2 Virus Herpes Simpleks Tipe II HSV II Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga
terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar,
terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
c. Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes
simpleks tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil
kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran
sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan
lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar
limfe regional dan menyebabkan limfadenopati. Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan
infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam
sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion
radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
d. Manifestasi Klinis
1. Inokulasi kompl e k s pri m e r primary inoculation complex Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru
pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi l okal dan sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis.
Dalam waktu 24 jam saja, penderita sudah mengalami panas tinggi 39-40
o
C , disusul o leh pembesaran kelenjar limfe submentalis,
3
pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000mm3, yang 75- 80nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa
sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan
setelah 2-6 minggu. 2. herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadeno pati
regional dan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke muk osa
bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak dapat terjadi
dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara 2-4 minggu. 3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat
mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis.
Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat. 4. Herpes genitalis proge nital i s
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital,
orogenital, maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus,
kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31 penderita mengalami gejala konstitusi
berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50 mengalami limfadenopati inguinal.
e. Penatalaksanaan Medis