PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI TERHADAP PEMAHAMAN LABEL OBAT DIARE PADA PELAKU SWAMEDIKASI

(1)

SKRIPSI

YULIA RAHMAWATI

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN

EKONOMI TERHADAP PEMAHAMAN LABEL

OBAT DIARE PADA PELAKU SWAMEDIKASI

`

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2010


(2)

Lembar Pengesahan

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI

TERHADAP PEMAHAMAN LABEL OBAT DIARE

PADA PELAKU SWAMEDIKASI

SKRIPSI

Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang 2010

Oleh:

YULIA RAHMAWATI NIM : 06040025

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS Dr. H. Abdul Rahem, Apt., M.Kes NIP. UMM. 114. 0704. 0450


(3)

Lembar Pengujian

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI

TERHADAP PEMAHAMAN LABEL OBAT DIARE

PADA PELAKU SWAMEDIKASI

SKRIPSI

Telah Diuji dan Dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 20 Juli 2010

Oleh:

YULIA RAHMAWATI NIM : 06040025

Tim Penguji :

Penguji I Penguji II

Dra. Lilik Yusetyani, Apt., SpFRS Dr. H. Abdul Rahem, Apt., M.Kes NIP. UMM. 114. 0704. 0450

Penguji III Penguji IV

Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS Siti Rofida, S.Si., Apt. NIP. UMM. 114. 0609. 0449 NIP. UMM. 114. 0804. 0453


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberi kesempatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Ekonomi Terhadap Pemahaman Label Obat Diare pada Pelaku Swamedikasi.

Tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dan juga ucapan terima kasih penulis sampaikan pada pihak yang membantu suksesnya tugas akhir ini :

1. Tri Lestari H.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Drs.H.Achmad Inoni, Apt. selaku Kepala Jurusan Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Lilik Yusetyani, Apt., Sp.FRS selaku dosen Pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Dr. H. Abdul Rahem, Apt., M.Kes selaku dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, saran dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Hidajah Rachmawati, S.Si., Apt., Sp.FRS selaku dosen Penguji, atas segala saran yang diberikan, sehingga tugas akhir ini menjadi lebih baik. 6. Siti Rofida, S.Si., Apt. selaku dosen Penguji, atas segala saran yang

diberikan, sehingga tugas akhir ini menjadi lebih baik.

7. Dra.Uswatun Chasanah, Apt. selaku dosen wali, atas evaluasi hasil studi setiap semester dan segala saran yang diberikan.

8. Para Dosen Pengajar Program Studi Farmasi UMM atas kesabaran dan semangat dalam memberikan bekal ilmu dan pengetahuan.

9. Para Staf TU Program Studi Farmasi UMM yang telah banyak membantu dengan tulus dalam memberikan pelayanan kemahasiswaan.


(5)

10.Bapak dan Ibuku serta kakakku tercinta untuk segala cinta, kasih sayang, nasehat dan doa yang selalu teriring.

11.Rekan seperjuangan Ika shafrarizkia, Heti Kurniasari, Furaida Arifiani, Dina Anwar dan Lisa Narulita atas segala bentuk kerjasamanya selama pengerjaan tugas akhir ini.

12.Teman-teman farmasi angkatan 2006, untuk semangat, canda tawa, inspirasi dan persahabatan yang indah. Jalan baru akan kita tempuh, keceriaan dan semangat kalian akan selalu terkenang.

13.Teman-teman Kos BS 31, khususnya Vindi, Ana dan Yuli yang selalu memberiku semangat, inspirasi dan persahabatan yang indah.

14.Apotek Kepuh Farma yang membantu menyediakan tempat untuk melaksanakan penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan baik.

15.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut membantu dalam penulisa karya tulis akhir ini.

Perlu disadari bahwa tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna tercapainya hasil yang lebih baik.

Semoga apa yang telah penulis tuangkan dalam tugas akhir ini sedikit banyak dapat memberikan manfaat bagi semua. Amin.

Malang, Juli 2010


(6)

RINGKASAN

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN EKONOMI TERHADAP PEMAHAMAN LABEL OBAT DIARE PADA PELAKU SWAMEDIKASI

Pada tahun 1988 penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 - 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah 5 tahun (± 40 juta kejadian). Sebagian dari penderita (1-2%) akan mengalami dehidrasi dan jika tidak segera ditolong 50-60% di antaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya. Sekitar 1,5 – 2 juta penderita diare berobat jalan (Noerasid, 1988).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Malang pada tahun 2009, angka kesakitan diare (termasuk kolera) adalah sekitar 16,752 ribu dari jumlah penduduk kota Malang (Dinkes, 2009).

