NILAI WILAYAH KEPADA AHLULBAIT AS.

38 ⌂ SYI’AH AHLULBAIT AS. ⌂⌂⌂

Perumpamaan Ahlulbait as. dalam cinta tak ubahnya orang tua yang mencintai anaknya, dan seyogyanya si anak menjaga statusnya sebagai orang yang layak mendapatkan cinta orang tua dengan budi pekerti yang mulia, dan dia tidak melakukan perbuatan seperti durhaka yang menye- babkan mereka berdua mencabut cinta itu dari hatinya.

Musuh Syi’ah adalah Musuh Ahlulbait dan Cinta Syi’ah adalah Cinta Ahlulbait

Cinta dan benci adalah dua perkara yang berelasi secara imbal balik. Maka dari itu, tidak ada cinta bagi satu pihak pada pihak yang lain kecuali pihak kedua ini memiliki cinta yang seimbang dengan cinta yang dimiliki pihak pertama itu.

Begitu pula pembelaan dan perlawanan adalah dua per- kara yang juga bersifat imbal balik. Yakni, sebagaimana kita menentang musuh Ahlulbait as. dan membenci mereka serta mendukung pecinta Ahlulbait as. dan mencintai mereka, begitupula Ahlulbait as. menentang orang yang memusuhi Syi’ah mereka dan membela orang yang mencintai Syi’ah mereka.

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Najran: “Aku mendengar Abul Hasan as. selalu berkata: “Barangsiapa memusuhi Syi’ah kami maka telah memusuhi kami, dan barangsiapa mendukung mereka maka dia telah mendukung kami, karena Syi’ah kami adalah dari kami; mereka diciptakan dari tanah kami. Barangsiapa mencintai mereka maka dia juga dari kami, dan barangsiapa membenci mereka maka dia bukanlah dari kami. Syi’ah kami melihat dengan cahaya Allah swt., mereka bergelimang dalam rahmat-Nya dan

menjadi pemenang dengan kemuliaan- Nya”. 1

1. Ibid: 68/168.

NILAI WILAYAH KEPADA AHLULBAIT AS. ⌂ 39

Diriwayatkan pula 1 bahwa Abul Hasan as. berkata: “Ba- rang siapa memusuhi Syi ’ah kami maka dia telah memusuhi kami, dan barang siapa yang mendukung mereka maka dia telah mendukung kami, karena mereka dari kami, mereka diciptakan dari tanah kami. Barang siapa mencintai mereka berarti dia dari kami, dan barang siapa membenci mereka berarti dia bukan dari kami. Syi’ah kami melihat dengan cahaya Allah swt., mereka bergelimang dalam rahmat Allah dan menjadi pemenang dengan kemuliaan-Nya.

“Tak seorang pun dari Syi’ah kami yang sakit melainkan kami juga sakit karena dia, tak ada seorang pun dari Syi’ah kita yang bersedih melainkan kami juga berduka karena dia, tak ada seorang pun dari Syi’ah kami yang gembira mela- inkan kami pun bergembira karena dia, dan tak ada seorang pun dari Syi’ah kami yang meninggal dunia di manapun dia berada, di timur bumi maupun di barat, dan dia masih berhutang kepada orang lain melainkan hutangnya menjadi tanggungan kami, dan jika dia meninggalkan kekayaan maka kekayaan itu untuk para pewarisnya.

“Syi’ah kami adalah orang-orang yang menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, ber- puasa di bulan Ramadhan, membela Ahlulbait as. dan menentang musuh-musuh mereka. Syi’ah kami adalah mereka yang kuat iman, takwa, dan warak.

“Barang siapa menolak mereka berarti menolak Allah swt., dan barang siapa memfitnah mereka dia telah mem- fitnah Allah swt., karena mereka adalah hamba-hamba Allah yang sebenarnya, mereka adalah wali-wali Allah yang sejujurnya. Demi Allah! Tiap-tiap mereka memberi syafaat kepada sekian penduduk suku Rabi’ah dan Madhar (baca: banyak sekali), maka Allah menerima mereka sebagai pem-

1. Ibid: 68/168 dinukil dari Shifatus Syi’ah: hal. 163.

40 ⌂ SYI’AH AHLULBAIT AS. ⌂⌂⌂

beri syafaat karena kedudukan mereka yang mulia di sisi- Nya ”.

Imbal Balik Hak-hak antara Ahlulbait as. dan Syi’ah Ahlulbait as. dan Syi’ah tidak hanya berimbal balik untuk

membela mereka dan pecinta mereka. Selain dalam keben- cian dan penentangan terhadap musuh, di antara Ahlulbait as. dan Syi’ah juga terdapat imbal balik dalam hak. Yakni, sebagaimana Ahlulbait as. menanggung hak-hak yang harus mereka penuhi untuk Syi’ah seperti memberi petunjuk dan jalan yang benar menuju Allah swt., penhajaran hudud atau undang-undang Allah, ibadah kepada Allah … Begitu pula Syi’ah menanggung hak-hak yang harus mereka penuhi untuk Ahlulbait as.

Abu Qatadah meriwayatkan dari Abu Abdillah Imam Ja’far as. berkata: “Hak-hak Syi’ah kami yang harus kami

penuhi lebih wajib dari hak-hak kami yang harus mereka penuhi ”.

“Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far as.: ‘Bagaimana demikian itu terjadi, wahai putera Rasulullah saw.? ’ Beliau menjawab: ‘Ya, karena mereka menimpa kita sementara kita tidak menimpa mereka ’”. 1 []

1. Ibid: 68/24, diriwayatkan dari Amali Syaikh Thusi: 1/363.