Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara

EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU PADA INDUSTRI
MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ARIF MUHSIN FADILLAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Pengawetan
Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten Jepara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013
Arif Muhsin Fadillah
NIM E24090079

ABSTRAK
ARIF MUHSIN FADILLAH. Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel
di Kabupaten Jepara. Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI dan MUH YUSRAM
MASSIJAYA.
Industri mebel di Kabupaten Jepara menggunakan kayu yang masih berusia
muda dan jenis kayu cepat tumbuh karena terbatasnya pasokan kayu dari hutan
alam sebagai bahan baku mebel. Pengawetan dilakukan dalam proses produksi
untuk mengendalikan serangan organisme perusak kayu seperti rayap yang lebih
mudah menyerang kayu usia muda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
efektivitas bahan pengawet yang digunakan industri mebel Kabupaten Jepara
terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus). Bahan pengawet yang
digunakan berbahan aktif permetrin, klorpirifos, dan larutan hidrogen peroksida.
Metode pengawetan yang digunakan adalah metode pelaburan dan rendaman.
Metode pengujian rayap skala laboratoris yang digunakan sesuai standar JIS K
1571-2004. Hasil pengujian menunjukkan bahan pengawet yang digunakan sangat
efektif untuk meningkatkan keawetan kayu dari serangan rayap tanah

Coptotermes curvignathus. Efektivitas ditunjukkan dari rata-rata contoh uji
perlakuan pengawetan yang berbeda nyata dengan contoh uji kontrol pada taraf
95% terhadap mortalitas, kehilangan berat, dan tingkat konsumsi rayap. Nilai ratarata retensi pengawetan kayu di Industri Mebel Kabupaten Jepara sebesar 4.69
kg/m3 masih dibawah standar SNI 03-5010.1-1999 yaitu minimal sebesar 8 kg/m3
untuk penggunaan bawah atap dan 11 kg/m3 untuk penggunaan tanpa atap.
Kata kunci: bahan pengawet, pengawetan kayu, rayap

ABSTRACT
ARIF MUHSIN FADILLAH. Effectiveness of Wood Preservation in Furniture
Industry in Jepara Regency. Supervised by YUSUF SUDO HADI and MUH
YUSRAM MASSIJAYA.
Furniture industry in Jepara Regency using juvenile wood and fastgrowing timber species as raw material because of the limited supply from natural
forest. Preservation is applied in the production process to protect from wood
destroying organism attacks like termites that are easier to attack juvenile wood.
The objective of this research was to determine the effectiveness of preservative
that applied in furniture industry Jepara Regency against subterranean termites
(Coptotermes curvignathus) attacks. The preservative contain active permethrin,
chlorpyrifos, and a solution of hydrogen peroxide. Preservation methods used
were brushing and soaking methods. Termites testing in laboratory scale method
that used according to JIS K 1571-2004 standard. The results indicated that

preservative used very effective to improve wood durability against subterranean
termites (Coptotermes curvignathus) attacks. The effectiveness was shown by the
average of preservation treatments samples were significantly different from the
control sample at the 95% level for mortality, weight loss, and feeding rate
termites. The average of retention of wood preservation in Jepara furniture
industry was 4.69 kg/m3 it was still below the minimum standard of SNI 035010.1-1999 there was 8 kg/m3 for using under roof and 11 kg/m3 for using
without the roof.
Keywords: preservative , wood preservation, termite

EFEKTIVITAS PENGAWETAN KAYU PADA INDUSTRI
MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ARIF MUHSIN FADILLAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan


DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel di Kabupaten
Jepara
Nama
: Arif Muhsin Fadillah
NIM
: E24090079

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi, MAgr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Muh Yusram Massijaya, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah
pengawetan kayu, dengan judul Efektivitas Pengawetan Kayu pada Industri Mebel
di Kabupaten Jepara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yusuf Sudo Hadi,
MAgr dan Bapak Prof Dr Ir Muh Yusram Massijaya, MS selaku pembimbing
serta Ibu Dr Ir Ulfah Januarti, MAgr selaku penguji. Terima kasih tak lupa pula
penulis ucapkan kepada pihak Kementrian Agama yang telah memberikan
beasiswa melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Joko, Bapak Rudi, Bapak

Nursalim, Bapak Reno, Bapak Ramdan Siregar, Ibu Nurul Izzah dari perusahaan
mebel di Jepara yang telah membantu selama pengumpulan data dan Australian
Center for International Agricultural Research (ACIAR) yang turut membantu
dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa (alm),
umi, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta ucapan
terima kasih untuk teman-teman THH angkatan 46 dan ASADERS atas
kebersamaan dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013
Arif Muhsin Fadillah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x


DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1


METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Analisis Data

2


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

4
11

Simpulan

11

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN


14

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Karakteristik pengawetan kayu industri mebel Kabupaten Jepara
2 Nilai rata-rata retensi pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara

5
11

DAFTAR GAMBAR
1 Grafik kehilangan berat contoh uji pada pengujian skala laboratoris
terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus
2 Grafik persentase mortalitas rayap setelah pengujian selama 21 hari
3 Grafik feeding rate pada contoh uji setelah perlakuan
4 Contoh bentuk serangan rayap

5 Pola serangan rayap terhadap contoh uji kontrol

6
7
9
10
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kehilangan berat contoh uji setelah pengujian selama 21 hari
Persentase mortalitas contoh uji dan kontrol

14
15

Nilai feeding rate contoh uji dengan pengawetan dan kontrol

16

Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan A dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan B dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan C dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan D dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T contoh uji dengan perlakuan pengawetan perusahaan E dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji
kontrol terhadap kehilangan berat
Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji
kontrol terhadap mortalitas
Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji
kontrol terhadap feeding rate
Daftar nama perusahaan industri mebel Kabupaten Jepara
Skoring pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara
Nilai retensi bahan pengawet terhadap contoh uji

