Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Barat

45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Barat

Lampiran 2. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Baru

Universitas Sumatera Utara

46

Lampiran 3. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Helvetia

Lampiran 4. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Sunggal

Universitas Sumatera Utara

47

Lampiran 5. Peta Kelas Kerusakan Pohon Medan Petisah


Universitas Sumatera Utara

43

DAFTAR PUSTAKA

Aryawan, M. S., Zain, A., Arianingsih, I. dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon
Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi
Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea
Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2,
Nomor 1 Hal: 62-72 Juni 2014.
Aini, A. 2007. Sistem Informasi Geografis dan Aplikasinya. STMIK Amikom.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2013. Kota Medan Dalam Angka. Medan
Dahlan, Endes N. 2006. Hutan Kota : Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan
Kualitas Lingkungan Hidup. Universitas Indonesia. Jakarta
Enda, J dan Novizan. 2002.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman.
AgoMedia Pustaka. Jakarta
Hakim, R. 2002. Arsitektur Lansekap : Manusia, Lingkungan dan Alam.

Universitas Trisakti. Jakarta
Hutagalung, Annie N. 2015. Analisis Kualitas Pohon di Beberapa Jalur Hijau
Kota Pematang Siantar. Skripsi. Fakultas Pertanian USU. Medan
Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan
Eucalyptus (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Mangold, R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide.United States
Department of Agriculture Forest Service. Washington.
Miardini, Arina. 2006. AnalisisKesehatanPohon
DiKebun Raya Bogor.
DepartemenKonservasiSumberdayaHutan
Dan
EkowisataFakultasKehutananInstitutPertanian Bogor. Bogor
Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur
Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Noviady, I. dan Rivai, R. R. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon
Peneduh di Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens.
Jurnal Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonvolume 1, nomor 6,
September 2015.
Pemerintah Kota Medan [Pemko Medan]. 2016. Selayang Pandang Kota Medan.

Diakses dari: pemko.medan.go.id
Peraturan Daerah Kota Medan No. 13. 2011. Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Medan.

Universitas Sumatera Utara

44

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 63. 2002. Tentang Hutan Kota.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan. P.03/MenHut-V/2004. Tentang Pedoman
Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota sebagai Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Prahasta, W. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif
Geodesi dan Geomatika. Penerbit: Informatika. Bandung
Phelps, J., Hariyanti, P., Sinaga A. C., dan Dermawan A. 2014. Valuasi
Lingkungan di Indonesia : Implikasi pada Kebijakan di Kehutanan,
Pertanggung-jawaban Hukum dan Estimasi Kerugian Negara. Brief No.
32. Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)
Pranoto, S. A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan dan Implikasinya

terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa
Selopuro, Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Widyastuti, S. M. Sumardi. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Stalin, dkk. 2013. Analisis Kerusakan Pohn di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak.
Jurnal Unta. Universitas Tanjung Pura.
Sunu, P. 2001. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara.
Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
Tentang Penataan Ruang.
USDA Forest Service. 2001. Forest Health Monitoring to Monitor the
Sustainability of-Indonesian Tropical Rain Forest. SEAMEO BIOTROP.
Indonesia.
Zoer’aini, J.I. 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi
Aksara. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


14

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Kota Medan terletak antara 3o30’-3o43’
Lintang Utara dan 98o35’-98o44’ Bujur Timur. Topografi Kota Medan cenderung
miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter di atas permukaan
laut. Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung
denganSelat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota atau
negara maju seperti Pulau Penang, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian
juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa barang/jasa
yang relatif besar (Pemko Medan, 2016).
Iklim
Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2.0002.500 mm per tahun. Suhu udara kota Medan menurut stasiun Sampali pada tahun
2010 berkisar antara 32,30oC-33,90oC dan suhu maksimum berkisar antara
32,72oC-34,47oC. Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata 74,67-80 %
dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,81 m/detik, sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 123,89 mm. Hari hujan di kota Medan pada tahun 2012

rata-rata per bulan 15,25 hari dengan curah hujan rata-rata perbulannya 133,75
mm (BPS Kota Medan, 2013).
Letak Administratif
Secara administrasi Kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup
151 kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Posisi Kota Medan ada di

Universitas Sumatera Utara

15

bagian Utara Provinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan
berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi
wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah
Kabupaten

Deli

Serdang,

yaitu


sebelah

Barat,

Selatan

dan

Timur.

Sepanjangwilayah Utaranya berbatasan dengan Selat Malaka.
Luas Area (Km2)

Persentase

11,19

4,22


5,52
5,53

2,08
2,01

Medan Baru
Medan Belawan

5,84
26,25

2,20
9,90

6
7

Medan Deli
Medan Denai


20,84
9,05

7,86
3,41

8
9

Medan Helvetia
Medan Johor

13,16
14,58

4,96
5,50

10

11

Medan Kota
Medan Labuhan

5,27
36,67

1,99
13,83

12
13

Medan Maimun
Medan Marelan

2,98
23,82


1,12
8,99

14
15

Medan Perjuangan
Medan Petisah

4,09
6,82

1,54
2,57

16
17

Medan Polonia
Medan Selayang

9,01
12,81

3,40
4,83

18
19

Medan Sunggal
Medan Tembung

15,44
7,99

5,82
3,01

No

Kecamatan

1

Medan Amplas

2
3

Medan Area
Medan Barat

4
5

20

Medan Timur

21

Medan Tuntungan
Jumlah Total

7,76

2,93

20,68

7,80

265,10

100,00

(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2013)
Demografi
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan
berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Kota Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki
dan 1.068.659 perempuan. Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan
Kabupaten Deli Serdang) penduduk Kota Medan mencapai 4.144.583 jiwa.

