Komoditas Pertanian Indonesia Target Ekspor Dan Hambatan Sisi Permintaan Dan Penawaran
KOMODITAS
PERTANIAN INDONESIA
TARGET
EKSPOR
DAN HAMBATAN SISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Pendahuluan
Dalam penyampaian rencana program kerja 2005-2009,
Departemen Pertanian menargetkan peningkatan ekspor
komoditas pertanian pada tahun 2009 nanti mencapai 9
milyar dolar Amerika Serikat. Sehubungan rencana program kerja ada beberapa yang menu rut penulis layak
dicermati, yakni: 1) Apakah target tersebut merupakan target yang realistis bila dikaji dari potensi ekspor komoditas
pertanian Indonesia yang ada? 2) Kendala-kendala apa
yang berpeluang menghambat tercapainya target tersebut?
3) Tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai target tersebut?
lawaban dari tiga pertanyaan besar di atas tidak
dikemukakan denganjelas oleh Deptan dalam penyampaian
rencana kerja mereka, yang disampaikan oleh Menteri
Pertanian dalam acara rapat kerja dengan Komisi IV DPR
RI dipenghujung bulan Nopember 20041alu. lawaban dari
tiga pertanyaan penting terse but menurut hemat penulis
adalah penting, tidak saja untuk menelaah kelayakan tar-
Oleh:
Andi lrawan \)
get ekspor yang ditetapkan pemerintah, tetapijuga sebagai
bahan masukkan untuk tindakan dan kebijakan apa yang
hams diambil agar target terse but tercapai.
Potensi Ekspor Komoditas Pertanian
Sebelum membahas potensi komoditas pertanian Indonesia apakah realistis mencapai target ekspor dari pemerintah
tersebut, terlebih dahulu perlu didefmisikan cakupan dari
I)
Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu
45
ISSN: 0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
ekspor komoditas pertanian yang dimaksud. Dengan
Dengan pertumbuhan rata-rata ekspor sebesar 9 persen
mempertimbangkan lingkup kerj a Deptan dan ketersediaan
tersebut diperkirakan target pemerintah akan tercapai pada
data, penulis membagi dalam tiga kelompok besar
tahun 2008 dengan nilai sebesar 9,1 milyar dolar AS.
komoditas ekspor pertanian sebagai berikut.
Melihat fenomena tersebut dapat dikatakan bahwa target
1) Ekspor Komoditas Primer Perkebunan
yang
merupakan jumlah dari nilai ekspor komoditas-
ekspor pemerintah relatif realistis dan dapat dijangkau oleh
potensi ekspor komoditas pertanian nasional.
komoditas karet, kopi, teh, rempah-rempah, tembakau,
dan biji coklat.
Kendala Pencapaian
2) Ekspor Produk Perkebunan Olahan yang merupakan
jumlah dari nilai ekspor produk karet olahan dan produk
Walaupunjika dilihat dari potensi ekspor nasional, target
minyak sawit (palm oil product)
ekspor pemerintah sudah dapat tercapai pada tahun 2008,
3) Ekspor komoditas sayur-sayuran, buah-buahan dan
tanaman lainnya.
tetapi ada beberapa kendala yang dapat menjadi faktor
penghambat pencapaian target di lapangan. Sejumlah
kendala itu dibagi dua kelompok besar, yakni kendala dari
Dari ketiga kelompok besar komoditas ekspor pertanian
sisi permintaan dan dari sisi penawaran.
tersebut, pertumbuhan yang tertinggi ada pada kelompok
komoditas perkebunan olahan (produk minyak sawit dan
Sisi Permintaan
bahan karet olahan), dimana nilai pertumbuhan ekspor ratarata kelompok komoditas di atas adalah 14 persen per
Ada beberapa kendala yang timbul dari sisi permintaan
tahunnya. Adapun secara keseluruhan pertumbuhan
yakni sebagai berikut:
ekspor komoditas pertanian adalah sebesar 9 persen (Tabel
1).
