Analisis keragaan dan faktor berpengaruh terhadap pengembalian kredit : kasus Lumbung Pitih Nagari Sumatera Barat
ANALISIS KERAGAAN DAN FAKTOR
BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT :
KASUS LUMBUNG PITIH NAGARI SUMATERA BARAT
oleh
ENDANG OMAN
A24.0895
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995
RINGKASAN
ENDANG OMAN.
Analisis Keragaan dan Faktor Berpengaruh
Terhadap Pengembalian Kredit
Sumatera Barat.
(
:
Kasus Lumbunng Pitih Nagari
Di bawah bimbingan D r .
Ir. Mangara
Tambunan, MSc ) .
Lumbung Pitih Nagari
(LPN)
merupakan lembaga
keuangan formal pedesaan yang tersebar di wilayah Sumatera
Barat dan terbentuk secara bottom up dari sistem sosial
setempat dimulai dengan terbentuknya Kelompok Simpan
Pinjam (KSP) kemudian berubah menjadi Pra Lumbung
Pitih
Nagari (Pra LPN) hingga menjadi Lumbung Pitih Nagari
(LPN). Setelah adanya kebijaksanaan deregulasi perbankan
(Pakto 27) maka lembaga keuangan tersebut berubah menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR-LPN.
Mekanisme operasi LPN adalah menghimpun dana dari masyarakat di wilayahnya dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang menjadi anggota lembaga
keuangan tersebut.
Penyaluran kredit dimaksudkan untuk
membantu anggota meningkatkan taraf hidupnya.
Di samping
itu usaha penyaluran kredit merupakan sumber penghasilan
terbesar bagi lembaga keuangan itu sendiri guna menjaga
kontinuitas usahanya.
Keterkaitan antara lembaga keuangan tersebut dengan
anggotanya dalam mengelola kredit merupakan masalah yang
pokok dan prinsip. Keberhasilan pengelolaan kredit oleh
anggota akan memperlancar jalannya usaha lembaga keuangan
tersebut, sebaliknya kegagalan pengelolaan kredit dapat
menimbulkan sejumlah masalah.
Program pemberian kredit oleh LPN kepada anggotanya
texnyata menyebabkan beberapa LPN di wilayah Pasaman Barat
Kabupateen Pasaman Provinsi Sumatera Barat tidak dapat
berkembang bahkan mandek sama sekali. Tidak
pengembalian kredit
lancarnya
oleh anggota telah memberikan sejum-
lah masalah yang sangat rumit bagi kelangsungan hidup LPN.
Mengacu dari latar belakang permasalahan tersebut
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pengelolaan kredit LPN oleh anggotanya dari sisi pola pemanfaatan dan peengembalian kredit tersebut .
Keragaan pemanfatan kredit oleh anggota LPN menunjukkan tiga pola, yaitu pola pemanfaatan kredit yang cenderung lebih banyak untuk tujuan produktif, pola pemanfaatan
yang sebanding antara tujuan produktif dan konsumtif serta
pola pemanfaatan yang cenderung lebih banyak untuk tujuar;
konsumtif.
Keragaan pengelolaan kredit oleh anggota LPN yang
dilihat dari pola pemanfaatan dan pengembalian kredit
menunjukkan bahwa pengelolaan kredit
berkaitan dengan
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari anggota LPN.
Hasil uji statistik dengan chi square
menunjukkan bahwa pola pemanfaatan
kredit
(Kai Kuadrat)
oleh
anggota
LPN berhubungan secara nyata dengan faktor
tinqkat pendidikan formal, total
umur anqgota,
pendapatan,
j umlah
anqqota keluarqa dan taqihan aktif.
Golongan anggota yang berumur rendah memanfaatkan
kreditnya cenderung lebih
produktif dibandiing golongan
anggota yang berumur tinggi.
Sebanyak 67 persen dari go-
longan anggota berumur rendah memanfaatkan kredit tersebut
untuk tujuan produktif sementara golongan anggota berumur
tinggi hanya 3 5 , 7 persen saja.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan anggota keragaan pemanfaatan kredit menunjukkan bahwa golongan anggota
yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak memanfaatkan kreditnya secara produktif.
