Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Asal Tongkoh.

ABSTRACT

The aims of research was to studied about the application effect of basic
slag to P-available and growth of corn (Zea mays L.) in Andisol Tongkoh. The
experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility
laboratory Faculty of Agriculture, North Sumatera University. It was arranged in
randomized complete designed non factorial with factor are basic slag consist of
five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50),
4. (75), and 5. (100) with two replication. The result showed that the effect
application of basic slag after 60 days incubation indicated very significant on soil
pH but indicated not significant on P-available and P retention. The end vegetative
effect of basic slag indicated very significant on soil pH, P-available, dry weight
of plant and P-plant uptake and indicated significant on dry root of plant but not
significant on P retention.

Keywords: basic slag, P-available, P-plant uptake and Andisol.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian terak baja
terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol
asal Tongkoh. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia
dan kesuburan tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan
yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Non
Faktorial dengan faktor perlakuannya adalah terak baja (T) yang terdiri dari
5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), dan 5. (100)
dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terak baja setelah
inkubasi selama 60 hari berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap P-tersedia dan retensi P. Pada akhir vegetatif
pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah, P-tersedia,
bobot kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata
terhadap bobot kering akar tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
retensi P.

Kata kunci: terak baja, P-tersedia, serapan P tanaman dan Andisol.

Universitas Sumatera Utara

EFEK PEMBERIAN TERAK BAJA TERHADAP P-TERSEDIA

DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
PADA ANDISOL ASAL TONGKOH

SKRIPSI

Oleh :
ANDRIFAN DWI PRABOWO
060303011
ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

EFEK PEMBERIAN TERAK BAJA TERHADAP P-TERSEDIA
DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PADA ANDISOL ASAL TONGKOH

SKRIPSI

Oleh :
ANDRIFAN DWI PRABOWO
060303011
ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi

: Efek Pemberian Terak Baja Terhadap P-Tersedia
dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)
pada Andisol Asal Tongkoh

Nama

: Andrifan Dwi Prabowo

NIM

: 060303011

Departemen

: Ilmu Tanah

Minat Studi


: Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

Ketua

( Ir. M.M.B. Damanik, MSc.)
NIP : 19520725 197603 1 001

Anggota

(__Ir. Bintang Sitorus, MP.__)
NIP : 19600703 198601 2 001

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT


The aims of research was to studied about the application effect of basic
slag to P-available and growth of corn (Zea mays L.) in Andisol Tongkoh. The
experiment was conducted in a greenhouse and chemistry and soil fertility
laboratory Faculty of Agriculture, North Sumatera University. It was arranged in
randomized complete designed non factorial with factor are basic slag consist of
five dosage level (g/5 kg dry oven soil weight): 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50),
4. (75), and 5. (100) with two replication. The result showed that the effect
application of basic slag after 60 days incubation indicated very significant on soil
pH but indicated not significant on P-available and P retention. The end vegetative
effect of basic slag indicated very significant on soil pH, P-available, dry weight
of plant and P-plant uptake and indicated significant on dry root of plant but not
significant on P retention.

Keywords: basic slag, P-available, P-plant uptake and Andisol.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian terak baja

terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol
asal Tongkoh. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca serta di laboratorium kimia
dan kesuburan tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Rancangan
yang digunakan pada penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap Non
Faktorial dengan faktor perlakuannya adalah terak baja (T) yang terdiri dari
5 taraf dosis (g/5kg BTKO) : 1. T0 (0), 2. T1 (25), 3. T2 (50), 4. (75), dan 5. (100)
dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian terak baja setelah
inkubasi selama 60 hari berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah tetapi tidak
berpengaruh nyata terhadap P-tersedia dan retensi P. Pada akhir vegetatif
pemberian terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH tanah, P-tersedia,
bobot kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata
terhadap bobot kering akar tanaman tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
retensi P.

Kata kunci: terak baja, P-tersedia, serapan P tanaman dan Andisol.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Dumai pada tanggal 26 Juni 1988 dari ayah
H. Sumarno dan ibu Bahlinar. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Riwayat Pendidikan :
-

SD Negeri 022 Jayamukti, Dumai-Riau lulus tahun 2000.

-

SLTP Negeri 2 Dumai-Riau lulus tahun 2003.

-

SMA Negeri 1 Dumai-Riau lulus tahun 2006.

-

Lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui
jalur SPMB pada tahun 2006 dan memilih program studi Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian.


Aktifitas Selama Perkuliahan :
-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah tahun
2008-2009.

-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Kimia Tanah tahun 2009-2010.

-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman
tahun 2009.

-

Asisten Koordinator di Laboratorium untuk mata kuliah Dasar Ilmu Tanah
tahun 2010.


-

Asisten Koordinator di Laboratorium untuk mata kuliah Kesuburan Tanah
dan Pemupukan tahun 2010.

-

Asisten di Laboratorium untuk mata kuliah Pupuk dan Pemupukan
tahun 2010.

-

Asisten mata kuliah Perancangan Percobaan tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

-

Pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) FP USU sebagai

Sekretaris periode 2008-2009.

-

Pengurus BKM Al-Mukhlisin FP USU sebagai Ketua Departemen
Pendidikan dan Pelatihan periode 2008-2009.

-

Pengurus BKM Al-Bayan sebagai Wakil Ketua periode 2008-2009.

-

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun
Bah Jambi Kabupaten Simalungun.

-

Peserta dalam Pengkaderan Nasional “Revitalisasi Gerakan Mahasiswa
Sebagai Pendukung Peran Strategi Pertanian dalam Pembangunan
Nasional” di Makassar, 19-25 Januari 2009.