Tabel1. Nilai Ekspor Komoditas Pertanian dan Pertumbuhannya
Ekspor Komoditas
Perkebunan Primer
Tahun
Nilai (ribu
Dolar AS)
(1)
883400
1225500
1211100
1239953
1235872
1499225
1210379
1041488
816681
1097482
Pertumbuhan per tahun
Ekspor Komoditas Sayursayuran, Buah dan
Tanaman lainnya
Nilai (ribu
PertumbuPertumbuhan per tahun Dolar AS) han per tahun
(3)
0.07
326800
0.22
-0.43
0.37
185500
212600
0.14
0.39
214785
0.01
0.03
1.04
0.08
438813
0.62
-0.29
713042
-0.47
0.25
374987
-0.29
0.01
265904
0.13
-0.13
303083
-0.23
233344
0.59
0.07
0.14
Ekspor Komoditas
Perkebunan OIahan
Nilai (ribu
Dolar AS)
(2)
1535500
2109000
2938000
3051983
3299316
2333223
2931727
2989303
2571838
4109305
0.17
1993
1994
0.38
-0.011
1995
0.02
1996
1997
-0.003
1998
0.21
1999
-0.19
2000
-0.13
2001
-0.21
2002
0.34
Rata0.058
rata
Sumber: Diolah dari data time series CEIC 1993-2003
Total Ekspor Komoditas
Pertanian
Nilai (ribu
PertumbuDolar AS) han per tahUi
(1+2+3)
2745700
0.12
3520000
0.28
4361 700
0.23
4506721
0.03
4974001
0.10
4545490
-0.08
4517093
-0.006
4296695
-0.048
3691602
-0.14
5440131
0.47
0.09
46
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Pertama, Sepanjang periode 1993-2002 berdasarkan uji
Tidak signifikannya hubungan kausalitas antara nilai tukar
kausalitas Granger ditemukan bahwa variabel nilai tukar
efektif riil (real effective exchange rate), harga ekspor dan
riil efektif dan harga ekspor tidak signifikan pengaruhnya
belanja konsumsi dunia terhadap permintan komoditas
terhadap permintaan ekspor komoditas Indonesia (Irawan
ekspor Indonesia mengindikasikan yang menentukan
(2004). Sebagaimana yang diketahui daya kompetisi dari
permintaan ekspor Indonesia bukanlah dari sisi permintaan.
komoditas ekspor suatu negara dapat tercerminkan dari
nilai tukar efektif riil (real effective exchange rate) dan
harga ekspomya. Semakin tinggi depresiasi nilai tukar
efektif riil yang artinya semakin kompetitif nilai tukar,
semakin tinggi volume ekspor komoditas suatu negara.
Begitujugasemakin rendah harga ekspor komoditas ekspor
suatu negara maka permintaan terhadap komoditas
ekspomya juga akan semakin tinggi.
Kedua, aspek keamanan dari Negara tujuan ekspor utama
Indonesia khususnya Amerika Serikat (AS). Negara
terse but merupakan penyerap terbesar ekspor non migas
Indonesia yakni sebesar 16.01 persen dengan nilai ekspor
yang cukup tinggi. Contohnya pada bulan September 2002
- Oktober 2002 yang mencapai 65.1 an juta dolar (Iihat
TabeI3). Sebagai antisipasi terhadap ancaman serangan
teroris, AS telah melakukan kebijakan pengamanan di
Faktor lain yang juga penting dalam menentukan
bidang perdagangan. AS melalui institusi Bea Cukainya
permintaan komoditas ekspor adalah permintaan pasar
telah membentuk Container Security Initiative (CSI) untuk
dunia untuk ekspor Indonesia dimana didekati dengan
mencegah gangguan teroris melalui pengiriman peti kemas.
jumlah dari belanja konsumsi negara-negara mitra dagang
Untuk itu dilakukan peningkatan pemeriksaan peti kemas
penting Indonesia (AS, Jepang, Inggris, Australia,
dengan menggunakan alat yang memungkinkan identifikasi
Hongkong, dan Kanada). Uji kausalitas Granger (Irawan,
peti kemas dengan resiko tinggi yang ditempatkan di
2004) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
sejumlah pelabuhan luar negeri.
kausalitas yang signifikan antara belanja konsumsi dunia
terhadap permintaan ekspor pertanian (lihat TabeI2).
Tabel2. Hubungan Kausalitas dari exchange rate ke Harga Ekspor dan Permintaan Komoditas Ekspor
Kausalitas
F-Statistic
Dari
Ke
Real effective Exchange Permintaan Ekspor
1.60489
rate
Komoditas Pertanian
Real effective Exchange Permintaan Ekspor Komoditas
1.54791
rate
Non Pertanian
Harga Ekspor Pertanian Permintaan Ekspor Komoditas
0.59482
Pertanian
Harga Ekspor non
Permintaan Ekspor
0.81478
Pertanian
Komoditas Non
Pertanian
Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor
0.53657
(AS, Jepang, Inggris,
Komoditas Pertanian
Australia, Hongkong, dan
Kanada)
Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor non
1.65178
(AS, Jepang, Inggris,
Komoditas Pertanian
Australia, Hongkong, dan
Kanada)
Probability
Keterangan
0.20550
Tidakada
0.21721
Tidak ada
0.55340
Tidakada
0.44535
Tidak ada
0.58623
Tidak ada
0.44695
Tidak ada
Sumber: Irawan (2004)
47
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabel 3. Ekspor non Migas Indonesia menurut Negara Tujuan Januari - Oktober 2001 dan 2002
544.3
410.0
584.5
156.9
101.3
105.0
189.8
88.7
197.6
237fU
609.4
470.4
619.2
173.2
99.9
100.3
184.4
75.4
136.4
2468.6
6361.9
4002.9
5 773.1
1449.2
764.8
1 119.7
1 328.7
1022.2
1 235.5
23058.0
6076
4021.7
5325.9
1 585.7
919.9
I 052.9
1 795.2
945.5
1462.8
23 185.6
Perubahan
Oktober thd
September
2002 (Juta
Dolar AS)
65.1
60.4
34.7
16.3
-1.4
-4.7
-5.4
-13.3
-61.2
90.5
1656.1
4034.2
1 713.4
4 182.0
14199.7
37257.7
14774.3
37959.9
57.3
147.8
Nilai FOB (Juta Dolar Amerika Serikat)
Negara Tujuan
Ekspor
Amerika Serikat
Singapura
Jepang
Malaysia
Australia
Jerman
Cina
Taiwan
Korea Selatan
Total 9 negara
Tujuan
Lainnya
Total Non Migas
September
2002
Oktober
2002
Jan-Okt
2002
Jan-Okt
2002
% Peran thd
Total Non
Migas JanOkt 2002
16.01
10.60
14.03
4.18
2.42
2.77
4.73
2.49
3.85
61.08
38.92
100.00
.Sumber: Badan Pusat Statistik (daJam Kompas 11 Nopember 2002)
Akibatnya, mulai tanggal 5 Desember 2002 yang lalu
berikut (Basri (2003) dan Harian Kompas 18 Nopember
aktivitas ekspor mendapat tambahan biaya dalam bentuk
2003):
war risk surcharge untuk semua kargo yang diekspor
dari Indonesia ke AS dan Eropa. Selain tarifpeti kemas
1.