Universitas Sumatera Utara

16

Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan jumlah penduduk tetap,
sedangkan jumlah penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000
jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Kota Medan
merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di
Indonesia (Pemko Medan, 2016).

Universitas Sumatera Utara

17

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan Agustus 2016yang
berlokasi di Jalur HijauKecamatan Medan Barat, Medan Baru, Kecamatan
Helvetia, Medan Petisah dan Medan Sunggal di Kota Medan, Provinsi Sumatera
Utara (Gambar 1 dan Tabel 1). Kemudian pengolahan data dilakukan di
Laboratorium Manajemen HutanTerpadu, Program Studi Kehutanan Fakultas
Kehutanan Universitas SumateraUtara.

Gambar 1. Lokasi Penelitian Medan Bagian Barat

Tabel 1. Nama Jalan Arteri di 5 Kecamatan Medan Bagian Barat
No
1
2
3
4

Nama Jalan
Jl. Gagak Hitam
Jl. Pinang Baris
Jl. Sunggal
Jl. Setia Budi

Fungsi Jalan
Arteri Primer
Arteri Primer
Arteri Sekunder
Arteri Sekunder

Kecamatan
Medan Sunggal
Medan Sunggal
Medan Sunggal
Medan Sunggal

Universitas Sumatera Utara

18

5
6
7
8
9
10
11

Jl. Yos Sudarso
Jl. Tengku Amir Hamzah
Jl. Putri Hijau
Jl. Adam Malik
Jl. Kpt. Muslim
Jl. Jend Gatot Subroto
Jl. Let.Jend. Jamin Ginting

Arteri Primer
Arteri Sekunder
Arteri Sekunder
Arteri Sekunder
Arteri Sekunder
Arteri Primer
Arteri Primer

Medan Barat
Medan Barat
Medan Barat
Medan Barat
Medan Helvetia
Medan Petisah
Medan Baru

Alat dan Data
Alat

yang

digunakan

yakni:

GPS(Global

Positioning

System),

kameradigital, binokuler, pita meter,hagameter, kertas label, tally sheet, alat
tulis,kuesioner,pengolah peta ArcGIS 10.2.2, serta MS Word dan MS Excell.
Datapenelitian berupa data peta Kota Medan, peta batasadministrasi Kota Medan,
dan peta jalan Kota Medan.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas 2 kelompok data yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperlukan untuk menjawab
tujuanpenelitian, data ini diperlukan untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakaan.
Data diperoleh berdasarkan hasil observasi danpengamatan langsung di lapangan
antara lain: jenis pohon, diameter, tinggi total, kondisi kerusakan pohon dan
koordinat pohon.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperlukan sebagai penunjang dari
dataprimer yang mendukung penelitian. Data sekunder merupakan data
tambahanberupa keadaan umum lokasi penelitian, nama jalan dan panjang jalan
yangg didapatkan dari Dinas Tata Ruang Kota Medan dan data pendukung

Universitas Sumatera Utara

19

lainnya yangdiperoleh dari akses internet, kunjungan perpustakaan, maupun dari
instansiterkait lainnya yang sesuai dengan objek penelitian.
Prosedur Penelitian
1. Dilakukan pengamatan di jalur hijau jalan arteri yang sudah ditentukan.
Pengamatan pohon dilakukan secara menyeluruh atau berupa sensus
sepanjang jalan
2. Setiap pohon yang diamati dicatat diameter, tinggi dan kondisinya.
Pengukuran diameter dan tinggi ini diperlukan untuk mengetahui indikator
pertumbuhannya. Pohon yang sehat dan mati tidak dihitung karena tidak
termasuk pohon yang mengalami kerusakan. Dalam metode Forest Health
Monitory (FHM), tanda dan gejala kerusakan dicatat berdasarkan definisi
kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan
hidup jangka panjang pohon tersebut. Pengamatan pohon dilakukan pada
seluruh sisi dimulai dari akar sampai ke daun dan pucuk/tunas pohon.
Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga
kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama
maka hanya kerusakan paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang
digunakan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon adalah lokasi, tipe
kerusakan dan nilai ambang batas keparahan
3. Tiap pohon yang diamati diambil titiknya menggunakan GPS. Dan akan
diolah datanyamenggunakan metode overlay yaitu menumpangtindihkan peta
administrasi Kota Medan dengan data yang diperoleh dilapangan dengan
menggunakan software ArcGis 10.2.2

Universitas Sumatera Utara

20

Analisis Data
Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode Forest
Health Monitoring (FHM). Data yang dididapatkan melalui rumus dari penilaian
kerusakan yang dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai
indeks kerusakan (NIK). Data yang diperoleh dari penilaiankerusakan dihitung
nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK).
Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas
sedang dan kelas berat) (Noviady dan Rivai 2015)


NIK = �(Xi. Yi. Zi)
�=1

Keterangan:
NIK
: Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon
Xi
: Nilai bobot pada tipe kerusakan
Yi
: Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan
Zi
: Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot
nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:








Kelas sehat

:0– 21

Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan
kerusakan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Bobot indeks
kerusakan dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

21

Tabel 2. Kode dan Tipe Kerusakan
Kodetipekerus
akan

No

TipeKerusakan

1
2

Kanker, gol (puru)
Busukhati,
tubuhbuah
(badanbuah),
danindikatorlapuklanjut
Luka terbuka
Eksudasi (Resinosisdangummosis)
Batangpatahkurangdari 0.91 m
Malformasi
Akarpatahataumatikurangdari 0.91 cm
Hilangnyaujungdominan (matiujung)
Cabangpatahataumati
Brumpadacabangataudaerahdalamtajuk

