Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3.5 Elaborasi Tema
3.5.1 Latar Belakang Pemilihan Tema
Kota Bandung secara geografis terletak diantara 107
o
32’38,91” Bujur Timur dan 6
o
55’19,94” Lintang Selatan, sehingga iklim kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk.
Temperatur rata-rata 23,4
o
C, dengan rata-rata temperatur maksimal 28,7
o
C dan minimal 19,8
o
C dengan lamanya penyinaran matahari sebesar 56. Curah hujan rata-rata 190,2 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 20 hari
Gambar 3.24 Trayek Angkutan Umum
Sumber: Analisa Pribadi 2015
Gambar 3.25 Skema Peta Pencapain Lokasi Bandung Sports Club
Sumber: Analisa Pribadi 2015
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
p e
r bulannya, serta kelembapan nisbi sebesar 77. Suhu udara rata-rata di
Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.23 dan Tabel 3.24 untuk curah hujan, kelembapan dan penyinaran matahari di Kota Bandung.
Bulan Temperatur
o
C Rata-Rata
Maks. Min.
Januari 23,3
28,0 20,4
Februari 23,1
28,5 20,2
Maret 23,6
28,8 20,3
April 23,7
29,2 20,0
Mei 23,8
29,3 19,8
Juni 23,4
28,5 20,0
Juli 22,8
28,5 18,7
Agustus 23,4
29,0 19,1
September 23,6
29,3 19,3
Oktober 23,5
29,2 19,6
November 23,5
28,6 20,0
Desember 23,2
27,9 20,1
Rata-rata 2013 23,4
28,7 19,8
Bulan Curah Hujan
mm Kelembapan Nisbi
Penyinaran, LPM
Januari 168,2
83,0 49
Tabel 3.23
Suhu Udara Rata-Rata di Kota Bandung
Sumber: Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung, 2013
Tabel 3.24
Curah Hujan, Kelembapan dan Penyinaran Matahari di Kota Bandung
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Februari 416,7
85,0 54
Maret 307,7
84,0 57
April 166,9
83,0 60
Mei 190,6
82,0 68
Juni 201,6
85,0 60
Juli 76,3
80,0 71
Agustus 64,2
77,0 75
September 145,3
79,0 64
Oktober 114,9
81,0 57
November 225,8
81,0 53
Desember 204,7
84,0 35
Rata-rata 2013 190,2
82,0 59
Berdasarkan pertimbangan diatas, untuk itu diperlukan bangunan yang dapat menyikapi kondisi iklim kota Bandung yang sedemikian rupa,
sehingga dapat terwujud kenyamanan bagi penggunanya. Oleh karena itu, tema yang digunakan pada perancangan Bandung Sports Club ini adalah
Arsitektur Tropis. Kelebihan dari tema Arsitektur Tropis adalah sebuah konsep perancangan yang memanfaatkan potensi alam dengan optimal,
sehingga tercipta sebuah bangunan yang ramah terhadap lingkungan dan dapat menciptakan bangunan yang nyaman bagi penggunanya.
3.5.2 Pengertian Tema
a. Arsitektur Tropis
Tropis merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani, yaitu tropikos yang berarti garis balik yang meliputi sekitar 40 dari luas
seluruh permukaan bumi. Garis-garis balik ini adalah garis lintang 23
o
27’ utara dan selatan. Daerah tropis di definisikan sebagai daerah yang terletak diantara garis isotherm 20
o
di sebelah bumi utara dan selatan Lippsmeier, 1994. Dengan kata lain, Arsitektur Tropis
merupakan arsitektur yang berada di daerah beriklim tropis.
