Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kondisi Pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan di kecamatan Medan Timur

Lampiran 2. Kondisi Pohon di Jalan Yos Sudarso

Lampiran 3. Pohon Mati dan Kondisi Pohon di Jalan H.M.Yamin Kecamatan Medan Timur.


(2)

Lampiran 4. Kondisi Jalan Irian Barat di Kecamatan Medan Timur yang Tidak terdapat Pohon

Lampiran 5. Kondisi pohon di Jalan Jawa


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. S. 2002. Bahan Kuliah Penggelolaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aryawan, M. S., Zain, A., Arianingsih, I. dkk. 2014. Analisis Penyebaran Pohon Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kelompok Hutan Produksi Dusun V Kebun Kopi Desa Nupabomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jurnal Warta Rimba Issn: 2406-8373 Volume 2, Nomor 1 Hal: 62-72 Juni 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Medan. 2014. Kota Medan Dalam Angka. Medan Dahlan,E.N., 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. APHI – IPB. Jakarta.

Dahlan, Endes N.. 2006. Hutan Kota :Untuk Pengelolaan Dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Universitas Indonesia. Jakarta.

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2008. Menata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan

Umum.

Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT BumiAksara. Jakarta. Enda, J dan Novizan. 2002.Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman.

AgoMedia Pustaka. Jakarta.

Faisol, A. 2012. Tutorial Ringkasan ArcGIS 10. ANDI. Yogyakarta.

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectonagrandis) Dan Eucalyptus (Eucalyptuspellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Lestari, E. A. R dan Jaya, S. N. I. 2005. Penggunaan Teknologi Penginderaan Jauh Satelit dan SIG untuk Menentukan Luas Hutan Kota. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Nol. XI No. 2 : 55-69 (2005)

Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. United States Department of Agriculture Forest Service. Washington.

Miardini, Arina. 2006. Analisis Kesehatan Pohon Di Kebun Raya Bogor. Departemen Konservasi Sumber daya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(4)

Nasrullah, N. 2005. Bahan Kuliah Tanaman Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Natalia, R. N. 2015. Analisis Kesehatan pohon dan Cadangan Karbon di Jalur Hijau Kota Binjai. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.

Noviady, I. dan Rivai, R. R. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon Peneduh di Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens. Jurnal Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon volume 1, nomor 6, September 2015.

Nugraha, D. 2014. Pemetaan Kesehatan Pohon Di Universitas Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan. Fakultas Pertanian USU.

Pemerintah Kota Medan [Pemko Medan]. 2013. Selayang Pandang Kota Medan. Diakses dari: pemko.medan.go.id

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. PP Nomor 63 Tahun 2002.Tentang Hutan Kota.

Pracaya, “Hama penyakit tanaman ”, Niaga Swadaya, 2003

Prahasta, W. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika. Penerbit: Informatika. Bandung

Pranoto, S. A. 2009. Valuasi Ekonomi Sumber daya Hutan dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus Hutan Rakyat Desa Selopuro, Kecamatan Batu warno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah).Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor

Stalin., dkk. 2013. Analisis Kerusakan Pohon Di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak. Jurnal Unta. Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura. Sugandi, D dan Somantri, L. 2009. Sistem Informasi Geografis (SIG). Hand Out.

Jurusan Pendidikan Geografi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

USDA Forest Service. 2001. Forest Health Monitoring to Monitor the

Sustainability of-Indonesian Tropical Rain Forest. SEAMEO BIOTROP.

Indonesia.

Widyastuti., dkk. 2004. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.


(5)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder bagian utara Kota Medan yakni Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Pelabuhan, kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Timur Kota Medan , Sumatera Utara pada bulan April hingga bulan Agustus 2016. Kemudian pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.


(6)

Tabel 1. Nama Jalan Lokasi Penelitian Analisis Kerusakan Pohon

No Nama Jalan

Fungsi Jalan (Arteri) Kecamatan Lebar Jalan (m) Panjang Jalan (km) Batas Jalan

1 Perintis

Kemerdekaan Sekunder Medan Timur 26 1,461

Jln. Putri Hijau – Jln. H. M

Yamin

2 H.M.Yamin Sekunder Medan Timur 26 1,545

Jln. Perintis Kemerdekaan

– Jln. A. R Hakim

3 Gaharu Sekunder Medan Timur 20 1,521

Jln. Bambu II – Jln. H. M

Yamin

4 Jawa Sekunder Medan Timur 20 0,4633 Jl.M.Yamin-

Jln. Veteran

5 Yos Sudarso Primer

Medan Deli Medan labuhan Medan Marelan Medan Belawan

26 18,943 Jl.Cemara – Jl.Sumatera

6 Irian Barat Sekunder Medan Timur 20 0,4923

Jln. Veteran – Jln. M. T Haryono

Keadaan Geografi

Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. 1) Batas

Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

2) Geologi

Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara,selatan,barat dan timur (BPS Kota Medan, 2014).


(7)

Iklim Kota

Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99 °C dan suhu maksimum yaitu 32,11 °C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8 °C dan suhu maksimum yaitu 32 °C. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79 - 80%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 115,5 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2013 per bulan 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 186,5 mm (BPS Kota Medan, 2014).

Letak Administratif

Secara administrasi Kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Posisi Kota Medan ada di bagian Utara Provinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.

Tabel 2. Luas kecamatan Kota Medan bagian utara.

No Kecamatan Luas Area (Km2) Persentase (%)

1 Medan Belawan 26,25 22,7588

2 Medan Deli 20,84 18,0683

3 Medan Labuhan 36,67 31,739

4 Medan Marelan 23,82 20,652

5 Medan Timur 7,76 6,7273

Jumlah Total 115,34 100,00

(Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014) Demografi

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Kota Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki


(8)

dan 1.068.659 perempuan.Bersama kawasan metropolitannya (Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang) penduduk Kota Medan mencapai 4.144.583 jiwa.Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan jumlah penduduk tetap, sedangkan jumlah penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Kota Medan merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia (Pemko Medan, 2013).

Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, tally sheet,

phiband, clinometer, alat tulis, teropong, GPS, software ArcGis 10.1, dan buku

pengenalan identifikasi kerusakan pohon. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Pohon sepanjang Jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan,Sumatera Utara dan peta kawasan kota medan yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang Kota Medan.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Forest Health

Monitory (FHM) dan metode sensus. Metode FHM yaitu mencatat tanda dan

gejala kerusakan berdasarkan defenisi kerusakan tersebut dapat mematikan pohon atau mempengaruhi kemampuan hidup jangka panjang pohon tersebut. Metode sensus dilakukan dengan mengetahui kondisi fisik pohon atau keadaan visual keseluruhan pohon lalu di ambil titik koordinatnya.


(9)

Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Data

• Pengamatan pohon dilakukan secara sensus jika panjang jalan jalur hijau kurang dari atau sama dengan satu kilometer kemudian dicatat diameter, tinggi dan kondisinya.

• Pengamatan pohon dilakukan secara sampling jika panjang jalan jalur hijau lebih besar atau samadengan satu kilometer kemudian dicatat diameter, tinggi dan kondisinya.

• Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari akar. Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga kerusakan

• Dicatat data tipe kerusakan, lokasi kerusakan, dan nilai ambang batas keparahan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon. Pengkodean dan penilaian kerusakan pohon

Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke dalam tally sheet

• Tiap pohon diambil titiknya menggunakan GPS dan diolah datanya menggunakan software ArcGis 10.1

2. Analisis Data

Penilaian kerusakan digunakan kriteria-kriteria berdasarkan metode FHM. Data yang diperoleh dari penilaia kerusakan dihitung nilai indeks kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang dan kelas berat) (Noviady dan Rivai 2015)


(10)

NIK =�(xi. yi. zi)

� �=1

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot nilai indeks dengan kriteria sebagai berikut:

Kelas sehat : 0 – < 5

Kelas kerusakan ringan : 6 – 10 Kelas kerusakan sedang : 11 – 15 Kelas kerusakan berat : 16 – > 21

Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan kerusakan dapat dilihat pada Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5. Bobot indeks kerusakan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 3 . Kode dan Tipe Kerusakan

No Tipe Kerusakan Kelas keparahan

(10% - 99%)

Kode tipe kerusakan

1 Kanker, gol (puru) 20% 1

2 Busuk Hati, Tubuh buah (badan buah), dan indikator lapuk lanjut

Nihil* 2

3 Luka Terbuka 20% 3

4 Eksudasi (Resinosis dan gumosis 20% 4

5 Batang patah kurang dari 0.91 cm Nihil* 11

6 Brum pada akar atau batang Nihil* 12

7 Akar patah atau mati kurang dari 0.91 cm 20% 13

8 Hilangnya ujung dominan (mati ujung) 1% 21

9 Cabang patah atau mati 20% 22

10 Brum pada cabang atau daerah dalam tajuk

20% 23

11 Kerusakan daun 20% 24

12 13

Daun berubah warna (tidak hijau) Dan lain-lain

30% Nihil

25 31 Sumber: USDA Forest Service (2001)


(11)

Akar & batang bagian bawah (02) Dedaunan(0

9) ( Pucuk dan tunas

(08) Cabang

(07)

Batang tajuk (06)

Bagian atas batang (05) Bagian bawah &

bagian atas batang(04)

Batang bagian bawah (03) Akar & batang

bagian bawah (02)

Akar terbuka & tunggak (01) Bagian bawah & bagian atas batang (04) Table 4. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan

0 Sehat (Tidak ada kerusakan)

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di atas permukaan tanah) 2 Akar dan batang bagian bawah

3 Bagian atas batang (setengah bagian bawah dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

4 Bagian bawah dan bagian atas batang

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk hidup di atas dasar tajuk hidup)

7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan terhadap batang utama atau batang tajuk didalam daerah tajuk hidup)

8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 9 Daun

Sumber: USDA Forest Service (2001)


(12)

Tabel 5. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas

0 1 2 01-09 10-19 20-29

3 30-39

4 40-49

5 50-59

6 60-69

7 70-79

8 80-89

9 90-99

*Jenis tipe kerusakan yang berkode 02,11,12,dan 31 dimasukkan kode 0 untuk kelas keparahan kerusakannya.