3
4
5
6
7
8
9
10

11
Kerusakandaun
12
Daunberubahwarna (tidakhijau)
13
Dan lain-lain
*) 20% untuk akar kurang dari 0,91 cm dari batang atau cabang
Sumber: USDA Forest Service (2001)

1
2
3
4
11
12
13
21
22
23
24
25

NilaiAmbang
Keparahan
(dalamkelas
10% - 99%)
20%
Nihil*
20%
20%
Nihil
Nihil
20%
1%
20%
20%
20%
30%

Dedaunan
(09)
Pucuk dan tunas
(08)

Cabang
(07)
Batang tajuk
(06)
Bagian atas batang
(05)
Bagian bawah &
bagian atas
batang (04)
Batang bagian
bawah (03)
Akar & batang
bagian bawah (02)

Akar & batang bagian
bawah (02)

Bagian
bawah &
bagian atas
batang
(04)

Akar terbuka & tunggak
(01)

Gambar 2. Kode lokasi untuk indikator kerusakan (USDA Forest Service, 2001)

Universitas Sumatera Utara

22

Tabel 3. Kode dan Lokasi Kerusakan
Kode
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Keterangan
Sehat (Tidakadakerusakan)
Akar (terbuka) dantunggak (dengantinggi 30 cm di ataspermukaantanah)
Akardanbatangbagianbawah
Bagian
bawah
batang
(setengahbagianbawahdaribatangantaratunggakdandasartajukhidup)
Bagianbawahdanbagianatasbatang
Bagianatasbatang (setengahbagianatasdaribatangantaratunggakdandasartajukhidup)
Batangtajuk (batangutama di dalamdaerahtajukhidup di atasdasartajukhidup)
Cabang
(lebihbesar
2.54
cm
padatitikpercabanganterhadapbatangutamaataubatangtajukdidalamdaerahtajukhidup)
Kuncupdan tunas (pertumbuhantahunterakhir)
Daun

Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 4. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan
Kode
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kelas
01-09 (Sehat)
10-19 (Sehat)
20-29 (Ringan)
30-39 (Ringan)
40-49 (Ringan)
50-59 (Sedang)
60-69 (Sedang)
70-79 (Berat)
80-89 (Berat)
90-99 (Berat)

Sumber: USDA Forest Service (2001)

Tabel 5. Bobot Indeks Kerusakan Pohon
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

TipeKerusakan
Kode
Bobot
1
1,9
2
1,7
3
1,5
4
1,5
11
1,6
12
1,3
13
1
21
1
22
1
23
1
24
1
25
1
31
1

LokasiKerusakan
Kode
Bobot
0
1,5
1
2
2
2
3
1,8
4
1,8
5
1,6
6
1,2
7
1
8
1
9
1

KelasKeparahan
Kode
Bobot
0
1,5
1
1,1
2
1,2
3
1,3
4
1,4
5
1,5
6
1,6
7
1,7
8
1,8
9
1,9

Sumber : USDA Forest Service (2001)

Universitas Sumatera Utara

23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan
yang ada di Kota Medan. Jalur Hijau sendiri dapat diartikan sebagai sejumlah
pohon yang ditanam pada pinggir jalan yang berguna sebagai peneduh, penyerap
polusi, pengarah dan pembentuk pandangan pada jalan. Pada penelitian ini
terdapat beberapa jenis-jenis pohon yang ada di jalur hijau seperti Pterocarpus
indiscus, Swietenia mahagoni, Swietenia macrophylla, Mangivera indica,
Mimusops

elengi,

Polyalthia

longifolia,

Pareserianthes

falcataria,

dan

Podocarpus elongatus dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau Medan Bagian Barat
No

Jenis

Nama Latin

1

Angsana

Pterocarpus indiscus

1232

53,29%

2

Mahoni

Swietenia mahagoni

439

18,99%

3
4
5
6
7
8
9
10
11

Mahoni daun lebar
Mangga
Tanjung
Glodokan
Sengon
Melur
Petai cina
Saga
Asam jawa

Swietenia macrophylla
Mangivera indica
Mimusops elengi
Polyalthia longifolia
Paraserianthes falcataria
Podocarpus elongatus
Leucaena leucocephala
Adenathera pavonina
Tamarindus indica

478
9
9
60
1
1
8
14
55

20,67%
0,39%
0,39%
2,60%
0,04%
0,04%
0,35%
0,61%
2,38%

12

Beringin

Ficus benjamina

3

0,13%

13

Waru

Hibiscus tiliaceus

3

0,13%

2312

100,00%

Total

Jumlah

Persentase

Dari 11 jalur hijau yang diteliti pada 5 kecamatan yang ada di Kota
Medan, 46 pohon digolongkan pada kriteria sangat sehat, 975 pohon sehat, 1114
pohon yang mengalami kerusakan ringan, 168 pohon yang mengalami kerusakan
sedang, dan 9 pohon yang telah mati. Persentasi kelas/kriteriakerusakan dan
sebaran kerusakan dapat dilihat pada Gambar 3 dan lampiran 1, 2, 3, 4 dan 5.

