136
4.3. Kotagede sebagai Ruang Sejarah dan Simbol
Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, masyarakat yang hidup dalam Bangsa ini dituntut untuk tidak melupakan sejarah yang
pernah terjadi dan tercatat sebagai kearifan lokal yang harus dilestarikan sehingga kelak menjadi bekal bagi generasi-generasi yang akan datang.
Terlepas dari itu, Kotagede ialah wilayah yang dimana terdapat sisi sejarah yang mungkin saat ini tidak boleh dilupakan, karena memang ini
adalah suatu bentuk kekayaan budaya yang benar-benar harus di lestarikan. Dalam dewasa ini Kotagede menjadi salah satu Ruang Sejarah yang
terbukti bahwa adanya suatu bentukan ruang dan pemukiman sebagai peninggalan dari masa-masa sebelumnya. Yang menjadi pembahasan dalam
penelitian fenomenologi ini, bagaimana sebagai peneliti mencoba mengupas mengenai ruang sejarah dan simbol yang melekat pada esensi
ruang sejarah yang saat ini menjadi kekayaan budaya Kotagede. Mengenai ruang sejarah di Kotagede atau Kotagede sebagai ruang
sejarah, ini memang dalam etimologinya berbeda, karena dalam pengertian ruang sejarah di Kotagede memberikan pandangan sebagai objek yang
melekat terhadap sejarahnya, sedangkan Kotagede sebagai ruang memberikan pandangan yang lebih dimaksudkan dalam berbagai aspek,
sehingga bukan hanya bagaimana terbentuknya jalan-jalan kecil dengan tembok yang tinggi seperti yang menyerupai labirin. Tetapi bagaimana
dilihat sebagai suatu ruang yang bukan hanya dilihat dari pembentukan pemukiman saja melainkan bagaimana dilihat dari aspek simbol-simbol
yang melekat pada aspek sejarahnya, dalam hal ini ialah Masjid, Makam para raja serta tokoh-tokoh, dan sendang atau tempat pemandian para
kalangan kerajaan.
137 Yang sudah dikatakan diawal, bagaimana proses keberlanjutan
Kotagede sebagai ruang sejarah dan serta bagaimana simbol yang melekat pada ruang sejarah ini menjadi suatu nilai yang harus di telusuri, sehingga
peneliti mencoba melihat dari sisi objeknya yang di gambarkan dengan terbentuknya pemukiman-pemukiman Masyarakat Kotagede yang begitu
memilki kekhas-an dengan diperlihatkan terbentuknya Pagar Tembok tinggi dan membentuk suatu ruang privasi yang menurut penelitian ini ialah
bagaimana pagar tembok tinggi memiliki baberapa pandangan mengenai hal ini. Tetapi pada kesimpulannya bahwa peneliti bisa menarik garis lurus
dan menemukan sedikit benang merahnya, mengenai terbentuknya suatu konsep pemukiman yang konteksnya ialah bagaimana ruang ini memiliki
konsep itu karena memang suatu bentuk kebutuhan dan perlindungan. Kebutuhan karena mayoritas pekerja Kotagede pada zaman itu, memang
sebagai pekerja pengrajin perak. Dan pada sisi perlindungannya memang terbukti bahwa menurut informasi yang didapatkan bahwa pada zaman dulu
banyak sekali terjadi pencurian di Kotagede, sehingga terbentuklah sisi ruang seperti yang ada sekarang ini. Kalau dalam sisi arsitekturnya ialah
bagaiamana bentuk mengikuti fungsinya. Selain daripada itu bagaimana dilihat pola ruangnya yang menjadi
suatu nilai yang melekat pada bagian sejarah Kotagede yang tidak bisa terlepas dari pengamatan peneliti mengenai ruang juga sebagai simbol,
maka dalam penelitian ini peneliti akan membahas juga mengenai Masjid, Pemakaman para Raja dan para Tokoh, Langgar Dhuwur dan Sendangan
atau tempat pemandian para kalangan kerajaan. Secara semiotika bahwa pemkanaan mengani objek yang berbentuk
sebagai fisik maupun non fisik dilihat dengan pandangan objektif bukan sebagai pandangan yang subjektif, maka sebagaimana telah dijelaskan
138 bahwa pemaknaan itu menjadi suatu nilai yang berharga dan sebagai simbol
yang tetap akan melekat sebagai bagian dari ruang sejarah Kotagede. Dalam pembahasan yang pertama mengenai simbol yang melekat
pada ruang sejarah Kotagede ini, peneliti memulainya dari Masjid Gedhe yang menjadi simbol ke-Islaman dan menjadi suatu saksi berdirinya
idiologi organisasi Masyarakat Muhammadiyah di Kotagede, sehingga dalam pandangan ini, orang mengenal Kotagede maka yang paling pertama
ada dibenak ialah Muhammmadiyah dan sejarahnya Mataram, maka dari itu Masjid menjadi salah satu simbol yang hadir sebagai kaitanya dengan ruang
sejarah di Kotagede. Selain daripada itu juga Masjid Gedhe memang berada dalam kompleks Makam dan Sendangan.