Sumber: USDA Forest Service (2001) Tabel 6. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

No Tipe Kerusakan Lokasi Kerusakan Kelas Keparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

1 1 1,9 0 1,5 0 1,5

2 2 1,7 1 2 1 1,1

3 3 1,5 2 2 2 1,2

4 4 1,5 3 1,8 3 1,3

5 11 1,6 4 1,8 4 1,4

6 12 1,3 5 1,6 5 1,5

7 13 1 6 1,2 6 1,6

8 21 1 7 1 7 1,7

9 22 1 8 1 8 1,8

10 23 1 9 1 9 1,9

11 24 1

12 25 1

Sumber : USDA Forest Service (2001).

3. Pemetaan sebaran kelas kesehatan pohon

Pembuatan peta Jalur Hijau Kota Medan bagian utara dilakukan dengan melakukan overlay antara peta kawasan kota Medan dengan jalur Hijau yang di analisis. Data titik Koordinat di lapangan diambil dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

• Tiap pohon diambil titik koordinatnya menggunakan GPS

Diolah data dari GPS ke komputer dengan menggunakan software DNR Garmin.


(13)

• Diubah file kedalam bentuk shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan software ArcGIS 10.1

Setelah diperoleh peta titik koordinat sebaran kerusakan pohon, selanjutnya titik tersebut dioverlaykan dengan peta kawasan kota Meda


(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis dan Jumlah Pohon

Jalur hijau sebagai salah satu bentuk hutan kota merupakan jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan dan ruang pengawas jalan dimana pada bagian tepi kiri, kanan ataupun tengahnya ditanami pohon. Pohon sendiri berfungsi penetralisir sumber pencemar gas buangan kendaraan bermotor, tajuknya yang rindang memberikan keteduhan, sistem perakarannya dapat meningkatkan infiltrasi air permukaan dan mengurangi air limpasan sehingga meningkatkan jumlah air di dalam tanah.

Berdasarkan hasil penelitian pada 6 jalan arteri di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan bagian utara tidak ditemukan adanya pohon di bagian tengah ruang milik jalan tetapi hanya pada bagian tepi kiri dan tepi kanan ruas jalan. Pada lokasi penelitian ini ditemukan satu jalan arteri sekunder yakni Jln. Irian Barat di kecamatan Medan Timur yang sama sekali tidak memiliki Pohon di ruas jalan tersebut.

Jenis pohon mendominasi yang ditemukan adalah Pterocarpus indiscus,

Swietenia mahagoni, Mangivera indica, Parasianthes falcataria, dan Polyathea longifolia. Jumlah pohon terbanyak ditemukan di Jln Arteri primer Yos Sudarso

yakni 2068 pohon dan sekaligus menjadi jalan terpanjang diantara lokasi penelitian ini yang menghubungkan empat kecamatan yakni Kecamatan Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, dan Medan Belawan sedangkan jumlah pohon yang paling sedikit di temukan di Jalan Arteri Sekunder Jln.Jawa Kecamatan Medan Timur sebanyak 71 pohon.


(15)

Tabel 7. Jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan.

No Jenis

Nama Jalan

Jumlah

Gaharu Jawa Perintis

Kemerdekaan

Yos Sudarso

H. M.Yamin

1 Angsana

(Pterocarpus indicus)

37 65 96 645 95 938

2 Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla)

93 5 65 1122 28 1313

3 Beringin

(Conosycea benjamina)

- - 3 3 - 6

4 Melinjo (Gnetum gnemon) - - 6 17 2 25

5 Pulai Alstonia scholaris (Alstonia scholaris)

3 - 4 16 1 24

6 Asam Jawa

(Tamarindus indica)

- - 1 15 3 19

7 Sengon jawa (albizia chinensis)

- - - 10 2 12

8 Mindi (Melia azedarach) - - - 3 - 3

9 Jambu air

(Syzygium aqueum)

2 - - 6 - 8

10 Waru (Hibiscus tiliaceus) - - - 10 - 10

11 Gelodokan

(Polyathea longifolia)

- - - 30 - 30

12 Kapas (Gossypium sp) - - - 9 - 9

13 Cemara laut

(Casuarina equisetifolia)

- - - 31 - 31

14 Saga

(Adenanthera pavonina)

- - - 5 - 5

15 Sengon laut

(Parasianthes falcataria)

- - - 32 - 32

16 Mahoni

(Swietenia mahagoni)

- 1 - 1 2 4

17 Mangga

(Mangifera indica)

16 - - 103 - 119

18 Eucalyptus (eucalyptus) 3 - - 2 - 5

19 Jambu biji

(Pisidium guajava)

1 - - 1 - 2

20 Sukun (Artocarpus altilis) - - - 2 - 2

21 Nangka

(Artocarpus heterophyllus)

- - - 5 - 5

22 Kemiri

(Aleurites moluccana)

1 - - - - 1

Total 2603

Pada penelitian ini Jenis pohon yang paling banyak dijumpai adalah jenis mahoni daun lebar yaitu 1313 pohon. Berbeda dengan penelitian Natalia(2015) bahwa jenis tanaman yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Binjai


(16)

yang paling dominan adalah jenis gelodokan (Polyathia longifolia) yaitu 1358 pohon dari 1372 pohon keseluruhan.

Kesehatan Pohon

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan sensus di 5 jalan arteri dan 5 kecamatan yang ada di Kota Medan bagian utara. Jumlah keseluruhan pohon sebanyak 2603 pohon. Menurut metode Forest Healt

Monitoring persentase kelas kerusakan pohon didapatkan berdasarkan pada bobot

nilai indeks dengan kriteria sehat, kerusakan ringan, kerusakan sedang, dan kerusakan berat. Pohon yang tidak mengalami kerusakan atau sangat sehat dan yang sudah mati tidak dimasukkan kedalam persentase kelas kerusakan karena metode FHM hanya mencatat pohon yang mengalami kerusakan. Data Pohon yang sangat sehat dan yang sudah Mati di catat untuk menambah referensi tentang keberadaan jenis dan jumlah pohon pada lokasi penelitian ini.

Dari jumlah total 2603 pohon, terdapat 2532 pohon mengalami kerusakan sedangkan 67 tidak memiliki kerusakan atau sangat sehat dan 4 pohon yang sudah mati. Dari 2532 pohon yang mengalami kerusakan tersebut 1716 pohon tergolong sehat, 766 pohon yang mengalami kerusakan ringan, 316 pohon yang mengalami kerusakan sedang dan 3 pohon yang Mengalami kerusakan berat. Jumlah dan persentasi kerusakan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Jumlah kriteria dan persentase kerusakan pada Kota Medan bagian utara. No Kriteria jln.Yos

Sudarso Jln.Perintis Kemerdekaan Jln. Jawa Jln. Gaharu Jln.M.H.

Yamin Jumlah

Persentase (%)

1 Sehat 1421 103 35 71 86 1716 67,7725

2 Ringan 551 55 33 83 44 766 30,2528

3 sedang 44 0 2 1 0 47 1,85624

4 Berat 2 0 0 1 0 3 0,11848


(17)

Berdasarkan hasil pengamatan dengan metode FHM diperoleh hasil bahwa kondisi kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri dan 5 kecamatan Kota Medan bagian utara tergolong kelas Sehat dengan NIK sebesar 4,213.

