FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PRIA MEMILIH PASANGAN HIDUP TRANSEKSUAL

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PRIA
MEMILIH PASANGAN HIDUP TRANSEKSUAL

SKRIPSI

Oleh:
Anggoro Saputro
06810256

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

i

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PRIA
MEMILIH PASANGAN HIDUP TRANSEKSUAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu

Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Anggoro Saputro
06810256

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

ii

iii

iv

v

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji hanya milik Allah Dzat yang menciptakan manusia lalu
menyempurnakan ciptaan, menentukan segala sesuatu dan memberinya petunjuk,
menciptakan manusia berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. Saya bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan saya bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Semoga shalawat dan
salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, sanak keluarga beliau, para
sahabat beliau dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka dalam melakukan
kebajikan hingga hari kiamat.
Seiring perjalanan waktu, banyak di antara pria dan wanita yang mengerjakan
hal-hal menyimpang dalam masalah memilih pasangan hidup. Dan hal itu menjadi
perhatian utama penulisan dalam buku ini. Penulis membahas tentang faktor yang
melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup transeksual.
Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam
penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si yang tidak akan saya lupakan atas

bimbingan beliau. Semoga Allah memberikan balasan kepada beliau dengan
sebaik-baik balasan atas kebaikannya kepadaku dan usahanya yang mulia.
3. Diana Savitri Hidayati, M.Psi yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, masukan dan nasehat yang sangat berarti bagi
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Tri Muji Ingarianti, S.Psi.,M.Psi selaku pembimbing akademik. Semoga
Allah selalu ridho, cinta dan sayang kepada beliau.
5. Ibunda dan ayahanda tercinta, semoga Allah membalas keduanya dengan
sebaik-baik balasan atas kebaikan mereka berdua kepadaku.

vi

vii

DAFTAR ISI

Halaman sampul dalam ..................................................................................

i


Halaman judul .................................................................................................

ii

Lembar persetujuan pembimbing ..................................................................

iii

Lembar pengesahan ........................................................................................

iv

Surat pernyataan .............................................................................................

v

Kata Pengantar................................................................................................

vi


Intisari..............................................................................................................

viii

Daftar isi ..........................................................................................................

ix

Daftar table ......................................................................................................

xi

Daftar lampiran ................................................................................................

xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................................

1


B. Rumusan masalah ..................................................................................

5

C. Tujuan penelitian ...................................................................................

5

D. Manfaat penelitian .................................................................................

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasangan Hidup
1. Pengertian pasangan hidup .........................................................

6

2. Faktor yang melatarbelakangi memilih pasangan hidup ............


6

3. Motivasi memilih pasangan hidup untuk menikah ......................

7

4. Memilih pasangan hidup tidak melakukan pernikahan ................

8

B. Transeksual
1. Pengertian transeksual ................................................................

10

2. Ciri perilaku seksual transeksual ...............................................

10


3. Faktor penyebab terjadinya transeksual .....................................

11

BAB III. METODE PENELITIAN
1.

Rancangan penelitian ..................................................................
viii

13

2.

Batasan istilah ............................................................................

13

3.


Subjek penelitian ........................................................................

14

4.

Metode pengumpulan data ..........................................................

14

5.

Prosedur penelitian .....................................................................

15

6.

Analisa data ................................................................................


16

7.

Keabsahan data ...........................................................................

16

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian ..........................................................................

19

2. Hasil analisa data .......................................................................

24

3. Pembahasan ..............................................................................

32


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ................................................................................

36

2. Saran ..........................................................................................

36

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

37

LAMPIRAN.....................................................................................................

38

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas subjek ..................................................................................

19

Tabel 4.2 Faktor-faktor memilih pasangan hidup transeksual pada subjek 1.......

25

Tabel 4.3 Faktor-faktor memilih pasangan hidup transeksual pada subjek 2.......

27

Tabel 4.4 Faktor-faktor memilih pasangan hidup transeksual pada subjek 3.......

