Evaluasi potensi agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung

EVALUASI POTENSI AGROWISATA
DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI,
KABUPATEN BANDUNG

YUNI ASNIDAR

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Potensi
Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung”
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Yuni Asnidar
NIM A44100033

ABSTRAK
YUNI ASNIDAR. Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan
Rancabali, Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh TATI BUDIARTI
Perkembangan wilayah yang sedang terjadi dapat menyebabkan alih fungsi lahan,
khususnya pada lahan pertanian. Lahan pertanian dapat ditingkatkan nilainya dengan
pemanfaatan yang dipadukan dengan aspek pendukung yang berkaitan, seperti seni
dan kebudayaan masyarakat dalam kegiatan agrowisata.
Desa Alamendah
mempunyai potensi-potensi agrowisata yang berasal dari sumberdaya alami dan
pertanian yang dapat dikembangkan. Namun, potensi-potensi tersebut belum
dikembangkan secara optimal oleh masyarakat setempat khususnya untuk
kesejahteraan lokal dan keseimbangan lingkungan. Oleh karena itu, evaluasi potensi
agrowisata dibutuhkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi potensi agrowisata
dan aspek-aspek pembentuknya, menilai tingkat keberlanjutan masyarakat ,

mengevaluasi program dan pengelolaan agrowisata, serta membuat rekomendasi
pengembangan agrowisata di Desa Alamendah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, mulai dari bulan Februari
hingga Juli 2014. Aspek-aspek agrowisata dianalisis melalui metode kelayakan
kawasan agrowisata, analisis SWOT, analisis Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
(PKM), serta analisis persepsi dan preferensi masyarakat serta pengunjung.
Berdasarkan proses analisis dengan metode tersebut, dihasilkan rekomendasi untuk
pengembangan agrowisata di Desa Alamendah yang terdiri dari: area yang berpotensi
dan layak dikembangkan untuk agrowisata, pemandangan yang berpotensi dijadikan
latar kegiatan agrowisata, strategi pengembangan agrowisata, serta jadwal dan
program kegiatan agrowisata. Hasil akhir menunjukkan bahwa Desa Alamendah
memiliki potensi-potensi agrowisata yang dapat dikembangkan dengan
memberdayakan masyarakat setempat. Strategi yang tepat untuk mengembangkan
potensi-potensi tersebut adalah mengoptimalkan kegiatan agrowisata yang sudah
ada dan objek serta atraksi pendukung agrowisata lainnya untuk menarik
perhatian pengunjung.

Kata kunci: agrowisata, keberlanjutan masyarakat, pengembangan, potensi

ABSTRACT

YUNI ASNIDAR. Evaluation of Agrotourism Potency in Alamendah Village,
Rancabali Sub-district, Bandung District. Supervised by TATI BUDIARTI.
Region developing can cause land conversion, especially in agriculture land. The
value of agriculture land can be increased by integrated usage with another related
aspects such as art and local culture in agrotourism. Alamendah village has many
agrotourism potencies from its nature and agriculture recources that can be
developed. But, it had not been developed yet by the people, especially for local
prosperity and environmental balances. The evaluation of agrotourism potency is
needed with purpose to identify agrotourism potencies and former aspects, assess
sustainability of community, evaluate agrotourism program and management, and
make recommendation for agrotourism development. The research held in
Alamendah Village, Rancabali Sub-district, Bandung district from February until

July 2014 to get informations to be analyzed. Agrotourism aspects had been
analyzed through agrotourism properness assessment, SWOT analysis,
Community Sustainable Assessment (CSA) analysis, and preferences and
perceptions analysis methods. Thus, from the analyze processes resulted the
recommendation for agrotourism development at Alamendah village, such as the
most suitable and potential areas for agrotourism development, potential view for
agrotourism background and foreground, agrotourism development strategy, and

agrotourism program and activity schedule. The final result proved that
Alamendah village has a lot of potencies for agrotourism activity that can be
developed with local people. The appropriate strategy to develop those potencies
is make agrotourism activities and supporting tourisms being optimal for tourism
activity to attract visitors, get much advantages and environment continuous.
Keywords: agrotourism, community sustainability, development, potency

EVALUASI POTENSI AGROWISATA
DI DESA ALAMENDAH, KECAMATAN RANCABALI,
KABUPATEN BANDUNG

YUNI ASNIDAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

® Hak cipta milik IPB, tahun 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang
wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Evaluasi Potensi Agrowisata di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung”

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis
mendapatkan bantuan baik dukungan dan bantuan moral serta material dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. keluarga tersayang, Bapak Zainuddin Rilla, Mama Betty Heryati, Aa
Jamal, Teteh Yeni, serta keluarga besar Subandi atas doa, dukungan,
dan bantuan serta perhatiannya sampai saat ini;
2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing skripsi dan akademik atas
bimbingan, masukan, bantuan, dan nasehatnya selama di Departemen
Arsitektur Lanskap dan penyusunan skripsi ini;
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr dan Pingkan Nuryanti,
ST., M.Eng selaku dosen penguji atas saran dan masukannya untuk
kabaikan skripsi ini;
4. Badan Perencana dan Pengembangan Daerah Kabupaten Bandung,
Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Bandung, serta
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bandung atas bantuan
informasi dalam penyusunan skripsi ini;
5. kepala desa, seluruh aparat, serta masyarakat Desa Alamendah atas
bantuan dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini;

6. Bapak H. Hendy, Bapak Didi, serta Bapak Sumantri atas panduan dan
bimbingannya selama di Desa Alamendah;
7. Nira Lir Rasmi untuk bantuan, kerja sama, dukungan, serta
perjuangannya selama penelitian di Desa Alamendah dan penyusunan
skripsi ini;
8. Afifah, Iffah, Aliya, Mariana, Junom, dan Digo untuk bantuannya
berbagi tentang agrowisata dan pengolahan data; dan
9. teman-teman ARL 47 atas dukungan, keceriaan, dan masukannya.
semoga menghasilkan yang terbaik dan berguna. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Yuni Asnidar