Jenis-jenis pohon berdasarkan kelas kerusakan dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini:

Tabel 9. Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis Pohon Di Medan Bagian Utara

No Jenis Sehat Ringan Sedang Berat Jumlah

1 Angsana 578 322 13 1 914

2 Mahoni daun lebar 885 360 27 2 1274

3 Beringin 6 - - - 6

4 Melinjo 21 4 - - 25

5 Pulai 21 2 - - 23

6 Asam Jawa 15 2 - - 17

7 Sengon jawa 7 3 2 - 12

8 Mindi 3 - - - 3

9 Jambu air 5 3 - - 8

10 Waru 2 6 2 - 10

11 Gelodokan 20 9 - - 29

12 Kapas 9 - - - 9

13 Cemara laut 25 4 2 - 31

14 Saga 2 3 - - 5

15 Sengon laut 23 7 1 - 31

16 Mahoni - 4 - - 4

17 Mangga 84 32 - - 116

18 Eucalyptus 2 3 - - 5

19 Jambu biji 2 - - - 2

20 Sukun 2 - - - 2

21 Nangka 4 1 - - 5

22 Kemiri - 1 - - 1

TOTAL 2532

Jalur hijau pada Medan Bagian Utara didominasi oleh jenis mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). Mahoni daun lebar juga mengalami kelas kerusakan terbanyak yaitu 1274 kerusakan. Kelas kerusakan terbanyak pada jenis ini dengan kelas kerusakan sehat berjumlah 885, sedangkan terendah yaitu 2 kelas kerusakan berat. pada kelas ringan ada sebesar 360 kelas kerusakan dan 27 kelas kerusakan sedang.


(18)

(19)

Kerusakan dan Penyakit Pohon.

Dari 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan ditemukan 12 tipe kerusakan dari 13 tipe kerusakan yang dikemukakan oleh Mangold. Tipe kerusakan yang tidak ada di temukan pada pohon yang di teliti yaitu tipe kerusakan akar patah atau mati. Dari 12 tipe kerusakan itu, tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe kerusakan vandalis yaitu sebanyak 977 pohon dan yang terbanyak kedua yaitu kerusakan kanker sebanyak 806 pohon. sedangkan yang paling sedikit adalah batang patah yaitu 9 pohon saja.

Tabel 10. Tipe kerusakan yang diperoleh pada jalur hijau penelitian di Kota Medan.

No Kerusakan Jln.Yos

Sudarso Jln.Perintis Kemerdekaan Jln. Jawa Jln. Gaharu Jln.H.M.

Yamin Jumlah

1 Kanker 605 70 33 64 34 806

2 Lapuk lanjut 172 12 4 27 7 222

3 Luka Terbuka 180 10 4 5 12 211

4 Eksudasi 45 0 0 2 2 49

5 Batang Patah 9 0 0 0 0 9

6 Malformasi 72 19 4 2 32 129

7 Akar Patah atau

Mati - - - -

8 Mati Ujung 145 3 5 11 1 165

9 Cabang patah atau

mati 290 18 5 45 0 358

10 Brum Pada cabang 509 31 8 2 28 578

11 Kerusakan daun 410 4 1 3 51 469

12 Daun Berubah

Warna 182 47 56 44 1 330

13 Vandalisme 754 53 21 94 55 977

TOTAL 4303

Pada penelitian ini tipe kerusakan yang paling banyak dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme yaitu sebanyak 23%, berbeda dengan penelitian Miardini (2006) dan penelitian Stalin (2013) yang menemukan tipe kerusakan yang paling banyak adalah tipe kerusakan lapuk lanjut. Ini dikerenakan pada penelitian ini dilakukakan pada hutan kota dan banyak kegiatan advertising atau


(20)

periklanan dengan menempelkan menggunakan paku atau kawat dan sejenisnya. Sedangkan pada penelitian Miardini (2006) dilakukan di Kebun Raya Bogor tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pemakuan pohon/vandalisme. Persentase tipe kerusakan dapat di lihat pada gambar 4.

Gambar 3. Persentase Tipe Kerusakan.

Lokasi kerusakan Pada Pohon

Pohon merupakan satu kesatuan mulai dari bagian akar hingga bagian ujung, sehingga apabila salah satu bagian dari pohon tersebut mengalami kerusakan atau terkena penyakit maka pertumbuhan dan kesehatannya pasti akan terganggu juga. Dari 2603 pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima kecamatan yang ada di Kota Medan, bagian pohon yang yang paling banyak mengalami kerusakan adalah pada batang bagian bawah yaitu sebesar 27%, sedangkan yang paling sedikit mengalami kerusakan adalah pada bagian batang tajuk yaitu sebesar 0,02%. Persentase lokasi kerusakan dapat di lihat pada gambar 5. Kanker 19% lapuk lanjut 5% Luka Terbuka 5% Eksudasi 1% Batang Patah 0% Malformasi 3% Akar Patah atau

Mati 0% Mati Ujung 4% Cabang patah atau mati 8% Brum Pada cabang 13% Kerusakan daun 11% Daun Berubah Warna 8% Vandalisme 23%


(21)

Gambar 4. Persentase Lokasi Kerusakan

Tipe kerusakan yang paling besar dijumpai adalah tipe kerusakan vandalisme pada lokasi tiga (batang bagian bawah) yaitu sebanyak 907 pohon. Tipe kerusakan yang paling sedikit dijumpai adalah tipe kerusakan batang patah pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang dengan kode 4 yaitu 9 pohon. Sebaran kerusakan dan bagian lokasi yang terkena dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Kombinasi tipe kerusakan dengan lokasi kerusakan

Kerusakan Lokasi Kerusakan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah

Kanker 348 397 54 7 0 0 0 0 0 806

lapuk lanjut 70 115 14 18 4 1 0 0 0 222

Luka Terbuka 2 7 186 14 2 0 0 0 0 211

Eksudasi 0 5 16 28 0 0 0 0 0 49

Batang Patah 0 0 0 9 0 0 0 0 0 9

Malformasi 0 0 0 127 2 0 0 0 0 129

Akar Patah atau

Mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mati Ujung 0 0 0 0 0 0 0 165 0 165

Cabang patah atau

mati 0 0 0 0 0 0 358 0 0 358

Brum Pada

cabang 0 0 0 0 0 0 578 0 0 578

Kerusakan daun 0 0 0 0 0 0 0 0 469 469

Daun Berubah

Warna 0 0 0 0 0 0 0 0 330 330

Vandalisme 0 4 907 66 0 0 0 0 0 977

Total 420 528 1177 269 8 1 936 165 799 4303

Akar terbuka &

tunggak

10% Akar & batang bagian bawah 12% Batang bagian bawah 27% Bagian bawah & bagian atas batang 6% Bagian atas batang 0% Batang tajuk 0% Cabang 22% Pucuk dan tunas 4% Daun 19%


(22)

Keterangan tabel :

1 Akar (terbuka) dan tunggak 2 Akar dan batang bagian bawah 3 Bagian atas batang

4 Bagian bawah dan bagian atas batang 5 Bagian atas batang

6 Batang tajuk ( 7 Cabang

8 Kuncup dan tunas 9 Daun

Tipe Kerusakan Kanker

Gambar 5. Tipe keusakan kanker pada Swietenia mahagon

Dari 2603 pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima kecamatan yang ada di Kota Medan, tipe kerusakan kanker yang dijumpai sebanyak 18,7%. Menurut Mangold (1997) penyakit kanker ini lebih sering disebabkan oleh jamur. Kanker menyerang pada bagian berkambium sehingga mematikan fungsi pengangkutan unsur hara dan penyaluran nutrisi. Kerusakan kanker ini paling banyak dijumpai pada lokasi akar dan batang bagian bawah yaitu sebanyak 397 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang bagian bawah dan atas batang yaitu sebanyak tujuh pohon. Peta sebaran penyakit kanker ini dapat dilihat pada gambar 6.


(23)

Gambar 6. Peta sebaran penyakit kanker di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Gambar 7. Tipe kerusakan busuk hati, dan indikator lapuk lanjut pada Pterocarpus indicus. Tipe kerusakan busuk hati, tubuh buah dan indikator lapuk lanjut dijumpai sebanyak 5,1% dari total pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima kecamatan yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan kulit tanaman yang telah terserang akan menjadi busuk sehingga pohon mudah


(24)

rubuh oleh angin. Tipe kerusakan lapuk lanjut paling banyak di jumpai pada lokasi akar dan bagian bawah batang yaitu sebanyak 115 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi batang tajuk yaitu sebanyak 1 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Peta sebaran kerusakan luka terbuka di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Luka Terbuka


(25)

Tipe kerusakan luka terbuka dijumpai sebanyak 4,9% dari 2603 pohon yang diteliti pada lima jalan arteri yang terdapat di lima kecamatan yang ada di Kota Medan. Luka terbuka ini pada umumnya disebabkan oleh manusia. Jalur hijau merupakan tempat yang sering dilalui oleh kendaraan dan manusia, sehingga banyak manusia yang lewat dan sengaja maupun tidak sengaja melukai pohon yang ada di pinggiran jalan kota Medan ini. Menurut Dahlan (1992), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulitdalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Tipe kerusakan luka terbuka paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah batang sebanyak 186 pohon sedangkan paling sedikit dijumpai pada lokasi bagian akar terbuka dan tunggak dan bagian atas batang yaitu masing-masing sebanyak 2 pohon. Peta sebaran kerusakan lapuk lanjut dapat dilihat pada gambar 10.


(26)

Tipe Kerusakan Malformasi

Gambar 11. Tipe kerusakan malformasi pada pohon (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia mahagoni.

