PENGARUH TULANGAN BAGI TERHADAP KAPASITAS GESER BALOK TINGGI

PENGARUH TULANGAN BAGI TERHADAP KAPASITAS GESER BALOK
TINGGI
Oleh: DENY WAHYUDI (00520088)
Civil Engineering
Dibuat: 2006-05-01 , dengan 3 file(s).

Keywords: Balok Tinggi, Tulangan Bagi, Kapasitas geser
Pemakaian balok tinggi pada konstruksi makin banyak digunakan, tetapi pemakaian dan
penggunaannya hanya didesain dengan pemakaian tulangan minimum saja baik untuk tulangan
lentur maupun tulangan geser. Pada balok tinggi akan dominan terjadi keruntuhan akibat
tegangan geser. Untuk itu perencanaan tulangan geser menjadi amat penting pada desain balok
tinggi. Tulangan geser tidak hanya meningkatkan kapasitas geser balok, tetapi juga daktilitasnya
sehingga tulangan geser mereduksi resiko terjadi keruntuhan getas. Selain sengkang yang
menahan gaya geser maka pada penelitian ini dicoba divariasikan dengan menggunakan tulangan
bagi / peminggang, sejauh mana tulangan bagi tersebut dapat menyumbangkan tahanan terhadap
kapasitas geser balok tinggi.
Pada penelitian ini benda uji yang digunakan adalah balok berukuran (130 x 450 x 1500 )mm
sebanyak 20 balok, dengan variabel yang divariasikan adalah arah tulangan geser vertikal, titik
pembebanan dan jumlah tulangan bagi. Beton yang digunakan adalah dari Concrete Mixing Plant
(CMP) dengan volume 2 m3 dengan spesifikasi mutu K K340 atau (setara f’c = 34 MPa) dengan
agregat maksimum 20 mm, slump 15 mm, fas 0,55. Sedangkan baja tulangan diameter 6mm

mempunyai kuat tarik 308MPa dan baja diameter 10 kuat tariknya sebesar 384 MPa.
Dari hasil uji dan analisa balok tinggi yang dilakukan, pada sengkang vertikal untuk satu titik
beban, pemberian tulangan bagi memberikan peningkatan kapasitas geser sebesar 7,94% (satu
tulangan bagi) dan 24,89% (dua tulangan bagi). Sedangkan untuk dua titik beban dengan rasio
pembebanan 1,2 peningkatan kapasitas geser sebesar13,33% (satu tulangan bagi) dan 21,9% (dua
tulangan bagi). Pada rasio 1,0 peningkatan kapasitas geser sebesar 2,41% dan 13,85%, dan pada
rasio 0,8 peningkatan kapasitas geser tidak dapat dilihat karena benda uji BT-SV0 dan BT-SV2
mencapai batas maksimal loading frame dan BT-SV1 gagal pada tumpuan. Untuk sengkang
miring pada satu titik beban terjadi pengurangan kapasitas geser sebesar 3,33% saat ditambah
tulangan bagi. Untuk dua titik beban rasio 1,2 ada peningkatan yang tidak signifikan sebesar
0,9%. Sedangkan pada rasio 1,0 penurunan kapasitas geser sebesar 14,89% dan pada rasio 0,8
tidak dapat dilihat penurunan kapasitas gesernya karena kedua benda uji mencapai batas
makimal loading frame. Karena pada sengkang miring secara umum mengalami pengurangan
kapasitas geser, maka dapat disimpulkan tulangan bagi tidak cocok dipasang pada balok yang
bersengkang miring.

Abstract
Use high beams on construction more widely used, but usage and its use is only designed to use only
minimum reinforcement for flexural reinforcement and shear reinforcement. At high beam will be
dominant failure occurred due to shear stress. For that shear reinforcement planning becomes very

important in the design of high beams. Shear reinforcement not only increases the shear capacity of

beams, but also so that the ductility of shear reinforcement to reduce the risk of brittle failure. In
addition to holding the cross bar shear, then the aim of this work was varied by using a reinforcement
for / peminggang, the extent of reinforcement for the prisoner to donate to the high beam shear
capacity.
In this study, the test object used is the block size (130 x 450 x 1500) mm by 20 blocks, with a variable
that was varied was the direction of vertical shear reinforcement, point loading and the amount of
reinforcement for. Concrete used is of the Concrete Mixing Plant (CMP) with a volume of 2 m3 with
quality specifications K340 or K (equivalent fc = 34 MPa) with an aggregate maximum of 20 mm, 15 mm
slump, fas 0.55. While the diameter of reinforcing steel has a tensile strength of 308MPa 6mm and a
diameter of 10 steel for its tensile strength 384 MPa.
From the test results and analysis conducted high beams, the vertical cross bar to a point load, giving
reinforcement to provide shear capacity of 7.94% (one reinforcement for) and 24.89% (two bars for). As
for the two point loads with a loading ratio of shear capacity sebesar13 1.2, 33% (one reinforcement for)
and 21.9% (two bars for). On the shear capacity ratio 1.0 2.41% and 13.85%, and at a ratio of 0.8
increase in shear capacity can not be seen as the test object-SV0 BT and BT-SV2 achieve maximum
loading frame and BT-SV1 failed on the pedestal. For oblique cross bar at one point was a reduction of
shear capacity load of 3.33% when added reinforcement for. For two point load ratio of 1.2 there is no
significant increase of 0.9%. Meanwhile, at a ratio of 1.0 decreased the shear capacity of 14.89% and the

ratio of 0.8 can not be seen decreasing shear capacity due to the two specimen reached the limit
makimal loading frame. Because of the slanted cross bar generally experience reduced shear capacity, it
can be concluded reinforcement for incompatible bersengkang mounted on a sloping beam.