17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri mebel merupakan salah satu sektor industri penghasil terbesar
devisa negara. Pemerintah turut membantu mengembangkan mebel setelah
ditetapkannya mebel sebagai salah satu dari sepuluh komoditas unggulan ekspor
Indonesia. Kekhasan mebel Indonesia seperti ukiran mebel memiliki nilai tambah
oleh peminat mebel. Kabupaten Jepara merupakan salah satu sentra produksi
mebel kayu di Indonesia namun, data ekspor produk mebel Jepara menunjukkan
angka yang fluktuatif dan cenderung menurun beberapa tahun terakhir.
Kelangkaan pasokan bahan baku dan kualitas bahan baku yang rendah adalah
salah satu faktor penyebabnya (Sofiana 2011).
Unit usaha kecil dan menengah yang bergerak dalam produksi mebel di
Kabupaten Jepara mengalami kesulitan akses terhadap bahan baku dengan harga
dan kualitas terbaik. Sedangkan sebagian besar unit usaha mebel di Jepara adalah
unit usaha kecil dan menengah seperti yang dikemukakan CIFOR (2010) pada
tahun 2010 terdapat 11.981 unit usaha di Kabupaten Jepara yang terdiri dari 92%
unit usaha kecil, 6% unit usaha menengah, dan 2% unit usaha besar. Bahan baku
kayu dari hutan rakyat berusia muda dan jenis kayu cepat tumbuh menjadi pilihan
sebagai bahan baku produksi mebel akibat terbatasnya pasokan bahan baku
dengan harga dan kualitas yang baik. Muslich dan Krisdianto (2006)
mengemukakan bahwa hutan rakyat menghasilkan kayu masih muda (juvenile),
berdiameter kecil, banyak mata kayu, berat jenis rendah, kayu kurang awet secara
alami, sehingga kayu tersebut lebih mudah diserang organisme perusak kayu.
Pengawetan kayu diterapkan dalam proses produksi mebel di Kabupaten
Jepara untuk meningkatkan keawetan kayu dari serangan rayap dan orgnisme
perusak kayu lainnya namun, informasi mengenai efektivitas bahan pengawet dan
metode yang digunakan masih sangat kurang sehingga perlu dilakukan penelitian
mengenai pengujian pengawetan kayu terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pengawetan
kayu pada industri mebel di Kabupaten Jepara terhadap serangan rayap tanah
(Coptotermes curvignathus Holmgren).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
efektivitas pengawetan dengan bahan pengawet kayu yang digunakan oleh
industri mebel terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus
Holmgren).

2

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan pada lima perusahaan mebel kayu di
Kabupaten Jepara dan pengujian dilakukan di Laboratorium Rayap, Departemen
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian ini dimulai pada bulan April
hingga Agustus 2013.

Bahan
Bahan yang digunakan adalah tiga jenis kayu yang diperoleh dari
perusahaan produksi mebel Kebupaten Jepara yaitu jati (Tectona grandis), mahoni
(Swietenia macrophylla), dan akasia (Acacia mangium) yang telah mendapatkan
perlakuan pendahuluan (pengeringan) dari masing-masing perusahaan; rayap
tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) dari kasta pekerja 150 ekor dan 15
ekor kasta prajurit tiap wadah contoh uji sesuai standar pengujian skala laboratoris
JIS K 1571-2004; bahan pengawet yang diperoleh dari perusahaan produksi mebel
Kebupaten Jepara dengan bahan aktif permetrin, klorpirifos, dan hidrogen
peroksida.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya wadah contoh uji
diameter 8 cm dan tinggi 6 cm, timbangan elektrik, oven, dan desikator.

Prosedur Analisis Data
Pengamatan di Lapangan
Pengambilan data primer diperoleh dengan cara wawancara dan
pengamatan secara langsung proses pengawetan yang dilakukan pada lima
perusahaan mebel di Jepara. Hasil wawancara dan pengamatan dimasukkan ke
dalam tally sheet yang berisi nama perusahaan, jenis kayu, bahan pengawet yang
digunakan, konsentrasi bahan pengawet, campuran bahan pengawet, metode
pengawetan, perlakuan sebelum dan setelah pengawetan. Contoh uji kayu dan
bahan pengawet diperoleh dari perusahaan tersebut untuk keperluan pengujian
laboratoris.
Pembuatan Contoh Uji
Contoh uji untuk pengujian keawetan kayu sesuai standar JIS K 15712004 berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm dan dilakukan pengulangan tiga kali masingmasing perlakuan beserta kontrol.
Pengawetan Contoh Uji
Pengawetan contoh uji dilakukan sesuai dengan hasil pengamatan di

3
lapangan. Pengawetan pada perusahaan A dilakukan pengawetan dengan
pelaburan bahan pengawet campuran antara hidrogen peroksida dan asam asetat.
Pelaburan bahan pengawet dilakukan dua kali ulangan dengan menggunakan alat
kuas. Perusahaan B menggunakan bahan aktif pengawet klorpirifos dan pelarut
air. Metode pengawetan yang digunakan dengan cara pelaburan produk sebanyak
tiga kali dengan menggunakan kuas atau kain. Perusahaan C menggunakan
pengawet dengan bahan aktif permetrin yang dilakukan dua kali. Metode yang
digunakan dengan rendaman selama satu jam dalam wadah yang terisi dengan
bahan pengawet. Perusahaan D menggunakan bahan pengawet permetrin dengan
campuran thinner dengan metode pelaburan. Perusahaan E menggunakan bahan
aktif pengawet klorpirifos dengan campuran air. Metode yang digunakan dengan
melaburkan bahan pengawet dengan bahan kuas dua kali.
Metode Pengujian terhadap Rayap Tanah Standar JIS K 1571 - 2004
Contoh kayu uji dipotong sehingga menjadi berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm
kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60 ± 2 °C untuk memperoleh
nilai berat kayu sebelum pegujian (W1). Dental cement dan jaring tipis dijadikan
sebagai dasar wadah contoh uji. Pengujian ini dilakukan tiga kali pengulangan.
Ke dalam wadah contoh uji dimasukkan contoh uji dengan posisi bidang
radial kayu menyentuh jaring tipis. Setelah itu 150 ekor rayap kasta pekerja dan
15 ekor rayap prajurit dimasukkan ke dalam wadah contoh uji. Wadah contoh uji
ditutup dengan aluminium foil, dan ditempatkan dalam wadah yang telah berisi
kapas yang telah dibasahi.
Wadah contoh uji disimpan di tempat yang gelap selama tiga minggu.
Selama pengujian diusahakan agar kelembaban wadah contoh uji tetap terjaga dan
rayap yang mati dikeluarkan dari wadah contoh contoh uji. Setelah tiga minggu
pengujian, dilakukan pembongkaran wadah contoh uji dan penghitungan jumlah
rayap yang masih hidup untuk mengetahui nilai mortalitas rayap. Contoh uji
dicuci dan dioven selama 48 jam dengan suhu 60 ± 2 °C, kemudian ditimbang
(W2). Hasil pengujian merupakan nilai rata-rata dari keseluruhan contoh uji.
Persen kehilangan berat dihitung dengan menggunakan persamaan:
ሺ ሻ