Tipe kerusakan malformasi dijumpai sebanyak 2,99% dari total pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan.Malformasi akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga yang seharusnya normal simetris menjadi tidaksimetris. Tipe kerusakan ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang sebanyak 127 pohon dan paling sedikit dijumpai pada bagian atas batang yaitu sebanyak 2 pohon. Dalam penelitian ini jumlah kerusakan malformasi yang paling sedikit di temukan yakni di Jln. Gaharu sebanyak 2 kerusakan dan paling banyak ada 72 kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso. Peta sebaran kerusakan malformasi dapat dilihat pada gambar 12.


(27)

Gambar 12. Peta sebaran kerusakan malformasi di Kota Medan bagian utara

Tipe Kerusakan Eksudasi

(a) (b)

Gambar 13. Tipe kerusakan eksudasi pada pohon (a) Swietenia mahagoni. (b) Pterocarpus indicus

Tipe kerusakan eksudasi di jumpai sebanyak 1,13% dari total pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Eksudasi yang dijumpai disebabkan karena luka akibat benda tajam yang


(28)

kemudian mengeluarkan getah pada bagian pohon yang terluka. Tipe kerusakan eksudasi ini paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang sebanyak 28 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar dan batang bagian bawah sebanyak 5 pohon. Peta sebaran kerusakan eksudasi dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Peta sebaran kerusakan eksudasi di Kota Medan bagian utara Batang Patah Atau Mati


(29)

Tipe kerusakan batang patah yang di temukan pada lokasi penelitian di 5 jalan arteri di jumpai sebanyak 0,2%. Batang patah/rusak pada daerah batang (dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup) terjadi karena terpotong atau luka yang di akibatkan pohon tersebut terkena kendaraan. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 9 pohon pada lokasi bagian bawah dan bagian atas batang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Peta sebaran kerusakan batang patah atau mati di Kota Medan bagian utara Mati Ujung


(30)

Tipe kerusakan mati ujung dijumpai sebanyak 3,83% dari total pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Mati ujung ini terjadi akibat serangan serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 165 pohon pada lokasi bagian pucuk dan tunas. Dalam penelitian ini jumlah kerusakan mati ujung yang paling sedikit di temukan yakni di Jln. H.M.Yamin sebanyak 1 kerusakan dan paling banyak ada 145 kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada lampiran 18.


(31)

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Gambar 19. Tipe kerusakan cabang patah pada Pohon Swietenia mahagoni.

Tipe kerusakan cabang patah atau mati dijumpai sebanyak 8,31% dari total

pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Cabang patah ini terjadi akibat lapuk dan gejala yang terlihat adalah daun yang berguguran. Tipe kerusakan ini dijumpai sebanyak 358 pohon pada lokasi bagian cabang. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada gambar 20.


(32)

Gambar 20. Peta sebaran cabang patah atau mati di Kota Medan bagian utara.

Tipe Kerusakan Brum pada Cabang

Gambar 21. Tipe kerusakan brum pada pohon Pterocarpus indicus.

Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 13,4% dari total pohon yang

diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Brum berlebihan ini terjadi akibat dari pemangkasan pemeliharaan.Cabang yang telah di pangkas dan mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika dibiarkan maka akan terjadi persaingan cahaya matahari untuk fotosintesis. Tipe


(33)

kerusakan brum dijumpai pada lokasi bagian cabang sebanyak 578 pohon. Peta sebaran kerusakannya dapat dilihat pada gambar 22.

Gambar 22. Peta sebaran brum pada cabang di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Daun

Gambar 23. Tipe kerusakan daun pada pohon Pterocarpus indicus.

Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 10,8% dari total pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Gejala yang terlihat adalah adanya bercak daun dan gejala gosong. Kerusakan daun ini juga disebabkan oleh polutan udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Hampir semua polutan udara penyebab kerusakan tumbuhan berupa


(34)

gas, meskipun beberapa jenis partikel debu juga dapat mengakibatkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap tumbuhan (Widyastuti., dkk, 2004).

Kerusakan daun ini dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut yaitu daun berguguran akibatnya ruas jalan arteri akan terlihat banyak beterbangan daun daun yang telah berguguran dari pepohonan.Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 469 pohon pada lokasi bagian daun. Dalam penelitian ini jumlah kerusakan daun yang paling sedikit di temukan yakni di Jln. Jawa sebanyak 1 kerusakan dan paling banyak ada 410 kerusakan ditemukan di Jln. Yos Sudarso Peta sebaran kerusakan daun dapat dilihat pada gambar 24.


(35)

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna

Gambar 25. Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon Pterocarpus indicus. Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 7,6% dari total pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis, yaitu dimana daun tidak lagi berwarna hijau atau berubah warna menjadi kuning. Perubahan warna ini dapat disebabkan oleh rusaknya klorofil (zat hijau daun) atau akibat kekurangan cahaya matahari atau karena serangan penyakit. Perubahan warna juga terjadi dalam bentuk bercak-bercak cokelat karat, ungu, hitam, kelabu, keputih-putihan atau bersama-sama (Pracaya, 2003).Tipe kerusakan daun berubah warna ini dijumpai sebanyak 330 pohon pada lokasi daun. Peta sebaran kerusakan daun berubah warna dapat dilihat pada gambar 26.


(36)

Gambar 26. Peta sebaran daun berubah warna di Kota Medan bagian utara Tipe Kerusakan Vandalisme

(a) (b)

Gambar 27. (a) dan (b) kerusakan vandalisme yang diakibatkan akibat dari banyaknya pengiklanan produk atau jasa di Kota Medan.


(37)

Tipe kerusakan vandalis paling banyak dijumpai yaitu sebesar 22,7% dari 2603 pohon yang diteliti pada 5 jalan arteri yang terdapat di 5 kecamatan yang ada di Kota Medan. Tipe kerusakan ini juga disebabkan oleh manusia yang menempeli spanduk maupun poster-poster pada pohon yang berada di pinggiran jalan kota Medan. Manusia menempelkan spanduk dan poster pada pohon ini menggunakan paku sehingga melukai pohon. Tipe kerusakan vandalisme paling banyak dijumpai pada lokasi bagian bawah batang yaitu sebanyak 907 pohon dan paling sedikit dijumpai pada lokasi akar dan batang bagian bawah sebanyak 4 pohon. Peta sebaran kerusakan vandalisme dapat dilihat pada gambar 28.

Gambar 28. Peta sebaran vandalisme di Kota Medan bagian utara. Kerusakan Pohon Berdasarkan Jalan Arteri di jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara.


(38)

Jalan Gaharu adalah salah satu jalan arteri sekunder yang terdapat di Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,521 km. Pada jalan ini terdapat 156 pohon yang di dominasi oleh spesies mahoni daun lebar ( swietenia

macrophylla) dan yang paling sedikit yaitu kemiri 1 pohon dan juga merupakan

satu satunya pohon kemiri yang ada ditemukan di lokasi penelitian ini. Pada jalan gaharu ini tidak ditemukan jalur hijau di bagian median tetapi hanya pada bagian tepi kiri dan kanan. Kondisi kesehatan pohon 83 pohon ringan, 71 pohon sehat sedangkan untuk kelas sedang dan berat hanya 1 pohon. Peta sebaran kelas kerusakan pohon di jalan gaharu dapat dilihat gambar 29.

Gambar 29. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Gaharu. 2. Jalan Yos Sudarso

Jalan Yos Sudarso merupakan jalan artei primer yang melaui 4 kecamatan di lokasi penelitian ini yakni kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Marelan,


(39)

Kecamatan Medan labuhan dan kecamatan Medan Belawan. Panjang jalan Yos Sudarso ini adalah 18,943 dan lebar 26 m. Jalan Yos sudarso merupakan jalan yang sering di lalui oleh kendaraan seperti truk besar yang mengangkut barang ke pelabuhan di Kecamatan Belawan. Jalur ini juga merupakan daerah KIM (Kawasan Industri Medan) sehingga banyak polusi yang di timbulkan terutama polusi udara oleh karena itu keberadaan pohon dan kesehatan pohon di jalur ini sangat dibutuhkan agar dapat mengurangi polusi udara tersebut. Kondisi kesehatan pohon 551 pohon ringan dan 1421pohon sehat sedangkan untuk kelas berat ada 2 pohon. Jenis pohon yang paling mendominasi adalah mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) 1122 pohon dan yang paling mendominasi berikutnya adalah angsana (Parasianthes Falcataria) 645 pohon. Peta sebaran kelas kerusakan pohon di Jalan Yos Sudarso dapat dilihat gambar 30.


(40)

3. Jalan H.M.Yamin

Jalan M. Yamin adalah salah satu jalan arteri sekunder yang terdapat di Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,545 km. Pada jalan ini terdapat 133 pohon yang di dominasi oleh spesies angsana (pterocarpus indicus) dan yang paling sedikit yaitu pulai (Alstonia scholaris) 1 pohon. Pada jalan M. Yamin ini tidak ditemukan jalur hijau di bagian median tetapi hanya pada bagian tepi kiri dan kanan. Kondisi kesehatan pohon 44 pohon ringan dan 86 pohon sehat sedangkan untuk kelas sedang dan berat tidak ada ditemukan. Peta sebaran kelas kerusakan pohon di jalan H.M.Yamin dapat dilihat gambar 31.

