Model ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia: analisis dampak kebijakan terhadap tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran
MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA,
PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN
DISERTASI
OLEH:
SUSETYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul “Model
Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di Indonesia: Analisis Dampak
Kebijakan
Te rhadap
Tenaga
Kerja,
Pendapatan,
dan
Penge luaran”merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitka n maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Februari 2012
Susetyanto
Nrp. 95512/EPN
ABSTRACT
SUSETYANTO. Soybean Farm Household Economic Model in Indonesia:
Policy Impact Analysis on Labo ur, Income and Expe nditure (BONAR
M.SINAGA as Chairman, HARIANTO, ANNY RATNAWATI, BUNGARAN
SARAGIH, and DJOKO S.DAMARDJATI as Members of the Advisory
Committee).
Soybean as a source of protein was processed to several products such as
soy-cake, tofu, soy-paste, waste-soy cake, soy-sauce, soy- layer, milk, yoghurt,
soy-oil, and soy meat- like. The interesting issue of the farm household is the
complex interactions between production and consumption decisions. The
soybean plantation status is the seconda ry crop s after padd y. The simultaneous
production and consumption decisions of the farm household can be ana lysed by
inter-relations among labour, income, and expenditure. The low soy productivity
and the slow extent suggested studies soybean farm household economic mode l.
The objectives of the research was to: (1) identify the dominant factor that
influe nce to farm household decisions, (2) analyze the inter-relations among
labour, income and expenditure, (3) analyze the impact of input technology
production, and (4) analyze price policy impact on soy prod uction and farmhousehold income. The procedure analysis was formulated by simultaneous
equation, which has inter-relations among endo genous and exoge nous variables,
with Two Stage Least Squares (2S LS) estimation method and Newton solution.
The study was conducted in Pasur uan and Ponorogo–East Java, Wonogiri–Central
Java, Gunung Kidul–Yogyakarta, Garut–West Java, and Central Lampung–
Lampung province. The location and farmers were determined and selected by
purposive and stratified random sampling method (250 persons). The price
changes policy covered to food commodity (soybean and paddy), inputtechnology prod uction such as seed, fertilizer, and pesticide (growing stimulant
and rhizoplus), paddy price, labour wage, and the sinergies of soy price with farm
production facilities. The result showed that the best policy of increasing soy
production and farm- household income were the policy increasing of soy price
25% and 37.5%;combination of soy price 25% and paddy price 15%;combination
of soy price 25%, paddy price 15%, and labour wage 10%;combination of soy
price 37.5% and farm production facilities prices 10%;and combination of soy
price 37.5% with paddy price 15%,labo ur wage 10%, also farm production
facilities prices 10%. These scenarios could be done to determine the basic price
of paddy and secondary crops , alsorecomended to diminish or to abort fertilizer
and pesticide subsidy. The policy impact of this scenario, influenced to increasing
of soy production and farm- household income,were expected to improve the
soybean plantation for processing industry, and to introduce product
diversification in order to reach food security and soy self-sufficiency.
Keywords
: soybean, farm household economic model, food-commodity, inputtechnology, price policy changes, fertilizer subsidy, selfsufficiency.
RINGKASAN
SUSETYANTO. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di Indonesia:
Analisis Dampak Kebijakan Terhadap TenagaKerja, Pendapatan dan Pengeluaran.
(BONAR M. SINAGA , sebagai Ketua, HARIANTO,ANNY RATNAWATI,BUNGARAN
SARAGIH, dan DJOKO S. DAMARDJATI, sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Isu menarik dalam rumahtangga petani adalah hubungan kompleks antara
keputusan rumahtangga produsen dan konsumen. Status petani kedelai adalah
sebagai petani tanaman sekunder setelah tanaman padi (primer). Keputusan
produksi dan konsumsi rumahtangga petani secara simultan dapat dianalisis
dengan melihat hubungan antara tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran
rumahtangga petani. Produksi, produktivitas dan luas areal panen kedelai yang
rendah, merupakan alasan perlunya dilakukan penelitian mode l ekonomi
rumahtangga petani kedelai di Indonesia.
Tujuan pe nelitian adalah mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani
kedelai di Indonesia dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga,
khususnya dampak kebijakan terhadap tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga, yaitu: (1) mengidentifikasi perilaku rumahtangga petani dan faktor
dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan produksi dan pengeluaran
rumahtangga petani, (2) menganalisis keterkaitan antara penggunaan tenaga kerja,
pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani, termasuk produksi, sarana
produksi, tenaga kerja, pendapatan, konsumsi dan investasi, serta tabungan dan
kredit pertanian, (3) menganalisis pengaruh penerapan input teknologi produksi
dan inovasi teknologi baru pada rumahtangga petani kedelai terhadap produksi
kedelai dan pendapatan rumahtangga, dan (4) menganalisis dampak kebijakan
kenaikan harga terhadap produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga.
Kerangka pemikiran mengacu pada model ekonomi rumahtangga petani
atau Agricultural/Farm Household Modeldari Bagi dan Singh, dimana perilaku
rumahtangga petani dianalisis dari sisi produksi dan sisi konsumsi, yang
dipengaruhi oleh faktor input teknologi produksi, tenaga kerja, pendapatan,
pengeluaran konsumsi dan investasi, tabungandankreditpertanian. Kriteria yang
digunakan adalah kriteria ekonomi, pengujian statistik, dan asumsi model
ekonometri. Prosedur analisis menggunakan persamaan simultan, dengan melihat
keterka itan antara pe uba h endo gen da n pe uba h eksogen, menggunakan metode
pendugaan Two Stage Least Squares (2SLS) dengan solusi Newton.
Penelitian dilakuka n di kabupa ten Pasur uan da n Ponorogo propinsi Jawa
Timur, Wonogiri–Jawa Tengah, Gunung Kidul–D.I.Yogyakarta, Garut–Jawa
Barat, dan Lampung Tengah–Lampung. Pemilihan daerah sampel berdasarkan
statusnya sebagai penghasil kedelai nasional secarapurposivesampling, dengan
metode pengambilan sampel secara stratified random sampling, dimana strata
luas lahan garapa n adalah di bawah 0.50 ha, antara 0.50–1.00 ha, dan di atas 1.00
ha, yang terdiri dari petani pemilik dan petani penggarap, pada sawah beririgasi
teknis, setengah teknis, dan tadah hujan.
Dampak alternatif kebijakan kenaikan harga meliputi skenario kenaikan:(1)
harga kedelai (25% dan 37.5%); (2) kombinasihargakedelai25%
denganhargagaba hKP 15%; (3) kombinasi harga kedelai 25%, harga gaba hKP
15%, dan upah tenaga kerja luar keluarga 10%; (4) kombinasihargakedelai 37.5%
dengan
harga
sarana
prod uksi
(benih,
pupuk,
pestisida)
10%;serta(5)
kombinasihargakedelai
37.5%
denganhargagaba hKP
15%,upahtenagakerjaluarkeluarga 10%,danharga sarana prod uksi (benih, pupuk,
pestisida) 10%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario kebijakan ke naika n hargahargaakan meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga,
yaitumelalui kenaikan: (1) harga kedelai (25%): 32.0%dan 13.9%; (2) harga
kedelai (37.5%): 155.7%dan 19.1%; (3) harga kedelai dengan harga gaba hKP:
38.1%dan 17.7%; (4) harga kedelai,harga gaba hKP,danupa h tena ga kerja luar
ke luarga: 36.8%da n 16.6%;(5) harga kedelai (37.5%)dengan harga sarana
produksi:33.6%dan16.1%;dan(6) harga kedelai (37.5%) dengan harga gaba hKP,
upa h tenaga kerja luar ke luarga,sertaharga sarana produksi: 39.3%dan
19.1%.Skenario ini direkomendasikansebagaikebijakan yang tepat sasaran bagi
target pencapaian pemerintah dalam peningkatan produksi kedelai dan pendapatan
rumahtangga petani. Disamping itu, pemerintah berkepentingan dalam kebijakan
penentuan harga dasar padi dan palawija serta penghapusan subsidi pupuk.
Implikasi kebijaka n ke naika n harga output (kedelai) da n harga input
(teknologi produksi), aka n berdampak besar pada perluasan areal panen,
peningkatan
produksi,
penggunaansaranaproduksi,
ketenaga-kerjaan,
pendapatan,konsumsi dan investasi, sertatabungandankreditpertanian. Diharapkan
petani bergairah untuk menanam dan mengolah hasil kedelai, dalam rangka
diversifikasi pangan guna mencapai ketahanan dan keamanan pangan serta
tercapainya swasembada kedelai.
Kata Kunci : Kedelai, model ekonomi rumahtangga petani, komoditas pangan,
input teknologi, kebijaka n peruba han harga, subs idi pupuk,
swasembada kedelai.
vi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.
2.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA,
PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN
OLEH:
SUSETYANTO
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji pada Ujian Tertutup:
1.
Dr. Ir. Nunung Kusnadi MSi.:
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
2.
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MSi.: Staf Pengajar Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Penguji pada Ujian Terbuka:
1.
Dr. Ir. Handewi P. Saliem, MSi.:
Ketua Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Balitbangtan,
Kementerian Pertanian.
2.
Dr. Ir. Soemaryanto MSi.:
Staf Peneliti pada Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian, Balitbangtan,
Kementerian Pertanian.
x
Judul Disertasi
:
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di
Indonesia: Analisis Dampak Kebijakan Terhadap
Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran
Nama Mahasiswa
:
Susetyanto
Nomor Pokok
:
95512 / EPN
Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. Bonar M.Sinaga, MA.
Ketua
Dr.Ir. Harianto, MSi.
Anggota
Prof.Dr.Ir.Bungaran Saragih, MEc.
Anggota
Dr.Ir. Anny Ratnawati, MSi.
Anggota
Prof.Dr.Ir.Djoko S.Damardjati, MSi.
Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian
Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir.Bonar M.Sinaga, MA.
Dr.Ir.Dahr ulsyah MSc.Agr.
Tanggal Ujian: 31 Januari 2012
Tanggal Lulus: Februari 2012
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Penelitian dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Sekolah Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor. Fokus penelitian
adalah tentang model ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia, dengan
menganalisis dampak kebijakan perubahan harga terhadap tenaga kerja,
pendapatan, dan pengeluaran, menggunakan kerangka teori Agricultural/Farm
Household Model. Lokasi penelitian adalah di kabupaten Pasuruan dan Ponorogo
di Jawa Timur, Wonogiri di Jawa Tengah, Gunung Kidul di D.I.Yogyakarta,
Garut di Jawa Barat, dan Lampung Tengah di Lampung.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada komisi
pembimbing yang telah mengasah-asih-asuh saya sehingga penelitian ini selesai,
yaitu: Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA, selaku ketua, Dr.Ir. Harianto, MSi,
Dr.Ir. Anny Ratnawati, MSi, Prof.Dr.Ir. Bungaran Saragih, MEc, dan Prof.Dr.Ir.