-

Peserta Seminar Nasional “Peran Strategi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan” di Makassar, 19 Januari 2009.

-

Peserta Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi
SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009.

-

Panitia Seminar Nasional “Tindak Lanjut Pembangunan Pertanian Pasca
Swasembada Beras” di FP USU Medan, 08 Agustus 2009.

-

Peserta Seminar dan Loka Karya Nasional “Optimalisasi Pengelolaan
Lahan dalam Upaya Menekan Pemanasan Global Mendukung Pendidikan
Berbasis Pembangunan Berkelanjutan” di FP USU Medan, 12 Februari
2010.

-

Staf pada pengambilan contoh daun kelapa sawit untuk rekomendasi
pemupukan di Kebun PT. Permata Hijau Grup (Bukit Udang) Kecamatan
Sosa, Padang Lawas, 22-31 April 2010.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Efek Pemberian Terak
Baja Terhadap P-Tersedia dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)
pada Andisol Asal Tongkoh” sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ir. M.M.B. Damanik, MSc., dan Ibu Ir. Bintang Sitorus, MP., selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan
sarannya, Bapak Ir. Mukhlis, MSi dan Ibu Ir. Alida Lubis, MS atas segala bantuan
dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian
serta ketua Departemen Ilmu Tanah Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP.
Ungkapan dengan penuh rasa haru dan tulus penulis sampaikan terima
kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Sumarno, Ibunda Bahlinar, Mbak
Eka, Dek Bagus dan Adinda Mumu atas do’a dan semua pengorbanan untuk
keberhasilan penulis. Seluruh Tanah’06 (khususnya Wan, Kopit, Dinda), Dayu,
Dian, serta adik-adik di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan seluruh
pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT……………………………………………………………………. i
ABSTRAK……………………………………………………………………... ii
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………........ vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………... vii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. viii
PENDAHULUAN……………………………………………………………..
Latar Belakang..........................................................................................
Tujuan Penelitian......................................................................................
Hipotesis Penelitian..................................................................................
Kegunaan Penelitian.................................................................................

1
1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………. 4
Sekilas Tentang Tanah Andisol................................................................ 4
Unsur Hara Fosfor dan Masalahnya pada Andisol................................... 5
Terak Baja dan Kegunaannya untuk Pertanian......................................... 7
Tanaman Jagung (Zea mays L.) sebagai Tanaman Indikator dan Bernilai
Ekonomis………………………………………………………………... 8
BAHAN DAN METODE……………………………………………………... 10
Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 10
Bahan dan Alat.......................................................................................... 10
Metode Penelitian..................................................................................... 11
Pelaksanaan Penelitian.............................................................................. 12
Parameter yang Diukur............................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….. 15
Hasil……………………………………………………………………. 15
Pembahasan…………………………………………………………….. 21
KESIMPULAN………………………………………………………………… 26
Kesimpulan……………………………………………………………… 26
Saran…………………………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 27
LAMPIRAN……………………………………………………………………. 29

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal
1. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah
inkubasi…………………………………………………………………..15
2. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada
akhir vegetatif..…………………………………………………………..16
3. Rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol setelah
inkubasi…………………………………………………………………..16
4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol
pada akhir vegetatif……………………………………………………...17
5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah
inkubasi…………………………………………………………………..18
6. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol pada akhir
vegetatif………………………………………………………………….18
7. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk
tanaman…………………………………………………………………..19
8. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar
tanaman…………………………………………………………………..19
9. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P tanaman……...20
10. Rangkuman uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH,
P-tersedia, retensi P, bobot kering tajuk tanaman, bobot kering akar
tanaman dan serapan P tanaman................................................................20
11. Rangkuman korelasi antara pH tanah dengan P-tersedia, pH tanah
dengan retensi P, P-tersedia dengan serapan P, P-tersedia dengan
bobot kering tanaman dan serapan P dengan bobot kering tanaman.........20

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Data Analisis Awal Tanah Andisol Asal Tongkoh………………………29
2. Data Analisis Terak Baja (Basic Slag) dari PT. Purnama Baja
Heckett, Cilegon-Banten………………………………………………...30
3. Deskripsi Tanaman Jagung………………………………………………31
4. Bagan Penelitian…………………………………………………………32
5. Data pH Andisol Setelah Inkubasi………………………………………33
6. Daftar Sidik Ragam pH Andisol Setelah Inkubasi………….…………...33
7. Data pH Andisol pada Akhir Vegetatif…………………….……………34
8. Daftar Sidik Ragam pH Andisol pada Akhir Vegetatif…….…………...34
9. Data P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi (ppm)………….…………….35
10. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi………………35
11. Data P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm)…….………….....36
12. Daftar Sidik Ragam P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif…………36
13. Data Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%)…………………………....37
14. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol Setelah Inkubasi………………..37
15. Data Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%)………………………38
16. Daftar Sidik Ragam Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif…………..38
17. Data Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)…………………………………..39
18. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman……………………...39
19. Data Bobot Kering Akar Tanaman (g)…………………………………...40
20. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman………………………40
21. Data Serapan P Tanaman (mg/tanaman)…………………………………41