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Lanskap Perdesaan


3

Wisata

3

Objek dan Atraksi Wisata

3

Agrowisata

4

Objek dan Atraksi Agrowisata

5

Keberlanjutan Masyarakat


5

METODE

6

Lokasi dan Waktu

6

Alat dan Bahan

6

Metode Penelitian

7

HASIL DAN PEMBAHASAN


15

Kondisi Umum

15

Aspek Fisik

16

Penggunaan Lahan

16

Jenis Tanah

17

Kemiringan Lereng

19

Iklim

19

Hidrologi

21

Aspek Biofisik

22

Vegetasi

22

Satwa

24

Aspek Sosial dan Budaya

25

Kependudukan

25

Kelembagaan

27

Seni dan Kebudayaan

29

Persepsi Masyarakat Desa Alamendah

31

Preferensi Masyarakat Desa Alamendah

32

Persepsi Pengunjung Desa Alamendah

33

Preferensi Pengunjung Desa Alamendah

35

Penilaian Keberlanjutan Masyarakat

37

Aspek Legalitas

42

Aspek Agrowisata

42

Atraksi Agrowisata

42

Akomodasi

64

Fasilitas dan Pelayanan Wisata

65

Fasilitas dan Pelayanan Transportasi

66

Infrastruktur Lain

68

Elemen Kelembagaan

69

REKOMENDASI

79

Peta Jalur serta Objek dan Atraksi Agrowisata

79

Program Agrowisata yang Bisa Ditawarkan

79

Program Tahunan

81

Program Harian

81

Pengembangan Pasar Wisata
SIMPULAN DAN SARAN

85
87

Simpulan

87

Saran

87

DAFTAR PUSTAKA

88

LAMPIRAN

90

RIWAYAT HIDUP

93

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Jenis dan sumber data
Kriteria kelayakan agrowisata
Perhitungan kriteria kelayakan agrowisata
Kriteria penilaian dalam PKM
Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

7
8
10
11
13

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Formulir matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Penggunaan lahan di Desa Alamendah
Data iklim Kecamatan Rancabali tahun 2011-2013
Thermal Humidity Index Desa Alamendah tahun 2011-2013
Tanaman sayuran dan buah-buahan
Tanaman hias
Tanaman obat
Satwa primata di Desa Alamendah
Hewan ternak
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Alamendah
Fasilitas pendidikan di Desa Alamendah
Mata pencaharian penduduk Desa Alamendah
Susunan aparat Desa Alamendah
Susunan pengurus Badan Permusyawaratan Desa
Susunan pengurus Dawala
Total perhitungan aspek ekologis PKM di Desa Alamendah
Total perhitungan aspek sosial PKM di Desa Alamendah
Total perhitungan aspek spiritual PKM di Desa Alamendah
Kelayakan kawasan agrowisata di Desa Alamendah
Tingkat kepentingan faktor internal
Tingkat kepentingan faktor eksternal
Penilaian bobot strategis internal
Penilaian bobot strategis eksternal
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Matrisk Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Matriks SWOT
Peringkat alternatif strategi
Program agrowisata tahunan Desa Alamendah
Kegiatan program agrowisata satu hari
Kegiatan rogram agrowisata dua hari reguler
Kegiatan program agrowisata dua hari petualang
Kegiatan program agrowisata dan Upacara dan Karnaval 17 Agustus

13
16
21
21
22
23
24
24
25
25
26
26
27
28
29
38
39
41
62
73
74
74
75
75
75
77
78
81
82
82
83
84

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kerangka pikir penelitian
Orientasi lokasi penelitian
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks SWOT
Peta administrasi Desa Alamendah
Peta jenis tanah Desa Alamendah
Peta kemiringan lereng Desa Alamendah
Sungai di Desa Alamendah
Seni dan kebudayaan di Desa Alamendah
Acara Gelar Budaya
Persepsi masyarakat Desa Alamendah

2
6
14
14
16
18
20
22
30
30
31

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Preferensi masyarakat Desa Alamendah
32
Persepsi pengunjung Desa Alamendah
34
Preferensi pengunjung terhadap kegiatan agrowisata dan pendukung
36
Preferensi pengunjung terhadap fasilitas wisata di Desa Alamendah
36
Preferensi pengunjung terhadap cinderamata Desa Alamendah
37
Lahan pertanian yang digunakan untuk menanam stroberi
43
Kegiatan petik stroberi sendiri
43
Olahan stroberi yang dibuat oleh masyarakat
44
Tempat pengolahan stroberi Sinar Asih
44
Pengolahan stroberi berskala UKM
45
Beberapa Lahan pertanian Ponpes Al-Ittifaq
46
Pengemasan produk hasil pertanian
46
Lahan peternakan di Ponpes Al-Ittifaq
47
Kegiatan pengunjung Ponpes Al-Ittifaq
48
Kawah Putih
50
Fasilitas di Kawah Putih
50
Objek dan atraksi wisata di Kawah Putih
51
Pusat Penangkaran dan Rehabilitas Primata Jawa
52
Fasilitas di Pusat Penangkaran dan Rehabilitas Primata Jawa
52
Situs Batu Tulis
53
Upacara dan Karnaval 17 Agustus
54
Acara Gelar Budaya Desa Alamendah
54
Pemancingan untuk umum
55
Kondisi beberapa kandang sapi
56
Akses menuju Curug Cimeong
56
Curug Cimeong
57
Kerajinan tangan Desa Alamendah
58
Pasar Wisata
59
Pemandangan di Desa Alamendah
60
Peta potensi view Desa Alamendah
61
Peta kelayakan kawasan agrowisata Desa Alamendah
63
Akomodasi di Desa Alamendah
65
Fasilitas kesehatan di Desa Alamendah
66
Alat transportasi menuju Desa Alamendah
67
Jalan di Desa Alamendah
69
Rencana desain dari Dawala
71
Matriks Internal-Eksternal
76
Peta persebaran objek dan atraksi agrowisata serta wisata pendukung Desa
Alamendah
80
50 Peta rekomendasi pengembangan Pasar Wisata
86

