Sistematika Penulisan Penelitian Terdahulu

9 3. Semoga penelitan ini menjadi sebuah kebangaan penulis.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bab ini menjelaskan latar belakang masalah penelitian yang kemudian ditetapkan perumusan masalahnya. Bab ini juga menjelaskan tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Tinjauan Pustaka, bab ini menguraikan penjelasan teori-teori dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian dan kerangka pemikiran atau road map reaserch. Metode Penelitian, bab ini menjelaskan penentuan lokasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis. Hasil dan Pembahasan, bab ini menguraikan tentang deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan mengenai hasil analisis. Penutup, bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan saran- saran yang direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab ini juga berisi keterbatasan penelitian. 10 Bab II 11 TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Pengertian Sumber Daya Alam Satu dari empat fakor – faktor produksi adalah sumber daya alam, pengolahan sumberdaya alam yang baik maka akan mendatangkan kesejahteraan. Lalu apa hubungannya ilmu ekonomi dengan sumber daya alam? Ilmu ekonomi secara konvensional sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana manuasia mengalokasikan sumber daya yang langka. Dengan demikian ilmu ekonomi sumber daya alam dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengalokasian sumber daya alam seperti; air, lahan, ikan, hutan. Secara eksplisit ilmu ini mencari jawaban seberapa besar sumber daya alam yang harus d ekstrasi agar mendatangkan kesejateraan bagi masyarakat. Sumber daya alam adalah; sesuatu yang masih terdapat di dalam maupun di luar bumi yang sifatnya masih potensial dan belum di libatkan dalam proses produksi untuk meningkatkan tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian.

2.1.2 Ekosistem Rawa

Menurut Maltby, 1991 dalam Fauzi,2006 Rawa adalah adalah kawasan yang terletak di zona peralihan antara daratan yang kering secara permanen dan perairan yang berair secara permanen. Untuk mengetahui suatu ekosistem bisa disebut sebagai rawa, maka setidaknya ekosistem itu harus memiliki 3 kondisi sebagai berikut Hammer dan Sebastian, 1989: 46: 12 • Tanah yang mendukung tumbuhan hidrofita tanaman yang hidup dalam lingkungan air paling tidak secara periodik. • Wilayah yang didominasi lahan basah yang tidak terdrainase atau berada dalam keadaan yang cukup basah untuk periode yang agak panjang sehingga menimbulkan keadaan yang anaerob yang menghambat pertumbuhan jenis tanaman tertentu. • Wilayah yang terdiri dari substratmedia bukan tanah seperti pasir, kerikil, dan batu yang jenuh dengan air atau ditutupi oleh genangan air yang dangkal secara permanen dan dalam beberapa waktu tertentu.

2.1.3 Alokasi Sumber Daya Air

Permasalahan yang menghambat terjadinya alokasi optimal adalah alokasi dan distribusai air itu sendiri. Alokasi dan ditribusi air merupakan permasalahan ekonomi, bagaimana suplai air yang ada dapat di distribusikan kepada pengguna air tersebut. Secara garis besar ada dua kelompok pengguna air yaitu; 1. Kelompok konsumtif 2. Non konsumtif. Kelompok konsumtif adalah semua konsumen yang menggunakan air sebagai barang habis paka, seperti; konsumen rumah tangga, industry, pertanian dan kehutanan. Mereka memanfaatkan dengan cara proses diversi baik melalui cara tranformasi, penguapan, penyerapan ke tanah maupun pendegradisian kualitas air pencemaran. Kelompok ini memperlakukan sumber daya air sebagai sumber daya yang tidak terbarukan. Sedangkan kelompok non konsumtif adalah 13 para; peternak ikan pada kasus perikanan, sumber energy listrik pada pembakit listrik tenaga air PLTA, rekreasi seperti berenang, kayaking, dan sebagainya. Kelompok ini memerlukan sumber daya air sebagai sumber daya terbarukan. Khusus pemanfaatan yang menyakut penggunaan konsumtif, alokasi sumber daya air diarahkan dengan tujuan suplay air yang terbatas dapat di alokasikan kepada pengguna, baik generasi sekarang maupun mendatang, dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, sumber daya air memenuhi kreteria seperti; Tabel 2.1 Tujuan Pengelolaan Sumberdaya Air Kriteria Tujuan Efisiensi • Biaya penyedian air yang rendah. • Penerimaan per unit sumber daya yang tinggi. • Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Equity • Akses air bersih terhadap semua masyarakat. Sustainability • Menghindari terjadinya deplasi pada air bawah tanah groundwater deplation. • Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem. • Meminimalkan pencemaran air. Sumber; Fauzi, 2006 Selain kriteria di atas, Howe et al., 1986 dalam Fauzi, 2006 menambahkan kriteria alokasi sumber daya air; 14

