GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Penderita Tb Paru Yang Menjalani Pengobatan Di Ruang Pojok Tb Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu.

(1)

i

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN DI RUANG POJOK TB RUMAH SAKIT DR. R. SOEPRAPTO CEPU

Disusun untuk

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan

Oleh :

ARNI FRIDAYANI

J210100066

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

  GA PADA DI RU AMBARAN A PENDER UANG POJ HALA N TINGKA RITA TB P JOK TB R

PU A Telah di D Fahrun i AMAN PER AT PENGE PARU YAN RUMAH SA UBLIKASI Oleh ARNI FRID J210100 iperiksa dan Dosen Pem Nur Rosyid RSETUJUA TAHUAN NG MENJA AKIT DR. R

I ILMIAH

h :

DAYANI 0066

n disetujui o

mbimbing

d, S.Kep, M

AN DAN KEC ALANI PEN R. SOEPRA oleh : M.Kes CEMASAN NGOBATA APTO CEP N AN PU


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan mempertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 22 Desember 2016 Penulis

ARNI FRIDAYANI J210100066


(5)

1

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN DI RUANG POJOK TB RUMAH SAKIT DR. R. SOEPRAPTO CEPU

Abstrak

Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis pada organ paru manusia. Tuberculosis tersebut menjadi salah satu penyakit penyebab kematian yang terbanyak di dunia dan sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Indonesia khususnya telah melakukan upaya pengentasan penyakit TB Paru merata di berbagai daerah dengan pemeriksaan dan pengobatan tanpa dipungut biaya. Perkembangan penyakit TB Paru pada penderita di sebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah kecemasan serta pengetahuan tentang penyakit TB Paru pada penderita maupun keluarga. Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat kecemasan serta pengetahuan dari para penderita TB Paru yang menjalani pengobatan di Ruang Pojok TB RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan populasi seluruh penderita TB Paru yang datang ke Ruang Pojok TB RS. Dr. R. Soeprapto Cepu, serta pengambilan sampel dengan teknik accidental sampling dan didapatkan sample sejumlah 71 orang. Teknik analisa data dengan menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien TB Paru mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 52 orang (73,2%), pasien dengan kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%), pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (8,5%), serta tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat. untuk analisis pengetahuan pasien TB Paru memiliki pengetahuan baik terhadap penyakit TB yaitu sebanyak 42 orang (59,2%), kemudian pasien yang memiliki pengetahuan sedang akan penyakit TB Paru sebanyak 24 orang (40,8%), serta tidak ada pasien yang memiliki pengetahuan rendah tentang penyakit TB Paru.

Kata kunci: Tuberculosis Paru, Kecemasan, Pengetahuan. Abstract

Tuberculosis is a disease caused by mycrobacterium tuberculosis in pulmonary of human organ. Tuberculosis has become one of the leading causes of death in the world and to this day remains a global health problem. Indonesia in particular has made effot to all eviate pulmonary TB disease prevalent in various regions with the examination and treatment free of charge. Pulmonary TB disease progression in patient caused by several factors that include anxiety as well as knowledge of Pulmonary TB disease on patient and families. The purpose of this study was to get a description of the level of anxiety as well as knowledge of the Tuberculosis patient who under went treatment in Tuberculosis Corner of Dr. R. Soeprapto Cepu hospital. The method that used is descriptive qualitative, the population of tuberculosis patients who come to the Tuberculosis Corner of Dr. R. Soepapto hospital, sampling using the accidental sampling technique and total sample is


(6)

2

obtained 71 person. Data analysist technique using qualitative data analysis. The result showed that the pulmonary tuberculosis patients who has mild anxiety are 52 person (73,2%), patients with moderate anxiety are 13 person (18,3%), patient who do not has anxiety were 6 person (8,5%), and no patients has high anxiety. For the knowledge analysis of pulmonary tuberculosis there patient have a good knowledge of tuberculosis disease they are 42 person (59,2%), and patients who have a moderate knowledge of tuberculosis disease are 24 person (40,8%), and none of the patient who have low knowledge about pulmonary tuberculosis disease.

