Pengaruh Konsep Green Facades Terhadap Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal

PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP
KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL

DYAH AYU MUSTIKASARI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konsep
Green Facade Terhadap Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ni.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Dyah Ayu Mustikasari
NIM A44090083

© Hak cipta milik IPB, tahun 2013
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

ABSTRAK
DYAH AYU MUSTIKASARI. Pengaruh Konsep Green Facade Terhadap
Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.
Untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, berbagai konsep ramah
lingkungan diterapkan dan terus dikembangkan. Penghijauan merupakan upaya

paling penting untuk membantu kelestarian lingkungan. Green facade merupakan
salah satu cara penghijauan yang populer di dunia. Selain mampu memberikan
manfaat secara ekologi, green facade juga mampu meningkatkan kualitas estetika
lingkungan. Definisi green facade pada penelitian ini adalah suatu penanaman pada
bidang vertikal yang menggunakan tanaman merambat. Dalam pengaplikasiannya,
green facade dibedakan menjadi dua jenis yaitu green facade yang diterapkan
langsung pada dinding dan green facade yang menggunakan struktur kerangka
pendukung. Kemampuan green facade dalam memperindah lingkungan menjadi
fokus pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari
penggunaan berbagai jenis dan bentukan dari green facades yang diterapkan pada
rumah tinggal dengan menggunakan simulasi. Penelitian ini menguji enam konsep
green facade dengan berbagai jenis penggunaan tanaman rambat dan struktur
kerangka tanaman rambat. Melalui metode Scenic Beauty Estimation (SBE),
dihasilkan bahwa penerapan green facade berpengaruh sangat baik terhadap kualitas
estetik visual rumah tinggal. Konsep green facade dengan memperlihatkan estetika
tinggi adalah green facade berupa tanaman rambat dengan penutupan padat,
penggunaan tanaman rambat berbunga, dan penggunaan struktur kerangka sebagai
media rambat tanaman, baik berbentuk linear, grid dan espalier. Selain itu, melalui
uji Semantic Differential, menunjukkan bahwa penggunaan green facades
memberikan kesan yang lebih dinamis, variatif dan lebih indah pada rumah tinggal.


Kata kunci: estetika, green facade, scenic beauty estimation, semantic differential,
taman rumah tinggal

ABSTRACT
DYAH AYU MUSTIKASARI. The Effect of The Green Facade Concepts on
Home Garden Visual Aesthetic Quality. Supervised by ANDI GUNAWAN.
Many concepts of eco-friendly living is keep implemented and provided
due to provide the environment quality. green facade is the popular way to make
green space which is provided by vegetation, the most important component of
sustainable environment. This concept provides the advantages of ecology and the
quality of environmental aesthetic. Green facade in this research is specialized to
the appliance of vines vegetation plantation on a vertical sides. Green facade can
be applied directly to the walls or indirectly to the walls by using supporting
structures. The focus of this research is to analize the ability of green facade to
improve the environment aesthetic quality. This research would like to see the
effect of many kinds and forms of green facade applied to a house to the aesthetic
quality by simulation. This research tests six concepts of green facade with many
kinds of plant species and supporting structures. By the result of the research with
Scenic Beauty Estimation (SBE) Method, known that green facades significantly


contribute the aesthetic quality of house. The high dense cover vines, with flower
vines, and with supporting structure vines (linear, grid, and espalier) have the high
aesthetic quality. On the other side, Semantic Differensial Method shows that
green facade provides the impression of dinamic, variative, and the aesthetic of
the house.
Keywords: aesthetic, green facade, scenic beauty estimation, semantic differential,
home garden

PENGARUH KONSEP GREEN FACADES TERHADAP
KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL

DYAH AYU MUSTIKASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengaruh Konsep Green Facades Terhadap Kualitas Estetik Visual
Nama
NIM

Rumah Tinggal
: Dyah Ayu Mustikasari
: A44090083

Disetujui oleh

Dr Ir Andi Gunawan, M Agr, Sc
Pembimbing

MSLA


Tanggal Lulus:

oSEP

2013

Judul Skripsi : Pengaruh Konsep Green Facades Terhadap Kualitas Estetik Visual
Rumah Tinggal
Nama
: Dyah Ayu Mustikasari
NIM
: A44090083

Disetujui oleh

Dr Ir Andi Gunawan, M Agr, Sc
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji Syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat
rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep
Green Facade Terhadap Kualitas Estetik Rumah Tinggal”. Tujuan dari
pembuatan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak, karya ini tidak
dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menghaturkan tabik hormat dan ucapan banyak terima kasih atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan selama penulisan karya tulis ini kepada:
1. Seluruh anggota keluarga khususnya kedua orang tua atas segala doa,
perhatian dan dukungan kepada penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan M.Agr.Sc sebagai pembimbing skripsi

yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan, serta nasehat
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Teman-teman ARL 47 yang telah bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
4. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2013

Dyah Ayu Mustikasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian


2

Kerangka Pikir Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

3

Green Facade

3

Rumah Tinggal

5

Simulasi


6

Komposisi Konsep Green Facade

6

Tanaman

7

Kualitas Estetik Visual

7

Hubungan antara Penilaian Visual dan Persepsi

8

METODE

9

Lokasi dan Waktu Penelitian

9

Batasan Penelitian

9

Metode Penelitian

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

18

Kualitas Estetik Visual Konsep Green Facades

18

Persepsi Konsep Green Facade Pada Rumah Tinggal

24

SIMPULAN DAN SARAN

31

Simpulan

31

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

32

LAMPIRAN

35

GLOSARIUM

55

RIWAYAT HIDUP

57

DAFTAR TABEL
1 Konsep Green Facades yang diujikan
2 Kategori kualitas estetika konsep green facade
3 hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential
4 Hasil Uji Lanjut terhadap kontrol, konsep K1,K3, dan K5

14
21
25
31

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir Penelitian
2 Ilustrasi Taman Gantung Babylon
3 Rujukan gambar green facade, living wall system, dan wall
vegetation
4 Kerangka tahapan penelitian
5 Rasio jarak pandang ideal untuk melihat bangunan menurut Booth
(1983)
6 Nilai Scenic Beauty Estimation terhadap konsep green facade
7 Nilai SBE rata-rata untuk setiap konsep green facade
8 Grafik Semantic Differential pada konsep K0, K5, dan K6
9 Grafik Semantic Differential pada kontrol, konsep K1, K3, dan K5

