Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan P

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK N DAN P
SKRIPSI OLEH : SEHAT BAHRIN PADANG 080307012
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK N DAN P
SKRIPSI OLEH : SEHAT BAHRIN PADANG 080307012/PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi

: Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan P
: Sehat Bahrin Padang : 080307012 : Agroekoteknologi

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing :

Ketua Komisi Pembimbing
Ir. Mbue Kata Bangun, MP NIP : 19510910 1979 03 1 001


Anggota Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si NIP : 19670821 1993 01 2 002

Mengetahui, Ketua Departemen Agroekoteknologi

Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, Ph.D NIP : 19640620 198903 2 001

ABSTRAK
Sehat Bahrin Padang : Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan N dan P, dibimbing oleh Ir. Mbue Kata Bangun, MP dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.
Penggunaan Central Composite Roatable Design (CCRD) untuk menentukan tanggap permukaan respons produksi pada jagung belum banyak diteliti, untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di UPT BBI Tanjung Selamat, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, pada Mei 2012 - Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok tidak lengkap faktorial dengan dua ulangan yaitu varietas (Bisma dan SHS-4) dan Pupuk (N dan P dengan dosis ditentukan dari CCRD). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun diatas tongkol, umur berbunga, umur panen, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 biji dan produksi pipilan kering.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot 100 biji dan produksi pipilan kering. Pupuk berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Interaksi pupuk dan varietas berpengaruh nyata pada umur berbunga dan jumlah daun diatas tongkol.
Kata kunci : Jagung, Pupuk N, Pupuk P, Varietas, CCRD.

ABSTRACT
Sehat Bahrin Padang : The Growth and Production Response of Some Maize Varieties Through by N and P, supervised by Ir. Mbue Kata Bangun, MP and Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.
The use of Central Composite Rotatable Design (CCRD) to determine the response surface produce at maize not yet a lot of checked, for that an research have been conducted in UPT BBI Tanjung Selamat, Regency of Deli Serdang, Province of North Sumatra with the land height ± 25 m above sea level, at May 2012 - August 2012 using incomplete randomized block design with two replications using two varieties (Bisma and SHS-4) and Fertilize (N and P with the dose determined from CCRD). Parameters measured were: plant height, the number of leaf, the number of leaf above cob, flowering age, harvesting age, cob lenght, cob diameter, wight 100 seeds, production of dry seeds.
The results showed that the varieties significantly different in maize height, the number of leafs, flowering age, wight 100 seeds and dry seeds production. Fertilize sigificantly affects flowering age and harvesting age. Interaction factor significantly affects flowering age and the number of leaf above cob.
Keyword : Maize, N Fertilizer, P Fertilizer, Varieties, CCRD

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Barisan pada tanggal 19 September 1989, dari Ayah Tempo padang dan Ibu Norlan Boangmanalu. Penulis merupakan anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara.
Pendidikan dasar penulis dimulai pada tahun 1996 di SDN 030413 Salak, Pakpak Bharat dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan ke SMP N 1 Salak, Pakpak Bharat dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMK N 1 Pergetteng-getteng Sengkut, Pakpak Bharat bidang keahlian Budidaya Tanaman dan lulus tahun 2008.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan tahun 2008 melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB), pada Program Studi Agroekoteknologi, minat Pemuliaan Tanaman.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, dari bulan Juli sampai Agustus 2011.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pemberian Pupuk N dan P”, yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Tempo Padang dan Ibunda Norlan Boangmanalu yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MP dan Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan kemajuan dunia pertanian.
Medan, Januari 2013
Penulis

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................
ABSTRACT .............................................................................................
RIWAYAT HIDUP .................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
DAFTAR TABEL ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................

PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... Tujuan Penelitian ................................................................................ Hipotesis Penelitian............................................................................. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman .................................................................................. Syarat Tumbuh .................................................................................... Iklim .............................................................................................. Tanah............................................................................................. Varietas................................................................................................ Pupuk Nitrogen ................................................................................... Pupuk Posfor ....................................................................................... Central Composite Rotatable Design (CCRD) ...................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. Bahan dan Alat.................................................................................... Metode Penelitian ...............................................................................
PELAKSANAAN PEENELITIAN Persiapan Lahan ................................................................................... Persiapan Media Tanam ...................................................................... Penanaman............................................................................................ Pengaplikasian Pupuk N dan P............................................................. Pemeliharaan Tanaman ........................................................................ Penjarangan ................................................................................... Penyulaman ................................................................................... Penyiraman....................................................................................

i
ii
iii
iv
v
vii
viii
1 3 3 3
4 6 6 7 8 10 13 14
17 17 17
20 20 20 20 20 20 20 21

