Pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap Risk management bank Syari'ah

(1)

PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI

AUDITOR INTERNAL TERHADAP

RISK

MANAGEMENT

BANK SYARI’AH

OLEH: MARYATI NIM. 204082002324

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Jika Kita Selalu Berusaha Meraih Yang Tidak Bisa Kita Raih, Maka Kita Tidak Pernah Akan Bahagia. Memaksa

Untuk Mendapatkan Segala Yang Diinginkan, Tidak Mau Menerima Dan Mensyukuri Apa Yang Ada,

Atau Selalu Mementingkan Sesuatu Yang Sebenarnya Tidak Perlu

Bahkan Hanya Membuat Kita Jadi Egois,

Tetapi Juga Tamak Dan

Keras Hati. Kebagiaan Tentu Saja Bukan Bersumber Dari Apa Yang Kita Raih. Bahagia Dan Rasa Puas Yang Utama Diraih Dari

Proses Dan Perjuangan Dalam Menggapai Sesuatu. Proses Dan Perjuangan Tentu Saja Bukan Sesuatu Yang Mudah, Tapi Akan Membuat Kita Dewasa, Penuh Rasa Syukur, Tidak Cengeng Dan Tidak Percaya Pada Kehebatan Sesuatu Yang Serba Instan.


(3)

Profesional merupakan tuntutan terhadap suatu profesi yang akan sangat

menentukan keberhasilan suatu pekerjaan. Sebagai suatu fungsi yang harus dilakukan bank dalam membangun bank yang sehat, maka para auditor intern bank harus mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang telah wajib dilaksanakan sejak 1 Januari 1996 serta kemudian dilakukan pemutakhirannya oleh Bank Indonesia dengan Peraturan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/99 tanggal 20 September 1999. Dalam kaitan ini Bank yang secara organisatoris atau karena hal lain harus mengikuti standar dari lembaga lain atau dari organisasi induknya, baik di dalam maupun di luar negeri, seperti Norma Pemeriksaan Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD, atau Standards For The Professional Practice of Internal Auditing (The Institute of Internal Auditors), dalam pelaksanaan fungsi Audit Internnya minimal harus memenuhi ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam SPFAIB. Kesemua standar tersebut ternyata menuntut para auditor intern untuk profesional dalam

melaksnakan tugas-tugasnya.

Profesionalisme harus menjadi acuan dalam pelaksanaan fungsi Audit Intern oleh satuan kerja audit intern bank

Sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya. Kita mengenal sifat profesional ini dituntut selalu ada misalnya pada ahli hukum, dokter, akuntan publik, termasuk juga atlet.

Untuk dapat mewujudkan profesionalisme-nya, Khusus Auditor Intern bank secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama harus mempunyai:

a. Pengetahuan yang memadai dalam bidang tugasnya yaitu pengetahuan

mengenai teknis audit dan disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya; b. Perilaku yang independen, jujur, obyektif, tekun dan loyal,

c. Kemampuan mempertahankan kualitas profesionalnya melalui pendidikan profesi lanjutan yang berkesinambungan,

d. Kemampuan melaksanakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama,

e. Kecakapan dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif.

. Kemahiran profesional dapat diperoleh Auditor Intern melalui pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dalam bidang Audit Intern, kegiatan operasional perbankan serta disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya.

! "# "$%$%! ". Persyaratan minimal pendidikan bagi Auditor Intern ditetapkan oleh masing-masing bank sesuai dengan ukuran organisasi


(4)

maupun tingkat kerumitan kegiatan banknya. Meskipun demikian agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, latar belakang pendidikan Auditor Intern seharusnya dapat menunjang untuk:.

a. memahami penerapan SPFAIB;

b. memahami standar akuntansi keuangan;

c. memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perbankan;

d. memahami prinsip-prinsip manajemen khususnya manajemen perbankan, e. memiliki pengetahuan mengenai ilmu yang berkaitan dengna kegiatan perbankan seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, perpajakan dan masalah-masalah keuangan, metode kuantitatif/statistik dan memahami prinsip-prinsip Pengolahan Data Elektronik. Dalam penerapannya, masing-masing Auditor Intern tidak perlu memahami seluruh bidang di atas, akan tetapi SKAI secara keseluruhan harus mempunyai personil yang memahami disiplin ilmu di atas.

"# & " ' . Pengalaman kerja yang memadai dalam bidang

operasional perbankan akan menambah atau membantu memberikan kemahiran profesional bagi Auditor Intern,

. Auditor Intern harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untuk membantu terwujudnya perkembangan bank yang wajar dan sehat.

%! ( " )$% * " ". Auditor Intern harus memiliki sikap mental yang baik yang tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya kepada profesi.

')') ". Auditor Intern harus mampu mengemukakan pendapat secara jujur dan bijaksana, sesuai dengan hasil temuannya.

+, ! %-% .. Auditor Intern harus selalu mempertahankan sikap obyektif, sehingga dapat mengemukakan temuan berdasarkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian laporan atas hasil temuan harus lengkap dan didasarkan pada analisis yang obyektif.

!)" ". Auditor Intern harus memiliki ketekunan dan keuletan di dalam menelusuri masalah/indikasi yang dihadapi guna memperoleh bukti-bukti yang akan mendukung temuannya.

*, % . Auditor Intern harus menunjukkan loyalitas kepada tanggung jawab profesinya

%! )$% * " " Auditor Intern harus memiliki Kode Etik Profesi yang antara lain mengacu kepada Code of Ethics dari The Institute of Internal Auditors. kode etik tersebut sekurang-kurangnya memuat keharusan untuk:

a. berperilaku jujur, santun, tidak tercela, obyektif dan bertanggung jawab; b. memiliki dedikasi tinggi;

c. tidak akan menerima apapun yang akan dapat mempengaruhi pendapat profesionalnya;

d. menjaga prinsip kerahasiaan sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku;


(5)

e. terus meningkatkan kemampuan profesionalnya..

"##)"# / 0 + 1 $ ( *2 .%. Auditor Intern harus menunjukkan tanggung jawab terhadap profesi dengan selalu menerapkan prinsip kerja yang cermat dan seksama serta terus memelihara kemampuan teknisnya, sehingga dapat menghasilkan kualitas kerja yang optimal.

! ' . 3 3 & $ " . !. & Auditor Intern harus bekerja secara cermat dan seksama dalam batas yang layak serta menerapkan kemahiran

profesionalnya secara optimal. Untuk itu perlu diperhatikan:

i. Ruang lingkup ataupun tingkat kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas;

ii. Kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya penyimpangan, kesalahan, penggelapan, inefisiensi, pemborosan serta pertentangan kepentingan dan pelaporannya kepada atasan pejabat yang bersangkutan;

iii. Kecermatan dalam mengidentifikasi keadaan dan kegiatan yang rawan penyimpangan, kelemahan struktur pengendalian intern dan ketepatan dalam memberikan saran guna meningkatkan ketaatan terhadap prosedur yang ditetapkan bank;

iv. Kesungguhan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas;

v. Kemungkinan dilakukannya pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan khusus yang lebih mendalam.

( , ( "%"#! " ( "# 1) " & )% ( "$%$%! " ( *2 .% + ! "') ". Auditor Intern harus selalu memelihara kemampuan teknisnya melalui upaya:.

i. Mengikuti perkembangan terakhir tentang teknik Audit Intern melalui seminar, kursus atau pendidikan lanjutan lainnya.

ii. Mengikuti perkembangan produk-produk baru dari perbankan;

iii. Mengikuti serta memahami ketentuan-ketentuan yang berlaku yang berkaitan dengan aktivitas operasional perbankan.