Sumber: Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung, 2013
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan pada hampir keseluruhan waktu dengan suhu rata-rata per
tahunnya tidak kurang dari 20
o
C Koenigsberger,1975:3. Secara umum iklim tropis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu tropis basah dan
tropis kering, Indonesia tergolong memiliki iklim tropis basah. Menurut Lippsmeier 1994, ciri-ciri daerah beriklim tropis basah
adalah sebagai berikut : landscape, rain forest hutan hujan terdapat di sepanjang
pesisir pantai dan dataran rendah daerah ekuator kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang
tertutup rumput tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun.
tumbuhan dapat tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas
terjadi sedikit perubahan musim kondisi langit hampir sepanjang tahun dalam kondisi
berawan. lingkungan awan berkisar 60-90. luminance luminansi maksimal bisa mencapai 7000 cdm
2
sedangkan luminasi minimal 850 cdm
2
radiasi dan panas matahari tinggi, yakni berkisar 1500-2500 kwhm
2
tahun. sebagian radiasi matahari dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan, meski demikian
radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi berdampak pada kenaikan suhu udara
terjadi fluktuasi perbedaan temperatur udara harian dan tahunan. rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah
30,5
o
C. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari berkisar 21
o
C - 27
o
C sedangkan selama siang hari berkisar 27
o
C - 32
o
C curah hujan tahunan tinggi. tinggi curah hujan tahunan
berkisar 2000-5000 mm, yang bertambah pada musim hujan
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kelembapan rata-rata sekitar 55 hingga hampir 100 dengan absolute humidity 25
– 30 mb
Dengan demikian, Arsitektur Tropis adalah arsitektur yang dapat memberikan jawaban atau adaptasi bentuk bangunan terhadap
pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter yang berhubungan dengan intensitas cahaya matahari tinggi, mendapat
pengaruh radiasi matahari maksimal karena posisinya yang berada pada zona ekuator, memiliki kelembapan yang cukup tinggi, curah
hujan yang relatif tinggi, pergerakan dan kecepatan angin yang bervariasi, serta gangguan terhadap hewan pengerat dan serangga yang
tinggi.
b. Kriteria Arsitektur Tropis
Ada beberapa kriteria perencanaan pada iklim tropis lembab yang perlu diperhatikan. Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-
syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa faktor-faktor spesifikasi yang hanya dijumpai
secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai
estetik bangunan yang berbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Menurut Dr. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah sebagai
berikut :
1. Kenyamanan Thermal
Arsitektur Tropis membahas mengenai bagaimana sebuah bangunan dapat mengambil keuntungan dari iklim lingkungan
dan kondisi lingkungan sekitar untuk mencapai kenyamanan thermal. Kenyamanan thermal itu sendiri berarti suatu kondisi
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dimana tubuh kita dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat memperoleh istirahat secukupnya untuk dapat bekerja
kembali. Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal adalah
mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah
radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Kenyamanan thermal dapat
diperoleh jika panas yang ditimbulkan oleh tubuh sama dengan
panas yang dilepas.
2. Sirkulasi Udara
Pada wilayah beriklim tropis lembab, kondisi angin mengalami beberapa siklus setiap tahunnya. Kecepatan rata-rata
angin pada bulan Januari hingga Maret relatif sama, yaitu sekitar 3.05 hingga 3.2 ms. Puncak kecepatan rata-rata tertinggi terjadi
sekitar bulan Juni dengan kecepatan rata-rata 5.45 ms. Menuju akhir tahun, kecepatan ini kembali mulai menurun, hingga pada
bulan november kecepatan rata-ratanya adalah 2.2 ms. Sirkulasi udara berhubungan dengan penghawaan ruang,
pengudaraan ruang dengan sistem ventilasi, pergerakan angin, orientasi fasad bangunan yang dapat mempengaruhi intensitas
Gambar 3.26 Ilustrasi Kenyamanan Thermal Ruangan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
angin yang masuk ke dalam bangunan secara optimal, serta dapat mempengaruhi arah pergerakan angin yang masuk ke dalam
bangunan dan peran vegetasi yang dapat mempengaruhi arah angin serta kecepatan angin yang masuk ke dalam bangunan.
