumsi atau lingkungan yang dikendalikan commanded environtment . Perubahan yang terjadi pada suatu DAS dari segi hidrologi mempengaruhi bagian lain dalam DAS tersebut. Penanganan suatu DAS harus meliputi penanganan sebagai suatu kesatuan sistem bagian DAS lainnya sehingga perbaikan DAS dapat berjalan efektif Sinukaban, 2007.

2.3. Perubahan Penggunaan Lahan