29

Tabel 4.5 Rangkuman hasil analisa dari ke tiga subjek.......................................

30

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Surat kesediaan menjadi subjek penelitian ....................................

39

Lampiran B. Guide interview ............................................................................

43

Lampiran C. Hasil wawancara ...........................................................................

46

xi

DAFTAR PUSTAKA

Dayakisni, T & Yuniardi, S. (2008). Psikologi lintas budaya. Malang : UMM press.
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang : UMM press.
P

2
.

Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta.
Walgito, B. (2002). Bimbingan & konseling dan perkawinan. Yogyakarta : Andi.
Koeswinarno. (2004). Hidup sebagai waria. Yogyakarta : PT. LkiS Pelangi Aksara.
Kartono, K. (2009). Psikologi abnormal dan abnormalitas seksual. Bandung : CV.
Mandar Maju.
Kartono, K. (1992). Psikologi wanita : Mengenal gadis remaja & wanita dewasa
Jilid 1. Bandung : CV. Mandar Maju.
Puspitosari, H & Pujileksono, S (2005). Waria dan tekanan sosial. Malang : UMM
press.
Mulyana, D. (2008). Metodologi penelitian kualitatif : Paradigma baru ilmu
komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Poerwandari, E. K (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.
Jakarta: Mugi Eka Lestari.
(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/01/19/PRK/mbm.2009119.PRK12
9268.id.html

xii

1
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mendapatkan pasangan hidup yang terbaik, tentu menjadi harapan setiap
manusia. Pasangan hidup saling membutuhkan kasih sayang, perhatian dan
kecukupan pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan
hidup. Dalam menjalin cinta antara pria dan wanita, maka satu dengan yang lainnya
membutuhkan teman hidup untuk saling mengisi akan kebutuhan-kebutuhan
psikologisnya. Kebutuhan-kebutuhan psikologis ini akan dapat dipenuhi antara lain
dengan melalui pernikahan. Dengan pernikahan individu akan merasa tenang dapat
melindungi dan dilindungi, dapat mencurahkan segala isi hatinya kepada
pasangannya (Walgito, 2002).
Dalam Islam tujuan pernikahan antara pria dan wanita akan membentuk
keluarga yang bahagia dengan dasar kasih sayang untuk memperoleh keturunan yang
sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang diatur syari'ah.
Sejalan dengan QS Ar Rumm 21 :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir".
Dalam hadis Nabi terdapat empat faktor yang menjadi kriteria pria dalam
pemilihan pasangan hidup, yang sekali lagi sudah menjadi kecenderungan manusia
pada umumnya. Idealnya keempat kriteria itu dapat dicapai dalam sebuah keluarga.
Sebab, kunci kesuksesan bagi tatanan sebuah rumah tangga yaitu, suami istri adalah
memilih pasangan hidup.
Salah satu hadis tentang kriteria memilih pasangan hidup adalah sebagai berikut:
“Wanita dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka, menangkanlah wanita yang
mempunyai agama, engkau akan beruntung“ (HR. Bukhari, Muslim, dan
yang lainnya, dari Abu Hurairah).
1

