Evaluasi Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.

EVALUASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN LAHAN PERTANIAN
UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

NIRA LIR RASMI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Pemanfaatan
Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata di Desa
Alamendah, Kecamatan Racabali, Kabupaten Bandung” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Nira Lir Rasmi
NIM A44100035

ABSTRAK
NIRA LIR RASMI. Evaluasi Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk
Pengembangan Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI.
Lanskap pedesaan memiliki karakteristik yang spesifik dan kaya akan
sumber daya alam. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan yaitu keberadaan
lahan terbuka. Peningkatan nilai fungsi lahan terbuka perlu dikembangkan di
antaranya, melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan pertanian untuk
agrowisata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan keberlanjutan
sistem pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik
pekarangan dan lahan pertanian, menganalisis pemanfaatan lahan pekarangan dan
lahan pertanian dari aspek fisik biofisik, sosial budaya, dan ekonomi, serta
membuat rekomendasi pemanfaatan pekarangan dan lahan pertanian untuk

pengembangan agrowisata. Penelitian ini dilakukan di Desa Alamendah Bandung
pada bulan Maret hingga Agustus 2014 dengan menggunakan metode deskriptif
dan kuantitatif. Metode yang digunakan yaitu metode Scenic Beauty Estimation
(SBE) untuk menilai kualitas visual pada tapak secara kuantitatif dan analisis
ekonomi untuk melihat aspek ekonomi pada pekarangan dan lahan pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Alamendah memiliki potensi pada
pekarangan dan lahan pertanian untuk dikembangkan sebagai objek agrowisata.
Hasil dari metode SBE menunjukkan bahwa 10% pekarangan masuk dalam
katergori estetika tiggi, 53.3% estetika sedang, dan 36.7% estetika rendah.
Sedangkan hasil dari penilaian pemandangan adalah 37% masuk dalam kategori
estetika tinggi, 40% estetika sedang, dan 23% estetika rendah. Analisis ekonomi
manunjukkan bahwa komoditas pertanian memiliki nilai B/C rasio diatas 1.
Potensi-potensi yang ada dapat dikembangkan menjadi sebuah konsep “Wisata
Pekarangan dan Pertanian”. Pengunjung dapat menikmati keindahan lanskap desa
sekaligus belajar mengenai pertanian dengan praktek secara langsung.
Kata kunci : Lahan pertanian, agrowisata berkelanjutan, pekarangan, lanskap
pedesaan
ABSTRACT
NIRA LIR RASMI. Evaluation of Pekarangan and Agricultural Land Utilization
for Agrotourism Development in Alamendah Village Rancabali Sub-Distric

Bandung Regency. Supervised by TATI BUDIARTI.
Rural landscape has a specific characteristics and rich in natural
resources. There are some open space in rural landscape, which is potential to be
expanded. The value of open space needs to be enhanced including by utilize the
pekarangan and the agricultural land for agrotourism in order to increase rural
welfare and ensure the sustainability of agricultural systems. This study aims to
analyze the utilization of pekarangan and agricultural land, identify
characteristics of pekarangan and agricultural land utilization in the village, and
provide recommendations of agrotourism development. This study conducted in
Alamendah Village Bandung in March until August 2014, which used quantitative

and descriptive methods. The quantitative methods are Scenic Beauty Estimation
method (SBE) to assess the visual quality in the site quantitatively and economical
analysis to observed the economic aspect of pekarangan and agricultural land.
The result show that Alamendah Village has potency in its pekarangan and
agricultural land to be developed as an object of agrotourism. The SBE method
show that the scenic beauty of pekarangan 10% included in high scenic beauty,
53.3% average scenic beauty, and 36.7% low scenic beauty. While the result at
scenic landscape show that 37% scenic landscape included in high scenic beauty,
40% average scenic beauty, and 23% low scenic beauty.The economical analysis

show that all of agricurtural commodities has B/C ratio above 1. From its
potentials, the concept of “Farm and Pekarangan Tours” can be recommended
for agrotourism development. Through this tours visitors can enjoy the beauty of
the surrounding village while learning how to grow crops with direct practice.
Keywords: Agricultural land, agrotourism suistainability, pekarangan, rural area

EVALUASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DAN LAHAN PERTANIAN
UNTUK PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

NIRA LIR RASMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

® Hak cipta milik IPB, tahun 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah tata
hijau, dengan judul Evaluasi Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk
Pengembangan Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Racabali, Kabupaten

Bandung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
1. Kedua orangtua serta seluruh keluarga penulis yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis,
2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang telah membimbing, memberikan arahan,
kritik, dan saran kepada penulis selama penulis menjalani masa
perkuliahan di mayor Arsitektur Lanskap sampai dengan penulis
menyelesaikan skripsi ini,
3. Dr. Ir. Indung Siti Fatimah dan Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, MS selaku dosen
penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran untuk kemajuan
skripsi ini,
4. Bapak Awan Rukmawan selaku kepala Desa Alamendah dan seluruh
aparat Desa Alamendah yang telah banyak membantu selama penelitian,
5. Seluruh masyarakat Desa Alamendah yang telah berkenan untuk
memberikan segala informasi yang berkaitan dengan penelitian ini,
6. Seluruh staff dan dosen Departemen Arsitektur Lanskap IPB atas ilmu,
dan dukungan moral yang telah diberikan,
7. Yuni Asnidar sebagai rekan selama penyusunan skripsi yang saling
memberikan dukungan, doa, dan masukan,