Sebanyak 82 persen
golongan anggota berpendidikan tinggi ini memanfaatkan
kreditnya untuk tujuan yang produktif sementara yang berpendidikan rendah hanya 31,7 persen.
Golongan anggota yang berpendapatan tinggi ternyata
lebih banyak memanfaatkan kreditnya untuk tujuan yang produktif (sebanyak 75
rendah (sebanyak 40,9
dibanding golongan berpendapatan
%)
%)
.
Hal ini mungkin disebabkan pada
golongan berpenghasilan tinggi kebutuhan konsumsinya telah
cukup terpenuhi dari sumberdana lainnya selain dana kredit
tersebut.
Jumlah
anggota
keluarga berhubungan secara nyata
dengan pola pemanfaatan kredit oleh anggota LPN.
Golongan
anggota yang jumlah anggota keeluarganya banyak memanfaat-
kan kredit tersebut cenderung lebih banyak pada tujuan
konsumtif, sementara yang
keluarganya kecil cenderung me-
manfaatkan kredit tersebut lebih produktif. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota keluarga berhubungan dengan
tingkat pengeluaran konsumsinya, semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin tinggi pengeluaran konsumsinya.
Tingginya pengeluaran konsumsi tersebut akan
mendorong anggota untuk menyelewengkan pemanfaatan kreditnya dari tujuan produktif ke tujuan konsumtif.
Adanya tagihan aktif dari LPN ternyata telah mendorong anggota untuk memanfaatkan kreditnya kepada tujuan
yang produktif.
Sebanyak 81,4 persen dari anggota yang
merasa ada tagihan aktif memanfaatkan kredit tersebut
kepada tujuan yang produktif, sementara anggota yang merasa tidak pernah ada tagihan aktif hanya 27 persen saja
yang memanfaatkan kredit untuk tujuan tersebut.
Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabei bebas unur anggota, lamanya jadi anggota LPN, zingkat pendidikan formal, pendapatan total, jumlah kali angsuran, jumlah anggota keluarga, tagihan aktif, sikap anggota terhadap pengembalian kredit dan hubungan kekerabatan
antara anggota dengan pengurus secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit LPN
oleh anggotanya pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Variabel-variabel bebas tersebut memberikan sumbangan
ANALISIS KERAGAAN DAN FAKTOR
BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT :
KASUS LUMBUNG PITIH NAGARI SUMATERA BARAT
oleh
ENDANG OMAN
A24.0895
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995
RINGKASAN
ENDANG OMAN.
Analisis Keragaan dan Faktor Berpengaruh
Terhadap Pengembalian Kredit
Sumatera Barat.
(
:
Kasus Lumbunng Pitih Nagari
Di bawah bimbingan D r .
Ir. Mangara
Tambunan, MSc ) .
Lumbung Pitih Nagari
(LPN)
merupakan lembaga
keuangan formal pedesaan yang tersebar di wilayah Sumatera
Barat dan terbentuk secara bottom up dari sistem sosial
setempat dimulai dengan terbentuknya Kelompok Simpan
Pinjam (KSP) kemudian berubah menjadi Pra Lumbung
Pitih
Nagari (Pra LPN) hingga menjadi Lumbung Pitih Nagari
(LPN). Setelah adanya kebijaksanaan deregulasi perbankan
(Pakto 27) maka lembaga keuangan tersebut berubah menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR-LPN.
Mekanisme operasi LPN adalah menghimpun dana dari masyarakat di wilayahnya dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang menjadi anggota lembaga
keuangan tersebut.
Penyaluran kredit dimaksudkan untuk
membantu anggota meningkatkan taraf hidupnya.
Di samping
itu usaha penyaluran kredit merupakan sumber penghasilan
terbesar bagi lembaga keuangan itu sendiri guna menjaga
kontinuitas usahanya.
Keterkaitan antara lembaga keuangan tersebut dengan
anggotanya dalam mengelola kredit merupakan masalah yang
pokok dan prinsip. Keberhasilan pengelolaan kredit oleh
anggota akan memperlancar jalannya usaha lembaga keuangan
tersebut, sebaliknya kegagalan pengelolaan kredit dapat
menimbulkan sejumlah masalah.