3
4
5
10
12
19
20
28
30

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Jenis perwakilan tanaman yang digunakan
Kuisioner SBE untuk Mahasiswa Arsitektur Lanskap
Kuisioner SBE untuk publik
Kuisioner Semantic Differential
Hasil perhitungan SBE oleh responden gabungan Mahasiswa
Arsitektur Lanskap dan Publik
6 Hasil perhitungan SBE responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap
7 Hasil perhitungan SBE responden publik
8 Uji lanjut Tukey terhadap beda nyata antara hasil nilai SBE oleh
responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap dengan publik
9 Uji lanjut Tukey terhadap penilaian SBE konsep K2 dari responden
Mahasiswa dan dari publik
10 Hasil uji lanjut Tukey terhadap hasil penilaian SBE oleh seluruh
responden
11 Grafik hasil penilaian Semantic Differential oleh seluruh responden
12 Nilai rata-rata Semantic Differential
13 Hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential tekstur
kasar dan tekstur halus, kabur dan jelas, dan klasik dan modern

35
37
38
39
40
43
46
49
50
51
52
53
54

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global atau biasa disebut global warming sudah terasa
dampaknya di seluruh bagian belahan dunia. Hingga saat ini, dampak dari
pemanasan global telah mengancam kelangsungan hidup umat manusia.
Pemanasan global dipicu oleh emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya yang
disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Salah satu penghasil emisi karbon dan gas rumah kaca
adalah aktivitas permukiman dengan sumber polutan terbesar berasal dari rumah
tinggal (Conran 2009 dalam Kurniawaty 2011).
Kondisi pertumbuhan penduduk yang kian meningkat dan tingginya tingkat
urbanisasi menyebabkan pembangunan sebagai pemenuh kebutuhan penduduk
khususnya bangunan rumah tinggal di perkotaan terus meningkat. Akibatnya
ruang terbuka hijau yang dapat mereduksi berbagai polusi terus berkurang.
Sedikitnya luasan ruang hijau serta banyaknya ruang terbangun di perkotaan
menimbulkan pemanasan pada kota atau disebut juga Urban Heat Island. Efek
dari Urban Heat Island berpengaruh besar dalam pemanasan global. Adapun efek
dari Urban Heat Island antara lain dapat mengurangi kualitas lingkungan,
mengurangi kenyamanan serta mengurangi kualitas estetika kota (Yeh 2010,
Nafici 2012, Sheweka dan Mohamed 2012). Jika kondisi ini tetap dibiarkan maka
kerusakan lingkungan akan semakin bertambah parah. Oleh sebab itu, diperlukan
suatu sikap dan perilaku untuk tetap menjaga keberlanjutan kelestarian lingkungan.
Maraknya isu pemanasan global yang menyebabkan berbagai kerusakan
alam menimbulkan kesadaran masayarakat untuk berusaha menciptakan
lingkungan menjadi lebih baik. Berbagai konsep ramah lingkungan turut
berkembang di dunia sejak tahun 2006 (Mendiratta 2010), salah satunya yaitu
pada bidang Arsitektur yang biasa disebut green architecture (Utami, Kaswanto,
dan Hadi 2008). Selain itu, khusus pada taman rumah tinggal terdapat konsep
yang mendukung yaitu konsep hemat energi pada taman rumah tinggal
(Kurniawaty,Gunawan, dan Surjokusumo 2011). Upaya meningkatkan kualitas
lingkungan mulai dari skala rumah tinggal merupakan hal yang penting dilakukan.
Jika saja setiap rumah tinggal menerapkan konsep ramah lingkungan tentunya
akan memberikan dampak positif yang besar untuk kelestarian lingkungan.
Setiap konsep ramah lingkungan pada umumnya menjunjung tinggi
keberadaan tanaman. Tanaman merupakan komponen yang paling berpengaruh
terhadap lingkungan dibandingkan komponen lainnya (Kurniawaty et al 2011).
Tanaman dapat membantu dalam memperbaiki kualitas udara dengan cara
mengurangi asap atau polusi dan memproduksi oksigen. Pengurangan asap ini
terjadi dengan dua cara yaitu dengan kemampuan tanaman untuk mengurai
partikel asap tersebut dan dengan mengurangi temperatur suhu udara (Sheweka
dan Mohamed 2012).
Salah satu upaya untuk melakukan penghijauan di perkotaan dengan
keterbatasan lahan dapat dilakukan dengan penerapan green wall, khususnya
berupa green facade. Green facade merupakan salah satu jenis green wall/vertical
green yang paling mudah dan sederhana untuk diterapkan. Green facade pada