Djoko S. Damardjati, MS, sebagai anggota komisi pembimbing. Terima kasih
saya haturkan pula kepada Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Dekan
Sekolah Pascasarjana, dan Rektor Institut Pertanian Bogor, yang telah memberi
kesempatan penulis menimba ilmu, termasuk para staf akademis dan staf
administrasi yang telah memberikan pelayanan secara memadai. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada jajaran pimpinan pada unit kerja penulis di
Direktorat Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi pada Kedeputian
Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, BPPT. Kepada istri dan putri tercinta,
Dr.Ir. SriWidowati MAppSc. dan Ir. Rr.Arumdya h Tyasayu Parameswari, saya
ucapka n beribu terima kasih atas dorongan moril dan materiil, demikian juga
kepada ibunda tercinta, Dra. Sunaryati Sutanto, MSi, atas doa restunya, termasuk
adik-adikkutercintaHeny, Ratna, Anik, Esti, Harsi, Wisnu, termasukBintoro,
Teguh, Heru, Agus, Bono, Wilis, Endang, Jatmiko, Gunawan, Wati, serta rekanreka n sejawatseperti Ir. RusdiSalehdkk,dansanakhandaitaulanyang tak dapat
disebutkan satu persatudisini, dimana telah banyak memberikan dorongan
semangat agar penulisan disertasi ini dapat selesai.
Kritik dan saran atas penelitian ini sangat diharapkan, sebagai sumbangsih
bagi penelitian lanjutan tentang ekonomi rumahtangga pada usahatani kedelai.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa, serta
agama. Amien yaa Robal- Alamien.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bogor, Februari 2012
Susetyanto
xiv
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra pertama dari tujuh bersaudara, dilahirkan di
Yogyakarta, pada tanggal 18 Maret 1960, dari keluarga pasangan bapak
RM. Sutanto BCtt., dan ibu Dra.Sunaryati S, MSi. Penulis menikah dengan
Dr. Ir. SriWidowati MAppSc, pada tahun 1986, dikarunia seorang putri bernama
Ir.
Rr.Arumdyah
Tyasayu
Parameswari
menyelesaikankuliahnyadi Fakultas Perikanan,
(23
tahun)
yang
telah
Universitas Gajah Mada -
Yogyakarta.
Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas, ditempuh di D.I.Yogyakarta, dan selesai belajarmasing- masing
pada tahun 1971, 1974, dan 1977. Pada tahun 1978/1979, penulis melanjutkan
studi ke Fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Umum, Universitas Gajah Mada, dan
berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1984. Penulis melanjutkan
program studi Ilmu Ekonomi Pertanian pada Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 1991/1992, dan berhasil meraih gelar Magister Sains
padatahun 1994. Penulis menempuh pendidikan jenjang Doktoral (S3) sejak
tahun 1995/1996 padajurusan Ilmu Eko nomi Pertanian, Seko lah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 1985 penulis mulai bekerja sebagai peneliti pada Kedeputian
Bidang Analisa Sistem, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di
Jakarta, dan hingga sekarang masih aktif bekerja sebagai perekayasamadya pada
Kedeputian Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, di Direktorat Pusat
Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, BPPT, Jakarta.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxi
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxv
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxvii
I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2. Perumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3. Tujuan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4. Ruang Lingkup Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1
10
13
14
II.
TINJAUAN PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.1. Pengertian Rumahtangga Petani. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2. Kajian Model Ekonomi Rumahtangga. . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3. Penerapan Model Ekonomi Rumahtangga. . . . . . . . . . . . . .
2.4. Model Empiris pada Pengambilan Keputusan Rumahtangga Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
17
17
19
23
33
III.
KERANGKA PEMIKIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1. Teknologi Produksi Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Penawaran Tenaga Kerja dan Alokasi Waktu . . . . . . . . . . .
3.3. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . .
3.4. Fungsi Permintaan Input da n Penawaran Output . . . . . . . .
39
39
48
57
61
IV.
METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1. Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Sampel Data . . . . . . .
4.1.1. Lokasi Penelitian dan Sumber Data . . . . . . . . . . . .
4.1.2. Metoda Pengambilan Contoh . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Perumusan Model dan Prosedur Analisis . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.1. Spesifikasi Mod el . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.2. Identifikasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.3. Estimasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.4. Validasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.5. Simulasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
66
66
66
66
67
67
81
82
82
83
V.
DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . .
5.1. Deskripsi Wilayah Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2. Hasil Penelitian Lapang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2.1. Keadaan Umum Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2.2. Pendidikan dan Pekerjaan Petani . . . . . . . . . . . . . .
5.2.3. Status Pemilika n Lahan da n Type Lahan . . . . . . .
.
85
85
95
95
95
97
5.2.4.
5.2.5.
5.2.6.
5.2.7.
5.2.8.
5.2.9.
5.2.10.
5.2.11.
VI.
VII.
Pola Tanam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Upa h Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penggunaan Sarana Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . .
Investasi dan Pengeluaran Petani . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Kekayaan Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Rata-rata Peuba h Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
98
99
102
103
108
110
112
113
HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.1. Luas Areal Panen dan Produksi Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . .
6.2. Penggunaan Sarana Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.3. Penggun aan Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.4. Biaya Usahatani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5. Pendapatan Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.6. Pengeluaran Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.7. Pengeluaran Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.8. Tabungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.9. Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.10. Surplus Pasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.11. Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . .
116
DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP
EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . . .
7.1. Kenaikan Harga Pangan
7.1.1. Harga Kedelai (25% dan 37.5%) . . . . . . . . . . . . . .
7.1.2. Harga Kedelai 25% dengan Harga Gaba hKP 15% .
7.2. Kenaika n Harga Kedelai 25% dengan Harga Gaba hKP
15%dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% . . . . . . . . .
....
7.3. Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana
Produksi 10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.4. Kenaikan Harga Kedelai25% dengan Harga Gaba hKP 15%,
Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.5. Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Sarana
Produksi10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.6. Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Gaba hKP
15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%,dan Harga
Sarana Produksi10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.7. Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga-hargaterhadap
Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . .
118
121
131
138
138
142
144
149
150
151
152
155
155
156
156
160
162
164
164
166
169
Xviii
VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.1. Kesimpulan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2. Saran Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2.1. Saran Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2.2. Saran Penelitian Lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
174
174
176
176
177
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
178
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
189
xix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten LampungTengah Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . .
2. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . .
3. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Garut Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . . . . . . . . .
4. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Garut Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . . . . .
5. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . .
6. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . .
7. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . . . . . .
8. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kede lai di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . .
9. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . .
10. Luas Areal Tanam dan Luas Areal Panen Kedelai di Kabupaten
Pasuruan Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Timur Tahun 2001–2007. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Prop insi
D.I.Yogyakarta Tahun 2001–2007. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Barat Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Lampung Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
16. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Indonesia Tahun 2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
17. Umur Petani, Anggota Keluarga, Angkatan Kerja Keluarga, dan
Lama Pendidikan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . .
19. Persentase Pekerjaan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
20. Status Pemilikan Lahan Garapan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . .
21. Type Lahan Sawah Garapan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . .
22. Luas Lahan Garapa n dan Sewa Lahan Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . .
85
86
86
87
88
88
89
89
90
91
92
92
93
93
94
94
95
96
96
97
98
98
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
Pola Tanam Pada Musim Tanam I Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Pola Tanam Pada Musim Tanam II Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Pola Tanam Pada Musim Tanam III Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . .
PersentasePeminjamKredit,
AsalKredit,
dan
Cara
PembayaranTahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........
Paket Kredit Usahatani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Kredit Usahatani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Suku-Bunga Kredit dan Jangka Waktu Kredit Tahun 2001 . . . . . . .
Upah Perhari Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tahun 2001 . . . . . . . .
Upa h Perhari Tenaga Kerja Luar Keluarga Tahun 2001 . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Benih Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Urea Tahun 2001 . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk SP36/TSP Tahun 2001. . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk KCL/ZA Tahun 2001 . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Hijau/Kandang Tahun 2001 .
Jumlah Penggunan da n Biaya Insektisida Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Herbisida Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya ZatPerangsangTumbuh Tahun 2001
Jumlah Penggunaan Pestisida Lain Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Pemakaian dan Biaya Rhizoplus Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Persentase Jumlah Pemakai dan Asal Rhizoplus Tahun 2001 . . . . .
Persentase Cara PerolehanRhizoplusTahun 2001. . . . . . . . . . . . . .
Investasi dan PajakBumiBangunanTahun 2001. . . . . . . . . . . . . . .
Pengeluaran Keluarga Bulanan Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NilaiRumah dan TanahsertaAssetKekayaanTahun 2001. . . . . . .
Jumlah dan Nilai Ternak Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Alat da n Mesin Produksi Pertanian Tahun 2001. . . . . . . . . . . .
Nilai Asset Total Petani Tahun 2001.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Usahatani Tanaman Pangan Tahun 2001. . . . . . . . . . . .
Penerimaan Usahatani Total Tahun 2001.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Non-Usahatani dan Non-Pertanian Tahun 2001 . . . . . .
Nilai Rata-rata Peubah Model Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai di Indo nesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelaidan
NilaiElastisitasLuasArealPanenKedelai. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Produksi Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Benih Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk Urea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
99
99
99
100
101
101
102
102
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
119
120
121
123
xxii
58. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk SP36/TSP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
59. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk KCL/ZA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
60. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasObat/Pestisida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Zat Perangsang Tumbuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
62. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Rhizoplus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
63. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Tenaga Kerja Dalam Keluarga . . . . . . . . . . . . . . . .
64. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaLuarKeluarga . . . . . . . . . . . . . . . . .
65. HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaDalamKeluarga Non-Kedelai . . . . .
66. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaDalamKeluarga NonUsahatani Lain
67. Hasil EstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Penerimaan Usahatani Non-Kedelai . . . . . . . . . . .
68. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Penerimaan Non-Usahatani Lain . . . . . . . . . . . . . .
69. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Konsumsi Pangan Tunai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Kons umsi Non-Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Investasi Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
72. HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasInvestasiKesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
73. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasInvestasiProduksiPertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Tabungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
75. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76. Respon Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . .
77. Dampak Kenaikan HargaKedelai 25%terhadap
Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
79. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . .
124
126
127
128
130
131
133
135
136
139
140
142
143
145
146
147
149
150
153
157
158
159
Xxiii
80. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15% dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
81. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
82. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15%, Upa h Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
83. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
84. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga GabahKP
15%, Upa h Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
85. Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga- harga terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
161
163
165
167
168
170
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1. Tahapan Skala Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Pengaruh Perubahan Tingkat Upah dan Pendapatan Terhadap
Alokasi Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Keterkaitan Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Halaman
41
50
69
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Program Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani
KedelaiMetode 2SLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Hasil Estimasi Model Ekonomi
Rumahtangga Petani
KedelaiMetode 2SLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.......
3. Program Validasi Mode l Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai dengan Metode Solusi Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Hasil Validasi Mode l Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai de ngan Metode Solusi Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. Program Simulasi Kebijakan Mode l Ekonomi Rumahtangga
Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. Hasil Simulasi Kebijakan Mode l Ekonomi Rumahtangga
Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7. Hasil Analisis Usahatani Kedelai di Indo nesia . . . . . . . . . . . . .
Halaman
190
195
207
210
213
216
219
I.
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat, dengan cara meningkatkan produksi nasional lebih cepat dari
pertumbuhan
penduduk,
disertai
usaha
peningkatan kesempatan kerja.
Pertumbuhan ekonomi dicapai melalui proses penyesuaian ke majuan teknologi,
dimana terjadi pergeseran struktur perekonomian dari pertanian ke industri,
termasuk adanya pergeseran tenaga kerja. Strategi pembangunan pangan adalah
untuk meningkatkan pendapatan petani untuk mencapai swa-sembada pangan,
dengan pengaaneka-ragaman hasil pertanian, kualitas dan nilai tambah hasil
pertanian, dukungan sistem pengairan, dan penyuluhan handal (Kuntjoro, 1997).
Subsektor pertanian tanaman pangan memberikan kesempatan kerja yang
luas untuk meningkatkan pendapatan keluarga, sebagai penggerak kegiatan
agribisnis, dan mampu memberdayakan pengusaha kecil dan menengah serta
koperasi secara lintas sektoral dan nasional (Simatupang, 1995).
Dalam
pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian (Saragih, 2001), memerlukan
strategi
agribisnis
bagi komoditas
unggulan
berskala
ekonomis
yang
menghasilkan produk berdaya saing tinggi, termasuk pengembangan usahatani
non-padi seperti kedelai (Simatupang, 1988).
Dengan demikian target swa-
sembada kedelai yang dicanangkan tahun 2012 adalah untuk memenuhi
kebutuhan domestik, menghemat devisa negara, dan mendorong kegiatan
agribisnis.
Dalam kegiatan agroindustri, sentuhan teknologi pada industri sekunder
berbasis tanaman pangan atau non-pangan, menghasilkan nilai tambah lebih tinggi
dari segi ekonomi dan kegunaan hasil pertanian. Nilai tambah diperoleh melalui
proses pengolahan pasacapanen, untuk menghasilkan produk yang awet, bergizi,
mudah dikonsumsi, dan memiliki peluang pasar luas.
Pada awal pembangunan (PJPT I) Indonesia telah berhasil mewujudk an
swasembada pangan, khususnya beras, sejak tahun 1984.
Sektor pertanian
menyerap tenaga kerja paling besar, dan semakin berat bebannya sejak terjadi
2
krisis ekonomi dan moneter. Sumbangan subsektor tanaman pangan semakin
meningkat terhadap Produk Domestik Bruto sejak dari Pelita I hingga Pelita V.
Hal ini berpeluang besar sebagai sumber pertumbuhan baru pada akhir PJPT I,
walaupun produksi dan produktivitasnya masih rendah.
Sejak tahun 1975, Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai, yaitu
sekitar 607.40 ribu ton atau senilai US$. 180.60 juta pada tahun 1995. Bahkan
prediksi oleh Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun 2000 terjadi
kekurangan kedelai 1.12 juta ton, dimana ketergantungan penyediaan pangan
nasional, terhadap Pulau Jawa cukup tinggi (sekitar 65%), karena adanya
kesenjangan teknologi. Sebelum penelitian ini dilakukan, luas areal panen kedelai
mencapai 1.12 juta ha, dengan produksi 1.36 juta ton, dan produktivitas 1.21
ton/ ha. Banyaknya areal sawah subur yang beralih fungs i menjadi lahan industri,
pemukiman dan jalan, menghambat perluasan areal panen kedelai.
Karena
teknologi produksi belum dapat diandalkan, maka perlu identifikasi sumber
pertumbuhan baru kedelai, untuk mengimbangi laju permintaan kedelai domestik.
Pertumbuhan permintaan kedelai pada dasawarsa terakhir cukup tinggi,
namun belum mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus
diimpor dalam jumlah cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan tidak
adanya tarif impor, menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di
dalam negeri. Dari sisi prospek pengembangan kedelai untuk menekan impor,
cukup tersedia sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi
yang memadai, dan SDM yang terampil dalam usahatani, dengan pasar komoditas
kedelai yang masih terbuka luas.
Ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan pada kegiatanon-farm, terdiri
atas berbagai jenis tanaman pangan yang menjadi bagian integral dari usahatani.
Petani sulit dalam menentukan jenis tanaman yang dianggap sebagai tanaman sela
atau secondary-crops setelah tanaman utama padi dalam sistem usahatani.
Masing- masing tanaman memiliki agrospesifik lokasi dan pola tanam berbeda,
kesesuaian lahan, dan sifat agroekologi lainnya. Tanaman kedelai di beberapa
daerah merupakan komponen penting dalam struktur ekonomi rumahtangga
petani, karena menjadi sumber pendapatan tunai, apalagi dengan adanya pasar
terbuka di setiap tempat dan waktu.
3
Usahatani kedelai sebenarnya menguntungkan dari segi finansial, dengan
pendapatan bersih sekitar Rp. 2.05 juta/ha, walaupun luas areal panen kedelai
menurun dari 1.48 juta ha (1995) menjadi 0.55 juta ha (2004), atau turun rata-rata
10% pertahun (Balitbangtan, 2005). Sasaran peningkatan produksi 15% pertahun
untuk mencukupi kebutuhan da lam negeri, dengan produksi meningkat 60% pada
tahun 2009, berarti swasembada baru tercapai tahun 2015.
Investasi yang
dibutuhkan adalah Rp.5.09 triliun (2005-2009) dan Rp.16.19 triliun (2010-2025),
dimana swasta menyumbang sebesar Rp.0.68 triliun dan Rp.2.45 triliun.
Tujuan da n sasaran pengemba ngan kede lai tercapai jika ada dukungan da n
partisipasi dari seluruh stakeholder, yaitu: (1) kebijakan pemerintah dari subsistem
hulu hingga subsistem hilir, (2) komitmen stakeholder swasta/ pengusaha untuk
berpartisipasi dalam menekan ketergantungan pangan dari impor, dan
(3)
partisipasi Pemda dan aparat pertanian (penyuluh), serta masyarakat pertanian.
Kebijakan yang dapat dilakukan meliputi: (Balitbangtan, 2005)
1.
Kemudahan prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usahatani) bagi
petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai.
2.
Percepatan alih teknologi/ diseminasi hasil penelitian dan percepatan
penerapan teknologi ditingkat petani melalui revitalisasi tenaga penyuluh
pertanian.
3.
Pembinaan/ pelatihan produsen/ penangkar benih dalam aspek teknis
(produksi benih), manajemen usaha perbenihan, serta pemasaran benih,
termasuk penyediaan kredit usaha perbenihan bagi produsen benih.
4.
Pengembangan usaha kecil/ rumahtangga dalam subsistem hilir (pengolahan
produk
tahu,
tempe,
kecap,
tauco,
susu,
minyak-goreng),
untuk
menghasilkan produk olahan yang bermutu tinggi sesuai tuntutan konsumen.
5.
Kebijakan makro yang mendorong pengembangan kedelai dalam negeri
seperti tarif impor yang tinggi.
6.
Pengembangan prasarana / infrastruktur pertanian (pembukaan sawah / lahan
pertanian, fasilitas irigasi, dan jalan).
7.
Kebijakan alokasi sumberdaya (SDM dan anggaran) yang memadai,
termasuk litbang teknologi tepat guna (R&D).
4
Kedelai mempunyai nilai strategis serta menjadi sumber kalori dan protein
nabati, yang dapat diproses menjadi berbagai produk pangan fermentasi seperti
tempe, kecap, tauco, natto, dan produk pangan non- fermentasi seperti tahu, susu,
yuba, daging tiruan, serta produk minyak kasar untuk pangan dan industri seperti
minyak salad, minyak goreng, mentega putih, margarine. Disamping itu kedelai
juga diproses menjadi produk lesitin untuk pangan dan farmasi seperti roti, es
krim, yoghurt, makanan bayi, kembang gula, obat-obatan, dan produk kecantikan/
kosmetika, dan produk konsentrat protein untuk pangan dan farmasi, serta produk
bungkil kedelai untuk pakan ternak (Balitbangtan, 2005). Penganeka-ragaman
pola konsumsi masyarakat adalah dengan memanfaatkan sumber karbohidrat,
protein, dan mineral selain beras, seperti misalnya kedelai, jagung, kacang tanah,
singkong, dan ubi-jalar.
Dari berbagai tanaman pangan yang diusahakan oleh para petani, maka
keputusan untuk menanam kedelai sangat dipengaruhi oleh penerapan paket
teknologi budidaya kedelai maju di berba gai agro-ekosistem, yaitu meningkatkan
produksi, produktivitas, dan pendapatan petani (Manwan et.al., 1990). Masalah
usahatani kedelai di tingkat petani adalah rendahnya produktivitas dan terbatasnya
peluang perluasan areal panen, kurangnya keahlian dan ketrampilan, serta
rendahnya pennggunaan teknologi yang efisien di berbagai agro-ekos istem
(Sumarno et.al., 2007). Tingkat partisipasi petani relatif rendah dan terintegrasi
dalam kelompok tani melalui koperasi, sehingga memerlukan pola kemitraan yang
sejajar untuk pengembangan usaha (Lim, 1997). Faktor pembatas produktivitas
adalah pada penyediaan benih bermutu, pola tanam, introduksi teknologi baru,
pengendalian hama penyakit dan gulma, permodalan, dan kepemilikan lahan.
Kelemba gaan pe ndukung seperti penangkar benih dan penyuluh lapangan masih
belum berfungsi (Adisarwanto dan Suyamto, 1997; Adnyana dan Kariyasa, 1997).
Dalam sistem produksi terpadu ditentukan oleh faktor internal, eksternal,
lingkungan bio-fisik, da n sos ial eko nomi (Somaatmadja, 1985). Faktor internal
mencakup ketersediaan sumberdaya lahan, tenaga kerja, dan modal.