Tingkat kematianakibat penyakit diare dapat terjadi apabila pertolongannya terlambat. Kematian tersebut terjadi karena banyak kehilangan cairan. Kekurangan cairan ini biasa disebut dehidrasi.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan dalam waktu satu tahun penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit sebanyak 75% dari jumlah penduduknya. Dari jumlah tersebut, 10% tidak berbuat apa-apa, 25% pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, dan sisanya sebanyak 65% melakukan pengobatan sendiri. Diperkirakan bahwa di Indonesia yang pergi ke dokter kurang dari 25%, sedangkan yang melakukan pengobatan sendiri lebih dari 65% jumlah penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit dalam setahun (Sartono, 1993).

Pada saat seseorang memutuskan untuk melakukan swamedikasi, maka akan timbul kebutuhan informasi mengenai obat. Kebutuhan informasi tersebut salah satunya adalah label obat. Beberapa kesalahan yang sering diakukan orang adalah ketika mereka diare ringan langsung diberi obat diare padahal mereka belum mengetahui penyebab dari diare tersebut. Selain itu, pemakaian obat diare yang terlalu sering dapat mengakibatkan terjadinya sembelit. Oleh karena itu pada penggunaan yang tidak sesuai aturan atau ketidakpatuhan individu akan menyebabkan timbulnya efek samping dan toksisitas. Permasalahan yang timbul adalah apakah tingkat pendidikan dan ekonomi mempengaruhi pemahaman label penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman label obat diare pada pelaku swamedikasi.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman label penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Berdasarkan waktunya, penelitian ini termasuk dalam penelitian cross-sectional yaitu setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Pengambilan sampel adalah total populasi, pengambilan data menggunakan kuisoner dan analisis statistik data


(7)

menggunakan analisis regresi logistik gandadengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman pada label obat diare pada pelaku swamedikasi. Hal ini menunjukkan masih ada variabel-variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap pemahaman pada label obat diare. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman pada label obat diare. Selain itu perbaikan label obat menjadi mudah dipahami juga perlu dilakukan sehingga dapat memudahkan dan menjadi sumber informasi utama bagi pelaku swamedikasi dalam menggunakan label obat diare.


(8)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT EKONOMI TERHADAP PEMAHAMAN LABEL OBAT DIARE PADA PELAKU

SWAMEDIKASI

Diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dengan angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Dalam upaya untuk mengatasi diare tersebut, banyak masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri. Label obat merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan informasi obat. Informasi yang terdapat pada label obat akan membantu seseorang untuk memilih obat bebas secara tepat apabila penggunaannya sesuai dengan ketentuan. Permasalahan yang timbul adalah apakah tingkat pendidikan dan ekonomi mempengaruhi pemahaman label penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman label obat penggunaan obat diare yang di beli secara bebas.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional. Berdasarkan waktunya, penelitian ini termasuk dalam penelitian cross-sectional yaitu setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Pengambilan sampel adalah total populasi, pengambilan data menggunakan kuisoner dan analisis statistik data menggunakan analisis regresi logistik ganda dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman pada label obat diare pada pelaku swamedikasi. Dari penelitian ini dapat disarankan agar adanya perbaikan label obat menjadi mudah dipahami, lengkap dan akurat serta menarik, sehingga dapat memudahkan dan menjadi sumber informasi utama bagi pelaku swamedikasi dalam menggunakan label obat diare.


(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EDUCATION AND ECONOMIC LEVELS TOWARD DIARRHEA MEDICINE LABEL UNDERSTANDING AT THE

SELF MEDICATION DOERS

Diarrhea is societal health problem in Indonesia, with the illness and mortality still high. In effort to overcome the problem, many society conduct self medication. The diarrhea label is the easy way to get information about the medicine. The information at the label will help someone to choose free medicine appropriately if the usage suitable with the stipulation. The emerging problem is, do the education and economic levels influence the understanding to the diarrhea medicine label.

The research aimed at knowing the influence of education and economic level toward the diarrhea medicine label understanding that is bought freely.