2
penerapannya dapat ditanam langsung pada lapisan tanah maupun menggunakan
planter box (Mirr 2011). Selain mudah diterapkan, green facade juga mampu
memberikan banyak manfaat yang mendukung kelestarian lingkungan. Green
facade mampu memperindah kualitas lanskap dengan menciptakan visual interest,
menutupi pandangan yang buruk, dan bahkan dapat meningkatkan harga properti
(Sheweka dan Mohamed 2012).
Kemampuan green facade memperindah suatu lanskap menjadi fokus utama
pada penelitian ini. Berbagai macam penggunaan green facade dan jenis tanaman
dapat diterapkan, namun masih belum diketahui bagaimana pengaruhnya dengan
bentukan dan jenis tanaman yang digunakan terhadap kualitas estetik visual. Oleh
karenanya, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hal-hal yang
mempengaruhi kualitas estetik visual dari berbagai konsep green facade yang
diterapkan pada suatu rumah tinggal. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan simulasi yang kemudian dilakukan penilaian estetika melalui
metode Scenic Beauty Estimation yang diperkenalkan oleh Daniel dan Boster
(1976) dan Semantic Differential yang diperkenalkan oleh Osgood sejak tahun
1957. Melalui kedua metode tersebut, suatu nilai estetika dan persepsi bagi
pengamat dapat dikuantitaskan.
Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. menguji pengaruh berbagai konsep green facade terhadap kualitas estetik
visual green facade pada rumah tinggal, dan
2. mempelajai psychophysic konsep green facade pada rumah tinggal melalui
teknik pengukuran Semantic Differential.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan alternatif desain green facade
pada rumah tinggal dengan kualitas estetika visual terbaik dan mengembangkan
profesionalisme diri sebagai arsitek lanskap dalam praktek desain pada skala
mikro.
Kerangka Pikir Penelitian
Upaya melestarikan lingkungan dapat dilakukan dengan penghijauan. Green
wall merupakan salah satu cara penghijauan yang paling populer di dunia. Green
wall terdiri dari tiga jenis utama yaitu green facade, living wall system, dan wall
vegetation. Green facade merupakan cara termudah dan sederhana untuk
menumbuhkan tanaman pada bidang vertikal. Green facade tidak hanya mampu
melestarikan lingkungan, namun juga mampu memberikan keindahan pada
lanskap. Penelitian ini fokus pada kemampuan green facade untuk memperindah
lanskap. Berdasarkan jenis utama green facade yaitu berupa tanaman rambat yang
tumbuh langsung pada dinding dan tumbuh pada struktur kerangka, dibentuklah
beberapa konsep alternatif green facade yang mewakili berbagai karakter tanaman
rambat, bentukan, dan pembungaannya. Dari konsep-konsep tersebut diujikan
kualitas estetik visualnya. Bagan kerangka pikir dijelaskan pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Green Facade
Green facade yang disebut juga Vertical Greening Systems (VGSs)
merupakan salah satu jenis green wall/vertical green yang masih menerapkan
sistem penanaman tradisional dengan tanaman rambat baik dari lapisan tanah
maupun dengan planter box. Keberadaan green facade dipercaya sudah ada sejak
awal kehidupan umat manusia (Köhler 1983 dalam Mirr 2011). Salah satu bukti
keberadaannya adalah Taman Gantung Babylon. Taman tersebut dibangun pada
suatu Ziggurat (Gambar 2) yaitu kuil yang berbentuk persegi panjang dengan
gundukan bertingkat (Mirr 2011).
Keberadaan green facade sejak dahulu, menunjukkan bahwa manusia
sudah mencoba untuk memperbaiki lingkungan. Saat ini, konsep ramah
lingkungan sudah berkembang pada berbagai bidang. Salah satu
perkembangannya yaitu sky greening. Sky greening merupakan konsep
penghijauan yang dilakukan pada atap dan dinding bangunan (Utami et al 2008).
Penghijauan pada dinding disebut green wall. Green wall pertama kali dilakukan
oleh peneliti asal Perancis, Patrick Blanc pada tahun 1960an. Definisi green
wall/vertical green ini merupakan suatu konsep yang diperuntukkan pada semua
jenis penanaman yang dilakukan secara vertikal. Green wall/vertical green juga
disebut suatu sistem untuk menerapkan tanaman pada struktur teknik sipil dan
dinding pada bangunan atau penghijauan vertikal pada fasad yang ditutupi dengan
tanaman, sehingga mampu menghijaukan lingkungan (Yeh 2010).

4

Gambar 2 Ilustrasi Taman Gantung Babylon
Sumber: http://ancientworldwonders.com
Green wall memiliki banyak manfaat, antara lain dapat melindungi
bangunan dari sinar matahari langsung, meredam bising, mengurangi efek tampias
hujan, membersihkan kondisi air yang kurang baik, mengurangi urban heat island
dan meningkatkan penyerapan karbon sehingga menjadikan udara lebih bersih dan
menghemat energi pemakaian air conditioner (Anonim 2010, Yeh 2010, Nafici
2012, Sheweka dan Mohamed 2012). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada
suatu model green facade, menunjukkan bahwa tanaman pada dinding mampu
menurunkan area urban heat island mencapai 2 derajat Celcius, memperbaiki
kualitas udara, memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi manusia, dengan
cara menghemat penggunaan konsumsi elektronik sebesar 5-10% (Sailor 2008
dalam Sheweka dan Mohamed 2012).
Jenis green wall selain green facade adalah living wall system dan wall
vegetation. Perbedaan green facade dengan living wall system dan wall vegetation
yaitu pada media dan jenis tanaman yang digunakan. Living wall system
merupakan suatu susunan suatu panel besi yang terbuat dari kontainer plastik
polypropylene, geotekstil, sistem irigasi, dan media dengan jenis tanaman yang
lebih bervariasi seperti tanaman groundcover, semak rendah, tanaman musiman
dan lainnya. Teknologi living wall system sangat mirip dengan green roofs karena
mampu menghadirkan lebih ragam macam jenis tanaman dibandingkan dengan
green facades. Adapun wall vegetation adalah tanaman rambat yang secara alami
tumbuh pada struktur bangunan yang pada umumnya ditemukan pada bangunanbangunan yang sudah tua. Rujukan gambar green facade, living wall system, dan
wall vegetation dapat dilihat pada gambar 3.
Green facade adalah dinding yang ditutupi oleh tanaman rambat atau
tanaman menjuntai (cascading vegetation). Green facade adalah cara termudah
dan paling sederhana dalam menerapkan green wall. Green facade terbagi
menjadi dua kategori utama, yaitu tanaman yang perakarannya langsung dalam

5
tanah dan tanaman yang perakarannya tumbuh pada pot (planter box).
Berdasarkan media rambatnya, green facade terbagi menjadi dua yaitu green
facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dan tumbuh
pada struktur kerangka. Pembagian kategori ini menyesuaikan berbagai karakter
rambat pada macam-macam jenis tanaman rambat.

Green Facade

Living Wall System

Wall Vegetation

Gambar 3 Rujukan gambar green facade, living wall system, dan wall vegetation
Sumber: Mirr 2011

Rumah Tinggal
Rumah tinggal adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah juga mencerminkan tata nilai
selera pribadi penghuninya 1 . Keindahan pada rumah tinggal tentunya
mencerminkan pribadi penghuni yang baik. Keindahan pada rumah tinggal dapat
diciptakan nuansa yang natural dengan menghadirkan tanaman pada taman rumah
tinggal.
Penerapan vertical green pada rumah tinggal merupakan salah satu upaya
penghijauan yang dapat dilakukan dan dapat dilakukan dimana saja. Penerapan
vertical green merupakan solusi untuk menambah ruang hijau pada lahan yang
1