DAFTAR LAMPIRAN
Kuisioner pengunjung Desa Alamendah
Kuisioner masyarakat Desa Alamendah

90
92

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dan maraknya pembangunan wilayah di Indonesia tidak
hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan. Masing-masing memiliki
potensi yang khas untuk terus berkembang ke arah yang lebih baik. Sebagian
besar wilayah Indonesia adalah wilayah perdesaan dengan jumlah penduduk yang
besar, sehingga potensi desa dan sumber-sumber produksi yang selama ini belum
dikelola secara optimal penting untuk diberdayakan (Sutiyono 2007). Salah satu
karakter perdesaan yang mendominasi di Indonesia adalah sumber daya yang
berbasis pada pertanian, mulai dari dari sumber daya lahan, budidaya, pengolahan,
pascapanen, pemasaran dan wisata.
Wisata yang berbasis pada pertanian atau biasa disebut agrowisata,
merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian, yang
terbentuk dalam rangkaian aktivitas perjalanan wisata dan sektor pertanian mulai
dari awal sampai dengan produk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001).
Sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan agrowisata dapat berupa
sumber daya alami seperti komoditas pertanian, pemandangan alam, dan sumber
daya lainnya seperti aktivitas dan budaya masyarakat.
Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung mayoritas
lahannya digunakan sebagai lahan pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan
sebagai kawasan agrowisata. Lahan dan budaya masyarakat yang terpadu dalam
mengolah sumber daya dapat menjadi objek-objek untuk kegiatan agrowisata yang
dipadukan dengan keindahan alam khas desa yang ada di kawasan pegunungan.
Kegiatan agrowisata yang sudah berjalan di desa ini antara lain wisata petik
stroberi sendiri dan keliling lahan pertanian. Kegiatan tersebut cukup menarik
pengunjung dan memberikan sumber pendapatan baru bagi masyarakat.
Potensi agrowisata di Desa Alamendah memang besar, namun belum
direncanakan dan dikembangkan secara optimal dengan pemberdayaan
masyarakat setempat agar menjadi agrowisata mandiri yang dikelola masyarakat.
Selain itu perubahan fungsi lahan pertanian beberapa tahun terakhir seperti yang
tercatat oleh Bappeda Kabupaten Bandung, dapat mengancam ketersediaan lahan
untuk kegiatan pertanian. Menurut data tersebut di Kecamatan Rancabali
sepanjang tahun 2004 hingga 2011 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian
sebesar 38 ha atau sekitar 0.10%. Lahan pertanian yang beralih fungsi tersebut
mayoritas diubah menjadi lahan pemukiman dan fasilitas umum. Oleh sebab itu,
dibutuhkan sebuah evaluasi dan analisis aspek-aspek utama dan pendukung
kegiatan agrowisata yang dapat digunakan untuk mengetahui kesesuaian dan
pengembangan potensi agrowisata.
Pengembangan kawasan agrowisata menuntut pengelolaan ruang (tata
ruang) yang lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi, penertiban
maupun peninjauan kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan agrowisata, baik
dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya (Balitbang 2011). Selain itu,
berkembangnya agrowisata di sebuah desa dapat menghasilkan sistem pertanian
yang bertahan dalam kurun waktu yang cukup lama dengan pola pengolahan yang

2
berorientasikan pada kelestarian lingkungan. Kebudayaan berupa seni serta
kesenangan yang tumbuh di masyarakat pedesaan pun dapat dilestarikan dari
berkembangnya agrowisata. Pengembangan tersebut diharapkan menjadi tonggak
untuk menjaga keasrian dan kelestarian sumber daya perdesaan dan pertanian,
serta keberadaan kegiatan dan aktivitas agrowisata untuk kesejahteraan
masyarakat setempat.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliatan ini antara lain:
1. mengidentifikasi potensi agrowisata dan aspek-aspek pembentuknya,
2. menilai tingkat keberlanjutan di tengah masyarakat menggunakan metode
PKM (GEN 2000),
3. mengevaluasi program dan pengelolaan agrowisata, dan
4. membuat rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai:
1. sumbangan pikiran dan alternatif untuk pemerintah Desa Alamendah dan
Kabupaten Bandung terkait pengembangan agrowisata, dan
2. bahan pertimbangan dalam usaha melestarikan sumberdaya serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat Desa Alamendah.
Kerangka Pikir
Evaluasi
potensi
agrowisata
di
Desa
Alamendah
dengan
mempertimbangkan aspek-aspek utama dan pendukung agrowisata melalui
kerangka pikir seperti yang diperlihatkan ada Gambar 1. Semua aspek dan faktor

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

3
tersebut melalui proses analisis dan sintesis hingga dihasilkan zona yang paling
berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, hingga suatu
rekomendasi pengembangan agrowisata di Desa Alamendah.

TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Perdesaan
Lanskap perdesaan menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang
penataan ruang, didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan
utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut Departemen PU (2005), lanskap
perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap alami
yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya dihuni untuk pemukiman tetapi
juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan
dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan
manusia untuk hidup di lingkungan ekologi yang sangat beragam. Lanskap di
daerah pedesaan menurut Notohadinegoro (1977) dalam Fandeli dan Muhammad
(2009) merupakan penjelmaan keseluruhan faktor atau kakas (force) di perdesaan
yang mempengaruhi atau berperan dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa.
Masyarakat desa umumnya memiliki beberapa lahan yang diusahakan berbedabeda seperti untuk sawah, pekarangan, tegalan, dan kebun campuran.
Wisata
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(pasal 1) wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Menurut Nurisjah (2001), aktivitas
wisata adalah kegiatan berjalan-jalan ke luar ruang dan lingkup pekerjaannya
sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan
pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Wisata dapat dikembangkan untuk
mengoptimalkan manfaatnya, seperti pendapat menurut Dewanti dan Santoso
(2012), pengembangan kawasan wisata dilaksanakan dengan mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki secara harmonis, serasi dan terpadu, melalui
pendekatan secara komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, budaya
dan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan.
Objek dan Atraksi Wisata
Menurut Utama (2011) potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi
objek wisata alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi
iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman, kesunyian),
pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah, air terjun, danau dan
sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air mineral, air panas). Objek wisata
buatan manusia dapat berupa falitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan
budidaya, pola hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olah raga.
Sedangkan menurut Suwantoro (2004), daya tarik wisata atau objek wisata