1. Fleksibilitas dalam penyediaan air sehingga sumber daya air dapat

digunakan pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Selain itu air dapat di nikmati oleh seluruh masyarakat baik dekat dengan sumber air atau jauh dari sumber air. 2. Kerterjaminan security bagi seluruh masyarakat yang menggunakan dapat menggunakan air seefisien mungkin.

3. Akseptabilitas politik dan publik sehingga tujuan politik dan publik

sehingga tujuan bisa di terima oleh masyarakat. Dengan adanya kriteria – kriteria seperti di atas maka pengolahan khususnya alokasi sumber daya air menjadi sangat komleks. Namun secara umum terdapat; quieuing system, water pricing, alokasi publik, dan user based allocation. Quieuing sytem system antrian memiliki dua karakter penting; alokasi dan kualitas. Dalam memecahkan masalah alokasi system ini menggunakan antrian. Terdapat dua system alokasi yang dominan yaitu; riparian water right dan prior appropriation water right. Istilah riparian mengacu pada daerah yang berada atau berdekatan dengan sungai atau danau. Pada system ini seseorang yang memiliki pemilik lahan riparian lainyadisebut on equal standing untuk memanfaatkan air. Hak kepemilikan riparian tidak hilang meskipun tidak memanfaatkan air. Para pemilik tanah yang berada di hulu sungai akan mendapatkan hak terlebih dahulu dari pada para pemilik tanah yang berada di hilir sungai karena sitem ini menerapkan antrian. System riparian banyak memiliki kelemahan karena adanya hak mengikat di antara riparian, eksternalitas tersebut menimbulkan inefisiensi pemanfaatan air. Sumbernya adalah karena tidak bisa di alihkan antara riparian. 15 Sedangkan system queuing yang ke dua adalah Prior appropriation water right merupakan sistem yang di dasarkan pada penemuan atau kepemilikan secara turun temurun. Dalam sistem ini merupakan bersifat mutlak artinya pemilik atas hak air diperbolehkan untuk tidak membagi hak pemanfaatan atas air. Permasalahan yang timbul biasanya adalah legalitas, penemuan atas sumber air biasanya tidak memiliki catatan khusus, oleh karena itu sering timbul pengukuhan hak yang sah atas air tesebut. Water pricing mencerminkan biaya yang sebenarnya nilai dari air tersebut dapat memberikan insentif kepada para pengguna air agar menggunakan air lebih bijaksana. Salah satu model alokasi air yang didasarkan pada water pricing adalah marginal cost pricing MCP. Mekanisme MCP di dasarkan pada prinsip ekonomi bahwa alokasi sumber daya air secara optimal adalah manfaat social marjinal yang di peroleh dari konsumsi air setara dengan biaya social marjinal yang di keluarkan. Manfaat sosial marjinal di cirikan oleh kurva permintaa terhadap air. Sementara biaya sosial marjinal yang menggambarkan kurva suplai air ini dapat juga sebagai biaya yang harus digambarkan oleh pengguna untuk meproduksi satu unit tambahan air. Biaya marjinal di atas sumber daya air diatas sudah termasuk biaya; biaya pengguna, deplasi sumber daya, dan biaya eksternal. 