Keywords: pulmonary tuberculosis, anxiety, knowledge . 1. PENDAHULUAN

Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan besar secara global. Selama 20 tahun, WHO bersama dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya berupaya untuk mengentaskan penyakit TB Paru ini. Oleh karena itu, penyakit TB Paru masuk menjadi salah satu poin dalam Millenium Development Goals yang akan berakhir di tahun 2015. Hasil laporan tahun 2013, terdapat 22 negara dengan beban TB Paru yang tinggi (High Burden Countries – HBC). Negara-negara HBC ini menyumbang 80% total kasus TB yang ada di dunia. Namun, dari laporan global 2013, hanya 7 dari 22 negara yang sudah berhasil mencapai target MDGs 2015: menurunkan insiden kasus TB dan angka mortalitas penyakit ini. terdapat 4 negara yang sudah berada di jalurnya untuk mencapai target ini. Dan masih ada 11 negara yang tidak berada pada jalurnya dan dikhawatirkan tidak mencapai target MDGs 2015, termasuk Indonesia. (WHO, 2013 )

Secara epidemiologi menurut WHO, terdapat 10 sampai 12 juta penderita yang mempunyai kemampuan menularkan , dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun dan keadaan tersebut terdapat di negara berkembang dengan sosial ekonomi rendah, termasuk Indonesia. Angka kejadian TB di Indonesia menurut data statistic dari WHO sebesar 239 per 100.000 orang, Sedangkan di lingkup yang lebih sempit yaitu provinsi, Sekitar 35 ribu penduduk di Jawa Tengah hingga kini terindikasi terkena penyakit TB, namun jajaran kesehatan hanya baru bisa memantau dan menangani 50 persen dari total jumlah penderita TBC (Dinkes, 2013).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian Nomor 3 setelah penyakit


(7)

3

kardiovaskuler dan penyakit pernafasan pada semua golongan usia. Angka morbiditas penyakit TB Paru urutan ke 4 setelah influenza, infeksi saluran nafas akut dan bronchitis. Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 106,42. Prevalensi tuberkulosis tertinggi adalah di Kota Tegal (358,91per 100.000 penduduk) dan terendah di Kabupaten Magelang (44,04 per 100.000 penduduk). Sementara itu, di kabupaten Blora angka deteksi kasus ( Case Detection Rate ) penyakit TB Paru sampai akhir tahun 2013 sebesar 17,69% kasus, serta temuan kasus baru mencapai angka 816 kasus TB Paru di kabupaten Blora pada akhir tahun 2013. ( Dinkes Jateng, 2013 )

Berdasarkan laporan pencatatan di rumah sakit Dr. R. Soeprapto, didapatkan sekitar rata-rata 5-7 orang setiap harinya yang datang ke ruang pojok TB untuk pemeriksaan, konseling ataupun mendapatkan obat TBC secara rutin. Dan kurang lebih terdapat 50 orang penderita TBC positif yang datang ke pojok TB setiap bulannya. Penderita yang datang antara lain adalah pasien dari ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu, pasien TB Paru yang rawat jalan, pasien dari poli penyakit dalam, serta pasien rujukan dari puskesmas yang terdapat di sekitar wilayah Cepu. Pasien tersebut merupakan pasien lama yang sudah mendapatkan pengobatan TB selama beberapa bulan serta terdapat juga pasien TB yang baru terdiagnosa.

Dari studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap beberapa penderita TB paru yang datang ke Ruang Pojok TB, didapatkan bahwa penderita TB merasakan kecemasan saat mengetahui dirinya menderita penyakit tuberculosis, dan penderita mengatakan kurang mengerti dan paham tentang penyakit TB yang dideritanya, apa penyebabnya, serta bagaimana proses penyembuhan penyakit tersebut. Hal tersebut menambah kecemasan yang timbul pada penderita TB Paru dan tidak menutup kemungkinan apabila pasien kurang pengetahuan serta selalu merasakan kecemasan terus menerus maka dapat menimbulkan masalah lain pada penderita TB Paru.