Universitas Sumatera Utara

22. Daftar Sidik Ragam Serapan P Tanaman………………………………...41

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Andisol menempati sekitar 124 juta ha, atau 0,84 % dari luas lahan
dunia. Walaupun demikian dalam skala global, tanah ini tidak selalu menempati
disuatu tempat yang berasosiasi dengan adanya gunung api, dimulai tersebar
disekelilingnya dengan areal kecil. Di Indonesia Andisol luasnya 5,39 juta ha
(2,9 % dari luas daratan), terdapat luas di Sumatera Utara 1,06 juta ha, Jawa
Timur 0,73 juta ha, Jawa Barat 0,50 juta ha, Jawa Tengah 0,45 juta ha dan Maluku
0,32 juta ha (Musa dkk, 2006).
Andisol mengandung mineral amorf, seperti alofan yang menyebabkan
retensi P tinggi. Darmawijaya (1992) mengemukakan Andisol mangandung bahan
organik dan lempung (clay) tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika,
alumina atau hidroxida-besi. Kejenuhan basa rendah, kadar P rendah karena
teretensi serta mengandung C dan N yang tinggi tetapi nisbah C/N rendah
(Olsen, 1954 dalam Darmawijaya, 1992).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menambahkan bahan silika yang dapat membebaskan P. Salah satu
bahan yang mengandung silika sekaligus hara P adalah terak baja yang merupakan
produk dari besi kasar yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan P dan
menurunkan retensi P.
Terak baja adalah hasil sampingan dari pabrik baja yang menggunakan
bijih-bijih besi sebagai bahan utama. Terak yang terdapat pada proses peleburan
bijih-bijih besi diambil, kemudian digiling halus dan diayak dengan ayakan

Universitas Sumatera Utara

ukuran 100 mesh, sehingga bahan ini merupakan tepung halus yang dapat
disebarkan untuk digunakan sebagai pupuk. Pupuk ini biasa dikenal dengan nama
Thomas Meal atau Thomas Phosphate (Hasibuan, 2009).
Menurut Roy et al, (2006) terak baja merupakan produk dari industri baja.
Rumus kimianya adalah [(CaO) 5 P 2 O 5 SiO 2 ] yang mengandung 10-18 % P 2 O 5 ,
35 % CaO, 2-10 % MgO, dan 10 % Fe. Terak baja dapat digunakan sebagai pupuk
dan pembenah tanah karena mengandung kapur dan menyediakan hara P. Terak
baja sangat keras namun demikian sangat mungkin digunakan untuk pertanian bila
diaplikasikan dalam bentuk tepung halus.
Menurut Teakle dan Boyle dalam Muhali (1980) senyawa fosfat dan terak
baja umumnya dianggap sebagai garam rangkap dari kalsium dan silika. Rumus
kimia dari terak baja adalah (CaO)P 2 O 5 SiO 2 yang mengandung 12-20 % P 2 O 5 .
Selain itu masih mengandung unsur-unsur hara lain seperti : 40-50 % CaO,
5-10 % SiO 2 , 12-16 % (FeO+Fe 2 O 3 ), 5-10 % MnO dan 2-3 % MgO.
Pada penelitian ini penulis mencoba menggunakan terak baja (basic slag).
Penggunaan bahan ini didasarkan akibat laju peningkatan produksi pabrik baja di
Indonesia yang telah mengalami kemajuan. Sejalan dengan kemajuan tersebut,
hasil buangan dari pabrik tentu juga akan mengalami kemajuan. Dengan laju
asumsi peningkatan tersebut, jika terak baja tidak ditangani secara tepat maka
akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap lingkungan. Pemanfaatan bahan
tersebut sebagai sumber hara P akan menjawab permasalahan akibat
menumpuknya hasil sampingan pabrik yang dianggap akan memberi tambahan
keuntungan. Terak baja yang mengandung bahan silika diharapkan juga mampu
melepaskan P yang teretensi oleh ion Al pada Andisol sehingga mampu

Universitas Sumatera Utara

menyumbangkan hara P dalam tanah dan meningkatkan ketersediaan basa-basa
tukar khususnya Ca dan Mg sehingga juga dapat meningkatkan pH tanah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan pertumbuhan tanaman jagung
(Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji efek pemberian terak baja terhadap P-tersedia dan
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Hipotesis Penelitian
Pemberian terak baja dapat meningkatkan P-tersedia dan pertumbuhan
tanaman jagung (Zea mays L.) pada Andisol asal Tongkoh.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen
Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat
diterapkan dalam upaya mengefisiensi penggunaan pupuk P pada Andisol.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Sekilas Tentang Tanah Andisol

Andisol merupakan tanah yang mempunyai sifat tanah andik pada 60%
atau lebih dari ketebalannya, sebagaimana menurut Soil Survey Staff (2010) :
1. Didalam 60 cm dari permukaan tanah mineral atau dari batas atas suatu
lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih
dangkal, apabila tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, duripan,
atau horizon petrokalsik pada kedalaman tersebut.
2. Diantara permukaan tanah mineral atau batas atas suatu lapisan organik
dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih dangkal, apabila tidak
terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, duripan, atau horizon
petrokalsik.
Mineral alofan pada Andisol yang bersifat amfoter menyebabkan tanah ini
mempunyai muatan bergantung pH (variabel charge), sehingga nilai kapasitas
pertukarannya tergantung kepada pH. Kapasitas tukar kation meningkat dengan
meningkatnya pH tanah. Disamping itu dengan adanya gugus OH- yang terbuka
pada alofan maka Andisol mempunyai afinitas/ daya ikat yang kuat terhadap ion
fosfat, karena ion fosfat cepat beraksi dengan Al oktahedral dengan menggantikan
gugus OH- yang terletak pada bidang permukaan mineral. Karena itu budidaya
pertanian yang diusahakan pada Andisol akan memerlukan penambahan fosfat
yang cukup tinggi sampai melebihi kapasitas penyematan fosfat oleh alofan
(Munir,1996).