Gambar 31. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan H.M.Yamin. 4. Jalan Jawa

Jalan jawa merupakan jalan arteri sekunder ang terdapat di Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 0,4633 Km dan lebar 20 m. Luas kecamatan


(41)

Medan timur berdasarkan Badan Pusat Statistika Kota Medan tahun 2014 ini adalah 7,76 km². Pohon yang mendominasi di jalur ini adalah jenis angsana (Parasianthes falcataria) sedangkan yang paling sedikit yaitu mahoni (Swietenia

mahagoni) 1 pohon. Kondisi kesehatan pohon 33 pohon ringan dan 35 pohon sehat

sedangkan untuk kelas sedang ada 2 pohon. Peta sebaran kelas kerusakan pohon di Jalan Jawa dapat dilihat gambar 32.

Gambar 32. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Jawa. Jalan Perintis Kemerdekaan

Jalan perintis Kemerdekaan merupakan jalan arteri sekunder ang terdapat di Kecamatan Medan Timur dengan panjang jalan 1,461km dan lebar 26 m. Pohon yang mendominasi di jalur ini adalah jenis angsana (Parasianthes


(42)

indica)1 pohon. Kondisi kesehatan pohon 55 pohon ringan dan 103 pohon sehat. Peta sebaran kelas kerusakan pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan dapat dilihat gambar 33.

Gambar 33. Peta kelas kesehatan pohon di Jalan Perintis Kemerdekaan. Tindakan Pemeliharaan

1. Pengendalian kimiawi dengan fungisida atau bakterisida

Fungisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan jamur atau fungi, sedangkan bakterisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan bakteri. Penggunaan fungisida atau bakterisida dapat bermacam macam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan dn fumigasi (Widyastuti., dkk, 2004).


(43)

2. Tindakan Penyiraman

Jalur hijau terdapat pada sisi kanan dan kiri serta pertengahan jalan arteri membuat ruang tumbuh sempit dan perolehan unsur hara dari tanah juga terbatas. Sehingga diperlukan penyiraman untuk mensuplai unsur hara dsri tanah. Penyiraman dilakukan bila hujan tidak turun selama beberapa hari danharus lebih sering pada musim kemarau.

3. Tindakan Pemangkasan

Saatpemangkasan pohon menyebabkan kerusakan baru sepertibrum atau cabang berlebihan. Perawatan yang dilakukan adalah dengan memangkas kembali cabang yang terserang brum dan melakukan perawatan luka pada batang yang

dilakukan dengan cara menyayat daerah tepi luka dengan bentuk elif dan sejajar dengan aliran hara pohon. Bagian yang baru dipotong tersebut kemudian diberi fungisida atau ditutup dengan lilin dan malam atau paraffin cair. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penguapan dan penyakit. Perlindungan luka dilakukan 4-6 bulan sekali (Stalin, ).

4. Pemupukan

Terdapatnya daun yang berwarna kuning merupakan salah satu indikator kurangnya nutrisi tanaman.gejala defisiensi unsur hara nitrogen dicirikan dengan helaian dan tulang daun yang berwarna kuning disertai dengan nekrosis dari basal sampai dengan apikal daun. Pengefektifan pemberian pupuk NPK perlu dilaksanakan demi meningkatkan kondisi kesehatan tumbuhan (Noviady dan Reza, 2015).


(44)

5. Tindakan Pembersihan

Sampah-sampah yangberasal dari pengunjung ataupun dedaunan selalu dibersihkan. Sampah yangdikumpulkan dan dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Karena sampah sampah yang ada di sekitar jalan arteri kota akan mengurangi keindahan.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jenis pohon yang berada di lima jalur hijau pada lima kecamatan Medan Bagian Barat didominasi oleh Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) dan Angsana (Pterocarpus indiscus), sedangkan yang paling sedikit Kemiri

(Aleurites moluccana ) hanya satu pohon.

2. Tipe kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Utara dijumpai sebanyak 12 tipe. Tipe kerusakan paling banyak adalah kerusakan vandalisme sebesar 22,7 % kemudian kanker dengan 18,7 % dan paling sedikit adalah batang patah sebesar 0,2 %. Tipe kerusakan yang tidak ditemukan yakni tipe kerusakan akar patah dan mati. Tingkat kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri dan 5 kecamatan Kota Medan bagian utara tergolong kelas Sehat dengan NIK sebesar 4,213.

3. Persebaran kelas kerusakan pada jalur hijau Medan Bagian Utara terdapat 1716 pohon sehat, 766 pohon yang mengalami kerusakan ringan, 47 pohon sedang dan 3 pohon yang mengalami kerusakan berat.

Saran

Meskipun tingkat kerusakan yang terjadi masih tergolong sehat, sebaiknya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan melakukan pemeliharaan dan perawatan secara intensif baik itu penyiraman, pemangkasan serta dapat mengurangi vandalis (pemakuan pohon). Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penyebab kerusakan pohon di Kota Medan.


(46)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Hutan Kota

Definisi hutan kota (Urban Forest) menurut Fakuara (1987) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya (Miardini, 2006).

Menurut PP No. 63 tahun 2002 Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwewenang dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya.

Peranan Hutan Kota

Hutan kota memiliki beberapa peranan penting, diantaranya yaitu sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu semen, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan air, mengatasi intrusi air laut, produksi terbatas, ameliorasi iklim, dan pengelolaan sampah (Dahlan, 1992).

Menurut Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2002 fungsi hutan kota adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika,


(47)

meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Tipe Hutan Kota

Menurut Miardini (2006), tipe-tipe hutan kota adalah sebagai berikut: a. Tipe Pemukiman

Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya.

b. Tipe Kawasan Industri

Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan. Hutan kota dapat dibangun untuk menghindari dan memperkecil dampak akibat adanya kawasan industri.

c. Tipe Rekreasi dan Keindahan

Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.


(48)

d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah

Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini antara lain: kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.

e. Tipe Perlindungan

Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan 5 tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

f. Tipe Pengamanan

Hutan kota tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk dapat dikurangi.

Karakteristik dan Kesehatan Pohon

Tanaman yang sehat adalah tanaman yang dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologisnya dengan bailk, misalnya proses potosintesis dan respirasi, proses metabolisme, penyerapan dan trasnlokasi zat hara, serta penyerapan air. Adanya gangguang yang disebabkan serangan hama atau penyakit dapat


(49)

mengakibatkan terganggunya proses proses fisiologis tersebut, selanjutnya akan menimbulkan kerusakan dan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangnan tanaman dan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil (Enda, J dan Novizan, 2002)

Pertumbuhan dan hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia. Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath). (Yunasfi, 2002).

Kerusakan pada Pohon

Kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh patogen, serangga, polusi udara dan kondisi alamiah lain serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pohon. Untuk monitoring kesehatan pohon, tanda-tanda dan gejala-gejala kerusakan dicatat, didefenisikan, apakah kerusakan dapat mematikan pohon atau memberi pengaruh jangka panjang terhadap kemampuan bertahan dari pohon (Irwanto, 2006).


(50)

Kerusakan tanaman atau bagian tanaman tidak hannya disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman. Disamping faktor genetik, pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti ketersediaan air dan unsur hara, perubahan suhu, kelembapan udara, dan intensitas cahaya. Selain itu ada juga Organisme pengganggu tanaman. Organisme perusak tanaman dikelompokkan menjadi 3 golongan:

1. Hewan atau binatang pengganggu dan perusak tanaman misalnya serangga, moluska, dan mamalia

2. Penyakit yang disebabkan oleh jasad mikro seperti jamur, bakteri dan virus

3. Gulma yaitu tanaman yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatau area pertanian

(Enda, J dan Novizan, 2002).

Tipe kerusakan biasanya sangat spesifik dan masing-masing mempunyai nilai yang spesifik pula. Kanker pada bagian batang memberikan risiko kerusakan lebih tinggi dibanding dengan kerusakan oleh pembengkokan batang. Lokasi kerusakan ditentukan berdasarkan atas kedudukan kerusakan pada bagian batang pokok dan pada bagian tajuk. Batang pokok merupakan lokasi yang mempunyai nilai kerusakan lebih tinggi dibanding bagian tanaman yang lain, makin dekat dengan permukaan tanah nilai kerusakan lebih tinggi. Keparahan merupakan faktor lain yang menentukan nilai penting suatu kerusakan dan batas minimalnya ditentukan berdasarkan atas proporsi bagian tanaman yang rusak. Kanker batang yang lebar luka terbesarnya lebih dari 20% lingkar batang tempat kanker terjadi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman selanjutnya (Irwanto, 2006).


(51)

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon

Secara alamiah yang termasuk pengganggu tanaman dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-non biotis/ abiotis) Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusakan tanaman dengan cara:

a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek batang, ranting, buah atau biji

b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama daun c) menyebabkan bengkak/ puru pada bagian tertentu d) menyebabkan kanker pada batang/ bagian berkayu

e) meletakkan telur pada bagian tanaman, mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang

f) menularkan jasad pengganggu gulma yaitu jasad pengganggu yang merupakan sebangsa jenis tumbuhan tingkat tinggi yang bukan termasuk ke dalam penyebab penyakit biotis. Gulma bersifat mengganggu, merugikan merusak kalau ditinjau dari segi sifat dan keberadaannya.