Pada ruang Pojok TB Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto terdapat salah satu kegiatan yang dilakukan oleh petugas pada penderita TB Paru yaitu edukasi tentang penyakit TB Paru. Penderita dapat datang setiap saat pada waktu jam kerja kantor


(8)

4

dari jam 07.00 – 12.00 WIB untuk berkonsultasi mengenai masalah penyakit TB Paru secara pribadi dengan petugas yang ada di ruangan. Hal ini tentunya akan membantu penderita untuk tidak lagi takut datang ke rumah sakit karena merasa malu dengan penyakit yang di derita, dan dapat berkonsultasi dengan leluasa pada petugas dalam ruangan yang telah di sediakan secara khusus.

Masih tingginya angka penderita TB setiap bulannya di wilayah kerja RS. Dr. R. Soeprapto Cepu menjadikan alasan bagi penulis untuk lebih mengetahui tentang tingkat pengetahuan dari penderita TB serta kecemasan yang dirasakan oleh penderita TB, dengan melakukan penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Kecemasan Penderita TB Paru yang Menjalani Pengobatan di Ruang Pojok TB Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu”.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan populasi yaitu semua pasien TB Paru yang menjalani pengobatan di ruang pojok TB RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. Sedangkan pengambilan sampel penelitian menggunakan tekhnik accidental sampling yaitu seluruh pasien TB Paru yang menjalani pengobatan di Ruang Pojok TB RS. Dr. R. Soeprapto Cepu sebanyak 71 orang. sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan penggambaran hasil berupa tabel.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

Keterangan Perlakuan

N %

Pendidikan : SD SMP SMA S1

22 14 22 6

31,0 19,7 31,0 8,5

Tidak Sekolah 7 9,9


(9)

5 20-30 tahun

31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun

14 5 8 44

19,7 7,0 11,3 62,0 Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

39 32

54,9 45,1

Total 71 100,0

Sumber: Data primer yang di olah 2016.

Berdasarkan Tabel 4.1. tersebut dapat diketahui bahwa dilihat dari tingkat pendidikan, terdapat responden yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD) sebanyak 22 orang (31,0%), lulus jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 14 orang (19,7%), lulus jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 22 orang (31,0%), lulus Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 6 orang (8,5%) serta tedapat pasien yang tidak sekolah sebanyak 7 orang (9,9%). Hal ini berarti mayoritas pasien yang dijadikan responden penelitian adalah yang merupakan lulusan SD sebanyak 22 orang (31,0%) serta pasien lulusan SMA sebanyak 22 orang (31,0%) dan pasien yang terkecil jumlahnya adalah pasien yang lulus perguruan tinggi / S1 sebanyak 6 orang (8,5%).

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 orang (54,9%) dan yang mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (45,1%).

Dilihat dari jenis umur pada table di atas, mayoritas responden mempunyai umur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,0%) dan yang terendah jumlahnya adalah responden berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (7,0%). Tingkat Kecemasan


(10)

6

Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecemasan Tingkat

Kecemasan

N Persentase (%)

Tidak Cemas Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat

6

52

13

0

8,5

73,2

18,3

0

Jumlah 71 100,0

Hasil penelitian pada tabel 2. menunjukkan bahwa mayoritas pasien TB Paru mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 52 orang (73,2%). kemudian di susul pasien dengan kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%) setelahnya pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (8,5%), dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat.

Tingkat Pengetahuan

Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Tingkat

Pengetahuan

N Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi

0 24 42

0 40,8 59,2

Jumlah 76 100,0

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan pasien TB Paru memiliki pengetahuan baik / tinggi terhadap penyakit TB yaitu sebanyak 42 orang (59,2%), kemudian pasien yang memiliki pengetahuan sedang tentang penyakit TB Paru sebanyak 24 orang (40,8%), serta tidak ada pasien yang memiliki pengetahuan rendah tentang penyakit TB Paru.


