Kotagede sebagai Ruang Elastis

133 masyarakat. Aktivitas komunikasi tersebut, berupa komunikasi satu arah dan juga komunikasi banyak arah yang terjadi antar individu dengan jumlah yang tidak begitu banyak, dimana aktivitas yang terjadi pada lokasi papan Koran adalah diskusi antar warga masyarakat seusai membaca Koran. Aktivitas komunikasi pada lokasi papan Koran terjadi hampir sepanjang hari dengan waktu optimal seusai waktu shalat dan pada sore hari yang merupakan waktu senggang warga. Aktivitas dan interaksi sosial yang terjadi di Pendopo lebih bersifat kondisional. Hal ini dikarenakan, pendopo yang terdapat di Kawasan Kotagede merupakan tempat perayaan yang sering digunakan untuk acara hajatan dan perayanaan acara kampung. Balai RW yang terdapat di Kawasan Kotagede, merupakan ruang pelayanan, pendidikan dan pelatihan. Balai RW yang memiliki fungsi demikian menjadikannya sebagai ruang interaksi dan komunikasi antar warga. Warga bertukar informasi dan terjadi hubungan timbal balik. Pos kamling yang terdapat di Kawasan Kotagede merupakan ruang publik yang terbuka yang bersifat resposif dan merupakan ruang interaksi dengan dimensi yang luas. Pos kamling yang merupakan tempat berkumpulnya warga secara rutin juga mewadahi aktivitas warga lainnya seperti tempat kumpul acara perayaan, nonton bareng, bermain anak dan tempat berjualan pedagang keliling sehingga bersifat multifungsi. Aktivitas-aktivitas tersebut mendorong adanya interaksi sosial yang membentuk ruang komunikasi.

4.2. Kotagede sebagai Ruang Elastis

Kotagede merupakan sebuah kawasan perkotaan dengan salah satu aktivitas yang mendominasi adalah perdagangan. Walaupun letak Kotagede yang berada di daerah pinggir kota Yogyakarta namun aktifitas perdagangan menjadi dominan, menjadikan keunikan tersendiri karena terkait dengan struktur dan pola ruang kawasan Kotagede yang terbentuk berdasarkan filosofi Catur Gatra Tunggal . Dimana unsur Pasar menjadi salah satu pembentuk ruang kawasan Kotagede. Dominasi kegiatan berdagang di Kotagede mempengaruhi bagaimana 134 masyarakat memanfaatkan ruang-ruang kota. Pasar, Pedagang Kaki Lima PKL dan Pedagang Keliling merupakan perwujudan dari modus produksi ekonomi yang berperan penting sebagai simpul-simpul kegiatan dan aktifitas ekonomi di kota. Pedagang Kaki Lima PKL adalah pedagang yang berdagang di tempat - tempat pusat keramaian seperti di sekitar pasar, rumah sakit, sekolah dan ditrotoar jalan yang ramai. Pedagang kaki lima bersifat non permanen dengan membuka lapak, membuat tenda dan parkir gerobaknya hanya sementara ketika berdagang. Pedagang Kaki lima ada ketika keramaian terjadi dia menghampiri, ketika sunyi dia pergi. Tujuan menjadi pedagang PKL untuk menghampiri pusat keramaian dengan sewa tempat atau lapak yang murah. PKL selain di sekitar bahu jalan pasar, berjualan di trotoar jalan utama kotagede, di halaman toko, dan lapangan karang. Sedangkan pedagang keliling adalah pedagang yang menjual barang dagangannya secara keliling, keluar masuk kampung dengan berjalan kaki, menggunakan moda trasportasi sepeda, sepeda motor ataupun gerobak. Barang yang dijual mayoritas adalah kebutuhan sehari-hari seperti sayuran, jajanan pasar, perabot rumah tangga, dan lain-lai. Baik PKL maupun pedagang keliling sangat mudah dijumpai setiap saat di setiap sudut ruang Kotagede. Pedagang keliling dan pedagang kali lima sebagai salah satu komponen perdagangan yang meramai. Pedagang Kaki Lima membentuk dan menjadi pasar pada waktu tertentu dan di tempat – tempat tertentu yang berakibat elastisitasnya ruang sarana sosial di Kotagede. Secara sederhana, dapat dianalogikan bahwa keberadaan PKL dan pedagang keliling yang sangat mudah dijumpai setiap saat di setiap sudut Kotagede dimana terjadi perjumpaan antara penjual dan pembeli dalam interaksi perniagaan menjadikan setiap ruang Kotagede merupakan ruang pasar. Pasar Kotagede sendiri dalam bentuknya yang formal Pasar di dalam sebuah bangunan terletak di pusat Kotagede, tepatnya di Jl. Mondorakan. Para PKL dan pedagang keliling kadang menggelar lapak atau mangkal di kawasan sekitar pasar Kotagede. Hal tersebut menjadikan ruang komersial pasar tidak 135 hanya berada di dalam pasar, namun meluas di area luar pasar. Keberadaannya sebagai pedagang temporer yang tidak setiap waktu berada di kawasan pasar, membentuk elastisitas ruang komersial pasar, dimana perluasan ruang komersial tergantung dari banyaknya jumlah PKL maupun pedagang keliling yang menggelar lapak atau mangkal di area kawasan pasar. Perluasan ruang komersial pasar sebagai bentuk elastisitas ruang akan lebih terlihat pada saat hari pasaran Jawa Legi. Pada saat itu, ruang komersial di Kotagede tidak lagi terpusat di pasar tapi mengalami perluasan ke jalan-jalan di kawasan Kotagede. Dalam kondisi tersebut dapat dilihat bagaimana aktifitas perdagangan mengubah ruang-ruang Kotagede yang sebelumnya bukan kawasan perdagangan bertransformasi menjadi ruang ekonomi. Unit-unit pedagang kecil berdatangan dan menempatkan posisinya untuk membuka lapak masing-masing di sepanjang ruas jalan. Ruang-ruang yang semula merupakan infrasruktur seperti jalan, pendopo, dll bertransformasi menjadi tempat parkir atau tempat para pedagang menggelar barang dagangannya. Pada kondisi ini, pola ruang kawasan kotagede eksisting menjadi tidak jelas dikarenakan tumpang tindih dengan pola ruang yang dibentuk oleh para pedagang dalam menggelar barang dagangannya. Proses perluasan ruang komersial ini dimulai sekitar pukul 06.00 pagi dan mencapai puncaknya pada sekitar pukul 09.00 pagi dengan ditandai mulai berdatangannya pedagang emporer maupun pembeli yang berasal dari beberapa kota di sekitar Kotagede maupun luar kota. Aktivitas Pasar Legi Kotagede akan kembali seperti semula menjelang petang hari, dimana ruang komersial kembali menyempit hanya di dalam pasar dan area halaman pasar. PKL selain di sekitar bahu jalan pasar, berjualan di trotoar jalan utama kotagede, di halaman toko, dan lapangan karang. Pedagang keliling yang menjadikan semua sarana sosial sebagai tempat berdagang. Keberadaan pedagang temporer saat pasaran Jawa Legi, PKL, pedagang keliling pada waktu – waktu tertentu berperan besar membentuk elastisitas ruang Kotagede. 136

4.3. Kotagede sebagai Ruang Sejarah dan Simbol