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi Affifah Salimah, Debra Cadrina, dan
Aliya Faizah yang saling memberikan dukungan,
9. Iffah Rahmaniyah, Faizah Rani, Ega Aprindah, Harsalina, Oldiazka atas
dukungannya, serta mahasiswa ARL 47, 48, dan 49 sebagai responden
penilaian SBE atas bantuan dan dukungannya,
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Bogor, Februari 2015
Nira Lir Rasmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Perdesaan

3

Sumber Daya Lahan

3

Pekarangan dan Lahan Pertanian

4


Kawasan Wisata Agro

5

METODE

6

Lokasi dan Waktu

6

Alat dan Bahan

6

Metode Penelitian

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Kondisi umum

11

Karakteristik Pekarangan dan Lahan Pertanian

14

Analisis Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk Agrowisata

23

Kelayakan Agrowisata

49

Rekomendasi Pengembangan Agrowisata

51

SIMPULAN DAN SARAN

54

Simpulan

54

Saran

55

DAFTAR PUSTAKA

56

LAMPIRAN

58

RIWAYAT HIDUP

77

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Jenis dan sumber data ................................................................................... 7
Kriteria kesesuaian agrowisata menurut Smith (1989) ............................... 10
Jarak dan waktu tempuh menuju Desa Alamendah .................................... 13
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya ................................................ 14
Pekarangan berdasakan luasan.................................................................... 16
Penggunaan komoditas pada pekarangan ................................................... 17
Keragaman jenis tanaman sayuran pada pekarangan ................................. 18
Luas penanaman komoditas pertanian ........................................................ 19
Luas kepemilikan lahan pertanian milik masyarakat .................................. 20
Produk pertanian yang dihasilkan oleh lahan milik Ponpes Al-Ittifaq ....... 21
Klasifikasi kemiringan lereng .................................................................... 25
Nilai rata – rata THI per bulan tahun 2011-2013....................................... 31
Kategori kualitas estetika pada pekarangan ................................................ 32
Kategori kualitas estetika pemandangan ..................................................... 33
Penggunaan lahan Desa Alamendah ........................................................... 36
Jenis tanaman di Desa Alamendah ............................................................. 36
Jenis hewan yang dibudidayakan di Desa Alamendah .............................. 38
Jenis satwa liar di Desa Alamendah .......................................................... 38
Data mata pencaharian penduduk Desa Alamendah.................................. 39
Data kepercayaan masyarakat .................................................................... 40
Data tingkat pendidikan masyarakat .......................................................... 40
Kelompok tani............................................................................................ 41
Hasil analisis ekonomi usaha pertanian per tahun ..................................... 48
Atraksi wisata yang dapat dikembangkan di Desa Alamendah ................. 49
Kelayakan agrowisata di di Desa Alamendah ........................................... 50
Klasifikasi kelayakan agrowisata............................................................... 51
Program wisata setengah hari .................................................................... 52
Program wisata satu hari ............................................................................ 53

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian
Tahapan penelitian
Peta batas administrasi Desa Alamendah
Peta akses menuju Desa Alamendah
Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Letak pekarangan : (a) tipe A, (b) tipe B, dan (c) tipe C
Diagram persentase pemanfaatan pekarangan di Desa Alamendah
Pekarangan dengan beberapa jenis tanaman sayuran
Penanggulangan sampah: (a) Organik (b) Anorganik
Pondok pesantren Al Itifaq dan lahan pertanian
Produk pertanian yang dipasok ke supermarket
Jenis kegiatan agrowisata di Ponpes Al itifaq
Fasilitas yang tersedia di Ponpes Al-Ittifaq untuk kegiatan agrowisata
Kawah Putih
(a) Bumi Perkemahan Rancaupas dan (b) Situ Patengan
Sirkulasi (a) primer dan (b) sekunder pada tapak
Peta topografi
Peta kemiringan lereng
Kondisi tanah yang sesuai untuk budidaya (a) tanaman sayuran dan
(b) tanaman buah-buahan
Peta jenis tanah
Curah hujan tahun 2011 sampai 2013
Suhu rata-rata tahun 2011 sampai 2013
Kelembaban rata-rata tahun 2011 sampai 2013
Grafik nilai SBE pada pekarangan
Pekarangan dengan nilai SBE tertinggi
Grafik nilai SBE pada pemandangan
Pemandangan dengan nilai SBE tertinggi
Peta kondisi visual tapak
Sungai pada tapak
Irigasi pada tapak
Hewan ternak itik dan sapi
Pusat penangkaran primata Jawa. (a) pintu masuk, (b) owa Jawa
yang sedang direhabilitasi
Cinderamata buatan masyarakat setempat
Festival arak-arakan hasil pertanian
Pasar wisata
Kegiatan bertani sehari-hari
Festival gelar budaya
Kondisi wisata pada tapak menurut masyarakat
Persepsi masyarakat
Pendapat masyarakat mengenai agrowisata
Karakteristik pengunjung
Karakteristik pengunjung (Lanjutan)

2
6
6
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
24
25
26
27
28
29
30
30
31
32
32
33
33
34
35
35
38
38
42
42
43
44
43
44
44
45
46
46