Penghawaan merupakan salah satu unsur dari kenyamanan di dalam ruangan. Penghawaan ruang dihasilkan dari udara yang
bergerak, dan penghawaan ruang yang baik dapat membantu menurunkan suhu tubuh melalui kulit dan berpengaruh terhadap
kualitas udara di dalam ruangan. Penghawaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Penghawaan Alami Penghawaan alami adalah penghawaan yang di dapat di
dalam ruang dengan sumber energi alami. Penghawaan alami dapat dicapai dengan penggunaan sistem ventilasi pada
bangunan. Penghawaan Buatan
Gambar 3.27 Macam-macam Aliran Udara
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.28 Orientasi Bangunan Terhadap Arah Datang Aliran Udara
Menyebabkan Daerah Tekanan Positif dan Negatif di Sekitar Bangunan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.29 Kemiringan Atap Bangunan Mempengaruhi Aliran Udara
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Penghawaan buatan adalah penghawaan yang di dapat di dalam ruang dengan sumber energi listrik yang menggerakan
mesin penghasil udara, seperti air conditioner AC.
Pada sebuah perencanaan bangunan diperlukan adanya ventilasi atau bukaan-bukaan yang bisa mengontrol aliran udara,
dimana aliran udara tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen untuk pernapasan, mengurangi
konsentrasi gas-gas dan bakteri, menghilangkan bau, dan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, dengan mengeluarkan
panas dan uap air. Syarat untuk mencapai ventilasi silang yang baik adalah
angin mencapai bangunan dengan arah yang menguntungkan. Untuk mencapai arah angin yang menguntungkan dan efektif,
lubang masuk udara harus dirancang dan ditempatkan berdasarkan arah arus udara di dalam lubang masuk keluarnya.
Dibawah ini adalah beberapa gambar ilustrasi dari sistem ventilasi.
Gambar 3.30 Ventilasi dari Jendela Tergantung Pada Arah Angin
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.31 Penempatan Ventilasi Pada Fasad Simetris
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.32 Penempatan Ventilasi yang Baik Pada Fasad Asimetris
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.33 Pengaruh Elemen Peneduh Terhadap Aliran Udara
Sumber: Bangunan Tropis, Georg Lippsmeier
Gambar 3.34 Pengaruh Penggunaan Lamella Terhadap Aliran Udara
Sumber: Bangunan Tropis, Georg Lippsmeier
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada daerah tropis basah, diinginkan adanya pergerakan udara maksimum. Penanaman vegetasi yang terencana baik dapat
mempengaruhi arah dan kekuatan angin yang masuk ke dalam bangunan, menyimpan cadangan air, menurunkan temperatur
lingkungan, dan dapat menyamakan perbedaan temperatur.
Gambar 3.35 Sirkulasi Udara Mengalir di Dalam Bangunan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.36 Pohon dan Semak Dapat Menyalurkan Angin Melalui Bangunan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.37 Pohon dan Semak Dapat Meningkatkan Ventilasi Alami
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.38 Penggunaan Pohon Dengan Kanopi Tinggi Dapat
Memaksimalkan Angin di Musim Panas ke Dalam Bangunnan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3. Orientasi Matahari
Gambar 3.39 Penempatan Pohon dan Semak Berhubungan Dengan Arah
Aliran Udara Terhadap Bangunan
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Gambar 3.40 Orientasi Pohon Terhadap Arah Matahari dan Angin
Sumber: Heating, Cooling, Lighting Sustainable Design Methods for Architects
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada wilayah iklim tropis lembab, radiasi matahari relatif berubah-ubah setiap bulannya. Matahari terpendek terjadi sekitar
bulan Desember pada tanggal 21, dengan sudut 1200 dari permukaan tanah selama 9 jam. Matahari terpanjang terjadi
sekitar bulan Juni pada tanggal 21, dengan sudut 2400 dari permukaan tanah selama 15 jam. Pada masa inilah efek
ketidaknyamanan sangat terasa ketika manusia beraktivitas di
dalam bangunan.