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Permukiman

6
sempit. Penerapan green facade adalah cara yang paling mudah dan sederhana
dalam menerapkan vertical green. Green facade tidak membutuhkan perawatan
khusus dan intensif seperti living wall system. Oleh karena itu, penerapan green
facade sangatlah direkomendasikan untuk diterapkan pada skala rumah tinggal
dengan berbagai latar belakang yang tidak menuntut keahlian khusus.
Penelitian ini menggunakan rumah tinggal sebagai model simulasi. Rumah
tinggal yang digunakan sebagai model adalah tipe rumah golongan menengah.
Tipe rumah golongan menengah mengikuti definisi dari Surat keputusan bersama
Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perumahan
Rakyat (1994), bahwa luas kavling pemukiman dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Rumah sederhana, berukuran luas 54 m2 – 200 m2.
b. Rumah menengah, berukuran luas 200 m2 – 600 m2.
c. Rumah mewah, berukuran luas 600 m2 – 2000 m2.
Simulasi
Metode simulasi dapat membantu dalam kegiatan penelitian menghadirkan
suatu visual tanpa harus melaksanakan dalam bentuk nyata. Menurut Tyrävainen
dan Karjalainen (2002), simulasi mencakup sensitifitas manusia terhadap
perubahan-perubahan lanskap baik yang positif maupun negatif. Melalui simulasi,
faktor-faktor yang berpengaruh pada suatu pemandangan terhadap sensitifitas
manusia dapat dianalisis.
Pembuatan simulasi dilakukan dengan cara memanipulasi foto. Dalam
manipulasi suatu foto hingga menjadi suatu simulasi, bertujuan untuk
mengkomunikasikan hubungan dan bentuk visual yang merepresentasikan
kenyataan yang paling mendekati. Dengan simulasi yang baik, maka tidak
memerlukan interpretasi untuk menyampaikan gambar kepada responden.
Pengerjaan manipulasi foto atau memodifikasi image agar lebih mendekasi
aslinya dapat menggunakan software Adobe Photoshop. Adobe Photoshop
merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan,
penyuntingan dan manipulasi tampilan termasuk koreksi warna, pemberian efek
tampilan dan sebagainya pada image (Listyarini 2011). Manipulasi foto untuk
menampilkan green facade dapat dilakukan dengan menggabungkan foto tanaman
dari pemotretan dilapang. Penggabungan tanaman perlu memperhatikan ukuran,
warna, dan tata letak yang ideal agar mendekati aslinya.
Komposisi Konsep Green Facade
Untuk mengetahui elemen yang berpengaruh terhadap kualitas estetik green
facade, konsep green facade dibentuk berdasarkan prinsip komposisi. Komposisi
merupakan tatanan suatu elemen yang teratur dan secara tidak langsung
berpengaruh pada aspek estetika. Pada penelitian ini, elemen yang dikomposisikan
hanya berupa tanaman rambat dan struktur kerangka green facade. Melalui kedua
elemen tersebut, konsep green facade dibentuk dengan beragam komposisi.
Menurut Bell (2004) dalam Nikita (2012), pembentukan komposisi
berdasarkan prinsip dasar desain dan komposisi bentuk. Prinsip desain yang
digunakan adalah prinsip interest. Prinsip interest memiliki pengaruh nyata dalam
penataan yang berhubungan dengan aspek estetika. Interest melibatkan variasi

7
bentuk, ukuran, warna, arah, juga pergerakan yang menciptakan perasaan
ketertarikan. Komposisi bentuk berupa elemen dasar seperti titik, garis, ruang,
bentuk yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai elemen green facade.
Tanaman
Tanaman merupakan elemen utama suatu lanskap. Tanaman juga
merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap
kehidupan. Menurut Kurniawaty et al (2011), dari lima komponen (air, tanah,
iklim, tanaman, dan bangunan) pembentuk desain hemat energi, tanaman adalah
komponen yang paling berpengaruh terhadap lingkungan. Kehadiran tanaman
menjadi sangat penting disebabkan kemampuannya secara alami dalam
memperbaiki kondisi lingkungan dari segi ekologis, estetis, sosial-ekonomi dan
kesehatan. Tanaman dapat membantu dalam memperbaiki kualitas udara lokal
dengan cara mengurangi asap dan memproduksi oksigen. Pengurangan asap dapat
terjadi dengan dua cara, yaitu mengurangi partikel yang berada pada udara dan
mengurangi temperatur suhu udara (Sheweka dan Mohamed 2012). Maka
semakin banyak jumlah tanaman pada suatu lingkungan akan semakin baik pula
kualitas lingkungan tersebut.
Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975), tanaman dapat berfungsi
estetik yaitu dapat menyatukan elemen arsitektural, latar belakang dan sebagai
bingkai pemandangan. Selain itu, vegetasi untuk tujuan estetika dapat berfungsi
sebagai sculpture, calligraphy garis, dan melembutkan bangunan (Arifin dan
Arifin 2000). Mengaplikasikan green facade pada rumah tinggal tentunya juga
dapat memberikan estetika.
Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat
dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik (formal) dan organik
(informal). Penggabungan dari unsur-unsur perancangan seperti warna, bentuk,
garis, tekstur, irama dapat menciptakan daya tarik estetis pada penanaman di suatu
area. Carpenter et al (1975) menyatakan bahwa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam merancang penanaman adalah kesederhanaan, skala, proporsi,
keseimbangan, irama, kontras dan kesatuan yang dapat memberikan nilai
keindahan dan menambah kualitas lingkungan.
Kualitas Estetik Visual
Estetika digunakan sebagai dasar dalam kualitas visual (Booth 1983).
Kualitas itu sendiri adalah suatu pengertian yang nyata maupun tidak nyata,
seperti kualitas tinggi, kualitas rendah, atau suatu kualitas yang memiliki
pengertian dari suatu lanskap. Kualitas estetika merupakan parameter suatu
keindahan lanskap. Menurut Daniel dan Boster (1976) keindahan pemandangan
lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting walaupun
secara obyektif keindahan pemandangan sulit diukur.
Kualitas visual suatu lanskap dapat dinilai dan diukur. Pengukuran kualitas
visual bertujuan untuk mengetahui kuantitas dari keindahan suatu lanskap.
Menurut Daniel dan Boster (1976), pengukuran keindahan suatu lanskap dapat
dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation. Penilaian kualitas visual
tersebut dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu: (1) inventarisasi deskriptif,

