Pandangan Jamaah Tabglih dan Salafi Terhadap Monarki

Pandangan Jamaah Tabglih dan Salafi Terhadap Monarki

Dalam memandang sistem pemerintahan monarki, Jamaah Tabligh juga tidaklah mem- permasalahkan sistem pemerintahan seba- gaimana yang dipraktikkan oleh beberapa negara Islam seperti Brunnei Darussalam dan Arab Saudi. Artinya dalam sistem politik ba- gaimanapun, Jamaah Tabligh tetap menerima situasi politik tersebut, karena perjuangan yang dilakukan bukan merubah pemerintah dengan kekuatan politik, tetapi memperbaiki sistem politik melalui perbaikan umat Islam itu sendiri.

Pandangan tersebut berbeda dengan pandangan Salafi, dalam memandang sistem

pemerintahan yang monarki seperti yang dip- raktikkan oleh beberapa negara Islam misa- lya Arab Saudi. Salafi melihat bahwa sistem pemerintahan monarki ataupun berbentuk kerjaaan tidaklah bertentangan dengan Islam, karena sistem pemerintahan ini pernah dip-

Pandangan Jamaah Tabligh dan Sala i terhadap Khilafah

raktikkan oleh para sahabat Nabi Muhammad Penutup

SAW, tabi’in dan tabi’ tabi’in, sehingga jika Salafi dan Jamaah Tabligh adalah dua gerakan ada negara Islam yang mempraktikkan sistem

agama Islam yang mempunyai tujuan yang seperti ini pada masa sekarang maka ia da-

sama yaitu memperbaiki ketauhidan umat Is- pat diterima dan tidak menjadi satu masalah

lam dan memilih jalur dakwah sebagai jalan menurut hukum Islam.

perjuangan mereka. Namun sisi yang sama Jika dilihat dalam konteks sejarah pemer-

tersebut ada banyak perbedaan antara keduan- intahan Islam, sistem monarki pertama sekali

ya, salah satunya adalah ketika memandang dipraktikkan oleh Muawiyah bin Abi Su-

sistem pemerintahan. Dalam memandang fyan yang mulai memerintah sejak tahun 661

sistem pemerintahan Khilafah, keduanya Masehi. Setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib,

tidak ada perbedaan dan menganggap bahwa umat Islam saat itu mengangkat Hasan bin Ali

sistem tersebut adalah karunia Tuhan, namun untuk menjadi khalifah. Namun konflik antara memandang sistem pemerintahan demokrasi

umat Islam yang saat itu sepertinya sulit un- dan monarki terdapat perbedaan antara ked-

tuk diselesaikan, akhirnya Hasan bin Ali lebih

uanya.

memilih melepaskan jabatannya ke Muawi- Jamaah Tabligh lebih memilih untuk

yah yang dianggapnys sebagai solusi terbaik pragmatis dan menyesuaikan diri dari segala

menyelesaikan persoalan politik yang melan- situasi politik. Sikap ini dibangun dengan

da umat Islam selepas kematian Khalifah Ali. cara tidak memberikan larangan secara tegas

Sejak saat itu, Muawiyah mulai memberlaku- kepada para jamaah untuk tidak ikut terlibat

kan sistem pemerintahan monarki. Menjelang dalam sistem apapun baik itu monarki mau-

akhir kekuasaannya Muawiyah kemudian pun demokrasi termasuklah dalam pemilihan

menunjukan anaknya Yazid menjadi Khalifah umum. Hal ini berbeda dengan Salafi yang te- berikutnya dan begitu juga dengan Yazid yang

gas melarang anggotanya untuk terlibat dalam digantikan oleh anaknya.

sistem politik khususnya ikut dalam mensuk- Selama memerintah Muawiyah terke-

seskan demokrasi, karena sistem ini dianggap nal dengan pemimpin yang baik dan mampu

mempersatukan umat Islam. Pada masa ini

bat Nabi Muhammad SAW, di mana beliau hidup

juga beliau berhasil memperluas wilayah

di zaman Nabi dan empat Khulafaur Rasyidin

kekuasaan umat Islam walaupun memerintah

(Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali). Muawiyah

tidak sampai satu dekade. Keberhasilan beliau

lahir pada tahun 600 M, kurang lebih ketika Usia Nabi Muhammad 30 tahun. Beliau kemudian

dengan sistem monarki ini menunjukkan bah-

mengangkat anaknya menjadi Khalifah, pada

wa sistem politik apapun jika dipimpin oleh

masa Yazid ini umat Islam terjadi perpecahan,

orang-orang yang baik maka akan membentuk

Husein, anaknya Ali bin Abi Thalib dibunuh

sebuah pemerintahan yang baik pula. Namun

oleh anak buah Abdullah bin Zubair. Setelah ter-

keberhasilan Muawiyah menyatukan umat Is-

bunuhnya Husein, konflik semakin membesar dengan penduduk Madinah khususnya sehingga