dengan pengertian
W
= kehilangan berat contoh uji kayu (%)
W1
= berat kering oven kayu sebelum diumpankan (%)
W2
= berat kering oven kayu setelah diumpankan (%)
Mortalitas rayap yang diamati dalam standar ini hanya mortalitas dari rayap kasta
pekerja. Mortalitas rayap dihitung dengan menggunakan persamaan:
ሺ ሻ

dengan pengertian:
MR = mortalitas rayap
D
= jumlah rayap yang mati (ekor)
150
= jumlah rayap pekerja pada awal pengujian (ekor)
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kemampuan makan rayap (feeding rate)
yang dihitung menggunakan rumus:

4

dengan pengertian,
FR
= feeding rate (g/ekor/hari)
W = kehilangan berat contoh uji (g)
Ro
= jumlah rayap awal pengujian (ekor)
Ra
= jumlah rayap akhir pengujian (ekor)
T
= lama waktu pengujian (hari)
Perhitungan Retensi
Contoh uji ukuran 5 cm x 5 cm x 20 cm yang kedua ujungnya dicat
dipersiapkan untuk pengulangan pengujian tiga kali. Besarnya retensi diperoleh
dengan cara menimbang kayu sebelum dan sesudah diawetkan, untuk mengetahui
berat kayu sebelum dan sesudah diawetkan. Penentuan retensi diperoleh dengan
rumus :

dengan pengertian
R
= nilai retensi contoh uji (kg/m3)
B1
= berat contoh uji setelah diawetkan (kg)
B0
= berat contoh uji sebelum diawetkan (kg)
V
= volume contoh uji (m3)
Analisi Data
Pengolahan data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Untuk mengetahui taraf signifikansi
perbedaan terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan kemampuan makan
rayap (feeding rate) antara contoh uji dengan pengawetan dan kontrol tanpa
pengawetan, maka digunakan pengujian beda nilai tengah pengamatan independen
dengan ragam populasi tidak diketahui (uji-t 2 sampel independen).
Nilai t-hitung yang diperoleh dibandingkan dengan t-tabel pada selang
kepercayaan 95% dengan kaidah keputusan:
1. Apabila t-hitung < t-tabel, maka perbedaan perlakuan memberikan
pengaruh tidak nyata terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan
kemampuan makan rayap (feeding rate) pada selang kepercayaan 95%.
2. Apabila t-hitung > t-tabel, maka perbedaan perlakuan memberikan
pengaruh nyata terhadap kehilangan berat, mortalitas rayap, dan
kemampuan makan rayap (feeding rate) pada selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Pengawetan Industri Mebel Kabupaten Jepara
Perusahaan A bergerak di bidang produksi mebel outdoor berbahan baku
jati. Produk ini dipasarkan ke mancanegara sehingga perusahaan ini menargetkan
kadar air dibawah 12%. Bahan baku jati usia 30 tahun keatas dirakit tanpa

5
dilakukan pengawetan sedangkan jati usia muda (7-10 tahun) dilakukan
pengawetan dengan pelaburan bahan pengawet campuran antara hidrogen
peroksida (konsentrasi 25%) dan asam asetat. Pelaburan bahan pengawet
dilakukan dua kali.
Perusahaan B menggunakan bahan baku mahoni dengan bahan aktif
pengawet klorpirifos (konsentrasi 1.23%) dan pelarut air. Metode pengawetan
yang digunakan dengan cara pelaburan sebanyak tiga kali dengan menggunakan
kuas atau kain. Perusahaan C menggunakan pengawet dengan bahan aktif
permetrin yang dilakukan dua kali yaitu ketika kayu masih menjadi papan dan
telah menjadi potongan komponen produk. Bahan pengawet untuk papan
dicampur dengan pelarut air (konsentrasi 0.4%) sedangkan untuk ukuran
komponen menggunakan pelarut thinner (konsentrasi 1%). Metode yang
digunakan dengan pencelupan selama satu jam.
Perusahaan D menggunakan bahan pengawet permetrin dengan campuran
thinner (konsentrasi 0.62%). Metode pengawetan yang digunakan pelaburan.
Perusahaan E menggunakan kayu akasia usia 8-10 tahun dan menggunakan bahan
aktif pengawet klorpirifos dengan campuran air (konsentrasi 1.23%). Metode yang
digunakan pelaburan dengan kuas dua kali.
Tabel 1 Karakteristik pengawetan kayu industri mebel Kabupaten Jepara
Karakteristik
pengawetan
kayu
Bahan
aktif

Perusahaan
A

B

Hidrogen Klorpirifos
peroksida

C

Permetrin

D

E

Permetrin Klorpirifos

Campuran

Asam
asetat

Air

1) Air
2) Thinner

Thinner

Air

Konsentrasi

25%
(v/v)

1.23%
(v/v)

1) 0.4%
(v/v)
2) 1% (v/v)

0.62 %
(v/v)

1.23%
(v/v)

Pencelupan

Pelaburan

Pelaburan

Mahoni

Mahoni

Akasia

Metode
Jenis
kayu

Pelaburan
Jati

Pelaburan
Mahoni

1)Pengawetan pertama 2) pengawetan kedua

Bahan aktif permetrin dan klorpirifos tercantum dalam daftar pestisida
untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2010 yang dikeluarkan dari Pusat
Perizinan dan Investasi Departemen Pertanian. Klorpirifos ditargetkan mengenai
sasaran organisme perusak tanaman jenis Coptotermes curvignathus,
Cryptotermes cynocephalus, Ambrosia, Dinoderus sp., dan Heterobostrychus
aequalis. Permetrin untuk penggunaan kayu ditargetkan mengenai sasaran

6
organisme perusak kayu jenis Coptotermes curvignathus, Cryptotermes
cynocephalus, Coptotermes curvignathus, Ambrosia, dan Lyctus brunneus.
(Hudayya dkk 2010). Larutan hidrogen peroksida merupakan salah satu oksidator
yang ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu yang berbahaya serta
mudah diperoleh untuk keperluan industri.