Universitas Sumatera Utara

24

Berat
0%

Mati
1%

Sedang
7%

Sangat sehat
2%

Sehat
42%
Ringan
48%

Gambar 3. Persentase Kelas Kerusakan

Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada tabel 7
dibawah ini:
Tabel 7. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon Di Medan Bagian Barat
No

Jenis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Total

Angsana
Mahoni
Mahoni daun lebar
Mangga
Tanjung
Glodokan
Sengon
Melur
Petai cina
Saga
Asam jawa
Beringin
Waru

Sangat
Sehat
8
13
22
3
46

Sehat

Ringan

Sedang

Berat

Mati

455
175
258
7
4
33
1
3
36
2
2
976

655
219
180
2
3
21
1
5
9
17
1
1
1114

107
32
16
2
3
1
2
2
2
167

-

7
2
-

0

9

Jumlah
1232
439
478
9
9
60
1
1
8
14
55
3
3
2312

Jalur hijau pada Medan Bagian Barat didominasi oleh jenis angsana
(Pterocarpus indicus) dengan 1232 pohon dan mengalami kerusakan terbanyak
pada kelas ringan dengan 655 kerusakan. Mahoni (Swietenia mahagoni) dan
mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla)juga mengalami kerusakn terbanyak
pada kelas ringan dengan 219 dan 180 kerusakan.

Universitas Sumatera Utara

25

Pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan
ditemukan 10 tipe kerusakan dari 13 tipe kerusakan yang dikemukakan oleh
Mangold (1997). Dari 10 tipe kerusakan itu, tipe kerusakan yang paling banyak
dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme yaitu sebesar 34%, sedangkan yang
paling sedikit dijumpai adalah cabng patah, eksudasi, daun berubah warna dan
malformasi yaitu sebesar 1%. Persentase tipe kerusakan pohon dapat dilihat pada
Gambar 4.
Cabang Patah
1%

Kanker
18%

Vandalisme
34%

Daun Berubah
Warna
1%

lapuk lanjut
12%
Eksudasi
1%
Luka Terbuka
4%

Brum Pada
cabang
12%

Malformasi
1%

Kerusakan daun
16%

Gambar 4. Persentase Tipe Kerusakan

Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe
kerusakan vandalisme yaitu sebanyak 34%, berbeda dengan penelitian Miardini
(2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling
banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini
dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau periklanan
dengan menempelkan menggunakan paku atau kawat dan sejenisnya. Sedangkan
pada penelitian Miardini (2006) dilakukan di Kebun Raya Bogor tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan pemakuan pohon/vandalisme.

Universitas Sumatera Utara

26

Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
kecamatan yang ada di Kota Medan bagian pohon yang paling banyak mengalami
kerusakan adalah pada batang bagian bawah yaitu sebesar 48%, sedangkan yang
paling sedikit mengalami kerusakan adalah pada bagian akar dan tunggak yaitu
sebesar 0%.
Daun
16%

Akar terbuka &
tunggak
0%

Akar & batang
bagian bawah
9%

Cabang
11%

Batang tajuk
6%

Bagian atas
batang
3%

Bagian bawah &
bagian atas
batang
15%

Batang bagian
bawah
40%

Gambar 5. Persentase Lokasi Kerusakan

Bagian pohon yang paling banyak mengalami kerusakan adalah bagian
batang bagian bawah. Ini dikarenakan mudah dijangkau manusia berbeda dengan
penelitian Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013). Penelitian Miardini (2006)
yang menemukan bagian pohon yang paling banyak dijumpai adalah bagian akar
dan tunggak. Itu disebabkan karena pada penelitian Miardini banyak pohon yang
berumur ratusan tahun dan mudah tumbang ketika angin datang. Sedangkan
penelitian Stalin (2013) lokasi kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah
pada bagian cabang karena terkena konk dan lapuk lanjut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 11 jalan arteri yang terdapat
di 5 kecamatan yang ada di Medan Bagian Barat, terdapat 4369 kerusakan dengan
10 tipe keruskan. Tipe kerusakan yang paling besar dijumpai adalah tipe

Universitas Sumatera Utara

27

kerusakan vandalisme pada lokasi 3 (batang bagian bawah) yaitu sebanyak 1079
pohon, demikian secara keseluruhan tipe kerusakan terbanyak terjadi pada lokasi
3 (batang bagian bawah) sebanyak 1775 kerusakan. Tipe kerusakan yang paling
sedikit dijumpai adalah tipe kerusakan malformasi pada lokasi 2 (akar terbuka dan
tunggak) yaitu sebanyak 1 pohon dan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kombinasi tipe kerusakan dengan lokasi kerusakan
No.

Tipe Kerusakan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kanker
Lapuk lanjut
Luka Terbuka
Eksudasi
Malformasi
Cabang patah atau mati
Brum Pada cabang
Kerusakan daun
Daun berubah warna
Vandalisme
Total

1
7
2
3
-

2
150
177
44
7
1
10

3
457
127
96
6
10
1079

12

389

1775

Lokasi Kerusakan
4
5
6
130
46
14
61
18 127
30
4
3
8
2
14
22
2
392
12
1
635

104

147

7

9

Jlh

13
2
62
508
1

8
-

669
50
-

804
525
180
23
51
62
508
669
50
1495

586

-

719

4367

Tipe Kerusakan Kanker

Gambar 6. Peta sebaran tipe kerusakan kanker Medan Bagian Barat

Universitas Sumatera Utara

28

Sebanyak 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
kecamatan yang ada di Kota Medan, tipe kerusakan kanker yang dijumpai
sebanyak 18%. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering
disebabkan oleh jamur. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga
mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Kerusakan
kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi

batang bagian bawah yaitu

sebanyak 457 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar terbuka dan
tunggak yaitu sebanyak 7 pohon. Peta sebarang penyakit kanker ini dapat dilihat
pada Gambar 6.