Program pemberian kredit oleh LPN kepada anggotanya
texnyata menyebabkan beberapa LPN di wilayah Pasaman Barat
Kabupateen Pasaman Provinsi Sumatera Barat tidak dapat
berkembang bahkan mandek sama sekali. Tidak
pengembalian kredit
lancarnya
oleh anggota telah memberikan sejum-
lah masalah yang sangat rumit bagi kelangsungan hidup LPN.
Mengacu dari latar belakang permasalahan tersebut
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pengelolaan kredit LPN oleh anggotanya dari sisi pola pemanfaatan dan peengembalian kredit tersebut .
Keragaan pemanfatan kredit oleh anggota LPN menunjukkan tiga pola, yaitu pola pemanfaatan kredit yang cenderung lebih banyak untuk tujuan produktif, pola pemanfaatan
yang sebanding antara tujuan produktif dan konsumtif serta
pola pemanfaatan yang cenderung lebih banyak untuk tujuar;
konsumtif.
Keragaan pengelolaan kredit oleh anggota LPN yang
dilihat dari pola pemanfaatan dan pengembalian kredit
menunjukkan bahwa pengelolaan kredit
berkaitan dengan
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari anggota LPN.
Hasil uji statistik dengan chi square
menunjukkan bahwa pola pemanfaatan
kredit
(Kai Kuadrat)
oleh
anggota
LPN berhubungan secara nyata dengan faktor
tinqkat pendidikan formal, total
umur anqgota,
pendapatan,
j umlah
anqqota keluarqa dan taqihan aktif.
Golongan anggota yang berumur rendah memanfaatkan
kreditnya cenderung lebih
produktif dibandiing golongan
anggota yang berumur tinggi.
Sebanyak 67 persen dari go-
longan anggota berumur rendah memanfaatkan kredit tersebut
untuk tujuan produktif sementara golongan anggota berumur
tinggi hanya 3 5 , 7 persen saja.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan anggota keragaan pemanfaatan kredit menunjukkan bahwa golongan anggota
yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak memanfaatkan kreditnya secara produktif.
Sebanyak 82 persen
golongan anggota berpendidikan tinggi ini memanfaatkan
kreditnya untuk tujuan yang produktif sementara yang berpendidikan rendah hanya 31,7 persen.
Golongan anggota yang berpendapatan tinggi ternyata
lebih banyak memanfaatkan kreditnya untuk tujuan yang produktif (sebanyak 75
rendah (sebanyak 40,9
dibanding golongan berpendapatan
%)
%)
.
Hal ini mungkin disebabkan pada
golongan berpenghasilan tinggi kebutuhan konsumsinya telah
cukup terpenuhi dari sumberdana lainnya selain dana kredit
tersebut.
Jumlah
anggota
keluarga berhubungan secara nyata
dengan pola pemanfaatan kredit oleh anggota LPN.
Golongan
anggota yang jumlah anggota keeluarganya banyak memanfaat-
kan kredit tersebut cenderung lebih banyak pada tujuan
konsumtif, sementara yang
keluarganya kecil cenderung me-
manfaatkan kredit tersebut lebih produktif. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota keluarga berhubungan dengan
tingkat pengeluaran konsumsinya, semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin tinggi pengeluaran konsumsinya.
Tingginya pengeluaran konsumsi tersebut akan
mendorong anggota untuk menyelewengkan pemanfaatan kreditnya dari tujuan produktif ke tujuan konsumtif.
Adanya tagihan aktif dari LPN ternyata telah mendorong anggota untuk memanfaatkan kreditnya kepada tujuan
yang produktif.
Sebanyak 81,4 persen dari anggota yang
merasa ada tagihan aktif memanfaatkan kredit tersebut
kepada tujuan yang produktif, sementara anggota yang merasa tidak pernah ada tagihan aktif hanya 27 persen saja
yang memanfaatkan kredit untuk tujuan tersebut.
Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabei bebas unur anggota, lamanya jadi anggota LPN, zingkat pendidikan formal, pendapatan total, jumlah kali angsuran, jumlah anggota keluarga, tagihan aktif, sikap anggota terhadap pengembalian kredit dan hubungan kekerabatan
antara anggota dengan pengurus secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit LPN
oleh anggotanya pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Variabel-variabel bebas tersebut memberikan sumbangan
BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT :
KASUS LUMBUNG PITIH NAGARI SUMATERA BARAT
oleh
ENDANG OMAN
A24.0895
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995
RINGKASAN
ENDANG OMAN.