44
45
46
47

Persepsi pengunjung
Industri rumah tangga olahan stroberi
Jalur wisata setengah hari
Jalur wisata harian

47
48
52
53

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kuisioner lahan pertanian milik masyarakat
Kuisioner pemilik pekarangan
Kuisioner SBE
Kuisioner masyarakat
Kuisioner pengunjung
Plot sampel pekarangan
Foto pekarangan
Foto pemandangan
Pendapatan dari usaha pertanian pekarangan dan lahan pertanian

58
60
63
64
65
67
72
74
76

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa merupakan suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan tersendiri, dan merupakan kesatuan dari geografi, sosial,
ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat pada suatu daerah (Hendrik 2013).
Menurut Rahardjo (2004) desa atau lingkungan pedesaan selalu dikaitkan dengan
kebersahajaan (simplicity), keterbelakangan, tradisionalisme, subsistensi, dan
keterisolasian. Masyarakat desa dipandang memiliki tingkat kesejahteraan yang
rendah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, persaingan ekonomi pun semakin
tinggi. Ditambah lagi keberadaan lahan terbuka sebagai potensi sumberdaya yang
dapat dikembangkan pun semakin berkurang karena terjadinya alih fungsi lahan
dari lahan pertanian menjadi permukiman (Maharani 2009).
Lanskap pedesaan meliputi area permukiman penduduk beserta
pekarangannya, lahan pertanian, dan area konservasi. Peningkatan nilai fungsi
lahan terbuka dapat dikembangkan diantaranya, melalui pemanfaatan lahan
pekarangan dan lahan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan keberlanjutan sistem pertanian.
Kabupaten Bandung memiliki kekayaan yang sangat potensial di bidang
pariwisata, potensi ini perlu dikaji terutama untuk meningkatkan perekonomian
sehingga sektor ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat (Sedarmayanti
2005). Desa Alamendah sebagai salah satu desa di Kabupaten Bandung yang
sedang mengembangkan wisata desa, diantaranya agrowisata. Agrowisata
merupakan jenis wisata yang memanfaatkaan usaha pertanian menjadi objek
wisata. Desa yang terletak di Kecamatan Rancabali ini merupakan sentra produksi
buah stroberi dan tanaman sayuran dataran tinggi di Kabupaten Bandung. Lokasi
desa berdekatan dengan berbagai tujuan wisata seperti Kawah Putih, Bumi
Perkemahan Rancaupas, dan Situ Patengan sehingga keadaan ini dimanfaatkan
oleh penduduk untuk pengembangan agrowisata buah stroberi. Sebagian besar
lahan yang ada di Desa Alamendah digunakan untuk lahan pertanian. Pada daerah
permukiman lahan terbuka di sekitar rumah (pekarangan) dimanfaatkan untuk
budidaya tanaman sayuran dan buah yang dapat menambah pendapatan
masyarakat. Pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
pemanfaatan lahan, dapat meningkatkan pendapatan petani, melestarikan sumber
daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya
telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2003).
Menurut Salim et. al. (2011) diperlukan suatu alokasi pemanfaatan ruang
(penataan) yang diupayakan sedemikian rupa agar pemanfaatan tersebut memberi
hasil yang optimal. Pemanfaatan ruang terbuka di Desa Alamendah dapat dikaji
lebih lanjut dengan melakukan evaluasi pemanfaatan pekarangan dan lahan
pertanian. Hal ini perlu dilakukan untuk dijadikan acuan dalam mengembangkan
agrowisata di Desa Alamendah secara berkelanjutan.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pemanfaatan pekarangan dan
lahan pertanian di Desa Alamendah dengan mengidentifikasi karakteristik serta
pemanfaatannya, menganalisis nilai keindahannya, mengidentifikasi persepsi dan
preferensi masyarakat dan pengunjung, menganalisis kelayakan usaha tani, serta
menganalisis kelayakan agrowisata pada tapak untuk dipertimbangkan dalam
penyusunan rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik, pemanfaatan, serta evaluasi keindahan dari pekarangan dan lahan
pertanian yang dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat dan pemerintahan
Desa Alamendah dalam pengembangan agrowisata.
Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir Penelitian
Kawasan perdesaan saat ini berkembang sangat pesat, pertumbuhan
penduduk yang tinggi serta persaingan ekonomi yang semakin ketat. Hal ini
menimbulkan masalah alih fungsi lahan dan kesejahteraan penduduk yang rendah.
Dalam menghadapi masalah ini dapat dilakukan peningkatan nilai fungsi lahan
salah satunya dengan mengembangkan agrowisata desa. Dalam pengembangan
agrowisata perlu dilihat kondisi tapak dari beberapa aspek, yaitu aspek fisik,
biofisik, sosial, budaya, dan ekonomi. Aspek tersebut dianalisis kelayakannya
terhadap pengembangan agrowisata, yang selanjutnya dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan agrowisata. Penelitian ini dilakukan sampai dengan
penyusunan rekomendasi pemanfaatan pekarangan dan lahan pertanian untuk
pengembangan agrowisata. Kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1.
Perkembangan Perdesaan
Pertumbuhan Penduduk Tinggi