(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Tipe kerusakan kanker pada (a) Polyalthia longifolia, (b) Swietenia mahagoni
dan (c) Pterocarpus indicus

Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut
Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut dijumpai
sebanyak 12% dari total pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5
kecamatan yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini menyebabkan
meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan
Kulit tanaman yang telah terserang akan menjadi busuk sehingga pohon mudah
rubuh oleh angin. Tipe kerusakan lapuk lanjut paling banyak di jumpai pada
lokasi akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 177 pohon dan paling sedikit

Universitas Sumatera Utara

29

dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak yaitu sebanyak 2 pohon.
Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta sebaran tipe kerusakan lapuk lanjut Medan Bagian Barat

(a)
(b)
Gambar 9. Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut pada
(a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia macrophylla.

Tipe Kerusakan Luka Terbuka
Tipe kerusakan luka terbuka dijumpai sebanyak 4% dari 2312 pohon yang
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Pohon-pohon ini berada di jalur kota, sehingga banyak manusia yang lewat dan
sengaja maupun tidak sengaja melukai pohon yang ada di pinggiran jalan kota

Universitas Sumatera Utara

30

Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka
yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar,
kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras.Tipe kerusakan luka
terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah batang sebanyak 96
pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak
dan bagian tajuk yaitu sebanyak 3 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut
dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta sebaran tipe kerusakan luka terbuka Medan Bagian Barat

(a)
(b)
Gambar 11. Tipe kerusakan luka terbuka pada (a) Swietenia mahagoni
dan (b) Swietenia macropylla

Universitas Sumatera Utara

31

Tipe Kerusakan Malformasi

Gambar 12. Peta sebaran tipe kerusakan malformasi Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan malformasi dijumpai sebanyak 1% dari total pohon yang
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan..
Malformasi akan menghambat pertumbuhan sehingga tanaman yang seharusnya
normal simetris menjadi tidak simetris. Tipe kerusakan ini paling banyak dijumpai
pada lokasi bagian atas batang sebanyak 22 pohon dan paling sedikit dijumpai
pada akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 1 pohon. Peta sebaran
kerusakan malformasi dapat dilihat pada Gambar 12.

(a)
(b)
Gambar 13. Tipe kerusakan malformasi pada pohon (a) angsana dan (b) mahoni

Universitas Sumatera Utara

32

Tipe Kerusakan Eksudasi

Gambar 14. Peta sebaran tipe kerusakan eksudasi Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan eksudasi di jumpai sebanyak 1% dari total pohon yang
diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.
Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka akibat benda tajam yang
kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka.Tipe kerusakan
eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas
batang sebanyak 8 pohon dan paling sedikit dijumpai pada bagian atas batang
sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada Gambar
14.

Gambar 15. Tipe kerusakan eksudasi pada pohon mahoni

Universitas Sumatera Utara

33

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Gambar 16. Peta sebaran tipe kerusakan cabang patah Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 1% dari total
pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan. Cabang patah ini terjadi kibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah
daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 62 pohon pada
lokasi bagian cabang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 16.

(a) (b)
Gambar 17. Tipe kerusakan cabang patah pada (a) pohon angsana, (b)pohon saga

Universitas Sumatera Utara

34

Tipe Kerusakan Brum pada Cabang

Gambar 18. Peta sebaran kerusakan brum cabang Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 12% dari total pohon yang diteliti

pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Brum
berlebihan ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan. Cabang yang telah di
pangkas dan mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika di
biarkan maka akan terjadi persaingan cahaya matahari untuk fotosintesis.Tipe
kerusakan brum paling banyak dan hanya dijumpai pada lokasi bagian cabang
sebanyak 508 pohon. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada Gambar 18.

(a)
(b)
Gambar 19. Tipe kerusakan brum cabang pada (a) pohon angsana, (b) pohon mahoni

Universitas Sumatera Utara

35

Tipe Kerusakan Daun

Gambar 20. Peta sebaran tipe kerusakan daun Medan Bagain Barat

Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 16% dari total pohon yang diteliti
pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Gejala
yang terlihat adalah adanya bercak daun dan gejala gosong. Kerusakan daun ini
juga disebabkan oleh polutan udara yang dihasil dari kendaraan bermotor. Hampir
semua polutan udara penyebab kerusakan tumbuhan berupa gas, meskipun
beberapa jenis partikel debu juga dapat mengakibatkan pengaruh-pengaruh buruk
terhadap tumbuhan (Widyastuti, dkk, 2004). Tipe kerusakan daun dijumpai
sebanyak 669 pohon pada lokasi bagian daun. Peta sebaran kerusakan daun dapat
dilihat pada Gambar 21

(a)
(b)
Gambar 21. Tipe kerusakan daun pada pohon (a) angsana dan (b) mahoni

Universitas Sumatera Utara

36

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna

Gambar 22. Peta sebaran tipe daun berubah warna Medan Bagian Barat

Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 1% dari total
pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di
Kota Medan. Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis, yaitu dimana daun tidak
lagi berwarna hijau atau berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini
dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil (zat hijau daun) atau akibat
kekurangancahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga
terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputihputihan atau bersama-sama (Pracaya, 2003).Tipe kerusakan daun berubah warna
ini dijumpai sebanyak 50 pohon pada lokasi daun. Peta sebaran kerusakan daun
berubah warna dapat dilihat pada Gambar 22.