Analisis Keragaan dan Faktor Berpengaruh
Terhadap Pengembalian Kredit
Sumatera Barat.
(
:
Kasus Lumbunng Pitih Nagari
Di bawah bimbingan D r .
Ir. Mangara
Tambunan, MSc ) .
Lumbung Pitih Nagari
(LPN)
merupakan lembaga
keuangan formal pedesaan yang tersebar di wilayah Sumatera
Barat dan terbentuk secara bottom up dari sistem sosial
setempat dimulai dengan terbentuknya Kelompok Simpan
Pinjam (KSP) kemudian berubah menjadi Pra Lumbung
Pitih
Nagari (Pra LPN) hingga menjadi Lumbung Pitih Nagari
(LPN). Setelah adanya kebijaksanaan deregulasi perbankan
(Pakto 27) maka lembaga keuangan tersebut berubah menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR-LPN.
Mekanisme operasi LPN adalah menghimpun dana dari masyarakat di wilayahnya dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang menjadi anggota lembaga
keuangan tersebut.
Penyaluran kredit dimaksudkan untuk
membantu anggota meningkatkan taraf hidupnya.
Di samping
itu usaha penyaluran kredit merupakan sumber penghasilan
terbesar bagi lembaga keuangan itu sendiri guna menjaga
kontinuitas usahanya.
Keterkaitan antara lembaga keuangan tersebut dengan
anggotanya dalam mengelola kredit merupakan masalah yang
pokok dan prinsip. Keberhasilan pengelolaan kredit oleh
anggota akan memperlancar jalannya usaha lembaga keuangan
tersebut, sebaliknya kegagalan pengelolaan kredit dapat
menimbulkan sejumlah masalah.
Program pemberian kredit oleh LPN kepada anggotanya
texnyata menyebabkan beberapa LPN di wilayah Pasaman Barat
Kabupateen Pasaman Provinsi Sumatera Barat tidak dapat
berkembang bahkan mandek sama sekali. Tidak
pengembalian kredit
lancarnya
oleh anggota telah memberikan sejum-
lah masalah yang sangat rumit bagi kelangsungan hidup LPN.
Mengacu dari latar belakang permasalahan tersebut
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pengelolaan kredit LPN oleh anggotanya dari sisi pola pemanfaatan dan peengembalian kredit tersebut .
Keragaan pemanfatan kredit oleh anggota LPN menunjukkan tiga pola, yaitu pola pemanfaatan kredit yang cenderung lebih banyak untuk tujuan produktif, pola pemanfaatan
yang sebanding antara tujuan produktif dan konsumtif serta
pola pemanfaatan yang cenderung lebih banyak untuk tujuar;
konsumtif.
Keragaan pengelolaan kredit oleh anggota LPN yang
dilihat dari pola pemanfaatan dan pengembalian kredit
menunjukkan bahwa pengelolaan kredit
berkaitan dengan
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari anggota LPN.
Hasil uji statistik dengan chi square
menunjukkan bahwa pola pemanfaatan
kredit
(Kai Kuadrat)
oleh
anggota
LPN berhubungan secara nyata dengan faktor
tinqkat pendidikan formal, total
umur anqgota,
pendapatan,
j umlah
anqqota keluarqa dan taqihan aktif.
Golongan anggota yang berumur rendah memanfaatkan
kreditnya cenderung lebih
produktif dibandiing golongan
anggota yang berumur tinggi.
Sebanyak 67 persen dari go-
longan anggota berumur rendah memanfaatkan kredit tersebut
untuk tujuan produktif sementara golongan anggota berumur
tinggi hanya 3 5 , 7 persen saja.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan anggota keragaan pemanfaatan kredit menunjukkan bahwa golongan anggota
yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak memanfaatkan kreditnya secara produktif.
Sebanyak 82 persen
golongan anggota berpendidikan tinggi ini memanfaatkan
kreditnya untuk tujuan yang produktif sementara yang berpendidikan rendah hanya 31,7 persen.