Persaingan Ekonomi Tinggi

Alih Fungsi Lahan

Kesejahteraan Masyarakat Rendah

Peningkatan Nilai Fungsi Lahan
Pekarangan dan Lahan Pertanian
Pengembangan Agrowisata
Identifikasi Karakteristik
Aspek Fisik
Lokasi
dan
Akses

Kelayakan Agrowisata

Analisis
Aspek
Biofisik

Aspek SosialBudaya

Topografi,
Vegetasi
Dukungan Ketertarikan Budaya
Kemiringan Kondisi Kualitas
dan
Masyarakat Pengunjung Masyarakat
Lereng, dan Iklim
Visual
Satwa
Jenis Tanah

Aspek
Ekonomi
Kelayakan
Usaha dan
Pengelolaan
Produk
Pertanian

Rekomendasi Pemanfaatan Pekarangan dan Lahan Pertanian untuk Pengembangan Agrowisata

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Perdesaan
Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas
wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa memiliki batas
wilayah tertentu yang merupakan batas administratif dan bersifat otonom. Desa
sebagai daerah penghasil pangan saling berkaitan dan tidak terpisahkan dengan
pertanian (Raharjo 2004). Lanskap perdesaan menurut UU No. 26 tahun 2007
mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ruang kawasan perdesaan
diperuntukkan kegiatan pertanian, permukiman, infrastruktur, industri,
perdagangan dan jasa, kawasan rekreasi, dan sebagainya. Adisasmita (2010)
menyebutkan arahan pengembangan kawasan perdesaan antara lain :
1. permukiman pedesaan yang lokasinya tersebar
2. budidaya pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, dan perkebunan,
peternakan dan perikanan) sesuai dengan potensi kesesuaian lahan
3. aktivitas kegiatan pada kawasan perdesaan harus memperhatikan ketentuan
yang telah ada mengenai kawasan lindung, suaka alam, dan cagar budaya
Menurut Simonds (1983) dalam Simamora (2013) lanskap perdesaan
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : lahan yang tersedia luas; suasana bebas;
pandangan terbuka menuju halaman; pepohonan dan langit membentuk suatu
kualitas lanskap; pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu
dengan alam; suasana lanskap alami dominan; tanah dan permukaan lahan
memiliki elemen visual yang kuat; lanskap yang menyenangkan sebagai salah satu
bentuk transisi; struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap;
lanskap perdesaan bersifat lembut; pola jalur kendaraan dan pejalan kaki menyatu
dengan batas-batas kepemilikan; indigenous material dari tapak perdesaan
membentuk karakter.
Sumber Daya Lahan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia,
seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk
transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya
untuk tujuan ilmiah. Jayadinata (1999) dalam Astuti (2011) memaparkan bahwa
tanah berarti bumi, sedangkan lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukan
dan umumnya ada pemiliknya. Menurut Hardjowigeno et. al (2007) lahan adalah
suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi,
dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Fungsi
lahan yaitu digunakan untuk pemukiman, perkebunan, pertanian, maupun industri,
serta sebagai nilai budaya dan kelestarian lingkungan. Kategori lahan berupa nilai
keuntungan, nilai kepentingan umum, dan nilai sosial. Ketiga kategori tersebut

4
menunjukan bahwa alasan setiap individu menggunakan lahan berbeda-beda
(Astuti 2011).
Vink (1975) dalam Yasin (1991) menyebutkan bahwa penggunaan lahan
merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap sumberdaya lahan,
baik sifatnya menetap (permanent) maupun daur (cyclic) yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhannya, baik kebendaan maupun kejiwaan (spiritual) atau
keduanya. Menurut Yasin (1991) Sumberdaya alam seperti iklim tidak dapat
segera dipengaruhi oleh campur tangan manusia, sehingga sifatnya cendrung lebih
stabil, sedangkan sumberdaya alam seperti tanah segera dapat dipengaruhi oleh
manusia sehingga cenderung bersifat mudah berubah atau tidak stabil.
Pekarangan dan Lahan Pertanian
Pekarangan menurut Soemarwoto (1981) adalah sebidang tanah yang
mempunyai batas-batas tertentu yang di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal
dan mempunyai hubungan fungsional, baik ekonomi, biofisik, maupun sosial
budaya dengan penghuninya. Sastrapraja et. al (1979) menyebutkan bahwa salah
satu fungsi pekarangan di pedesaan adalah sebagai warung hidup atau lumbung
hidup, sesuai dengan fungsi ini tanaman pangan merupakan bagian terbesar dari
usaha pekarangan, hewan peliharaan jika ada hanya merupakan sebagai pelengkap
kehidupan dalam sistem tersebut.
Menurut Kristiyono (1982) fungsi pekarangan dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu fungsi ekonomis dan fungsi non ekonomis (rohani). Fungsi
ekonomis berarti hasil budidaya tanaman pekarangan dapat dimanfaatkan
langsung untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya, di pedesaan yang rata-rata
penduduknya berpenghasilan rendah, pekarangan dapat memberikan tambahan
penghasilan dalam berbagai bentuk. Fungsi non ekonomis dimaksudkan bahwa
hasil pembudidayaan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
secara tak langsung, diantaranya untuk melindungi rumah dari angin, hujan,
panas, debu, dan kebisingan. Pemanfaatan pekarangan dengan fungsi non
ekonomis ini dilakukan oleh masyarakat kota yang sudah tercukupi kebutuhan
hidupnya. Sedangkan di masyarakat pedesaan pembudidayaan pekarangan lebih
dititik-beratkan pada fungsi ekonomis, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan hidup
dan tambahan penghasilan. Kristiyono (1982) juga menyebutkan budidaya
pekarangan yang dilakukan secara tepat dapat membantu meningkatkan
pendapatan dan memperbaiki nilai gizi, dengan demikian taraf hidup masyarakat
secara keseluruhan dapat pula ditingkatkan. Azra (2013) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa tanaman pekarangan yang dapat memberikan kontribusi
signifikan terhadap peningkatan gizi keluarga adalah tanaman buah, sayuran, obat,
dan tanaman penghasil pati. Selain itu budiaya di pekarangan juga berpengaruh
dalam mengembalikan keseimbangan tanah dan tata pengairan.
Wurianingsih (2010) dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan
pekarangan yaitu letak atau lokasi pekarangan, iklim, ekonomi, keadaan keluarga
pemilik pekarangan, pengetahuan mengenai manfaat dan cara pemanfaatan
pekarangan serta pemeliharaan terhadap ragam jenis tanaman yang ada di
pekarangan.
Menurut Yasin (1991) penggunaan lahan perdesaan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu penggunaan lahan pertanian dan bukan pertanian. Lahan