4
merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah
tujuan wisata.
Berdasarkan Kementan (2012), daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan. Objek dan atraksi wisata merupakan dua hal yang
berbeda menurut Yoeti (2008), objek wisata adalah tempat atau benda yang
bersifat alami, tidak dapat dipindahkan, dan bentuknya tidak mudah berubah
dimakan waktu seperti air terjun, bangunan monumental, serta benda yang
menjadi ciri khas suatu tempat contohnya Piramida Giza dan menara Eiffel,
sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat diciptakan oleh manusia dan
bersifat temporer pada waktu tertentu, seperti pertujunkan tari, debus, serta
keterampilan hewan.
Agrowisata
Agrowisata merupakan salah satu bentuk dari rural tourism yang
menawarkan kegiatan pertanian sebagai daya tarik wisata serta melibatkan
penduduk lokal dalam perencanaan hingga pengelolaan kawasan agrowisata
(Andini 2013). Menurut Kementan (2012), agrowisata merupakan suatu kawasan
usaha pertanian yang dikembangkan secara kreatif sehingga mempunyai daya
tarik wisata. Komponen kegiatan dapat meliputi salah satu, beberapa atau
keseluruhan subsistem agribisnis dari hulu (penyediaan sarana produksi, kegiatan
produksi/budidaya), pengolahan dan pemasaran produk pertanian, penelitian dan
pengembangan pertanian serta kegiatan budaya masyarakat terkait pertanian.
Menurut pendapat Mandiangan (2013), kegiatan agrowisata bertujuan untuk
memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di
bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan,
perikanan dan peternakan.
Di Indonesia, agrowisata atau agroturism didefinisikan sebagai sebuah
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai
objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi
dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari objek
wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata.
Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan
hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang
menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta
memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang
umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya.
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup
(seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara
keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat
pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah
penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan
terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan
tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usaha tani yang efektif dan
berkelanjutan baik bersifat alami maupun buatan. Komponen utama
pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang

5
dibudidayakan maupun liar, teknologi budidaya dan pascapanen komoditas
pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan
pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat
dirasakan (Deptan 2003).
Objek dan Atraksi Agrowisata
Salah satu aspek penting dari agrowisata adalah objek dan atraksi yang
berpotensi untuk menjadi daya tarik untuk pengunjung. Menurut Utama (2011),
objek-objek atau atraksi budidaya pertanian yang berpotensi yang dapat dijadikan
agrowisata antara lain:
1. Perkebunan
Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dimanfaatkan sebagai objek
dan daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya
merupakan kesatuan yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan
pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa setiap
kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat dijadikan daya tarik atau
atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan, penanaman,
pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Seyogyanya pada sebuah
objek wisata dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium, pengepakan
hasil, sarana dan prasarana, untuk menunjukkan kepada wisatawan suatu
perkebunan yang baik dan benar;
2. Tanaman pangan dan hortikultura
Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata
antara lain sawah, ladang jagung, ketela, kacang-kacangan dan sebagainya
serta kebun bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, dan tanaman obatobatan/jamu;
3. Peternakan
Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara
tradisional dalam pemeliharaan ternak, aspek kekhasan/keunikan pengelolaan,
produksi ternak, atraksi peternakan dan peternakan hewan khusus, seperti
bekisar dan burung puyuh;
4. Perikanan
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan
dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar,
kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan sebagai obyek agrowisata. Secara garis besar kegiatan
perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan dan kegiatan budidaya dan
kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan menjadi obyek
agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya air payau (tambak), serta
budidaya laut (kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara).
Keberlanjutan Masyarakat
Masyarakat sebagai salah satu pelaku agrowisata memiliki pengaruh yang
cukup besar, karena salah satu prinsip pengembangan agrowisata yang
berkelanjutan adalah adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan.
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata,
menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata karena sesungguhnya
merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan

6
kualitas produk wisata. Peran serta masyarakat ini menjadi satu hal yang penting
dalam upaya menjaga keutuhan alam dan sebagai salah satu alternatif dalam
merespon tuntutan serta urgensi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
(Damanik dan Weber 2006).
Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) yang dikeluarkan oleh GEN
merupakan sebuah daftar komprehensif yang dapat digunakan oleh semua
kalangan untuk mendapatkan ide dasar bagaimana menilai keberlanjutan sebuah
masyarakat. Pendekatan ini dikembangkan untuk membantu masyarakat dalam
menilai prestasi mereka menuju peningkatan keberlanjutan. Pada PKM ada tiga
aspek utama yang menjadi penopang yang masing-masing sama pentingnya
dengan yang lain, yaitu aspek ekologis, sosial dan spiritual masyarakat. PKM
adalah alat subyektif yang berarti bahwa orang dalam menyelesaikannya membuat
penilaian terbaik mereka dan pada beberapa menebak, seperti apa yang benar bagi
komunitas mereka. Penilaian ini menawarkan review untuk prestasi masyarakat
untuk perbaikan. Item skor rendah dapat dipilih untuk fokus kepada masyarakat,
tindakan untuk meningkatkan kesinambungan dan memberikan arahan untuk masa
depan masyarakat (GEN 2000).

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali,
Kabupaten Bandung (Gambar 2). Desa ini memiliki lahan pertanian yang cukup
luas dan tempat-tempat yang unik sehingga berpotensi menjadi tempat wisata
khususnya wisata pertanian. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari
hingga Juli 2014.