Kehilangan Berat

Persentase kehilangan berat
(%)

Kehilangan berat dapat menjadi respon serangan rayap terhadap contoh uji
dalam pengujian. Semakin kecil persentase kehilangan berat maka semakin tinggi
keampuhan bahan pengawet dalam mencegah serangan rayap, atau sebaliknya.
Persentase rata-rata kehilangan berat contoh uji dalam masa pengumpanan selama
21 hari disajikan pada Gambar 1.
8
7
6
5
4
3
2
1
0

6,3 *
4,8 *
3,7 *
2,1 **

2,5 *

Kontrol
Pegawet

0,7
0,2

A

B

0,5

C
Contoh uji

0,5

D

0,6

E

Gambar 1 Grafik kehilangan berat contoh uji pada pengujiaan skala laboratoris
terhadap serangan rayap tanah C. curvignathus
Keterangan : *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada
taraf 95% dengan contoh uji kontrol **contoh uji perlakuan
pengawetan tidak berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji
kontrol
Persentase kehilangan berat hasil pengujian berkisar antara 0.15%-0.71%.
Nilai terendah pada contoh uji A sebesar 0.15% yang menggunakan larutan
hidrogen peroksida konsentrasi 25% pada contoh uji kayu jati. Selanjutnya
berturut-turut contoh uji D mengunakan bahan pengawet permetrin konsentrasi
0.62% dan contoh uji C menggunakan bahan pengawet permetrin konsentrasi 1%
yaitu sebesar 0.48% dan 0.54% pada contoh uji kayu mahoni. Nilai kehilangan
berat pada contoh uji E sebesar 0.60% pada kayu akasia dengan bahan pengawet
klorpirifos konsentrasi 1.23%. Nilai kehilangan berat terbesar pada contoh uji B
sebesar 0.71 dengan menggunakan bahan pengawet klorpirifos konsentrasi 1.23%.
Berdasarkan hasil uji beda nilai tengah (uji-t) terhadap nilai kehilangan berat
semua contoh uji yang diberi perlakuan pengawetan dan tanpa pengawetan
diketahui bahwa persentase kehilangan berat berbeda nyata (Lampiran 9).
Pengujian beda nilai tengah (uji-t) terhadap nilai kehilangan berat masing-masing

7
perlakuan pengawetan dengan kontrolnya juga menunujukkan perbedaan yang
nyata. Hanya perlakuan dari perusahaan C nilai kehilangan berat tidak berbeda
nyata antara contoh uji dengan perlakuan pengawetan dan kontrol. Nilai
kehilangan berat contoh uji kontrol perusahaan C yang kecil menunjukkan
pengaruh perlakuan pendahuluan berupa pengeringan dengan kiln. Namun jika
dilihat persentase kehilangan berat contoh uji kontrol lebih besar dibandingkan
dengan perlakuan pengawetan. Semakin kecil persentase kehilangan berat contoh
uji menunjukkan contoh uji semakin tidak disukai rayap tanah Coptotermes
curvignathus. Hal ini disebabkan pengaruh perlakuan pengawetan pada contoh uji.
Berdasarkan nilai kehilangan berat, pengawetan yang terbaik adalah
pengawetan yang dilakukan pada perusahaan A. Nilai kehilangan berat pada
contoh uji pengawetan perusahaan A memiliki nilai paling kecil. Kayu yang
digunakan jenis jati dan bahan aktif yang digunakan larutan hidrogen peroksida
25% dengan metode pelaburan dua kali ulangan.

Mortalitas

Persentase mortalitas (%)

Mortalitas merupakan persentase jumlah rayap pekerja yang mati di akhir
pengujian terhadap jumlah rayap pekerja awal pengujian. Hasil pengujian
menunjukkan nilai rata-rata mortalitas rayap tanah C. curvignathus pada contoh
uji sebesar 100%. Persentase mortalitas rayap tanah disajikan dalam gambar 2.
100 *
100 *
100 *
100 *
100 *
100
80
60
40

20

Kontrol

31,3
10,7

13,6

A

B

17,1

11,8

Pengawet

0
C
Contoh uji

D

E

Gambar 2 Grafik persentase mortalitas rayap setelah pengujian selama 21 hari
Keterangan: *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada taraf
95% dengan contoh uji kontrol
Hasil uji-t menunjukkan bahwa semua contoh uji yang telah diberi
perlakuan pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol tanpa pengawetan
terhadap persentase mortalitas rayap pada taraf 95% (Lampiran 10). Hasil uji-t
juga menunjukkan bahwa masing-masing contoh uji dari perlakuan pengawetan
juga berbeda nyata terhadap contoh uji kontrolnya terhadap persentase mortalitas
pada taraf 95%. Tingginya mortalitas hingga 100% dikarenakan bahan pengawet
memiliki toksisitas yang tinggi terhadap rayap.

8
Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji A adalah hidrogen
peroksida. Menurut Tali dan Dychdala (1993) dalam Azanza dan Patricia (2004),
hidrogen peroksida dikenal menjadi agen pengoksidasi yang sangat kuat dan pada
umumnya efektif terhadap berbagai spektrum mikroorganisme termasuk bakteri,
ragi, jamur, dan virus.
Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji C dan D adalah permetrin
yaitu hasil ekstrak alami atau sintesis pyrethroid dan susunannya terkenal dengan
fotostabilitasnya yang salah satu kegunaannya menghentikan serangan serangga
dan jamur (Vasilache et al 2009). Bahan aktif ini bekerja dengan cepat
melumpuhkan sistem saraf serangga, sehingga cepat membasmi populasi rayap.
Permetrin dapat bertindak sebagai racun perut bila tertelan oleh rayap atau sebagai
racun kontak melalui kontak langsung dengan rayap (PMEP 1996).
Bahan pengawet yang digunakan pada contoh uji B dan E adalah
klorpirifos. Bahan aktif ini prototipe dari asam tiofosfat yang merupakan salah
satu bahan insektisida organofosfat (Kurniasih dkk 2003). Klorpirifos bekerja
pada hama terutama sebagai racun kontak dan racun perut. Klorpirifos adalah
salah satu dari kelas insektisida disebut organofosfat yang bertindak dengan
mengganggu kegiatan cholinesterase, enzim esensial yang bekerja pada sistem
saraf rayap (PMEP 1993). Hal ini menyebabkan sistem saraf rayap terganggu
sehinga rayap mati.
Hal ini menunujukkan bahan aktif dari pengawet memiliki toksisitas yang
tinggi dengan konsentrasi yang berkisar antara 0.4%-25%. Tingginya mortalitas
pada contoh uji disebabkan sifat toksisitas dari bahan pengawet atau diduga bau
contoh uji tidak disukai dengan rayap sehingga rayap memilih untuk tidak
memakan contoh uji yang ada dan lama kelamaan akan mati. Rayap juga dapat
bertindak sebagai pemangsa rayap lainnya yang menyebabkan mortalitas rayap
tinggi.