The research was observational research. Based on the time, the research included into cross sectional, that is each subjects researched once and the measurement done toward character status or subject variable during the examination. The sample taking done total population, data taking by questionnaire and data statistical analysis by using multiple logistic regression analysis with significance level of 0.05

The results showed that no significant influence from the education and economic level toward the diarrhea medicine label understanding to the self medication. From the research, it is suggested to make the medicine label become easier to be understood, complete, and accurate, and interesting, so it able to facilitate and become information source for the doers of self medication in using the diarrhea medicine.

Keywords: education level, economic level, medicine label understanding, diarrhea.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... iiiii

LEMBAR PENGUJIAN ... iiiii

KATA PENGANTAR ... ivii RINGKASAN ... viii

ABSTRAK ... viii DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 ... PENDAHULUAN 1iii

1.1 Latar Belakang ... 1iii

1.2 Rumusan Masalah ... 3iii

1.3 Tujuan ... 3 ii

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3 iii

1.5 Manfaat Penelitian ... 4 ii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5 ii

2.1 Tinjauan Umum Tentang Diare ... 5 iii

2.1.1 Definisi Diare ... 5 iii

2.1.2 Penyebab Diare ... 5 iii

2.1.3 Penggolongan Diare ... 6 iii

2.1.4 Penatalaksanaan Terapi ... 6 iii

2.2 Tinjauan Umum Tentang Self Care dan Swamedikasi ... 10ii

2.2.1 Definisi Self Care dan Swamedikasi ... 10ii

2.2.2 Perilaku Swamedikasi ... 11ii

2.2.3 Pelaksanaan Swamedikasi ... 12ii

2.3 Tinjauan Umum Tentang Obat Bebas ... 13i

2.3.1 Definisi Obat Bebas ... 13i

2.3.2 Resiko Penggunaan Obat Bebas ... 15i


(11)

2.4 Tinjauan Umum Tentang Label Obat Bebas ... 16i

2.4.1 Definisi Label Obat ... 16i

2.4.2 Peraturan Label Obat ... 16i

2.4.3 Definisi Informasi Dalam Label Obat ... 17i

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Label Obat ... 18i

BAB 3 ... KERANGKA KONSEPTUAL 20i

BAB 4 ... METODE PENELITIAN 22i

4.1 ... Jenis Penelitian 22i

4.2 ... Populasi Sampel 22i

4.3 ... Sampel 22i

4.3.1 ... Teknik Sampling 22i

4.3.2 ...Besar Sampel 23i

4.4 ... Klasifikasi Dan Definisi Operasional Variabel 23i

4.4.1 ...Variabel Dependent 23i

4.4.2 ... Variabel Independent 23i

4.5 ... Instrumen Penelitian 23i

4.6 ... Alur Kerja 24i

4.7 ... Teknik Pengumpulan Data 25i

4.8 ... Analisis Data 25i

BAB 5 ... HASIL PENELITIAN 26i

... 5.1 Karakteristik 26i

5.1.1 Jenis Obat Diare Yang Dipakai ... 26i 5.1.2 Informasi Pada Label Obat ... 27i

... 5.2 Data Penel 5.2.1 Gambaran Umum Tingkat Pendidikan Responden ... 27i

5.2.2 Gambaran Umum Tingkat Ekonomi Responden ... 29i

5.2.3... P emahaman Responden Terhadap Label Obat ... 29i

5.3 ... Analisis Data 31i

BAB 6 ... PEMBAHASAN 32i


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 38i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

V.1 Distribusi Frekuensi Obat Bebas Yang Digunakan ... 26 V.2 Kelengkapan informasi yang tercantum pada kemasan obat ... 27 V.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden ... 28 V.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Responden Selama Sebulan

(Tingkat Ekonomi) ... 29 V.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman terhadap Informasi Label Obat

Diare ... 30 V.6 Analisis regresi logistik antara tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan kerangka konseptual... 20

4.1 Bagan Alur Kerja ... 24

5.1 Distribusi Jenis Obat Diare Yang Digunakan Responden ... 26

5.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Responden ... 28

5.3 Distribusi frekuensi Tingkat Ekonomi Responden ... 29


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kuisoner ... 40

2 Data Tabulasi ... 41

3 Hasil Analisis Regresi Logistik ... 42

4 Daftar Riwayat Hidup ... 44


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Undang-Undang Kesehatan. Cetakan pertama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 3

Anonim, 2009. Diare Penyebab Kematian Pada Balita. Diakses tanggal : 30 April 2010. [online]. Didapat dari : URL :

http://murtaqicomunity.wordpress.com/2009/07/07/diare-penyebab-kematian-pada-balita/

Andersen R., 1968. A Behavioral Model of Families Use of Health Services.