(11)

7

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mayoritas pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 52 orang (73,2%), selanjutnya terdapat pasien yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%), pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 6 orang (8,5%) serta tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat dalam penelitian ini.

Penelitian Alavci et.al (2016) dalam studi tersebut, ada 101 peserta yang berusia antara 18-65. 61 peserta (60,4%) dirawat di klinik rawat jalan dan 40 peserta (39,6%) dirawat di klinik rawat inap. 79,2% dari peserta dalam studi itu memiliki penyakit jantung iskemik. Itu berarti dari Hamilton Anxiety Scale (HAS) peserta adalah 10,28 ± 6,21 (min: 0, max: 26). 27 peserta (26,7%) tidak memiliki kecemasan. 49 (48,5%) peserta memiliki kecemasan ringan dan 25 (24,8%) peserta memiliki kecemasan yang parah. Adapun berdasarkan jenis kelamin, kecemasan skor rata-rata dari pasien laki-laki secara statistik lebih rendah dibandingkan dengan pasien perempuan (p <0,05). Ketika datang ke riwayat keluarga penyakit kejiwaan, yang tingkat kecemasan pasien menunjukkan signifikansi statistik (p <0,05). Seperti penggunaan narkoba, perbedaan itu signifikan secara statistic antara kelompok (p <0,05). Kecemasan skor rata-rata dari pasien yang memiliki status gizi yang sehat secara statistik lebih rendah (p <0,05).

Dari hasil tersebut terlihat bahwa tingkat kecemasan penderita TB Paru bervariasi ada yang merasaka kecemasan ringan dan ada pula yang merasakan kecemasan sedang. Seperti penelitian Emma dan Alia (2014) menunjukkan bahwa dalam semua sublevels di DASS, 55 (88,8%) pasien menunjukkan gejala depresi, 58 (93,5%) pasien menunjukkan gejala kecemasan, dan 34 (54,8%) gejala menunjukkan adanya stress, hasil berkisar dari tingkat kecemasan ringan sampai sangat parah. Enam pasien (9,7%) dari 62 pasien PPOK yang berpartisipasi tidak menunjukkan adanya gejala depresi. Sekitar 21 pasien (33,9%) menunjukkan tingkat depresi yang parah, dan hasil sebagai berikut adalah 18 (29,0%) dan 12 (19,4%) masing – masing menunjukkan tingkat depresi sedang dan berat. Sekitar 37 pasien (59,7%) berakhir di kategori sangat parah di tingkat kecemasan. Sepuluh pasien (16,1%) dalam kategori sedang dan sembilan pasien (14,5%) menunjukkan gejala yang parah dari kecemasan. Penelitian Emma dan Alia (2014) tersebut


(12)

8

menunjukkan bahwa hampir semua pasien 93,5% menunjukkan gejala kecemasan pada penelitiannya terhadap suatu penyakit kronis seperti tuberkulosis.

Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak pasien TB Paru yang pengetahuan tinggi / baik sebanyak 42 orang (59,2%) dan sebanyak 24 orang (40,8%) memiliki pengetahuan sedang, serta tidak ada pasien yang berpengetahuan rendah pada penelitian ini.

Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang beberapa diantaranya adalah pendidikan dan usia.Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, makin tinggi pendidikan seorang penderita TB maka makin mudah pula orang tersebut untuk menerima / mencerna informasi tentang TB Paru di sekitarnya. Semakin banyak informasi yang didapatkan maka semakin baik pula pengetahuan tentang penyakit TB Paru yang di derita. Maka dari itu dapat terlihat dari tabel 4.3 bahwa pengetahuan dari mayoritas responden dikategorikan tinggi yaitu sebanyak 42 orang (59,2%) dan berpengetahuan sedang sebanyak 24 orang (40,8%) hal ini dikarenakan penderita sudah banyak yang mengenyam ilmu pendidikan dari pendidikan dasar (31,0%) bahkan sampai ke perguruan tinggi (8,5%), walaupun masih ada beberapa diantaranya yang tidak besekolah.