Universitas Sumatera Utara

Andisol mempunyai nilai bulk density rendah (0,9 g/cm3), kapasitas
menahan air tinggi dan porositas tinggi, tetapi tanah ini juga bersifat gembur
(friable) dan memperlihatkan plastisitas dan daya lekat rendah. Dalam keadaan
basah atau lembab Andisol terasa berminyak (greasy) dan melumur (smeary), dan
umumnya air dapat diremas keluar dari tanah (Tan, 1998).
Menurut Tan (1998) menyatakan bahwa reaksi kompleksasi atau khelasi
memegang peranan sangat penting dalam hal penimbunan humus pada Andisol.
Akumulasi humus itu terjadi karena (1) reaksi kompleksasi antara Al dan Fe
amorf bebas dengan asam humik dan (2) kompleksasi dan khelasi antara Al
terbuka dipermukaan mineral liat alofan dan imogolit dengan asam humik. Selain
itu Andisol mempunyai retensi fosfat yang tinggi. Retensi fosfat melalui reaksi
jembatan (bridging) atau co-adsorpsi merupakan kemungkinan yang lebih besar
daripada pertukaran ligan. Reaksi jembatan itu menjamin keutuhan humus dalam
bentuk khelat, sehingga resistensinya terhadap dekomposisi tak akan menurun,
sebagaimana reaksi berikut :
(Humus-Al-Alofan-Al)+ + H 2 PO 4 -  Humus-Al-Alofan-H 2 PO 4
Jembatan Alofan
(Humus-Al)+ + H 2 PO 4 -  Humus-Al- H 2 PO 4
Jembatan Al

Unsur Hara Fosfor dan Masalahnya pada Andisol
Fosfor (P) merupakan unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar
(hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan
nitrogen (N) dan kalium (K). Tetapi P dianggap sebagai kunci kehidupan

Universitas Sumatera Utara

(key of life). Tanaman menyerap unsur P dalam bentuk ion ortofosfat primer
(H 2 PO 4 -) dan ion ortofosfat sekunder (HPO 4 2-) (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Fosfor merupakan unsur hara makro yang esensial bagi pertumbuhan
tanaman, karena merupakan komponen struktur yang tidak dapat disubstitusi oleh
unsur hara lain. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya
sintesis protein, seperti lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna
keunguan. Persoalan utama dalam penyediaan unsur P bagi tanaman pada
kebanyakan tanah adalah rendahnya ketersediaan unsur tersebut dalam bentuk P
tersedia dan tidak semua unsur P yang diberikan dapat segera tersedia. Disamping
itu sifat kimia P yang mudah terfiksasi oleh mineral silikat, ion aluminium (Al)
dan besi (Fe) semakin mempersulit penyediaan P (Zuhdi dkk, 1998).
Menurut Tisdale et al, (1985) fungsi P yang lain adalah mendorong
pertumbuhan akar tanaman. Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume
jaringan tanaman menjadi lebih kecil. Kadang-kadang kadar nitrat dalam tanaman
menjadi lebih tinggi karena proses perubahan nitrat selanjutnya terhambat. Pada
tanaman jagung, di samping menjadi kurang baik pertumbuhannya, warna daun
juga menjadi keunguan.
Jumlah P yang diadsorpsi oleh hidrous oksida Al dan Fe pada permukaan
kompleks pertukaran lebih besar dibandingkan P yang terfiksasi oleh ion Al, Fe
dan Ca yang terlarut (Tan, 1982). Damanik dkk, (2010) mengemukakan bahwa Fe
dan Al mempunyai kelarutan yang maksimum pada pH sekitar 3 hingga 4 dan
pada pH menuju netral, sebagian fosfat akan dibebaskan, dan kelarutan Al dan Fe
rendah karena terbentuknya hidroksida oleh ion OH. Pada pH mendekati 6, fosfat

Universitas Sumatera Utara

mulai difiksasi oleh Ca. Sebagai kesimpulan, ketersediaan fosfat tanah akan
maksimum pada pH sekitar 6-7.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P larutan tanah merupakan hasil
keseimbangan antara suplai P dari pelapukan mineral P, pelarutan (solubilitas) P
terfiksasi dan mineralisasi P organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh
tanaman, fiksasi P dan pelindian P (Hanafiah, 2005).

Terak Baja dan Kegunaannya untuk Pertanian
Terak baja merupakan salah satu produk suatu pabrik yang biasanya
langsung dibuang atau tidak dapat dimanfaatkan lagi. Namun akan dapat berguna
apabila ditangani secara tepat dan benar. Seperti terak baja yang merupakan
produk dari besi kasar yang diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan P dan
menurunkan retensi P karena bahan ini mengandung silika dan hara P.
Terak baja dapat dikategorikan menjadi terak yang bersifat asam dan terak
yang bersifat basa, tergantung pada komposisi kapur (CaO) dan magnesium
(MgO) terhadap silika dan aluminium. Selain dapat digunakan sebagai bahan
pengganti kerikil (pada pengecoran beton) dan pembuatan aspal, terak baja juga
dapat digunakan sebagai pupuk P (Novyanto, 2007).
Kebanyakan dari terak baja saat ini mengandung > 1 % P 2 O 5 . Selain itu,
masih banyak mengandung unsur hara sekunder dan unsur hara mikro khususnya
magnesium (6,5 % Mg), bahan kapur (24 % Ca), 26 % Fe, batu kawi/mangan
(1,2 % Mn), seng (0,1 % Zn) dan boron (0,06 % B) (Charles, 2004).
Di Inggris terak baja itu ternyata sudah di perdagangkan dengan merek
dagang super slag basic. Bahan ini dapat memberikan 4 manfaat, yaitu

Universitas Sumatera Utara

Tony (2009) : (1) sebagai sumber hara P, (2) sebagai sumber bahan kapur,
(3) sumber unsur hara mikro penting dan (4) untuk membebaskan P yang
terfiksasi, selanjutnya menurut Tony bahwa bahan ini meningkatkan > 50 % P 2 O 5
dari pada TSP. Selain itu, bahan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan unsur
hara lain, seperti Ca, Mg, S, Mn,Cu, Mo, Co, Se, Fe dan Zn.