Research Series 25, The University Chicago

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id =128&Itemid=63 

Anief, M., 2003. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan ke-4, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 1 – 153

About self-care. Ditulis oleh : WSMI. Diakses tanggal : 17 Januari 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://www.wsmi.org/about_selfcare.htm Ansel, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Cetakan pertama, Jakarta :

Indonesia University Press, hal 1

Daldiyono, 1997. Diare.Gastroenterologi Hepatologi. Cetakan kedua, Jakarta : CV.Sagung Seto, hal 21-40

Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion. Ditulis oleh : WHO. Diakses tanggal : 30 april 2010. [online]. Didapat dari : URL :

http://whqlibdoc.who.int/publications/1988/924154239X_eng.pdf

Muchid, A., Umar, F., Chusun, Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S., Zardania, E., Iskandar, A.S., Lasweti., Purnama, N.R., Istiqomah, S.N., Masrul., Rahim, R., Lestari, S.B., Yuniar, Y., Syamsudin, F., Retnohidayanti, D, 2006.

Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, hal 55-57

Noerasid, H., Suraatmadja, S., dan Asnil, P.O., 1999. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis. Cetakan ketiga, Jakarta : Balai Penerbitan FKUI, hal 51-95

Noer, H.M.S, Waspadji, S., Rachman, A.M, Lesmna, L.A., Widodo, D., Isbagio, H., Alwi, I., Husodo, U.B., 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3, Jakarta : Indonesia University Press, hal 451

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga, Jakarta : Asdi Mahasatya, hal 145-150

Riduwan dan Akdon, 2009. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta, hal 16-19, 142-146, 249-258


(16)

Sari, I.P., 2004. Penelitian Farmasi Komunitas dan Klinik. Cetakan pertama, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 24-26

Sartono, 1993. Apa Yang sebaiknya anda ketahui Tentang Obat-obat bebas dan bebas terbatas. Cetakan pertama, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, hal 1

Suharyono, 1999. Diare Kronik. Gastroenterologi Anak Praktis. Cetakan ketiga, Jakarta : Balai Penerbitan FKUI, hal 51-95

Susanto dan Hariwijaya, M., 2006. Pengetahuan Praktis Tentang Penyakit Dan Obat-obatan. Cetakan pertama, Jogjakarta: Bandaliko Press, hal 75-81 Tjay, H.T dan Rahardja, K., 1993. Swamedikasi. Cetakan pertama, Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

The Role of the Pharmacist in Self-Care and Self-Medication. Diakses tanggal : 30 april 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/whozip32e/whozip32e.pdf 

Uji Kompetensi Apoteker Terkait Swamedikasi. Ditulis oleh : HISFARMA. 01 Januari 2010.(Online). Didapat dari : URL : http://hisfarma.blogspot.com/search/label/ISFI 

Wahyudi, S., 2009. Diare dan Upaya Pencegahannya. Diakses tanggal : 17 agustus 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task =view&id=26&Itemid=74


(17)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pada tahun 1988 penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 - 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah 5 tahun (± 40 juta kejadian). Sebagian dari penderita (1-2%) akan mengalami dehidrasi dan jika tidak segera ditolong 50-60% di antaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya. Sekitar 1,5 – 2 juta penderita diare berobat jalan (Noerasid dkk, 1988).

Menurut data badan kesehatan dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare (anonym, 2009).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Malang pada tahun 2009, Angka kesakitan diare (termasuk kolera) adalah sekitar 16,752 ribu dari jumlah penduduk kota Malang (Dinkes, 2009).

Tingkat kematian akibat penyakit diare cukup tinggi. Sebagian besar orang menganggap penyakit diare adalah penyakit yang ringan. Bila pertolongannya terlambat akan menyebabkan kematian karena terjadi kekurangan cairan tubuh dan garam-garam yang sangat berguna bagi tubuh. Semakin lama seseorang


(18)

2

terkena penyakit diare maka semakin banyak dan cepat kehilangan cairan. Kekurangan cairan ini biasa disebut dehidrasi.