(a)
(b)
Sumber: Bappeda Kabupaten Bandung
Gambar 2 Orientasi lokasi penelitian (a) Kabupaten Bandung (b) Desa
Alamendah
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah kamera, alat tulis, kuisioner serta software
pengolah data seperti ArcGis 2010, Autocad 2007, dan Photoshop CS3.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain peta dan data-data yang diolah lebih
lanjut, baik data yang didapat di lapang, maupun yang berasal dari studi pustaka
dan referensi.

7
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan lima tahap yang meliputi persiapan,
inventarisasi (pengumpulan data), analisis, sintesis dan pembuatan rekomendasi,
seperti sebagai berikut:
1. Persiapan awal
Tahapan persiapan awal mencakup persiapan pemilihan judul dan lokasi,
pencarian informasi awal yang didapat melalui studi pustaka dan referensi,
pembuatan proposal penelitian, serta pembuatan surat-surat izin kepada pihakpihak terkait.
2. Inventarisasi (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini dilakukan sejumlah pengumpulan data dan informasi, baik
yang berasal dari lapang maupun studi pustaka. Data yang berasal dari lapang
dikumpulkan dengan cara survei langsung pada tapak dengan melihat kondisi
eksisting yang disesuiakan dengan informasi dan data pustaka yang telah
didapat sebelumnya. Survei difokuskan pada objek-objek untuk kegiatan
utama dan pendukung agrowisata serta atribut yang melengkapinya. Selain itu
dilakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait di desa seperti aparat desa,
para petani, masyarakat serta pengujung.
Informasi sekunder seperti data pustaka didapatkan dari bahan pustaka
dan referensi terkait seperti buku-buku acuan, jurnal dan laporan. Informasi
lain yang berkaitan didapatkan dari instansi-instansi terkait. Jenis dan sumber
data yang didapat untuk kemudian diolah ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan sumber data
Aspek
Fisik

Jenis Data
Lokasi tapak
Topografi
Hidrologi
Tanah
Tata guna lahan

Biofisik

Vegetasi
Satwa

Sosial Budaya

Keadaan masyarakat
Pola
tanam
pertanian
Kelembangaan
Budaya tani
SDM

Ekonomi

Agribisnis
Aktivitas, produksi,
komoditas pertanian

Bentuk Data
Letak, luas dan batas
wilayah
Peta topografi dan
kemiringan lahan
Keadaan hidrologi,
irigasi dan badan air
Jenis tanah dan peta
persebarannya
Penggunaan lahan
Jenis vegetasi, Pola
Tanam
Spesies Hewan
Data dermografi
Data pola tanam
pertanian
Lembaga pemerintahan
dan masyarakat
Kebudayaan dalam
bertani
SDM pengelola dan
masyarakat (petani)
Pemasaran dan
perdagangan hasil
pertanian
Data produk dan hasil
pertanian

Sumber Data
Survei lapang, Pustaka,
Bappeda
Pustaka, Bappeda,
Bakosurtanal
Pustaka, Bappeda,
Bakosurtanal
Bakosurtanal, Bappeda
Survei lapang,
Bappeda
Survei lapang
Survei lapang, Desa

Survei lapang, Desa,
Pustaka

Survei lapang, Desa
Survei lapang, Desa

8
Tabel 1 Jenis dan sumber data (lanjutan)
Aspek
Wisata

Jenis Data
Program Agrowisata

Program Pendukung
Agrowisata
Legal

Kebijakan
pemerintah setempat

Bentuk Data
Objek dan atraksi
agrowisata
Kalender kegiatan
agrowisata
Paket Agrowisata
Seni dan Budaya,
Pelatihan (pemandu
agrowisata)
RTRW, kebijakan
pariwisata kabupaten

Sumber Data
Survei lapang, Pustaka

Survei lapang, Desa
Pemda
Bandung

Kabupaten

3. Analisis
Pada tahap analisis dilakukan sejumlah analisis terhadap aspek-aspek
terkait, seperti:
a. Analisis Kesesuaian dan Kelayakan Agrowisata
Aspek yang akan dianalisis pada analisis kesesuaian dan kelayakan
agrowisata adalah kondisi objek dan atribut pendukung kegiatan agrowisata
Desa Alamendah. Aspek-aspek tersebut dinilai berdasarkan kriteria
kelayakan agrowisata menurut Smith (1989) dalam Maharani (2009) yang
disesuaikan dan dimodifikasi dengan tujuan penelitian ini, seperti objek
wisata pertanian, objek wisata alami, hingga fasilitas pendukung kegiatan
agrowisata. Kriteria tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria kelayakan agrowisata
No.
1

2

3

Kriteria
Nilai
Obyek dan Atraksi Berbasis Pertanian (Bobot 15%): Ketersediaan ragam &
keindahan areal pertanian seperti sawah, perkebunan, kolam, atau keramba.
 Beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
4
pemandangan pertanian
 Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
3
pemandangan sekitarnya
 Cukup beragam obyek dan aktivitas pertanian disertai keindahan
2
pemandangan sekitarnya
1
 Kurang beragam dan tak indah
Obyek dan Atraksi Alami (Bobot 10%): Keindahan pemandangan alami
(ekosistem, topografi, tanaman langka, satwa liar, air terjun) dan iklim
(tropikal, udara yang bersih, suhu yang nyaman, dll)
 Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan alami
4
 Cukup beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyamanan
3
alami
 Beragam obyek alami dengan keindahan dan kenyaman buatan
2
(rekayasa)
 Kurang obyek alami dengan keindahan dan kenyaman buatan
1
(rekayasa)
Obyek dan Atraksi Budaya/Sosial (Bobot 10%): Perdesaan, perkotaan,
bentukan arsitektur vernakular, festival budaya, dan atraksi budaya lokal
4
 Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, dilestarikan
 Bernilai lokal tinggi, berjumlah relatif banyak, kurang
3
diperhatikan
2
 Bernilai lokal tinggi, berjumlah sedikit, kurang diperhatikan
1
 Tidak memiliki aset budaya lokal