. Auditor Intern harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena Auditor Intern harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik intern maupun ekstern.

*&)"%! .% "# " )$%

a. Auditor Intern harus senantiasa menjaga komunikasi dan interaksi yang baik dan wajar dengan Auditee sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar;

b. Auditor Intern harus mampu melaksanakan komunikasi lisan atau tertulis sehingga dapat menyampaikan masalah-masalah audit, seperti tujuan, penilaian, kesimpulan audit dan rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan efektif.

*&)"%! .% "# " )$% * !. "


(6)

auditor ekstern sesuai dengan batas kewenangan masing-masing auditor ekstern tersebut..

4% %53% % ( *2 .%*"

Wilensky mengatakan bahwa, banyak pekerjaan yang dengan gigih berusaha untuk mencapai identifikasi profesi. Beberapa diantaranya telah mencapai sukses. Untuk itu suatu pekerjaan harus memenuhi dua kriteria.

& , pekerjaan tersebut secara teknis sulit. Hal tersebut harus berasal dari perpaduan pengetahuan yang relevan melalui belajar secara sistematis dan pelatihan yang memadai serta kompetensi yang harus dibuktikan kepada pemerintah, perusahaan yang menyewa atau konsumen. Selain itu, profesional harus memiliki standar kinerja yang disahkan oleh badan-badan profesional.

$) profesional dalam posisinya sebagai profesi yang dipelajari harus mencapai keahlian teknis yang memadai. Profesi harus memiliki nilai-nilai moral tertentu. Perhatian mereka tidak hanya kepada keuntungan semata, melainkan harus memahami benar apa yang diinginkan klien. Pelayanan merupakan atribut yang penting dalam profesi.

Pengembangan standar yang diciptakan oleh Wilensky merupakan suatu kriteria yang sering digunakan untuk pertimbangan kualitas profesional untuk semua pekerjaan, yakni:

1. Pelayanan kepada masyarakat

2. Pelatihan khusus yang lama bagi peserta 3. Memegang teguh kode etik

4. Anggota asosiasi dan hadir dalam setiap pertemuan

5. Menerbitkan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

6. Mengikuti ujian

7. Memiliki lisensi dari Dewan Sertifikasi Nasional.

Profesional yang sejati harus menghentikan pelayanannya ketika permintaan klien telah melewati batas-batas yang ditetapkan. Hanya dengan ini profesional dapat mempertahankan integrasinya. Para dokter menolak untuk menggugurkan kandungan atau mengakhiri hidup pasiennya, walaupun diminta oleh si pasien. Akuntan publik menarik diri dari perjanjian ketika integritas manajemen diragukan. Pengacara menolak untuk mewakili klien ketika disadari bahwa mewakili klien tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan.

*2 .%*" %.& $ " )$% * " "

Apakah auditor internal dapat profesional?. Untuk menjadi profesional, auditor internal harus memenuhi kriteria profesional tersebut, antara lain:

a. Pelayanan kepada masyarakat. Auditor internal memiliki kewajiban yang lebih besar kepada pemimpin perusahaannya daripada pelayanan kepada masyarakat. Kode etik auditor internal memang belum mengatur mengenai hal-hal di luar penugasan dari pimpinan perusahaannya. Namun demikian bukan berarti auditor harus selalu memihak kepada pimpinan perusahaan. Sikap integritas dan

independensinya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada masyarakat. b. Calon anggota harus mengikuti pelatihan spesialisasi yang lama. Pemberian


(7)

gelar Auditor internal kepada seseorang tidak secara otomatis menjadikan orang tersebut profesional. Untuk memenuhi kriteria ini, internal auditor harus

mengikuti pelatihan-pelatihan, lulus test khusus, dan memperoleh sertifikat. Jadi hanya auditor internal yang telah mengikuti ujian dan menerima pengukuhan sebagai Certified Internal Auditor yang dapat mengaku sebagai auditor internal profesional.

c. Sumbangan untuk Kode Etik. Lembaga Auditor internal telah membuat dua kode etik, yang pertama untuk seluruh anggota lembaga, dan yang kedua untuk auditor internal bersertifikat, baik anggota maupun tidak. Sebagai tambahan, lembaga telah menerbitkan Statement of Responsibilities of Internal Auditing dan Standards for the Professional Practice of internal Auditing. Yang pertama berlaku bagi anggota lembaga. Yang kedua mengatur kriteria profesianal bagi seluruh auditor internal.

d. Asosiasi Profesi. Institute of Internal Auditor (IIA) merupakan asosiasi profesi. Anggaran Dasarnya mengatur pertemuan berkala dan menyebarkan informasi mengenai audit internal. Lembaga masih menerima seseorang sebagai anggota yang telah melakukan praktik auditor internal yang telah memiliki sertifikasi. Lembaga memiliki dewan sertifikasi dan telah mengembangkan program pendidikan berkesinambungan selama 100 jam pendidikan selama periode tiga tahun. Di Indonesia asosiasi profesi auditor bernama Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII).

e. Publikasi. Lembaga Auditor Internal menerbitkan jurnal Internal Auditor, buku-buku teknis, studi riset, monograf, presentasi audio visual, dan lain-lain.

Sumbangan bagi publikasi ini datang bukan saja dari praktisi, tetapi juga dari akademisi yang terenal.

f. Ujian. IIA telah memulai program sertifikasinya pada tahun 1974. calon

anggota harus mengikuti ujian selama dua hari yang mencukup subyek yang luas. calon yang berhasil menerma Certified Internal Auditor (Auditor Internal-

bersertifikat). Sebagai dasar untuk mengikuti ujian, Institut menerbitkan Commom Body of Knowledge untuk perserta yang ingin mempersiapkan menghadapi ujian.

g. Pembatasan. Praktek untuk tujuan lisensi. Setiap orang dapat diangkat sebagai Internal Auditor. Yang terpenting adalah dapat menyakinkan pimpinan

perusahaannya. Tidak ada hukum jika tidak memiliki sertifikat. Seseorang yang bekerja sebagagai Internal Auditor dapat menenda tangani laporan internal audit dan memberikan opini atas audit tanpa khawatir akan tindakan hukum. Akan tetapi mulai terjadi perubahan secara perlahan-lahan. Beberapa departemen Internal Audit mengharuskan seluruh anggotanya memiliki sertifikat.

Dengan demikian, unsur-unsur profesional yang diterapkan dalam auditor internal adalah : landasan umum ilmu pengetahuan, program sertifikasi, program

pengembangan profesi yang berkesinambungan, kode etik pernyataan tanggung jawab, sekumpulan standar untuk praktik profesional, jurnal profesi, dan literatur-literatur. Jadi sementara kepribadian auditor internal, dengan kebaikan sikap, penghargaan, pendidikan, pelatihan, pengalaman, sertifikasi, dan penampilannya akan di pandang sebagai profesional yang sempurna. Audit internal sebagai suatu disiplin tersendiri tetap memilik peluang untuk diperhatikan dengan luas sebagai


(8)

suatu profesi yang di pelajari.

Suatu isyarat menunjukan telah tercapainya tujuan tersebut, walau

pengembangannya harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Ketika auditor internal menjadi lebih diterima, mereka harus menghadapi resiko yang semakin besar, kemungkinan dituduh lalai dalam tindakan-tindakannya, kegagalan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan, atau toleransi terhadap sistem pengendalian yang tidak memadai. Auditor internal (yang mungkin dipandang oleh masyarakat sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan tingkat resiko) termasuk sebagai salah seorang pembela dalam proses penuntutan terhadap organisasi.

Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang sesuai dengan standar profesionalisme yang tinggi. Pada akhirnya, dewan direksi dan manajer senior mungkin akan mengharuskan, dengan berjalannya waktu, profesionalisme yang sempurna dari para staf auditor internalnya. Auditor internal perusahaan yang tidak memiliki sertifikat mungkin kemudian akan dipertimbangkan hanya sebagai auditor internal cadangan.

Bagaimana di Indonesia? Organisasi profesi auditor internal sedang berbenah untuk menghadapi tantangan globalisasi. Para auditor internal di Indonesia harus profesional agar dapat menghadapi persangingan global.

Dilema Profesional

Mencapai sifat-sifat profesional ibarat memegang seikat bunga mawar. Bunga mawar memiliki duri, sedangkan profesionalisme memiliki penyimpangan prilaku. Bukanlah pekerjaan yang menjadikan seseorang menjadi profesional, melainkan semangat dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Profesional sejati dihadapkan pada situasi pengambilan keputusan yang sulit antara yang benar dan yang salah yang tidak selalu jelas perbedaannya. Auditor internal perlu bekerja lebih keras dalam memilih antara benar dan salah

dibandingkan profesi lain. Seseorang pengacara mungkin menolak menangani suatu kasus yang melibatkan pertentangan kepentingan, dan itu akan dapat mengakibatkan dia kehilangan klien. Seorang dokter mungkin tidak mau memberikan obat yang mematikan walaupun diminta pasiennya dan akan kehilangan pasien tersebut karena lari ke dokter lain. Seorang Akuntan Publik mungkin menolak melakukan pemeriksaan untuk memberi opini atas laporan keuangan yang mengandung kecurangan, dan klienpun akan mencari Akuntan Publik lain. Inilah profesionalisme. Hal ini bukanlah akhir dari karir atau hidup seseorang.

Auditor internal yang profesional menghadapi sekumpulan alternatif yang berbeda. Mereka mempunyai satu klien yakni manajemen senior dari perusahaan atau perwakilan mereka. Dan jika para auditor internal diminta untuk melanggar kode etik, pilihan mereka dapat merupakan sesuatu yang tentu saja tidak

menyenangkan. Apa jawabannya? Apa yang harus dilakukan oleh para auditor internal ketika mereka menemukan pelanggaran di tingkat tinggi? Jawabannya tidak selalu jelas.

Memang pilihannya sulit jika para auditor internal tidak memiliki sifat profesional yang utama yaitu independensi. Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya.


(9)

| W e d n e s d a y , M a r c h 2 8 , 2 0 0 7

! !" # $ % ! & '(" !" ! ( ! )

* ' ( % ' ) * # ' ( %

* * ! ) ' '* ! !" # $ *" ( # # %

* * ! ) ! ( ' &" ( ! ( % !

! ( +" ,( & ! -. ! # $ " ! ' &" ( ! % ! ( + ,( & ! -) + / $ (" .

' " " ! '( %

' + % ' & - ! *" % ! ! (

! ! 3 4 ) 5 ! ' ! # $ ! ! ( ! $ # "

! " ! & ( *" * * ) ( 4 + ( & 4 & - " % ! ( ! ! 3 4 " ! ( ! $ # ' # #" ( *" )

# $ ! # ' ! 4 ! # 4

! ! % ' "( ! ( * ! (" " !

! ) (" " ! # ' ( " $ ! *" # $ '" # ( ' / ' . * $ # $ '" % 6 " ! 6 6 ' 7' . * '" &"# ! #" "$ # ( ' / ' )

' *" ' % * * "# % ' ! 4 #" "$ ! # ' " " ( " $ . ( # ' # 4 % ) / '

% ( # ! ( ' /" ! # $ ( ! !" ( * . "'"' % ( ! # '* ' ! " ) '" . "# ' $ '" &"# !

! # ' ' ! 4 % ) '( ' $ * #"' ! ( # %

* 7* '( $ 4 ! ' '(" ' $ # "'" ' % * # " & "'"')

! ( 7 % * # " $ '( ! '" !" ) ' ! # 4 % ! '( ! ' " ( # $ " ' ! #) #" ! " . # 4 * " # * $ & & " " !" ( * ) '" . '"

( * ' "( * ! ( " $ ( ! "'"' % )

" ! * ! ( $ # ( ( ' / ' * *

"'"' $ % ' & "' ! # ( / ) ' ' ! # * " ' & "' 89 / . ! ' ! # ( * "'"' ' " "

3 * ! ' / ! * ! % ! ! # ' ' ! # ) )

! *"# 0119. ! ' #" " )

:;<; ;0119 ' ( # # " " '"' !

! ) " * / ! . ( # # ! # "

5 # $ ! # " ' & "( ! # ( / ( 4 . ' " ! . ( . # " ! . ( #. $" "'.


(10)

7 " $ % ! $ ! ( # $ ' ! "

8) ! . ! & * ! ! 4 *

'" " % '*"# * # ! * " "(" & " 7( % " " ' ' "$ 6 / * % $ ! ( ) !

'*"# ! # ' ( # 4" ' ! " ! ' "(

* ! 3 $ 7$ )

0) . ( ' "( % '*"# ! %

( 3 * # ( ! ( 4 # % ! ' # . % ! (

' " ) = * # ( ' & "( " " *" ! # " . ' " ! 3 ! !" / ( *" ) (

# ! ( ( ! 3 " 3 . ( '* % !

( ! . ( '* % ( ! )

9) ( # ! # $ % '*"# # *

! &" "( " ! * 4" % ( #. # $ ' " .

# '. " ( *# ' # % ' '( "$ ( #

) ( # ! ( * ! '( ( ! " " & # " . "(" & ! # " * "( " ( # " $ # % '( ' '( # $ " " )

>) # " ! ! # $ ! ( " '" ( " $ ! ! ( ' ' "$ ( '* % / ( ! " ( #" !" ) :) $" "' ! # $ '" ( % '( $ # ( " $

! ' ' "$ ( " ! ' % * # ") # " ( *

! # ! ( "$ )

2) (" * ! ( $ &" % ' * ( " $ ! ' '(" ( " $ ' # # / ! '"

! ( $ #)

?) 4 !" '*"# ( * # ' ! " ! # ' " $ %

' '* / ! * ! * 6 # ' . * ! 3 !" * !

" $ )

<) ( . ( ' ! " # * $ 4 "

( ! ' '(" % ! # ' ' '* # % ( ! * $ & * ! ( 4 # ! ( !" 7( !" % ! 6 # $

' ! " $ '( #" "$ % * 4 $ ' ) '

# ' #" . ( ' ( ! ( ( % ' "( ( %" "

* ! # '( 7 # '( " $ ' / ' ! (

' ! 4 ! ' 7' ! ' (

! % " $ ! ( ' 7' ) / # ! ( (

' % " * % "'* ! % ( " $ " " ' ' '"'

# ( " $ . ( ' # #" ! ! ( )

! ' . ( ( * ( ( ( ( ! # '

( ! #" "$ % * $ # ! ! 4 )

/ % ! % ' % ' " ! # ' # ( .

'" ! ' " ! # ' ( ' / ' ! ' '("

' ! 4 *" )

' & ' ( ( @ " ' % ! # $ "/"

( " $ ) ' *" % * " $ ! (

"/" ( " $ . ' ( ( %

* " ) "/" ( " $ '"! ! % ! # ' %

' "( * 7* " " ) * * * !


