Selain daripada tujuan pembelajaran membaca permulaan, adapun hal yang harus diperhatikan seperti proses pada pembelajaran membaca permulaan.
Abbas 2006, hlm. 104 mengemukakan bahwa proses dasar pembelajaran MMP yaitu:
1.
Dimulai dari penanaman kesanggupan mengidentifikasikan huruf
lambang bunyi dengan
bunyinya, menuju kepenanaman kesanggupan mengidentifikasi struktur kata dengan struktur
bunyinya. Ini dilakukan dalam proses membaca. 2.
Dimulai dari penanaman kesanggupan mengidentifikasikan bunyi dengan huruf lambang bunyi menuju ke penanaman kesanggupan
mengidentifikasikan stuktur bunyi dengan struktur kata. Ini dilakukan dalam proses menulis
Pembelajaran membaca permulaan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan buku atau tanpa buku.Belajar membaca tanpa buku bersumber dari
bahasa anak dan membaca menggunakan buku yakni bersumber pada buku yang sudah disediakan.Selain daripada itu, pada pengajaran membaca permulaan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Seperti yang dikemukakan oleh Supriyadi 1992, hlm. 180 metode membaca permulaan yaitu:
1. Metode Abjadalphabet
2. Metode bunyi
3. Metode suku kata
4. Metode kata
5. Metode kalimat
6. Metode SAS Struktural Analitik Sintetik
1. Metode Eja
Pada pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode eja anak dimulai dengan mengenal huruf-huruf dengan bunyinya.Huruf-huruf
tersebut harus dihafal dan dilafalkan dengan baik sesuai bunyinya oleh anak. Misalnya huruf “a” dilafalkan “a”, huruf “b” dilafalkan “be”, huruf “c” dilafalkan
“ce”, huruf “e” dilafakan “e”, huruf “f” dilafalkan “ef”, dan seterusnya. Setelah
anak mengenal huruf, anak diperkenalkan dengan suku kata dengan merangkaikan beberapa huruf yang dikenalnya. Misalnya kata “kaki” dan “dudi”
k a k i k.a
– ka dilafalkan ka.a – ka k.i
– ki dilafalkan ka.i – ki d u d i
d.u – du dilafakan de.u – du
d.i – di dilafalkan de.i – di
Setelah anak mampu membaca suku kata, barulah dikenalkan dengan tahapan merangkaikan suku kata, misalnya:
k a k i k.a
– ki dilafalkan ka.a – ka, ka.i - ki d u d i
du – di dilafalkan de.u – du, de.i – di
Ketika anak sudah mahir merangkaikan suku kata, anak mulai belajar merangkaikan kata menjadi kalimat, misalnya:
kaki dudi
kaki dudi Namun, pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan
metode ini memiliki kelemahan dalam pelafalan diftong dan fonem-fonem gabungan seperti
ng, ny, kh, sy, au, oi
. Hartati, dkk 2006, hlm. 137 mengemukakan bahwa “fonem
ng
, anak-anak mengenal huruf tersebut sebagai en dan ge.Dengan demikian, mereka berkesimpulan bahwa fonem itu
dihafalkan akan menjadi en- ge atau neg atau nege”.
2. Metode Bunyi
Metode bunyi dan metode eja sebetulnya memiliki kesamaan.Namun yang membedakannya yaitu pada pelafalan huruf konsonan. Huruf b pada
metode eja dilafalkan be sedangkan pada metode bunyi dilafalkan eb; huruf d dilafalkan ed seperti pada pengucapan lemah, pedas, keras, dan sebagainya.
Contoh kata “kaki” Dibaca: ek.a
– ka ek.i
– ki = dibaca kaki
3. Metode Suku Kata
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode suku kata atau silaba di awali dengan memperkenalkan suku kata seperti, ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu,
ce, co, da, di, du, de, do, fa, fi, fu, fe, fo, na, ni, nu, ne, no, dan seterusnya. Dari suku kata tersebut, dibuat kata-kata yang memiliki makna, misalnya:
Ba – ba
ca – ca
da – da
ka – ki
Bi – bi
ci – ci
da – du
ka – ka
Ba – ca
cu – ci
di – di
ka – ku
Bu – ku
co – co
de – de
ku – da
Kemudian dari kata-kata sederhana tersebut, dirangkai menjadi kalimat sederhana misalnya:
ba – ca
bu – ku
bo – bo
ki – ki
cu – ci
ka – ki
bu – di
ba – wa
ba – ju
4. Metode Global