9
Tabel 2 Kriteria kelayakan agrowisata (lanjutan)
No.

Kriteria
Nilai
Obyek dan Atraksi Sejarah (Bobot 5%): Peninggalam kuno (kerahaan, situs4
situs dan bangunan sejarah/arkeologis), upacara keagamaan (temporal),
lokasi historikal yang penting (kolonial, battle fields)
 Bersejarah, dijaga kelestariaannya
4
 Bersejarah, kurang diperhatikan
3
2
 Bersejarah, tidak dilestarikan
1
 Tidak bernilai sejarah
Akses (Bobot 10%): Kemudahan untuk pencapaian lokasi, ketersediaan jalan
5  Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik, kendaraan umum
4
beragam, kondisi baik
 Jalan sekunder, kondisi sedang, kendaraan umum terbatas
3
2
 Jalan tersier, kondisi sedang, tidak ada kendaraan umum
1
 Tidak ada akses, tidak ada kendaraan umum
Sumber daya Rekreasi dan Tempat Perbelanjaan (Bobot 10%):
6 Tempat Olah raga, piknik, belanja, taman, museum, galer seni/budaya
4
 Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat
3
 Ada beberapa, cukup terawat
2
 Ada beberapa, kurang terawat
1
 Tidak tersedia
Letak Dari Jalan Utama (10%): Kedekatan dengan jalur jalan utama wilayah
7  Dekat (< 1 km)
4
3
 Sedang (1 - 3 km)
2
 Cukup jauh (3 – 5 km)
1
 Sangat jauh (> 5 km)
Sarana Wisata (Bobot 10%): Utilitas. Saran kesehatan, air bersih, fasilitas
dan penginapan
8
4
 Tersedia, lengkap, kualitas baik dan terawat
3
 Ada beberapa, cukup terawat
2
 Ada beberapa, kurang terawat
1
 Tidak tersedia
9
Pengelolaan agrowisata (Bobot 10%): Pengelolaan dan Kelembagaan
Agrowisata
 Masyarakat mengelola dan ada lembaga masyarakat
4
 Masyarakat mengelola, tidak ada lembaga masyarakat
3
2
 Dikelola investor, ada kelembagaan masyarakat
1
 Dikelola investor dan tidak ada lembaga masyarakat
Program dan dan Aktivitas Agrowisata (Bobot10%)
10  Ada paket kunjungan, pelatihan, dan membuka kesempatan
4
magang
 Ada paket kunjungan, pelatihan, tidak ada kesempatan magang
3
2
 Ada paket kunjungan, tetapi tidak ada pelatihan dan kesempatan
magang
1
 Tidak ada paket kunjungan, pelatihan dan kesempatan magang
Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan

Penilaian kriteria tersebut berlaku untuk kelima dusun dan dihitung
dengan cara:
Keterangan:

KKA
Sij
Aij

= Kelayakan Kawasan Agrowisata
= Kriteria agrowisata tiap kawasan
= Bobot integrat agrowisata

10
Sehingga akan didapatkan nilai akhir tiap dusun (Tabel 3) dan akan
diklasifikasikan dalam kelas kelayakan menurut skala Likert.
Pengelompokkan tersebut akan menghasilkan dusun mana yang paling
layak/berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.
Tabel 3 Perhitungan kriteria kelayakan agrowisata
Kelayakan Kawasan Agrowisata
Dusun

15%

10%

10%

5%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Jumlah
terbobot

I
II
III
IV
V

Sumber: Smith (1989) dalam Maharani (2009), dimodifikasi sesuai dengan tujuan

Klasifikasi dusun dalam rentang kelas ditentukan melalui rumus:
R=
Keterangan: Smax
Smin
K
R

= nilai tertinggi
= nilai terendah
= rentang kelas yang digunakan
= interval tiap kelas

Pada penelitian ini, rentang kelas yang digunakan sebanyak tiga kelas yang
merepresentasikan kelas Sangat Berpotensi, Berpotensi, dan Kurang
Berpotensi.
b. Analisis Persepsi dan Preferensi Masyarakat serta Pengunjung
Analisis persepsi dan preferensi digunakan untuk mengetahui
keinginan dan pandangan mengenai pengembangan agrowisata. Data yang
digunakan didapat melalui wawancara dengan kuisioner yang ditujukan
kepada masyarakat dan pengunjung. Metode yang digunakan untuk
menentukan responden pengunjung adalah dengan random sampling yang
ditujukan khusus untuk kalangan yang mengetahui dan pernah mengunjungi
Desa Alamendah. Begitupun dengan responden masyarakat yang ditujukan
kepada beberapa perwakilan masyarakat dari semua dusun. Data yang telah
didapat disesuaikan dengan rekomendasi pengembangan agrowisata agar
dapat sesuai dengan keinginan dan pandangan responden.
c. Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
Penilaian keberlanjutan masyarakat dilakukan dengan mengumpulkan
data penilaian masyarakat terhadap kondisi keberlanjutan di kalangan
masyarakat setempat. Metode ini menggunakan format Community
Sustainability Assessment (CSA) atau Penilaian Keberlanjutan Masyarakat
(PKM) yang dikeluarkan oleh Global Ecovillage Network (Susanto 2007).
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberlanjutan suatu
masyarakat yang meliputi aspek ekologis, sosial, dan spiritual. Pengambilan
data tersebut menggunakan kuisioner yang ditujukan kepada tokoh
masyarakat Desa Alamendah yang dianggap mengetahui dan memahami
kondisi masyarakatnya, yaitu dengan cara wawancara terstruktur melalui