2. Pengganggu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.


(52)

Kerusakan mekanis pada pohon biasanya berbentuk suatu luka terbuka pada kulit kayu, walaupun ada pula kerusakan mekanis sampai menyebabkan matinya pohon yaitu karena disambar petir. Kerusakan mekanis pada pohon dapat terjadi disebabkan oleh luka pada kulit dan kayu pohon, kebakaran pada pohon, hujan es atau salju yang menyebabkan daun rontok

(Djafarudin, 1996 dalam Natalia, 2014). Tipe-tipe Kerusakan Pohon

Menurut Mangold (1997), tipe-tipe kerusakan pada adalah sebagai berikut: 1. Kanker

Kanker dapat disebabkan oleh berbagai agen tetapi lebih sering disebabkan oleh jamur. Kulit kambium dimatikan dan diikuti dengan kematian kayu dibawah kulit. Matinya kayu di bawah kulit tersebut bisa disebabkan oleh agen penyebab kerusakan yang memang melakukan penetrasi hingga ke kayu. Hal ini menimbulkan daerah jaringan yang mati akan semakin dalam dan luas atau membentuk gall yang disebabkan oleh jamur karat pada akar, batang atau cabang.

2. Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut

Tubuh buah pada batang utama, batang tajuk dan pada titik percabangan adalah indikator lapuk kayu ”Punky Wood” atau kayu gembol timbul bila ada lubang yang besarnya lebih dari lebar suatu pensil terjadi pada batang utama. 3. Luka Terbuka

Suatu luka atau serangkaian luka yang ditunjukkan dengan mengelupasnya kulit atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut. Luka pangkasan yang memotong ke dalam kayu batang utama dikodekan


(53)

sebagai luka terbuka, jika memenuhi nilai ambang tetapi luka-luka yang tidak mengganggu keutuhan kayu batang utama dikeluarkan (tidak termasuk).

4. Resinosis atau gumosis

Daerah resin atau gum (cairan) eksudasi pada cabang atau batang. 5. Batang patah kurang dari 0,91 m

Akar-akar putus di dalam karak/pada 0,91m dari batang baik karena galian atau terluka sebagai contoh, akar-akar yang terluka pada suatu jalan, terpotong atau luka oleh binatang. Batang patah/rusak pada daerah batang (dibawah dasar dari tajuk hidup dan pada pohon masih hidup).

6. Malformasi

Malformasi (perubahan bentuk) ialah berubah bentuk tanaman atau alat serta organnya.

7. Akar Patah atau Mati

Akar-akar di luar 0,91 m dari batang yang terluka atau mati. 8. Mati ujung

Kematian dari ujung batang tajuk yang disebabkan oleh salju, serangga, penyakit atau sebab-sebab lainnya.

9. Cabang Patah atau mati

Cabang yang patah atau mati. Cabang mati terdapat pada batang atau batang tajuk di luar daerah tajuk hidup.

10. Percabangan berlebihan atau brum di dalam darah tajuk hidup.

Brum adalah suatu gerombolan ranting yang padat, tumbuh di suatu tempat yang sama terjadi di dalam darah tajuk hidup. Termasuk struktur vegetative dan organ yang bergerombol tidak normal.


(54)

11. Kerusakan kuncup daun atau tunas

Termakan serangga, terkerat atau daun terkeliat, kuncup atau tunas terserang > 50%, pada sekurang-kurangnya 30% dari daun, kuncup atau tunas. 12. Perubahan warna daun

Sekurang-kurangnya 30% dari daun yang terganggunya 50%. Daun terganggu harus lebih dari beberapa warna yang lain dari warna hijau. Jika pengamat tidak yakin bahwa warna daun itu hijau, maka anggaplah warna itu hijau dan bukan warna lain.

13. Lain-lain (digunakan bila tidak ada penjelasan lain yang lebih sesuai).

Menurut Dahlan (1992) dalam Nugraha (2014), luka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) luka yang terbatas hanya pada kulit luar saja dan b) luka yang terjadi pada kulit luar, kulit dalam dan juga luka pada kayu gubal dan kayu teras. Semua bentuk dan ukuran luka dapat berfungsi sebagai tapak infeksi, mulai dari luka yang ditimbulkan oleh serangga makroskopik sampai luka karena aktivitas pemotongan batang serta cabang. Banyak patogen yang memanfaatkan luka sebagai tapak infeksi alternatif dan mengambil keuntungan melalui jaringan yang menjadi rentan.

Penyakit busuk akar disebabkan oleh cendawan. Gejalanya adalah kelayuan dan kematian tanaman secara cepat, perubahan warna kuning pada daun, pertumbuhan kerdil, gugur daun sebelum waktunya. Penyakit kanker batang penyebabnya adalah cendawan. Gejalanya yaitu, mula mula batang yang terserang timbul bercak basah dan diliputi oleh miselia cendawan, setelah kering bercak ini akan pecah batangnya dan sering pula mengeluarkan


(55)

gum/ getah/ belendok, pembusukan meluas dengan cepat dan mengakibatkan tanaman mati (Tjahjadi, 1989).

Kerusakan kanker, konk dan cabang patah atau mati yang ditemukan merupakan kerusakan yang disebabkan oleh karena terserang jamur. Kerusakan kanker batang disebabkan oleh serangan Phytophthora palmivora, Cytospora

(minor), dan Hypoxylon mammatum (minor). Pada kerusakan konk dan cabang

patah atau mati disebabkan karena terserang oleh jamur S. commune, sehingga untuk memberantasnya diperlukan fungisida serta membuka ruang tumbuh yang lembab (Stalin., dkk,2013).

Pemeliharaan Pohon

Tanaman akan tumbuh dengan baik bila tanaman yang dipilih toleran dengan lingkungan tempat penanaman. Metode penanaman yang benar akan menyiapkan tempat yang menjamin dengan baik pertumbuhan akar dan tajuk. Pemeliharaan yang tepat akan menjamin pertumbuhan dengan kecepatan yang normal, terhindar dari gangguan hama penyakit dan vandalisme. Sebaliknya jika faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tersebut tidak tepat, maka tanaman akan tumbuh lamban, tidak menampilkan sifat fisik yang diinginkan, dan bahkan tanaman akan sewaktu waktu tumbang (Nasrullah, 2005).

Pemeliharaan pohon dibedakan dalam dua bagian, yaitu pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus terhadap pohon yang tidak normal. Pemeliharaan umum mencakup pemindahan tanaman, pemupukan, pemangkasan, perlakuan terhadap luka, penambalan lubang pohon, penguatan dan pengawatan, sedangkan pemeliharaan khusus meliputi diagnosis terhadap pohon, kontrol hama dan


(56)

penyakit, penyiraman, kontrol kerusakan dan sebagainya (Pirone 1972 dalam Natalia, 2015).

Tingkat pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan intensif, semi intensif, dan eksktensif. Jalur hijau jalan termasuk kedalam tingkatan semi intensif seperti 1) penyiangan, pengendalian gulma, 2) penggemburan tanah, pengaerasian tanah, 3) penyiraman, irigasi, 4) pemupukan, 5) penyulaman tanaman, 6) pengendalian hama dan penyakit (Arifin, 2002).

Tindakan pemeliharaan ini bertujuan untuk menanggulangi atau mencegah terjadinya penyebab kerusakan dan merawat pohon yang rusak sehingga pohon dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal. Kerusakan yang disebabkan oleh jamur dapat diberantas dengan menggunakan membuka ruang tumbuh yang lembab. Penggunaan fungisida dapat bermacammacam misalnya dengan cara penyemprotan, pengolesan, fumigasi (Stalin., dkk, 2013).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka bumi atau informasi tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka bumi yang bersangkutan. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan, penataan, pengolahan, penganalisisan, dan penyajian data-data/fakta-fakta yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Jadi SIG adalah rangkaian kegiatan pengumpulan, penataan, pengolahan dan penganalisisan data/ fakta spasial hingga diperoleh informasi spasial untuk dapat menjawab atau menyelesaikan suatu masalah dan ruang muka bumi tertentu (Sugandi dan Somantri, 2009).


(57)

Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah dalam mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri atas data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat peta dan menganalisis informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta cetak, tabel, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biayayang diperlukan (Prahasta, 2009).

Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pemetaan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara

Sejalan dengan waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian mengenai penyebaran pohon dapat diperbaharui dengan satu teknologi yaitu Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan teknologi tersebut dapat menghemat waktu, biaya dan dapat memudahkan dalam pengambilan dan pengolahan data penelitian (Aryawan, 2014).

Salah satu fungsi tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data dengan cara baru. Salah satu contohnya adalah overlay, yang memadukan layers data yang berbeda. SIG juga dapat mengintegrasikan data secara matematis dengan melakukan operasi-operasi terhadap atribut-atribut tertentu dari datanya (Prahasta, 2009).