Universitas Sumatera Utara

37

Gambar 23. Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon angsana

Tipe Kerusakan Vandalisme
Tipe kerusakan vandalisme paling banyak dijumpai yaitu sebesar 34%
dari 2312 pohon yang diteliti pada 11 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan
yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang
menempeli spanduk maupun poster-poster pada pohon yang berada di pinggiran
jalan kota Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini
menggunakan paku sehingga melukai pohon. Tipe kerusakan vandalisme paling
banyak dijumpai pada lokasi banyak bagian bawah batang yaitu sebanyak 1079
pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang tajuk bagian cabang
sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan vandalisme dapat dilihat pada Gambar
24.

(a)
(b)
(c)
Gambar 24. (a) (b) dan (c) kerusakan vandalisme yang diakibatkan akibat dari banyaknya
pengiklanan produk atau jasa di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

38

Gambar 25. Peta sebaran tipe vandalisme Medan Bagian Barat

Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe
kerusakan vandalisme yaitu sebanyak 34%, berbeda dengan penelitian Miardini
(2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling
banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini
dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau periklanan
dengan menempelkan menggunakan paku atau kawat dan sejenisnya. Sedangkan
pada penelitian Miardini (2006) dilakukan di Kebun Raya Bogor tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan pemakuan pohon/vandalisme.
Tindakan Pemeliharaan
1. Pengendalian kimiawi dengan fungisida atau bakterisida
Fungisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan jamur
atau fungi, sedangkan bakterisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan

bakteri.

Penggunaan

fungisida

atau

bakterisida

dapat

Universitas Sumatera Utara

39

bermacammacam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan dn fumigasi
(Widyastuti, dkk, 2004).
2. Tindakan Penyiraman
Jalur hijau terdapat pada sisi kanan dan kiri serta pertengahan jalan arteri
membuat ruang tumbuh sempit dan perolehan unsur hara dari tanah juga terbatas.
Sehingga diperlukan penyiraman untuk mensuplai unsur hara dsri tanah.
Penyiraman dilakukan bila hujan tidak turun selama beberapa hari dan harus lebih
sering pada musim kemarau.
3. Tindakan Pemangkasan
Saat pemangkasan pohon menyebabkan kerusakan baru sepertibrum atau
cabang berlebihan. Perawatan yang dilakukan adalah dengan memangkas kembali
cabang yang terserang brum dan melakukan perawatan luka pada batang
yangdilakukan dengan cara menyayat daerah tepi luka dengan bentuk elif dan
sejajardengan aliran hara pohon. Bagian yangbaru dipotong tersebut kemudian
diberifungisida atau ditutup dengan lilin danmalam atau paraffin cair. Hal
inidimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Perlindunganluka
dilakukan 4-6 bulan sekali (Stalin, dkk. 2013)
4. Pemupukan
Terdapatnya daun yang berwarna kuning merupakan salah satu indikator
kurangnya nutrisi tanaman. gejala defisiensi unsur hara nitrogen dicirikan dengan
helaian dan tulang daun yang berwarna kuning disertai dengan nekrosis dari basal
sampai dengan apikal daun. Pengefektifan pemberian pupuk NPK perlu
dilaksanakan demi meningkatkan kondisi kesehatan tumbuhan (Noviady dan
Rivai, 2015).

Universitas Sumatera Utara

40

5. Tindakan Pembersihan
Sampah-sampah yang berasal dari masyarakat sekitar ataupun dedaunan
selalu dibersihkan. Sampah yang dikumpulkan dan dipisahkan antara sampah
organik dan anorganik. Karena sampah sampah yang ada di sekitar jalan arteri
kota akan mengurangi keindahan.
6. Pencegahan dan Penanganan Pengerusakan Pohon
Untuk mencapai hal tersebut maka perlu ditumbuhkan edukasi dan
kesadaran pentingnya pohon pada masyarakat, serta melakukan pembersihan atau
pencabutan benda-benda asing seperti paku dan kawat untuk mengurangi kerugian
langsung pada pengendara dan pengguna jalan.

Universitas Sumatera Utara

41

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1.

Jenis pohon yang berada di 11 jalur hijau pada 5 kecamatan Medan Bagian
Barat didominasi oleh Angsana (Pterocarpus indiscus), yang terbanyak
kedua adalah Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), dan yang paling
sedikit Sengon

(Pareserianthes

falcataria),

danMelur (Podocarpus

elongatus.
2.

Kelas kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Barat terdapat, 46 pohon
sangat sehat, 975 pohon sehat, 1114 pohon yang mengalami kerusakan
ringan, 168 pohon sedang, dan 9 pohon yang telah mati. Tipe kerusakan
pada jalur hijau Medan Bagian Barat dijumpai sebanyak 10 tipe. Tipe
kerusakan paling banyak adalah kerusakan vandalisme dengan 34% dan
kemudian adalah kanker dengan 18% dan paling sedikit adalah malformasi,
cabang patah, daun berubah warna dan luka terbuka dengan 1%
kerusakan.Lokasi kerusakan terdapat pada jalur hijau Medan Bagian Barat
yang terparah adalah bagian bawah batang dengan 1775 kerusakan dan
paling sedikit terjadi pada akar terbuka dan tunggak dengan 12 kerusakan
saja.

3.

Persebaran pohon terbanyak terdapat pada jalan Gatot Subroto dengan 292
pohon dengan di dominasi oleh Angsana (Pterocarpus indicus).