5
pertanian merupakan sebidang lahan yang digunakan untuk membudidayakan
tanaman pertanian. Tanaman pertanian dapat berupa tanaman padi dan palawija
serta hortikultur yakni bunga, buah, sayuran, dan jamu – jamuan. Tujuan utama
penggunaan lahan pertanian adalah untuk memperoleh bahan pangan atau
keperluan lainnya dari hasil tanaman atau ternak. Di Indonesia Soepraptohardjo
dan Robinson (1975) dalam Yasin (1991) mengemukakan 11 tipe penggunaan
lahan pertanian yaitu : padi sawah terus menerus, padi sawah dengan tanaman
palawija, tanaman palawija, tanaman perkebunan dataran rendah, tanaman
perkebunan dataran tinggi, padi sawah dengan tanaman makanan ternak, tanaman
makanan ternak terus menerus, tanaman sayuran terus menerus, tanaman karet,
hutan produksi, dan hutan lindung.
Kawasan Wisata Agro
Menurut Peraturan Daerah tentang Rencana Induk Pengembangan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung tahun 2006, Kawasan wisata
agro merupakan kawasan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian,
pemandangan alam, kawasan pertanian, keanekaragaman aktivitas produksi dan
teknologi pertanian, serta budaya masyarakat petaninya. Wisata agro atau
agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan
lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk
pertanian dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk sebagai objek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, rekreasi, dan
hubungan usaha di bidang pertanian (Deptan 2008).
Ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di
Indonesia salah satunya dalam bidang tanaman pangan dan hortikultura, lingkup
kegiatan wisata ini meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultur
yakni bunga, buah, sayuran, dan jamu – jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai
dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan
pemasarannya dapat dijadikan sebagai objek agrowisata (Adisasmita 2010).
Adisasmita (2010) menyebutkan bahwa agrowisata merupakan perjalanan
untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan, jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk ikut
memikirkan sumberdaya alam serta kelestariannya. Lanskap agrowisata
merupakan kawasan untuk menunjang kegiatan tersebut yang menyajikan
pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produksi
pertanian dan pengolahan hasil pertanian dengan meminimalkan perusakan
lingkungan yang terjadi. Dalam pengembangan agrowisata, komponen utama
yang harus terdapat pada tapak yaitu objek dan atraksi agrowisata, aktivitas
agrowisata, serta akses dan jalur agrowisata.
Menurut BAPENAS (2004) kegiatan pengembangan kawasan agrowisata
harus memenuhi beberapa prasayarat dasar yaitu :
1. memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian
2. memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung
pengembangan sistem dan usaha agrowisata
3. memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk
mengembangkan kawasan agrowisata

6

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (Gambar 2). Waktu pelaksanaan studi
dimulai dari bulan Maret hingga bulan Agustus 2014.

Sumber : Bapedda Kabupaten Bandung Tahun 2008

Gambar 2 Lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa alat seperti alat tulis, kuesioner,
kamera, dan beberapa software untuk mengolah data seperti Microsoft Office
Excel 2007, Adobe Potoshop CS3, Arc Gis 2009, dan Autocad 2011. Bahan yang
digunakan yaitu data hasil dari survey lapang maupun data sekunder berupa hasil
wawancara melalui kuesioner dan peta.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kuantitatif. Data dikumpulkan dengan teknik survei
penelitian disajikan pada Gambar 3, terdiri dari
pengumpulan data, tahap analisis, tahap sintesis
rekomendasi.
Persiapan
- Perizinan
- Penentuan
alur
penelitian

Inventarisasi
- Pengumpulan
data fisikbiofisik
- Pengumpulan
data Sosekbud

Analisis
- Analisis
deskriptif
- Analisis
kuantitatif

deskriptif kualitatif dan
dan wawancara. Proses
tahap persiapan, tahap
dan tahap perumusan