Sedangkan usia dikatakan dapat mempengaruhi daya tangkap seseorang, karena semakin bertambah usia penderita TB semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada penelitian ini mayoritas responden merupakan pasien kelompok usia lebih dari 50 tahun sebanyak 44 orang (62%) maka dari itu pengetahuan tentang penyakit TB Paru yang mereka dapatkan sudah lebih beragam dan lebih dari cukup.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Keadaan umum pasien TB paru yang berobat jalan di Ruang Pojopk TB RS. Dr. R. Soeprapto dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa berdasar tingkat pendidikan mayoritas pasien yang menjadi responden penelitian adalah yang merupakan lulusan SD sebanyak 22 orang (31,0%) serta pasien lulusan SMA


(13)

9

sebanyak 22 orang (31,0%) dan pasien yang terkecil jumlahnya adalah pasien yang lulus perguruan tinggi / S1 sebanyak 6 orang (8,5%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui sebagian besar merupakan pasien laki-laki sebanyak 39 orang (54,9%). Berdasarkan umur diketahui mayoritas mempunyai umur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,0%) dan yang terendah jumlahnya adalah responden yang berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (7,0%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien TB Paru memiliki pengetahuan baik / tinggi terhadap penyakit TB. Jumlah pasien TB yang memiliki pengetahuan baik/tinggi sebanyak 42 orang (59,2%), kemudian pasien yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 24 orang (40,8%).

Gambaran terhadap tingkat kecemasan diketahui bahwa mayoritas pasien TB Paru mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 52 orang (73,2%), kemudian disusul pasien dengan kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%), kemudian pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (8,5%), dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat.

4.2 Saran

Bagi penelitian dan pengembangan keilmuan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan maupun referensi dengan tidak mengabaikan hasil temuan dengan hasil temuan selanjutnya supaya hasil penelitian menjadi lebih baik dan sempurna.

Bagi petugas ruang pojok TB diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengetahui lebih spesifik kondisi klien TB meliputi pengetahuan dan kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Atik, Ade. 2013. Hubungan Pengetahuan Penderita Tentang Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Curug Tangerang. Jakarta : UEU Library

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) 2013.Jakarta:Kementrian Kesehatan RI


(14)

10

Dinas Kesehatan Jateng. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.Semarang: Dinkes Jateng

Dinas Kesehatan Jateng. 2013. Buku Saku Triwulan 3 Tahun 2013. Semarang: Dinkes Jateng

Ditjen PP&PL Kemenkes RI. 2011.Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di Indonesia: Januari-Juni 2011. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI

Fausiah & Widury. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Guyton., Hall .2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit EGC Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Nasir, Abdul&Muhith, Abdul. 2011.Dasar – dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan Teori. Jakarta:Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Nursalam, Pariani. 2013. Pendekatan Praktis Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.Salemba Medika: Jakarta.

Panjaitan, Netty, Risma Dumiri, Tiurlan. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Perilaku Penderita Tuberculosis Paru Dalam Kepatuhan Berobat Di Rindu A3 RSUP H. Adam Malik Meda., Jurnal Ilmiah PANNMED 2014; vol. 9 No. 2

Phabphal Kanitpong, Sattawatcharawanich Suwanna, Sathirapunya Ponchai, Limapichart Kitti. Anxiety and Depression in Thai Epileptic Patients. Journal of Med Assoc Thai 2011; 90 (10):2010-5.

Saddock, Benjamin. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC

Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam.Gaya Baru. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Strőhle, Andreas, Physical activity, Exercise, Depression and Anxiety Disoder. Journal of Neural Transmission 2009; 116:777-784

Stuart, Gail. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta Tasnim, Saria, Aminur Rahman, Anamul Hoque. Patient`s Knowledge and Attitude

towards Tuberculosis in an Urban Setting. Journal of Hindawi Publishing Corporation 2012; vol. 2012-352850

World Health Organization. 2013. Global Tuberculosis Report 2013, Supplement. Switzerland: WHO


(1)

5 20-30 tahun

31-40 tahun 41-50 tahun >50 tahun

14 5 8 44

19,7 7,0 11,3 62,0 Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

39 32

54,9 45,1

Total 71 100,0

Sumber: Data primer yang di olah 2016.