11
serangkaian pertanyaan dari PKM. Kriteria penilaian dalam PKM dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kriteria penilaian dalam PKM
Parameter
Aspek Ekologis
1. Perasaan terhadap tempat
2. Ketersediaan, produksi, dan distribusi makanan
3. Infrastruktur, bangunan dan transportasi
4. Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat
5. Air-sumber, mutu dan pola penggunaan
6. Limbah cair dan pengelolaan polusi air
7. Sumber dan penggunaan energi
Total Nilai Aspek Ekologis
Aspek Sosial
1. Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan; ruang bersama
2. Komunikasi-aliran gagasan dan informasi
3. Jaringan pencapaian dan jasa
4. Keberlanjutan sosial
5. Pendidikan
6. Pelayanan kesehatan
7. Keberlanjutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat
Total Nilai Aspek Sosial
Aspek Spiritual
1. Keberlanjutan budaya
2. Seni dan kesenangan
3. Keberlanjutan spiritual
4. Keterikatan masyarakat
5. Gaya pegas masyarakat
6. Holografik baru, pandangan dunia
7. Perdamaian dan kesadaran global
Total Nilai Aspek Spiritual
Total Nilai Keseluruhan

Nilai
*
*
*
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
*
*
*
*
*
*
*
**
***

Keterangan:
1. Penilaian parameter dalam satu kriteria:
* 50+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
24-49
: Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-24
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
2. Penilaian parameter dalam satu aspek:
** 333+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
166-332
: Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-165
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan
3. Penilaian parameter dalam tiga aspek:
*** 999+
: Menunjukkan kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan
500-998
: Menunjukkan suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan
0-449
: Menunjukkan perlunya tindakan untuk mencapai keberlanjutan

d. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (1997), analisis SWOT dilakukan berdasarkan
logika yang memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threaths). Sehingga dihasilkan strategi-strategi
pengembangan agrowisata yang sesuai dengan kelebihan dan
kekurangannya. Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi

12
pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah. Analisis ini dimulai
dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta
faktor eksternal (peluang dan ancaman), kemudian dinilai berdasarkan
tingkat kepentingannya atau besarnya pengaruh pada desa. Penilaian tersebut
selanjutnya ditentukan strategi atau alternatif yang tepat untuk
pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah. Analisis SWOT ini
dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain sebagai berikut:
1) Identifikasi faktor internal dan eksternal
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, yaitu data faktor internal
dan eksternal (Rangkuti 1997). Faktor internal merupakan semua data
yang berasal dari dalam yang didapat dengan mendaftarkan semua
kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengembangan
keberlanjutan agrowisata. Faktor eksternal adalah semua data dari luar
yang cukup berpengaruh dan berkaitan atau dapat diketahui dengan
mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan
luar Desa Alamendah.
2) Penilaian faktor internal dan eksternal
Setelah faktor internal dan eksternal diketahui, dilakukan penentuan
tingkat kepentingan dengan memberikan nilai tingkat kepentingan
kepada setiap faktor dengan kisaran nilai:
1 = tidak penting;
2 = kurang penting;
3 = penting;
4 = sangat penting.
Semakin besar tingkat kepentingan faktor kekuatan dan peluang
maka nilainya akan semakin besar begitupun sebaliknya, semakin kecil
nilai tingkat kepentingan faktor kelemahan dan ancaman maka nilai akan
bernilai semakin kecil. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan
menggunakan metode Paired Comparison atau perbandingan
berpasangan. Pembobotan setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3 dan
4 dengan rincian sebagai berikut (David 2008):
1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator
faktor vertikal;
2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor
vertikal;
3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor
vertikal;
4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator
faktor vertikal.
Bobot akhir setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap
faktor terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan
rumus (Kinnear & Taylor 1991):
ai =
Keterangan:
ai = bobot variabel ke-i
xi = nilai variabel ke-1
i = 1, 2, 3, …., n
n = jumlah variabel

13
3) Penentuan peringkat (rating) faktor internal dan eksternal
Setelah memberi bobot pada masing-masing faktor dilakukan tahap
selanjutnya yaitu perangkingan. Perhitungan bobot dan penentuan rating
(perangkingan) selanjutnya disajikan dalam tabel untuk menyajikan skor
akhir (Tabel 5 dan 6).
Tabel 5 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Simbol
Faktor Internal
Kekuatan
(Strength)
S1
S2
Sn
Kelemahan
(Weakness)
W1
W2
Wn
Total
Sumber: Rangkuti (1997)

Bobot

Peringkat

Skor

Tabel 6 Formulir matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)
Simbol
Faktor Eksternal
Peluang
(Opportunities)
O1
O2
On
Ancaman
(Threats)
T1
T2
Tn
Total
Sumber: Rangkuti (1997)

Bobot

Peringkat

Skor

Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5. Jika
total skor pembobotan IFE di bawah 2.5 maka dinyatakan faktor internal
lemah, sedangkan jika total skor pembobotan IFE di atas 2.5 maka
dinyatakan faktor internal kuat. Hal tersebut juga berlaku untuk total
skor pembobotan EFE (David 2008). Selanjutnya skor yang didapat dari
pembobotan rangking digunakan untuk mengetahui posisi desa pada
kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya
melalui matrik IE (Gambar 3). Posisi tersebut dijadikan sebagai acuan
untuk menentukan dan menyusun strategi yang tepat untuk
pengembangan kegiatan agrowisata di Desa Alamendah.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai
implikasi strategi yang berbeda-beda. Pada kuadran I, II, atau IV dapat
digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (Growth and Build). Pada

14
kuadran III, V, atau VII untuk strategi mempertahankan dan memelihara
(Hold and Maintain), sedangkan pada kuadran VI, VIII, atau IX adalah
untuk panen atau divetasi (Harvest and divest) (David 2008).
Kuat
3.00 – 4.00
Tinggi 3.00 – 4.00
Sedang 2.00 – 2.99
Rendah 1.00 – 1.99

4.0
3.0
2.0
1.0

I

Sedang
Lemah
2.00 – 2.99
1.00 – 1.99
3.0
2.0
II
III

IV

V

VI

VII

VII

IX

1.0

Sumber: David (2008)
Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE)
4) Penyusunan alternatif strategi
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor yang telah
diidentifikasi sebelumnya adalah matriks SWOT (Rangkuti 1997). Pada
matriks ini faktor satu dihubungkan dengan faktor yang lain untuk
menentukan alternatif pada tiap-tiap hubungan faktor. Penyusunan
matriks ini minimal akan menghasilkan empat alternatif dengan
memanfaatkan semua informasi yang telah didapat di dalam model
kuantitatif perumusan strategi. Matriks SWOT menggambarkan peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) eksternal yang ada di Desa
Alamendah yang disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weakness) yang dimilikinya. Matriks SWOT dapat dilihat
pada Gambar 4.
Eksternal
Opportunities (O)