(11)

( ! # ' * # ) / ' '" ' '(" ' ( $ ! ( ( " $ )

( '

# #" ! !" ! ' . ( ' % ( # ( /" ' " !" ! ' % ' ) !" ! ' % ! ' "! ! # $

( * * # / ! % ! ! '( % * # *" / ! )

' ( ' . ( * * # . ' % '" " "

/ ! ) ' '" " " / ! . ' ( #" ' ! ( ( $ ) * # % . ' ! $ '" " "

/ ! . ' ! $ ("# ( ' / ' " " ' '* ( $ ( ! % * " ) '"' % . ( * * # ! *

! # ' . ! . ! $) ' !" * "( ! '(

% " 6 " * % % / ! # " %

* " * 7* ' / ! % ) ' '"

" " / ! . ' ( #" ' ! ( ( $ $" " ) * # % . ' ! $ '" " " / ! . ' ! $ ("# ( ' / ' " " ' # "'* ! % " " ' % * " ) '"' % . ! '( ! * ! # '

. ! . ! $)

" " ! '

! !" ! ' ( * * # ! ! '( ) " " ( * * # "! $ ! # " ( ! $ ( ( " " ) ! "'"' % . ( " "

( * *# * "'* ( ! !" / ! ! $ ! ! ( ! )

" " ( * * # ! ( ! " " ! ' " ! $ # ' ( " $ ' '(" ' "'("# ! " " ( $ "

" ) # "(" ( " $ ! ' ' # . * % # '* ' % '(

! % ! ( #" ) # % * ! ' % '( !

' '("*# ! ' # " . " " *" . # /" 4# .

! * * ! ' # % ) ' !" ! '( ) '( *

* * * # * 7* / ! ) % % . ( " " % @

" " . " " ! ! '( "! $ / # "( $ " # " ) "! % . * # " / A / ! . * % ! '( * ! " " ! # ' "( $) ' ! " " ! '( * % *" " @ * % "( % " " ' " " ! '(

" ! " " " "( $) # $ " % ! # $ ! " " = +3 #" -) ( # ' # % . * ! " " ! = )

! ' /" ! % # ( !

# ) # #

( # # ! * ' & "( #" "$ # "( 3

" $ * . * ! *" "$ '* 4"

( 6 " $ % 4 4 ! & % / # ! # ' ( # # ) "/" ( # # ! * ! # $ " " ' ' ' #

% ! $ ! ( ' ( " % ! ( ' "("

'" " % ! ! ( ! * * *" )

( # # ! * ! ! ( ! ( (7( ( !

( # # % * # " ! #" "$ # "( 3 " $ ) (7 ( ( *" ! 3 #" & * # ! . ( * # ! ( #" . ! 3


(12)

(7( ( ! ( # # * ! ( ! * * "

B ( !" ! # # $ ) ( # # %

* ' "( * ( $ ! ( # # " $ !

' "( ( '* " ' ! # ' ( & " $ . ! ( !" % ! 6 # $ * )

B 6 ! ! # ! ( ! ) # ! # " *

# $ " ( # ' "(" " ( # # % ! ( ! " "

' / ( ( '* # (" " )

B / # * / ) #" "$ * / ( # # ! / *

! / # ! ! '" #" "$ / / )

B ! 4 ! " " ) ! " " & " 4 ! " # 4 ' " ' ! 7' ! "/ ' " ! * &

. ! # # ! # ' / % / # )

B # ( ) #" "$ ! ( " ! ! # ( ' # #" " "

( # # % ! " # $ " ' )

( # # * ' 7 ' $" " ( # # ! "! . ' '* # ( ( # # * % * 4 " ' "("

$" " . ( ! . 6 ' ! ! . " !

" * / ! )

" ( # #

" ( # # * '* " ! ( '* C ' )

! $ ( 6 # ' / ' . * 4 ! # "

3 #) ! # ' "( ( '* ! & #

( # # % ! ' '* # ( !" " ) # ' ( ! .

( # # ' '*" "$ $# # ! (# ) " / '

% ' ' # $# # . ( & ! ! (# % !

) '" . ( # # & ! # ' $ ( * 4 " ( ! ( # # '" . % " % ! ( ' '*"#

" . ( ! ! '" ' '" &"# " " ) # $

" ( # # & ! # ' $ ( * ( !

( '* # ( !" " )

4 " ( ! ' ' # ! # #" / # !

' ' # $ #. ( # # & ! # ! # #"

/ # ! ' ' # # ( " $ ) # % ( " $

' ! 4 ! % * % * ) (

( " $ ' ' ' # * * ! " . * ( ("

( ' % $ " ! * % ) ! * $ /" " * * ! '( ( ! " " % # ( " $ ) * ! ! ' ! # ' / ' #)

( ' ! # ' " " * % % ! (# % # * ) ' " !

! # ' % $# &) / ' # ! ( & '

! $ # &) ' % *" !$ & "(" 4) # & * ( ( ! # " & ' % #" "$ ( " $ )

! # ' / ' # * % ' # " ( ! "& " #) % . ' / ' ' ' # $7' # $ ! ! "'* * !

% ) * % ' ' ' # $ "'* ! # ' '(

'( ( #" . ! "'* ! % ' " ) /

' ' '* / "'* # ( # " ' # '

' ! # ' / ' 4 " (" " * "( ' ' # # ( " $ ) # $ " ( " $ % ' ( ' ! #


(13)

(" " ( # # # #" ! ! ' ' # # ( " $ )

'("#

! ( ! ( / # ! . ' ! ( ! '("# * $6

" $ ! *" $ ' ! " ' "( ! (

' ( ! ( % ! ' ) ' ! (

( ! ( % ! ( # $ " " ' ! " . ' *

'" % ! $ ! ( ! ' ("# ( ' "

*" % ! )

* # '* ' ! " * * ( & % "! $

$ " % * ! # '* " # % ' ( '

' / ' ) " " ' '" / ! " *

' "(" ' '( " " " # '* . ' # % &" "( ' ! # " " ' ( . ( 6 . ! (" % ! # '

' * $.) 6 / * ( ( ' / ' # $

! + - ! " "# # $ " &" "( ' ! # % ' ' " " " ( # ! ( % '

&" "( ' ! # ! ' '* $ * * ( $ " % % / "$ ! # &" "( '(# )

( ( ' / ' ( ! ( * ' '(" % (

( " ' ! ! ( ! ! 4 # $ ' / ' * #"'

" ( '* ! ! # " ) ! ' (" " ' # " " " * 7* "! $ ' '( '* (

" % '" '*"# & ( ! # ! '

% ) * * 4 * # ' "(" # ! ( ' ' "$

* " " * $ ( ! # *" * 4

! ' ) 4 ("

5 . ! " ! ) 8DDD) " ! ' # 4 & # " ' ) ! ) ( & 6 $ ## & '( ) / $ (" . * ' % ) 0112) / ' ( )

( * )

* CC . 4 ) & ! # ! &$ # 4 %) 8DDD) ( !

# '* " ) ! ( ' ) # '* '( )

" . " !) 0118) 7! 4 # ! # " % ) %

' ) 8DD<) ! '* " # % ) !/ 4 !

! )

" " . ! # ) 011>) . * ! ' ) !" . 44) 0118) & # ! " ) ' & " $ E

' . $# ) 0110) / ' '* " . ! )

# '* ( * )

' ) 0111) '* " ! )

$ # !


(14)

Penerapan Manajemen Resiko di Perbankan Nasional

Kamis, 20 September 2007 07.50 WIB Oleh: Palimirma

BCA telah menerapkan struktur pengelolaan resiko di seluruh organisasi, berupa kebijakan umum serta perangkat pengendalian guna memastikan konsistensi praktek pengelolaan resiko secara menyeluruh. Tiap unit bisnis didukung oleh satu grup pengelola resiko yang beranggung jawab atas penilaian dan pengelolaan resiko yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Tim pengelola resiko juga bertanggung jawab dalam melakukan pengembangan dan pengimplementasian kebijakan, prosedur serta pengawasan. Pengkajian dan pemantauan proses ini dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Resiko, sedangkan konsistensi pelaksanaannya dimonitor oleh Satuan Kerja Audit Internal.

Fungsi penting lainnya dari Satuan Kerja Manajemen Resiko adalah memantau dan menilai secara sistematik profil resiko Bank., mengkaji dampak resiko dari suatu produk atau jasa baru, menyusun prosedur dan metode manajemen portfolio, serta membantu unit bisnis dalam mengembangkan kepedulian dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip pengelolaan resiko yang dimaksud.

Resiko Likuiditas

Komite Asset dan Liabilitas (ALCO) bertanggung jawab atas pengelolaan resiko likuiditas terutama terkait dengan potensi terjadinya ketidaksesuaian atas struktur pasiva dan aktiva Bank. Bersama dengan Divisi Treasury yang merupakan unit operasional, Satuan kerja Manajemen Resiko memantau dan mengevalusi paparan resiko likuiditas yang dihadapi Bank, serta mengkaji peluang penyempurnaan kebijakan dan prosedur yang mungkin dilakukan.

Resiko Pasar

Sebagai institusi intermediasi keuangan, BCA menghadapi resiko kurs valuta asing dan suku bunga. Resiko Kurs valuta asing timbul karena fluktuasi nilai rupiah terhadap valuta asing, terutama Dolar AS. Untuk mengurangi resiko tersebut, BCA melaksanakan kebijakan pengelolaan resiko dengan menjaga posisi devisa netto (PDN) pada level relatif rendah sesuai dengan peraturan BI di bawah maks 20% dari total modal Bank.

Di sisi lain resiko suku bunga adalah perubahan atas tingkat suku bunga yang dapat mempengaruhi nilai dari aktiva berbunga tetap. Dalam mengelola resiko yang terkait dengan portfolio surat berharga untuk diperdagangkan, BCA membentuk prosedur pengelolaan resiko berdasarkan pendekatan model internal dengan menerapkan Value at Risk (VaR) untuk mengukur, memantau dan mengkaji resiko suku bunga pada portofolio. Resiko Kredit

Resiko Kredit mencerminkan potensi Kerugian yang timbul akibat kegagalan bayar debitur terkait atau counter partynya. BCA secara aktif melakukan upaya analisa dan pengelolaan untuk mengendalikan resiko tsb, baik pada tingkat transaksi, atau penyaluran kredit maupun portofolio. Praktek pengelolaan resiko kredit disusun untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam bisnis kredit., serta menjamin independensi dan intregritas proses pengelolaan resiko.

Resiko Operasional

Kebijakan dan prosedur operasional disusun untuk meminimalisasi dan memantau faktor resiko terkait dengan aspek operasional, termasuk back office, fasilitas fisik, kejahatan dan resiko penanggulangan bencana. BCA menerapkan Risk Control Self Assessment yang memungkinkan unit operasional untuk mengidentifikasi dan mengukur secara independen resiko operasional dan mewaspadai sumber-sumber resiko tersebut. Bank juga telah memperbarui Loss Event Database yang dirancang untuk mendapatkan data pada saat terjadi kegagalan operasional atau kehilangan data., sehingga BCA dapat mengetahui penyebab kegagalan tersebut dan mencegahnya terulang kembali.

Resiko Kepatuhan

BCA terus memonitor tingkat resiko yang dapat timbul karena penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia. Parameter yang digunakan dalam penilaian


(15)

resiko kepatuhan adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan akibat faktor internal maupun eksternal. Sebagai akibatnya Bank tidka mampu mematuhi peraturan yang berlaku.

Resiko Hukum

Resiko Hukum didefinisikan sebai resiko yang disebabkan oleh kelemahan pada dokumentasi kredit dan surat berharga atau dokumen hukum lainnya. Parameter yang digunakan dalam penilaian resiko hukum adalah potensi kerugian yang diakibatkan oleh adanya tuntutan terhadap BCA.

Resiko Reputasi

Reputasi dan kepercayaan merupakan fondasi penting di dalam industri perbankan. BCA secara aktif mengelola Resiko reputasi yang didefinisikan sebagai resiko yang berkaitan dengan persepsi negatif masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kegiatan bisnis dan tingkat pelayanan Bank. Untuk memperkecil kemungkinan timbulnya resiko ini, kebijakan utama yang diterapkan adalah melalui prosedur Komunikasi dan Panduan Penyelesaian Pengaduan.

Resiko Strategis

Pengelolaan Resiko strategis mengharuskan BCA mengidentifikasi dan mengelola resiko yang terkait pada pengembilan keputusan yang kurang efektif dan kurang daya tanggap terhadap perubahan eksternal. BCA mengelola resiko tersebut melalui penggunaan data internal dan eksternal yang berintegritas dalam pengambilan keputusan serta

meningkatkan kualitas analisa yang dilakukan dalam pengambilan keputusan bisnis strategis.

Manajemen Resiko

Selasa, 18 September 2007 18:05 WIB Oleh: Palimirma

(Vibiznews – Risk Management) - Definisi Resiko

Definisi dari resiko (risk) adalah peluang adanya bencana atau kerugian. Apabila dihubungkan dengan sertifikasi dalam dunia perbankan maka definisi resiko adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan situasi dimana terjadi kejadian-kejadian (risk event) yang buruk yang menciptakan kerugian finansial / non finansial secara langsung maupun tidak langsung.

Ketentuan Bank Indonesia

Seiring dengan perkembangan ekonomi global, tentunya membawa peluang dan resiko yang makin besar pula dalam dunia perbankan. Untuk itu setiap perbankan harus meningkatkan fungsi pengendalian internal serta pengelolaan resiko yang komprehensif. dengan sasaran agar setiap resiko yang berpotensi terhadap kerugian dapat diidentifikasi oleh manajemen sebelum transaksi atau pemberian kredit dilakukan.

Mulai tahun 2004 Bank Indonesia dalam hubungannya dengan pengembangan pengelolaan resiko telah memiliki ketentuan-ketentuan yang harus diikuti oleh perbankan nasional. Diantaranya adalah pembentukan Komite Manajemen Resiko dan Satuan kerja Manajemen Resiko. Dimana Satuan Kerja manajemen Resiko berfungsi untuk memastikan pelaksanaan proses manajemen resiko berjalan lancar dan memberikan gambaran profil resiko kepada manajemen. Selain itu bank (dengan jumlah asset besar) diwajibkan pula untuk melakukan identifikasi dan membuat profil resiko terhadap 8 resiko utama yaitu:

1. Resiko Kredit 2. Resiko Operasional 3. Resiko Pasar 4. Resiko Likuiditas 5. Resiko Hukum 6. Resiko Strategik 7. Resiko Reputasi


(16)

8. Resiko Kepatuhan

Ketentuan dari Bank Indonesia juga mewajibkan perbankan nasional harus memiliki manual atau pedoman manajemen risiko yang dapat mengidentifikasi, mengukur, memantau dan

mengendalikan risiko.

Manajemen Risiko Bagaimana Hal itu Dilaksanakan Dalam Sebuah Bank? Sabtu, 15 September 2007 08:05 WIB

Oleh: Fadjar Ari Dewanto

(Vibiznews - Risk Management)

Kerangka Manajemen Risiko Bank meliputi identifikasi yang mendalam terhadap Risk Management Objective dan Risk Appetite, berlangsungnya Risk Management Process yang berkesinambungan dan tersedianya Risk Infrastructure yang memadai serta terciptanya Risk Environment yang mendukung. Mari kita bahas satu persatu.

Yang pertama, Risk management Objective, tujuan Bank adalah pengalokasian modal secara efisien guna mendapatkan keuntungan yang optimal dan mengurangi kejutan kejutan (

surprises). Metode yang Bank gunakan adalah memilih aktiva produktif maupun kegiatan-kegiatan bank yang dapat terukur secara efektif dalam kerangka risiko risk and return yang disesuaikan dengan kultur perusahaan, kemampuan modal, organisasi dan infrastrukturnya. Sangat penting bagi Bank untuk memahami masalah-masalah bisnis dan investasi di mana Bank melakukan investasi sehingga Bank dapat mengumpulkan data dan informasi serta melakukan sensitivity analysis, baik atas faktor faktor internal dan eksternal terhadap pendapatan sebelum memutuskan melakukan investasi.

Yang kedua istilah Risk Appetite bergantung pada kemampuan kita untuk mengantisipasi dan mengukur besaran risiko. Dengan menggunakan batasan-batasan ( limits), Bank dapat memastikan seluruh risiko telah terdiversifikasi dengan baik dan seluruh portofolio tersebar dengan baik pula, sesuai dengan target pasar kita dan memenuhi seluruh proses transaksi, kebijakan serta prosedur.

Yang ketiga untuk Risk Management Process Bank memenuhi arahan Basel II Accord, Manajemen Risiko dikelola berdasarkan tahapan-tahapan yang sistematis sebagai berikut: - Risk awareness

- Risk identification - Risk monitoring - Risk mitigation

Bank harus mempunyai risk library, Control Risk Self Assessment (CRSA) maupun business self-assessment, metode metode pengukuran risiko, scenario analysis, sistem deteksi dini, contingency plan serta sistem pelaporan manajemen yang memadai. Risk awareness dilakukan melalui sosialisasi yang intensif, lokakarya dan pelatihan yang berkesinambungan untuk membangun risk culture bagi seluruh karyawan.

Keempat , Risk Management Infrastructure menggambarkan dengan jelas peranan masing-masing dalam organisasi guna menjalankan fungsi Manajemen Risiko, kebijakan dan prosedur untuk mengkomunikasikan aspek-aspek penting dari proses-proses, metodologi untuk memperkirakan besarnya potensi kerugian, sistem analisis serta laporan yang tepat waktu. Kelima adalah Risk Environment meliputi pengembangan kultur yang sesuai yang mendukung pendekatan risiko yang tepat, komunikasi yang tepat mengenai manfaat manajemen risiko, pelatihan untuk memastikan bahwa organisasi mengikuti teknik yang terbaru dan hubungan antara pengambilan risiko, penilaian kinerja dan kompensasi untuk menekankan tanggung jawab pada tingkat perorangan.


(17)

PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK

MANAGEMENT BANK SYARI’AH

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh MARYATI NIM: 204082002324

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembinbing II

Yahya Hamja, Dr., MM Abdul Hamid Cebba, Drs. Ak., MBA

NIP. 150 676 334 NIP. 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(18)

Hari ini Jum’at, Tanggal 30 Bulan Mei Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Maryati NIM: 204082002324 dengan judul Skripsi ”PENGARUH TINGKAT KEAHLIAN DAN MOTIVASI AUDITOR INTERNAL TERHADAP RISK MANAGEMENT BANK SYARI’AH”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2008

/ /

Yahya Hamja, Dr., MM

Abdul Hamid Cebba, Drs.

Ak., MBA

Pembimbing I Pembimbing II


(19)

Penguji Ahli

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : MARYATI

2. Tempat & Tgl. Lahir : Solo, 22 Juli 1985 3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Status : Belum Menikah

5. Kewarganegaraaan : Indonesia

6. Alamat : Jl. Mujair III No. 34 003/ 04 Bambu Apus, Pamulang-Tangerang 15415

7. Agama : Islam

8. Telepon : 0856-71-83-071

9. E-mail : moneng_cute@yahoo.com

10.Motto Hidup : “DO THE BEST PRAY THE REST”

II. PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal

a. TK : TK Islam AL-Hurriyah

Jakarta Tahun 1991

b. SD : SDN Bampu Apus II

Tangerang Tahun 1997

c. SMP : SMP Djojoredjo

Tangerang Tahun 2000

d. SMA : SMUN 1 Pamulang


(20)

e. S1 : UIN Syarif Hidayatullah

(FEIS) Jakarta Tahun 2008

2. Pendidikan Informal

a. Lembaga

Bahasa & Pendidikan Profesional (LBPP) “LIA”, Jakarta

1) General English : Basic Levels Tahun 2002 2) General English : Intermediate Levels Tahun 2003 3) General English : Advanced Levels Tahun 2004

b. Lembaga

Pendidikan Komputer Terapan “PHITAGORAS”, Jakarta

1) Administrasi Perkantoran Tahun 2004

III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN MAGANG

1. BEM UIN Syahid Anggota

Divisi Kemahasiswaan Tahun 2004

2. NDI (LSM) Volunteer

Tahun 2005

3. DPMF UIN Syahid Ketua

DPMF Tahun 2005

4. CV.Bangun Kharisma Staff

administrasi Tahun 2005

5. BEM UIN Syahid Divisi

Kerohanian Tahun 2006

6. Temu BEM Nusantara Panitia &

Peserta Wilayah Jakarta Tahun 2007

7. PT. Bank Mandiri Tbk Peserta


(21)

IV. SEMINAR DAN WORKSHOP

1 Certificate of Achievement for Participation in The Legislative Exchange Program with Indonesia of The National Conference of State Legislative

Executive Club Hotel Hilton Jakarta

2005

2 Certificate of Achievement for Outstanding Contribution to DPR Civic Info Fair : “BERSAMA DENGAN NAD & NIAS”

Gedung MPR/ DPR Jakarta

2005

3 Workshop Perbankan Syari’ah In Cooperation with Bank Muamalat

UIN Syahid Jakarta

2006

4 Workshop Fraud Indication & Technique Audit Forensic In Cooperation with KAP, KPK dan BPK/ BPKP

UIN Syahid Jakarta


(22)

ABSTRACT

Maryati. Title “The Influence of Expertise Level And Motivation of Internal Auditor With Islamic Risk Management Bank”. Strata One (S1) Auditing Concentration, Accounting Major in Economics And Social Science Faculty of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M.

This research purpose is to explain the influence of internal auditor’s expertise level with Islamic risk management bank, the influence of internal auditor’s motivation with Islamic risk management bank and the influence of both expertise level and motivation of internal auditor with Islamic risk management bank. The focus variable of this research are internal auditor’s expertise level (X1), internal auditor’s motivation (X2) as an independent variable and Islamic

risk management bank (Y) as an dependent variable. This research instrument used questionnaires which consist of 30 respondents of internal auditor on Islamic bank at Jakarta with standard error 5%. To analyze data researcher used SPSS 12 Version.

The result of this research shows that expertise level and motivation of internal auditor have significant influence to Islamic risk management bank for about 0.000 which is less than 0.05. Based on R2 value expertise level and motivation of internal auditor can explain Islamic risk management bank for about 47.8%.

Keywords: Internal Auditor, Expertise Level, Motivation, Risk Management, Islamic Bank.


(23)

ABSTRAK

Maryati. Judul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management Bank Syari’ah”. Strata Satu (S1) Konsentrasi Auditing, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Syarif Hidayatullah Jakarta 1429 H/ 2008 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor internal terhadap risk management bank syari’ah, pengaruh motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah dan pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara simultan terhadap risk management bank syari’ah. Variabel yang menjadi fokus penelitian adalah tingkat keahlian auditor internal (X1), motivasi auditor internal (X2) sebagai variabel bebas dan risk

management bank syari’ah (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dengan objek penelitian auditor internal bank syari’ah di wilayah Jakarta sebanyak 30 responden, dengan tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk metode analisis data dan uji hipotesis penulis menggunakan regresi berganda, dan penghitungannya menggunakan program SPSS versi 12.

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tingkat keahlian dan motivasi auditor internal berpengaruh signifikan dengan risk management bank syari’ah sebesar 0.000 dimana kurang dari 0.05. Berdasarkan koefisien determinasi dapat diketahui bahwa pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal dapat menjelaskan sebesar 47.8% risk management bank syari’ah.

Kata kunci: Auditor Internal, Tingkat Keahlian, Motivasi, Risk Management, Bank Syariah.


(24)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Ilaahi Rabbi, Tuhan semesta alam yang Maha Berkehendak atas segala sesuatu, pun ketika penulis diberikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Keahlian Dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk

Management Bank Syari’ah”, semua itu adalah berdasarkan izin-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW, manusia pilihan yang pribadinya adalah uswah bagi kita semua.

Dalam realisasinya, penulis sadar sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT anugerahkan. Dan selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. My parents and brothers and also my extended family. (I know how much you love me, so do I to you……! Thanks for your help and take care of me…...!!!) 2. Dr. Yahya Hamja., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu penulis.

4. Drs. M. Faisal Badroen, MBA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

5. Bapak Amilin SE, Ak., M.Si selaku sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

6. Segenap dosen, karyawan, petugas perpustakaan, petugas keamanan dan petugas kebersihan FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.

7. Mba Mila selaku Corporate secretary PT. Bank Mega Syari’ah Indonesia atas segala bantuan, kemudahan dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis dalam memperoleh data.


(25)

8. Bapak Tanjung Nasution PT. Permata Bank Syari’ah atas waktu dan bantuannya bagi penulis.

9. Saudara-saudaraku Kelas Akuntansi A angkatan 2004 (you are too beautiful to forget !!!………with u I know what happiness means is………)

10.Sahabat-sahabat seperjuangan yang sedang menyusun skirpsi (thanks for all support and believe you have gave that I can through this!!! tetap semangat!) 11.Teman-teman penulis, anak-anak Akuntansi dan Manajemen angkatan 2004

beserta semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

12.Junior-junior dari Akuntansi dan Manajemen (nikmati hidup mu sebaik mungkin and be ready to face this!!)

Akhirnya, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat dikemudian hari.

Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Mei 2008 Wassalam


(26)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv ABSTRACT ... vi ABSTRAK...vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI ...x DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR TABEL ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ...1 B. Perumusan Masalah ...7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Keahlian Auditor ...10 1. Definisi Keahlian ...10 2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor ...11 B. Motivasi Auditor Internal...18 1. Definisi Motivasi ...18 2. Situasi yang Memotivasi ...20 3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja ...21 C. Manajemen Risiko (Risk Management)...27 1. Pengertian Manajemen Risiko ...27 2. Komparasi Risiko Bank Syariah Versus Bank Konvensional.28 3. Klasifikasi Management Risk Bank...30


(27)

D. Hubungan Risk Management Dengan Perusahaan ...33 E. Hubungan Risk Management Dengan Auditor Internal...36 F. Fungsi Pengelolaan Risiko ...38 G. Kadar Pengawasan Risiko...40 H. Pengelolaan Risiko ...41 I. Kerangka Pemikiran ...45 J. Hipotesis...47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian...49 B. Metode Penentuan Sampel ...49 C. Metode Pengumpulan Data ...50 D. Metode Analisis ...52 1. Deskriptif Data...52 2. Uji Kualitas Data ...52 a. Uji Validitas ...52 b. Uji Reliabilitas ...53 3. Uji Asumsi Klasik...53 a. Uji Normalitas...53 b. Heteroskedastisitas ...54 c. Multikoliniearitas ...55 4. Uji Hipotesis ...55 a. Uji t-statistik (Uji Parsial)...55 b. Uji F (Uji Simultas)...56 c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)...56 d. Analisis Regresi Berganda...57 E. Operasional Variabel Penelitian ...57

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A...G ambaran Umum Objek Penelitian...61


(28)

B...D eskripsi Data ...63 C...H

asil dan Pembahasan ...65 1...U

ji Kualitas Data ...65 a...U

ji Validitas... 65 b...U

ji Reliabilitas ...68 2...U

ji Asumsi Klasik...70 a...U

ji Normalitas ...70 b...H

eteroskedastisitas...71 c...M

ultikoliniearitas ...72 3...U

ji Hipotesis...72 a...U

ji t-Statistik (Uji Parsial)...72 b...U

ji F (Uji Simultan) ...75 c...U

ji R2 (Koefisien Determinasi) ...76 d...A

nalisis Regresi Berganda ...77


(29)

A...K esimpulan ...79 B...I mplikasi ...80


(30)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Keterangan Halaman

2. 1 Situasi yang Memotivsi 20

2. 2 Sistem Pengawasan/ Pengelolaan Bank Syari’ah 44

2. 3 Model Penelitian 47

4. 1 Normal P-P Plot 70


(31)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Keterangan Halaman

2. 1 Ranking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor 16

2. 2 Kerangka Keahlian 46

2. 3 Kerangka Risk Management 46

3. 1 Kriteria Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor 50

3. 2 Kriteria Korelasi 51

3. 3 Operasional Variabel Penelitian 59

4. 1 Data Populasi Penelitian 62

4. 2 Rekapitulasi Sampel Responden 62

4. 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 63

4. 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 63

4. 5 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 64 4. 6 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja 64 4. 7 Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan 65 4. 8 Uji Validitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) 66

4. 9 Uji Validitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 66

4. 10 Uji Validitas Risk Management Bank (Variabel Y) 67 4. 11 Uji Reliabilitas Tingkat Keahlian Auditor Internal (Variabel X1) 68

4. 12 Uji Reliabilitas Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 69

4. 13 Uji Reliabilitas Risk Management Bank (Variabel Y) 69

4. 14 Multikoliniearitas 72

4. 15 Coefficientsa 72

4. 16 ANOVAb 75

4. 17 Model Summaryb 76


(32)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan Halaman

1 Daftar Kuesioner 1

2 Daftar Jawaban Responden 6

3 Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor (Variabel X1) 9

4 Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X2) 11

5 Uji Kualitas Data Risk ManagementBankSyari’ah(Variabel Y)12

6 Hasil Uji Hipotesis 13

7 Tabel r Product Momoent 15


(33)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencuatnya konsep manajemen risiko (risk management) tidak hanya menjadi sebuah antiklimaks dari perjalanan panjang dunia bisnis, namun sesungguhnya juga titik balik kesadaran akan pentingnya mengelola risiko, agar terhindar dari hal-hal yang bisa merusak tujuan yang ingin dicapai. Meski, sesungguhnya secara substansial manajemen risiko adalah juga substansi manajemen bisnis yang umum. Hanya saja, terjadi pergeseran dan penekanan fokus. Yakni, fokus pada mengenali risiko dan kemudian mengelolanya, itulah yang menjadi titik utama. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Konsep manajemen risiko mestinya tidak terkait dengan profil karakter manajer. Ada tiga profil karakter manajer utama: risk seeker, risk averter, risk taker. Apapun dan bagaimanapun profilnya, manajer harus melihat dan memperlakukan risiko sebagai urat nadi dan denyut jantung dalam suatu organisasi bisnis. Identifikasi risiko sebagai tahap awal manajemen risiko adalah tahap krusial, karena dilakukan penilaian risiko yang potensial, secara mutlak harus ditindaklanjuti dengan mengelola atau mengendalikan risiko yang teridentifikasi melalui pengurangan kemungkinan terjadinya risiko sampai titik terendah (residual risk). Mengingat setiap tindakan mengendalikan risiko akan berhadapan dengan risiko lain, oleh karena itu,