Berdasarkan Tabel 4.1. tersebut dapat diketahui bahwa dilihat dari tingkat pendidikan, terdapat responden yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD) sebanyak 22 orang (31,0%), lulus jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 14 orang (19,7%), lulus jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 22 orang (31,0%), lulus Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 6 orang (8,5%) serta tedapat pasien yang tidak sekolah sebanyak 7 orang (9,9%). Hal ini berarti mayoritas pasien yang dijadikan responden penelitian adalah yang merupakan lulusan SD sebanyak 22 orang (31,0%) serta pasien lulusan SMA sebanyak 22 orang (31,0%) dan pasien yang terkecil jumlahnya adalah pasien yang lulus perguruan tinggi / S1 sebanyak 6 orang (8,5%).

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang mempunyai jenis kelamin laki-laki sebanyak 39 orang (54,9%) dan yang mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 32 orang (45,1%).

Dilihat dari jenis umur pada table di atas, mayoritas responden mempunyai umur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,0%) dan yang terendah jumlahnya adalah responden berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (7,0%). Tingkat Kecemasan


(2)

6

Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecemasan Tingkat

Kecemasan

N Persentase (%)

Tidak Cemas Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat

6

52

13

0

8,5

73,2

18,3

0

Jumlah 71 100,0

Hasil penelitian pada tabel 2. menunjukkan bahwa mayoritas pasien TB Paru mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 52 orang (73,2%). kemudian di susul pasien dengan kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%) setelahnya pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (8,5%), dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat.

Tingkat Pengetahuan

Tabel 3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Tingkat

Pengetahuan

N Persentase (%)

Rendah Sedang Tinggi

0 24 42

0 40,8 59,2

Jumlah 76 100,0

Tabel tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan pasien TB Paru memiliki pengetahuan baik / tinggi terhadap penyakit TB yaitu sebanyak 42 orang (59,2%), kemudian pasien yang memiliki pengetahuan sedang tentang penyakit TB Paru sebanyak 24 orang (40,8%), serta tidak ada pasien yang memiliki pengetahuan rendah tentang penyakit TB Paru.


(3)

7

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat mayoritas pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 52 orang (73,2%), selanjutnya terdapat pasien yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%), pasien yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 6 orang (8,5%) serta tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat dalam penelitian ini.

Penelitian Alavci et.al (2016) dalam studi tersebut, ada 101 peserta yang berusia antara 18-65. 61 peserta (60,4%) dirawat di klinik rawat jalan dan 40 peserta (39,6%) dirawat di klinik rawat inap. 79,2% dari peserta dalam studi itu memiliki penyakit jantung iskemik. Itu berarti dari Hamilton Anxiety Scale (HAS) peserta adalah 10,28 ± 6,21 (min: 0, max: 26). 27 peserta (26,7%) tidak memiliki kecemasan. 49 (48,5%) peserta memiliki kecemasan ringan dan 25 (24,8%) peserta memiliki kecemasan yang parah. Adapun berdasarkan jenis kelamin, kecemasan skor rata-rata dari pasien laki-laki secara statistik lebih rendah dibandingkan dengan pasien perempuan (p <0,05). Ketika datang ke riwayat keluarga penyakit kejiwaan, yang tingkat kecemasan pasien menunjukkan signifikansi statistik (p <0,05). Seperti penggunaan narkoba, perbedaan itu signifikan secara statistic antara kelompok (p <0,05). Kecemasan skor rata-rata dari pasien yang memiliki status gizi yang sehat secara statistik lebih rendah (p <0,05).