Universitas Sumatera Utara

42

Saran
Meskipun tingkat kerusakan yang terjadi tergolong ringan, sebaiknya
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medanmelakukan pemeliharaan dan
perawatan secara intensif baik itu penyiraman, pemangkasan serta dapat
mengurangi vandalis (pemakuan pohon). Penelitian ini dapat menjadi acuan utuk
penelitian lebih lanjut mengenai penyebab kerusakan pohon di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

4

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Kota
Definisi hutan kota (Urban Forest) menurut Fakuara (1987) adalah
tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya (Miardini, 2006).
Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan
yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah
perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai
Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian,
keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur
lingkungan, sosial dan budaya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/MENHUT-V/2004
Bagian Ke-enam, tentang Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota
sebagai Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan, antara lain disebutkan
bahwa luas minimal hutan kota adalah 0,25 ha dalam satu kesatuan hamparan
yang kompak (menyatu), agar tanaman dapat membentuk iklim mikro.
Bentuk dan Struktur Hutan Kota
Menurut Dahlan (1992) dalam Miardini (2006), hutan kota memiliki
beberapa bentuk, yaitu:
1. Jalur Hijau
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman
pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang

Universitas Sumatera Utara

5

liaryang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai
penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan, sedangkan pada
bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi
dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan
bermotor.
2. Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia
untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis
yang dapat menghasilkan buah dan beberapa jenis lainnya. Halaman
rumah dapat memberikan suatu kebanggaan tertentu. Halaman rumah
ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan
keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang
memandang dan menikmatinya.
4. Kebun Raya,
Hutan Raya dan Kebun Binatang Kebun raya, hutan raya dan kebun
binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain,
baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.
5. Hutan Lindung
Mintakat kota ke lima yaitu daerah dengan lereng yang curam harus
dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan

Universitas Sumatera Utara

6

daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan
lindung.
6. Kuburan dan Taman Makam Pahlawan
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai
manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak
berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui
tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan
kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.
Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang
ditanam sehingga terbangun hutan kota berlapis-lapis dan berstrata baik secara
vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu
komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan kota. Dapat diklasifikasikan
menjadi hutan kota yang:
a) Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-umbuhan hutan kota hanya terdiri
dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya.
b) Berstrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain
terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit,
ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak
beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas
tumbuh-tumbuhan hutan alam.
(Zoer’aini, 2007)

Universitas Sumatera Utara

7

Kerusakan pada Pohon
Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi
udara

dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Untuk
monitoring kesehatan pohon, tanda-tanda dan gejala-gejala kerusakan dicatat,
didefenisikan, apakah kerusakan dapat mematikan pohon atau memberi pengaruh
jangka panjang terhadap kemampuan bertahan dari pohon (Irwanto, 2006).
Kerusakan tanaman atau bagian tanaman tidak hannya disebabkan oleh
serangan hama dan penyakit tanaman. Disamping faktor genetik, pertumbuhan
tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur
hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada
juga

Organisme

pengganggu

tanaman.

Organisme

perusak

tanaman

dikelompokkan menjadi 3 golongan:
1. Hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman

misalnya

serangga, moluska, dan mamalia
2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan
virus
3. Gulma yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatau
area pertanian
(Enda, J dan Novizan, 2002).
Tipe kerusakan biasanya sangat spesifik dan masing-masing mempunyai
nilai yang spesifik pula. Kanker pada bagian batang memberikan risiko kerusakan
lebih tinggi dibanding dengan kerusakan oleh pembengkokan batang. Lokasi
kerusakan ditentukan berdasarkan atas kedudukan kerusakan pada bagian batang

Universitas Sumatera Utara

8

pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai
nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat
dengan permukaan tanah nilai kerusakan lebih tinggi. Keparahan merupakan
faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya
ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang
yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya (Irwanto, 2006).
Karakteristik dan Kesehatan Pohon
Tanamanakantumbuhdenganbaikbilatanaman
dipilihtolerandenganlingkungantempatpenanaman.

yang
Metodepenanaman

yang

benarakanmenyiapkantempat

yang

menjamindenganbaikpertumbuhanakardantajuk.

Pemeliharaan

yangtepatakanmenjaminpertumbuhandengankecepatan
terhindardarigangguanhamapenyakitdanvandalisme.
yang

yang

normal,

Sebaliknyajikafaktor-faktor

menentukanpertumbuhantersebuttidaktepat,

makatanamanakantumbuhlamban, tidakmenampilkansifatfisik yang diinginkan,
danbahkantanamanakansewaktuwaktutumbang (Nasrullah, 2005).
Tanaman yang sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsifungsi fisiologisnya dengan bailk, misalnya proses potosintesis dan respirasi,
proses metabolisme, penyerapan dan trasnlokasi zat hara, serta penyerapan air.
Adanya gangguan yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat
mengakibatkan terganggunya proses proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan
menimbulkan

kerusakan

dan

dapat

menghambat

pertumbuhan

dan

Universitas Sumatera Utara

9

perkembangnan tanaman dan menurunkan

kuantitas

dan

kualitas

hasil

(Enda, J dan Novizan, 2002).
Menurut Mangold (1997) dalam Miardini (2006), definisi kerusakan yang
terdapat pada pohon dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kanker
Kanker mungkin dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih
sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti
dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit
tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang
melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah
jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall
yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.
2. Busuk Hati
Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Tubuh buah pada batang

utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk
kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang
besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. Kayu
gembol merupakan petunjuk adanya jaringan kayu yang lunak, sering
mengandung air dan mengalami degradasi. Suatu luka terbakar pada
pangkal suatu pohon adalah juga merupakan indikator lapuk. Lubang
(rongga) di dalam batang utama dari cabang tua adalah juga lapuk.
Tunggak-tunggak lapuk yang terkait dengan regenerasi melalui trubus.
Busuk ada dua macam penyebabnya, yaitu busuk kering dan busuk

Universitas Sumatera Utara

10

basah. Penyakit busuk ini meyerang akar, batang, kuncup dan buah
(Pracaya, 2003).