Sintesis

Rekomendasi

Penyusunan
potensi aspek
fisik-biofisik,
dan sosekbud
pada
pekarangan dan
lahan pertanian
untuk
pengembangan
agrowisata

Penyusunan
rekomendasi
pemanfaatan
pekarangan dan
lahan pertanian
untuk
pengembangan
agrowisata

Gambar 3 Tahapan penelitian

7
1. Persiapan
Sebelum memulai penelitian dilakukan tahap persiapan yang meliputi
penyusunan proposal penelitian, persiapan informasi yang berkaitan dengan lokasi
penelitian, dan pengurusan izin kepada pihak – pihak terkait.
2. Inventarisasi
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data terkait kondisi eksisting tapak.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey dan wawancara. Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data fisik biofisik dan data sosial ekonomi
budaya (Tabel 1). Data tersebut merupakan data primer yang diperoleh dari
survey lapang dan data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka maupun
sumber lainnya.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
No.
1.

Data
Data Fisik-Biofisik
Lokasi tapak

2.

Sirkulasi dan
Aksesibilitas

3.

Tanah dan Hidrologi

4.
5.

Iklim
Kemiringan Lahan

6.

Vegetasi :
Komoditas pertanian

1.
2.
3.

Sumber Data
Bappeda
Kabupaten
Bandung
Bapedda
Kabupaten
Bandung dan
Lapangan
Bapedda
Kabupaten
Bandung dan
Lapangan
BMKG
Bapedda
Kabupaten
Bandung dan
Lapangan
Lapangan

Data Sosial-Budaya-Ekonomi
Jumlah Penduduk
Kantor Desa
Data Matapencaharian
Kantor Desa
Persepsi dan preferensi Masyarakat
masyarakat

Cara Pengambilan
Instansi terkait

Aspek fisik

Instansi terkait dan
survei lapang

Aspek fisik

Instansi terkait dan
survei lapang

Aspek fisik

Instansi terkait
Instangsi terkait
dan survei lapang

Aspek fisik
Aspek fisik

Survei dan studi
pustaka

Identifikasi
karakteristik
pekarangan
dan lahan
pertanian
Aspek Sosial
Aspek Sosial
Aspek Sosial

4.

Persepsi dan preferensi
pengunjung

Pengunjung

5.

Budaya masyarakat
setempat
Pengelolaan produk
pertanian, Keuntungan
dan Pengeluaran untuk
usaha Tani

Lapangan

Instansi terkait
Instansi terkait
Wawancara
melalui kuesioner
dan studi pustaka
Wawancara
melalui kuesioner
dan studi pustaka
Survei

Petani

Wawancara

6.

Kegunaan

Aspek Sosial
Aspek
Budaya
Aspek
Ekonomi

8
Pengambilan data primer untuk pekarangan dan lahan pertanian dilakukan
dengan teknik sampling. Teknik ini dilakukan agar lebih effisien mengingat
kawasan penelitian yang cukup luas dan waktu penelitian yang terbatas.
Pengambilan sampel lahan pertanian dan sampel rumah yang memiliki
pekarangan sebanyak tiga puluh sampel. Pengambilan data sosial mengenai
preferensi serta persepsi masyarakat dan pengunjung juga dilakukan dengan
teknik sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mewawancarai tiga puluh
pengunjung dan tiga puluh masyarakat menggunakan panduan kuesioner.
3. Analisis Sintesis
Tahapan setelah pengambilan data yaitu tahap analisis. Setelah data
terkumpul, dilakukan identifikasi karakteristik pekarangan dan lahan pertanian.
Lalu dilakukan analisis untuk menggali potensi yang dapat dikembangkan serta
melihat kelayakannya untuk agrowisata, dari berbagai aspek meliputi aspek fisik,
sosial budaya, dan ekonomi.
Aspek Fisik
Aspek fisik dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Aspek fisik
mencakup lokasi dan aksesibilitas, topografi dan kemiringan lereng, jenis tanah,
iklim, dan kualitas visual. Menurut Laurie dalam simamora (2013) Iklim sebagai
satu aspek yang dinilai dalam menentukan kenyamanan suatu daerah wisata,
diukur dengan menghitung nilai THI dengan rumus sebagai berikut

Keterangan : THI
T
RH

= Thermal Humidity Index
= Suhu (oC)
= Kelembaban (%)

Penilaian kualitas visual pada tapak dilakukan dengan menerapkan metode
Scenic Beauty Estimation (SBE) yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster
(1976). Metode ini terdiri dari tahap pengambilan foto lanskap, presentasi slide
foto dan penilaian oleh responden melalui kuesioner, serta analisis data.
Responden yang menilai sebanyak enam puluh responden, merupakan mahasiswa
arsitektur lanskap yang memiliki pemahaman mengenai keindahan dalam ilmu
arsitektur lanskap. Responden menilai gambar yang ditampilkan pada slide
dengan skala nilai 1 – 10 (rendah - tinggi). Penilaian dari responden kemudian
diformulasikan menjadi sebuah nilai dengan rumus dibawah ini. Analisa data
ditujukan untuk mendapatkan nilai SBE yaitu indeks kuantitas pendugaan
keindahan suatu lanskap (Daniel dan Boster 1976)

Keterangan : Zij = Standar penilaian untuk nilai respon ke i oleh responden j
= Nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j
Rij = Nilai i dari responden j
Sj = Standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden j

9

Keterangan : SBEx = Nilai SBE lanskap ke-i
ZLx = Nilai rata-rata Z lanskap ke x
ZLs = Nilai rata-rata Z lanskap standar
Berdasarkan sebaran nilai SBE yang diperoleh, setiap objek diklasifikasikan
menurut skala Likert. Klasifikasi kualitas visual dibagi menjadi menjadi kualitas
estetika rendah, estetika sedang, dan estetika tinggi. Rentang kelas dihitung
dengan rumus berikut.