Feeding rate
Feeding rate atau tingkat konsumsi rayap terhadap contoh uji merupakan
jumlah konsumsi rayap tiap ekor per hari pengumpanan. Tingkat konsumsi rayap
per hari selama pengumpanan dinyatakan dalam g ekor-1 hari-1. Rata-rata feeding
rate rayap tanah C. curvignathus disajikan dalam gambar 3.

Feeding rate (g ekor-1 hari-1)

9
60

46,2 *

50
40

33,6 *
25,0

30

*
18,3 **

18,5 *

Kontrol

20
10

8,5

8,5

6,4

8,5

Pengawet

2,1

0
A

B

C
Contoh uji

D

E

Gambar 3 Grafik
feeding rate pada contoh uji setelah perlakuan
Keterangan : *contoh uji perlakuan pengawetan berbeda nyata pada
taraf 95% dengan contoh uji kontrol **contoh uji perlakuan
pengawetan tidak berbeda nyata pada taraf 95% dengan contoh uji
kontrol
Rata-rata feeding rate contoh uji berkisar 2.12-8.47 g ekor-1 hari-1. dengan
nilai feeding rate terkecil yaitu perusahaan A sebesar 2.12 g ekor-1 hari-1 dan
terbesar perusahaan B, C, dan E sebesar 8.47 g ekor-1 hari-1. Contoh uji yang
telah diberi perlakuan pengawetan menjadi tidak disukai oleh rayap bahkan dapat
membasmi populasi rayap sehingga tingkat konsumsi rayap menjadi sangat kecil.
Perlakuan pada saat pengujian laboratoris mengharuskan rayap beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Rayap yang berhasil menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang disediakan akan melakukan orientasi makan. Orientasi semacam
ini dapat berlangsung secara acak dan dapat pula berlangsung karena pengaruh
tertentu, misalnya oleh sejenis bau yang berasal dari makanan yang diberikan.
Selanjutnya rayap akan mencoba mencicipi makanan yang diberikan dengan jalan
menggigit bagian permukaan, bila bagian tersebut tidak cocok mereka akan
beralih ke bagian lain sampai menemukan bagian yang sesuai dan memenuhi
syarat sebagai makanan. Jika makanan tersebut sesuai, rayap akan meneruskan
memakannya, sebaliknya jika tidak memenuhi syarat sebagai makanan rayap
memilih untuk berpuasa (Supriana 1983 diacu dalam Rudi 1999).
Hasil uji-t menunjukkan bahwa semua contoh uji dengan perlakuan
pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol terhadap tingkat konsumsi
rayap (feeding rate) pada taraf nyata 95% (Lampiran 11). Namun dari hasil uji-t
masing-masing perlakuan pengawetan dengan contoh uji kontrol, hanya perlakuan
pengawetan C yang tidak berbeda nyata terhadap tingkat konsumsi rayap (feeding
rate) pada taraf 95%.
Hasil pengujian parameter mortalitas, kehilangan berat dan feeding rate
menunjukkan bahwa pengawetan yang dengan efektivitas tertinggi adalah
pengawetan pada perusahaan A untuk kayu jati dan perusahaan D untuk kayu
selain jati (Lampiran 13). Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi efektivitas
pengawetan yaitu anatomi kayu, bahan pengawet, metode pengawetan, dan
perlakuan pendahuluan (Hunt dan Garrat 1986). Jenis kayu yang digunakan pada

10
perusahaan A adalah jati dan mahoni pada perusahaan D, masing-masing
memiliki sifat fisis dan kimia yang berebeda. Sifat fisis dan kimia kayu
memegang peranan penting dalam menentukan kepekaan terhadap pengawetan
dari masing-masing jenis. Bahan pengawet yang digunakan perusahaan A
memiliki konsentrasi yang cukup besar yaitu sebesar 25% dan memiliki sifat
toksisitas yang tinggi sedangkan perusahaan D menggunakan bahan pengawet
permetrin konsentrasi 0.62%. Larutan hidrogen peroksida digunakan pada kayu
jati usia muda juga bertujuan agar warna permukaan kayu lebih pucat dan
seragam. Metode pengawetan hampir sama yang digunakan pada perusahaan lain
yaitu pengawetan tanpa tekanan yaitu pelaburan dengan kuas. Perusahaan A dan
D menerapkan pengeringan dengan kiln pengering terhadap bahan baku sebelum
diolah agar mencapai kadar air target.

Bentuk Serangan Rayap Tanah C. curvignathus
Rayap menggunakan kayu sebagai tempat berlindung dan untuk
memperoleh sumber makanannya (Bowyer et al. 2003). Contoh uji yang telah
diberi perlakuan pengawetan tidak terlihat adanya serangan rayap. Hal ini
disebabkan toksisitas yang tinggi dari bahan pengawet berupa racun perut dan
racun kontak. Perbedaan bentuk kerusakan contoh uji dengan kontrol sebelum dan
sesudah pengujian dapat dilihat pada Gambar 4. Pola serangan rayap terlihat pada
Gambar 5 yaitu sejajar arah serat memanjang serat kayu (arah longitudinal).

a
b
c
d
Gambar 4 Contoh bentuk serangan rayap pada contoh uji dan kontrol
(a) contoh uji sebelum pengujian (b) contoh uji setelah pengujian [tidak mengalami
kerusakan] (c) kontrol sebelum pengujian (d) kontrol setelah pengujian [mengalami
kerusakan]

Gambar 5 Pola serangan rayap terhadap contoh uji kontrol

11
Retensi
Retensi adalah jumlah bahan pengawet yang tinggal dalam kayu yang
dinyatakan dalam kg/m3. Hasil pengukuran retensi pengawetan kayu industri
mebel Kabupaten Jepara berkisar antara 1.92-9.93 kg/m3 seperti yang terlihat pada
tabel 2.
Tabel 2 Nilai rata-rata retensi pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara
Perusahaan
A
Nilai retensi
(kg/m3)±xd