2

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak mulia. Tidak terkecuali
dalam hal memilih pasangan hidup. Melalui Al-Qur’an, Islam memberikan tuntunan
bagaimana menyalurkan hasrat yang paling asasi dan fitri ini menuju arah yang
mulia dan diridhai Allah. Sehingga kehidupan manusia, yang bermula dari interaksi
memilih pasangan hidup tidak mengalami penyimpangan.
Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki keinginan untuk menjalin
hubungan dengan orang lain. Manusiapun diciptakan untuk hidup berpasangpasangan. Guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi dengan
memiliki pasangan. Hubungan yang terjalin dapat berupa hubungan pertemanan,
persahabatan, pacaran, hidup bersama dan hubungan perkawinan melalui institusi
pernikahan. Walaupun hidup bersama dapat menjadi alternatif untuk menggantikan
pernikahan, tetapi sebagian besar manusia tetap memilih untuk menjalani
pernikahan, karena pernikahan diikat dalam sebuah institusi yang legal. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa salah satu segi yang melatarbelakangi
pernikahan adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang sesuai dengan normanorma dalam masyarakat (Walgito, 2002).
Sebenarnya sebagian besar kaum pria sudah mengerti betul pandangan
semacam ini. Namun mereka menjadi begitu erat lekat dengan perilaku seksual yang
abnormal dan kurang menyadari bahwa pria hanya dibenarkan untuk menjalin
hubungan dengan wanita dalam suatu pernikahan.
Dalam pernikahan adanya ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri. Menurut Undang-undang Pernikahan, yang
dikenal dengan Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan
pernikahan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan jelas bahwa yang diikat dalam pernikahan sebagai suami isteri
adalah wanita dan seorang pria. Ini berarti kalau ada pria dan transeksual yang ingin
diikat sebagai suami-isteri melalui pernikahan, jelas hal tersebut menurut UndangUndang Pernikahan tidak dapat dilaksanakan.
Pria yang normal membutuhkan hubungan seksual dengan kaum wanita,
bahkan tidaklah akan sempurna kepriaan atau kejantanan kaum pria kecuali dengan

3

adanya wanita yang menjadi pasangan hidupnya. Hubungan seksual seorang pria
disebut normal, bila dia mampu mengadakan relasi seksual dengan wanita, yang
sehat sifatnya. Hubungan seksual yang normal itu mengandung pengertian:
a. Hubungan tersebut tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan, baik bagi diri
sendiri maupun bagi partnernya.
b. Tidak menimbulkan konflik-konflik psikis, dan tidak bersifat paksaan atau
perkosaan.
Relasi seks yang bertanggung jawab itu mengandung pengertian: kedua belah
pihak menyadari akan konsekwensinya, dan berani memikul tanggung jawab
terhadapnya (Kartono, 2009).
Seorang pria harus menyadari, bahwa relasi seksual itu harus dilakukan
dalam batas-batas norma atau susila, sesuai dengan norma masyarakat dan norma
agama. Oleh kedua ciri tersebut di atas, yaitu normal dan bertanggung jawab, maka
hal ini mewajibkan manusia melakukan hubungan seks dalam satu ikatan yang
teratur, yaitu dalam ikatan pernikahan yang sah.
Beberapa

teori

tentang

abnormalitas

seksual

menyatakan

bahwa

keabnormalan itu timbul karena sugesti masa kecil, seseorang akan mengalami atau
terjangkit abnormalitas seksual karena pengaruh luar, misalnya dorongan kelompok
tempat ia tinggal, pendidikan orangtua yang menjurus pada benih-benih timbulnya
penyimpangan seksual, dan pengaruh budaya yang diakibatkan oleh komunikasi
intens dalam lingkungan abnormalitas seksual.
Abnormalitas seksual dapat terjadi karena sejumlah faktor, mencakup gejalagejala di dalam dan di luar (gejala instrinsik dan ekstrinsik) pribadi yang saling
berkaitan. Faktor intrinsik adalah faktor herediter atau keturunan. Sedangkan faktor
ekstrinsik mencakup adanya kerusakan–kerusakan fisik dan psikis disebabkan oleh
pengaruh-pengaruh dari luar, atau adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan
yang sifatnya traumatis. Abnormalitas seksual yang terjadi akibat faktor ekstrinsik ini
juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas hidup, entah dialami semasa kecil, atau ketika
dewasa. Bentuknya dapat berupa pengakuan yang tidak layak, seperti perlakuan
kasar, tekanan emosional, atau pengaruh media (Kartono, 2009).
Munculnya berbagai fenomena pria berpasangan dengan transeksual barubaru ini, sebagaimana diberitakan sejumlah media cukup menyita perhatian. Seperti