Tanaman Jagung (Zea mays L.) sebagai Tanaman Indikator dan
Tanaman Bernilai Ekonomis
Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21oC hingga 30oC,
akan tetapi temperatur optimum adalah antara 23oC sampai dengan 27oC.
Tanaman jagung dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai di dataran tinggi
yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 meter dari permukaan laut. Di Kenya,
tanaman

jagung

dapat

tumbuh

dengan

baik

pada

ketinggian

antara

1200-1800 meter dan di Asia jagung masih dapat tumbuh pada ketinggian
2000 meter (Purwono dan Hartono, 2005).
Hal yang harus diperhatikan tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk
pertanaman jagung antara lain adalah (AAK, 1991) : a. pH tanah netral atau
mendekati netral diperlukan untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung
yakni berkisar antara pH 5,5-6,5, b. tanah dan tempat pertanaman hendaknya
memperoleh sinar dan udara yang cukup, c. drainase yang baik akan membantu
usaha pengendalian pencucian tanah, selanjutnya ada hubungannya dengan
keasaman tanah dan d. pada kesuburan tanah yang tinggi akan membantu dalam
penyediaan hara.
Foth (1998) menyatakan bahwa unsur P berpengaruh terhadap peningkatan
produksi dan berat kering tanaman. Dengan demikian kekahatan P pada tanah

Universitas Sumatera Utara

akan membatasi semua aspek metabolisme dan pertumbuhan tanaman dimana
akan menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berwarna hijau gelap atau
klorosis. Kematangan tanaman dan pembentukan biji tertunda, sehingga produksi
serta bahan kering tanaman menjadi rendah.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca dan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan
ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut dan dimulai pada Oktober
2009-April 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanah Andisol asal Tongkoh yang diambil
pada koordinat N 03020691 dan E 098.53869 pada ketinggian 1457 m dpl yang
diambil secara komposit pada kedalaman 0-20 cm, terak baja, pupuk Urea, SP-36
dan KCl sebagai pupuk dasar, bibit tanaman jagung sebagai tanaman indikator
dan bahan kimia untuk keperluan analisis tanah dan tanaman di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah pH meter untuk mengukur pH tanah,
spectrophotometer untuk mengukur konsentrasi berdasarkan panjang gelombang
warna, shaker machine sebagai penggoncang, sentrifusi untuk penjernih ekstrak,
elektrotermal sebagai pemanas dan destruksi, ayakan untuk menyortasi contoh,
polybag sebagai media tanah, timbangan untuk menimbang tanah, oven serta alat
yang digunakan di laboratorium untuk keperluan analisis tanah dan tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial.
Faktor perlakuannya adalah terak baja (T) dengan 5 taraf dosis, dengan 3 ulangan
sehingga diperoleh unit percobaan 5 x 3 = 15 unit percobaan.
Faktor Perlakuan Terak Baja (T)
T0 = 0 ton/ha (0 g/5 kg BTKO)
T1 = 10 ton/ha (25 g/5 kg BTKO)
T2 = 20 ton/ha (50 g/5 kg BTKO)
T3 = 30 ton/ha (75 g/5 kg BTKO)
T4 = 40 ton/ha (100 g/5 kg BTKO)
Bagan Percobaan :
T0

T1

T3

T1

T3

T4

T2

T4

T0

T3

T0

T1

T4

T2

T2

Model Linear Rancangan Acak Lengkap :
Yij

= µ + Ti + €ij

Dimana :
Yij

: Respon perlakuan terak baja ke-i dan ulangan ke-j

µ

: Nilai tengah umum

Tj

: Pengaruh perlakuan terak baja ke-j

€ij

: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan terak baja ke-i dan ulangan
ke-j.

Universitas Sumatera Utara

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji
dengan uji BNJ pada taraf 5 % dan 1 %.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada kedalaman
0-20 cm. Kemudian dikeringudarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Analisis Tanah Awal
Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu dianalisis % KA dan
% KL nya untuk menentukan berat tanah yang dimasukkan ketiap polybag setara
dengan 5 kg berat tanah kering oven. Selain itu analisis yang dilakukan adalah
pH H 2 O (1:2,5), P tersedia (ppm), P retensi (%), tekstur tanah, dan C-organik
tanah.

Aplikasi Perlakuan
Setelah tanah dimasukkan kedalam polybag setara dengan 5 kg berat tanah
kering oven, kemudian dilakukan penyusunan dan pengacakan berdasarkan RAL
Non Faktorial dan diletakkan dirumah kaca menurut bagan penelitian. Kemudian
diberi perlakuan terak baja sesuai dengan taraf perlakuan dan dicampur merata
bersama tanah lalu diinkubasi selama 2 bulan (60 hari). Setelah masa inkubasi,
kemudian diambil contoh tanah dari masing-masing sampel sebanyak 100 g untuk
keperluan analisis di laboratorium.

Universitas Sumatera Utara

Penanaman dan Pemeliharaan
Setelah tanah diinkubasi kemudian diberi pupuk dasar Urea 45 % N
(2,22g/polybag), SP-36 36 % P 2 O 5 (2,7g/polybag) dan KCl 60 % K2 O
(1,5g/polybag),

lalu dilakukan penanaman

benih

jagung sebanyak 2-3

biji/polybag. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu dengan
meninggalkan satu tanaman yang pertumbuhan tanamannya dianggap baik.
Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari sampai tanah
dalam keadaan kapasitas lapang. Pembersihan gulma dilakukan setiap hari agar
tidak terjadi persaingan unsur hara dengan tanaman jagung.

Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman mengeluarkan malai (berumur
8 minggu).

Parameter yang Diukur
A. Setelah inkubasi
- pH tanah dengan metode elektrometri.
- P-tersedia (ppm) dengan metode Bray II.
- P-retensi (%) dengan metode Black More.
B. Pada akhir vegetatif
- pH tanah dengan metode elektrometri.
- P-tersedia (ppm) dengan metode Bray II.
- P-retensi (%) dengan metode Black More.

Universitas Sumatera Utara

- Bobot kering tajuk tanaman (g).
- Bobot kering akar tanaman (g).
- Serapan P tanaman (mg/tanaman).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

pH Andisol Setelah Inkubasi
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH Andisol setelah inkubasi. Hasil uji
beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah inkubasi dapat
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol setelah
inkubasi.
Perlakuan
Rataan pH
T0 (0 ton/ ha)
5.43 B
b
T1 (10 ton/ ha)
5.71 AB a
T2 (20 ton/ ha)
5.66 AB ab
T3 (30 ton/ ha)
5.87 A
a
T4 (40 ton/ ha)
5.86 A
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan
5 % (a, b, c, ...).
Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 1 diatas terlihat bahwa pH
tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (5.87) yang berbeda nyata terhadap
perlakuan T0 (5.43), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T4 (5.86),
T1 (5.71) dan T2 (5.66). pH terendah terdapat pada perlakuan T0 (5.43) yang
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan T2 (5.66).
pH Andisol pada Akhir Vegetatif
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH Andisol pada akhir vegetatif. Hasil uji

Universitas Sumatera Utara

beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada akhir vegetatif dapat
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap pH Andisol pada akhir
vegetatif.
Perlakuan
Rataan pH
T0 (0 ton/ ha)
4.22 C
d
T1 (10 ton/ ha)
4.57 B
c
T2 (20 ton/ ha)
4.76 AB bc
T3 (30 ton/ ha)
4.91 A
ab
T4 (40 ton/ ha)
5.08 A
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan
5 % (a, b, c, ...).
Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 2 diatas terlihat bahwa pH
tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (5.08) yang berbeda nyata terhadap
perlakuan T2 (4.76), T1 (4.57) dan T0 (4.22), tetapi tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan T3 (4.91). pH terendah terdapat pada perlakuan T0 (4.22) yang berbeda
nyata terhadap perlakuan lainnya.
P-Tersedia Andisol Setelah Inkubasi (ppm)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia Andisol setelah inkubasi. Rataan
pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol setelah inkubasi dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol setelah inkubasi
Perlakuan
Rataan P-Tersedia
...ppm...
T0 (0 ton/ ha)
6.74
T1 (10 ton/ ha)
7.73
T2 (20 ton/ ha)
10.10
T3 (30 ton/ ha)
6.74
T4 (40 ton/ ha)
4.37

Universitas Sumatera Utara

P-Tersedia Andisol pada Akhir Vegetatif (ppm)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia Andisol pada akhir vegetatif.
Hasil uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada akhir
vegetatif dapat disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap P-tersedia Andisol pada
akhir vegetatif.
Perlakuan
Rataan P-Tersedia
...ppm...
T0 (0 ton/ ha)
38.62 A a
T1 (10 ton/ ha)
5.62
B b
T2 (20 ton/ ha)
11.47 B b
T3 (30 ton/ ha)
7.73 B b
T4 (40 ton/ ha)
6.74 B b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan
5 % (a, b, c, ...).
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 diatas terlihat bahwa P-tersedia
tertinggi terdapat pada perlakuan T0 (38.62 ppm) yang berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan T2 (11.47 ppm), T3 (7.73 ppm), T4 (6.74 ppm) dan
T1 (5.62 ppm).
Retensi P Andisol Setelah Inkubasi (%)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 14 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi. Rataan
pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi dapat dilihat
pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi.
Perlakuan
Rataan Retensi P
…%...
T0 (0 ton/ ha)
80.83
T1 (10 ton/ ha)
73.00
T2 (20 ton/ ha)
73.13
T3 (30 ton/ ha)
77.97
T4 (40 ton/ ha)
61.97

Retensi P Andisol pada Akhir Vegetatif (%)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P Andisol pada akhir vegetatif.
Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol setelah inkubasi dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan pemberian terak baja terhadap retensi P Andisol pada akhir
vegetatif.
Perlakuan
Rataan Retensi P
…%...
T0 (0 ton/ ha)
64.47
T1 (10 ton/ ha)
67.13
T2 (20 ton/ ha)
68.83
T3 (30 ton/ ha)
72.27
T4 (40 ton/ ha)
65.57

Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman. Hasil uji
beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk tanaman dapat
disajikan pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering tajuk
tanaman.
Perlakuan
Rataan Bobot Kering Tajuk Tanaman
...g...
T0 (0 ton/ ha)
4.83
B
c
T1 (10 ton/ ha)
9.43
AB bc
T2 (20 ton/ ha)
15.70 A
ab
T3 (30 ton/ ha)
16.93 A
a
T4 (40 ton/ ha)
17.53 A
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan
5 % (a, b, c, ...).
Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 7 diatas terlihat bahwa
bobot kering tajuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (17.53 g) yang
berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (9.43 g) dan T0 (4.83 g), tetapi tidak
berbeda nyata terhadap perlakuan T3 (16.93 g) dan T2 (15.70 g). Bobot kering
tajuk tanaman terendah terdapat pada kontrol (4.83 g).
Bobot Kering Akar Tanaman (g)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman. Hasil uji beda rataan
pemberian terak baja terhadap bobot kering akar tanaman dapat disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap bobot kering akar
tanaman.
Perlakuan
Rataan Bobot Kering Akar Tanaman
...g...
T0 (0 ton/ ha)
1.33
ab
T1 (10 ton/ ha)
1.23
b
T2 (20 ton/ ha)
3.33
a
T3 (30 ton/ ha)
3.03
ab
T4 (40 ton/ ha)
3.00
ab
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 5 % (a, b, c ...).