B

C

D

E

9.93±0.96 5.70±0.50 2.92±1.09 1.92±0.33 2.98±0.57

Rata-rata retensi pengawetan kayu pada perusahaan A lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan lainnya yaitu sebesar 9.93±0.96 kg/m3. Hal ini
disebabkan konsentrasi tinggi larutan hidrogen peroksida yang mencapai 25%
sedangkan perusahaan lain menggunakan bahan pengawet dengan konsentrasi
berkisar antara 0.62%-1.23%. Nilai ratensi pengawetan pada perusahaan B dan E
yang menggunakan bahan pengawet larut air lebih tinggi dibandingkan
perusahaan C dan D yang menggunakan campuran thinner pada bahan pengawet.
Menurut Hunt dan Garrat (1986), dalam kondisi perlakuan yang sama peresapan
dan absorbsi yang lebih baik diperoleh dengan garam-garam larut air
dibandingkan bahan pengawet minyak namun bahan pengawet larut minyak lebih
tahan terhadap kelunturan dalam kondisi terkena basah.
Metode pengawetan sederhana atau tanpa tekanan menghasilkan nilai ratarata retensi yang relatif rendah namun banyak digunakan karena mudah dan
murah untuk pelaksanaannya. Perlakuan pendahuluan menjadi salah satu faktor
nilai retensi pengawetan. Kayu dalam kondisi kering atau kadar air kayu rendah
memudahkan bahan pengawet masuk ke dalam kayu. Sifat anatomi kayu juga
dapat mempengaruhi retensi pengawetan kayu, seperti jenis kayu dengan
kerapatan yang rendah memudahkan bahan pengawet masuk dan mengisi ronggarongga sel dalam kayu. Rata-rata nilai retensi pada perusahaan mebel di
Kabupaten Jepara belum memenuhi standar sesuai SNI 03-5010.1-1999 yaitu niai
retensi sebesar 8 kg/m3 untuk penggunaan di bawah atap, hanya perusahaan A
yang telah memenuhi standar.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian, pengawetan kayu pada kelima perusahaan
mebel di Kabupaten Jepara efektif meningkatkan keawetan kayu dari serangan
rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Nilai rata-rata semua contoh

12
uji perlakuan pengawetan berbeda nyata dengan contoh uji kontrol pada taraf 95%
terhadap parameter kehilangan berat, mortalitas, dan tingkat konsumsi rayap
(feeding rate) namun rata-rata nilai retensi kelima perusahaan mebel di
Kabupaten Jepara yaitu sebesar 4.69 kg/m3 belum memenuhi standar SNI 035010.1-1999 minimal sebesar 8 kg/m3 untuk penggunaan bawah atap dan 11
kg/m3 untuk penggunaan tanpa atap. Contoh uji perusahaan A memperoleh hasil
pengujian efektivitas pengawetan terbaik dengan persentase kehilangan berat dan
feeding rate yang terkecil yaitu berturut-turut sebesar 0.15% dan 2.12 g ekor-1
hari-1, mortalitas rayap mencapai 100% serta retensi sebesar 9.93 kg/m3.
Saran
Bahan pengawet larutan hidrogen peroksida konsentrasi 25% dengan
metode pelaburan sebanyak dua kali efektif melindungi kayu jati usia muda
terhadap serangan rayap tanah. Untuk jenis kayu lain, bahan aktif permetrin
konsentrasi 0.62% efektif melindungi dari serangan rayap tanah dengan metode
pelaburan satu kali.

DAFTAR PUSTAKA
Azanza V dan Patricia V. 2004. Hydrogen peroxide, peroxyacetic acid, octanoic
acid, peroxyoctanoic acid, and 1-Hydroxyethylidene-1,1-Diphosphonic acid
(HEDP) as components of antimicrobial washing solution. Chemical and
Technical Assessement. FAO.
Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. Forest Product and Wood Science :
An Introduction. Iowa (US): Iowa State Press.
[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2010. Menunggang Badai:
Untaian Kehidupan Tradisi dan Kreasi Aktor Mebel Jepara. Purnomo H,
Irawati R, Melati, editor. Bogor (ID): CIFOR.
Hudayya A, Jayanti H, Moekasan TK. 2010. Daftar dan Pengelompokan Pestisida
yang Beredar di Indonesia Berdasarkan Cara Kerjanya. Pusat Perizinan dan
Investasi. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian.
Hunt GM dan Garrat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Akademi
Pressindo.
[JIS] Japanese Industrial Standard. 2004. Test Method for Determining the
Effectiveness of Wood Preservatives and Their Performance Requirement. JIS
K 1571-2004.
Kurniasih M, Prihantini YB, Nurtiyani E. 2003. Pertumbuhan mikroalga
Chlamydomonas dalam medium beneck dan air tanah yang mengandung
insektisida berbahan aktif klorpirifos. Biota Vol VIII (1): 39-44 Februari 2003
Muslich M dan Krisdianto. 2006. Upaya peningkatan kualitas kayu hutan rakyat
sebagai bahan baku industri. Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan; 2006
September 21; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Kementrian Kehutanan RI. 110129.
[PMEP] Pesticide Management Education Program, Cornell University. 1993.
Chlorpyrifos. . Extension toxicology network [internet]. [diunduh 2013 Jul 2].

13
Tersedia
pada
http://pmep.cce.cornell.edu/profiles/extoxnet/carbaryldicrotophos/chlorpyrifos-ext.html.
[PMEP] Pesticide Management Education Program, Cornell University. 1996.
Permethrine. Extension toxicology network, pesticide information profiles
[internet].
[diunduh
2013
Jul
2].
Tersedia
pada
http://www.entomology.umn.edu/cues/blackvw/insecticides/permethrin.htm.
Rudi. 1999. Preferensi Makan Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren
(Isoptera : Rhinotermidae) terhadap Delapan Jenis Kayu Bangunan. [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1999. SNI 03-5010.1-1999 Pengawetan untuk
peruamahan dan gedung. [internet]. [diunduh 2013 Jun 12]. Tersedia pada
http://www.dephut.go.id/informasi/SNI/pkupg.html
Sofiana Yunida. 2011. Analisis strategi peningkatan produksi mebel di sentra
industri kayu. Jurnal Humaniora. 2(01).
Vasilache VV, Sandu ICA, Ciocan A, Ion, Hayashi M. 2009. Retention of
permethrin red petroleum system during the wood process of preservation.
Intern tion l Conference “ ood Science And Engineering In he hird
illennium”
9. om ni . H l 466-470.