(58)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Daerah Kota Medan merupakan salah satu ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang mengalami perkembangan secara cepat. Namun Pembangunan dan perkembangan kota cenderung pada alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pelayanan pada penduduk kota. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya lahan bervegetasi seperti jalur hijau, taman kota, pekarangan, lahan pertanian dan hutan yang banyak dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman, perkantoran, rekreasi dan juga industri. Berkurangnya tutupan lahan yang bervegetasi akan mempengaruhi kualitas lingkungan (Lestari et all, 2005). Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas ruang terbuka hijau. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang diperlukan adalah koridor jalan yang berupa jalur hijau.

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di kawasan Perkotaan (2008) Jalur hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Pohon sebagai bagian dari jalur Hijau memiliki fungsi yang sangat penting. Pohon merupakan penetralisir sumber pencemar gas buangan kendaraan bermotor, tajuknya yang rindang memberikan keteduhan, sistem perakarannya dapat meningkatkan infiltrasi air permukaan dan mengurangi air limpasan sehingga meningkatkan jumlah air di dalam tanah. Di samping itu, arsitektur pohon yang beraneka macam juga memberikan nilai


(59)

tambah keindahan. Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh faktor-faktor pendukung seperti faktor lingkungan, jenis pohon dan tingkat adaptasi dari pohon itu sendiri terhadap lingkungannya.

Kesehatan pohon juga sangat mempengaruhi keberadaan dan fungsi hutan kota sebagai penopang keseimbangan lingkungan secara ekologi dan ekonomi. Oleh karena itu kesehatan pohon perlu dijaga supaya tidak terjadi kerusakan baik penyakit maupun mekanik yang dapat menurunkan kemampuan pohon dalam menyerap karbon dan fungsi lainnya yang akan berdampak pada kualitas lingkungan. Hal ini didukung oleh pernyataan (Pranoto, 2009) yang menyatakan bahwa hutan kota memiliki manfaat yang sangat besar terhadap lingkungan perkotaan baik ekologi maupun ekonomi.

Jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder yang ada di Kota Medan bagian utara merupakan salah satu jalur yang padat kendaraan terutama pada siang hari. Oleh karena itu diperlukan keberadaan pohon untuk menetralisir udara lingkungan kota agar polusi udara dapat dihindari atau paling tidak dapat dikurangi. Untuk kepentingan itu banyak pohon yang ditanam di sepanjang jalan tersebut dan harus terjamin kesehatannya sehingga diharapkan dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Namun masih terdapat pohon-pohon yang rusak di sepanjang Jalan arteri primer dan arteri sekunder yang dapat menyebabkan kerugian bagi pengguna jalan jika pohon tersebut tumbang. Untuk kepentingan itu, maka diperlukan data-data tentang kerusakan pohon dan tingkat kerusakan pohon yang ada di jalan arteri primer dan sekunder di Kota Medan bagian utara. Dengan demikian perlu untuk melakukan penelitian tentang tipe kerusakan, tingkat kerusakan dan tingkat keparahan pada pohon, sebagai acuan


(60)

supaya pemeliharaan dan penanganannya tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi jenis tanaman yang berada di jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.

2. Untuk mengetahui tipe dan tingkat kerusakan pohon yang berada di jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.

3. Untuk memetakan sebaran kelas kesehatan pohon yang berada di jalur hijau jalan arteri primer dan arteri sekunder Kota Medan bagian utara.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak pengelola dan pemerintah untuk pengembangan Jalur hijau Kota Medan bagian utara.

2. Sebagai bahan informasi mengenai kondisi kesehatan pohon yang berada di jalur hijau Kota Medan bagian utara.


(61)

ABSTRAK

ADI PUTRA SINAGA: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan

Bagian utara. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan SITI LATIFAH.

Penelitian ini dilakukan di 5 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Utara sebanyak 22 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker.

Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),


(62)

ABSTRACT

ADI PUTRA SINAGA: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western

Medan. Advised by RAHMAWATY AND SITI LATIFAH.

This research was conducted in 5 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the northern green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.

The finding showed 22 types of trees in the northern green line Medan. The most frequently found is Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer.

Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest


(63)

ANALISIS KESEHATAN POHON DI JALUR HIJAU KOTA

MEDAN BAGIAN UTARA

SKRIPSI

ADI PUTRA SINAGA

121201064/ MANEJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(64)

ABSTRAK

ADI PUTRA SINAGA: Analisis Kesehatan Pohon di Jalur Hijau Kota Medan

Bagian utara. Dibimbing oleh RAHMAWATY dan SITI LATIFAH.

Penelitian ini dilakukan di 5 jalur hijau pada 5 Kecamatan Kota Medan. Yang bertujuan untuk mengetahui jenis pohon, jenis kerusakan pohon dan memetakan sebaran kesehatan pohon. Dalam penentuan kesehatan pohon, penelitian ini menggunakan standart Forest Health Monitoring (FHM) untuk mendapatkan Nilai Indeks Kerusakan (NIK) dengan kriteria sehat, ringan, sedang dan berat. Penggunaan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam menentukan sebaran kesehatan pohon adalah salah satu teknik untuk pemeliharaan pohon di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara. Proses pembuatan peta sebaran kesehatan pohon dilakukan dengan menggunakan ArcGis 10.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan jenis pohon yang di jumpai di jalur hijau Kota Medan Bagian Utara sebanyak 22 pohon. Pohon yang paling banyak dijumpai adalah pohon mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). Kriteria kerusakan yang mendominasi adalah kelas kriteria ringan. Kerusakan-kerusakan terjadi berasal dari kegiatan aktivitas manusia atau patogen/jamur pada pohon seperti vandalisme dan kanker.

Kata Kunci: Jalur Hijau, Kesehatan Pohon, Sistem Informasi Geografis (SIG),


(65)

ABSTRACT

ADI PUTRA SINAGA: The Analysis of Tree Health at Green Line of Western

Medan. Advised by RAHMAWATY AND SITI LATIFAH.

This research was conducted in 5 green line on five subdistricts in Medan with aims to know the type of tree, type of damage of the tree and to map the disseminating of the health of the tree. In determining the tree health, this research used Standart Forest Health Monitoring (FHM) to get the index score of the tree damage (NIK) that requires health, mild, moderate and weight as the criterias. The use of Geographic Information System (SIG) in determining the disseminating the health of the tree is one of the tree cultivation technique in the northern green line Medan. The process of the map of tree health disseminating was done by using ArcGis 10.2.2.

The finding showed 22 types of trees in the northern green line Medan. The most frequently found is Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla). The most dominant criteria of the damage is mild criteria. The damages caused by the human activity or Patogen/ Fungi on the tree such as Vandalism and Cancer.

Key words: Green line, Tree Health, Geographic Information System, Forest


(66)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Saribudolok pada tanggal 27 Oktober 1993 dari ayah Jasner Sinaga dan ibu Mahdalena Girsang. Penulis merupakan putra ketiga dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Dasar RK. Don Bosco Saribu Dolok tahun 2006, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama negri satu Silimakuta tahun 2009, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Budi Murni 2 Medan tahun 2012 dan pada tahun yang sama masuk ke Program Studi Kehutanan Universitas Sumatera Utara melalui jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada semester VII memilih minat studi Manajemen Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IMAS USU ( Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara) dan menjabat sebagai divisi organisasi dan kaderisasi pada periode tahun 2015-2016. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Pulau Sembilan Kabupaten Langkat selama 10 hari. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT. KPHL Model Unit XXII Lintas Tobasa-Labura dari Februari sampai Maret 2016.


(67)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas berkat dan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Kesehatan Pohon Di Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis pohon dan jenis kerusakan pohon sesuai standar Foresth Helath Monitoring (FHM) di Kota Medan

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta (Jasner Sinaga dan Mahdalena Girsang) dan keluarga yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini serta selalu memberi dukungan, doa dan motivasi untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D dan Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi masukan, membimmbing dengan baik serta memberikan saran berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Imas-Usu yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa agar skripsi ini dapat secepatnya di selesaikan.

4. Teman-teman satu tim penelitian (Ely Hanna Sembiring, Poltak Panjaitan, M.Taris dan Indra Elieser Sembiring).

5. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(68)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2016


(69)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota ... 4

Peranan Hutan Kota ... 4

Tipe Hutan Kota ... 5

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 6

Kerusakan Pada Pohon ... 7

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 9

Tipe-tipe Kerusakan Pohon ... 10

Pemeliharaan Pohon ... 13

Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 14

SIG untuk Pemetaan Pohon Dijalur Hijau Kota Medan Bagian Utara ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 16

Keadaan Geografi ... 17

Iklim Kota ... 18

Letak Adminstratif ... 18

Demografi ... 18

Alat dan Bahan ... 19

Metode Penelitian ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

1.Pengambilan Data ... 20

2.Analisis Data ... 20

3.Pemetaan Sebaran Kelas Kesehatan Pohon ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Jumlah Pohon ... 25

Kesehatan Pohon ... 27


(70)

Lokasi Kerusakan Pada Pohon ... 31

Tipe Kerusakan Kanker ... 33

Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 34

Tipe Kerusakan Luka Terbuka ... 35

Tipe Kerusakan malformasi ... 37

Tipe Kerusakan Eksudasi ... 38

Tipe Kerusakan Batang Patah atau Mati ... 39

Tipe Kerusakan Mati Ujung ... 40

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati ... 42

Tipe Kerusakan Brum dan Cabang ... 43

Tipe Kerusakan Daun ... 44

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna ... 45

Tipe Kerusakan Vandalisme ... 47

Kerusakan Pohon Berdasarkan Jalan Arteri ... 48

1.Jalan Gaharu ... 48

2.Jalan Yos Sudarso ... 49

3.Jalan H.M.Yamin ... 50

4.Jalan Jawa... 51

5.Jalan Perintis Kemerdekaan ... 52

Tindakan Pemeliharan ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(71)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kode Lokasi Untuk Indikator Kerusakan ... 22.