Gambar 3.41
Perubahan Pergerakan Arah Matahari
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sudut pergerakan matahari pada saat musim panas sedikit lebih tinggi dari pada musim dingin, sehingga cahaya matahari di
saat musim dingin lebih banyak kuantitas cahaya yang masuk. Sudut pergerakan matahari terhadap permukaan bumi akan
berubah dalam waktu beberapa bulan dan kembali setelah beberapa bulan. Hal ini nantinya akan mempengaruhi jumlah
sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan. Menurut Lippsmeier 1994, orientasi bangunan yang
dipengaruhi oleh matahari adalah menghadap utara dan selatan dengan sisi memanjang ke arah timur dan barat. Hal ini untuk
meniadakan radiasi langsung dari matahari. Orientasi matahari pada arsitektur tropis berhubungan dengan sistem pencahayaan
bangunan, penyerapan radiasi panas, dan bagaimana perlindungan bangunan terhadap cahaya dan radiasi matahari yang berlebih.
a Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu unsur untuk mendapatkan suatu kenyamanan. Pencahayaan yang baik
memungkinkan manusia untuk melihat objek sekitar secara jelas. Pada daerah yang memiliki iklim tropis, cahaya
matahari dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk penerangan pada siang hari di dalam bangunan. Dengan
menggunakan pencahayaan alami pada pagi dan siang hari, maka penghematan penggunaan listrik dapat dilakukan.
Gambar 3.42 Orientasi Bangunan Terhadap Matahari
Sumber: Analisis Pribadi 2015
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Sistem pencahayaan secara umum di dalam suatu bangunan terbagi menjadi dua, yaitu :
1 Pencahayaan Alami Natural Lighting
Pencahayaan alami adalah penggunaan cahaya yang bersumber dari alam untuk penerangan, dengan matahari
sebagai sumber utamanya. Pencahayaan alami memiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya :
Kekurangan Pencahayaan Alami -
intensitas cahaya yang tidak tetap -
pencahayaan alami tidak dapat diatur dan tergantung kondisi cuaca, musim dan waktu
- cahaya matahari sulit menjangkau ruangan
tertentu karena sifatnya yang merambat lurus kecuali adanya pantulan dengan menggunakan
bahan seperti cermin Kelebihan Pencahayaan Alami
- hemat energi listrik
- biaya tergolong rendah
- membunuh virus, jamur serta kuman
- sehat bagi tubuh manusia karena mengandung
vitamin D dan sinar ultraviolet UV -
pantulan cahaya matahari di dalam ruang yang berubah sesuai rotasi matahari, membuat efek
dramatis didalam ruang Cahaya matahari yang berlebihan masuk ke dalam
bangunan dapat mengakibatkan silau terhadap pengguna yang ada di dalam bangunan. Untuk mengantisipasi silau
dan energi panas yang masuk ke dalam bangunan secara berlebihan dapat menggunakan filter cahaya kisi-kisi,
secondary skin, shader cahaya sirip, dan kaca khusus absorbing glass, reflection glass.
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.43 Filter Cahaya di Jalur Sirkulasi Penonton
Sumber: Ferraris Stadium, Genoa. Sport Building
Gambar 3.44 Filter Cahaya Himeji Central Gymnasium
Sumber: Himeji, Japan. Sport Building
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Selain antisipasi terhadap silau dan energi panas matahari yang masuk ke dalam bangunan, terdapat
beberapa alternatif sumber cahaya, diantaranya : Teknik Pasif
Teknik memanfaatkan
cahaya alami
untuk penerangan dalam ruang atau bangunan, dengan
desain bukaan cahaya pada kulit atau selubung bangunan tersebut seperti, skylight, sawtooth atap
gergaji, dan lightwell sumur cahaya.
Gambar 3.45 Shader Cahaya di Jalur Sirkulasi
Sumber: Astana Arena, Kazakhstan. Sport Building
Gambar 3.46
Reflective Glass Shenzhen Bay Sports Center, China
Sumber: Sport Building
Gambar 3.47
Skylight di Concourse Area, Wembley Stadium, London
Sumber: Sport Building
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Teknik Aktif Teknik
memanfaatkan cahaya
alami untuk
penerangan dalam ruang atau bangunan, dengan bantuan sistem penerangan yang terpasang pada
bangunan tersebut seperti, light shelf, prismatic skylight, fiber-optic, dan light tube TTD.
