Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Menurut Mikail 2011, dalam Nadya:2012:2 masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah pada dasarnya cukup kompleks dan bervariasi. Peserta didik pada tingkat Sekolah Dasar SD misalnya, masalah kesehatan yang muncul biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan, sehingga isu yang lebih menonjol adalah perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan pakai sabun, dan kebersihan diri lainnya. Perilaku hidup bersih dan sehat PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat Kemenkes RI, 2011. Adapun indikator PHBS di sekolah meliputi; jajan di kantin sekolah, mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, buang air kecil dan buang air besar di jamban sekolah serta menyiram jamban dengan air setelah di gunakan, mengikuti kegiatan olahraga dan aktivitas fisik di sekolah, memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, membuang sampah pada tempatnya Kemenkes RI, 2011. Laporan Riset Kesehatan Dasar RIKESDAS Nasional tahun 2007, dapat disimpulkan bahwa perilaku yang menyangkut kebersihan dapat mempengaruhi kesehatan. Banyak penyakit yang dapat disebabkan karena perilaku hidup bersih dan sehat yang masih kurang seperti diare, cacingan, masalah periodontal, filariasis, demam berdarah dan muntaber. Masalah kebersihan diri yang cukup banyak dialami oleh murid sekolah dasar yaitu: 86 murid yang bermasalah pada gigi, 53 tidak biasa potong kuku, 42 murid yang tidak biasa menggosok gigi, dan 8 murid yang tidak mencuci tangan sebelum makan. Selain itu data penyakit yang diderita oleh anak sekolah terkait perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60 –80, dan caries gigi sebesar 74,4. Kompleksnya masalah kesehatan anak sekolah perlu ditanggulangi secara komprehensif dan multisektor Depkes RI, 2008 dalam Nadia: 2012:3. Deret masalah ini tidak bisa didiamkan, mengingat jumlah anak-anak di Indonesia cukup besar. Tahun 2010, jumlah anak-anak di Indonesia diperkirakan mencapai 64,85 juta jiwa. Dan diperkirakan mencapai 65,31 juta pada tahun 2015. Porsi jumlah penduduk anak-anak Indonesia dengan kategori usia 0-14 tahun sekitar 28-34 terhadap jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2010 mencapai 235 juta jiwa Kemenkes RI, 2011. Mengingat dampak perilaku tidak sehat pada siswa cukup besar sebagaimana dijelaskan diatas, maka diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan aktivitas mereka agar berperilaku sehat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan promosi kesehatan PHBS di sekolah. Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi kesehatan diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran Notoatmodjo, 2007. Perawat tentunya memiliki peran penting dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan educatorserta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mencapai tujuan perubahan perilaku untuk hidup bersih dan sehat yang merupakan visi dari promosi kesehatan Effendi, 2009. Salah satu upaya untuk mengembangkan promosi kesehatan di sekolah adalah melalui pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah UKS sebagai upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, terencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkanan mengembangkan serta membimbing dalam melaksanakan prinsip hidup bersih dan sehat dalam kehidupan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah Depkes RI, 2008. Menurut Depkes RI 2001 dalam siklus hidup, masa kanak-kanak merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokok bagi terwujudnya manusia yang berkualitas sebagai sumber daya pembangunan bangsa. Kesadaran akan fungsi anak dan substantifnya melatarbelakangi dikembangkannya berbagi upaya pembinaan anak, termasuk usaha kesehatan sekolah UKS. Upaya pembinaan melalui sekolah telah dinyatakan dalam undang-undang RI No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. Pada bab V Pasal 45 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan, sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas Sumijatun, dkk, 2006. Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi pada kenyataannya pengakuan ini tidaklah didukung oleh kenyataan Notoatmodjo, 1993. Berdasarkan hasil survey 2008 yang dilakukan di SD Muhammadiyah Wilayah Kota Malang di peroleh data SD Muhammadiyah I yang berdiri sejak tahun 1978 belum mendapat pembinaan tentang UKS. SD Muhammadiyah IV berdiri sejak tahun 1971 sampai saat ini belum pernah mendapat pembinaan UKS, SD Muhammadiyah V berdiri sejak tahun 1958 sampai sekarang pernah mendapatkan satu kali pembinaan UKS namun saat ini pembinaan UKS sudah tidak ada lagi, SD Muhammadiyah VI berdiri sejak tahun 1975 sampai sekarang hanya satu kali mendapatkan pembinaan tentang UKS dan SD Muhammadiyah IX berdiri pada tahun 1970 sampai sekarang sudah pernah dilakukan pembinaan UKS satu kali Prasetyo, 2010. Promosi kesehatan juga merupakan suatu proses yang mempunyai masukan input dan keluaran output. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut, disamping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantualat peraga pendidikan yang dipakai. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan sasaran pendidikan tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa atau sasaan individual. Untuk sasaran massapun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya Notoatmodjo, 2007. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Muhammadiyah 1 malang pada bulan maret 2013, didapatkan dari hasil wawancara dengan guru UKS bahwa UKS di Sekolah belum pernah melaksanakan promosi kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di sekolah. Penyampaian mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hanya disampaikan pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler UKS sebanyak kurang lebih 20 orang. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas III dan IV didapatkan bahwa mereka belum mengetahui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di sekolah. 2 siswa mengatakan mengetahui tentang PHBS karena mengikuti ekstrakurikuler di sekolah, namun mereka mengatakan sudah lupa dengan apa yang diajarkan. Adapun promosi kesehatan dilaksanakan oleh Puskesmas setiap satu tahun sekali dengan materi kesehatan gigi. Namun, penyampaiannya dilakukan hanya dengan metode ceramah seperti saat di kelas sehingga agak membosankan. Hasil wawancara dengan petugas puskesmas Arjuno juga didapatkan bahwa media yang digunakan dalam promosi kesehatan di sekolah masih sangat terbatas. Dalam masa pertumbuhan anak yang dibutuhkan adalah bermain sekaligus belajar, karena bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak atau dengan kata lain dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan hal yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui bermain, anak akan belajar tentang dunia sekitarnya dan belajar berkomunikasi dengan obyek, waktu, lingkungan yang berhubungan dengan orang lain. Juga dengan bermain anak akan belajar menghadapi berbagai macam stres. Permainan anak diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk fisik, melatih sosialisasi dan membentuk kepribadian Kemenkes RI, 2012. Oleh sebab itu, permainan dapat dijadikan sebagai media dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada anak dengan menyesuaikan tahap perkembangan anak. Dalam bermain pada tahap yang tertinggi, penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar dan logika yang bersifat objektif. Sejak usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan social play with rules, di mana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan. Salah satu permainannya yaitu permainan ular tangga Tedjasaputra, 2001. Permainan ular tangga sendiri merupakan permainan papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan dadu dan bidak sebagai pemain Rahayu, 2011. Permainan ular tangga ini ringan mudah dimengerti, sederhana peraturannya, mendidik, dan menghibur anak-anak dengan cara yang positif dan sangat interaktif. Pada penelitian Rahayu 2011, penggunaan media ular tangga yang telah dikembangkan dapat memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa Inggris pokok bahasan noun . Oleh karena itu, permainan ular tangga akan dikembangkan menjadi sebuah media promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS di Sekolah. Dari hasil pemaparan di atas, maka peneliti dalam skripsi ini memberikan solusi yang dikembangkan dalam judul “Pengembangan Media Ular Tangga untuk Permainan Simulasi Sebagai Upaya Promotif Meningkatkan Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar Terhadap PHBS di Sekolah”. 1.2 Tujuan Penelitian Pengembangan 1.2.1 Tujuan Umum