Faktor
eksternal berupa permintaan produk, kelembagaan (pemasaran, kredit usahatani,
penyuluhan,
pemilikan
lahan,
koperasi),
dan
sarana/prasarana
(irigasi,
transportasi). Faktor alami adalah lingk ungan fisik seperti lahan (jenis tanah,
5
ketinggian/
kemiringan,
radiasi,
topografi),
iklim
(curah
hujan,
suhu,
kelembaban), dan lingkungan biologi (varietas, hama, penyakit, gulma). Faktor
sos ial-ekonomi adalah ketersediaan sarana produksi seperti benih, pupuk, dan
pestisida.
Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
pangan, khususnya kedelai, telah banyak dilakukan. Menurut Ditjen Tanaman
Pangan (1998), kebijakan yang dilakukan adalah introduksi paket teknologi baru
yang tepat guna, program intensifikasi kede lai IP-300, Gemapalagung (gerakan
mandiri padi, kedelai, dan jagung), dan diversifikasi pangan. Program ini
ditujukan
untuk
melepaskan
diri
dari
ketergantungan
impor
kedelai.
Pengembangan sentra produksi kedelai seperti di propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Barat, dan Lampung, memerlukan dukungan
lapangan kerja di luar pertanian, mengingat karakteristik kesempatan kerja sektor
pertanian bersifat musiman.
Bahkan kedelai dianggap sebagai tanaman sela
setelah tanaman padi, yang
kurang diminati petani, sehingga belum dapat
menyerap tenaga kerja cukup banyak. Status tanaman kedelai adalah tanaman
secondary-crops untuk lokasi/daerah sub-tropis.
Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai dapat dilakukan melalui:
(1) perluasan areal panen di lahan sawah dan lahan kering (ekstensifikasi), (2)
intensifikasi, (3) stabilitas hasil dengan menangkal hama penyakit dan gulma, (4)
penekanan senjang hasil dengan penyuluhan intensif, penggunaan varietas benih
unggul bermutu, pola tanam, pengolahan tanah, dan pemupukan sesuai dosis
anjuran, (5) penekanan susut hasil melalui perbaikan pasca-pa nen da n rehabilitasi
lahan, da n (6) penetapan harga yang stabil di musim panen dan musim paceklik.
Proses diversifikasi ekonomi pada rumahtangga petani pada umumnya
masih terbatas pada keragaman jenis usahatani, sehingga masih tergolong pada
skala usaha kecil (rumahtangga). Dengan demikian tambahan pendapatan bagi
rumahtangga petani kedelai masih rendah, sehingga sumber pendapatan dan
pembagian kerja dalam keluarga belum mampu meningkatkan kesejahteraan
keluarganya secara proporsional.
Perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, mengakibatkan proporsi angkatan kerja sektor pertanian menurun,
6
sedangkan sektor industri dan jasa meningkat. Pada tahun 1990 penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian adalah 50.40%, sektor industri 16.80%, dan sektor
jasa 32.80%. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian berkurang dari 64%
(awal PJPT I.) menjadi 51% (akhir PJPT I.), dan pangsanya terhadap PDRB turun
dari 34% menjadi 19%. Kualitas tenaga kerja di sektor industri dan jasa lebih
tinggi dibandingkan di sektor pertanian, karena menggunakan jenis teknologi
yang lebih maju dengan disiplin tinggi.
Pada umumnya produktivitas
tenaga kerja rendah,
maka
tingkat
pemanfaatan tenaga-kerjanya juga rendah, sehingga menimbulkan pengangguran
tidak kentara.
Produktivitas tenaga kerja rendah tercermin pada tingkat
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap para pekerja, sedangkan pemanfaatan
tenaga kerja terlihat pada jam kerja dan tingkat upah. Menurut Mangkuprawiro
(1985), tenaga kerja rumahtangga petani miskin bersedia menerima upah rendah
asal tidak menganggur.
Peranan keluarga dalam rumahtangga sebagai unit dasar pengambilan
keputusan, hampir mirip perusahaan dalam teori permintaan tenaga kerja. Setiap
rumahtangga berusaha memenuhi kebutuhan minimum, dan memperbaiki tingkat
hidup dengan bekerja mencari upah. Pendapatan yang diterima dalam bentuk
upa h tenaga kerja aka n menambah kesejahteraan keluarga, sehingga rumahtangga
yang rasional akan berusaha memanfaatkan waktunya seoptimal mungkin untuk
mencapai kesejahteraan keluarga.
Prioritas pembangunan di era milenium dialihkan dari bidang pertanian ke
bidang industri dengan pertanian sebagai pendukungnya. Setelah terjadi krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, bidang industri belum bisa diandalkan,
sebaliknya bidang pertanian lebih mampu dijadikan alternatif yang lebih baik,
yaitu melalui pembangunan pertanian sebagai suatu sistem agribisnis (Saragih,
2001).
Petani perlu diberdayakan, dengan melibatkan partisipasi pemerintah
daerah dan swasta. Periode 1981-1995 agroindustri menyumbang 50% dari total
ekspor Indonesia, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja, dalam rangka
untuk meningkatkan penghasilan dan daya beli masyarakat.
Krisis ekonomi tahun 1998, menyebabkan jumlah petani miskin bertambah
karena kesempatan berusaha masih kurang. Kendalanya terletak pada modal yang
7
terlalu kecil, pasar yang terbatas, teknologi sederhana, tingkat pendidikan rendah,
dan akses pelaku ekonomi yang terbatas. Sifat ketergantungan petani dalam
berusaha berakibat ketidak-bebasan petani dalam berproduksi dan memasarkan
hasilnya. Petani harus mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya agar
menguntungkan, dan petani harus responsif.
Kebijakan perluasan lapangan kerja antara lain dengan pengembangan
agroindustri. Untuk melihat keterkaitan berbagai aktivitas ekonomi seperti
produksi dan produktivitas, penggunaan input teknologi, penggunaan tenaga
kerja, pendapatan rumahtangga dan pengeluaran petani, memerlukan pengkajian
dan analisis secara simultan menggunakan pendekatan ekonometrika.
Dalam rangka peningkatan produksi dan penerimaan usahatani kedelai serta
pendapatan rumahtangga petani, maka identifikasi permasalahan makro seringkali
dirasakan kurang mencukupi, sehingga memerlukan kebijakan pembangunan yang
terkait dengan rumahtangga petani, untuk menjawab permasalahan mikro yang
tergantung kondisi setempat (loka l).
Berdasarkan hal tersebut sangat relevan
untuk melakukan kajian perilaku rumahtangga petani kedelai yang spesifik lokasi.
Sektor pertanian di negara berkembang seperti Indonesia memiliki
karakteristik tertentu, seperti teknologi produksi pertanian, rumahtangga petani
sebagai satu unit ekonomi, dan produk pertanian sebagai komoditas (Nakajima,
1986).
Rumahtangga petani penting karena sumbangan kegiatan usahatani
rumahtangga terhadap produk sektor pertanian cukup besar.
Data BPS pada
sensus pertanian 2003 menunjukkan bahwa total rumahtangga pertanian sebesar
24.87 juta, terdiri dari usahatani padi 13.77 juta atau 55.37%, dan usahatani
palawija 10.86 juta atau 43.66% (Kusnadi, 2005).
Konsentrasi distribusi rumahtangga petani di Pulau Jawa menyebabkan luas
lahan yang dimilikin menjadi lebih sempit. Tekanan penduduk dan alih fungs i
lahan pertanian akan mempersempit penguasaan atas lahan kepemilikan
rumahtangga petani, sehingga sering disebut sebagai rumahtangga petani gurem.
Karakteristik rumahtangga pertanian ini berpengaruh pada aspek teknologi dan
dan aspek produksi pertanian, dimana resistensi terhadap perubahan teknologi
adalah cukup besar, dengan resiko gagal panen yang cukup tinggi. Akibatnya
petani kecil cenderung memilih teknologi tradisional, dengan resiko gagal panen
8
yang rendah. Penelitian Mulyana (1998) menganalisis bahwa produktivitas padi
sawah di Jawa, Bali, Sumatera, dan
Sulawesi, tidak responsif terhadap
peningkatan penggunaan pupuk, atau mengalami kejenuhan, sehingga perlu
terobosan baru dalam bidang teknologi baru seperti rekayasa perbenihan atau
perbaikan teknologi budidaya.
produktivitas
berpengaruh pada
Lambatnya laju peningkatan produksi dan
ketergantungan pada
impor
komoditas
padi/gabah, termasuk kedelai dan jagung.
Menurut laporan tahunan FAO, produktivitas kedelai Indonesia pada
dasawarsa 1990-an, meningkat dari 0.85 ton/ha menjadi 1.11 ton/ha, tetapi masih
jauh dibawah rata-rata dunia sebesar 1.84 ton/ha, apalagi terhadap Amerika
Serikat (2.18 ton/ha) dan Brazil (1.97 ton/ha). Perbedaan ini dipengaruhi oleh
iklim, panjang hari, teknik budidaya, dan penggunaan input produksi sesuai
anjuran. Faktor lainnya adalah luas lahan usaha yang sempit, serangan hamapenyakit dan gulma, fluktuasi harga, kecilnya kredit usahatani, dan belum
terjalinnya kerjasama antar instansi. Menurut data BPS, selama kurun waktu
1970-2003, perkembangan luas areal panen dan produksi relatif tidak meningkat
secara berarti, dan sejak tahun 2000 terlihat menurun.
Kesenjangan antara permintaan dan penawaran kedelai domestik, akan
meningkatkan jumlah impor, dan m
KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA,
PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN
DISERTASI
OLEH:
SUSETYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi yang berjudul “Model
Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di Indonesia: Analisis Dampak
Kebijakan
Te rhadap
Tenaga
Kerja,
Pendapatan,
dan
Penge luaran”merupakan karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitka n maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Februari 2012
Susetyanto
Nrp. 95512/EPN
ABSTRACT
SUSETYANTO. Soybean Farm Household Economic Model in Indonesia:
Policy Impact Analysis on Labo ur, Income and Expe nditure (BONAR
M.SINAGA as Chairman, HARIANTO, ANNY RATNAWATI, BUNGARAN
SARAGIH, and DJOKO S.DAMARDJATI as Members of the Advisory
Committee).
Soybean as a source of protein was processed to several products such as
soy-cake, tofu, soy-paste, waste-soy cake, soy-sauce, soy- layer, milk, yoghurt,
soy-oil, and soy meat- like. The interesting issue of the farm household is the
complex interactions between production and consumption decisions. The
soybean plantation status is the seconda ry crop s after padd y. The simultaneous
production and consumption decisions of the farm household can be ana lysed by
inter-relations among labour, income, and expenditure. The low soy productivity
and the slow extent suggested studies soybean farm household economic mode l.