Golongan anggota yang berpendapatan tinggi ternyata
lebih banyak memanfaatkan kreditnya untuk tujuan yang produktif (sebanyak 75
rendah (sebanyak 40,9
dibanding golongan berpendapatan
%)
%)
.
Hal ini mungkin disebabkan pada
golongan berpenghasilan tinggi kebutuhan konsumsinya telah
cukup terpenuhi dari sumberdana lainnya selain dana kredit
tersebut.
Jumlah
anggota
keluarga berhubungan secara nyata
dengan pola pemanfaatan kredit oleh anggota LPN.
Golongan
anggota yang jumlah anggota keeluarganya banyak memanfaat-
kan kredit tersebut cenderung lebih banyak pada tujuan
konsumtif, sementara yang
keluarganya kecil cenderung me-
manfaatkan kredit tersebut lebih produktif. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota keluarga berhubungan dengan
tingkat pengeluaran konsumsinya, semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin tinggi pengeluaran konsumsinya.
Tingginya pengeluaran konsumsi tersebut akan
mendorong anggota untuk menyelewengkan pemanfaatan kreditnya dari tujuan produktif ke tujuan konsumtif.
Adanya tagihan aktif dari LPN ternyata telah mendorong anggota untuk memanfaatkan kreditnya kepada tujuan
yang produktif.
Sebanyak 81,4 persen dari anggota yang
merasa ada tagihan aktif memanfaatkan kredit tersebut
kepada tujuan yang produktif, sementara anggota yang merasa tidak pernah ada tagihan aktif hanya 27 persen saja
yang memanfaatkan kredit untuk tujuan tersebut.
Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabei bebas unur anggota, lamanya jadi anggota LPN, zingkat pendidikan formal, pendapatan total, jumlah kali angsuran, jumlah anggota keluarga, tagihan aktif, sikap anggota terhadap pengembalian kredit dan hubungan kekerabatan
antara anggota dengan pengurus secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit LPN
oleh anggotanya pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Variabel-variabel bebas tersebut memberikan sumbangan
ANALISIS KERAGAAN DAN FAKTOR
BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT :
KASUS LUMBUNG PITIH NAGARI SUMATERA BARAT
oleh
ENDANG OMAN
A24.0895
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1995
RINGKASAN
ENDANG OMAN.
Analisis Keragaan dan Faktor Berpengaruh
Terhadap Pengembalian Kredit
Sumatera Barat.
(
:
Kasus Lumbunng Pitih Nagari
Di bawah bimbingan D r .
Ir. Mangara
Tambunan, MSc ) .
Lumbung Pitih Nagari
(LPN)
merupakan lembaga
keuangan formal pedesaan yang tersebar di wilayah Sumatera
Barat dan terbentuk secara bottom up dari sistem sosial
setempat dimulai dengan terbentuknya Kelompok Simpan
Pinjam (KSP) kemudian berubah menjadi Pra Lumbung
Pitih
Nagari (Pra LPN) hingga menjadi Lumbung Pitih Nagari
(LPN). Setelah adanya kebijaksanaan deregulasi perbankan
(Pakto 27) maka lembaga keuangan tersebut berubah menjadi
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR-LPN.
Mekanisme operasi LPN adalah menghimpun dana dari masyarakat di wilayahnya dan menyalurkannya dalam bentuk
kredit kepada masyarakat yang menjadi anggota lembaga
keuangan tersebut.
Penyaluran kredit dimaksudkan untuk
membantu anggota meningkatkan taraf hidupnya.
Di samping
itu usaha penyaluran kredit merupakan sumber penghasilan
terbesar bagi lembaga keuangan itu sendiri guna menjaga
kontinuitas usahanya.
Keterkaitan antara lembaga keuangan tersebut dengan
anggotanya dalam mengelola kredit merupakan masalah yang
pokok dan prinsip. Keberhasilan pengelolaan kredit oleh
anggota akan memperlancar jalannya usaha lembaga keuangan
tersebut, sebaliknya kegagalan pengelolaan kredit dapat
menimbulkan sejumlah masalah.
Program pemberian kredit oleh LPN kepada anggotanya
texnyata menyebabkan beberapa LPN di wilayah Pasaman Barat
Kabupateen Pasaman Provinsi Sumatera Barat tidak dapat
berkembang bahkan mandek sama sekali. Tidak
pengembalian kredit
lancarnya
oleh anggota telah memberikan sejum-
lah masalah yang sangat rumit bagi kelangsungan hidup LPN.