Penyiangan .................................................................................... Pengendalian Hama dan Penyakit ........................................................ Panen .................................................................................................... Pengeringan dan Pemipilan .................................................................. Pengamatan Parameter Fase vegetatif..................................................
Tinggi Tanaman (cm).................................................................... Jumlah daun (helai) ....................................................................... Jumlah daun diatas tongkol (helai)................................................ Pengamatan Parameter Fase Generatif................................................. Umur berbunga (HST) ................................................................. Umur Panen................................................................................... Panjang Tongkol (cm) ................................................................... Diameter Tongkol (cm) ................................................................. Produksi Pipilan Kering Per Sampel (g) ....................................... Bobot 100 biji Kering Per Sampel (g)...........................................
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm).................................................................... Jumlah Daun (helai) ...................................................................... Umur Berbunga ............................................................................. Jumlah daun diatas tongkol (helai)................................................ Umur Panen................................................................................... Panjang Tongkol (cm) ................................................................... Diameter Tongkol (cm) ................................................................. Produksi Pipilan Kering Per Sampel (g) ....................................... Bobot 100 biji Kering Per Sampel (g)...........................................

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.................................................................................... Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

21 21 21 21 21 21 22 22 22 22 22 22 22 22 23
24 26 28 29 30 32 32 33 36
38 38

DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Dosis Pupuk N dan P metode CCRD ......................................................... 18 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2-8 MST ..................................................... 24 3. Rataan jumlah daun (helai) 2-8 MST........................................................ 26 4. Rataan Umur Berbunga.............................................................................. 28 5. Rataan jumlah daun di atas tongkol (helai)............................................... 30 6. Rataan Umur Panen (hari)........................................................................ 31 7. Rataan Panjang Tongkol (cm).................................................................... 32 8. Rataan Diameter Tongkol (mm) ................................................................ 33 9. Rataan Produksi pipilan kering (g) .......................................................... 34 10. Rataan Bobot 100 biji (g)........................................................................... 36

DAFTAR LAMPIRAN

No. 1. Deskripsi jagung varietas Bisma........................................................... 2. Deskripsi jagung varietas SHS-11 ........................................................ 3. Bagan penelitian.................................................................................... 4. Jadwal kegiatan penelitian .................................................................... 5. Data pengamatan tinggi tanaman 2 HST (cm)...................................... 6. Sidik ragam tinggi tanaman 2 HST....................................................... 7. Data pengamatan tinggi tanaman 4 HST (cm)...................................... 8. Sidik ragam tinggi tanaman 4 HST....................................................... 9. Data pengamatan tinggi tanaman 6 HST .............................................. 10. Sidik ragam tinggi tanaman 6 HST....................................................... 11. Data pengamatan tinggi tanaman 8 HST .............................................. 12. Sidik ragam tinggi tanaman 8 HST....................................................... 13. Data pengamatan jumlah daun 2 HST (helai) ....................................... 14. Sidik ragam jumlah daun 2 HST........................................................... 15. Data pengamatan jumlah daun 4 HST (helai) ....................................... 16. Sidik ragam jumlah daun 4 HST........................................................... 17. Data pengamatan jumlah daun 6 HST (helai) ....................................... 18. Sidik ragam jumlah daun 6 HST........................................................... 19. Data pengamatan jumlah daun 8 HST (helai) ....................................... 20. Sidik ragam jumlah daun 8 HST........................................................... 21. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari).............................................. 22. Sidik ragam Umur Berbunga ................................................................ 23. Data pengamatan jumlah daun di atas tongkol (helai) .......................... 24. Sidik ragam pengmatan jumlah daun di atas tongkol ........................... 25. Data pengamatan umur panen (hari) ..................................................... 26. Sidik ragam umur panen ....................................................................... 27. Data pengamatan panjang tongkol (cm) ............................................... 28. Sidik ragam panjang tongkol ................................................................ 29. Data pengamatan diameter tongkol (mm)............................................. 30. Sidik ragam diameter tongkol ............................................................... 31. Data pengamatan produksi pipilan kering(g)........................................ 32. Sidik ragam produksi pipilan kering per sampel .................................. 33. Data pengamatan bobot 100 biji kering(g)............................................ 34. Sidik ragam bobot 100 biji kering......................................................... 35. Sandi CCRD (Central Composite Rotatable Design) ........................... 36. Prosedur Analisis Data CCRD .............................................................. 37. Gambar tongkol jagung per sampel ...................................................... 38. Gambar lahan penelitian ......................................................................

Hal. 42 43 44 45 46 46 47 47 48 48 49 49 50 50 51 51 52 52 53 53 54 54 55 55 56 56 57 57 58 58 59 59 60 60 61 63 69 73

ABSTRAK
Sehat Bahrin Padang : Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tanaman Jagung Terhadap Pemupukan N dan P, dibimbing oleh Ir. Mbue Kata Bangun, MP dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.
Penggunaan Central Composite Roatable Design (CCRD) untuk menentukan tanggap permukaan respons produksi pada jagung belum banyak diteliti, untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di UPT BBI Tanjung Selamat, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut, pada Mei 2012 - Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok tidak lengkap faktorial dengan dua ulangan yaitu varietas (Bisma dan SHS-4) dan Pupuk (N dan P dengan dosis ditentukan dari CCRD). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah daun diatas tongkol, umur berbunga, umur panen, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 biji dan produksi pipilan kering.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, bobot 100 biji dan produksi pipilan kering. Pupuk berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dan umur panen. Interaksi pupuk dan varietas berpengaruh nyata pada umur berbunga dan jumlah daun diatas tongkol.
Kata kunci : Jagung, Pupuk N, Pupuk P, Varietas, CCRD.