3. Luka Terbuka
Suatu luka atau serangkaian luka

yang ditunjukkan dengan

mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak
ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam
kayu batang utama dikodekan sebagai luka terbuka, jika memenuhi
nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu
batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).
4. Resinosis atau gumosis
Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang.
5. Batang patah kurang dari 0,91 m
Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91 m dari batang baik karena
galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu
jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/ rusak pada
daerah batang (di bawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih
hidup).
6. Malformasi
Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau
alat serta organnya.
7. Akar Patah atau Mati
Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati.
8. Mati ujung

Universitas Sumatera Utara

11

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju,
serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati
Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau
batang tajuk di luar daerah tajuk hidup tidak dikodekan.
10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.
Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu
tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk
struktur vegetatif dan organ yang bergerombol tidak normal.
11. Kerusakan kuncup daun atau tunas
Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas
terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup
atau tunas.
12. Perubahan warna daun
Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun
terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau.
Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka
anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Teknologi GIS mengintegrasikan operasi-operasi umum database,

Universitas Sumatera Utara

12

seperti query dan analisis statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisis
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Kemampuan inilah yang membedakan
GIS dengan sistem informasi lainya yang membuatnya menjadi berguna untuk
berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan
memprediksi apa yang terjadi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia
pada tahun 1972 dengan nama Data Banks for Develompment (Aini, 2007).
Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut
suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri
atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan
data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para
penggunanya dapat membuat peta

dan menganalisis informasinya dengan

berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial,
dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih
padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional
lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biayayang
diperlukan (Prahasta, 2009).
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon di Jalur
Hijau Kota Medan
Sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian
mengenai penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan satu teknologi yaitu
Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan teknologi tersebut dapat menghemat
waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data
penelitian (Aryawan, 2014).

Universitas Sumatera Utara

13

Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah
integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang
memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data
secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut
tertentu dari datanya (Prahasta, 2009).
Teknik tumpang tindih (overlay) merupakan hal yang terpenting dalam
aplikasi SIG untuk memperoleh tematik data spasial (peta) baru beserta data
atributnya. Terdapat empat jenis metode overlay yang paling penting, yaitu;
intersect, union, clip dan merge. Metode intersect adalah metode yang paling luas
penggunaannya

untuk

analisa

data

spasial dengan

teknik

yang

akan

mengkombinasikan secara silang data spasial dan non spasial dalam satu tema
informasi baru. Metode union digunakan ketika dua atau lebih data digabungkan
sehingga menghasilkan data yang dikehendaki hanya tergabung secara spasial
tanpa memperhatikan aspek data basenya. Metode clip adalah tumpang tindih dua
data spasial yang akan menghasilkan potongan sesuai poligon yang dikehendaki
(area of interest). Metode merge adalah penggabungan dua atau lebih data secara
spasial dan non spasial dengan syarat adanya dasar (field) kunci yang sama dalam
atribut (ESRI, 1996).

Universitas Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan
luas.Dalamkota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Adakalanya kotadidirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan
setempat. Padakenyataaannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak
dimensi.Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari berbagai perspektif
sepertimoral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan
habitatnya,pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan
darikehidupan manusia (Zoer’aini, 2007).
Hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan
perkotaan, baik ekologi maupun ekonomi. Hilangnya ekosistem atau sumberdaya
lingkungan merupakan masalah ekonomi, karena hilangnya ekosistem berarti
hilangnya kemampuan ekosistem tersebut menyediakan barang dan jasa
(Pranoto, 2009).
Dampak dari pembangunan kota yang tidak berwawasan lingkungan
padaumumnya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan penurunan daya
dukunglingkungan. Kegiatan pembangunan

seharusnya berkelanjutan dan

mengacu padakondisi alam.Tumbuh-tumbuhan dapat menyerap hasil pencemaran
udara berupakarbon dioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuhtumbuhan akanmenghisap dan mengurangi polutan, dengan melepaskan gas
oksigen maka akanmengurangi jumlah polutan di udara. Semakin banyak tumbuhtumbuhan ditanam sebagai paru-paru kota maka kualitas udara akan semakin
sehat sehingga akanmendukung program penghijauan (Sunu, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2

Pada

umumnya

ruang

terbuka

hijau

didominasi

oleh

tanaman

dantumbuhan, dimana unsur ini banyak berpengaruh terhadap kualitas udara
perkotaan. Tanaman dapat menciptakan iklim makro yaitu adanya penurunan suhu
sekitar, kelembaban yang cukup dan kadar O2 yang bertambah. Hal ini karena ada
proses asimilasi dan evapotranspirasi dari tanaman disamping itu, tanaman juga
menyerap/ mengurangi CO2 yang dihasilkan kendaraan bermotor, industri dan
sebagainya (Hakim, 2002).
Menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan, telah dilakukan
penelitian dalam mengembangkan penghijauan yang efektif, dirancang kearah
terbentuknya struktur ekologis yang berfungsi melestarikan lingkungan yang
nyaman, sehat dan estetis berbentuk hutan kota yang memenuhi kaidah lensekap
perkotaan (Zoer’aini, 2007).
Penghijauan merupakan salah sat