2 Pencahayaan Buatan Artificial Lighting
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain matahari.
Pencahayaan buatan diperlukan pada saat suatu ruang tidak mendapatkan cahaya matahari.
Kekurangan Pencahayaan Buatan -
biaya tergolong tinggi -
tidak menghemat energi listrik Kelebihan Pencahayaan Buatan
- intensitas cahaya tetap
- cahaya dapat dengan mudah diatur untuk
menerangi sudut ruang tertentu
Gambar 3.48 Cahaya Melalui Sawtooth, The Badalona Sports Palace, Barcelona
Sumber: Sport Building
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
b Radiasi Panas
Gambar 3.49 Sudut Penyinaran Matahari
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Gambar 3.50 Perubahan Sudut Azimut Penyinaran Matahari
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pada iklim tropis, matahari tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan alami pada bangunan,
tetapi dapat juga diserap panasnya sebagai sumber pembangkit tenaga listrik dengan penggunaan solar panel.
Namun dengan banyaknya bukaan untuk pencahayaan alami, hal tersebut dapat memasukan hawa panas ke dalam ruangan.
Panas matahari yang masuk berlebih ke dalam bangunan dapat menyebabkan suhu ruangan meningkat.
Perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi. Hal ini akan mempengaruhi bagaimana
cara panas memasuki ruangan. Radiasi sinar matahari terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1 Radiasi langsung, yaitu radiasi sinar matahari secara
langsung. 2
Radiasi difusi, yaitu radiasi sinar yang terdifusi oleh karena adanya atmosfir yang kekuatannya hanya 15
dari kekuatan radiasi sebenarnya. 3
Radiasi pantulan, yaitu radiasi hasil pantulan oleh permukaan bumi.
Gambar 3.52 Radiasi Matahari Langsung
Melalui Bidang Kaca
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Perlindungan dari radiasi matahari dapat dilakukan dengan cara : Penggunaan sun shading dengan dimensi yang tepat,
sehingga dapat mengurangi penetrasi radiasi saat musim panas
Penggunaan pergola dengan tanaman dapat mengurangi panas yang masuk ke dalam ruangan, karena tanaman dapat
menahan radiasi matahari Penggunaan bukaan yang kecil pada daerah pergerakan
matahari, yaitu bagian timur dan barat bangunan Penggunaan material dan warna cat yang tidak terlalu banyak
menyerap matahari
Gambar 3.53 Radiasi Matahari Tidak Langsung
Melalui Angin yang Berputar Mengelilingi Suatu
Sumbu Tegak Lurus
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Gambar 3.54 Keberadaan Tanaman Dapat Mengurangi
Jumlah Panas yang Masuk ke Dalam Bangunan
Sumber: Data Arsitek, Ernst Neufert
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
4. Material
Penggunaan material pada bangunan yang berada di iklim tropis merupakan salah satu kondisi yang berpengaruh dalam
perancangan bangunan. Hal ini dikarenakan material dapat menjadi perantara jalan masuknya udara ke dalam bangunan atau
bahkan material dapat menjadi perantara penyerapan panas ke dalam bangunan, sehingga kenyamanan suhu di dalam ruangan
bergantung pada pemilihan material yang tepat. Penggunaan
material dapat
mempengaruhi kondisi
kenyamanan thermal di dalam bangunan, seperti perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang
mempunyai daya tahan terhadap panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan atau material tersebut akan
terhambat. O
l e
h karena itu, pemilihan material yang baik adalah dengan menggunakan material yang memberikan ciri atau karakter
material lokal daerah tropis yang lebih sesuai daripada material import fabrikasi. Setiap material bahan bangunan memiliki sifat
tertentu terhadap perubahan musim pada iklim tropis, berikut dibawah ini adalah tabel nilai-nilai pemantulan dan penyerapan
berbagai bahan dan jenis permukaan.