R=
Keterangan: Smax = nilai tertinggi
Smin = nilai terendah
K
= rentang kelas yang digunakan
Aspek Sosial dan Budaya
Data sosial dan budaya yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi secara deksriptif potensi
yang dapat dikembangkan pada tapak. Potensi ini nantinya dijadikan bahan
pertimbangan untuk rekomendasi pngembangan agrowisata pada tapak.
Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi dilihat dari sistem pengelolaan produk hasil pertanian yang
berjalan di masyarakat, sera dianalisa bagaimana keuntungannya. Menurut
Nurdiana (2004) aspek ekonomi dapat dianalisis dengan mellihat seberapa besar
keuntungan yang didapatkan petani dari usaha tani. Usaha tani yang dilakukan
oleh petani pada tapak yaitu di pekarangan dan lahan pertanian. Komponen
analisis aspek ekonomi yang digunakan yaitu Benefit Cost Ratio (B/C).
Perhitungan B/C dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut.

B/C rasio dihiung untuk mengetahui ukuran kelayakan usaha, bila nilai
B/C>1 maka usaha dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan bila nilai B/C 5 km)
Sarana Wisata (Bobot 15%): Utilitas. kesehatan, air bersih, fasilitas
 Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat
 Ada beberapa, cukup terawat
 Ada beberapa, kurang terawat
 Tidak tersedia
Program dan dan Aktivitas Agrowisata (Bobot15%)
 Ada paket kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan magang
 Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang
 Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan
magang
 Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang

(Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan)

Nilai

4
3
2
1

4
3
2
1

4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1

11
Penilaian bobot total
meunggunakan rumus berikut.

kesesuaian

agrowisata

dilakukan

dengan



Keterangan: KKA = Kelayakan Kawasan Agrowisata
Sij = Kriteria agrowisata tiap kawasan
Aik = Bobot integrat agrowisata
Selanjutnya bobot diklasifikasikan kedalam kelas kelayakan menurut skala
Likert. Rentang kelas dihitung dengan rumus berikut.

R=
Keterangan: Smax = nilai tertinggi
Smin = nilai terendah
K
= rentang kelas yang digunakan
Pengelompokkan tersebut akan menghasilkan dusun mana yang sangat
potensial, cukup potensial, dan kurang potensial untuk dikembangkan menjadi
kawasan agrowisata.
4. Penyusunan Rekomendasi
Penyusunan rekomendasi dibuat berdasarkan hasil analisis dan sintesis.
Rekomendasi berupa jalur dan program agrowisata, serta pengelolaan agrowisata.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum
Kondisi tapak secara umum dilihat dari letak administratif dan geografis
tapak, akses dan orientasi tapak terhadap Kota Bandung, serta perkembangan
pertanian dan agrowisata pada tapak
Letak Administratif dan Geografis
Desa Alamendah secara geografis terletak pada 7o6’0” Lintang Selatan –
7o11’0” Lintang Selatan dan 107o23’0” Bujur Timur – 107o27’0” Bujur Timur,
secara administratif termasuk dalam Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas keseluruhan sebesar 505.6 Ha.
Wilayah desa dibagi menjadi 30 Rukun Warga (RW) dengan jumlah 112 Rukun
Tetangga (RT).
Desa Alamendah berbatasan dengan Desa Panundaan di sebelah Utara, Desa
Sugihmukti di sebelah Timur, Desa Patengan di sebelah Selatan, dan Desa
Lebakmuncang di sebelah Barat. Peta administratif Desa Alamendah disajikan
pada Gambar 4.
Akses dan Orientasi
Desa Alamendah terletak di sebelah Barat Daya Kota Bandung dapat
diakses melalui jalan provinsi dengan jarak sekitar 47 km. Akses dari Kota
Bandung menuju Desa Alamendah disajikan pada Gambar 5. Adapun jarak dan
waktu tempuh Desa Alamendah terhadap ibu kota Kecamatan, ibu kota kabupaten,
dan ibu kota provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.

12

Gambar 4 Peta batas administrasi Desa Alamendah

13

Sumber : Bappeda Kabupaten Bandung (2008)

Gambar 5 Peta akses menuju Desa Alamendah
Tabel 3 Jarak dan waktu tempuh menuju Desa Alamendah
No.
Lokasi
1.
Ibu kota provinsi
2.
Ibu kota kabupaten
3.
Ibu kota kecamatan
(sumber : Profil Desa Alam Endah)