16 Gambar 2.1 Kurva Produksi Air Sumber; Fauzi,2006 Kurva 2.1 memperlihatkan alokasi optimal berdasarkan prinsip MCP. Alokasi optimal secara sosial pada titik P dan Q di mana manfaat marjinal sama dengan biaya marjinal. Jika terjadi eksternalitas negatif dalam pemanfaatannya sumber daya air, marjinal akan bergeser ke kiri dan menyebabkan makin berkurang suplai sehingga tercipta keseimbangan baru pada titik Q L dan P L harga yang lebih tinggi dengan kuantitas makin sedikit Q L Q. Dinar et al. 1997 mengatakan bahwa MCP memiliki banyak kelebihan antara lain; secara teoritis mekanisme ini dianggap paling efisien ini di karenakan dapat menghindari terjadinya underpriced penilaian di bawah harga dan penggunaan yang berlebihan overuse. Disamping banyak memiliki kelebihan mekanisme MCP juga memiliki kekurangan yang meyangkut aspek kesetaraan equity. Biaya Marjinal dengan Biaya lingkungan Biaya Marjinal tanpa biaya Lingkungan RP PL P QL Q Q Quantitas 17 Spulber dan Sabbaghi 1994 dalam Fauzi, 2006 melihat kelemahan mekanisme MCP, antara lain; 1. Biaya marjinal multidimensi yang menyangkut beberapa input, termasuk kuantitas dan kualitas sumber daya air. 2. Biaya marjinal yang berbeda antara jangka pendek short run marjinal cost dan jangka panjang long run marjinal cost. 3. Biaya marjinal juga di pengaruhi oleh perubahan permintaan, baik secara temporal maupun permanen. Sebaiknya penerapan MCP dilakukan pada pasar kompertitif, tapi pasar monopolistik. Karena tidak selalu menentukan harga berdasarkan keinginan membayar pengguna. Untuk increasing block rate IBR dapat di jadikan alternative MCP. System IBR selain memungkinkan penggunaan air yang efisien juga dapat beradaptasi dengan situasi saat permintaan air memuncak. Jika terjadi permintaan yang tinggi pada musim kemarau, misalnya blok tarif yang tinggi dapat digunakan untuk mencegah konsumsi yang berlebihan sehingga membantu konservasi air. Selain itu, system ini juga memungkin penyedian air bagi masyarakat ekonomi lemah dengan baiaya yang rendah. 18 Gambar 2.2 Kurva Alokasi Konsumsi Air Sumber; Fauzi,2006 Pada kurva 2.2 kita bisa melihat penentuan harga air berdsarkan IBR. Pada tingkat pemanfaatan 0 sampai Q1 tarif di tetapkan sebesar P1, sementara antara interval Q1 sampai Q2 tarif bisa dinaikkan sebesar P2 dan seterusnya. Mekanisme alokasi yang selanjutnya adalah alokasi publik. Sumber daya yang pengololaan cukup sulit dan unik tidak hanya sebagai barang yang di perdagangkan maka dari itu air di jadikan sebagai barang publik. Penyediaan sumberdaya air memang tidak dapat hanya di lakukan oleh pihak swasta saja, tapi harus ada campur tangan pemerintah, sehingga alokasi air juga dapat berjalan lancar. Dinar et al., 1997 Dalam Fauzi, 2006 menayatakan bahwa alokasi publik juga memiliki kelebihan dan kekuranagan. Alokasi publik dapat dapat menjawab aspek equity dalam pengelolahan sumber daya air karena pemerintah mampu mendistribusikan air sangat jauh, bahkan dari sumbernya sekalipun. Harga Air P1 P2 P3 Q1 Q2 Konsumsi air Volume 19 Campur tangan pemerintah biasanaya identik dengan subsidi untuk membantuk pendistribusian air. Denagan adanya subsidi maka pendistribusian air menjadi inefisien ini di karenakan adanya hidden cost karena subsidi tidak menggambarkan opportunity cost yang sebenarnya pengelolahan sumber daya air. Alokasi berdasarkan pengguna user based mekanisme alokasi ini berdasarkan komunal atau perkumpulan. Alokasi berdasarkan pengguna menggunakan variasi pengaturan seperti; berdasarkan rotasi waktu bergiliran, kedalaman air, kedekatan lokasi, dan system pembagianya lainya. Karakteristik pada sistem ini dalah pentingnya peran kelembagaan pada suatu komunal menurut Meinzen-Dick et al,. 