8
(2) survei dan kuisioner, dan (3) evaluasi dari persepsi-preferensi Scenic Beauty
diartikan sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik lanskap (landscape
esthetic), atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk memecahkan
kemotonan. Adapun parameter dari kualitas visual ini adalah kesatuan dari
sumberdaya visual lanskap dalam membentuk suatu unit yang harmonis dan
saling berkaitan, kesan hidup yang ditampilkan dari penggabungan elemen
kontras dan variasi elemen pembentuk lanskap serta keutuhan kondisi lanskap
alami (Iverson, Sheppard, dan Strain 1993).
Penilaian visual tergantung oleh dua hal yaitu kualitas fisik tersebut dan
kualitas psikologi dari pengalaman khusus yang pernah dialami. Di samping itu,
penilaian juga dipengaruhi oleh latar belakang seseorang, baik faktor usia dan
tingkat kehidupan sosial ekonomi. Daniel (1999) menyatakan bahwa kualitas
estetika merupakan kombinasi dari penampilan visual suatu lanskap dengan
proses psikologis (tanggapan, pemahaman, dan emosi) dari pengamat lanskap
tersebut. Sama halnya menurut Chen, Adimo, dan Bao (1975), pada penelitiannya
menyebutkan bahwa penilaian estetika lingkungan terhadap responden tidak
dipengaruhi oleh perbedaan usia dan jenis kelamin. Suatu visual dapat
berpengaruh dengan psikologi pengamatnya. Hubungan antara ransangan fisik dan
efek psikologi disebut psychophysic.
Hubungan antara Penilaian Visual dan Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari
suatu serapan. Porteous (1977) mendefinisikan persepsi sebagai suatu respon
berbentuk tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal manusia
dengan faktor eksternal yaitu keadaan fisik dan sosial.
Persepsi merupakan suatu respon berbentuk tindakan yang dihasilkan dari
kombinasi faktor internal dan eksternal seperti keadaan fisik dan sosial manusia
(Porteous 1977). Persepsi dipengaruhi oleh latar belakang intelektual dan
pengalaman emosional, pergaulan dan sikap yang selanjutnya akan menghasilkan
sebuah reaksi (Eckbo 1964). Sedangkan menurut Nassar (1998), persepsi
ditentukan oleh interaksi yang kuat antara variabel lanskap dan pengetahuan
seseorang terhadap lanskap tersebut. Karakteristik penting dari faktor-faktor
pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (dalam Sadli
1976) adalah:
a. Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdidi dari nilai, arti, familiaritas
dan intensitas;
b. Faktor pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu, seperti taraf
kecerdasan, latar belakang kultural, minat dan emosionalitasnya;
c. Faktor pengaruh kelompok, artinga respon orang lain dapat memberi arah ke
suatu tingkah laku yang sesuai.
Persepsi merupakan dasar bagi preferensi seseorang, sehingga persepsi
seseorang terhadap suatu objek akan dapat memberikan nilai preferensi dari objek
tersebut. Menurut Nassar (1998), perasaan tidak puas dalam menilai suatu objek
akan menyebabkan nilai yang tidak bagus dan cenderung akan dihindari. Persepsi
setiap orang pun terhadap lingkungan berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada
setiap individu memiliki alasannya masing-masing tergantung dari kebutuhannya,
minat, keinginan, ataupun hasrat seseorang.

9
Pada dasarnya penilaian visual itu melibatkan individu sebagai subyek,
maka penilaian visual tersebut akan dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap
suatu obyek. Persepsi seseorang dapat diteliti dengan menggunakan metode
Semantic Differential. Uji Semantic Differential merupakan pengukuran
psikologis dengan cara mengukur penilaian seseorang terhadap kata-kata sifat dan
bipolarnya. Uji Semantic Differential diperkenalkan oleh Osgood sejak tahun
1957. Pengukuran psikologis ini meliputi berbagai aspek, diantaranya bidang
kepribadian, sikap, komunikasi dan lain sebagainya.
Teknik ukur Semantic Differential memiliki dua karakteristik, yaitu pertama
adalah cara responden memberikan respon terhadap item dengan memberikan
bobot penilaian mereka terhadap stimulus pada skala Semantic Differential dan
yang kedua adalah penilaian yang justru tidak menggunakan pendekatan stimulus
akan tetapi menggunakan kata sifat sebagai karakter stimulus yang disajikan
kepada responden. Kata sifat yang disajikan kepada responden disesuaikan
berdasarkan objek yang dinilai. Pada penelitian ini, kata sifat yang diujikan
menyesuaikan dengan visual konsep-konsep green facade. kata-kata sifat ini
terdiri dari tiga dimensi, yakni evaluasi, potensi, dan aktivitas. Dimensi evaluasi
merupakan suatu nilai baik atau buruk, sedangkan dimensi potensi menunjukkan
kuat atau lemah, dan dimensi aktifitas menunjukkan suatu aktif maupun pasif
(Listyarini 2011).
Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman merupakan unsur yang
mempengaruhi kualitas estetika. Lebih lanjut dijelaskan bahwa adanya unsur
vegetasi, manusia akan menghargai hubungannya dengan alam. Simonds (1983)
menyatakan bahwa hubungan yang harmonis dari semua komponen lanskap yang
dirasakan dapat disebut sebagai keindahan.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Sampel rumah yang digunakan pada penelitian ini berada pada salah satu
rumah tinggal di Perumahan Pakuan Regency, Dramaga, Bogor. Rumah tinggal
tersebut dianggap memenuhi kriteria simulasi penerapan green facade. Kriteria
tersebut akan dijelaskan secara rinci pada subbab Metode Penentuan Rumah
Tinggal. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari bulan Maret
2013 sampai dengan bulan Juni 2013.
Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan membahas kualitas estetika dan psychophysic
pada konsep green facade yang disimulasikan. Konsep green facade tersebut
dibentuk berdasarkan dari jenis green facade menurut Sharp (2007), Yeh (2010)
dan Mirr (2011) yaitu, green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh
langsung pada dinding dan green facade berupa tanaman rambat dengan struktur
kerangka pendukung. Kemudian, penyusunan konsep juga mempertimbangkan
prinsip dasar desain dan komposisi bentuk (Bell 2004 dalam Nikita 2012). Hasil

10
simulasi penerapan konsep green facade dapat dijadikan sebagai alternatif desain
green facade.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menerapkan konsep
green facade berdasarkan kategori green facade menurut Yeh (2010) dan Mirr
(2011) yaitu green facade berupa tanaman rambat yang dapat dilampirkan ke
dinding atau green facade dengan struktur yang berdiri sendiri. Selain itu, konsep
green facade dibentuk berbeda-beda dan mewakili berbagai garis, pattern, warna
dan kepadatan tanaman. Konsep green facade yang dibentuk terdiri dari enam
konsep. Keenam konsep disimulasikan dalam bentuk dua dimensi. Kemudian
hasil simulasi tersebut diujikan kualitas estetika dengan menggunakan metode
Scenic Beauty Estimation dan diuji persepsi dengan menggunakan metode
Semantic Differential. Kerangka tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Penentuan
Rumah
Tinggal