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 diatas terlihat bahwa bobot kering
akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (3.33 g) yang berbeda nyata
terhadap perlakuan T1 (1.23 g), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
T3 (3.03 g), T4 (3.00 g) dan T0 (1.33 g).
Serapan P-Tanaman (mg/tanaman)
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata terhadap serapan P-tanaman. Hasil uji beda rataan
pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman dapat disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Uji beda rataan pemberian terak baja terhadap serapan P-tanaman.
Perlakuan
Rataan Serapan P-Tanaman
...mg/tanaman...
T0 (0 ton/ ha)
0.4371 B
c
T1 (10 ton/ ha)
0.8572 AB bc
T2 (20 ton/ ha)
1.3766 A
ab
T3 (30 ton/ ha)
1.4393 A
ab
T4 (40 ton/ ha)
1.6527 A
a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata dengan uji BNJ pada taraf 1 % (A, B, C ...) dan
5 % (a, b, c, ...).
Dari hasil uji beda rataan pada taraf 5 % Tabel 9 diatas terlihat bahwa
serapan P-tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (1.6527 mg/tanaman)
yang berbeda nyata terhadap perlakuan T1 (0.8572 mg/tanaman) dan
T0 (0.4371 mg/tanaman), tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
T3 (1.4393 mg/tanaman), dan T2 (1.3766 mg/tanaman).

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan

pH Andisol
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 6 diketahui bahwa pemberian terak
baja berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah setelah 60 hari inkubasi
dibandingkan dengan kontrol. Akibat pemberian terak baja pH meningkat nyata
dari 5.43 pada kontrol sampai 5.87 pada perlakuan T3 (30 ton/ ha). Peningkatan
pH ini disebabkan oleh bahan terak baja yang mengandung Si dan Ca. Diketahui
bahwa silikat mempunyai peranan dalam menaikkan pH tanah. Ion Si berperan
menekan aktivitas ion Al, dimana diketahui ion Al merupakan penyebab utama
kemasaman pada tanah Andisol. Selain itu, kandungan terak baja yang
mengandung kalsium juga merupakan penyebab yang tidak dapat diabaikan. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan Teakle dan Boyle dalam Muhali (1980) yang
menyatakan bahwa senyawa fosfat dan terak baja umumnya dianggap sebagai
garam rangkap dari kalsium dan silikat. Sebagaimana diketahui ion Ca merupakan
kation basa kuat yang berperan dalam menaikkan pH tanah melalui reaksi
hidrolisisnya : Ca2+ + OH-  Ca(OH) 2 .
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 8 menunjukkan pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan pH tanah
pada akhir vegetatif. Akibat pemberian terak baja pH tanah meningkat dari 4.22
pada kontrol sampai 5.08 pada perlakuan T4. pH tertinggi diperoleh pada
perlakuan T4 (40 ton/ ha).
Dengan pemberian terak baja pH meningkat baik setelah 60 hari inkubasi
maupun pada akhir vegetatif, akan tetapi pada akhir vegetatif pH tanah secara
keseluruhan lebih rendah dibandingkan dengan pH tanah setelah inkubasi. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

disebabkan karena adanya pemberian pupuk urea sebagai pupuk dasar yang
melepaskan 4 ion H+ sebagaimana reaksi kimianya di tanah sebagai berikut :
CO(NH 2 ) 2 + H 2 O  2NH 3 + H 2 CO 3  2NH 4 + + CO 3 22NH 4 + + 3O 2  2NO 2 - + 4H+
2NO 2 - + O 2  2NO 3 - + eSelain itu dengan adanya penambahan pupuk KCl diketahui dapat menurunkan
pH tanah. Penurunan pH terjadi akibat ion K+ dari KCl setelah melarut dalam air
tanah akan menggantikan kedudukan H+ dipermukaan kompleks jerapan,
pembebasan ion H+ kedalam larutan tanah yang akan menyebabkan pH tanah
menjadi turun. Tanaman juga berperan terhadap pH tanah pada akhir vegetatif
melalui eksudat akar. Saat tanaman menyerap ion K+ pada kompleks jerapan,
maka akan terjadi pertukaran ion dimana ion K+ tersebut akan digantikan
posisinya oleh ion H+ yang merupakan penyebab pH tanah menjadi turun.
P-Tersedia
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 10 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia setelah
60 hari inkubasi. Hal ini disebabkan karena tanah Andisol yang digunakan berasal
dari hutan alami, dimana P yang terjerap atau teradsorbsi tergolong rendah. Selain
itu, fosfor yang ada pada terak baja diduga belum tersedia pada masa 60 hari
inkubasi. Terak baja yang mengandung kadar CaO yang tinggi yakni sebesar
30.12% diduga juga menjadi penyebab P tersedia rendah karena terfiksasi oleh
kalsium, dimana ditandai dengan pH Andisol setelah 60 hari inkubasi meningkat
sampai 5.87. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Damanik dkk, (2010) yang
menyatakan bahwa pada pH mendekati 6, fosfat mulai difiksasi oleh kalsium.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian pupuk dasar fosfor ke tanah dalam jumlah rendah atau tidak optimal
juga mengakibatkan hara fosfor ditanah masih rendah. Pupuk dasar yang
diberikan adalah SP-36 sebanyak 2.7 g/ 5 kg BTKO yang seharusnya diberikan
sebanyak 6.36 g/ 5 kg BTKO atau setara dosis 200 ppm P 2 O 5 .
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa pemberian
terak baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia pada
akhir vegetatif. Pada akhir vegetatif hara fosfor telah tersedia. Hal ini ditandai
dengan semakin tinggi dosis penambahan terak baja maka semakin meningkatnya
bobot kering tanaman dan serapan P tanaman.
Pada akhir vegetatif nilai P-tersedia tertinggi terdapat pada kontrol sebesar
38.62 ppm yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya sedangkan nilai
P-tersedia terendah terdapat pada perlakuan T1 sebesar 5.62 ppm. Hal ini ditandai
pada kontrol yang memiliki nilai serapan P tanaman dan bobot kering tanaman
terendah dari pada perlakuan yang diberi terak baja. Secara logika dapat diterima,
jika bobot kering tanaman dan serapan hara tinggi maka hara yang tersedia
didalam tanah akan menurun dan begitu pula sebaliknya.
Retensi P
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 14 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P setelah 60 hari
inkubasi. Akan tetapi nilai retensi P cenderung menurun sesuai dengan nilai rataan
retensi P akibat pemberian terak baja pada Andisol setelah inkubasi (Tabel 5), hal
ini sejalan dengan peningkatan dosis terak baja. Nilai retensi P tertinggi terdapat
pada kontrol sebesar 80.83 % yang kemudian cenderung menurun menjadi