1997. Dinar et al,. 1997 Dalam Fauzi, 2006 menyatakan bahwa norma sosial bagian dari aspek kelembagaan akan memberikan insentif bagi konservasi jika di dukung oleh aturan penggunaan air yang berlebihan. Demikian juga organisasi yang efektif yang dilandasi oleh kepercayaan akan menghasilkan tingkat efisiensi yang tinggi dalam pengelolahan sumber daya air. Menurut Dinar et al,. 1997 Dalam Fauzi, 2006 kelebihan dari system user based menyangkut fleksibilitas untuk beradaptasi terhadap pola perubahan yang terjadi pada kebutuhan lokal. Masyarakat lokal memiliki infomasi yang baik tanpa harus terpaku pada formula – formula yang kaku. Sedangkan kekurangan system user-based ini adalah kurangnya kapasitas kelembagaan lokal dalam menangani kebutuhan instruksional, seperti kebutuhan rumah tangga dan industry. 20 Alokasi berbasis pasar water market merupakan sebuah mekanisme yang masih menjadi kontroversi. Aloakasi ini menggunakan mekanisme pasar water market. Kontroversi karena ada yang berpandanga bahwa air merupakan kebutuhan esensial yang tidak di perjual belikan dan harus tersedia secara “free of charge”. Sedangkan argument lain melihat bahwa cadangan air sagat tipis, system ini juga dapat menimbulkan ketidakadilan pada mereka yang berpendapatan rendah, maka air akan di dominasi oleh mereka yang mampu membayar. Sedangkan argument yang pro terhadap water market, ia adalah instrument yang penting dapat mengurangi inefisiensi pada pemanfaatan sumber daya air. Pada prinsipnya water market adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air water use right. Konsep ini harus membedakan dengan pergukuran sementara antara pengguna air yang sering disebut spot market. Water market harus mengikuti kaidah – kaidah ekonomi dalam pengoprasian pasar, yang antara lain mencakup penjualan dan pembeli memiliki infomasi yang sama. Pasar yang besifat kompetitif untuk memaksimumkan manfaat ekonomi. Kondisi – kondisi tersebut memungkinkan dicapainya keseimbangan penewaran permintaan dalam transaksi air. Rosegrant dan Binswanger menayatakan beberapa kelebihan pada water market sebagai berikut; 1. Memungkinkan terjadinya pengukuhan hak atas pengelolaan air. Hak yang di akui tersebut bisa mendorong insentif bagi pemilik air untuk berinvestasi pada teknologi penghematan air. 21 2. Memberikan investasi kepada pengguna air untuk memperhatikan biaya eksternal yang di timbulkan akibat penggunaan air, sehingga mengurangi tekanan terhadap sumber daya air. 3. Memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk bereaksi terhadap perubahan – perubahan permintaan penawaran. 4. System pasar mengharuskan kedua belah pihak penjual dan pembeli untuk menyetujui perubahan relokasi air, sehingga penggunaan air dalam system pasar ini lebih di berdayakan. Fauzi, 2006 mengatakan bahwa dalam implementasi dari mekanisme ini masih banya halangan. Misalnya kesulitan mengukur unit air dengan berbagai karakteristik kualitas serta melakukan penegakan aturan enforcement menyangkut pengambilan air withdrawal. Bukan itu saja sistem water market juga rawan terhadap peruasakan likungan yang terkadang konsumen membayar dampak likungan melebihi dari harga air tersebut.