Orang yang mengalami sakit akan berusaha mencari obatnya, maupun cara pengobatannya. Dua macam tindakan yang sering kali dilakukan manusia ketika mengalami gangguan kesehatan yaitu pergi ke dokter atau melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi).

Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan dalam waktu satu tahun penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit sebanyak 75% dari jumlah penduduknya. Dari jumlah tersebut, 10% tidak berbuat apa-apa, 25% pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, dan sisanya sebanyak 65% melakukan pengobatan sendiri. Diperkirakan bahwa di Indonesia yang pergi ke dokter kurang dari 25%, sedangkan yang melakukan pengobatan sendiri lebih dari 65% jumlah penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit dalam setahun (Sartono, 1993) .

Informasi mengenai obat dapat diperoleh dari tenaga kesehatan, yaitu dokter, farmasis, ataupun sumber informasi tertulis yang meliputi buku-buku tentang informasi obat, internet dan label obat. Label obat merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan informasi obat. Informasi yang terdapat pada label obat akan membantu seseorang untuk memilih obat bebas secara tepat apabila penggunaannya sesuai dengan ketentuan. Pada saat seseorang memutuskan untuk melakukan swamedikasi, maka akan timbul kebutuhan informasi mengenai obat. Adanya kebutuhan tersebut akan mendorong seseorang untuk mencari sumber informasi salah satunya adalah label obat.

Beberapa kesalahan yang sering diakukan orang dalam penggunaan obat diare adalah mereka sering terlalu ingin cepat sembuh. Sehingga ketika sakit (mencret) ringan diberi obat diare padahal mereka belum mengetahui penyebab dari diare tersebut. Apabila diare disebabkan karena alergi makanan sebenarnya tidak diperlukan pengobatan dengan obat diare tetapi menghindari konsumsi makanan tersebut. Pemakaian obat diare yang terlalu sering mengakibatkan terjadinya sembelit. Oleh karena itu pada penggunaan yang tidak sesuai aturan atau ketidakpatuhan konsumen akan menyebabkan timbulnya efek samping dan toksisitas sehingga diperlukan penelitian mengenai pemahaman konsumen


(19)

3

terhadap informasi yang terdapat pada label obat sebagai upaya menjamin keamanan penggunaan obat bebas.

Tingkat pendidikan dan ekonomi merupakan faktor yang menentukan kelas sosial dari masing-masing individu. Dalam konteks penelitian ini, akan di teliti pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman label obat diare.

Penelitian ini akan mencari tahu apakah konsumen paham dan membaca informasi pada label obat yang meliputi indikasi, komposisi, kontra indikasi, perhatian dan peringatan, efek samping, aturan pakai, cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsa. Oleh karena itu, label obat harus mudah dimengerti untuk meningkatkan pemahaman konsumen akan arti informasi obat.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman label penggunaan

obat diare yang dibeli secara bebas?

b. Apakah tingkat ekonomi mempengaruhi pemahaman label penggunaan obat

diare yang dibeli secara bebas?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemahaman label

penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas

b. Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi terhadap pemahaman label

penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman label penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas

b. Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap pemahaman label penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas


(20)

4

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan data untuk pengembangan peran farmasis pada swamedikasi b. Memberikan gambaran untuk pengembangan label obat yang lebih informatif

bagi pelaku swamedikasi

c. Memberikan data untuk penelitian lebih lanjut mengenai swamedikasi obat bebas dan label obat sebagai sumber informasi


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Undang-Undang Kesehatan. Cetakan pertama, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 3

Anonim, 2009. Diare Penyebab Kematian Pada Balita. Diakses tanggal : 30 April 2010. [online]. Didapat dari : URL :

http://murtaqicomunity.wordpress.com/2009/07/07/diare-penyebab-kematian-pada-balita/

Andersen R., 1968. A Behavioral Model of Families Use of Health Services. Research Series 25, The University Chicago

http://apotekputer.com/ma/index.php?option=com_content&task=view&id =128&Itemid=63 

Anief, M., 2003. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Cetakan ke-4, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 1 – 153

About self-care. Ditulis oleh : WSMI. Diakses tanggal : 17 Januari 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://www.wsmi.org/about_selfcare.htm Ansel, 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Cetakan pertama, Jakarta :

Indonesia University Press, hal 1

Daldiyono, 1997. Diare. Gastroenterologi Hepatologi. Cetakan kedua, Jakarta : CV.Sagung Seto, hal 21-40