The objectives of the research was to: (1) identify the dominant factor that
influe nce to farm household decisions, (2) analyze the inter-relations among
labour, income and expenditure, (3) analyze the impact of input technology
production, and (4) analyze price policy impact on soy prod uction and farmhousehold income. The procedure analysis was formulated by simultaneous
equation, which has inter-relations among endo genous and exoge nous variables,
with Two Stage Least Squares (2S LS) estimation method and Newton solution.
The study was conducted in Pasur uan and Ponorogo–East Java, Wonogiri–Central
Java, Gunung Kidul–Yogyakarta, Garut–West Java, and Central Lampung–
Lampung province. The location and farmers were determined and selected by
purposive and stratified random sampling method (250 persons). The price
changes policy covered to food commodity (soybean and paddy), inputtechnology prod uction such as seed, fertilizer, and pesticide (growing stimulant
and rhizoplus), paddy price, labour wage, and the sinergies of soy price with farm
production facilities. The result showed that the best policy of increasing soy
production and farm- household income were the policy increasing of soy price
25% and 37.5%;combination of soy price 25% and paddy price 15%;combination
of soy price 25%, paddy price 15%, and labour wage 10%;combination of soy
price 37.5% and farm production facilities prices 10%;and combination of soy
price 37.5% with paddy price 15%,labo ur wage 10%, also farm production
facilities prices 10%. These scenarios could be done to determine the basic price
of paddy and secondary crops , alsorecomended to diminish or to abort fertilizer
and pesticide subsidy. The policy impact of this scenario, influenced to increasing
of soy production and farm- household income,were expected to improve the
soybean plantation for processing industry, and to introduce product
diversification in order to reach food security and soy self-sufficiency.
Keywords
: soybean, farm household economic model, food-commodity, inputtechnology, price policy changes, fertilizer subsidy, selfsufficiency.
RINGKASAN
SUSETYANTO. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di Indonesia:
Analisis Dampak Kebijakan Terhadap TenagaKerja, Pendapatan dan Pengeluaran.
(BONAR M. SINAGA , sebagai Ketua, HARIANTO,ANNY RATNAWATI,BUNGARAN
SARAGIH, dan DJOKO S. DAMARDJATI, sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Isu menarik dalam rumahtangga petani adalah hubungan kompleks antara
keputusan rumahtangga produsen dan konsumen. Status petani kedelai adalah
sebagai petani tanaman sekunder setelah tanaman padi (primer). Keputusan
produksi dan konsumsi rumahtangga petani secara simultan dapat dianalisis
dengan melihat hubungan antara tenaga kerja, pendapatan, dan pengeluaran
rumahtangga petani. Produksi, produktivitas dan luas areal panen kedelai yang
rendah, merupakan alasan perlunya dilakukan penelitian mode l ekonomi
rumahtangga petani kedelai di Indonesia.
Tujuan pe nelitian adalah mempelajari perilaku ekonomi rumahtangga petani
kedelai di Indonesia dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga,
khususnya dampak kebijakan terhadap tenaga kerja, pendapatan dan pengeluaran
rumahtangga, yaitu: (1) mengidentifikasi perilaku rumahtangga petani dan faktor
dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan produksi dan pengeluaran
rumahtangga petani, (2) menganalisis keterkaitan antara penggunaan tenaga kerja,
pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani, termasuk produksi, sarana
produksi, tenaga kerja, pendapatan, konsumsi dan investasi, serta tabungan dan
kredit pertanian, (3) menganalisis pengaruh penerapan input teknologi produksi
dan inovasi teknologi baru pada rumahtangga petani kedelai terhadap produksi
kedelai dan pendapatan rumahtangga, dan (4) menganalisis dampak kebijakan
kenaikan harga terhadap produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga.
Kerangka pemikiran mengacu pada model ekonomi rumahtangga petani
atau Agricultural/Farm Household Modeldari Bagi dan Singh, dimana perilaku
rumahtangga petani dianalisis dari sisi produksi dan sisi konsumsi, yang
dipengaruhi oleh faktor input teknologi produksi, tenaga kerja, pendapatan,
pengeluaran konsumsi dan investasi, tabungandankreditpertanian. Kriteria yang
digunakan adalah kriteria ekonomi, pengujian statistik, dan asumsi model
ekonometri. Prosedur analisis menggunakan persamaan simultan, dengan melihat
keterka itan antara pe uba h endo gen da n pe uba h eksogen, menggunakan metode
pendugaan Two Stage Least Squares (2SLS) dengan solusi Newton.
Penelitian dilakuka n di kabupa ten Pasur uan da n Ponorogo propinsi Jawa
Timur, Wonogiri–Jawa Tengah, Gunung Kidul–D.I.Yogyakarta, Garut–Jawa
Barat, dan Lampung Tengah–Lampung. Pemilihan daerah sampel berdasarkan
statusnya sebagai penghasil kedelai nasional secarapurposivesampling, dengan
metode pengambilan sampel secara stratified random sampling, dimana strata
luas lahan garapa n adalah di bawah 0.50 ha, antara 0.50–1.00 ha, dan di atas 1.00
ha, yang terdiri dari petani pemilik dan petani penggarap, pada sawah beririgasi
teknis, setengah teknis, dan tadah hujan.
Dampak alternatif kebijakan kenaikan harga meliputi skenario kenaikan:(1)
harga kedelai (25% dan 37.5%); (2) kombinasihargakedelai25%
denganhargagaba hKP 15%; (3) kombinasi harga kedelai 25%, harga gaba hKP
15%, dan upah tenaga kerja luar keluarga 10%; (4) kombinasihargakedelai 37.5%
dengan
harga
sarana
prod uksi
(benih,
pupuk,
pestisida)
10%;serta(5)
kombinasihargakedelai
37.5%
denganhargagaba hKP
15%,upahtenagakerjaluarkeluarga 10%,danharga sarana prod uksi (benih, pupuk,
pestisida) 10%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skenario kebijakan ke naika n hargahargaakan meningkatkan produksi kedelai dan pendapatan rumahtangga,
yaitumelalui kenaikan: (1) harga kedelai (25%): 32.0%dan 13.9%; (2) harga
kedelai (37.5%): 155.7%dan 19.1%; (3) harga kedelai dengan harga gaba hKP:
38.1%dan 17.7%; (4) harga kedelai,harga gaba hKP,danupa h tena ga kerja luar
ke luarga: 36.8%da n 16.6%;(5) harga kedelai (37.5%)dengan harga sarana
produksi:33.6%dan16.1%;dan(6) harga kedelai (37.5%) dengan harga gaba hKP,
upa h tenaga kerja luar ke luarga,sertaharga sarana produksi: 39.3%dan
19.1%.Skenario ini direkomendasikansebagaikebijakan yang tepat sasaran bagi
target pencapaian pemerintah dalam peningkatan produksi kedelai dan pendapatan
rumahtangga petani. Disamping itu, pemerintah berkepentingan dalam kebijakan
penentuan harga dasar padi dan palawija serta penghapusan subsidi pupuk.
Implikasi kebijaka n ke naika n harga output (kedelai) da n harga input
(teknologi produksi), aka n berdampak besar pada perluasan areal panen,
peningkatan
produksi,
penggunaansaranaproduksi,
ketenaga-kerjaan,
pendapatan,konsumsi dan investasi, sertatabungandankreditpertanian. Diharapkan
petani bergairah untuk menanam dan mengolah hasil kedelai, dalam rangka
diversifikasi pangan guna mencapai ketahanan dan keamanan pangan serta
tercapainya swasembada kedelai.
Kata Kunci : Kedelai, model ekonomi rumahtangga petani, komoditas pangan,
input teknologi, kebijaka n peruba han harga, subs idi pupuk,
swasembada kedelai.
vi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1.
2.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI
KEDELAI DI INDONESIA: ANALISIS DAMPAK
KEBIJAKAN TERHADAP TENAGA KERJA,
PENDAPATAN, DAN PENGELUARAN
OLEH:
SUSETYANTO
DISERTASI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji pada Ujian Tertutup:
1.
Dr. Ir. Nunung Kusnadi MSi.:
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
2.
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, MSi.: Staf Pengajar Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor.
Penguji pada Ujian Terbuka:
1.
Dr. Ir. Handewi P. Saliem, MSi.:
Ketua Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Balitbangtan,
Kementerian Pertanian.
2.
Dr. Ir. Soemaryanto MSi.:
Staf Peneliti pada Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian, Balitbangtan,
Kementerian Pertanian.
x
Judul Disertasi
:
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai di
Indonesia: Analisis Dampak Kebijakan Terhadap
Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran
Nama Mahasiswa
:
Susetyanto
Nomor Pokok
:
95512 / EPN
Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. Bonar M.Sinaga, MA.
Ketua
Dr.Ir. Harianto, MSi.
Anggota
Prof.Dr.Ir.Bungaran Saragih, MEc.
Anggota
Dr.Ir. Anny Ratnawati, MSi.
Anggota
Prof.Dr.Ir.Djoko S.Damardjati, MSi.
Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian
Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Prof.Dr.Ir.Bonar M.Sinaga, MA.
Dr.Ir.Dahr ulsyah MSc.Agr.
Tanggal Ujian: 31 Januari 2012
Tanggal Lulus: Februari 2012
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Penelitian dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada Sekolah Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor. Fokus penelitian
adalah tentang model ekonomi rumahtangga petani kedelai di Indonesia, dengan
menganalisis dampak kebijakan perubahan harga terhadap tenaga kerja,
pendapatan, dan pengeluaran, menggunakan kerangka teori Agricultural/Farm
Household Model. Lokasi penelitian adalah di kabupaten Pasuruan dan Ponorogo
di Jawa Timur, Wonogiri di Jawa Tengah, Gunung Kidul di D.I.Yogyakarta,
Garut di Jawa Barat, dan Lampung Tengah di Lampung.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada komisi
pembimbing yang telah mengasah-asih-asuh saya sehingga penelitian ini selesai,
yaitu: Prof.Dr.Ir. Bonar M. Sinaga, MA, selaku ketua, Dr.Ir. Harianto, MSi,
Dr.Ir. Anny Ratnawati, MSi, Prof.Dr.Ir. Bungaran Saragih, MEc, dan Prof.Dr.Ir.