Pemotretan
Rumah
Tinggal

Pembuatan
Simulasi

Presentasi
Slide

Pengolahan
Data

• Manipulasi
Foto
• Simulasi
Penerapan 6
Konsep Green
Facade

• Mahasiswa
Arsitektur
Lanskap
• Publik

• Scenic
Beauty
Estimation
• Semantic
Differential

Gambar 4 Kerangka tahapan penelitian
Tahap Penentuan Rumah Tinggal
Penentuan rumah tinggal bertujuan untuk mendapatkan model rumah
tinggal yang sesuai untuk kebutuhan dan kemudahan penelituan. Rumah tinggal
yang sesuai untuk dijadikan model adalah rumah tinggal yang secara nyata dapat
diterapkan green facade pada kondisi optimal dan dapat mengekspos green facade
secara visual. Untuk itu, dalam penentuan rumah tinggal dijabarkan kriteriakriteria rumah tinggal yang dibutuhkan pada penelitian ini. Berikut kriteria rumah
tinggal yang dijadikan sebagai model simulasi pada penelitian ini:
1. Lokasi rumah tinggal berada di Kota Bogor
Salah satu tujuan penetapan kriteria model rumah tingal di Kota Bogor
yaitu sebagai pembatas dalam pemilihan tanaman. Tanaman dipilih
berdasarkan kesesuaian tumbuh di lokasi tersebut. Selain itu, penetapan lokasi
juga bertujuan agar mengoptimalkan pengerjaan penelitian yang dilaksanakan
di Kota Bogor, mulai dari kegiatan akademik, bimbingan, pengambilan data
responden hingga penyusunan.
2. Rumah yang tidak berpagar.
Rumah yang tidak berpagar memiliki peluang lebih besar untuk
menampilkan fasad bangunan dibandingkan dengan rumah tinggal yang
berpagar. Hal ini dikarenakan rumah tidak berpagar lebih sedikit terhalangi
untuk dapat dilihat visual fasad bangunan rumah tinggal dari berbagai arah
pandang. Oleh karena itu, keberadaan rumah tinggal yang tidak berpagar akan
lebih baik jika kualitas visual pada fasad bangunan lebih ditingkatkan. Fasad
bangunan dengan kualitas visual yang baik secara langsung akan dapat

11
menciptakan keindahan pada rumah tersebut dan lingkungannya sekaligus
memberi kenyamanan bagi pemilik rumah atau orang lain yang hanya sekedar
melihat.
3. Rumah yang memiliki fasad bangunan berupa dinding tanpa elemen seperti
jendela, pintu, atau lainnya dengan ketinggian fasad tidak lebih dari 4 meter.
Fasad adalah suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan yang
umumnya adalah bagian depan (Kurniawaty et al 2011). Fasad berupa
dinding kosong tanpa elemen seperti ventilasi, pintu, dan atau batu ekspos
serta elemen lainnya yang menjadi elemen dekorasi dinding. Fasad yang
polos menjadi peluang untuk menambah sisi hijau dengan green facade.
Ketinggian fasad yang digunakan sebagai penerapan green facade tidak
lebih dari 4 meter. Ketinggian tersebut dipertimbangkan karena
menyesuaikan penggunaan tanaman perdu sebagai tanaman merambat yang
umumnya hanya mampu tumbuh mencapai kurang lebih 2 meter. Untuk
menguji kualitas visual dari hasil simulasi green facade, maka visual
penutupan tanaman rambat sebaiknya dalam kondisi optimal dimana
penutupannya menutupi sisi fasad.
4. Rumah tipe golongan menengah
Rumah tinggal golongan menengah digunakan sebagai lokasi simulasi
penerapan green facade karena dianggap dapat mewakili tipe rumah dari
berbagai golongan. Selain itu, pemilihan tipe rumah golongan menengah juga
bertujuan untuk menghindari adanya pengaruh terhadap penilaian estetika dan
persepsi. Penilaian estetika dan persepsi juga berpengaruh dari latar belakang
responden.
5. Orientasi rumah menghadap selatan
Penerimaan sinar matahari mempengaruhi dalam performa tanaman.
Setiap tanaman memiliki toleransi penyinaran matahari yang berbeda-beda.
Tanaman ada yang toleran terhadap pancaran sinar matahari langsung dan ada
yang tidak. Selain itu, penerimaan sinar matahari pagi, siang, dan sore juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Orientasi bangunan mempengaruhi penerimaan sinar matahari, baik
sinar matahari pagi, siang dan sore hari. Bagi tanaman, sinar matahari pagi
dan sore sangat penting untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, tanaman lebih
baik terpapar sinar matahari pagi lebih banyak karena di saat pagi hari
tanaman membuka poros stomata untuk membantu proses fotosintesis.
Menurut Kurniawaty et al (2011), orientasi rumah yang menghadap
selatan memiliki pengaruh yang paling baik pada kriteria desain hemat energi.
Rumah yang menghadap selatan tentunya akan menerima sinar matahari pagi
hingga sore. Sama halnya dengan rumah yang menghadap Utara. Akan tetapi,
penerimaan sinar matahari pagi pada rumah yang menghadap selatan lebih
banyak dibandingkan dengan rumah yang menghadap utara. Hal tersebut
dikarenakan bumi beredar mengelilingi matahari tidak dengan poros yang
tegak lurus, melainkan dengan sudut kemiringan 23,5°. Oleh karena itu,
selain menggunakan perlakuan baik terhadap tanaman, rumah yang
menghadap selatan akan lebih membantu pertumbuhan dan performa tanaman
yang optimal.

12
Tahap Pemotretan
Setelah melakukan penentuan rumah tinggal sebagai model penerapan green
facade, selanjutnya dilakukan pemotretan rumah tinggal tersebut. Visual fasad
rumah tinggal harus terlihat seluruhnya pada saat pemotretan. Untuk mendapatkan
hasil pemotretan yang sempurna maka jarak pemotretan dilakukan berdasarkan
jarak pandang ideal menurut teori arsitektural (Ashihara dalam Booth 1983). Teori
tersebut menyatakan bahwa rasio dari jarak melihat suatu bangunan yang ideal
dengan jarak seseorang dari bangunan yaitu 2:1 (Gambar 3). Puncak bangunan
dengan horison memiliki sudut sebesar 27 derajat (Booth, 1983).

Gambar 5 Rasio jarak pandang ideal untuk melihat bangunan menurut Booth
(1983)
Tahap Pembuatan Simulasi
Tahap pembuatan simulasi merupakan tahap pembuatan gambar rumah
tinggal dan penerapannya secara dua dimensi. Dengan simulasi, keindahan suatu
lanskap dapat diprediksi. Pembuatan simulasi dilakukan dengan cara
memanipulasi hasil pemotretan rumah tinggal dan pembuatan gambar green
facades melalui montase. Manipulasi foto rumah tinggal dilakukan agar rumah
tinggal terlihat seperti bangunan baru dan kondisi rumah tinggal tidak
mempengaruhi dalam penilaian kualitas estetika. Manipulasi pada foto rumah
tinggal dilakukan dengan menghilangkan elemen yang dianggap tidak perlu
ditampilkan, seperti tiang listrik maupun kabel listrik, tanaman eksisting dan
rerumputan liar. Selain itu hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki tampilan
foto pada warna cat model rumah dan merubah warna langit. Warna cat rumah
dirubah menjadi dominan warna putih bertujuan agar warna rumah tidak
mempengaruhi dalam penilaian estetika. Manipulasi foto dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop.
Pembuatan image setiap konsep green facades dilakukan dengan cara
mengambil beberapa elemen gambar dari foto tanaman yang digunakan.
Kemudian hasil pembuatan image green facade digabungkan pada hasil
manipulasi foto rumah tinggal. Pembuatan simulasi pada konsep green facades
dengan struktur kerangka diawali dengan pembuatan model 3D. Pembuatan model
3D dilakukan menggunakan perangkat lunak Sketchup. Hasil model 3D tersebut
diubah kedalam bentuk 2D. Ketika format model struktur kerangka sudah menjadi
2D, gambar struktur kerangka tersebut digabungkan pada foto menggunakan

13
perangkat lunak Adobe Photoshop yang kemudian ditambahkan gambar tanaman
rambat. Melalui manipulasi foto, simulasi penerapan green facades sebaik
mungkin dapat terlihat seakan-akan terlihat nyata.
Pembuatan simulasi bertujuan menampilkan visual dari konsep-konsep
green facade. Konsep-konsep green facade ini mewakili prinsip interest, dimana
prinsip ini memiliki pengaruh nyata dalam penataan yang berhubungan dengan
aspek estetika. Prinsip interest melibatkan beberapa aspek, yaitu variasi bentuk,
ukuran, warna, juga pergerakan yang menciptakan ketertarikan pengamat.
Masing-masing konsep green facade menampilkan perbedaan bentuk
penutupan tanaman rambat dan perbedaan warna. Perbedaan bentuk penutupan
tanaman rambat diantaranya adalah perbedaan penutupan secara menyeluruh
maupun tidak dan perbedaan alur penutupan tanaman rambat dengan berbagai
penggunaan struktur kerangka. Selain itu, perbedaan warna pada green facade
diantaranya adalah perbedaan penggunaan tanaman rambat berbunga dan tidak
berbunga. Berbagai perbedaan secara visual ditampilkan pada konsep green
facade untuk diteliti elemen-elemen apa saja yang mempengaruhi ketertarikan
responden terhadap green facade.
Pada penelitian ini membentuk enam konsep green facade yang diujikan,
yaitu:
1. tanaman rambat pada dinding dengan penutupan tidak penuh (K1),
2. tanaman rambat pada dinding dengan penutupan rapat dan menutupi sisi
dinding (K2),
3. tanaman rambat tidak berbunga dengan kerangka linier vertikal (K3),
4. tanaman rambat tidak berbunga yang tumbuh pada kerangka grid (K4),
5. tanaman rambat berbunga yang tumbuh pada kerangka grid dengan
penutupan yang padat (K5), dan
6. tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier (K6).
Keenam konsep green facade tersebut dibentuk berdasarkan definisi kategori
green facade menurut Sharp (2007), Yeh (2010) dan Mirr (2011) yaitu green
facade berupa tanaman rambat yang dapat merambat langsung pada dinding dan
green facade dengan struktur yang berdiri sendiri. Jenis tanaman yang digunakan
sebagai perwakilan dipilih sesuai dengan kemampuan tanaman yang dapat tumbuh
pada kondisi iklim tropis Indonesia baik pada dataran rendah maupun dataran
tinggi. Selain itu pemilihan perwakilan jenis tanaman dipertimbangkan sesuai
dengan kemampuan rambat jenis tanaman, baik dapat memanjat dan/atau
menyulur. Penjelasan lebih lanjut tentang konsep green facade terdapat pada tabel
1. Jenis tanaman yang diwakilkan pada tiap konsep dapat dilihat pada lampiran 2.
Tahap Presentasi
Tahap presentasi merupakan suatu penayangan slide hasil simulasi desain
yang berupa gambar 2D. Penayangan slide bertujuan untuk mendapatkan
penilaian responden terhadap desain green facade. Responden untuk penelitian ini
dipilih dari kalangan mahasiswa dan publik. Responden mahasiswa yang dipilih
adalah Mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 karena pada semester
tersebut sudah didapat matakuliah Desain Lanskap yang dianggap mampu
memahami studi penelitian ini. Responden publik yang dipilih adalah masyarakat
awam yang sudah berumah tangga atau memiliki rumah tinggal karena dianggap
mampu menilai keindahan green facade pada rumah tinggal. Sampel responden

14
masyarakat seluruhnya diambil pada tempat yang sama yaitu di Kebun Raya
Bogor. Pemilihan sampel di Kebun Raya Bogor dipilih atas pertimbangan
kesukaan responden terhadap suatu lanskap dalam menghabiskan waktu luangnya.
Tabel 1 Konsep Green Facades yang diujikan
Ko
de
K0

K1

Kategori green
facade
(Mirr 2011)
Tanpa
penggunaan green
facades

Ilustrasi konsep dan
penjelasan
Kontrol perlakuan

Merambat pada
dinding

Ukuran daun
tergolong sedang dan
penutupan dalam
kondisi belum
seluruhnya menutupi
dinding.
K2

Merambat pada
dinding

Ukuran daun tergolong
kecil dan penutupan
dalam kondisi rapat.
K3

Merambat pada
struktur kerangka
(linear)

Tanaman rambat
tumbuh menyulur pada
struktur kerangka.

Simulasi konsep

15
Tabel 1 Lanjutan
Ko
de
K4

Kategori green
facade
(Mirr 2011)
Merambat pada
struktur kerangka
(grid)

Ilustrasi konsep dan
penjelasan

Simulasi konsep

Tanaman rambat tidak
berbunga pada
kerangka
K5

Merambat pada
struktur kerangka
(comouflage grid)

Tanaman berbunga
tumbuh merambat
pada struktur kerangka
dan penutupannya
dalam kondisi rapat
dengan bunga yang
menyemarak.
K6

Merambat pada
struktur kerangka
(espalier)

Tanaman perdu yang
dalam pertumbuhannya
diatur sesuai dengan
alur espalier dari
struktur kerangka.