lam ternyata tidak diikuti pada zaman anaknya

akhirnya Yazid mengirim pasukan untuk menye-

memerintah, di mana banyak sekali pergola-

lesaikan persoalan tersebut, tetapi pembunuhan

kan politik dengan umat Islam termasuklah

dan penodaan terjadi di Madinah. Ketika Yazid

pada peristiwa Karbala yang mengakibatkan

meninggal dunia persoalan Madinah belum terbenuhnya cucu Ali bin Abi Thalib. 39 terselesaikan. Kekhalifaan saat itu digantikan

oleh anaknya yang bernama Muawiyah bin Yazid 39 Muawiyah dianggap sebagai salah seorang saha-

yang memerintah hanya kurang lebih 6 bulan.

Al-Risalah

Vol. 15, No. 2, Desember 2015

Haris Mubarak dan Abdul Razak memiliki banyak kelemahan dan bukan yang Farish A Noor, Islam on the Move: the Ta-

datang dari Islam. Ketika orang-orang Islam blighi Jama’at in Southeast Asia, Amster- yang berjuang melalui saluran politik ini ter-

dam: Amsterdam University Pers, 2012. masuklah melalui partai politik Islam, maka Haris Mahdi,” Interaksi Sosial Jamaah Ta- sudah pasti perjuangan tersebut melanggar

bligh di Kota Malang: Studi Tentang In- ketentuan Islam. Namun sikap tegas ini akan

teraksi Sosial Jamaah Tabligh di Masjid berubah jika situasi politik tidak menguntung-

Pelma dan Ponpes Jami’urrahma Ma- kan umat Islam. Pandangan ini berbeda ketika

lang, El-QUDWAH, 2012 atau dapat di- melihat sistem pemerintahan monarki, sistem

lihat di http://www.moraref.or.id/record/ ini masih dapat diterima, karena pernah dip-

view/26594).

raktikkan pada masa sahabat dan generasi Jan A. Ali, “Tabligh Jam‘at: A transnational berikutnya.

movement of Islamic faith regeneration”, Dengan demikian, perbedaan yang

European Journal of Economic and Po- menonjol dari kedua gerakan Islam ini ter-

litical Studies, 2010.

letak pada politik dakwah mereka, di mana Muhammad Ali C, “Strategi Dakwah Salafi Jamaah Tablih lebih cenderung untuk ber-

di Indonesia”, Jurnal Dakwah, 2013, adaptasi, sedangkan Salafi cenderung untuk

XIV(1): 1-25.

melihat situasi. Roswati Nurdin,”Perspektif Salafi dan Jamaah Tabgligh terhadap Peringatan Maulid

Bibliography

Nabi Muhammad SAW (Studi Kasus di Desa Batu Merah Ambon”, Jurnal Fikra-

Abdul Qadir Jawaz, Buku Mulia Manhaj tuna, 2015, 7(1): 198-211. Salaf, Bogor : Pustaka At-Taqwa, 2008 Rusli, “Indonesian Salafism and Jihad and Arif Rahmanul Hakim,”Pandangan Salafi Suicide Bombing”, Journal of Indone- Raudhlatul Amin Desa Ketapang Jaya sian Islam, 2014, 8(01): 93. Terhadap Pemilihan Umum di Kabupaten Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuan- Sampang”, Jurnal Review Politik, 2014, titatif dan R & D, Bandung : Alfabeta, 04(1): 1-29.

2010.

Dahl, R, Polyarchy: Participation and Op- Wiktorowicz, Q,”Anatomy of Salafi Move-

position, New Haven: Yale University ment”, Studies in Conflict & Terrorism, Press, 1971.

2006, hlm. 207.

Din Wahid, Nurturing The Salafi Manhaj:A Yusron, 2008 dalam, Edi Amin, “Dakwah Study of Salafi Pesantrens In Contem- Rahmatan Lil- Alamin : Jamaah Tabligh porary Indonesia, Disertasi Universitas di Kota Jambi”, Jurnal Komunikasi Is- Utrech, 2014a

lam, 2012, 2(01).

Din Wahid, ”Pentas Jihad Gerakan Salafi Zainal Arifin, “Kepemimpinan Kiai Dalam Radikal Indonesia” book review, Studia Ideologisasi Pemikiran Santri Di Pesant- Islamika, 2007, Vol.14(02): 341-362. ren-Pesantren Salafiyah Mlangi Yogya- Din Wahid,”The Challenge of Democracy in karta” Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Indonesia: The Case Salafi Movement”, Keagamaan, 2015, Vol. 9(2). Islamika Indonesianna, 2014b, 1(1): 59-

74.

256

Vol. 15, No. 2, Desember 2015 Al-Risalah