4

yang tertulis dalam majalah tempo, banyak pria beristri atau bujang yang akhirnya
tinggal bersama transeksual "Mungkin awalnya variasi, tapi lama-lama jadi
ketagihan," kata koordinator pertemuan waria nasional pertama yang berlangsung 17
Januari 2009 di Tapos, Jawa Barat itu. Ulah laki-laki berhubungan seks dengan waria
sebagai selingan biasa menjadi salah satu perbincangan hangat diantara para waria
bila berkumpul. Kecenderungan seperti itu menjadi kesimpulan penelitian Dede
Oetomo, sosiolog asal Universitas Airlangga, Surabaya. Penelitian yang dilakukan
tahun 2008 itu menyatakan adanya kecenderungan pria beristri atau punya pasangan
(heteroseksual) lebih memilih waria untuk memuaskan nafsu berahi. "Mereka bukan
gay (homoseks), tetapi memilih transgender dibanding pekerja seksual komersial,"
ujar Dede. Penelitian yang berjudul ”The Dynamics and Context of Male to Male
Sex in Indonesia" itu dilakukan berdasar wawancara Dede dan tim dari Gaya
Nusantara Foundation dengan responden pria bukan gay di tiga kota-Surabaya,
Batam, dan Manado. Mereka menyatakan berbagai alasan dalam memilih
berhubungan seks dengan waria, mulai dari alasan agama, variasi seks, ekonomi,
tanggung jawab, sampai tak adanya rasa bersalah. Intinya, para pria itu menganggap
berhubungan seks dengan waria tidak tergolong selingkuh… banyak pria beristri atau
bujang yang akhirnya tinggal bersama waria. Hubungan pria dengan waria menjadi
bukan sekadar variasi seks, tapi adiksi (Tempo, 19 Januari 2009).
Pria memilih pasangan hidup transeksual dapat dijumpai pada keadaan
sekitar, dari kedua pasangan hidup ini yang menarik untuk diamati adalah pria
memilih tinggal bersama transeksual. Karena mengingat pria hanya dibenarkan
memilih pasangan hidup wanita. Peneliti menemukan pria yang memilih hidup
bersama transeksual di Desa Wagir Kabupaten Malang, saat wawancara pada survey
awal yaitu, Pria To dan Waria Sr kedua pasangan ini kurang lebih dua tahun hidup
bersama,

berjuang

dalam

menghadapi

berbagai

macam

tekanan

karena

keminoritasannya, adapun Pria ED dengan Waria ST sudah tiga tahun hidup bersama
di Perumahan Wagir Kabupaten Malang. Dan Pria Sp dan Waria Ks hidup bersama
di Desa Gadang Malang.
Keberadaan pria yang menjadi pasangan hidup transeksual tersebut diterima
dengan baik di Desa Wagir dan Gadang. Hal tersebut terlihat dari adanya interaksi

5

dengan masyarakat sekitar, mereka juga dapat hidup dan tinggal bersama dengan
beragam aktifitas keseharian di dalam masyarakat.
Melihat fenomena tersebut, banyak faktor yang perlu diteliti dalam
memahami mengapa pria memilih pasangan hidup transeksual. Fenomena
latarbelakang pria yang memilih pasangan hidup transeksual belum diteliti
sebelumnya, jadi ini menarik untuk diteliti. Berdasarkan permasalahan di atas maka
penulis

tertarik

melakukan

penelitian

yang

berjudul

“faktor–faktor

yang

melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup transeksual”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah faktor-faktor yang melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup
transeksual?

C. Tujun Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup transeksual.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Dari segi ilmu pengetahuannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi
klinis,

menambah

pengetahuan

yang

terkait

dengan

faktor-faktor

yang

melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup transeksual.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman tentang faktorfaktor yang melatarbelakangi pria memilih pasangan hidup transeksual serta dengan
informasi yang disampaikan melalui penulisan studi kasus ini akan mampu
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai alasan pria memilih pasangan hidup
transeksual.