Universitas Sumatera Utara

61.97 % pada perlakuan T4. Nilai retensi P terendah terdapat pada perlakuan
T4 (40 ton/ ha).
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 16 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh tidak nyata terhadap retensi P pada akhir
vegetatif. Nilai retensi P cenderung meningkat sesuai dengan nilai rataan retensi P
akibat pemberian terak baja pada Andisol pada akhir vegetatif (Tabel 6), hal ini
sejalan dengan peningkatan dosis terak baja. Nilai retensi P tertinggi terdapat pada
perlakuan T3 (30 ton/ ha) sebesar 72.27 % dan terendah pada kontrol sebesar
64.47 %.
Bobot Kering Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 18 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk
tanaman. Berdasarkan Tabel 7 nilai bobot kering tajuk tanaman meningkat sejalan
dengan peningkatan dosis penambahan terak baja. Bobot kering tajuk tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan T4 (40 ton/ ha) sebesar 17.53 g sedangkan
terendah pada kontrol sebesar 4.83 g.
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 20 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar tanaman.
Bobot kering akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T2 (20 ton/ ha)
sebesar 3.33 g sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan T1 (0 ton/ ha)
sebesar 1.23 g yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol sebesar
1.33 g, T4 (40 ton/ ha) sebesar 3.00 g dan T3 (30 ton/ ha) sebesar 3.03 g.

Universitas Sumatera Utara

Serapan P Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada Lampiran 22 diketahui bahwa pemberian terak
baja pada tanah Andisol berpengaruh sangat nyata dalam menaikkan serapan P
tanaman. Akibat pemberian terak baja serapan P tanaman meningkat dari
perlakuan kontrol sebesar 0.4371 mg/ tanaman menjadi 1.6527 mg/ tanaman pada
perlakuan T4 (40 ton/ ha). Peningkatan serapan P tanaman ini ditandai oleh
semakin menurunnya nilai P-tersedia ditanah yang diberi perlakuan terak baja
pada akhir vegetatif sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya bobot kering
tanaman. Hal ini sesuai dengan Tisdale et al, (1985) yang menyatakan bahwa
fungsi P yang lain adalah untuk

mendorong pertumbuhan akar tanaman.

Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume jaringan tanaman menjadi
lebih kecil.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terak baja berpengaruh sangat nyata terhadap pH Andisol setelah 60 hari
inkubasi dan pada akhir vegetatif, P-tersedia pada akhir vegetatif, bobot
kering tajuk tanaman dan serapan P tanaman serta berpengaruh nyata
terhadap bobot kering akar tanaman.
2. Terak baja berpengaruh tidak nyata terhadap P-tersedia setelah 60 hari
inkubasi dan retensi P setelah 60 hari inkubasi maupun pada akhir
vegetatif.

Saran
Dalam mengurangi penggunaan pupuk P pada Andisol tersedia terak baja
yang merupakan limbah atau hasil sampingan dari pabrik baja sebagai alternatif
yang diberikan ketanah pada taraf 20 ton/ha untuk meningkatkan ketersedian hara
P tanah Andisol.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1991. Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Charles, C. Mitchell. 2004. What's New about Basic Slag. Department of
Agronomy and Soils, Auburn University, Alabana.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., dan H. Hanum. 2010.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Darmawijaya, M. I. 1992. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Foth, H. D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Purbayanti, E. D.,
D. R. Lukiwati., dan R. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Radja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hasibuan, B. E. 2009. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Muhali, I. 1980. Pengetahuan Pupuk. Acaksana Karya Bhakti. Lembaga
Pendidikan Perkebunan (LPP), Yogyakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya, Malang.
Musa, L., Mukhlis, dan A. Rauf. 2006. Dasar Ilmu Tanah. Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Musa, L., dan Mukhlis. 2006. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Novyanto,
O.
2007.
Mengenal
Fabrikasi
Besi
http://okasatrianovyanto.blog@gmail.com. [Diakses 14/04/2009].

Kasar.

Purwono, M. S., dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Yogyakarta.
Roy, R. N., A. Finck., G. J. Blair., and H. L. S. Tandon. 2006. Plant nutrition for
food security (A guide for integrated nutrient management). Food and
Agriculture Organization of The United N