Djoko S. Damardjati, MS, sebagai anggota komisi pembimbing. Terima kasih
saya haturkan pula kepada Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Dekan
Sekolah Pascasarjana, dan Rektor Institut Pertanian Bogor, yang telah memberi
kesempatan penulis menimba ilmu, termasuk para staf akademis dan staf
administrasi yang telah memberikan pelayanan secara memadai. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada jajaran pimpinan pada unit kerja penulis di
Direktorat Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi pada Kedeputian
Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, BPPT. Kepada istri dan putri tercinta,
Dr.Ir. SriWidowati MAppSc. dan Ir. Rr.Arumdya h Tyasayu Parameswari, saya
ucapka n beribu terima kasih atas dorongan moril dan materiil, demikian juga
kepada ibunda tercinta, Dra. Sunaryati Sutanto, MSi, atas doa restunya, termasuk
adik-adikkutercintaHeny, Ratna, Anik, Esti, Harsi, Wisnu, termasukBintoro,
Teguh, Heru, Agus, Bono, Wilis, Endang, Jatmiko, Gunawan, Wati, serta rekanreka n sejawatseperti Ir. RusdiSalehdkk,dansanakhandaitaulanyang tak dapat
disebutkan satu persatudisini, dimana telah banyak memberikan dorongan
semangat agar penulisan disertasi ini dapat selesai.
Kritik dan saran atas penelitian ini sangat diharapkan, sebagai sumbangsih
bagi penelitian lanjutan tentang ekonomi rumahtangga pada usahatani kedelai.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa, serta
agama. Amien yaa Robal- Alamien.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bogor, Februari 2012
Susetyanto
xiv
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra pertama dari tujuh bersaudara, dilahirkan di
Yogyakarta, pada tanggal 18 Maret 1960, dari keluarga pasangan bapak
RM. Sutanto BCtt., dan ibu Dra.Sunaryati S, MSi. Penulis menikah dengan
Dr. Ir. SriWidowati MAppSc, pada tahun 1986, dikarunia seorang putri bernama
Ir.
Rr.Arumdyah
Tyasayu
Parameswari
menyelesaikankuliahnyadi Fakultas Perikanan,
(23
tahun)
yang
telah
Universitas Gajah Mada -
Yogyakarta.
Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas, ditempuh di D.I.Yogyakarta, dan selesai belajarmasing- masing
pada tahun 1971, 1974, dan 1977. Pada tahun 1978/1979, penulis melanjutkan
studi ke Fakultas Ekonomi jurusan Ekonomi Umum, Universitas Gajah Mada, dan
berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1984. Penulis melanjutkan
program studi Ilmu Ekonomi Pertanian pada Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 1991/1992, dan berhasil meraih gelar Magister Sains
padatahun 1994. Penulis menempuh pendidikan jenjang Doktoral (S3) sejak
tahun 1995/1996 padajurusan Ilmu Eko nomi Pertanian, Seko lah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 1985 penulis mulai bekerja sebagai peneliti pada Kedeputian
Bidang Analisa Sistem, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di
Jakarta, dan hingga sekarang masih aktif bekerja sebagai perekayasamadya pada
Kedeputian Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, di Direktorat Pusat
Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, BPPT, Jakarta.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxi
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxv
DAFTAR LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
xxvii
I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2. Perumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.3. Tujuan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.4. Ruang Lingkup Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
1
10
13
14
II.
TINJAUAN PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.1. Pengertian Rumahtangga Petani. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2. Kajian Model Ekonomi Rumahtangga. . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3. Penerapan Model Ekonomi Rumahtangga. . . . . . . . . . . . . .
2.4. Model Empiris pada Pengambilan Keputusan Rumahtangga Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
17
17
19
23
33
III.
KERANGKA PEMIKIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.1. Teknologi Produksi Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2. Penawaran Tenaga Kerja dan Alokasi Waktu . . . . . . . . . . .
3.3. Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . .
3.4. Fungsi Permintaan Input da n Penawaran Output . . . . . . . .
39
39
48
57
61
IV.
METODE PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.1. Lokasi Penelitian, Sumber Data, dan Sampel Data . . . . . . .
4.1.1. Lokasi Penelitian dan Sumber Data . . . . . . . . . . . .
4.1.2. Metoda Pengambilan Contoh . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2. Perumusan Model dan Prosedur Analisis . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.1. Spesifikasi Mod el . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.2. Identifikasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.3. Estimasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.4. Validasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2.5. Simulasi Model . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
66
66
66
66
67
67
81
82
82
83
V.
DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . .
5.1. Deskripsi Wilayah Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2. Hasil Penelitian Lapang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2.1. Keadaan Umum Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2.2. Pendidikan dan Pekerjaan Petani . . . . . . . . . . . . . .
5.2.3. Status Pemilika n Lahan da n Type Lahan . . . . . . .
.
85
85
95
95
95
97
5.2.4.
5.2.5.
5.2.6.
5.2.7.
5.2.8.
5.2.9.
5.2.10.
5.2.11.
VI.
VII.
Pola Tanam . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Upa h Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penggunaan Sarana Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . .
Investasi dan Pengeluaran Petani . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Kekayaan Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Petani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Rata-rata Peuba h Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.
98
99
102
103
108
110
112
113
HASIL ESTIMASI DAN VALIDASI MODEL EKONOMI
RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.1. Luas Areal Panen dan Produksi Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . .
6.2. Penggunaan Sarana Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.3. Penggun aan Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.4. Biaya Usahatani . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5. Pendapatan Rumahtangga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.6. Pengeluaran Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.7. Pengeluaran Investasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.8. Tabungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.9. Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.10. Surplus Pasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.11. Validasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . .
116
DAMPAK KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA TERHADAP
EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI KEDELAI . . . . . . . . . .
7.1. Kenaikan Harga Pangan
7.1.1. Harga Kedelai (25% dan 37.5%) . . . . . . . . . . . . . .
7.1.2. Harga Kedelai 25% dengan Harga Gaba hKP 15% .
7.2. Kenaika n Harga Kedelai 25% dengan Harga Gaba hKP
15%dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% . . . . . . . . .
....
7.3. Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana
Produksi 10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.4. Kenaikan Harga Kedelai25% dengan Harga Gaba hKP 15%,
Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.5. Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Sarana
Produksi10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.6. Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Gaba hKP
15%, Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%,dan Harga
Sarana Produksi10% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.7. Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga-hargaterhadap
Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . .
118
121
131
138
138
142
144
149
150
151
152
155
155
156
156
160
162
164
164
166
169
Xviii
VIII.
KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.1. Kesimpulan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2. Saran Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2.1. Saran Kebijakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
8.2.2. Saran Penelitian Lanjutan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
174
174
176
176
177
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
178
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
189
xix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten LampungTengah Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . .
2. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . .
3. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Garut Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . . . . . . . . .
4. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Garut Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . . . . .
5. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . .
6. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . .
7. Luas Areal Panen, Prod uksi, d an Prod uktivitas Tanaman Pangan di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2000/2001 (Per-Komoditas) . . . . . . . .
8. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kede lai di
Kabupaten Wonogiri Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . .
9. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Kabupaten Ponorogo Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . .
10. Luas Areal Tanam dan Luas Areal Panen Kedelai di Kabupaten
Pasuruan Tahun 2000/2001 (Per-Kecamatan) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Timur Tahun 2001–2007. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
12. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
13. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Prop insi
D.I.Yogyakarta Tahun 2001–2007. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
14. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Jawa Barat Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
15. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Propinsi
Lampung Tahun 2001–2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
16. Luas Areal Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di
Indonesia Tahun 2007 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
17. Umur Petani, Anggota Keluarga, Angkatan Kerja Keluarga, dan
Lama Pendidikan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18. Persentase Tingkat Pendidikan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . .
19. Persentase Pekerjaan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
20. Status Pemilikan Lahan Garapan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . .
21. Type Lahan Sawah Garapan Petani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . .
22. Luas Lahan Garapa n dan Sewa Lahan Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . .
85
86
86
87
88
88
89
89
90
91
92
92
93
93
94
94
95
96
96
97
98
98
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
Pola Tanam Pada Musim Tanam I Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Pola Tanam Pada Musim Tanam II Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Pola Tanam Pada Musim Tanam III Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . .
PersentasePeminjamKredit,
AsalKredit,
dan
Cara
PembayaranTahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
..........
Paket Kredit Usahatani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Kredit Usahatani Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Suku-Bunga Kredit dan Jangka Waktu Kredit Tahun 2001 . . . . . . .
Upah Perhari Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tahun 2001 . . . . . . . .
Upa h Perhari Tenaga Kerja Luar Keluarga Tahun 2001 . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Benih Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Urea Tahun 2001 . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk SP36/TSP Tahun 2001. . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk KCL/ZA Tahun 2001 . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Pupuk Hijau/Kandang Tahun 2001 .
Jumlah Penggunan da n Biaya Insektisida Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya Herbisida Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Jumlah Penggunaan dan Biaya ZatPerangsangTumbuh Tahun 2001
Jumlah Penggunaan Pestisida Lain Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumlah Pemakaian dan Biaya Rhizoplus Tahun 2001 . . . . . . . . . . .
Persentase Jumlah Pemakai dan Asal Rhizoplus Tahun 2001 . . . . .
Persentase Cara PerolehanRhizoplusTahun 2001. . . . . . . . . . . . . .
Investasi dan PajakBumiBangunanTahun 2001. . . . . . . . . . . . . . .
Pengeluaran Keluarga Bulanan Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NilaiRumah dan TanahsertaAssetKekayaanTahun 2001. . . . . . .
Jumlah dan Nilai Ternak Tahun 2001 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nilai Alat da n Mesin Produksi Pertanian Tahun 2001. . . . . . . . . . . .
Nilai Asset Total Petani Tahun 2001.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Usahatani Tanaman Pangan Tahun 2001. . . . . . . . . . . .
Penerimaan Usahatani Total Tahun 2001.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penerimaan Non-Usahatani dan Non-Pertanian Tahun 2001 . . . . . .
Nilai Rata-rata Peubah Model Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai di Indo nesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelaidan
NilaiElastisitasLuasArealPanenKedelai. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Produksi Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Benih Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk Urea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
99
99
99
100
101
101
102
102
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
119
120
121
123
xxii
58. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk SP36/TSP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
59. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Pupuk KCL/ZA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
60. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasObat/Pestisida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Zat Perangsang Tumbuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
62. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Rhizoplus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
63. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Tenaga Kerja Dalam Keluarga . . . . . . . . . . . . . . . .
64. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaLuarKeluarga . . . . . . . . . . . . . . . . .
65. HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaDalamKeluarga Non-Kedelai . . . . .
66. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasTenagaKerjaDalamKeluarga NonUsahatani Lain
67. Hasil EstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Penerimaan Usahatani Non-Kedelai . . . . . . . . . . .
68. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Penerimaan Non-Usahatani Lain . . . . . . . . . . . . . .
69. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Konsumsi Pangan Tunai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
70. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Kons umsi Non-Pangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
71. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Investasi Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
72. HasilEstimasiModelEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasInvestasiKesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
73. HasilEstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
NilaiElastisitasInvestasiProduksiPertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . .
74. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Tabungan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
75. Hasil EstimasiMode lEkonomiRumahtangga Petani Kedelai dan
Nilai Elastisitas Kredit Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
76. Respon Model Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . .
77. Dampak Kenaikan HargaKedelai 25%terhadap
Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
78. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
79. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . .
124
126
127
128
130
131
133
135
136
139
140
142
143
145
146
147
149
150
153
157
158
159
Xxiii
80. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15% dan Upah Tenaga Kerja LuarKeluarga 10% terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
81. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
82. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 25% dengan Harga GabahKP
15%, Upa h Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
83. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
84. Dampak Kenaikan Harga Kedelai 37.5% dengan Harga GabahKP
15%, Upa h Tenaga Kerja LuarKeluarga 10%, dan Harga Sarana
Produksi 10% terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Kedelai . . .
85. Rekapitulasi Dampak Kenaikan Harga- harga terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
161
163
165
167
168
170
xxiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1. Tahapan Skala Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Pengaruh Perubahan Tingkat Upah dan Pendapatan Terhadap
Alokasi Waktu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3. Keterkaitan Tenaga Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran
Rumahtangga Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Halaman
41
50
69
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1. Program Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga Petani
KedelaiMetode 2SLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Hasil Estimasi Model Ekonomi
Rumahtangga Petani
KedelaiMetode 2SLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.......
3. Program Validasi Mode l Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai dengan Metode Solusi Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4. Hasil Validasi Mode l Ekonomi Rumahtangga Petani
Kedelai de ngan Metode Solusi Newton . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. Program Simulasi Kebijakan Mode l Ekonomi Rumahtangga
Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6. Hasil Simulasi Kebijakan Mode l Ekonomi Rumahtangga
Petani Kedelai . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7. Hasil Analisis Usahatani Kedelai di Indo nesia . . . . . . . . . . . . .
Halaman
190
195
207
210
213
216
219
I.
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup
masyarakat, dengan cara meningkatkan produksi nasional lebih cepat dari
pertumbuhan
penduduk,
disertai
usaha
peningkatan kesempatan kerja.
Pertumbuhan ekonomi dicapai melalui proses penyesuaian ke majuan teknologi,
dimana terjadi pergeseran struktur perekonomian dari pertanian ke industri,
termasuk adanya pergeseran tenaga kerja. Strategi pembangunan pangan adalah
untuk meningkatkan pendapatan petani untuk mencapai swa-sembada pangan,
dengan pengaaneka-ragaman hasil pertanian, kualitas dan nilai tambah hasil
pertanian, dukungan sistem pengairan, dan penyuluhan handal (Kuntjoro, 1997).
Subsektor pertanian tanaman pangan memberikan kesempatan kerja yang
luas untuk meningkatkan pendapatan keluarga, sebagai penggerak kegiatan
agribisnis, dan mampu memberdayakan pengusaha kecil dan menengah serta
koperasi secara lintas sektoral dan nasional (Simatupang, 1995).
Dalam
pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian (Saragih, 2001), memerlukan
strategi
agribisnis
bagi komoditas
unggulan
berskala
ekonomis
yang
menghasilkan produk berdaya saing tinggi, termasuk pengembangan usahatani
non-padi seperti kedelai (Simatupang, 1988).
Dengan demikian target swa-
sembada kedelai yang dicanangkan tahun 2012 adalah untuk memenuhi
kebutuhan domestik, menghemat devisa negara, dan mendorong kegiatan
agribisnis.
Dalam kegiatan agroindustri, sentuhan teknologi pada industri sekunder
berbasis tanaman pangan atau non-pangan, menghasilkan nilai tambah lebih tinggi
dari segi ekonomi dan kegunaan hasil pertanian. Nilai tambah diperoleh melalui
proses pengolahan pasacapanen, untuk menghasilkan produk yang awet, bergizi,
mudah dikonsumsi, dan memiliki peluang pasar luas.
Pada awal pembangunan (PJPT I) Indonesia telah berhasil mewujudk an
swasembada pangan, khususnya beras, sejak tahun 1984.
Sektor pertanian
menyerap tenaga kerja paling besar, dan semakin berat bebannya sejak terjadi
2
krisis ekonomi dan moneter. Sumbangan subsektor tanaman pangan semakin
meningkat terhadap Produk Domestik Bruto sejak dari Pelita I hingga Pelita V.
Hal ini berpeluang besar sebagai sumber pertumbuhan baru pada akhir PJPT I,
walaupun produksi dan produktivitasnya masih rendah.
Sejak tahun 1975, Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai, yaitu
sekitar 607.40 ribu ton atau senilai US$. 180.60 juta pada tahun 1995. Bahkan
prediksi oleh Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun 2000 terjadi
kekurangan kedelai 1.12 juta ton, dimana ketergantungan penyediaan pangan
nasional, terhadap Pulau Jawa cukup tinggi (sekitar 65%), karena adanya
kesenjangan teknologi. Sebelum penelitian ini dilakukan, luas areal panen kedelai
mencapai 1.12 juta ha, dengan produksi 1.36 juta ton, dan produktivitas 1.21
ton/ ha. Banyaknya areal sawah subur yang beralih fungs i menjadi lahan industri,
pemukiman dan jalan, menghambat perluasan areal panen kedelai.
Karena
teknologi produksi belum dapat diandalkan, maka perlu identifikasi sumber
pertumbuhan baru kedelai, untuk mengimbangi laju permintaan kedelai domestik.
Pertumbuhan permintaan kedelai pada dasawarsa terakhir cukup tinggi,
namun belum mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus
diimpor dalam jumlah cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan tidak
adanya tarif impor, menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di
dalam negeri. Dari sisi prospek pengembangan kedelai untuk menekan impor,
cukup tersedia sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi
yang memadai, dan SDM yang terampil dalam usahatani, dengan pasar komoditas
kedelai yang masih terbuka luas.
Ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan pada kegiatanon-farm, terdiri
atas berbagai jenis tanaman pangan yang menjadi bagian integral dari usahatani.
Petani sulit dalam menentukan jenis tanaman yang dianggap sebagai tanaman sela
atau secondary-crops setelah tanaman utama padi dalam sistem usahatani.
Masing- masing tanaman memiliki agrospesifik lokasi dan pola tanam berbeda,
kesesuaian lahan, dan sifat agroekologi lainnya. Tanaman kedelai di beberapa
daerah merupakan komponen penting dalam struktur ekonomi rumahtangga
petani, karena menjadi sumber pendapatan tunai, apalagi dengan adanya pasar
terbuka di setiap tempat dan waktu.
3
Usahatani kedelai sebenarnya menguntungkan dari segi finansial, dengan
pendapatan bersih sekitar Rp. 2.05 juta/ha, walaupun luas areal panen kedelai
menurun dari 1.48 juta ha (1995) menjadi 0.55 juta ha (2004), atau turun rata-rata
10% pertahun (Balitbangtan, 2005). Sasaran peningkatan produksi 15% pertahun
untuk mencukupi kebutuhan da lam negeri, dengan produksi meningkat 60% pada
tahun 2009, berarti swasembada baru tercapai tahun 2015.
Investasi yang
dibutuhkan adalah Rp.5.09 triliun (2005-2009) dan Rp.16.19 triliun (2010-2025),
dimana swasta menyumbang sebesar Rp.0.68 triliun dan Rp.2.45 triliun.
Tujuan da n sasaran pengemba ngan kede lai tercapai jika ada dukungan da n
partisipasi dari seluruh stakeholder, yaitu: (1) kebijakan pemerintah dari subsistem
hulu hingga subsistem hilir, (2) komitmen stakeholder swasta/ pengusaha untuk
berpartisipasi dalam menekan ketergantungan pangan dari impor, dan
(3)
partisipasi Pemda dan aparat pertanian (penyuluh), serta masyarakat pertanian.
Kebijakan yang dapat dilakukan meliputi: (Balitbangtan, 2005)
1.
Kemudahan prosedur untuk mengakses modal kerja (kredit usahatani) bagi
petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribisnis kedelai.
2.
Percepatan alih teknologi/ diseminasi hasil penelitian dan percepatan
penerapan teknologi ditingkat petani melalui revitalisasi tenaga penyuluh
pertanian.
3.
Pembinaan/ pelatihan produsen/ penangkar benih dalam aspek teknis
(produksi benih), manajemen usaha perbenihan, serta pemasaran benih,
termasuk penyediaan kredit usaha perbenihan bagi produsen benih.
4.
Pengembangan usaha kecil/ rumahtangga dalam subsistem hilir (pengolahan
produk
tahu,
tempe,
kecap,
tauco,
susu,
minyak-goreng),
untuk
menghasilkan produk olahan yang bermutu tinggi sesuai tuntutan konsumen.
5.
Kebijakan makro yang mendorong pengembangan kedelai dalam negeri
seperti tarif impor yang tinggi.
6.
Pengembangan prasarana / infrastruktur pertanian (pembukaan sawah / lahan
pertanian, fasilitas irigasi, dan jalan).
7.
Kebijakan alokasi sumberdaya (SDM dan anggaran) yang memadai,
termasuk litbang teknologi tepat guna (R&D).
4
Kedelai mempunyai nilai strategis serta menjadi sumber kalori dan protein
nabati, yang dapat diproses menjadi berbagai produk pangan fermentasi seperti
tempe, kecap, tauco, natto, dan produk pangan non- fermentasi seperti tahu, susu,
yuba, daging tiruan, serta produk minyak kasar untuk pangan dan industri seperti
minyak salad, minyak goreng, mentega putih, margarine. Disamping itu kedelai
juga diproses menjadi produk lesitin untuk pangan dan farmasi seperti roti, es
krim, yoghurt, makanan bayi, kembang gula, obat-obatan, dan produk kecantikan/
kosmetika, dan produk konsentrat protein untuk pangan dan farmasi, serta produk
bungkil kedelai untuk pakan ternak (Balitbangtan, 2005). Penganeka-ragaman
pola konsumsi masyarakat adalah dengan memanfaatkan sumber karbohidrat,
protein, dan mineral selain beras, seperti misalnya kedelai, jagung, kacang tanah,
singkong, dan ubi-jalar.