Gambar 3.55 Penggunaan Sun Shading Mengurangi
Radiasi Matahari
Sumber: Analisis Pribadi 2015
Tabel 3.25
Nilai Pemantulan dan Penyerapan Panas Bahan Bangunan
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Bahan dan Kondisi Permukaan Penyerapan
Pemantulan
Aluminium Dipoles
10-30 90-70
Foil 35-40
65-60 Dioksida
40-65 60-35
Perunggu 50-55
50-45
Cat Aluminium
25-55 75-45
Kuning 50
50 Abu-Abu Muda
70-80 30-20
Hitam 85-95
15-5 Putih, Berkilat
20-30 80-70
Putih, Kapus 10-20
90-80
Semen Asbes Baru atau Putih
40-60 60-40
Slate 80-95
20-5 Lama
70-85 30-15
Aspal atau Bitmen Felt 85-95
15-5 Beton
60-70 40-30
Genteng Merah
60-75 40-35
Tanah Ladang
70-85 30-15
Rumput 80
20
Kayu Pinus atau Baru
40-60 60-40
Kayu Keras 85
15 Tembaga
Baru 25-30
75-70
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Pudar 65
35 Marmer
Putih 40-50
60-50 Besi
Galvanisasi Baru
65-70 35-30
Pudar 90-95
10-5 Bata
Merah 60-75
40-25
5. Sistem Struktur
Konstruksi yang digunakan untuk daerah tropis lembab mempunyai ciri-ciri khusus, yakni ringan dan terbuka.
a Dinding
Dinding biasanya hanya berfungsi sebagai pencegah hujan dan angin. Pada iklim tropis, dinding akan menjadi panas bila
tidak dilindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ke dalam bangunan. Sehingga perlu adanya konstruksi
rangka ringan dengan dinding tipis dan dilengkapi dengan bukaan yang diberi pelindung seperti tritisan atap dan jalusi.
b Atap
Berdasarkan bidang dan orientasinya, atap adalah bagian bangunan yang paling banyak mendapat radiasi panas
matahari, dan merupakan bagian yang berpengaruh terhadap kenyamanan ruangan. Pada umumnya atap bangunan di
daerah tropis lembab menggunakan atap miring berbentuk pelana dan limasan dengan sistem balok dan sistem rangka
ruang.
c. Ragam Teknologi Facade
1. Double-Skin Facade
Double skin facade atau secondary skin adalah sebuah lapisan yang dipasang pada bagian luar bangunan, memiliki rongga
udara, sehingga dapat mengalirkan udara agar tercipta kenyamanan
Sumber: Bangunan Tropis, Georg Lippsmeier
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
thermal di dalam bangunan. Harvey Brian 1991 dalam bukunya yang berjudul
Le Corbusier and the “Mur Neutralisant”. An Early Experiment in Double Envelope Construction mengatakan
bahwa, lapisan ini juga dapat berfungsi sebagai shading pada bangunan yang berfungsi untuk membiaskan cahaya matahari yang
masuk ke bangunan, sehingga intensitas cahaya menjadi cukup dan tidak menyilaukan.
Pemasangan double skin facade dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam material, seperti kaca, kayu, besi
hollow, dan sebagainya. Pada sistem ini, disediakan rongga pada kedua lapisan dinding sekitar 20cm - 2m untuk mengalirkan udara.
Dengan demikian, udara panas yang berada di bawah
bangunan akan dialirkan ke atas melalui rongga menuju luar bangunan.