Peringkat Indeks Growth competitiveness Indonesia
perusahaan asuransi juga menaikkan premi asuransi
diantara 80 negara yang diobservasi pada tahun 2001
dengan alasan keamanan (war risk). Premi asuransi di
berada pada posisi 62 dan memburuk menjadi posisi
atas naik sebesar 15 persen. Komite Resiko Perang (War
ke 67 pada tahun 2002 dan merosot lagi menjadi
Risk Committee) juga telah memutuskan Indonesia masuk
peringkat 72 dari 102negara pada tahun 2003.
dalam daftar dikenakan tambahan premi karena adanya
Komponen yang cukup baik untuk Indonesia dari
kasus Born Bali. Kebijakan peningkatan pengamanan di.
Indeks Growth
atas menimbulkan biaya tambahan yang dibebankan
lingkungan mikro ekonomi yaitu di peringkat ke 53. Di
kepada eksportir Indonesia, yang selanjutnya
lian pihak, yang terburuk adalah indeks institusi publik
meningkatkan harga ekspor produk Indonesia menjadi
pada peringkat 77 atau terburuk ke empat pada tahun
lebih tinggi sehingga menurunkan daya saing di pasar
2002. Posisi di atas hanya lebih baik dari Nigeria,
Amerika Serikat.
Bangladesh, dan Haiti. Ini menunjukkan semakin
セッュー・エゥカョウ@
adalah indeks
memburuknya institusi publik. Hal ini juga menjadi
Sisi Penawaran
faktor penjelas penting tentang sumber ekonomi biaya
tinggi yang sering dialami para pelaku ekonomi yang
Sejumlah fakta empiris tentang semakin lemahnya daya
selanjutnya akan menjadi kendala dalam upaya
saing Indonesia dalam perekonomian intemasional dari
menciptakan
sisi penawaran yang dapat menjadi faktor penting
perekonomian intemasional.
daya
saing
penghambat kinerja ekspor Indonesia adalah sebagai
48
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Vollll18 9, No.2 Desember 2004
Indonesia dalam
2.
Sementara itu peringkat indeks micro-economic com-
29 Desember 2004 Cina memiliki fasilitas jalan tol 92 kilo-
petitiveness Indonesia pada tahun 2001 berada pada
meter per 1 juta penduduk sedangkan Indonesia hanya 2.5
posisi 59 dan memburuk menjadi peringkat 64 di tahun
km per 1 juta penduduk.
2002. Posisi Indonesia ini lebih buruk diantara negaranegara sekawasan seperti Taiwan, Korea Selatan,
Selama ini kita mungkin berpandangan tentang postulat
Jepang, Hongkong, Singapura Vietnam, Pilip ina, In-
pemasaran "demand create own supply" adalah suatu
dia, Cina, Thailand, dan Malaysia. Peringkat indeks
keniscayaan, sehingga kebijakan-kebijakan yang lahir baik
micro-economic competitiveness Indonesia ini
berupa deregulasi ataupun Iiberalisasi diasumsikan akan
meliputi kualitas Iingkungan bisnis pada peringkat 55,
serta merta meningkatkan kinerja ekspor. Tetapi temyata
serta strategi dan operasional perusahaan pada
hampir selama dlla dekade Indonesia melakukan deregulasi
peringkat ke 65.
dan Iiberalisasi pasar yang all out, pangsa pasar ekspor
Indonesia di dunia hanya 0.84%. Bandingkan dengan Cina
3.
Peringkat Indeks teknologi yang rendah yakni
(5.88%) atau dengan Malaysia (1.33%) (lihat Setiawan,
peringkat 78 dari 102 negara pada tahun 2003 konsisten,
2004), padahal kedua negara tersebut tergolong yang
juga dengan rendahnya pertumbuhan faktor
berhati-hati dan ''pilih-pilih'' dalam meliberalisasi pasarnya.
produktivitas (TFP) di Indonesia. Selama periode
1960-1994, Indonesia memiliki pertumbuhan TFP pal-
Belajar dari negara letangga khususnya Cina terse but yang
ing rendah kedua setelah Pilip ina di Asia Timur dan
perlu dibenahi terlebih dulu oleh pemerintah untuk memacu
Tenggara. Adapun peri ode 1975-1990 bahkan
daya saing di dunia internasional adalah dari sisi internal
menunjukkim TFP Indonesia adalah yang paling
domestik (sisi penawaran) dengan cara: I) mengeksiskan
rendah.
birokrasi negara yang berbiaya transaksi rendah serta
hanya punya satu vested interest yaitu sebagai pelayan
Langkah ke Depan
publik, serta memiliki kapasitas adrnnistrasi yang tinggi
dalam manajemen publik. Ini adalah faktor utama yang
Penulis ingin mengajak kita semua untuk belajar dari
diperlukan untuk menghilangkan biaya ekonomi tinggi
kampiun bam ekonomi dunia yakni Cina. Sangat menarik
yang menyebabkan para pelaku ekonomi tidak nyaman
ketika dicermati bagaimana negara ini tidak tergesa-gesa
berusaha di Indonesia.
masuk ke dalam perdagangan bebas dunia dengan menjadi
anggota WTO. Cina mempersiapkan dirinya secara inter-
2) Membenahi dan meningkatkan ketersediaan fasilitas
nal dengan membenahi institusi dengan cara membersihkan
infrastruktur sepertijalan, komunikasi, Iistrik dan air adalah
kerak-karat rent seeker (koruptor) yang menumpangi
juga merupakan suatu keniscayaan, tidak ada negara di
institusi publik mereka dengan tindakan hukum keras
dunia yang berjaya memiliki pangsa ekspor dunia yang
terhadap para koruptor. Cina juga membenahi fasilitas
siknifikan tanpa mau berinvestasi dalam pembangunan
infrastruktur yang akan mendukung aktivitas ekonomi
fasilitas infrastruktur yang sikniftkan pula. Jerman, AS,
mereka sehingga mereka memiliki infrastruktur yang
Jepang, Cina dan Perancis, sebagai 5 (lima) besar negara
memadai untuk mendukung aktivitas ekonomi, ambil
dengan pangsa ekspor terbesar dunia telah membuktikan
sebagai perbandingan berdasarkan data Harian Kompas
hal tersebut.
49
ISSN: 0853-8464
A GRiMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Menurut hemat penulis dua hal di atas haruslah berhasil
diwujudkan oleh pemerintah sekarang untuk meningkatkan
ekspor komoditas pertanian kita, tentu saja ada faktor
utama lain yang penting dari sisi penawaran yang telah
taken for granted harus tersedia,yakni keamanan. Dari
uraian di atas penulis ingin mengatakan bahwa pencapaian
target ekspor komoditas pertanian yang telah dikemukakan
oleh Mentan dalam rakernya dengan Komisi IV DPR RI
sebenarnya otomatis akan tercapai jika kabinet presiden
SBY berhasil mengatasi kendala-kendala peningkatan
ekspor khususnya dari sisi penawaran.
Daftar Pus taka
Basri, F. 2003. Daya Saing Kita yang Kian Rapuh. Harian
Kompas 26 Mei 2003
Basri,
M.e. 2003.
Ekspor Manufaktur Indoensia dan
Hambatan Sisi Penawaran. Harian Kompas 31
Juli2003halaman 15.
Irawan, A. 2004. Analisis Keterkaitan Ekonomi Makro,
Perdagangan Internasional dan
Pertanian di
Indonesia: Aplikasi Vector Error Correction
Model. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Kompas. 2002. Faktor Eksternal Makin Lemahkan Daya
Saing Produk Ekspor. Harian Kompas, 11
November 2002. Halaman 13.
Kompas. 2003. Soal Daya Saing Perekonomian; Indonesia
Hanya Unggul atas Afrika. Harian Kompas 18
November 2003.
Laporan Akhir
K0l!lpas. 2004. Cermin Sektor Riil セゥエ。N@
Tahun. Harian Kompas.29 Desember 2004,
halaman29.·
Setiawan, B. 2004. Paket Juli WTO, Kotak Pandora bagi
Negara Berkembang. Harian Kompas 26·
Agustus 2004 halaman 15.
50
ISSN:0853-8464 . AGRlMEDIA - Volwne 9, No.2 Desember 2004
PERTANIAN INDONESIA
TARGET
EKSPOR
DAN HAMBATAN SISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Pendahuluan
Dalam penyampaian rencana program kerja 2005-2009,
Departemen Pertanian menargetkan peningkatan ekspor
komoditas pertanian pada tahun 2009 nanti mencapai 9
milyar dolar Amerika Serikat. Sehubungan rencana program kerja ada beberapa yang menu rut penulis layak
dicermati, yakni: 1) Apakah target tersebut merupakan target yang realistis bila dikaji dari potensi ekspor komoditas
pertanian Indonesia yang ada? 2) Kendala-kendala apa
yang berpeluang menghambat tercapainya target tersebut?
3) Tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai target tersebut?
lawaban dari tiga pertanyaan besar di atas tidak
dikemukakan denganjelas oleh Deptan dalam penyampaian
rencana kerja mereka, yang disampaikan oleh Menteri
Pertanian dalam acara rapat kerja dengan Komisi IV DPR
RI dipenghujung bulan Nopember 20041alu. lawaban dari
tiga pertanyaan penting terse but menurut hemat penulis
adalah penting, tidak saja untuk menelaah kelayakan tar-
Oleh:
Andi lrawan \)
get ekspor yang ditetapkan pemerintah, tetapijuga sebagai
bahan masukkan untuk tindakan dan kebijakan apa yang
hams diambil agar target terse but tercapai.
Potensi Ekspor Komoditas Pertanian
Sebelum membahas potensi komoditas pertanian Indonesia apakah realistis mencapai target ekspor dari pemerintah
tersebut, terlebih dahulu perlu didefmisikan cakupan dari
I)
Pengamat Ekonomi Universitas Bengkulu
45
ISSN: 0853-8464
A GRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
ekspor komoditas pertanian yang dimaksud. Dengan
Dengan pertumbuhan rata-rata ekspor sebesar 9 persen
mempertimbangkan lingkup kerj a Deptan dan ketersediaan
tersebut diperkirakan target pemerintah akan tercapai pada
data, penulis membagi dalam tiga kelompok besar
tahun 2008 dengan nilai sebesar 9,1 milyar dolar AS.
komoditas ekspor pertanian sebagai berikut.
Melihat fenomena tersebut dapat dikatakan bahwa target
1) Ekspor Komoditas Primer Perkebunan
yang
merupakan jumlah dari nilai ekspor komoditas-
ekspor pemerintah relatif realistis dan dapat dijangkau oleh
potensi ekspor komoditas pertanian nasional.
komoditas karet, kopi, teh, rempah-rempah, tembakau,
dan biji coklat.
Kendala Pencapaian
2) Ekspor Produk Perkebunan Olahan yang merupakan
jumlah dari nilai ekspor produk karet olahan dan produk
Walaupunjika dilihat dari potensi ekspor nasional, target
minyak sawit (palm oil product)
ekspor pemerintah sudah dapat tercapai pada tahun 2008,
3) Ekspor komoditas sayur-sayuran, buah-buahan dan
tanaman lainnya.
tetapi ada beberapa kendala yang dapat menjadi faktor
penghambat pencapaian target di lapangan. Sejumlah
kendala itu dibagi dua kelompok besar, yakni kendala dari
Dari ketiga kelompok besar komoditas ekspor pertanian
sisi permintaan dan dari sisi penawaran.
tersebut, pertumbuhan yang tertinggi ada pada kelompok
komoditas perkebunan olahan (produk minyak sawit dan
Sisi Permintaan
bahan karet olahan), dimana nilai pertumbuhan ekspor ratarata kelompok komoditas di atas adalah 14 persen per
Ada beberapa kendala yang timbul dari sisi permintaan
tahunnya. Adapun secara keseluruhan pertumbuhan
yakni sebagai berikut:
ekspor komoditas pertanian adalah sebesar 9 persen (Tabel
1).
Tabel1. Nilai Ekspor Komoditas Pertanian dan Pertumbuhannya
Ekspor Komoditas
Perkebunan Primer
Tahun
Nilai (ribu
Dolar AS)
(1)
883400
1225500
1211100
1239953
1235872
1499225
1210379
1041488
816681
1097482
Pertumbuhan per tahun
Ekspor Komoditas Sayursayuran, Buah dan
Tanaman lainnya
Nilai (ribu
PertumbuPertumbuhan per tahun Dolar AS) han per tahun
(3)
0.07
326800
0.22
-0.43
0.37
185500
212600
0.14
0.39
214785
0.01
0.03
1.04
0.08
438813
0.62
-0.29
713042
-0.47
0.25
374987
-0.29
0.01
265904
0.13
-0.13
303083
-0.23
233344
0.59
0.07
0.14
Ekspor Komoditas
Perkebunan OIahan
Nilai (ribu
Dolar AS)
(2)
1535500
2109000
2938000
3051983
3299316
2333223
2931727
2989303
2571838
4109305
0.17
1993
1994
0.38
-0.011
1995
0.02
1996
1997
-0.003
1998
0.21
1999
-0.19
2000
-0.13
2001
-0.21
2002
0.34
Rata0.058
rata
Sumber: Diolah dari data time series CEIC 1993-2003
Total Ekspor Komoditas
Pertanian
Nilai (ribu
PertumbuDolar AS) han per tahUi
(1+2+3)
2745700
0.12
3520000
0.28
4361 700
0.23
4506721
0.03
4974001
0.10
4545490
-0.08
4517093
-0.006
4296695
-0.048
3691602
-0.14
5440131
0.47
0.09
46
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Pertama, Sepanjang periode 1993-2002 berdasarkan uji
Tidak signifikannya hubungan kausalitas antara nilai tukar
kausalitas Granger ditemukan bahwa variabel nilai tukar
efektif riil (real effective exchange rate), harga ekspor dan
riil efektif dan harga ekspor tidak signifikan pengaruhnya
belanja konsumsi dunia terhadap permintan komoditas
terhadap permintaan ekspor komoditas Indonesia (Irawan
ekspor Indonesia mengindikasikan yang menentukan
(2004). Sebagaimana yang diketahui daya kompetisi dari
permintaan ekspor Indonesia bukanlah dari sisi permintaan.
komoditas ekspor suatu negara dapat tercerminkan dari
nilai tukar efektif riil (real effective exchange rate) dan
harga ekspomya. Semakin tinggi depresiasi nilai tukar
efektif riil yang artinya semakin kompetitif nilai tukar,
semakin tinggi volume ekspor komoditas suatu negara.
Begitujugasemakin rendah harga ekspor komoditas ekspor
suatu negara maka permintaan terhadap komoditas
ekspomya juga akan semakin tinggi.
Kedua, aspek keamanan dari Negara tujuan ekspor utama
Indonesia khususnya Amerika Serikat (AS). Negara
terse but merupakan penyerap terbesar ekspor non migas
Indonesia yakni sebesar 16.01 persen dengan nilai ekspor
yang cukup tinggi. Contohnya pada bulan September 2002
- Oktober 2002 yang mencapai 65.1 an juta dolar (Iihat
TabeI3). Sebagai antisipasi terhadap ancaman serangan
teroris, AS telah melakukan kebijakan pengamanan di
Faktor lain yang juga penting dalam menentukan
bidang perdagangan. AS melalui institusi Bea Cukainya
permintaan komoditas ekspor adalah permintaan pasar
telah membentuk Container Security Initiative (CSI) untuk
dunia untuk ekspor Indonesia dimana didekati dengan
mencegah gangguan teroris melalui pengiriman peti kemas.
jumlah dari belanja konsumsi negara-negara mitra dagang
Untuk itu dilakukan peningkatan pemeriksaan peti kemas
penting Indonesia (AS, Jepang, Inggris, Australia,
dengan menggunakan alat yang memungkinkan identifikasi
Hongkong, dan Kanada). Uji kausalitas Granger (Irawan,
peti kemas dengan resiko tinggi yang ditempatkan di
2004) juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
sejumlah pelabuhan luar negeri.
kausalitas yang signifikan antara belanja konsumsi dunia
terhadap permintaan ekspor pertanian (lihat TabeI2).
Tabel2. Hubungan Kausalitas dari exchange rate ke Harga Ekspor dan Permintaan Komoditas Ekspor
Kausalitas
F-Statistic
Dari
Ke
Real effective Exchange Permintaan Ekspor
1.60489
rate
Komoditas Pertanian
Real effective Exchange Permintaan Ekspor Komoditas
1.54791
rate
Non Pertanian
Harga Ekspor Pertanian Permintaan Ekspor Komoditas
0.59482
Pertanian
Harga Ekspor non
Permintaan Ekspor
0.81478
Pertanian
Komoditas Non
Pertanian
Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor
0.53657
(AS, Jepang, Inggris,
Komoditas Pertanian
Australia, Hongkong, dan
Kanada)
Belanja Konsumsi Dunia Permintaan Ekspor non
1.65178
(AS, Jepang, Inggris,
Komoditas Pertanian
Australia, Hongkong, dan
Kanada)
Probability
Keterangan
0.20550
Tidakada
0.21721
Tidak ada
0.55340
Tidakada
0.44535
Tidak ada
0.58623
Tidak ada
0.44695
Tidak ada
Sumber: Irawan (2004)
47
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Tabel 3. Ekspor non Migas Indonesia menurut Negara Tujuan Januari - Oktober 2001 dan 2002
544.3
410.0
584.5
156.9
101.3
105.0
189.8
88.7
197.6
237fU
609.4
470.4
619.2
173.2
99.9
100.3
184.4
75.4
136.4
2468.6
6361.9
4002.9
5 773.1
1449.2
764.8
1 119.7
1 328.7
1022.2
1 235.5
23058.0
6076
4021.7
5325.9
1 585.7
919.9
I 052.9
1 795.2
945.5
1462.8
23 185.6
Perubahan
Oktober thd
September
2002 (Juta
Dolar AS)
65.1
60.4
34.7
16.3
-1.4
-4.7
-5.4
-13.3
-61.2
90.5
1656.1
4034.2
1 713.4
4 182.0
14199.7
37257.7
14774.3
37959.9
57.3
147.8
Nilai FOB (Juta Dolar Amerika Serikat)
Negara Tujuan
Ekspor
Amerika Serikat
Singapura
Jepang
Malaysia
Australia
Jerman
Cina
Taiwan
Korea Selatan
Total 9 negara
Tujuan
Lainnya
Total Non Migas
September
2002
Oktober
2002
Jan-Okt
2002
Jan-Okt
2002
% Peran thd
Total Non
Migas JanOkt 2002
16.01
10.60
14.03
4.18
2.42
2.77
4.73
2.49
3.85
61.08
38.92
100.00
.Sumber: Badan Pusat Statistik (daJam Kompas 11 Nopember 2002)
Akibatnya, mulai tanggal 5 Desember 2002 yang lalu
berikut (Basri (2003) dan Harian Kompas 18 Nopember
aktivitas ekspor mendapat tambahan biaya dalam bentuk
2003):
war risk surcharge untuk semua kargo yang diekspor
dari Indonesia ke AS dan Eropa. Selain tarifpeti kemas
1.
Peringkat Indeks Growth competitiveness Indonesia
perusahaan asuransi juga menaikkan premi asuransi
diantara 80 negara yang diobservasi pada tahun 2001
dengan alasan keamanan (war risk). Premi asuransi di
berada pada posisi 62 dan memburuk menjadi posisi
atas naik sebesar 15 persen. Komite Resiko Perang (War
ke 67 pada tahun 2002 dan merosot lagi menjadi
Risk Committee) juga telah memutuskan Indonesia masuk
peringkat 72 dari 102negara pada tahun 2003.
dalam daftar dikenakan tambahan premi karena adanya
Komponen yang cukup baik untuk Indonesia dari
kasus Born Bali. Kebijakan peningkatan pengamanan di.
Indeks Growth
atas menimbulkan biaya tambahan yang dibebankan
lingkungan mikro ekonomi yaitu di peringkat ke 53. Di
kepada eksportir Indonesia, yang selanjutnya
lian pihak, yang terburuk adalah indeks institusi publik
meningkatkan harga ekspor produk Indonesia menjadi
pada peringkat 77 atau terburuk ke empat pada tahun
lebih tinggi sehingga menurunkan daya saing di pasar
2002. Posisi di atas hanya lebih baik dari Nigeria,
Amerika Serikat.
Bangladesh, dan Haiti. Ini menunjukkan semakin
セッュー・エゥカョウ@
adalah indeks
memburuknya institusi publik. Hal ini juga menjadi
Sisi Penawaran
faktor penjelas penting tentang sumber ekonomi biaya
tinggi yang sering dialami para pelaku ekonomi yang
Sejumlah fakta empiris tentang semakin lemahnya daya
selanjutnya akan menjadi kendala dalam upaya
saing Indonesia dalam perekonomian intemasional dari
menciptakan
sisi penawaran yang dapat menjadi faktor penting
perekonomian intemasional.
daya
saing
penghambat kinerja ekspor Indonesia adalah sebagai
48
ISSN:0853-8464
AGRIMEDIA - Vollll18 9, No.2 Desember 2004
Indonesia dalam
2.
Sementara itu peringkat indeks micro-economic com-
29 Desember 2004 Cina memiliki fasilitas jalan tol 92 kilo-
petitiveness Indonesia pada tahun 2001 berada pada
meter per 1 juta penduduk sedangkan Indonesia hanya 2.5
posisi 59 dan memburuk menjadi peringkat 64 di tahun
km per 1 juta penduduk.
2002. Posisi Indonesia ini lebih buruk diantara negaranegara sekawasan seperti Taiwan, Korea Selatan,
Selama ini kita mungkin berpandangan tentang postulat
Jepang, Hongkong, Singapura Vietnam, Pilip ina, In-
pemasaran "demand create own supply" adalah suatu
dia, Cina, Thailand, dan Malaysia. Peringkat indeks
keniscayaan, sehingga kebijakan-kebijakan yang lahir baik
micro-economic competitiveness Indonesia ini
berupa deregulasi ataupun Iiberalisasi diasumsikan akan
meliputi kualitas Iingkungan bisnis pada peringkat 55,
serta merta meningkatkan kinerja ekspor. Tetapi temyata
serta strategi dan operasional perusahaan pada
hampir selama dlla dekade Indonesia melakukan deregulasi
peringkat ke 65.
dan Iiberalisasi pasar yang all out, pangsa pasar ekspor
Indonesia di dunia hanya 0.84%. Bandingkan dengan Cina
3.
Peringkat Indeks teknologi yang rendah yakni
(5.88%) atau dengan Malaysia (1.33%) (lihat Setiawan,
peringkat 78 dari 102 negara pada tahun 2003 konsisten,
2004), padahal kedua negara tersebut tergolong yang
juga dengan rendahnya pertumbuhan faktor
berhati-hati dan ''pilih-pilih'' dalam meliberalisasi pasarnya.
produktivitas (TFP) di Indonesia. Selama periode
1960-1994, Indonesia memiliki pertumbuhan TFP pal-
Belajar dari negara letangga khususnya Cina terse but yang
ing rendah kedua setelah Pilip ina di Asia Timur dan
perlu dibenahi terlebih dulu oleh pemerintah untuk memacu
Tenggara. Adapun peri ode 1975-1990 bahkan
daya saing di dunia internasional adalah dari sisi internal
menunjukkim TFP Indonesia adalah yang paling
domestik (sisi penawaran) dengan cara: I) mengeksiskan
rendah.
birokrasi negara yang berbiaya transaksi rendah serta
hanya punya satu vested interest yaitu sebagai pelayan
Langkah ke Depan
publik, serta memiliki kapasitas adrnnistrasi yang tinggi
dalam manajemen publik. Ini adalah faktor utama yang
Penulis ingin mengajak kita semua untuk belajar dari
diperlukan untuk menghilangkan biaya ekonomi tinggi
kampiun bam ekonomi dunia yakni Cina. Sangat menarik
yang menyebabkan para pelaku ekonomi tidak nyaman
ketika dicermati bagaimana negara ini tidak tergesa-gesa
berusaha di Indonesia.
masuk ke dalam perdagangan bebas dunia dengan menjadi
anggota WTO. Cina mempersiapkan dirinya secara inter-
2) Membenahi dan meningkatkan ketersediaan fasilitas
nal dengan membenahi institusi dengan cara membersihkan
infrastruktur sepertijalan, komunikasi, Iistrik dan air adalah
kerak-karat rent seeker (koruptor) yang menumpangi
juga merupakan suatu keniscayaan, tidak ada negara di
institusi publik mereka dengan tindakan hukum keras
dunia yang berjaya memiliki pangsa ekspor dunia yang
terhadap para koruptor. Cina juga membenahi fasilitas
siknifikan tanpa mau berinvestasi dalam pembangunan
infrastruktur yang akan mendukung aktivitas ekonomi
fasilitas infrastruktur yang sikniftkan pula. Jerman, AS,
mereka sehingga mereka memiliki infrastruktur yang
Jepang, Cina dan Perancis, sebagai 5 (lima) besar negara
memadai untuk mendukung aktivitas ekonomi, ambil
dengan pangsa ekspor terbesar dunia telah membuktikan
sebagai perbandingan berdasarkan data Harian Kompas
hal tersebut.
49
ISSN: 0853-8464
A GRiMEDIA - Volume 9, No.2 Desember 2004
Menurut hemat penulis dua hal di atas haruslah berhasil
diwujudkan oleh pemerintah sekarang untuk meningkatkan
ekspor komoditas pertanian kita, tentu saja ada faktor
utama lain yang penting dari sisi penawaran yang telah
taken for granted harus tersedia,yakni keamanan. Dari
uraian di atas penulis ingin mengatakan bahwa pencapaian
target ekspor komoditas pertanian yang telah dikemukakan
oleh Mentan dalam rakernya dengan Komisi IV DPR RI
sebenarnya otomatis akan tercapai jika kabinet presiden
SBY berhasil mengatasi kendala-kendala peningkatan
ekspor khususnya dari sisi penawaran.
Daftar Pus taka
Basri, F. 2003. Daya Saing Kita yang Kian Rapuh. Harian
Kompas 26 Mei 2003
Basri,
M.e. 2003.
Ekspor Manufaktur Indoensia dan
Hambatan Sisi Penawaran. Harian Kompas 31
Juli2003halaman 15.
Irawan, A. 2004. Analisis Keterkaitan Ekonomi Makro,
Perdagangan Internasional dan
Pertanian di
Indonesia: Aplikasi Vector Error Correction
Model. Disertasi Doktor. Program Studi Ilmu
Ekonomi Pertanian Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Kompas. 2002. Faktor Eksternal Makin Lemahkan Daya
Saing Produk Ekspor. Harian Kompas, 11
November 2002. Halaman 13.
Kompas. 2003. Soal Daya Saing Perekonomian; Indonesia
Hanya Unggul atas Afrika. Harian Kompas 18
November 2003.
Laporan Akhir
K0l!lpas. 2004. Cermin Sektor Riil セゥエ。N@
Tahun. Harian Kompas.29 Desember 2004,
halaman29.·
Setiawan, B. 2004. Paket Juli WTO, Kotak Pandora bagi
Negara Berkembang. Harian Kompas 26·
Agustus 2004 halaman 15.
50
ISSN:0853-8464 . AGRlMEDIA - Volwne 9, No.2 Desember 2004