2.1.4 Konsep Nilai untuk Sumber Daya dan WTP willingness to pay

Nilai dalam berbagai disiplin ilmu di pandang berbeda – berbeda tergantung dari kepentingan dan kebutuhannya. Oleh karena itu perlu ada sebuah definisi yang umum yang dapat dipakai secara bersama – sama. maka definisi nilai dapat kita sebut harga pada barang dan jasa. Secara umum nilai ekonomi di definisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengobankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainya. Secara formal konsep ini disebut willingness to pay WTP 22 terhadap barang dan jasa yang di hasilkan oleh sumber daya alam dan linkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan pengukuran nilai moneter barang dan jasa. Sebagai contoh, jika ekosistem pantai mengalami kerusakan akibat polusi, nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tesebut kembali ke aslinya atau mendekati aslinya. Keingin membayar juga dapat diukur dalam bentuk kenaikan pendapatan yang menyebabkan seseorang berada pada posisi indifferent terhadap perubahan esogenous. Perubahan harga esogenous ini bisa terjadi karena perubahan harga missal akibat sumber daya yang makin langka atau karena perubahan kualitas sumber daya. WTP dapat di artikan juga sebagai jumlah masimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu. Selain WTP terdapat juga, willingness to accpept WTA adalah jumlah minimum pendapatan seseorang untuk menrima penurunan sesuatu. Garrod dan Willis 1999 serta Hanley dan Splash 1993 dalam Fauzi,2006 menyatakan bahwa besaran WTP dan WTA sama, namun selalu terjadi perbedaan pengukuran, di mana umumnya besaran WTA berada 2 sampai 5 kali lebih besar dari pada WTP. Hal ini disebabkan karena factor; 1. Ketidak sempurnaan dalam rencana kuesioner dan teknik wawancara. 23 2. Pengukuran WTA terkait dengan endowment effect dampak dari kepemilikan. Fenomena ini sering juga disebut sebagi loss aversion – enghindari kerugian, dimana seseorang cendrung memberikan nilai yang lebih besar pada kerugian. 3. Responden bersikap cermat terhadap jawaban WTP dengan mempertimbangkan pendapatan maupun preferensinya. WTP lebih tepat diukur menggunakan permintaan Hicks kurva pemintaan terkompensasi karena harga di bawah kurva permintaan Hicks relevan untuk pengukuran kompensasidaerah di bawah; digunakan mengukur perubahan surplus. Dengan demikian jika terjadi perubuhan harga dari P ke �� akibat perubahan lingkungan, maka lingkunagan WTP di definisikan sebagai berikut; ��� = ∫ � �� � h P , ud P......................................................................1 = ��� , � − � � , � ………………………..…….…2 Di mana � � � , � adalah pendapatan setelah terjadi perubahan dengan utilitas konstan sedangkan � � , � adalah pendapatan awal. Pengukuran WTP dapat di terima dapat diterima secara reasonable harus memenuhi syarat; 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif. 2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan. 3. Adanya konsitensi antara keacakan randomness pendugaan dan keacakan perhitungan. 24 Kondisi 1 dan 2 secara matematis dapat ditulis: ≤ ��� � ≤ � � ……………………………………………………...3 Pada konsep ini memang banyak kekurangan seperti; jika barang dan jasa yang di hasilkan oleh sumber daya alam tidak diperdagangkan, sebagian yang lain, seperti keindahan pantai atau laut, kebersihan, dan keaslian alam sehingga sulit untuk mentukan nialainya. Ini di karenakan masyarakat tidak membayar secara langsung, selain itu masyarakat tidak familiar dengan pembayaran jasa sepeti itu dan keinginan membayar mereka juga sulit di ketahui.