Jumlah responden kalangan mahasiswa dan publik masing-masing 65 dan
40 responden. Secara keseluruhan, jumlah responden adalah 105 responden.
Jumlah tersebut sudah mencukupi dalam melakukan perhitungan statistika yang
membutuhkan responden minimal 30 responden.
Presentasi slide pada responden mahasiswa dengan responden masyarakat
dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada responden mahasiswa, presentasi slide
dilakukan dengan menayangkan slide menggunakan proyektor pada suatu ruang
kelas, sedangkan presentasi slide pada responden masyarakat dilakukan dengan
menggunakan gambar yang sudah dicetak dengan ukuran A3. Penggunaan media
cetak saat presentasi kepada responden masyarakat dilakukan karena keterbatasan
fasilitas pada lokasi.

16
Sebelum slide ditayangkan kepada responden, disampaikan terlebih dahulu
penjelasan mengenai tujuan dan latar belakang penelitian serta teknis penilaian
kuisioner. Pada penelitian ini penilaian kuisioner terdiri dari dua yaitu penilaian
estetika dan penilaian semantik diferensial.
Pada penilaian estetika, slide akan diputar secara acak dengan lama 8 detik
(Daniel dan Boster, 1976). Kuisioner yang akan diberikan tercantum penilaian
dalam skala antara 1 sampai 10, yang dapat menggambarkan keindahan
pemandangan dari yang paling rendah hingga paling tinggi (Daniel dan Boster,
1976). Bentuk kuisioner kepada responden mahasiswa Arsitektur Lanskap dan
publik dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
Metode semantik diferensial ini pada prinsipnya memberi skor pada
sejumlah kriteria berupa kata sifat dengan antonimnya. Semantic Differential
dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis dalam aspek
estetika pembentuk karakter visual. Keduapuluhtiga kriteria pada penelitian ini
yang merupakan kata-kata sifat dan antonimnya digunakan dalam
menggambarkan karakter visual konsep green facade yang ditampilkan. Seluruh
kriteria disusun secara acak dengan mengubah susunan dari kiri ke kanan atau
sebaliknya (Lampiran 5). Responden diminta menilai gambar yang ditampilkan
dengan memberi skor 0-3 untuk membandingkan kriteria tersebut. Gambar
ditampilkan dalam bentuk slide. Berikut contoh dari bentuk kuisioner penilaian
semantik diferensial:
3
Tekstur
Kasar

2

1

0

1

2

3
Tekstur
Halus

Nilai 0 menunjukkan konsep desain green facade tidak sesuai dengan
karakter dan nilai yang lebih besar menunjukkan penilaian yang lebih tinggi
terhadap karaker tersebut.
Tahap Pengolahan Data
a. Pengolahan Data Hasil Penilaian Scenic Beauty Estimation
Setelah semua hasil kuisioner penilaian estetika dapat dikumpulkan,
kemudian dilakukan pengolahan data. Data diolah berdasarkan dari kategori
responden yaitu mahasiswa, masyarakat, dan gabungannya.
Keseluruhan data pada penilaian estetika akan diolah secara kuantitatif
dengan menggunakan metode statistik dan disajikan dalam diagram batang. Data
untuk setiap pemandangan dikelompokkan berdasarkan ranking atau skala
penilaian dari 1 sampai dengan 10, dimana untuk setiap ranking akan dihitung
junlah frekuensi, frekuensi komulatif, peluang komulatif, dan nilai z berdasarkan
tabel (Daniel dan Boster, 1976). Penilaian yang dilakukan oleh responden
kemudian akan diubah menjadi sebuah nilai dengan mengguanakan formulasi
sebagai berikut

17

Keterangan:
Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke ith oleh responden j
̅ j = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j
Rij = nilai ith dari responden j
Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden
Kemudian dari data tersebut dihitung nilai z rata-rata untuk setiap gambar
simulasi. Dari keseluruhan z pada setiap gambar, satu nilai z dari gambar tertentu
sebagai standar untuk perhitungan nilai SBE. Nilai SBE selanjutnya diperoleh dari
rumus:
SBEX = (ZLX – ZLS) x 100
Keterangan:
SBEX = Nilai SBE gambar konsep ke-x
ZLX
= Nilai rata-rata z gambar konsep ke-x
ZLS
= Nilai rata-rata z gambar yang digunakan sebagai standar
Setelah kualitas estetika dihasilkan untuk setiap perlakuan, kemudian
dilakukan uji beda nyata (F) dengan taraf nyata 0,05 untuk melihat adanya
pengaruh konsep desain green facade terhadap respon yaitu kualitas estetika. Jika
didapati pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan signifikan diantara masing-masing faktor. Kemudian dari nilai
SBE tersebut akan diperoleh desain green facade yang memiliki estetika rendah,
sedang, dan tinggi.
b. Pengolahan Data Hasil Penilaian Semantic Differential
Karakter visual konsep green facade dapat diketahui dengan melakukan
pengolahan data persepsi responden dan pembobotan. Pembobotan dilakukan
dengan memberikan nilai 1 sampai 7 pada skor penilaian secara berurutan dari kiri
ke kanan seperti contoh :
Skor nilai:
Tekstur
Kasar
Bobot nilai:

3

2

1

0

1

2

3
Tekstur
Halus

1

2

3

4

5

6

7

Berdasarkan hasil nilai pembobotan tersebut kemudian dihitung nilai rataan
yang diberikan responden untuk tiap kriteria dengan rumus:

ij =

Keterangan:
ij

xij
n
i
j

= rataan bobot nilai yang diberikan oleh responden terhadap gambar i
untuk kriteria j
= bobot nilai yang diberikan tiap responden untuk gambar i kriteria j
= jumlah total responden
= gambar {1,2,3,...7}
= kriteria {1,2,3,....23}

18
Rataan bobot nilai yang diperoleh akan diplotkan dalam bentuk grafik
sehingga persepsi berupa kata sifat yang dapat menggambarkan karakter visual
desain green facade dapat diketahui. Hasil data tersebut disajikan kedalam grafik
dan dalam bentuk tabulasi. Hasil rataan penilaian tersebut dianalisis dengan taraf
nyata 0,05 untuk melihat adanya pengaruh konsep green facade terhadap kriteria
yang diujikan.
Analisis lebih lanjut dilakukan meng