ABSTRACT
Sehat Bahrin Padang : The Growth and Production Response of Some Maize Varieties Through by N and P, supervised by Ir. Mbue Kata Bangun, MP and Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si.
The use of Central Composite Rotatable Design (CCRD) to determine the response surface produce at maize not yet a lot of checked, for that an research have been conducted in UPT BBI Tanjung Selamat, Regency of Deli Serdang, Province of North Sumatra with the land height ± 25 m above sea level, at May 2012 - August 2012 using incomplete randomized block design with two replications using two varieties (Bisma and SHS-4) and Fertilize (N and P with the dose determined from CCRD). Parameters measured were: plant height, the number of leaf, the number of leaf above cob, flowering age, harvesting age, cob lenght, cob diameter, wight 100 seeds, production of dry seeds.
The results showed that the varieties significantly different in maize height, the number of leafs, flowering age, wight 100 seeds and dry seeds production. Fertilize sigificantly affects flowering age and harvesting age. Interaction factor significantly affects flowering age and the number of leaf above cob.
Keyword : Maize, N Fertilizer, P Fertilizer, Varieties, CCRD

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia (BPP Teknologi, 2011).
Produksi jagung Indonesia tahun 2007 sebesar 17.28 juta ton pipilan kering atau naik dari tahun 2006 yaitu sebesar 11.61 juta ton. Luas panen jagung di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 4.2 juta hektar dengan laju pertumbuhan 3,6% per tahun. Walaupun demikian Indonesia masih melakukan impor 1-2 juta ton per tahun untuk mencukupi kebutuhan jagung dalam negeri (Republika, 2008).
Tanaman jagung (Zea mays. L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di Indonesia jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Tanaman jagung juga dapat digunakan untuk pakan ternak, serta bahan dasar industri seperti untuk makanan dan minuman, tepung, minyak dan lain-lain. Melihat begitu pentingnya jagung bagi manusia maka perlu ditingkatkan produksinya (Ermanita, dkk, 2004).
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung diantaranya adalah penggunan varietas dan pemupukan yang optimum. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan sehingga dalam peningkatan

produksi jagung diperlukan pemahaman untuk mengelolanya agar bersinergis sehingga diperoleh hasil yang tinggi. Pemupukan memberikan hasil yang optimal tergantung dari beberapa faktor, diantaranya takaran dan jenis pupuk yang digunakan. Jenis dan takaran pupuk ini banyak digunakan untuk mengkaji tanggap (respon) tanaman terhadap pemupukan (Suwardi dan Roy, 2009). Melalui program pemupukan berimbang, diharapkan produktivitas tanah dan tanaman dapat dioptimalkan, pendapatan petani meningkat, pemupukan menjadi lebih efisien. Maka perlu diupayakan memenuhi prinsip enam tepat (tempat,jumlah, jenis, harga, waktu, dan cara pemupukan) agar produktivitas tanah dan tanaman dapat optimal (Setyorini dkk., 2003).
Secara umum benih varietas unggul jagung dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu benih varietas jagung bersari bebas dan hibrida. Varietas sangat perlu diperhatikan untuk menunjang peningkatan produksi jagung. Varietas hibrida dan inbrida dapat memberikan hasil yang maksimal jika unsur hara yang diperlukan tanaman terpenuhi secara baik. (Ermanita, dkk., 2004).
Dalam pemberian pupuk N tanaman jagung perlu kesesuaian untuk peningkatan efisiensi penggunaan pupuk N, oleh karena itu perlu adanya pemantauan status N dalam tanah (Suwardi dan Roy, 2009). Sedangkan ketersediaan fosfor dalam tanah tergantung kepada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia. Pertambahan fosfor ke dalam tanah hanya bersumber dari defosit atau pelapukan batuan dan mineral yang mengandung fosfat. (Damanik, dkk., 2010).


Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk N dan P. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk N dan P. Hipotesis Penelitian
Respon dari varietas berbeda terhadap pemupukan N dan P. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut BPP Teknologi (2011), tanaman jagung dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio

: Spermatophyta.


Subdivisio : Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Graminae

Famili

: Graminaceae

Genus

: Zea

Spesies


: Zea mays L.