Threats (T)

Strategi SO:
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO:
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang

Strategi ST:
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT:
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman

Internal

Stregths (S)

Weaknesses (W)

Sumber: Rangkuti (1997)
Gambar 4 Matriks SWOT
5) Perangkingan alternatif strategi
Penentuan prioritas dari strategi-strategi tersebut dengan penyusunan
rangking berdasarkan urutan nilai strategi yang terbesar hingga yang
terkecil. Rangking tersebut didapat dari hasil penjumlahan semua skor di
setiap faktor strategis yang terkait. Perangkingan ini dilakukan dengan
secara subyektif dengan memaksimalkan kekuatan (strength) dan
peluang (opportunities) serta meminimumkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats).

15
4. Sintesis
Pada proses sintesis, hasil analisis yang telah didapatkan diolah lebih
lanjut dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain yang membentuknya.
Hasil sintesis berupa zonasi ruang di Desa Alamendah yang paling sesuai dan
layak dikembangkan untuk kegiatan agrowisata sesuai dengan penilaian
kriteria kelayakan kawasan agrowisata. Zona tersebut terbentuk berdasarkan
penilaian terhadap aspek fisik, biofisik, sosial dan budaya masyarakat yang
menjadi potensi dan kendala dalam pengembangan kegiatan agrowisata. Selain
itu juga dihasilkan strategi dalam pengembangan agrowisata berdasarkan hasil
penilaian SWOT dan keberlanjutan masyarakat, serta rencana pengembangan
program kegiatan agrowisata dan fasilitas penunjang.
5. Pembuatan rekomendasi
Rekomendasi dibuat setelah melalui proses sintesis, yaitu didapatkan
hasil akhir berupa peta zona dusun-dusun yang layak dan berpotensi
dikembangkan untuk kegiatan agrowisata yang dilengkapi dengan objek-objek
agrowisata utama dan pendukungnya. Selain itu akan dihasilkan program dan
jadwal agrowisata yang dibentuk berdasarkan pertimbangan kalender
pertanian yang dipadukan dengan waktu event lokal, serta rekomendasi
rencana pengembangan objek penunjang agrowisata yang berpotensi untuk
dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil inventarisasi di tapak maupun studi potensi didapatkan
informasi terkait kondisi umum Desa Alamendah, karakter lanskap yang ditinjau
dari aspek fisik, biofisik, sosial dan budaya, serta aspek agrowisata di Desa
Alamendah.
Kondisi Umum
Secara Geografis, Desa Alamendah terletak pada 7o6’0”- 7o11’0” Lintang
Selatan dan 107o 23’0” - 107o 27’0” Bujur Timur. Desa ini merupakan bagian dari
Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung yang berbatasan dengan Desa
Panundaan Kecamatan Ciwidey di sebelah Utara, Desa Sugihmukti Kecamatan
Pasirjambu di sebelah Timur, Desa Patengan Kecamatan Rancabali di sebelah
Selatan, dan Desa Lebakmuncang Kecamatan Ciwidey di sebelah Barat seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 5.
Desa Alamendah terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 13002350 mdpl (Bappeda Kabupaten Bandung 2008), dengan luas 505.6 ha dan terdiri
dari lima dusun. Pada setiap dusun terdapat lima hingga tujuh RW dengan total
terdapat tiga puluh RW (Profil Desa Alamendah 2013). Letak Desa Alamendah
cukup strategis karena dilewati Jl. Ciwidey yang merupakan jalan propinsi. Jarak
desa ini ke Kecamatan Rancabali adalah sekitar 8 km yang dapat ditempuh dengan
kendaraan bermotor selama 15 menit. Sedangkan jarak desa ke Ibukota Kabupaten
Bandung sekitar 27 km, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dapat
memakan waktu sekitar satu jam dan jarak desa ke ibukota propinsi yaitu Kota
Bandung adalah 47 km yang dapat ditempuh selama dua jam dengan kendaraan
bermotor.

16

Gambar 5 Peta administrasi Desa Alamendah
Aspek Fisik
Karakter lanskap Desa Alamendah yang terbentuk bercirikan lanskap
pertanian yang terdiri dari aspek fisik yang menggambarkan kondisi desa secara
fisik seperti penggunaan lahan, kondisi tanah, kemiringan lereng, iklim dan
hidrologi.
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Desa Alamendah didominasi oleh tegalan dan ladang
untuk komoditas sayur dan buah (Tabel 7). Komoditas tersebut antara lain daun
bawang, stroberi, bawang putih, wortel, seledri, asparagus, dan lain-lain. Kolam
yang ada di desa ini digunakan untuk memelihara ikan air tawar dan beberapa di
antaranya memiliki luas yang cukup besar digunakan sebagai tempat memancing.
Lahan lainnya digunakan sebagai fasilitas lainnya seperti kandang ternak, fasilitas
umum, dan lainnya.
Tabel 7 Penggunaan lahan di Desa Alamendah
No.
1
2
3
4
5
6

Jenis Penggunaan Lahan
Jalan
Tegalan dan ladang
Kolam
Pemukiman
Agrowisata Stroberi
Lain-lain
Jumlah

Sumber: Profil Desa Alamendah 2004

Luasan (Ha)
7.00
448.44
5.00
35.00
1.56
8.00
505.56

Persentase (%)
1.38
88.71
0.99
6.92
0.30
1.59
100

17
Lahan pertanian tersebut sangat mendukung untuk kegiatan wisata
pertanian karena menjadi tempat utama kegiatan agrowisata ruangan terbuka dan
sumber produksi hasil pertanian yang memiliki nilai jual. Selain itu, lahan
pertanian yang ada jumlahnya cuk