2.1.5 Bermacam – Macam Nilai Enviromental Service and Goods

Nilai dari likungan yaitu total economic value TEV, TEV juga terbagi atas dua nilai yaitu; use value dan non-use value. Biasanya use value adalah nilai yang membuat penggunanya merasakan kepusan atas selera mereka. Bagan di bawah akan menampilkan secara lengkap pembagian dari nilai; 25 Gambar 2.3 Diagram Nilai Valuasi Ekonomi Sumber; Adjaye dan Jhon Asafu, 2007 Use value terbagi menjadi direct use value dan indirect use value. Jika penilaian atas danau sepert Rawa Pening maka direct use value ini akan berarti irigasi persawahan, sedangkan indirect use value adalah penagkapan ikan jenis air tawar dan ekstrasi tanaman eceng gondok. Non-use value nilai yang melekat pada barang enviromental service and goods, kepuasan atas nilai ini jika tidak berhubungan langsung dengan konsumsi enviromental service and goods terbagi atas tiga sub nilai; bequest value, existence value, dan option value. Existence value adalah nilai yang didapatkan setiap individu dari keberadaan suatu enviromental service and goods meskipun individu tersebut belum pernah menggunakan enviromental service and goods tersebut. Total Economic Value Use Value Direct Use Value Indirect Use Value Non-Use Value Bequest value Existence Value Option Value 26 Bequest value adalah nilai jika seorang individu dapat mewariskan enviromental service and goods kepada generasi penerus untuk di gunakan seperti sediakala. Sedangkan option value adalah nilai dari WTP yang di bayarakan oleh individu untk menjamin keberadaan dan ketersediaan dari suatu enviromental service and goods. Use value dapat di ukur dengan harga yang berlaku di pasar, artinya nilai ini dapat di hitung. Permasalahnya adalah ketika menghitung nilai dari non-use value karena ini tidak di perdakan di pasar. Banyak penelitian terdahulu menyebutkan bahwa non-use value berpengaruh signifkan terhadap total economic value TEV.

2.1.7 Analisis Biaya – Manfaat Cost – Benefit Analysis

Dalam kegiatan pelestaraian Rawa Pening perlu diketahui nilai dari kerusakan dan dampak kerusakannya. Baik kerusakan yang di sengaja oleh manusia atau yang tidak disengaja oleh manusia. Maka pendekatan dengan menghitung perhitungan analis biaya manfaat merupakan salah satu alternatif untuk mereduksi kerusakan sumberdaya alam Ngatindriatun, 2012. Analisis biaya manfaat adalah penerapan ekonomi kesejahteraan yang bertujuan memperbaiki efisiensi ekonomi alokasi sumberdaya Hufschmidt et al., 1992 dalam Ngatindriatun, 2012. Analisi manfaat - biaya menggunakan nilai moneter, sehingga analisis ini dapat menghitung sesuatu yang tidak di perjual belikan, pelestarian, keindahaan alam, kesuburan tanah, dan lingkungan yang bersih. Analisis manfaat – biaya di ukur berdasarkan dengan harga yang diinginkan oleh masyarakat Hufschmidt et al., 1992 dalam Ngatindriatun, 2012. 27 Harga semacam ini biasanya berbentuk harga bayangan. Ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui manfaat proyek dan kegiatan menurut Gittenger 1986 adalah; A. Manfaat sekarang net present wort atau disebut juga nilai manfaat sekarang net present value. B. Rasio biaya manfaat B C ratio. Nilai manfaat sekarang netto dihitung dengan mencari selisih antara nilai sekarang arus manfaat dengan nilai sekarang dari arus biaya. Rasio biaya – manfaat di peroleh dengan membandingkan biaya dan manfaat dengan rumus; Benefit Cost = ����� ������� �������� ����� ����� �������� 28

