Orkhidopeksi trans-skrotal Laparoskopi diagnostik

Tata Laksana Bedah pada Undescended Testis Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta 71 Beberapa manuver khusus dapat dilakukan jika funikulus masih pendek dan testis belum bisa diturunkan ke dalam skrotum. Setelah cukup panjang, dibuatkan tempat untuk testis pada daerah subdartos di bagian anterior skrotum. Testis dibawa ke skrotum dan difiksasi. Funikulus diobservasi untuk memastikan tidak terpuntir ataupun terlalu tegang. 1,3,5 Pasien umumnya dirawat satu hari untuk observasi, walaupun pasca prosedur ini pasien bisa juga menjalani rawat jalan. Pasien dianjurkan untuk kembali 3-6 bulan pasca-operasi untuk evaluasi posisi dan ukuran testis yang diturunkan. Pada saat pubertas juga dianjurkan untuk control kembali guna mengevaluasi perkembangan testis dan mengajarkan pemeriksaan testis secara mandiri. 1,5

b. Orkhidopeksi trans-skrotal

Pendekatan ini tidak banyak dilakukan karena lebih terbatas namun cukup ideal pada testis yang terletak di proksimal skrotum high scrotum ataupun ektopik testis. Insisi dilakukan pada skrotum. Jika tampak adanya gubernakulum yang ektopik, dilakukan ligasi dan dipotong. Vas deferens perlu diidentifikasi dan prosesus vaginalis dinilai apakah terbuka atau sudah tertutup. Jika dijumpai adanya kantung hernia, diperlukan insisi di inguinal untuk melakukan herniotomi. 1,3 Pembedahan pada UDT yang tidak teraba Pembedahan pada testis yang tidak teraba mempunyai beberapa tujuan yaitu: y Memastikan keberadaan testis diagnostik y Melakukan reposisi testis ke skrotum orkhidopeksi y Membuang testis orkhidektomi jika testis tidak berkembang agenesis. Cara paling baik untuk tata laksana testis yang tidak teraba adalah dengan melakukan laparoskopi. Dengan laparoskopi, tujuan diagnostik, terapeutik orkhidopeksi, ataupun pengangkatan testis orkhidektomi, dapat dilakukan dalam waktu yang sama, kecuali pada kasus funikulus spermatikus yang terlalu pendek sehingga memerlukan tindakan penurunan testis yang bertahap. Kontraindikasi tindakan laparoskopi meliputi riwayat operasi abdomen sebelumnya yang berkaitan dengan kemungkinan adanya adhesi. 1-5

a. Laparoskopi diagnostik

Diagnosis testis yang tidak teraba sangat baik dilakukan dengan laparoskopi, karena dengan laparoskopi ada tidaknya testis dan lokasinya bisa dipastikan. Kemungkinan yang bisa jumpai saat laparoskopi adalah: 1-5 y Tampak testis intra-abdomen pada 37 kasus y Testis yang terletak di dalam kanalis inguinalis namun dapat terlihat jika Buku PKB IDAI Jaya XI.indb 71 492014 9:07:06 AM Irfan Wahyudi 72 Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XI kita melakukan penekanan kanalis peeping testis pada 11,2 kasus y Pembuluh spermatika interna yang buntu tidak dijumpai testis vanishing testis pada 9,8 kasus. Kondisi ini diduga terjadi akibat kejadian torsio testis intrauterin. y Tampak pembuluh spermatika interna dan vas deferens yang masuk ke kanalis inguinalis yang menandakan kemungkinan testis terdapat di inguinal pada 40 kasus. Kemungkinan testis djumpai di inguinal lebih besar jika pada laparoskopi tampak prosesus vaginalis terbuka. Jika testis dijumpai terletak intra-abdomen, perlu diukur jarak antara posisi testis dan anulus internus. Jika testis terletak lebih dari 1-2 cm di atas anulus internus, kemungkinan terdapat kesulitan untuk menurunkan testis ke skrotum, kecuali bila dilakukan ligasi dan pemotongan pembuluh spermatika interna. 1,2 Tes kadar human chorionic gonadotropine hCG praoperasi diperlukan pada kasus testis yang tidak teraba bilateral. Jika terjadi peningkatan kadar testosteron yang signifikan setelah pemberian hCG, kemungkinan adanya testis sangat besar dan perlu dicari. Jika setelah pemberian hCG, kadar testosteron tidak mengalami peningkatan, kemungkinan adanya atrofi testis atau vanishing testis cukup besar. Pada kasus UDT tidak teraba yang disertai hipospadia ataupun kecurigaan adanya disorders of sex development DSD, kemungkinan adanya temuan gonad yang bukan testis cukup besar dan perlu dilakukan biopsi gonad intraoperasi. Hal ini sebaiknya perlu dijelaskan kepada orang tua sebelum prosedur. Evaluasi endokrin dan genetik juga diperlukan pada kasus-kasus semacam ini. 2

b. Laparoskopi terapeutik