dapat  dibangun.  Sebaliknya,  apabila  lapisan  tanah  keras  cukup  dalam,  maka digunakan pondasi dalam. Gedung bertingkat tinggi pada umumnya menggunakan
pondasi dalam karena beban yang diperoleh dari superstruktur cukup besar. Pondasi dalam terdiri atas tiang pancang dan tiang bor
bored pile
Redana, 2010.
2.4.5.1 Daya Dukung Tiang
Daya  dukung  tiang  pondasi
bored pile
merupakan  penjumlahan  tahanan ujung
Q
b
dan tahanan selimut tiang
Q
s
.
s b
u
Q Q
Q 
2-51
Ab qc
qc Q
b
 
 2
2 1
2-52
 
 
 
 
 
 
D Z
L D
Z c
s s
fs As
fs As
K Q
8 8
,
5 ,
2-53 Keterangan:
Q
b
= Tahanan ujung tiang
Q
s
= Tahanan selimut tiang
qc
1
= Nilai rerata qc dari 0,7 D sampai dengan 4 D di bawah ujung tiang
qc
2
= Nilai rerata qc dari 8 D di atas ujung tiang sampai di ujung tiang
A
b
= Luas penampang tiang
A
s
= Luasan selimut tiang cm
f
s
= rata-rata dari nilai fs pada setiap titik CPT
fs
1
,
fs
2
, dan
fs
3
Nilai
K
s
dan
K
c
merupakan faktor reduksi, tergantung pada kedalaman dan nilai  gesekan  selimut.  Karena  jenis  fondasi  berupa  beton  bertulang,  maka
digunakan nilai
K
c
. Nilai
K
c
diperoleh dari grafik berikut ini:
Gambar 2.4 Diagram nilai faktor reduksi
K
s
dan
K
c
Daya dukung ijin
Q
i
tiang dihitung sebagai berikut:
F K Qu
Qi 
2-54
2.4.5.2 Kelompok Tiang
Beberapa
bored  pile
disatukan  menggunakan
poer
yang  kaku,  untuk menerima  beban  dengan  nilai  yang  besar  dari  struktur  di  atasnya.  Untuk
menentukan jumlah tiang dalam kelompok tiang digunakan rumus:
tia ng p
V n
1
 2-55
Keterangan:
n =
jumlah tiang
V
= gaya aksial rencana pondasi
p
1 tiang
=
kekuatan satu tiang Ketentuan jarak antar tiang adalah sebagai berikut:
2,5 D ≤ S≤3,5 D
2-56
dengan,
S
= jarak antar tiang
D
= diameter tiang Jarak tiang ke tepi
poer
adalah 1,25 D ≤
S≤1,5 D 2-57
dengan,
S
= jarak tiang ke tepi
poer D
= diameter tiang Keamanan satu tiang dalam kelompok perlu dikontrol dengan rumus berikut:
2 2
y y
M x
x M
n V
P
x y
 
 
 
 
2-58 Keterangan:
P =
beban maksimum yang diterima tiang Σ
V =
jumlah total beban normal
n =
jumlah tiang dalam satu
poer Mx
=
momen yang bekerja pada tiang tegak lurus sumbu x yang bekerja pada pondasi, diperhitungkan terhadap pusat berat seluruh tiang yang terdapat
dalam
poer My
=
momen yang bekerja pada tiang tegak lurus sumbu y yang bekerja pada pondasi, diperhitungkan terhadap pusat berat seluruh tiang yang terdapat
dalam
poer x
=
absis tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
y =
ordinat tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang Σ
x
2
=
jumlah kuadrat absis tiang pancang Σ
y
2
=
jumlah kuadrat ordinat tiang pancang
3.4.5.3 Kontrol Terhadap Geser