14
Lampiran 1 Kehilangan berat contoh uji setelah pengujian selama 21 hari

Perusahaan

A

rata-rata
B

rata-rata
C

rata-rata
D

rata-rata
E

rata-rata

Berat kayu oven sebelum
pengumpanan (g)

Berat kayu oven setelah
pengumpanan (g)

Persentase kehilangan
berat (%)

2.12

2.12

0.00

2.14

2.14

0.00

2.18

2.17

0.46

2.15

2.14

0.15

1.84

1.83

0.54

1.88

1.87

0.53

1.90

1.88

1.05

1.87

1.86

0.71

2.59

2.58

0.39

2.44

2.42

0.82

2.39

2.38

0.42

2.47

2.46

0.54

2.11

2.10

0.47

2.01

2.00

0.50

2.08

2.07

0.48

2.07

2.06

0.48

2.20

2.19

0.45

2.26

2.24

0.88

2.23

2.22

0.45

2.23

2.22

0.60

15
Lampiran 2 Persentase mortalitas contoh uji dan kontrol
Jumlah rayap (ekor)
Perusahaan

A

rata-rata
B

rata-rata
C

rata-rata
D

rata-rata
E

rata-rata

Jumlah rayap (ekor)

Contoh uji
sebelum
pengumpanan

Contoh uji
setelah
pengumpanan

Mortalitas (%)

Kontrol
sebelum
pengumpanan

Kontrol
setelah
pengumpanan

150

0

100

150

135

10

150

0

100

150

130

13.33

150

0

100

150

137

8.67

150

0

100

150

134

10.67

150

0

100

150

131

12.67

150

0

100

150

125

16.67

150

0

100

150

133

11.33

150

0

100

150

129.67

13.56

150

0

100

150

99

34.00

150

0

100

150

115

23.33

150

0

100

150

95

36.67

150

0

100

150

103

31.00

150

0

100

150

129

14.00

150

0

100

150

125

16.67

150

0

100

150

119

20.67

150

0

100

150

124.33

17.11

150

0

100

150

135

10.00

150

0

100

150

128

14.67

150

0

100

150

134

10.67

150

0

100

150

132.33

11.78

Morta-litas
(%)

16
Lampiran 3 Nilai feeding rate contoh uji dengan pengawetan dan kontrol
Contoh uji
Perusahaan

A
ratarata
B
ratarata
C
ratarata
D
ratarata
E
ratarata

Kontrol
Feeding
rate (g
-1
ekor
-1
hari )

Kehilangan
berat (g)

Jumlah
rayap
awal

Jumlah
rayap
akhir

Feeding
rate (g
-1
ekor
-1
hari )

Kehilangan
berat (g)

Jumlah
rayap
awal

Jumlah
rayap
akhir

0.00

150

0

0.00

130000.00

150

135

43.44

0.00

150

0

0.00

110000.00

150

130

37.41

10000.00

150

0

6.35

60000.00

150

137

19.91

3333.33

150

0

2.12

100000.00

150

134.00

33.59

10000.00

150

0

6.35

70000.00

150

131

23.72

90000.00

150

125

31.17

10000.00

150

0

6.35

20000.00

150

0

12.70

60000.00

150

133

20.19

13333.33

150

0

8.47

73333.33

150

129.67

25.03

10000.00

150

0

6.35

10000.00

150

99

3.82

20000.00

150

0

12.70

110000.00

150

115

39.53

6.35

30000.00

150

95

11.66

8.47

50000.00

150

103

18.34

10000.00

150

0

13333.33

150

0

10000.00

150

0

6.35

60000.00

150

129

20.48

10000.00

150

0

6.35

60000.00

150

125

20.78

10000.00

150

0

6.35

40000.00

150

119

14.16

10000.00

150

0

6.35

53333.33

150

124.33

18.47

10000.00

150

0

6.35

110000.00

150

135

36.76

160000.00

150

128

54.81

20000.00

150

0

12.70

10000.00

150

0

6.35

140000.00

150

134

46.95

13333.33

150

0

8.47

136666.67

150

132.33

46.17

17
Lampiran 4 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan A dengan contoh uji
kontrol terhadap kehilangan berat
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat_A

assumed

6.127

Sig.

t

.069 4.655

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

4

Difference
Lower

Upper

.010

4.68000

1.00541 1.88853 7.47147

.039

4.68000

1.00541

Equal
variances not

4.655 2. 095

.53706 8.82294

assumed

Lampiran 5 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan B dengan contoh uji
kontrol terhadap kehilangan berat
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat_B

assumed

1.492

Sig.

t

.289 6.596

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

4

.003

3.01000

0.45631 1.74307 4.27693

6.596 2. 642

.010

3.01000

0.45631 .1.4396 4.58004

Equal
variances not
assumed

18
Lampiran 6 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan C dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat_C

assumed

Sig.

9.476

T

df

Mean

Std. Error

Difference

tailed) Difference Difference Lower

Upper

.037 1.185

4

.302

1.51667

1.27974 -2.03647 5.06981

1.185

2.047

.355

1.51667

1.27974 -3.86908 6.90241

Equal
variances not
assumed

Lampiran 7 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan D dengan
contoh uji kontrol terhadap kehilangan berat

Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat_D

assumed

15.052

Sig.

t

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

.018 6.445

4

.003

2.05333

.31857 1.16883 2.93783

6.445

2.003

.023

2.05333

.31857

Equal
variances not
assumed

.68463 3.42203

19
Lampiran 8 Uji T contoh uji perlakuan pengawetan perusahaan E dengan contoh
uji kontrol terhadap kehilangan berat
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat_E

assumed

Sig.

3.067

t

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

.0155 8.153

4

.001

5.71667

.70117 3.76990 7.66344

8.153

2.174

.011

5.71667

.70117 2.91986 8.51348

Equal
variances not
assumed

Lampiran 9 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji
kontrol terhadap kehilangan berat
Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2-

F
Kehi-

Equal

langan

variances

berat

assumed

Sig.