Sumber: edwinjiuntang.wordpress.com
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
2. Precast Facade System
Para arsitek memilih teknologi Precast Facade telah hampir setengah abad yang lalu. Hal ini dikarenakan teknologi ini
menawarkan aspek estetika yang berbeda, fleksibilitas struktural, serta aspek daya tahan yang baik. Teknologi ini juga memiliki
keistimewaan dalam ragam bentuk, warna dan tekstur, fireresistance, insulasi akustik, perlindungan terhadap cuaca, daya
tahan yang lama dan perawatan yang mudah. Teknologi Precast Facade dapat diaplikasikan dengan
berbagai macam
pengolahan material
bangunan, dapat
dikombinasikan dengan bata, keramik, batu, kaca, dan sebagainya. Teknologi ini juga merupakan suatu inovasi cerdas dalam
mengatasi berbagai masalah dalam lingkup yang tepat, spesifikasi yang jelas, tepat waktu, dan pastinya sangat ekonomis.
Gambar 3.57 Detail Precast Facade System
Sumber: papercrete.wordpress.com
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3. Kinetic Facade
Menurut Moloney 2011, Kinetic Facade Fasad Kinetik merupakan suatu teknologi fasade dimana aspek struktur dirancang
untuk menjadikan elemen fasade bangunan dapat bergerak dan berputar, tanpa merusak stabilitas struktur bangunan secara umum.
Kemampuan bangunan untuk bergerak ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas estetika bangunan, menanggapi kondisi
lingkungan sekitar iklim, dan memperlihatkan fungsi yang tentunya tidak memungkinkan digunakan pada sistem struktur
statis.
4. Curtain Wall System
Gambar 3.58 Kinetic Facade Respon Terhadap Angin
Sumber: Brisbane Airport hassellstudio.com Sumber: Brisbane Airport Kinetic Parking Garage Facade pinterest.com
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Curtain wall sebagai teknologi fasad mulai dikenal pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya struktur bangunan pada
umumnya menggunakan material dinding beton sebagai penyangga beban bangunan secara keseluruhan. Dalam arsitektur, curtain wall
merupakan teknologi
fasad yang
tidak memiliki
fungsi struktur. Menurut Compagno 1995, Curtain wall adalah teknologi
dimana dinding sebagai elemen fasade bangunan yang memiliki fungsi sebagai filter untuk memisahkan elemen luar dan dalam
bangunan. Teknologi ini juga berfungsi untuk memberikan ruang arsitektural untuk dihuni senyaman mungkin, membungkus
bangunan dari elemen-elemen luar seperti matahari, hujan, suara bising, dan sebagainya.
Gambar 3.59
Detail Curtain Wall System
Sumber: eurowindow.biz Sumber: installux-aluminium.com
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3.5.3 Interpretasi Tema
Tema pada perancangan Bandung Sports Club ini adalah Arsitektur Tropis. Maksud penerapan tema Arsitektur Tropis pada perancangan
Bandung Sports Club disini adalah karena pertama, Bandung Sports Club merupakan salah satu tipologi dari bangunan olahraga, dimana kegiatan
yang ada di dalamnya adalah kegiatan yang banyak melakukan aktivitas atau gerakan-gerakan seperti lompat, lari, senam, dan lain-lain. Oleh
karena itu, dibutuhkan ruang yang dinamis untuk dapat mewadahi aktivitas di dalamnya dengan menggunakan sistem struktur yang baik dan
memperhatikan aspek kenyamanan pengguna dari pencahayaan dan penghawaan ruang untuk menciptakan kenyamanan termal.
Kedua, lokasi Bandung Sports Club berada di kota Bandung yang merupakan daerah dengan iklim tropis lembab. Oleh karena itu,
perancangan Bandung Sports Club harus dapat menanggapi iklim setempat dan menjadikannya potensi untuk perancangan, dengan menggunakan
struktur dan pemilihan material yang tepat berdasarkan aspek-aspek iklim tropis seperti cahaya matahari, radiasi panas, curah hujan dan arah angin
untuk menciptakan kenyamanan termal. Hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai kenyamanan termal adalah dengan mengendalikan panas yang
masuk ke dalam bangunan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan konsep penataan bangunan, shading, dan konsep ventilasi yang tepat.
Mei Adilah Puteri Riauwindu, 2016 BANDUNG SPORTS CLUB
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
3.6 Studi Banding Tema Sejenis