Gambaran Pengalaman Orangtua Dalam Penanganan Anak Autis Di SLB N Surakarta Ahmad Nur Wijaya
3
A. PENDAHULUAN
Autis adalah suatu gangguan perkembangan
neuropsychiatri dimana anak mengalami kesulitan
untuk belajar komunikasi, interaksi sosial,
pemusatan konsentrasi,
melakukan hal yang sama secara berulang-ulang
dan kadang
berperilaku ekstrim, kelainan ini dapat terlihat sejak muda, sebelum
berusia 3 tahun Katherine, 2004. Hasil penelitian Badan Pusat
Statistik Nasional BPSN yang dilansir
oleh Tempo
2012, menyatakan bahwa pada tahun 2000
jumlah anak penyandang autis sekitar 10-15 dalam setiap 10.000 kelahiran.
Pada tahun 2010 jumlah penderita autis mencapai 2,4 juta anak dari
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237.5 juta orang dengan
laju pertumbuhan 1,14 jumlah penderita autis di Indonesia.
Berdasarkan jenis masalah yang dialami oleh anak autis dapat
ditemukan beberapa gangguan yang dominan terlihat meliputi gangguan
berkomunikasi, adanya
lambat berbahasa atau sama sekali tidak
dapat berkomunikasi, gangguan pada interaksi sosial, meliputi kurangnya
kontak mata, gangguan yang ditandai dengan adanya melakukan kegiatan
yang selalu diulang-ulang dan sering juga
ditemukan aktivitas
yang menyakiti diri sendiri Elizabeth,
2006. Banyaknya masalah yang
dihadapi oleh anak autis sehingga memerlukan terapi yang spesifik dan
orangtua harus tanggap dengan cara penanganan
anaknya, melakukan
pendampingan yang intensif untuk memastikan adanya interaksi aktif
antara anak
dengan orangtua.
Sehingga orangtua perlu memberikan hadiah reward dengan benar untuk
merangsang saat anak melakukan hal yang benar, memberikan terapi untuk
mendukung perkembangan,
memberikan kasih sayang dalam setiap perlakuan, dan orangtua juga
harus menyediakan dukungan berupa material Delphine, 2009.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengalaman orangtua
dalam penanganan anak autis di SLB Negeri Surakarta.
A. LANDASAN TEORI
1. Autis
Autis merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang
gejala awalnya ialah tidak dapat berkomunikasi secara normal, sulit
dalam mempelajari hal baru dan secara umum anak autis memiliki
tiga masalah utama yaitu: gangguan dalam bersosialisasi, berkomunikasi,
imajinasi dalam kefleksibelitasan berfikir Davey, 2011..
Faktor penyebab yang dapat berpengaruh pada terjadinya anak
autis adalah sebagai berikut: 1. Faktor Biologis
a Faktor genetik
yaitu faktor
yang diturunkan. Perbandingan antara
orang tua yang mempunyai anak autis dengan orang tua yang
anaknya normal adalah 15:30. Populasi umum terhadap anak
kembar antara 36 hingga 91 untuk Mz monozygot twins dan
hingga 5
untuk Dz
dyzigotic twins.
Pasangan kembar autis lainnya mempunyai
beberapa karakteristik
dengan tingkat yang lebih rendah. Mereka
disebut dengan autis phenotype yang
mempunyai ciri-ciri
kognitifnya lemah, perkembangan berbahasanya terhambat, yang
mempunyai kendala sosial. b Faktor lingkungan environmental
factor
Gambaran Pengalaman Orangtua Dalam Penanganan Anak Autis Di SLB N Surakarta Ahmad Nur Wijaya
4
yaitu misalnya penyakit rubella yang diderita ibu-ibu yang
sedang hamil, keracunan timbal dapat meningkatkan terjadinya
janin dengan sindrom autis.
c Penemuan-penemuan neurokimia neurochemical findings
yaitu gejala
ketidak normalan pada neurotransmitters
atau pesan-pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab
dalam komunikasi di antara sel- sel saraf. Pada penderita autis
disarankan menggunakan obat- obatan
serotonin, dopamine,
neropinephrine, endorphines.
Pada penelitian poistan emission tomography
PET ditemukan bahwa
metabolisme glukosa
dalam otak anak autis sangat tinggi Wenar, C Kerig, P.,
2006. d Faktor Kognitif Cognitive
Kurangnya fungsi khusus yaitu
gangguan dalam
menemukan problem
solving, perhatian yang gampang teralih
dan perencanaan gerak Hill Bird, 2006, dalam Davey, 2011.
2. Tanda dan Gejala
Terdapat tiga tanda dan gejala autis, yang diadaptasi dari
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th edDSM-IV
dalam Elizabeth 2006 meliputi: a. Gangguan dalam komunikasi
dan gambaran aktivitas. b. Gangguan
dalam interaksi
sosial. c. Selalu melakukan gerakan yang
sama secara
berulang-ulang pada tiap perilaku aktivitas.
3. Karakteristik
Menurut Depdiknas
dalam Davey 2006, karakteristik dari
masing-masing jenis
masalahgangguan dideskripsikan
sebagai berikut: a. Gangguan dibidang komunikasi.
b. Gangguan dibidang
interaksi sosial.
c. Gangguan dibidang sensori. d. Gangguan dibidang pola bermain.
e. Gangguan dibidang perilaku. f. Gangguan dibidang emosi.
4.
Manajemen management
Menurut Erba dalam Catherine 2004, manajemen anak dengan
autis sangatlah
kompleks dan
membutuhkan kedisiplinan,
sangatlah penting untuk menentukan tujuan perencanaan agar memperoleh
hasil yang optimal. a.
Behavior perilaku b.
Manajemen terapi berbicara c.
Education pendidikan d.
Medications obat-obatan e.
Family Counseling and Support konseling untuk keluarga
5. Penanganan Anak Autis
a. Terapi Behavior perilaku Terapi
Behavior merupakan jenis terapi konseling
yaitu mengubah perilaku yang tak selaras
dan menghilangkan
perilaku yang asosial Hadis, 2006.
b. Terapi okupasi Pada anak-anak ini perlu
diberi bantuan terapi okupasi untuk menguatkan, memperbaiki
koordinasi dan
ketrampilan otonya.
Seperti memeluk
bersalaman, memegang
raket, memetik gitar, main piano, dsb.
c. Terapi wicara Bagi anak dengan speech
delay, maka
terapi wicara
merupakan pilihan utama untuk memperoleh hasil yang maksimal
Handojo, 2003. d. Terapi
medikamentosa terapi
dengan obat-obatan Pengobatan dengan obat-
obatan menjadi pilihan terapi, untuk kualitas hidup anak autis
untuk potensi perkembangan yang lebih baik, dengan menekan
Gambaran Pengalaman Orangtua Dalam Penanganan Anak Autis Di SLB N Surakarta Ahmad Nur Wijaya
5
gejala yang timbul Elizabeth, 2006.
e. Pendidikan Khusus Pendidikan
khusus menjadi salah satu hal yang
penting dimana
anak autis
diajarkan banyak
hal untuk
menunjang perkembangan di usia dini Nuryanti, 2008.
6. Peran Orangtua dan Guru
pengajar
Menurut Hadis A 2006, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh orangtua dan guru yaitu; a. Peran orangtua ialah perlunya
teliti dalam mengamati berbagai gejala yang nampak pada diri
anak, penanganan yang diberikan orangtua kepada anak autis harus
bersifat terpadu dan menyeluruh yang mencakup aspek fisik, psikis
atau jasmani dan rohani.
b. Peran guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah memilki
peran ganda yaitu membantu orangtua anak autis disekolah,
membantu terapi dan pelatih dalam program penatalaksanaan
gangguan
autis, untuk
mengurangi masalah perilaku, meningkatkan kemampuan, dan
perkembangan belajar terutama dalam hal penguasaan bahasa dan
membantu
agar mampu
bersosialisasi.
7. Pengalaman
Pengalaman dapat diartikan memori episodik yaitu memori yang
menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu
pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi
sebagai referensi
Notoatmodjo, 2007.
Beberapa faktor mempengaruhi pengalaman
antara lain: a. Pengetahuan ialah hasil dari tahu,
fakta yang benar dan nyata, terkumpul menjadi teori yang
digunakan untuk
memahami gejala alam dan masyarakat.
b. Tingkat pendidikan ialah dimana semakin tinggi pendidikan juga
semakin banyak
pengetahuan untuk pengaplikasian.
c. Keyakinan dimana
masih banyaknya
keluarga yang
menganggap semua akan baik- baik saja.
d. Fasilitas televisi,radio, majalah, koran, buku menjadi sumber
referensi dalam pengembangan pengetahuan.
e. Penghasilan dimana berpengaruh dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan maupun
instansi pendidikan khusus.
f. Sosial budaya
dimana berpengaruh
dalam praktik
tradisional sehingga
masih lekatnya masyarakat dengan mitos
Notoatmodjo,2010 B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini ingin menjelaskan
bahwa bagaimana
gambaran orangtua dalam penanganan anak autis yang dilihat dari pengalaman
jika anak sedang agresif, tidak mau berkonsentrasi, tidak mau bersosialisasi,
tidak mau dilatih dalam komunikasi, dan tidak dapat mandiri dalam ADL.
Gambar 1. Kerangka Konsep
Anak Autis Pengalaman
orangtua dalam
penanganan anak
autis: 1.Saat anak sedang
agresif 2.Tidak mau
berkonsentrasi 3.Tidak mau
bersosialisasi 4.Tidak mau dilatih
dalam komunikasi 5.Tidak mau dilatih
dalam ADL
Gambaran Pengalaman Orangtua Dalam Penanganan Anak Autis Di SLB N Surakarta Ahmad Nur Wijaya
6
C. Pertanyaan Peneliti
1. Bagaimana pengalaman orangtua dalam penanganan anak autis jika
anak sedang agresif atau tindak berlebihan ?
2. Bagaimana pengalaman orangtua dalam penanganan anak autis jika
anak tidak mau konsentrasi ? 3. Bagaimana pengalaman orangtua
dalam penanganan anak autis jika anak tidak mau bersosialisasi ?
4. Bagaimana pengalaman orangtua dalam penanganan anak autis jika
anak tidak
mau dilatih
komunikasi ? 5. Bagaimana pengalaman orangtua
dalam penanganan anak autis jika anak tidak dapat mandiri dalam
ADL ?
METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan pendekatan
fenomenologi
B. Populasi dan Sampel