Dari hasil tersebut terlihat bahwa tingkat kecemasan penderita TB Paru bervariasi ada yang merasaka kecemasan ringan dan ada pula yang merasakan kecemasan sedang. Seperti penelitian Emma dan Alia (2014) menunjukkan bahwa dalam semua sublevels di DASS, 55 (88,8%) pasien menunjukkan gejala depresi, 58 (93,5%) pasien menunjukkan gejala kecemasan, dan 34 (54,8%) gejala menunjukkan adanya stress, hasil berkisar dari tingkat kecemasan ringan sampai sangat parah. Enam pasien (9,7%) dari 62 pasien PPOK yang berpartisipasi tidak menunjukkan adanya gejala depresi. Sekitar 21 pasien (33,9%) menunjukkan tingkat depresi yang parah, dan hasil sebagai berikut adalah 18 (29,0%) dan 12 (19,4%) masing – masing menunjukkan tingkat depresi sedang dan berat. Sekitar 37 pasien (59,7%) berakhir di kategori sangat parah di tingkat kecemasan. Sepuluh pasien (16,1%) dalam kategori sedang dan sembilan pasien (14,5%) menunjukkan gejala yang parah dari kecemasan. Penelitian Emma dan Alia (2014) tersebut


(4)

8

menunjukkan bahwa hampir semua pasien 93,5% menunjukkan gejala kecemasan pada penelitiannya terhadap suatu penyakit kronis seperti tuberkulosis.

Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak pasien TB Paru yang pengetahuan tinggi / baik sebanyak 42 orang (59,2%) dan sebanyak 24 orang (40,8%) memiliki pengetahuan sedang, serta tidak ada pasien yang berpengetahuan rendah pada penelitian ini.

Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang beberapa diantaranya adalah pendidikan dan usia.Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang, makin tinggi pendidikan seorang penderita TB maka makin mudah pula orang tersebut untuk menerima / mencerna informasi tentang TB Paru di sekitarnya. Semakin banyak informasi yang didapatkan maka semakin baik pula pengetahuan tentang penyakit TB Paru yang di derita. Maka dari itu dapat terlihat dari tabel 4.3 bahwa pengetahuan dari mayoritas responden dikategorikan tinggi yaitu sebanyak 42 orang (59,2%) dan berpengetahuan sedang sebanyak 24 orang (40,8%) hal ini dikarenakan penderita sudah banyak yang mengenyam ilmu pendidikan dari pendidikan dasar (31,0%) bahkan sampai ke perguruan tinggi (8,5%), walaupun masih ada beberapa diantaranya yang tidak besekolah.

Sedangkan usia dikatakan dapat mempengaruhi daya tangkap seseorang, karena semakin bertambah usia penderita TB semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada penelitian ini mayoritas responden merupakan pasien kelompok usia lebih dari 50 tahun sebanyak 44 orang (62%) maka dari itu pengetahuan tentang penyakit TB Paru yang mereka dapatkan sudah lebih beragam dan lebih dari cukup.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Keadaan umum pasien TB paru yang berobat jalan di Ruang Pojopk TB RS. Dr. R. Soeprapto dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa berdasar tingkat pendidikan mayoritas pasien yang menjadi responden penelitian adalah yang merupakan lulusan SD sebanyak 22 orang (31,0%) serta pasien lulusan SMA


(5)

9

sebanyak 22 orang (31,0%) dan pasien yang terkecil jumlahnya adalah pasien yang lulus perguruan tinggi / S1 sebanyak 6 orang (8,5%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui sebagian besar merupakan pasien laki-laki sebanyak 39 orang (54,9%). Berdasarkan umur diketahui mayoritas mempunyai umur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,0%) dan yang terendah jumlahnya adalah responden yang berumur 31-40 tahun yaitu sebanyak 5 orang (7,0%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien TB Paru memiliki pengetahuan baik / tinggi terhadap penyakit TB. Jumlah pasien TB yang memiliki pengetahuan baik/tinggi sebanyak 42 orang (59,2%), kemudian pasien yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 24 orang (40,8%).