Peta Sebaran Kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri di 5 Kec. Kota Medan .. 28

Persentase Tipe Kerusakan ... 30

Persentase Lokasi Kerusakan ... 31

Tipe keusakan kanker pada Swietenia mahagon ... 32

Peta Sebaran Penyakit Kanker ... 33

Tipe kerusakan busuk hati, dan indikator lapuk lanjut pada Pterocarpus Indicus ... 33

Peta Sebaran Kerusakan Luka Terbuka ... 34

Tipe Kerusakan Luka Terbuka Pada Swietenia Mahagoni ... 34

Peta Sebaran Lapuk Lanjut ... 35

Tipe Kerusakan Malformasi Pada Pohon (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia Mahagoni ... 36

Peta Sebaran Kerusakan Malformasi ... 37

Tipe Kerusakan Eksudasi Pada Pohon (a) Swietenia Mahagoni dan (b)Pterocarpus indicus ... 37

Peta Sebaran Kerusakan Eksudasi ... 38

Tipe kerusakan batang patah pada pohon Swietenia mahagoni ... 38

Peta Sebaran Kerusakan Batang Patah ... 39

Tipe kerusakan mati ujung pada Pohon Swietenia mahagoni ... 39

Peta Sebaran Kerusakan Mati Ujung ... 40

Tipe kerusakan cabang patah pada Pohon Swietenia mahagoni ... 41

Peta Sebaran Kerusakan Cabang Patah ... 41

Tipe kerusakan brum pada pohon Pterocarpus indicus ... 42

Peta Sebaran Kerusakan Brum Pada Pohon ... 42

Tipe kerusakan daun pada pohon Pterocarpus indicus ... 43

Peta Sebaran Kerusakan Daun ... 44

Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon Pterocarpus indicus ... 44


(72)

Kerusakan Vandalism ... 46

Peta Sebaran Kerusakan Vandalisme ... 47

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Gaharu ... 49

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Yos Sudarso ... 50

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan H.M.Yamin ... 51

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Jawa ... 52


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota ... 4

Peranan Hutan Kota ... 4

Tipe Hutan Kota ... 5

Karakteristik dan Kesehatan Pohon ... 6

Kerusakan Pada Pohon ... 7

Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Pohon ... 9

Tipe-tipe Kerusakan Pohon ... 10

Pemeliharaan Pohon ... 13

Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 14

SIG untuk Pemetaan Pohon Dijalur Hijau Kota Medan Bagian Utara ... 14

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 16

Keadaan Geografi ... 17

Iklim Kota ... 18

Letak Adminstratif ... 18

Demografi ... 18

Alat dan Bahan ... 19

Metode Penelitian ... 19

Prosedur Penelitian ... 20

1.Pengambilan Data ... 20

2.Analisis Data ... 20

3.Pemetaan Sebaran Kelas Kesehatan Pohon ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Jumlah Pohon ... 25

Kesehatan Pohon ... 27


(2)

Lokasi Kerusakan Pada Pohon ... 31

Tipe Kerusakan Kanker ... 33

Tipe Kerusakan Busuk Hati, Tubuh Buah dan Indikator Lapuk Lanjut ... 34

Tipe Kerusakan Luka Terbuka ... 35

Tipe Kerusakan malformasi ... 37

Tipe Kerusakan Eksudasi ... 38

Tipe Kerusakan Batang Patah atau Mati ... 39

Tipe Kerusakan Mati Ujung ... 40

Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati ... 42

Tipe Kerusakan Brum dan Cabang ... 43

Tipe Kerusakan Daun ... 44

Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna ... 45

Tipe Kerusakan Vandalisme ... 47

Kerusakan Pohon Berdasarkan Jalan Arteri ... 48

1.Jalan Gaharu ... 48

2.Jalan Yos Sudarso ... 49

3.Jalan H.M.Yamin ... 50

4.Jalan Jawa... 51

5.Jalan Perintis Kemerdekaan ... 52

Tindakan Pemeliharan ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kode Lokasi Untuk Indikator Kerusakan ... 22.

Peta Sebaran Kerusakan Pohon pada 5 jalan arteri di 5 Kec. Kota Medan .. 28

Persentase Tipe Kerusakan ... 30

Persentase Lokasi Kerusakan ... 31

Tipe keusakan kanker pada Swietenia mahagon ... 32

Peta Sebaran Penyakit Kanker ... 33

Tipe kerusakan busuk hati, dan indikator lapuk lanjut pada Pterocarpus Indicus ... 33

Peta Sebaran Kerusakan Luka Terbuka ... 34

Tipe Kerusakan Luka Terbuka Pada Swietenia Mahagoni ... 34

Peta Sebaran Lapuk Lanjut ... 35

Tipe Kerusakan Malformasi Pada Pohon (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia Mahagoni ... 36

Peta Sebaran Kerusakan Malformasi ... 37

Tipe Kerusakan Eksudasi Pada Pohon (a) Swietenia Mahagoni dan (b)Pterocarpus indicus ... 37

Peta Sebaran Kerusakan Eksudasi ... 38

Tipe kerusakan batang patah pada pohon Swietenia mahagoni ... 38

Peta Sebaran Kerusakan Batang Patah ... 39

Tipe kerusakan mati ujung pada Pohon Swietenia mahagoni ... 39

Peta Sebaran Kerusakan Mati Ujung ... 40

Tipe kerusakan cabang patah pada Pohon Swietenia mahagoni ... 41

Peta Sebaran Kerusakan Cabang Patah ... 41

Tipe kerusakan brum pada pohon Pterocarpus indicus ... 42

Peta Sebaran Kerusakan Brum Pada Pohon ... 42

Tipe kerusakan daun pada pohon Pterocarpus indicus ... 43

Peta Sebaran Kerusakan Daun ... 44

Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon Pterocarpus indicus ... 44


(4)

Kerusakan Vandalism ... 46

Peta Sebaran Kerusakan Vandalisme ... 47

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Gaharu ... 49

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Yos Sudarso ... 50

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan H.M.Yamin ... 51

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Jawa ... 52


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Nama jalan Lokasi Penelitian Analisis Kerusakan pohon ... 17

Luas Kecamatan Kota Medan Bagian Utara ... 18

Kode dan Tipe Kerusakan ... 21

Kode dan Lokasi Kerusakan ... 21

Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ... 22

Bobot Indeks Kerusakan Pohon ... 23

Jenis Tanaman yang Diperoleh Pada Jalur Hijau di Kota Medan Bagian Utara... 25

Jumlah Kriteria dan Persentase Kerusakan Kerusakan ... 26

Kelas Kerusakan Berdasarkan Jenis di Kota Medan bagian Utara ... 27

Tipe Kerusakan yang Diperoleh Pada Jalur Hijau Kota Medan Bagian Utara ... 27

Kombinasi Tipe Kerusakan Dengan Lokasi Kerusakan ... 31

Peta Sebaran Lapuk Lanjut ... 35

Tipe Kerusakan Malformasi Pada Pohon (a) Pterocarpus indicus dan (b) Swietenia Mahagoni ... 36

Peta Sebaran Kerusakan Malformasi ... 37

Tipe Kerusakan Eksudasi Pada Pohon (a) Swietenia Mahagoni dan (b)Pterocarpus indicus ... 37

Peta Sebaran Kerusakan Eksudasi ... 38

Tipe kerusakan batang patah pada pohon Swietenia mahagoni ... 38

Peta Sebaran Kerusakan Batang Patah ... 39

Tipe kerusakan mati ujung pada Pohon Swietenia mahagoni ... 39

Peta Sebaran Kerusakan Mati Ujung ... 40

Tipe kerusakan cabang patah pada Pohon Swietenia mahagoni ... 41

Peta Sebaran Kerusakan Cabang Patah ... 41

Tipe kerusakan brum pada pohon Pterocarpus indicus ... 42

Peta Sebaran Kerusakan Brum Pada Pohon ... 42


(6)

Peta Sebaran Kerusakan Daun ... 44

Tipe kerusakan daun berubah warna pada pohon Pterocarpus indicus ... 44

Peta Sebaran Kerusakan Daun Berubah Warna ... 45

Kerusakan Vandalism ... 46

Peta Sebaran Kerusakan Vandalisme ... 47

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Gaharu ... 49

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Yos Sudarso ... 50

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan H.M.Yamin ... 51

Peta Kelas Kesehatan Pohon Di Jalan Jawa ... 52