Dari berbagai tanaman pangan yang diusahakan oleh para petani, maka
keputusan untuk menanam kedelai sangat dipengaruhi oleh penerapan paket
teknologi budidaya kedelai maju di berba gai agro-ekosistem, yaitu meningkatkan
produksi, produktivitas, dan pendapatan petani (Manwan et.al., 1990). Masalah
usahatani kedelai di tingkat petani adalah rendahnya produktivitas dan terbatasnya
peluang perluasan areal panen, kurangnya keahlian dan ketrampilan, serta
rendahnya pennggunaan teknologi yang efisien di berbagai agro-ekos istem
(Sumarno et.al., 2007). Tingkat partisipasi petani relatif rendah dan terintegrasi
dalam kelompok tani melalui koperasi, sehingga memerlukan pola kemitraan yang
sejajar untuk pengembangan usaha (Lim, 1997). Faktor pembatas produktivitas
adalah pada penyediaan benih bermutu, pola tanam, introduksi teknologi baru,
pengendalian hama penyakit dan gulma, permodalan, dan kepemilikan lahan.
Kelemba gaan pe ndukung seperti penangkar benih dan penyuluh lapangan masih
belum berfungsi (Adisarwanto dan Suyamto, 1997; Adnyana dan Kariyasa, 1997).
Dalam sistem produksi terpadu ditentukan oleh faktor internal, eksternal,
lingkungan bio-fisik, da n sos ial eko nomi (Somaatmadja, 1985). Faktor internal
mencakup ketersediaan sumberdaya lahan, tenaga kerja, dan modal.
Faktor
eksternal berupa permintaan produk, kelembagaan (pemasaran, kredit usahatani,
penyuluhan,
pemilikan
lahan,
koperasi),
dan
sarana/prasarana
(irigasi,
transportasi). Faktor alami adalah lingk ungan fisik seperti lahan (jenis tanah,
5
ketinggian/
kemiringan,
radiasi,
topografi),
iklim
(curah
hujan,
suhu,
kelembaban), dan lingkungan biologi (varietas, hama, penyakit, gulma). Faktor
sos ial-ekonomi adalah ketersediaan sarana produksi seperti benih, pupuk, dan
pestisida.
Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman
pangan, khususnya kedelai, telah banyak dilakukan. Menurut Ditjen Tanaman
Pangan (1998), kebijakan yang dilakukan adalah introduksi paket teknologi baru
yang tepat guna, program intensifikasi kede lai IP-300, Gemapalagung (gerakan
mandiri padi, kedelai, dan jagung), dan diversifikasi pangan. Program ini
ditujukan
untuk
melepaskan
diri
dari
ketergantungan
impor
kedelai.
Pengembangan sentra produksi kedelai seperti di propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Barat, dan Lampung, memerlukan dukungan
lapangan kerja di luar pertanian, mengingat karakteristik kesempatan kerja sektor
pertanian bersifat musiman.
Bahkan kedelai dianggap sebagai tanaman sela
setelah tanaman padi, yang
kurang diminati petani, sehingga belum dapat
menyerap tenaga kerja cukup banyak. Status tanaman kedelai adalah tanaman
secondary-crops untuk lokasi/daerah sub-tropis.
Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai dapat dilakukan melalui:
(1) perluasan areal panen di lahan sawah dan lahan kering (ekstensifikasi), (2)
intensifikasi, (3) stabilitas hasil dengan menangkal hama penyakit dan gulma, (4)
penekanan senjang hasil dengan penyuluhan intensif, penggunaan varietas benih
unggul bermutu, pola tanam, pengolahan tanah, dan pemupukan sesuai dosis
anjuran, (5) penekanan susut hasil melalui perbaikan pasca-pa nen da n rehabilitasi
lahan, da n (6) penetapan harga yang stabil di musim panen dan musim paceklik.
Proses diversifikasi ekonomi pada rumahtangga petani pada umumnya
masih terbatas pada keragaman jenis usahatani, sehingga masih tergolong pada
skala usaha kecil (rumahtangga). Dengan demikian tambahan pendapatan bagi
rumahtangga petani kedelai masih rendah, sehingga sumber pendapatan dan
pembagian kerja dalam keluarga belum mampu meningkatkan kesejahteraan
keluarganya secara proporsional.
Perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, mengakibatkan proporsi angkatan kerja sektor pertanian menurun,
6
sedangkan sektor industri dan jasa meningkat. Pada tahun 1990 penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian adalah 50.40%, sektor industri 16.80%, dan sektor
jasa 32.80%. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian berkurang dari 64%
(awal PJPT I.) menjadi 51% (akhir PJPT I.), dan pangsanya terhadap PDRB turun
dari 34% menjadi 19%. Kualitas tenaga kerja di sektor industri dan jasa lebih
tinggi dibandingkan di sektor pertanian, karena menggunakan jenis teknologi
yang lebih maju dengan disiplin tinggi.
Pada umumnya produktivitas
tenaga kerja rendah,
maka
tingkat
pemanfaatan tenaga-kerjanya juga rendah, sehingga menimbulkan pengangguran
tidak kentara.
Produktivitas tenaga kerja rendah tercermin pada tingkat
pengetahuan dan ketrampilan serta sikap para pekerja, sedangkan pemanfaatan
tenaga kerja terlihat pada jam kerja dan tingkat upah. Menurut Mangkuprawiro
(1985), tenaga kerja rumahtangga petani miskin bersedia menerima upah rendah
asal tidak menganggur.
Peranan keluarga dalam rumahtangga sebagai unit dasar pengambilan
keputusan, hampir mirip perusahaan dalam teori permintaan tenaga kerja. Setiap
rumahtangga berusaha memenuhi kebutuhan minimum, dan memperbaiki tingkat
hidup dengan bekerja mencari upah. Pendapatan yang diterima dalam bentuk
upa h tenaga kerja aka n menambah kesejahteraan keluarga, sehingga rumahtangga
yang rasional akan berusaha memanfaatkan waktunya seoptimal mungkin untuk
mencapai kesejahteraan keluarga.
Prioritas pembangunan di era milenium dialihkan dari bidang pertanian ke
bidang industri dengan pertanian sebagai pendukungnya. Setelah terjadi krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, bidang industri belum bisa diandalkan,
sebaliknya bidang pertanian lebih mampu dijadikan alternatif yang lebih baik,
yaitu melalui pembangunan pertanian sebagai suatu sistem agribisnis (Saragih,
2001).
Petani perlu diberdayakan, dengan melibatkan partisipasi pemerintah
daerah dan swasta. Periode 1981-1995 agroindustri menyumbang 50% dari total
ekspor Indonesia, sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja, dalam rangka
untuk meningkatkan penghasilan dan daya beli masyarakat.
Krisis ekonomi tahun 1998, menyebabkan jumlah petani miskin bertambah
karena kesempatan berusaha masih kurang. Kendalanya terletak pada modal yang
7
terlalu kecil, pasar yang terbatas, teknologi sederhana, tingkat pendidikan rendah,
dan akses pelaku ekonomi yang terbatas. Sifat ketergantungan petani dalam
berusaha berakibat ketidak-bebasan petani dalam berproduksi dan memasarkan
hasilnya. Petani harus mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya agar
menguntungkan, dan petani harus responsif.
Kebijakan perluasan lapangan kerja antara lain dengan pengembangan
agroindustri. Untuk melihat keterkaitan berbagai aktivitas ekonomi seperti
produksi dan produktivitas, penggunaan input teknologi, penggunaan tenaga
kerja, pendapatan rumahtangga dan pengeluaran petani, memerlukan pengkajian
dan analisis secara simultan menggunakan pendekatan ekonometrika.
Dalam rangka peningkatan produksi dan penerimaan usahatani kedelai serta
pendapatan rumahtangga petani, maka identifikasi permasalahan makro seringkali
dirasakan kurang mencukupi, sehingga memerlukan kebijakan pembangunan yang
terkait dengan rumahtangga petani, untuk menjawab permasalahan mikro yang
tergantung kondisi setempat (loka l).
Berdasarkan hal tersebut sangat relevan
untuk melakukan kajian perilaku rumahtangga petani kedelai yang spesifik lokasi.
Sektor pertanian di negara berkembang seperti Indonesia memiliki
karakteristik tertentu, seperti teknologi produksi pertanian, rumahtangga petani
sebagai satu unit ekonomi, dan produk pertanian sebagai komoditas (Nakajima,
1986).
Rumahtangga petani penting karena sumbangan kegiatan usahatani
rumahtangga terhadap produk sektor pertanian cukup besar.
Data BPS pada
sensus pertanian 2003 menunjukkan bahwa total rumahtangga pertanian sebesar
24.87 juta, terdiri dari usahatani padi 13.77 juta atau 55.37%, dan usahatani
palawija 10.86 juta atau 43.66% (Kusnadi, 2005).
Konsentrasi distribusi rumahtangga petani di Pulau Jawa menyebabkan luas
lahan yang dimilikin menjadi lebih sempit. Tekanan penduduk dan alih fungs i
lahan pertanian akan mempersempit penguasaan atas lahan kepemilikan
rumahtangga petani, sehingga sering disebut sebagai rumahtangga petani gurem.
Karakteristik rumahtangga pertanian ini berpengaruh pada aspek teknologi dan
dan aspek produksi pertanian, dimana resistensi terhadap perubahan teknologi
adalah cukup besar, dengan resiko gagal panen yang cukup tinggi. Akibatnya
petani kecil cenderung memilih teknologi tradisional, dengan resiko gagal panen
8
yang rendah. Penelitian Mulyana (1998) menganalisis bahwa produktivitas padi
sawah di Jawa, Bali, Sumatera, dan
Sulawesi, tidak responsif terhadap
peningkatan penggunaan pupuk, atau mengalami kejenuhan, sehingga perlu
terobosan baru dalam bidang teknologi baru seperti rekayasa perbenihan atau
perbaikan teknologi budidaya.
produktivitas
berpengaruh pada
Lambatnya laju peningkatan produksi dan
ketergantungan pada
impor
komoditas
padi/gabah, termasuk kedelai dan jagung.
Menurut laporan tahunan FAO, produktivitas kedelai Indonesia pada
dasawarsa 1990-an, meningkat dari 0.85 ton/ha menjadi 1.11 ton/ha, tetapi masih
jauh dibawah rata-rata dunia sebesar 1.84 ton/ha, apalagi terhadap Amerika
Serikat (2.18 ton/ha) dan Brazil (1.97 ton/ha). Perbedaan ini dipengaruhi oleh
iklim, panjang hari, teknik budidaya, dan penggunaan input produksi sesuai
anjuran. Faktor lainnya adalah luas lahan usaha yang sempit, serangan hamapenyakit dan gulma, fluktuasi harga, kecilnya kredit usahatani, dan belum
terjalinnya kerjasama antar instansi. Menurut data BPS, selama kurun waktu
1970-2003, perkembangan luas areal panen dan produksi relatif tidak meningkat
secara berarti, dan sejak tahun 2000 terlihat menurun.
Kesenjangan antara permintaan dan penawaran kedelai domestik, akan
meningkatkan jumlah impor, dan m