masih tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau diganti berdasarkan PP No. 24 Tahun 1997.
Hasil dari proses pendaftaran tanah tersebut, kepada para pemegang hak atas tanah yang didaftar diberikan surat tanda bukti hak
yang disebut dengan “Sertifikat”. Sertifikat menurut PP No. 24 Tahun 1997 adalah satu lembar dokumen surat tanda bukti hak yang memuat data
yuridis dan data fisik objek yang didaftar, untuk hak masing-masing sudah dibukukan dalam Buku tanah. Data yuridis diambil dari Buku tanah,
sedangkan data fisik diambil dari surat ukur. Dengan
dipergunakannya sistem
publikasi negatif
yang mengandung unsur positif dalam kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia,
maka surat tanda bukti hak sertifikat berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Seperti dinyatakan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c, Pasal 23
ayat 2, Pasal 32 ayat 2 dan Pasal 38 ayat 2 UUPA. Artinya, bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang
tercantum di dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik melakukan perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam perkara di
Pengadilan.
2. Tujuan dan Asas-Asas Pendaftaran Tanah
a. Tujuan Pendaftaran Tanah Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA, bahwa
diselenggamkannya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin
kepastian hukum rechtskadaster legal cadastre. Secara lebih rinci tujuan pendaftaran tanah diuraikan dalam Pasal 3 PP No. 24 tahun
1997 sebagai berikut:
43
1 Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan
rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan.
2 Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk pemerintah, agar dengan mudah
dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang dan satuan-
satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
3 Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan. Terselenggarakannya
pendaftaran tanah
secara baik
merupakan dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan.
Menurut Sir Charles Fortescue-Brickdate menyatakan terdapat 6 enam hal yang harus digabungkan dalam pendaftaran tanah tersebut,
yaitu :
44
1 security, bertolak dari kemantapan sistem sehingga seseorang akan merasa aman atas hak tersebut baik karena
membeli tanah tersebut ataupun mengikatkan tanah tersebut untuk suatu jaminan atas utang;
2 simplicity, sederhana sehingga setiap orang dapat mengerti; 3 accuracy, bahwa terdapat ketelitian dari sistem pendaftaran
tersebut secara lebih efektif;
4 expedition, artinya dapat dilakukan secara lancar dan segera sehingga menghindari tidak jelas yang bisa berakibat berlarut-
larut dalam pendaftaran tanah tersebut;
5 cheapness, yaitu agar biaya tersebut dapat semurah
mungkin;
6 suitability to circumstances, yaitu akan tetap berharga baik sekarang maupun kelak di kemudian hari pendaftaran
tersebut;
43
Boedi Harsono, Op. Cit., hlm. 457.
44
Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, hlm. 10.
7 completeness of the record, terdiri atas:
a perekaman tersebut harus lengkap lebih-lebih lagi masih
ada tanah-tanah yang belum terdaftar;
b demikian pula pendaftaran dari setup tanah tertentu
dengan berdasarkan keadaan pada waktu didaftarkan.
b. Asas-Asas Pendaftaran Tanah Adapun yang dimaksud dengan asas-asas pendaftaran tanah
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 PP Nomor 24 tahun 1997 adalah : 1 Asas Sederhana dimaksudkan, agar ketentuan-ketentuan pokoknya
maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak- pihak yang berkepentingan, terutama pemegang hak atas tanah;
2 Asas Aman, bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat memberi jaminan
kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri; 3 Asas Terjangkau, untuk ketedangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan pendaftaran
tanah harus bisa tedangkau oleh pihak yang memerlukan; 4 Asas Mutakhir, kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya
dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Asas yang
mutakhir ini menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan, sehingga data yang
tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan
nyata di lapangan; 5 Asas Terbuka, bahwa masyarakat dapat memperoleh keterangan
mengenai data yang benar setiap saat.
3. Objek Pendaftaran Tanah