Gambaran terhadap tingkat kecemasan diketahui bahwa mayoritas pasien TB Paru mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 52 orang (73,2%), kemudian disusul pasien dengan kecemasan sedang sebanyak 13 orang (18,3%), kemudian pasien yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (8,5%), dan tidak ada pasien yang mengalami kecemasan berat.

4.2 Saran

Bagi penelitian dan pengembangan keilmuan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan maupun referensi dengan tidak mengabaikan hasil temuan dengan hasil temuan selanjutnya supaya hasil penelitian menjadi lebih baik dan sempurna.

Bagi petugas ruang pojok TB diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengetahui lebih spesifik kondisi klien TB meliputi pengetahuan dan kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Atik, Ade. 2013. Hubungan Pengetahuan Penderita Tentang Tuberkulosis Paru dengan

Perilaku Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas Curug Tangerang. Jakarta : UEU Library

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (


(6)

10

Dinas Kesehatan Jateng. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun

2012.Semarang: Dinkes Jateng

Dinas Kesehatan Jateng. 2013. Buku Saku Triwulan 3 Tahun 2013. Semarang: Dinkes

Jateng

Ditjen PP&PL Kemenkes RI. 2011.Laporan Situasi Terkini Perkembangan Tuberkulosis di

Indonesia: Januari-Juni 2011. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI

Fausiah & Widury. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia

Guyton., Hall .2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit EGC

Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Nasir, Abdul&Muhith, Abdul. 2011.Dasar – dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan

Teori. Jakarta:Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta

Nursalam, Pariani. 2013. Pendekatan Praktis Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.Salemba Medika: Jakarta.

Panjaitan, Netty, Risma Dumiri, Tiurlan. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Peningkatan Perilaku Penderita Tuberculosis Paru Dalam Kepatuhan Berobat Di Rindu A3 RSUP H. Adam Malik Meda., Jurnal Ilmiah PANNMED 2014; vol. 9 No. 2

Phabphal Kanitpong, Sattawatcharawanich Suwanna, Sathirapunya Ponchai, Limapichart

Kitti. Anxiety and Depression in Thai Epileptic Patients. Journal of Med Assoc

Thai 2011; 90 (10):2010-5.

Saddock, Benjamin. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC

Soeparman. 2004. Ilmu Penyakit Dalam.Gaya Baru. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Strőhle, Andreas, Physical activity, Exercise, Depression and Anxiety Disoder. Journal of Neural Transmission 2009; 116:777-784

Stuart, Gail. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Tasnim, Saria, Aminur Rahman, Anamul Hoque. Patient`s Knowledge and Attitude

towards Tuberculosis in an Urban Setting. Journal of Hindawi Publishing Corporation 2012; vol. 2012-352850

World Health Organization. 2013. Global Tuberculosis Report 2013, Supplement.


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru tentang Penyakit dan Pengobatan Tuberkulosis di RSUP. Adam Malik Medan 2010

0 39 49

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA PENDERITA TB PARU YANG MENJALANI PENGOBATAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Penderita Tb Paru Yang Menjalani Pengobatan Di Ruang Pojok Tb Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu.

0 2 15

PENDAHULUAN Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Kecemasan Pada Penderita Tb Paru Yang Menjalani Pengobatan Di Ruang Pojok Tb Rumah Sakit Dr. R. Soeprapto Cepu.

0 2 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 1 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TB PARU DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PROGRAM PENGOBATAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang TB Paru Dengan Kepatuhan Menjalani Program Pengobatan Pada Penderita TB Paru di BBKPM Surakarta.

0 0 15

TINGKAT PENGETAHUAN TB PARU MEMPENGARUHI PENGGUNAAN MASKER PADA PENDERITA TB PARU

0 0 16

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Terapi Pengobatan Tuberkulosis (TB) Paru di Puskesmas Guntung Payung

0 3 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KECEMASAN ORANGTUA TERHADAP PROSES PENGOBATAN ANAK PENDERITA TB PARU DI BP4 PURWOKERTO

0 0 15

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN TB PARU YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN

0 20 23