Ethical Criteria for Medicinal Drug Promotion. Ditulis oleh : WHO. Diakses tanggal : 30 april 2010. [online]. Didapat dari : URL :

http://whqlibdoc.who.int/publications/1988/924154239X_eng.pdf

Muchid, A., Umar, F., Chusun, Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S., Zardania, E., Iskandar, A.S., Lasweti., Purnama, N.R., Istiqomah, S.N., Masrul., Rahim, R., Lestari, S.B., Yuniar, Y., Syamsudin, F., Retnohidayanti, D, 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, hal 55-57

Noerasid, H., Suraatmadja, S., dan Asnil, P.O., 1999. Gastroenteritis (Diare) Akut. Gastroenterologi Anak Praktis. Cetakan ketiga, Jakarta : Balai Penerbitan FKUI, hal 51-95

Noer, H.M.S, Waspadji, S., Rachman, A.M, Lesmna, L.A., Widodo, D., Isbagio, H., Alwi, I., Husodo, U.B., 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3, Jakarta : Indonesia University Press, hal 451

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga, Jakarta : Asdi Mahasatya, hal 145-150

Riduwan dan Akdon, 2009. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika. Cetakan ketiga, Bandung : Alfabeta, hal 16-19, 142-146, 249-258


(2)

Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 24-26

Sartono, 1993. Apa Yang sebaiknya anda ketahui Tentang Obat-obat bebas dan bebas terbatas. Cetakan pertama, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, hal 1

Suharyono, 1999. Diare Kronik. Gastroenterologi Anak Praktis. Cetakan ketiga, Jakarta : Balai Penerbitan FKUI, hal 51-95

Susanto dan Hariwijaya, M., 2006. Pengetahuan Praktis Tentang Penyakit Dan Obat-obatan. Cetakan pertama, Jogjakarta: Bandaliko Press, hal 75-81 Tjay, H.T dan Rahardja, K., 1993. Swamedikasi. Cetakan pertama, Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

The Role of the Pharmacist in Self-Care and Self-Medication. Diakses tanggal : 30 april 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/whozip32e/whozip32e.pdf 

Uji Kompetensi Apoteker Terkait Swamedikasi. Ditulis oleh : HISFARMA. 01 Januari 2010.(Online). Didapat dari : URL : http://hisfarma.blogspot.com/search/label/ISFI 

Wahyudi, S., 2009. Diare dan Upaya Pencegahannya. Diakses tanggal : 17 agustus 2010. [online]. Didapat dari : URL : http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task =view&id=26&Itemid=74


(3)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pada tahun 1988 penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Angka kesakitannya adalah sekitar 200 - 400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak di bawah 5 tahun (± 40 juta kejadian). Sebagian dari penderita (1-2%) akan mengalami dehidrasi dan jika tidak segera ditolong 50-60% di antaranya dapat meninggal. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 – 500.000 anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya. Sekitar 1,5 – 2 juta penderita diare berobat jalan (Noerasid dkk, 1988).

Menurut data badan kesehatan dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare (anonym, 2009).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Malang pada tahun 2009, Angka kesakitan diare (termasuk kolera) adalah sekitar 16,752 ribu dari jumlah penduduk kota Malang (Dinkes, 2009).

Tingkat kematian akibat penyakit diare cukup tinggi. Sebagian besar orang menganggap penyakit diare adalah penyakit yang ringan. Bila pertolongannya terlambat akan menyebabkan kematian karena terjadi kekurangan cairan tubuh dan garam-garam yang sangat berguna bagi tubuh. Semakin lama seseorang


(4)

terkena penyakit diare maka semakin banyak dan cepat kehilangan cairan. Kekurangan cairan ini biasa disebut dehidrasi.

Orang yang mengalami sakit akan berusaha mencari obatnya, maupun cara pengobatannya. Dua macam tindakan yang sering kali dilakukan manusia ketika mengalami gangguan kesehatan yaitu pergi ke dokter atau melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi).

Di negara maju seperti Amerika Serikat, diperkirakan dalam waktu satu tahun penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit sebanyak 75% dari jumlah penduduknya. Dari jumlah tersebut, 10% tidak berbuat apa-apa, 25% pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan, dan sisanya sebanyak 65% melakukan pengobatan sendiri. Diperkirakan bahwa di Indonesia yang pergi ke dokter kurang dari 25%, sedangkan yang melakukan pengobatan sendiri lebih dari 65% jumlah penduduk yang mengeluh atau merasa menderita sakit dalam setahun (Sartono, 1993) .