27.56
2

T

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

.000 6.512

.000

.001

3.39533

.52140 2.32729 4.46338

6.152

.000

.011

3.39533

.52410 2.28091 4.50976

Equal
variances not
assumed

20
Lampiran 10 Uji T semua contoh uji pengawetan dengan contoh uji kontrol
terhadap mortalitas

Levene's
Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the

Sig.
(2F

Sig.

t

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

Mortalitas Equal
variances 19.546 .000 -37.790

28

.000 -83.11000

2.19928 -87.6150 -78.6098

-37.790 14.000

.000 -83.11000

2.19928 -87.8269 -7839301

assumed
Equal
variances
not
assumed

Lampiran 11 Uji T semua contoh uji perlakuan pengawetan dengan contoh uji
kontrol terhadap nilai feeding rate

Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the

Sig.
(2F

Sig.

t

df

Mean

Std. Error

tailed) Difference Difference

Difference
Lower

Upper

Feeding Equal
rate

variances

26.070 .000 5.591

28

.000 21.54600

3.85363 13.6522 29.4398

5.591 15.899

.000 21.54600

3.85363 13.3724 29.7195

assumed
Equal
variances
not
assumed

21
Lampiran 12 Daftar nama perusahaan industri mebel Kabupaten Jepara
Kode
Nama
Perusahaan

A

B

C

D
E
CV.
Joko CV. Sinar PT.
Kota Raisa House Perajin
Joyo
Jati Dunia
Jati
of
Mebel
Furniture
Furniture
Furniture
Excellence
(Bapak
Nursalim)

Lampiran 13 Tabel skoring pengawetan industri mebel Kabupaten Jepara
Parameter
Kehilangan Berat
Mortalitas
Feeding rate
Total

A
1
1
1
3*

B
2
1
1
4

Perusahaan
C
1
1
1
3

D
1
1
1
3*

*pengawetan terbaik dilihat dari nilai masing-masing parameter terkecil

E
1
1
1
3

22
Lampiran 14 Nilai retensi bahan pengawet terhadap contoh uji
Setelah
Perendaman

Sebelum Perendaman
Kode
Kayu

Konsentrasi

Dimensi (m)

Berat (kg)
p
A1
A2

25%

A3
rata-rata
B1
B2

1.23%

B3
rata-rata
C1
C2

1.00%

C3
rata-rata
D1
D2

0.62%

D3
rata-rata
E1
E2

1.23%

E3
rata-rata

l

t

Volume
(m3)

Retensi
(kg/m3)

Berat (kg)

0.286

0.200

0.050

0.051

0.00051

0.291

9.61

0.297

0.200

0.050

0.050

0.00050

0.302

11.74

0.303

0.200

0.051

0.050

0.00051

0.307

8.45

0.295

0.200

0.050

0.050

0.00051

0.300

9.93

0.274

0.191

0.047

0.050

0.00045

0.276

5.06

0.283

0.200

0.049

0.046

0.00045

0.286

6.69

0.261

0.199

0.048

0.046

0.00044

0.264

5.37

0.273

0.197

0.048

0.047

0.00045

0.275

5.70

0.305

0.199

0.047

0.049

0.00046

0.305

0.81

0.312

0.200

0.047

0.048

0.00045

0.314

3.45

0.282

0.200

0.046

0.047

0.00044

0.284

4.50

0.199

0.047

0.048

0.00045

0.301

2.92

0.231

0.198

0.048

0.043

0.00042

0.232

1.25

0.251

0.200

0.048

0.046

0.00044

0.252

2.34

0.220

0.200

0.048

0.046

0.00044

0.221

2.17

0.199

0.048

0.045

0.00043

0.235

1.92

0.297

0.200

0.049

0.048

0.00047

0.299

3.01

0.314

0.200

0.050

0.050

0.00049

0.315

1.98

0.299

0.200

0.047

0.049

0.00046

0.301

3.96

0.20

0.049

0.049

0.00048

0.305

2.98

0.300

0.234

0.303

23

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 3 Desember 1990 sebagai
anak keempat dari pasangan Sumarno dan Elis Maini. Penulis menempuh
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Al-Islam 1 Surakarta dan
menamatkannya pada tahun 2005 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Tri Sukses Natar, Lampung Selatan pada tahun 2006 hingga 2009.
Penulis diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kementrian
Agama pada tahun 2009.
Penulis pernah aktif menjadi anggota divisi pengembangan sumberdaya
manusia dalam International Forestry Students' Association (IFSA) LC-IPB pada
tahun kepengurusan 2010/2011, anggota Kelompok Minat Teknologi Peningkatan
Mutu Kayu Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN IPB) pada tahun
yang sama dan ketua umum HIMASILTAN IPB pada tahun kepengurusan
2011/2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yaitu menjadi Wakil
Ketua Pelaksana Masa Perkenalan Departemen Hasil Hutan (KOMPAK DHH)
pada tahun 2011 dan anggota divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi dalam
South East Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM) 2011 yang diadakan di IPB
Bogor, Indonesia.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
mk. Inventarisasi Sumberdaya Hutan pada tahun ajaran 2011/2012. Penulis telah
melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Tangkuban Parahu
dan Cikiong pada tahun 2011 dan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi pada tahun 2012. Penulis pernah
melakukan praktik kerja lapang di CV. Joko Joyo Jati Furniture, Jepara pada
tahun 2013. Penulis juga pernah menjadi salah satu pemateri dalam Pengenalan
Tanaman Obat Keluarga dan Penamaan Pohon di Pondok Pesantren Al-Ashiriyah
Nurul Iman Parung (2012) pada Pengabdian Mahasiswa Program Beasiswa Santri
Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama Regional Barat.
Penulis juga pernah menerima dana dalam kegiatan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul 'Bioadhesive Papan Komposit
dari Lindi Hitam Produksi Pulp Proses Kraft' pada tahun 2012 dan di bidang
kewirausahaan dengan judul '4-ransum.com, Training Online Formulasi Ransum
sebagai Bisnis Bidang Peternakan Berbasis web Edukasi' pada tahun 2013.
Penulis bersama tim pernah menyajikan presentasi dalam International
Conference on Advances in Plant Sciences 2012 di Chiang Mai, Thailand dan
International Sympossium of IWoRS (Indonesian Wood Research Society) 2013
di Balikpapan, Indonesia.