Mengacu dari latar belakang permasalahan tersebut
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pengelolaan kredit LPN oleh anggotanya dari sisi pola pemanfaatan dan peengembalian kredit tersebut .
Keragaan pemanfatan kredit oleh anggota LPN menunjukkan tiga pola, yaitu pola pemanfaatan kredit yang cenderung lebih banyak untuk tujuan produktif, pola pemanfaatan
yang sebanding antara tujuan produktif dan konsumtif serta
pola pemanfaatan yang cenderung lebih banyak untuk tujuar;
konsumtif.
Keragaan pengelolaan kredit oleh anggota LPN yang
dilihat dari pola pemanfaatan dan pengembalian kredit
menunjukkan bahwa pengelolaan kredit
berkaitan dengan
faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi dari anggota LPN.
Hasil uji statistik dengan chi square
menunjukkan bahwa pola pemanfaatan
kredit
(Kai Kuadrat)
oleh
anggota
LPN berhubungan secara nyata dengan faktor
tinqkat pendidikan formal, total
umur anqgota,
pendapatan,
j umlah
anqqota keluarqa dan taqihan aktif.
Golongan anggota yang berumur rendah memanfaatkan
kreditnya cenderung lebih
produktif dibandiing golongan
anggota yang berumur tinggi.
Sebanyak 67 persen dari go-
longan anggota berumur rendah memanfaatkan kredit tersebut
untuk tujuan produktif sementara golongan anggota berumur
tinggi hanya 3 5 , 7 persen saja.
Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan anggota keragaan pemanfaatan kredit menunjukkan bahwa golongan anggota
yang berpendidikan tinggi cenderung lebih banyak memanfaatkan kreditnya secara produktif.
Sebanyak 82 persen
golongan anggota berpendidikan tinggi ini memanfaatkan
kreditnya untuk tujuan yang produktif sementara yang berpendidikan rendah hanya 31,7 persen.
Golongan anggota yang berpendapatan tinggi ternyata
lebih banyak memanfaatkan kreditnya untuk tujuan yang produktif (sebanyak 75
rendah (sebanyak 40,9
dibanding golongan berpendapatan
%)
%)
.
Hal ini mungkin disebabkan pada
golongan berpenghasilan tinggi kebutuhan konsumsinya telah
cukup terpenuhi dari sumberdana lainnya selain dana kredit
tersebut.
Jumlah
anggota
keluarga berhubungan secara nyata
dengan pola pemanfaatan kredit oleh anggota LPN.
Golongan
anggota yang jumlah anggota keeluarganya banyak memanfaat-
kan kredit tersebut cenderung lebih banyak pada tujuan
konsumtif, sementara yang
keluarganya kecil cenderung me-
manfaatkan kredit tersebut lebih produktif. Hal ini disebabkan karena jumlah anggota keluarga berhubungan dengan
tingkat pengeluaran konsumsinya, semakin banyak jumlah
anggota keluarga maka akan semakin tinggi pengeluaran konsumsinya.
Tingginya pengeluaran konsumsi tersebut akan
mendorong anggota untuk menyelewengkan pemanfaatan kreditnya dari tujuan produktif ke tujuan konsumtif.
Adanya tagihan aktif dari LPN ternyata telah mendorong anggota untuk memanfaatkan kreditnya kepada tujuan
yang produktif.
Sebanyak 81,4 persen dari anggota yang
merasa ada tagihan aktif memanfaatkan kredit tersebut
kepada tujuan yang produktif, sementara anggota yang merasa tidak pernah ada tagihan aktif hanya 27 persen saja
yang memanfaatkan kredit untuk tujuan tersebut.
Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabei bebas unur anggota, lamanya jadi anggota LPN, zingkat pendidikan formal, pendapatan total, jumlah kali angsuran, jumlah anggota keluarga, tagihan aktif, sikap anggota terhadap pengembalian kredit dan hubungan kekerabatan
antara anggota dengan pengurus secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian kredit LPN
oleh anggotanya pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Variabel-variabel bebas tersebut memberikan sumbangan