Pada saat biji jagung berkecambah, akar yang tumbuh berasal dari calon

akar yang kedudukannya berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel,

kemudian memanjang dan diikuti oleh tumbuhnya akar-akar samping. Akar yang

terbentuk pada awal perkecambahan ini bersifat sementara, bahkan di-istilahkan

dengan akar temporer. Akar ini berfungsi untuk mempertahankan tegaknya

tanaman. Perbedaannya dengan jenis tanaman rumput-rumputan yang lain

ialah akar utama dari jagung tidak mati dan tetap berkembang

(Zubachtirodin, dkk, 2011).

Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk


silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat

tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi

tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith) (Subekti, dkk, 2008).
Tipe daun digolongkan linier, panjang daun bervariasi berkisar antara 30 sampai 150 cm, lebar daun dapat mencapai 15 cm, sedangkan tangkai daun/pelepah daun panjangnya berkisar antara 3 - 6 cm. Jumlah daun pada tanaman jagung berkisar antara 12-18 helai, tergantung varietas dan umur tanaman jagung. Jagung berumur genjah biasanya memiliki jumlah daun lebih sedikit dibandingkan yang berumur lebih lama. (Zubachtirodin, dkk, 2011).
Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana bunga jantan (staminate) berbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat bersifat protandy dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina (Muhadjir, 1998).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200 – 400 biji. Biji tanaman jagung terdiri dari tiga bagian. Bagian paling luar disebut pericarp. Bagian kedua atau lapisan kedua disebut endosperm yang merupakan cadangan makanan biji. Sementara bagian paling dalam yaitu embrio atau lembaga. Menurut Muhadjir (1998), berdasarkan bentuk biji, kandungan endosperm, serta sifat-sifat jagung dibagi menjadi jagung tipe gigi kuda, tipe mutiara, jagung bertepung, jagung berondong, jagung manis, jagung berlilin, jagung polong. Tapi yang banyak dijumpai adalah tipe gigi kuda dan mutiara.

Syarat Tumbuh Iklim Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya
antara 27o – 32o C. Pada proses perkecambahan benih , jagung memerlukan suhu sekitar 30oC. Panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Tanaman jagung, masa pertumbuhan membutuhkan 45-60 cm air. Ketersediaan air dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk buatan yang cutup untuk meningkatkan pertumbuhan akar, kerapatan tanaman serta untuk melindungi dari rumput liar dan serangan hama (Dinas Kehutanan dan Pertanian, 2009).
Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman jagung menghendaki keadaan air yang cukup, terutama pada fase pembungaan hingga pengisian biji (Sutoro,dkk, 1988).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat / merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Deputi Menegristek Tanaman, 2011).

Tanah Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beririgasi, serta sebagian kecil ditanam di dataran tinggi. Tanaman jagung umumnya ditanam pada tanah yang gembur atau subur karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik (Sutoro, dkk., 1998). Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. (Deputi Menegristek Tanaman, 2011). Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanah lempung berpasir sesuai digunakan untuk tanaman yang cepat panen dan tanah lempung berliat sangat sesuai untuk tanaman jagung yang akan dipanen dalam waktu yang lama dan memerlukan proses selanjutnya. Dinas Kehutanan dan Pertanian (2009) juga mengatakan tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Jenis tanah yang dapat ditanamai jagung antara lain andosol (berasal dari gunung berapi), latosol dan grumosol. Pada tanah berstruktur berat (Grumosol) masih dapat di tanami jagung dengan hasil yang baik tetapi perlu pengolahan yang baik serta drainase dan aerasi yang baik. Tanah berstruktur lempung atau liat

berdebu (latosol) merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, dan kaya humus (Hasibuan, 2006). Varietas
Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh sifat (morfologi, fisiologi, sitilogi, kimia dan lain-lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya. Varietas berdasarkan teknik pembentukannya dibedakan menjadi varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas komposit. Menurut Moentono (1998) varietas hibrida dan inbrida dapat memberikan hasil yang maksimal jika unsur hara yang diperlukan tanaman terpenuhi secara baik.
Pertanian melakukan terobosan teknologi untuk peningkatan produksi jagung yang mempunyai daya hasil sebanding dengan jagung hibrida yang dikembangkan oleh perusahaan swasta. Jagung dikembangkan selain produksi tinggi juga tahan terhadap penyakit bulai dan karat daun. Varietas jagung unggul baru tersebut antara lain : semi;-10 dan Bima-I (jagung hibrida), Bisma, Palakka, Sukmaraga dan Lamuru (jagung komposit) dengan potensi hasil antara 7-9 t ha-1 pipilan kering. Ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan jagung yang setiap tahun meningkat terus sejalan dengan berkembangnya agribisnis peternakan dan bahan baku industri. Dalam rangka mendukung program pengembangan agribisnis jagung untuk mencapai hasil yang maksimal maka diperlukan pengkajian pemupukan NPK baik pada jagung hibrida maupun jagung komposit. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N, P dan


K pada pertumbuhan dan jagung hibrida dan komposit pada lahan kering (Permadi, dkk., 2005).
Salah satu untuk meningkatkan produksi jagung ialah dengan menggunakan varietas unggul atau hibrida. Hibrida dapat memberikan hasil biji lebih tinggi daripada varietas bersari bebas. Namun harga benih hibrida jauh lebih mahal daripada benih varietas bersari bebas., dan setiap kali tanam, petani harus membeli benih baru. Varietas atau populasi merupakan bahan dasar pembentukan jagung hibrida. Oleh karena itu, tingkat produksi jagung hibrida tergantung kepada bahan dasar atau varietas yang digunakan dalam pembuatan hibrida. Oleh karena itu perbaikan populasi harus terus dilakukan. Selain itu, produksi varietas bersari bebas juga sederhana dan dapat dengan mudah dilaksanakan oleh petani (Dahlan, 1988).
Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik suatu untaian genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau keselurahan pertumbuhan- yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).
Respon varietas unggul berdaya hasil tinggi dan stabil sangat diperlukan sebagai komponen utama budidaya jagung, baik dalam bentuk varietas unggul bersari bebas ataupun hibrida. Jenis Varietas unggul yang akan di gunakan di setiap wilayah pengembangan dipilih berdasarkan kesesuaian varietas dengan

lingkungan pertumbuhan setempat (spesifik lokasi) serta dukungan berbagai pihak

sebagai sarana teknologi untuk kebutuhan petani. Dalam banyak kasus, petani

pada umumnya kekurangan modal untuk menerapkan usahataninya secara

optimal. Karena itu, banyak petani menggunakan benih dari penanamannya

sendiri tanpa seleksi lapangan 2-3 generasi untuk hibrida dan beberapa siklus

untuk jenis bersari bebas, kecuali pada wilayah pengembangan yang telah

terbentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha benih (Bakhri, 2007).


Karakter nilai duga heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik

lebih berperan dalam menunjukkan variasi fenotip antar genotip dibandingkan

dengan faktor lingkungan. Seleksi untuk karakter yang demikian akan memiliki

kemajuan genetik yang lebih tinggi, karena sifat yang dikendalikan secara kuat

dikendalikan oleh faktor genetik (Moedjiono dan Mejaya, 1994).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan

dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam

bentuk

ion

NH4+

(amonium)

dan

ion

NO

3

(nitrat).

Ditinjau

dari

berbagai

hara,

nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan

jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut

tanaman dalam bentuk panenan setiap musim cukup banyak. Disamping itu

senyawa nitrogen an organik sangat larut dan mudah dalam air drainase, tercuci

dan menguap ke atmosfer. Selanjudnya efek nitrogen terhadap pertumbuhan

tanaman sangat cepat dan nyata. (Damanik, dkk., 2010).

Tanaman berbiji membutuhkan pasokan N yang relatif tinggi selama

pengisian biji untuk produksi fotosintat yang relatif tinggi untuk biji. Bila pasokan

N menurun selama fase tersebut maka tanaman akan memindahkan N dari daun ke biji, yang pada gilirannya mempercepat penuaan daun. Menurut Megahwati (2009) bahwa peningkatan frekuensi pemberian Urea memberikan efek serupa dengan efek pemberian pupuk kandang, yaitu sama-sama meningkatkan hasil biji dan berat 1000 biji (yang berarti kebernasan biji) serta indeks panen yang berarti memberikan hasil biji yang lebih tinggi pada berat berangkasan yang sama.
Absorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan, akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengapsorbsi N sebanyak 50 % dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut (Sutoro, dkk., 1998 ). Sedangkan menurut Nurdin., dkk (2008) bahwa Jagung memerlukan unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro untuk tanaman jagung antara lain nitrogen (N), posfor (P), dan kalium (K). Tanaman jagung sangat membutuhkan pupuk N dengan kadar N-total 0,4%.
Menurut Hasibuan (2006), hampir semua jenis pupuk kecuali bila memperoleh perlakuan tertentu, berpotensi menciptakan residu yang bereaksi masam di tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh pembawa N, terutama bersifat ammonia. Pengaruh utama yang diperlihatkan oleh ion-ion NH4 adalah bila ionion dinitrifikasikan. Bila ion-ion dioksidasikan akan berpotensi menambah keasaman tanah, seperti pada reaksi berikut : NH4 + 2O2 2H+ +NO3- + H2O.

Berdasarkan penelitian Kadarwati (2006), dapat diketahui bahwa nitrogen merupakan hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman kapas, dan waktu pembungaan sampai dengan pembuahan merupakan fase yang paling banyak memerlukan unsur nitrogen. Sedangkan fase pembuahan sangat memerlukan unsur P dan K dalam jumlah yang lebih banyak. Nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan tanaman, unsur nitrogen sangat berperan dalam fase vegetatif tanaman.
Salah satu faktor penting peranan nitrogen adalah pengaruhnya terhadap penggunaan karbohidrat di dalam tanaman. Secara umum pengaruhnya yaitu bila nitrogen ditambahkan dalam jumlah yang banyak maka akan menurun level karbohidrat. Tetapi jika pasokan nitrogen terbatas, maka level karbohidrat di dalam tanaman akan meningkat. Dengan demikian penggunaan nitrogen berpengaruh langsung terhadap sintesis karbohidrat di dalam sel tanaman dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap vigor tanaman (Soemarno, 1991).
Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organik dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil. Pupuk ini mencapai kadar N 45% - 46%. Urea larut sempurna di dalam air, dan tidak mengasamkan tanah. Sifat urea yang tidak menguntungkan ialah sangat higroskopis dan mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73%. Urea tidak bersifat mengionisir dalam larutan sehingga mudah mengalami pencucian, karena tidak cepat terjerap oleh koloid tanah. Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari urea ke bentuk senyawa N yang dapat di serap oleh tanaman sangat bergantung pada beberapa faktor ialah keadaan populasi, aktivitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk urea yang diberikan (Hasibuan, 1999).

Pupuk Posfor Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering juga disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan tanaman. Unsur hara ini merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh (Damanik, dkk., 2010).
Tanaman jagung memerlukan hara dalam jumlah yang berbeda menurut umur, susunan organ tanaman, dan varietasnya. Hara yang diserap dari tanah akan ditranslokasikan keorgan-organ tanaman yang memerlukannya. Tergantung pada ketersediaan hara di tanah, fase pertumbuhan dan ada atau tidaknya kendala maka konsentrasi hara dalam jaringan tanaman akan berbeda. Konsentrasi hara tertentu dalam suatu jaringan tanaman mudah berubah dengan adanya perubahan lingkungan, seperti kurangnya ketersediaan hara atau air di tanah, sedangkan pada jaringan lainnya relatif mantap. Oleh karena itu diagnosis kelebihan atau kekurangan hara tertentu bagi tanaman dapat dilakukan dengan hanya menganalisis jaringan yang peka tadi (Fathan, dkk, 1988).
Tanaman jagung mengabsorbsi P dalam jumlah yang relatif sedikit daripada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal, pertumbuhan akumulasi P relatif lambat, namun setelah berumur 4 minggu meningkat dengan cepat. Pada saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman mencapai 35% dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang tanaman dapat panen (Sutoro, dkk., 1998).

Superfosfat Triple (TSP) atau SP-36 dibuat melalui pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfosfat biasa. Pupuk ini mempunyai rumus kimia yang sama dengan pupuk superfosfat rangkap Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abu-abu dan termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar 46 – 48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya di dalam tanah netral (Novizan, 2007).
Bila pupuk fosfat yang larut di dalam air ditambahkan ke dalam tanah, maka terjadi reaksi-reaksi kimia yang kompleks di dalam tanah. Butiran pupuk akan menyerap air dari tanah di sekitarnya dan memasuki bagian dalam butirbutir pupuk dan melarutkan fosfat yang akhirnya menghasilkan larutan jenuh atau mendekati jenuh dan fosfat yang terlarut ini selanjutnya berdifusi keluar dari butir-butir pupuk memasuki larutan tanah (Rinsema, 1986).
Kekurangan fosfor (P) pada tanaman akan menyebabkan perakaran tanaman tidak berkembang. Dalam keadaan kekurangan P yang parah, daun, cabang dan batang berwarna ungu. Gejala ini terlihat mulai dari jaringan tua dan seterusnya menjalar kejaringan muda. Hasil tanaman berupa bunga, buah dan buji merosot. Pada jagung batangnya akan menjadi lemah (Damanik, dkk., 2010). Central Composite Rotatable Design (CCRD)
Satu tujuan perlakuan dalam percobaan pupuk adalah untuk menyediakan bukti mengenai ada atau tidaknya pengaruh pupuk dan jika ada, berapa besaran dari pengaruh tersebut. Akan tetapi sering perlakuan digunakan untuk menyediakan suatu taksiran permukaan tanggapan. Mengingat adanya dua tujuan

ini perlakuan harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat menaksir secara paling baik pengaruh pupuk atau permukaan tanggapan (Engelstad, 1985).
Terdapat suatu kelas rancangan faktorial tak lengkap yang dikembangkan terutama untuk menggali permukaan tanggapan polinomial untuk dua peubah terkontrol atau lebih. Rancangan untuk menggali permukaan order kedua cukup memadai untuk evaluasi tanggapan pupuk. Rancangan permukaan tanggapan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan faktorial lengkap dalam hal lebih sedikitnya bahan percobaan yang diperlukan. Koefisien model tanggapan ditaksir dengan tingkat kecermatan yang sama atau bahkan lebih besar (yang dinyatakan atas dasar tiap pengamatan) dari pada yang ditaksir faktorial lengkap (Engelstad, 1985).
Pada dasarnya rancangan permukaan tanggapan sering mangandung dua bentuk geometri seperti kubus dan oktahedran yang mempunyai titik pusat yang sama, sehingga timbul istilah rancangan komposit. Box dan Hunter (1957) memperkenalkan konsep suatu rancangan permukaan tanggapan yang mempunyai suatu “fungsi varians berbentuk bola”yang berarti bahwa varians taksiran tanggapan pada suatu titik tertentu mempunyai suatu nilai yang tergantung hanya pada jarak titik tersebut dari pusat rancangan dan tidak pada arahnya. Rancangan seperti ini disebut rancangan dapat diputar karena rancangan tersebut tidak peka terhadap rotasi dalam kaitannya dengan sumbu-sumbu koordinat aslinya.
Suatu pendekatan yang berbeda dan bersifat intuitif terhadap pemeliharaan faktorial tak lengkap dalam penelitian pupuk telah diterapkan selama beberapa tahun terakhir. Cady dan Laird (1973) menjelaskan sejumlah faktorial tak lengkap yang berbeda yang tidak akan dikelompokkan sebagai rancangan permukaan

tanggapan komposit, tetapi yang memberikan suatu eksplorasi yang baik atas lingkup permukaan tanggapan. Salah satunya yang mempunyai ciri ruang yang diinginkan, galat bias yang rendah dan galat varians yang rendah dan yang telah digunakan para peneliti di Amerika Latin adalah rancangan perlakuan 13, yang dikembangkan terpilih dari suatu faktorial 5 x 5.
Sebagai perbandingan dari faktor lengkap dua faktor masing-masing lima taraf maka terdapat 25 kombinasi, sedangkan CCRD (Central Composite Rotatable Design) hanya menawarkan 13 kombinasi tidak lengkap tetapi masih dapat menduga error. Sedangkan factor lengkap harus memerlukan ulangan paling sedikit dua ulangan.
Penelitian yang pernah melakukan rancangan CCRD yaitu perilaku asamasam organik meracun pada tanah gambut yang diberi garam Na dan beberapa unsure mikro dalam kaitannya dengan hasil padi. Dari penelitian tersebut maka dapat diketahui dosis maksimum dan dosis minimum garam Na yang cocok untuk produksi tanaman padi pada tanah gambut.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di lahan UPT Balai Benih Palawija, Tanjung
Selamat, Deli Serdang, Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m diatas permukaan laut. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan bulan September 2012. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas bisma (jagung nonhibrida) dan varietas SHS-4 (jagung hibrida) sebagai objek yang akan diamati, tanah top soil sebagai media tanam, pupuk N (urea) dan P (SP-36) sebagai pupuk perlakuan pada percobaan, serta bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul sebagai pengolah tanah, meteran sebagai alat pengukur sampel, gembor sebagai alat penyiraman, papan perlakuan sebagai penanda perlakuan pada tanaman, pacak sampel sebagai penanda sampel percobaan, timbangan analitik untuk menimbang pupuk N dan P, polybag sebagai tempat media tanam serta alat lain yang mendukung proses penelitian ini. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yaitu : Faktor I : Varietas Tanaman Jagung, dengan 2 varietas , yaitu :
V1 : Varietas Bisma (Jagung Nonhibrida) V2 : Varietas SHS-4 (Jagung Hibrida)

Faktor II : Pupuk N dan P dengan rancangan Central Composite Rotatable Design

(CCRD) (Cochran and Cox, 1957) yaitu :

Sandi X1 X2

Dosis (g)

Urea

SP-36

1 -1 21 3 -1 41
5− 6+
70
80 90 10 0 11 0 12 0 13 0

-1 -1 1 1
0
0
− +
0 0 0 0 0

1,7 1,1 9,6 1,1 1,7 6,4 9,6 6,4
0,0 3,8
11,3 3,8
5,6 0,0
5,6 7,5 5,6 3,8 5,6 3,8 5,6 3,8 5,6 3,8 5,6 3,8

Jumlah kombinasi perlakuan : 26

Jumlah ulangan

:2

Jumlah sampel per polybag : 1

Jumlah Tanaman per polybag : 1

Jumlah polybag per plot : 2

Jumlah sampel seluruhnya : 52

Jumlah tanaman seluruhnya : 104

Data yang diperoleh dan dikumpulkan, dianalisis dengan sidik ragam

dengan menggunakan model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + α j + βk+ (αβ )jk + ε ijk

i=1,2; j=1,2 ; k=1,2,...,13

Dimana : Yijkl : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i yang mendapat perlakuan varietas
taraf ke-i dan pemberian pupuk N taraf ke-j dan pupuk P taraf ke-k. µ : Nilai tengah rata-rata ρi : Pengaruh ulangan ke-i. α j : Pengaruh varietas ke-j βk : Pengaruh pemberian pupuk pada taraf ke-k (αβ)jk : Pengaruh interaksi varietas taraf ke-j dan pupuk pada taraf ke-k εijk : Pengaruh error dari ulangan ke-i dan varietas ke-j dan dosis pupuk ke-k
Untuk menganalisis pengaruh aplikasi pupuk N dan P digunakan metode permukaan respon dengan model : Y = b0 + b1N + b2P + b11N2 + b22P2 + b12NP Dimana : Y : produksi b0 : konstanta b1, b11 : koefisien regresi dari N b2, b22 : koefisien regresi dari P b12 : koefisien regresi interaksi N dan P

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Areal pertanaman dibersihkan dari gulma . Kemudian digemburkan dan
dibuat plot percobaan dengan ukuran 80 x 60 cm. Parit drainase dibuat dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm dengan jumlah plot adalah 52. Persiapan Media Tanam
Wadah tanam yang digunakan adalah polybag yang berukuran 10 kg. Polybag diisi dengan tanah top soil. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memasukkan benih jagung ke dalam lubang tanam sedalam 3 cm sebanyak 3 butir per polybag kemudian ditutup dengan tanah. Pengaplikasian Pupuk N dan P
Aplikasi pupuk N dilakukan pada saat tanam dan pada 2 MST, sedangkan pupuk P dilakukan pada saat tanam. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan Penjarangan dilakukan jika dalam satu polybag tumbuh lebih dari satu tanaman. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu. Penyulaman Penyulaman dilakukan jika tidak ada tanaman yang tumbuh di dalam polybag. Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam.

Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dan selanjutnya dikurangi bila keadaan tanah masih basah dan lembab. Apabila terjadi hujan maka penyiraman tidak dilakukan. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan tujuan menghindari persaingan antara gulma dan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu, dengan mencabut langsung gulma atau menggunakan cangkul. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman yang terserang hama dan penyakit disemprot dengan insektisida dan fungisida sesuai dosis anjuran sebanyak dua kali selama penelitian ini berlangsung. Panen Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panennya yaitu sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Pengeringan dan Pemipilan Setelah panen, dilakukan pengeringan tongkol jagung selama ± 4 hari hingga kering angin. Setelah kering dilakukan pemipilan dengan tangan. Pengamatan Parameter Fase Vegetatif Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, pengukuran tinggi tanaman jagung ini dilakukan setiap minggu dimulai tanaman berumur 2 MST sampai dengan 8 MST.

Jumlah Daun (helai) Pengambilan data jumlah daun dihitung pada seluruh daun yang sudah membuka sempurna pada setiap tanaman. Pengambilan data dilakukan setiap minggu dimulai dari tanaman berumur 2 MST sampai 8 MST. Jumlah Daun di atas Tongkol (helai) Pengambilan data jumlah daun di atas tongkol dilakukan setelah bunga jantan dan bunga betina sudah muncul dengan sempurna. Daun di hitung pada keseluruhan daun yang ada di atas tongkol (bunga betina) tanaman jagung. Pengamatan Parameter Fase Generatif Umur Berbunga (hst) Umur berbunga dihitung pada saat bunga pertama sudah muncul dalam satu tanaman. Umur Panen (hst) Umur panen dihitung mulai dari saat tanam sampai pada saat dilakukannya pemanenan. Panjang Tongkol (cm) Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol yang berisi biji setelah kelobot dikelupas. Diameter Tongkol (cm) Diameter tongkol dihitung pada bagian tengah tongkol terbesar setelah kelobot dikelupas. Produksi Pipilan Kering Per Sampel (gr) Perhitungan produksi pipilan kering per sampel dilakukan setelah jagung dipipil dan ditimbang secara analitik.

Bobot 100 biji Kering Per Sampel (gr) Bobot 100 biji kering per sampel diukur setelah biji jagung dipipil dengan kadar air 18% diambil secara acak. Kemudian biji ditimbang 100 biji masingmasing per sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman dan sidik ragam pada pengamatan 2, 4, 6

dan 8 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 5-12.

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan varietas berbeda nyata

terhadap tinggi tanaman 2 MST s/d 8 MST, sedangkan perlakuan pupuk serta

interaksi antara varietas dan pupuk belum berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman.

Rataan tinggi tanaman dengan perlakuan varietas dan pupuk dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada 2, 4, 6, 8 MST dengan perlakuan varietas dan pupuk N, P

Perlakuan

2 MST

Tinggi Tanaman (cm)

4 MST

6 MST

8 MST

Varietas

V1 (Bisma)

37.34a

75.64a

131.23a

180.67a

V2 (SHS-4)

27.44b

62.60b

115.85b

171.66b

Pupuk

1

33.58

68.19

118.21

176.33

2

31.96

66.29

117.64

172.53

3

29.14

73.33

133.25

184.29

4

32.34

68.31

117.09

175.38

5

31.39

62.84

110.76

161.15

6

34.85

73.29

128.15

178.73

7

34.09

64.91

123.73

178.56