Informasi mengenai obat dapat diperoleh dari tenaga kesehatan, yaitu dokter, farmasis, ataupun sumber informasi tertulis yang meliputi buku-buku tentang informasi obat, internet dan label obat. Label obat merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan informasi obat. Informasi yang terdapat pada label obat akan membantu seseorang untuk memilih obat bebas secara tepat apabila penggunaannya sesuai dengan ketentuan. Pada saat seseorang memutuskan untuk melakukan swamedikasi, maka akan timbul kebutuhan informasi mengenai obat. Adanya kebutuhan tersebut akan mendorong seseorang untuk mencari sumber informasi salah satunya adalah label obat.

Beberapa kesalahan yang sering diakukan orang dalam penggunaan obat diare adalah mereka sering terlalu ingin cepat sembuh. Sehingga ketika sakit (mencret) ringan diberi obat diare padahal mereka belum mengetahui penyebab dari diare tersebut. Apabila diare disebabkan karena alergi makanan sebenarnya tidak diperlukan pengobatan dengan obat diare tetapi menghindari konsumsi makanan tersebut. Pemakaian obat diare yang terlalu sering mengakibatkan terjadinya sembelit. Oleh karena itu pada penggunaan yang tidak sesuai aturan atau ketidakpatuhan konsumen akan menyebabkan timbulnya efek samping dan toksisitas sehingga diperlukan penelitian mengenai pemahaman konsumen


(5)

3

terhadap informasi yang terdapat pada label obat sebagai upaya menjamin keamanan penggunaan obat bebas.

Tingkat pendidikan dan ekonomi merupakan faktor yang menentukan kelas sosial dari masing-masing individu. Dalam konteks penelitian ini, akan di teliti pengaruh tingkat pendidikan dan ekonomi terhadap pemahaman label obat diare.

Penelitian ini akan mencari tahu apakah konsumen paham dan membaca informasi pada label obat yang meliputi indikasi, komposisi, kontra indikasi, perhatian dan peringatan, efek samping, aturan pakai, cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsa. Oleh karena itu, label obat harus mudah dimengerti untuk meningkatkan pemahaman konsumen akan arti informasi obat.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman label penggunaan

obat diare yang dibeli secara bebas?

b. Apakah tingkat ekonomi mempengaruhi pemahaman label penggunaan obat

diare yang dibeli secara bebas?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemahaman label

penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas

b. Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi terhadap pemahaman label

penggunaan obat diare yang dibeli secara bebas

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemahaman label penggunaan obat

diare yang dibeli secara bebas

b. Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap pemahaman label penggunaan obat


(6)

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan data untuk pengembangan peran farmasis pada swamedikasi

b. Memberikan gambaran untuk pengembangan label obat yang lebih informatif

bagi pelaku swamedikasi

c. Memberikan data untuk penelitian lebih lanjut mengenai swamedikasi obat


Dokumen yang terkait

PENGARUH IKLAN OBAT FLU DI TELEVISI TERHADAP PEMILIHAN OBAT SECARA SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT KLOJEN MALANG

1 10 18

PENGARUH IKLAN OBAT FLU DI TELEVISI TERHADAP PEMILIHAN OBAT SECARA SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT KECAMATAN LOWOKWARU MALANG

2 7 20

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pasien Swamedikasi Obat Antinyeri di Apotek Kabupaten Rembang Tahun 2016

6 67 122

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI BATUK PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN GROBOGAN KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN.

0 0 13

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI DIARE PADA PELAJAR SMA NEGERI 1 Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Swamedikasi Diare Pada Pelajar Sma Negeri 1 Karanganom Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

0 6 11

PENDAHULUAN Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Swamedikasi Diare Pada Pelajar Sma Negeri 1 Karanganom Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

0 3 9

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SWAMEDIKASI DIARE PADA PELAJAR SMA NEGERI 1 Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Swamedikasi Diare Pada Pelajar Sma Negeri 1 Karanganom Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

0 3 15

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Ekonomi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi pada Pengunjung di Apotek "X" Kota Pangkalpinang.

1 12 23

Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Kurikulum 2013 Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa

1 1 6

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 200