Dengan ini membuktikan bahwa adanya keterkaitanya suatu pengolompokan budaya yang menjadikan simbol Kotagede sebagai ruang
sejarah, karena menurut peneliti, adanya suatu pandangan menganai dua hal ini yang berbeda, kenapa, karena masyarakat yang berkunjung ke Kotagede
bukan hanya ke Masjidnya melainkan ke Pemakaman, Masjid Gedhe sebagai salah satu simbol berdirinya pemahaman Muhammadiyah yang
tidak sependapat dengan adanya peziarah yang berziarah dan meminta sesuatu tanpa ada usaha dalam tindakan kehidupannya di makam-makam
tersebut, sampai bisa menginap berhari-hari disana. Ini pandangan menurut paniliti mempunyai unsur dualistik yang dipersatukan melalui semiotika
atau simbol keluhuran yang tidak terlepas dari perbedaan yang saling menghargai satu sama lain, sehingga menjadi bagian dari ruang sejarah
yang patut diakui dengan keanekaragaman pemahamannya. Selain dari itu adanya langgar dhuwur yang menjadi suatu entitas dan
simbol terhadap pemahaman aliran Agama Islam serta fungsi untuk memenuhi kebutuhan orang yang tinggal didalamnya, karena yang sudah di
139 jelaskan pada Sub Bab 3.7 yang mengenai langgar dhuwur, telah
menjelaskan bagaimana sehingga adanya konsep rancangan langgar dhuwur yang memiliki suatu nilai terhadap kaitanya antara kehidupan manusia dan
Penciptanya. Dan juga sendangan yang sebagai pemandian para kalangan kerajaan yang menjadi bentuk simbol pembersihan diri bagi para kalangan
kerajaan. Tetapi pada dewasa ini sudah beralih fungsi dengan adanya pembukaan pemandian secara umum yang terorganisir oleh pengelolah dan
penjaga sandangan. Diketahui bahwa adanya suatu nilai yang bergeser pada kebutuhan masyarakat bukan lagi hanya dalam keluarga kerajaan saja.
Tetapi terlepas dari itu semua masyarakat meyakini adanya nilai yang masi tertanam dalam pemahaman yang konteksnya ialah pemandian sebagai
simbol pembersihan diri, maka dari itu Kotagede memang menyediakan kekayaan pemahaman budaya yang berpengaruh terhadap ruang-ruang yang
tidak terlepas dari simbol-simbolnya, mau itu secara fisik maupun non- fisik.
Secara keseluruhan yang dapat disimpulkan oleh peneliti mengenai Kotagede sebagai Sejarah dan simbol, ialah bagaimana dilihat dari
keterkaitan antara ruang yang menjadi kekhas-an dan simbol yang menjadi suatu penyatuan budaya yang telah ditinggalkan oleh para leluhur-
leluhurnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pembentukan pola ruang-ruangnya yang menempel pada simbol-simbol yang menjadi suatu
penyatuan budaya dan sejarahnya.
4.4. Kotagede sebagai Ruang Desa – Kota