2.1.8 Co-Management

Menurut Pomeroy 1985 dan Williams 1994, dan Tulungen 2001, kunci keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat mencakup : 1. Batas-batas wilayah yang jelas terdefinisi. 2. Kejelasan anggota. 3. Keterikatan dalam kelompok. 4. Manfaat lebih besar dari biaya. 5. Pengelolaan sederhana. 6. Legalisasi dari pengelolaan. 7. Kerjasama dan kepemimpinan dalam masyarakat. 8. Desentralisasi dan pendelegasian wewenang. 9. Koordinasi antar pemerintah dan masyarakat. 10. Pengetahuan, kemampuan dan kepedulian masyarakat. 11. Fasilitator sumberdaya manusia, paham konsep, mampu memotivasi masyarakat, tinggal bersama, diterima oleh semua pihak. Co-Management atau pendekatan kemitraan, merupakan partisipasi aktif dalam pengelolaan Rawa Pening oleh semua anggota kelompok masyarakat dan kelompok yang mempunyai keterkaitan dengan sumberdaya tersebut. Elemen pokok yang harus diperhaitkan adalah : 1. Pembagian tanggung jawab dan wewenang dalam pengelolaan sungai. 2. Tujuan sosial, budaya, dan ekonomi. 3. Pengelolaan sumberdaya berkelanjutan 29 Salah satu bentuk pengelolaan sumber daya yang melibatkan pertisipasi masyarakat dalam mengelola Rawa Pening adalah melalui pendekatan kemitraan. Pomeroy dan Williams 1994, megemukaan bahwa pendekatan kemitraan Co– Management adalah pendekatan pembagian tanggung jawab antara pihak – pihak terkait seperti pemerintah dan masyarakat dalam mengelola sumber daya atau lingkungan. bentuk co-management menurut Pomeroy et al. 1994 adalah sebagai berikut : 1. Co–Management Instructive, pada bentuk ini, tidak begitu banyak informasi yang saling di pertukarkan antara masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dapalm hal ini, hanya mengimformasikan kepada masyarakat tentang rumusan–rumusan pengelolaan sungai yang pemerintah rencanakan untuk dilaksanakan. 2. Co–Management Consultative, menempatkan masyarakat pada posisi yang hampir sama dengan pemerintah. Oleh karena itu, ada mekanisme yang membuat pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat. Meskipun masyarakat bisa memberikan berbagai masukan pada pemerintah, keputusan apakah masukan tersebut harus digunakan tergantung sepenuhnya pada pemerintah. 3. Co–Management Cooperative, bentuk ini menempatkan masyarakat dan pemerintah pada posisi yang sama atau sederajat. Semua tahapan sejak pengumpulan informasi, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan pemantauan institusi co–management berada di pundak kedua pihak. 30 4. Co–Management Advocative, pada bentuk ini, peran masyarakat cenderung lebih besar dari peran pemerintah. Peran pemerintah lebih banyak bersifat mendampingi masyarakat atau memberikan advokasi pada masyarakat tentang apa yang sedan mereka kerjakan. 5. Co–Management Informative, di satu pihak peran pemerintah makin berkurang dan di pihak lain peran masyarakat lebih besar. Pemerintah hanya memberikan informasi pada masyarakat tentang apa yang sepatutnya dikerjakan oleh masyarakat. Dalam kondisi yang lebih nyata, pemerintah menerapakan delegasi untuk bekerja sama dengan masyarakat dalam.

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang berjudul Cost – Benefit Analysis in Integrated Enviromental Assesment Some Methodological Issues. Yang dikarang oleh Giuseppe Munda. Bertujuan untuk untuk menduga pengmbilan kepurusan mengembangkan keputusan yang terintergrasi pada lingkungan. Penelitian. ini menggunakan data primer . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cost – benefit analysis. 2. Penelitian yang berjudul Assesing The Economic Viability of Alternatif Water Resorce in Water-scare regions : Combining Economic Valuation, Cost – Benefit Analysis and Discounting, yang ditulis oleh; Ekin Birol, Phoebe Kondouri, Yiannis Kountouris. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk sebuah model manajemen perencanaan jangka panjang pada sumberdaya air dengan alat analisi cost – benefit analysis. 31 3. Penelitian yang berjudul Economic Valuation Through Cost-Benefit Analysis Possibilities and Limitations, yang ditulis oleh; Bernd Hansjurgens. Penelitian ini bertujuan membuat sebuah pendekatan untuk meningkatkan tingkat kesehatan hidup dengan vauluasaai cost – benefit analysis.

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis