yang menilai rendah pada pengembangan gabungan kelompok tani lebih banyak dibanding menilai tinggi sehingga diperoleh rata-rata variabel kemandirian
kelompok tani X4, sebesar 59,26 termasuk dalam kriteria rendah.
2.2 Jenis-jenis Kopi
Menurut Prastowo et.al 2010, Kopi Coffea sp. merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan Indonesia meng-
ekspor kopi ke berbagai negara senilai US588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US 9,740,453.000 dan di luar dan di dalam negeri kopi juga
sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat. Di Indonesia sudah lama dikenal ada beberapa jenis kopi, diantaranya adalah :
1. Kopi arabika. Penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan
biji arabika mocca dari Arabia. Jenis kopi ini oleh Gubernur Jenderal Belanda di Malabar dikirim juga ke Batavia pada tahun 1696. Karena tanaman ini
kemudian mati oleh banjir, pada tahun 1699 didatangkan lagi bibit-bibit baru, yang kemudian berkembang di sekitar Jakarta dan Jawa Barat, akhirnya
menyebar ke berbagai bagian di kepulauan Indonesia. 2. Kopi robusta. Kopi Robusta Coffea canephora dimasukkan ke Indonesia pada
tahun 1900 Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih tinggi.
Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang dan mendesak kopi-kopi lainnya. Saat ini lebih dari 90 dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas kopi
Robusta. 3. Kopi spesial Indonesia. Di dunia termasuk di Indonesia dikenal kopi khas yang
citarasanya khas. Contoh kopi tersebut di Indonesia antara lain kopi lintong, kopi toraja dan lainnya, yang umumnya adalah jenis kopi arabika. Secara
historis dikenal juga kopi luwak yang sangat terkenal citarasanya karena cara panen dan prosesnya yang melalui hewan luwak.
Menurut Rahardjo 2012, ada empat jenis kelompok kopi yang dikenal, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika, dan kopi ekselsa. Kelompok kopi
yang dikenal memiliki nilai ekonomis dan diperdagangkan secara komersial, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Sementara itu, kelompok kopi liberika dan kopi
ekselsa kurang ekonomis dan kurang komersial. Kopi arabika dan kopi robusta memasok sebagian besar perdagangan kopi
dunia. Jenis kopi arabika memiliki cita rasa tinggi dan kadar kafein lebih rendah dibandingkan dengan robusta sehingga harganya lebih mahal. Kualitas cita rasa
kopi robusta dibawah kopi arabika, tetapi kopi robusta tahan terhadap penyakit karat daun. Oleh karena itu, luas areal pertanaman kopi robusta di Indonesia lebih
besar daripada luas areal pertanaman kopi arabika sehingga produksi kopi robusta lebih banyak. Kopi liberika dan kopi ekselsa dikenal kurang ekonomis dan
komersial karena memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran biji serta kualitas cita rasanya. Pohon kopi liberikan tumbuh sangat subur di daerah kelembaban
tinggi dan panas, sementara itu, kopi ekselsa umumnya ditanam dengan tingkat perawatan yang sederhana tanpa dipangkas.
Bagi petani, kopi bukan hanya sekadar minuman segar dan berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun
yang lalu, kopi telah menjadi sumber pendapatan bagi para petani. Tanpa pemeliharaan intensif pun, produksi kopi yang dihasilkan cukup lumayan untuk
menambah penghasilan. Apalagi bila pemeliharaan dan pengolahannya cukup baik, pasti usaha ini mendatangkan keuntungan berlipat ganda Najiyati dan
Danarti, 2009. Pengusahaan kopi robusta perkebunan rakyat diharapkan mampu
memberikan sumbangan yang cukup besar bagi peningkatan dan kesejahteraan petani. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam usahatani kopi robusta
rakyat memunculkan tantangan ke depan yang semakin besar bagi pemerintah dalam mewujudkan pengembangan komoditas yang memperhatikan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia. Budidaya tanaman kopi memerlukan
perhatian yang intensif untuk dapat menghasilkan produksi yang ingin dicapai.
Kenyataan yang sering dijumpai pada pertanaman kopi, khususnya kopi rakyat, pemeliharaannya sangat bergantung pada nilai ekonomi dari biji kopi yang
dihasilkan. Pada saat harga kopi meningkat, pemeliharaan cukup intensif, tetapi bila harga turun hampir dipastikan banyak pertanaman kopi yang tidak dirawat
Soetriono et.al, 2010.
2.3 Landasan Teori