Jarak ke Desa Alamendah
47 km
27 km
8 km

Waktu Tempuh
2 jam
1 jam
15-20 menit

Perkembangan Pertanian dan Agrowisata di Desa Alamendah
Desa Alamendah merupakan sentra sayuran dataran tinggi, seperti bawang
daun, seledri, kubis (kol), wortel, dan kentang. Pada tahun 1992 tanaman stroberi
pertama kali ditanam di Desa Alamendah, pada saat itu tanaman stroberi hanya
ditanam dengan luasan yang relatif sempit di pekarangan rumah. Memasuki tahun
1996 penduduk mencoba membudidayakan stroberi untuk menghasilkan produksi
yang lebih banyak, dan penduduk pun berhasil mendapatkan produksi yang cukup
tinggi.
Keberadaan Desa Alamendah yang dilalui oleh jalur pariwisata menuju
Kawah Putih, dan Danau Patengan melahirkan ide salah satu petani stroberi yang
memiliki lahan di pinggir jalan untuk membudidayakan stroberi dengan sistem
agrowisata. Hasil produksi buah stroberi dijual langsung kepada pengunjung.
Pengunjung diperbolehkan untuk memetik stroberi yang akan dibelinya. Setelah

14
tahun 2003 agrowisata stroberi petik sendiri ini banyak diminati oleh para
pengusaha tani yang mempunyai lahan di pinggir jalan. Keadaan ini membuat
jalur pariwisata semakin ramai dikunjungi, sehingga desa ini terkenal dengan
agrowisata stroberinya. Seiring dengan perkembangan agrowisatanya, melalui
RIPPDA No. 6 tahun 2006-2016, Kabupaten Bandung menetapkan Desa
Alamendah sebagai salah satu Desa Wisata yang dinilai memiliki potensi
agrowisata yang tinggi. Hingga saat ini agrowisata yang berjalan di desa hanya
sebatas agrowisata petik stroberi di pinggir jalan. Area dalam desa yang tidak
terletak dipinggir jalan belum banyak diketahui oleh pengunjung.
Karakteristik Pekarangan dan Lahan Pertanian
Penetapan Desa Alamendah sebagai salah satu Desa Wisata menjadi sebuah
landasan pentingnya menggali potensi desa salah satunya untuk pengembangan
agrowisata. Salah satunya dengan melihat potensi pekarangan rumah warga dan
lahan pertanian yang indah dan luas untuk dijadikan sebagai objek agrowisata.
Potensi tersebut dapat diidentifikasi dengan melihat karakteristik pada pekarangan
dan lahan pertanian pada tapak.
Pekarangan
Kawasan permukiman di Desa Alamendah memiliki luasan sebesar 6.92%
dari luas keseluruhan desa. Pada area permukiman, ruang terbuka sisa dari
bangunan rumah dimanfaatkan untuk lahan pekarangan. Letak pekarangan
bergantung dari posisi sisa lahan terbuka pada rumah. Letak pekarangan
berdasarkan tiga puluh sampel cukup beragam, jika dikelompokkan terdapat enam
pola disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Tipe
A

Pola
Bangunan
Rumah

Keterangan
Pekarangan terletak di
depan bangunan rumah

Pekarangan

B
Bangunan
Rumah

C

Pekarangan

Bangunan Rumah

Pekarangan

Pekarangan terletak
disamping bangunan
rumah

Pekarangan terletak
disamping dan depan
bangunan rumah

15
Tabel 4 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya (Lanjutan)
Tipe
D

Pola

Keterangan
Pekarangan terletak
disamping dan belakang
bangunan rumah

Pekarangan Belakang
Bangunan
Rumah
Pekarangan Depan

E

Pekarangan terletak
disamping dan belakang
bangunan rumah

Bangunan
Rumah

Pekarangan

F

Pekarangan mengelilingi
bangunan rumah
Bangunan
Rumah
Pekarangan

(sumber : survey lapang dan wawancara 2014)
Berdasarkan sampel pekarangan, disajikan pada Gambar 6 sebanyak 34%
pekarangan memiliki tata letak dengan tipe A yaitu letak pekarangan berada di
depan rumah. Lalu diikuti dengan tipe B sebanyak 27% yaitu letak pekarangan di
samping rumah serta tipe C sebanyak 23% yaitu letak pekarangan di samping dan
depan rumah.
Tipe Pekarangan Berdasarkan Letaknya
Tipe F
3%
Tipe B
27%

Tipe A
34%

Tipe D
3%
Tipe C
23%

Tipe E
10%

Gambar 6 Tipe pekarangan berdasarkan tata letaknya
Pekarangan dengan tipe A, B, dan C disajikan pada Gambar 7. Pekarangan
tipe A terletak hanya di bagian depan rumah (Gambar 7a), pekarangan tipe B
terletak hanya disamping rumah (Gambar 7b), dan pekarangan tipe C terletak

16
didepan dan disamping rumah (Gambar 7c). Keberadaan lahan terbuka yang
terbatas menyebabkan pemilik pekarangan hanya dapat memanfaatkan sisa lahan
terbuka yang tidak begitu luas.

(a)

(b)

(c)
Gambar 7 Letak pekarangan : (a) tipe A, (b) tipe B, dan (c) tipe C
Pekarangan pada permukiman jika dilihat dari sampel yang diambil,
luasannya berkisar antara 84 m2 hingga 546 m2. Mayoritas masyarakat memiliki
pekarangan dengan kisaran luasan antara 120 m2 hinga 140 m2 (Tabel 5).
Tabel 5 Pekarangan berdasakan luasan
No
1
2
3

Luas1) (m2)