(34)

tahap ini memerlukan kajian intensif dan intranspeksi sejujurnya untuk setiap kemungkinan terburuk yang mungkin timbul. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Selain itu, pengalaman dan pelajaran selama masa krisis telah menyadarkan industri perbankan terhadap kebutuhan perubahan yang mendasar dalam penerapan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko secara menyeluruh. Selanjutnya, dalam rangka menyempurnakan pengelolaan risiko secara lebih menyeluruh dan mendalam, kemudian dibentuk satuan kerja manajemen risiko yang tidak hanya bertujuan terhadap pengelolaan, namun juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko yang ada. (Bank Mandiri, 2004).

Mengingat betapa pentingnya peranan internal auditor dalam manajemen risiko maka, pendekatan risk based internal auditing ini penting pula yaitu bahwa internal auditor sepatutnya memiliki pemahaman yang baik terhadap proses manajemen risiko, teknik dan perangkat kerja, dan keahlian dasar internal auditing dalam hal komunikasi, wawancara dan analisa. Peranan internal auditor dalam suatu organisasi terhadap manajemen risiko berubah sepanjang waktu, dan peranan internal auditor antara satu organisasi dengan organisasi lainnya bisa berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena tidak semua organisasi atau institusi memandang risiko dengan cara yang sama atau tidak semua organisasi memiliki kompleksitas manajemen risiko pada level yang sama. Karena kondisi perusahaan yang satu dengan yang lainnya juga berbeda-beda. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).


(35)

Oleh karena itu, agar manajemen risiko yang dimiliki oleh organisasi dapat berjalan secara efektif maka auditor internal harus menentukan peranan yang sesuai dengan kondisi manajemen risiko yang ada pada organisasinya. Internal auditor harus memperhatikan persyaratan profesi agar tetap independen dan objektif, dan internal auditor harus juga merasa yakin bahwa mereka memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan peranan tersebut. (Dewanto Fadjar Ari, 2003).

Di sisi lain, suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya baik perusahaan yang bergerak dibidang industri bisnis maupun jasa akan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang harus diperhatikan bersama yaitu bahwa keberhasilan berbagai aktivitas didalam perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada aspek sumber daya manusia. Manusia sebagai salah satu sumber daya dalam perusahaan mempunyai peranan penting dibandingkan dengan sumber daya lainnya, karena faktor penggerak utama dari seluruh kegiatan perusahaan. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor penentu karena ditangan manusialah segala inovasi akan direalisir dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan. (Grand Textile, 2007)

Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi bukan hanya satu-satunya faktor yang memperngaruhi tingkat prestasi seseorang. Dua faktor lainnya yang terlibat adalah kemampuan individu dan pemahaman tentang perilaku yang diperlukan


(36)

untuk mencapai prestasi yang tinggi atau disebut persepsi peranan. Motivasi, kemampuan, dan persepsi peranan adalah saling berhubungan. Jadi, bila salah satu faktor rendah, maka tingkat prestasi akan rendah. Walaupun faktor-faktor lainnya tinggi. (Handoko Hani T, 2003: 251).

Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang-orang yang melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi di mana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi hanya akan memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja kerja individual. Karena motivasi berkaitan erat dengan perilalu, maka dapat dikatakan bahwa terdapat macam-macam faktor yang berbeda dan yang mempengaruhinya. (Winardi, 2004: 2).

Motivasi merupakan hal penting pula untuk diperhatikan karena dengan motivasi, seseorang akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seseorang tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun orang tersebut memiliki kemampuan operasional yang baik bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan memuaskan. (Kusumawati Arie, 2007).

Penelitian yang berkaitan dengan judul penulis telah beberapa kali dilaksanakan. Penelitian mengenai tingkat keahlian auditor diantaranya dilakukan oleh Muhammad Sodik (2007), meneliti tentang pengaruh keahlian


(37)

dan independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud. Hasil penelitian tersebut menerangkan bahwa keahlian dan independensi internal auditor ketika mendeteksi indikasi fraud memiliki pengaruh yang signifikan.

Penelitian lain mengenai motivasi auditor internal diantaranya dilakukan oleh Arie Kusumawati (2006) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor motivasi terhadap prestasi kerja karyawan wajik kletik dibungkus klobot Blitar. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa faktor motivasi sangat berpengaruh dengan prestasi kerja seseorang.

Penelitian lain yang ikut mendukung judul diatas dilakukan oleh Departemen R&D PT. Grand Textile untuk kepentingan perusahaan yakni mengenai peranan motivasi dalam upaya meningkatkan disiplin kerja karyawan pada PT. Grand Textile. Dari hasil penelitian tersebut terlahir indikator-indikator motivasi karyawan terhadap disiplin kerja dan semakin memperkuat teori bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil kerja seseorang.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Khairul Bariyyah (2007). Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Ruang lingkup peneliltian

Ruang lingkup penelitian sebelumnya menggunakan seluruh perusahaan perbankan konvensional yang memiliki auditor internal dan manajemen


(38)

risiko. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan syari’ah yang memiliki auditor internal dan risk management. 2. Metode penentuan sampel

Metode penentuan sampel penelitian sebelumnya menggunakan sampel populasi. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.

3. Variabel yang digunakan

Variabel penelitian sebelumnya menggunakan satu variabel independen yaitu auditor internal. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu tingkat keahlian dan motivasi auditor internal. 4. Uji hipotesis

Uji hipotesis penelitian sebelumnya tidak menggunakan uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas tetapi langsung menggunakan motode statistik. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikoliniearitas terlebih dahulu baru dilakukan pengujian analisis statistik.

5. Pengujian analisis statistik

Pengujian analisis statistik penelitian sebelumya menggunakan regresi linier sederhana. Sedangkan dalam peneltian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan penambahan uji t (uji parsial) yang tidak terdapat pada penelitian sebelumnya.


(39)

6. Operasional variabel penelitian

Operasional variabel penelitian sebelumnya dalam mengukur efektivitas manajemen risiko menggunakan sub variabel strategi pengelolaan risiko dan minimalisasi biaya. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sub variabel risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional.

Atas dasar landasan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengajukan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Keahlian dan Motivasi Auditor Internal Terhadap Risk Management BankSyari’ah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Apakah tingkat keahlian auditor internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah?

2. Apakah motivasi audior internal berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah?

3. Apakah tingkat keahlian dan motivasi auditor internal secara bersama-sama berpengaruh terhadap risk management bank syari’ah?


(40)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat keahlian auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.

b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.

c. Untuk mengetahui secara bersama-sama pengaruh tingkat keahlian dan motivasi auditor internal terhadap risk management bank syari’ah.

2. Manfaat

a. Bagi auditor

Setelah penelitian ini selesai penulis mengharapkan kepada auditor untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan keahlian-keahlian yang dimiliki dan terus memotivasi dirinya agar pekerjaan yang ditugaskan kepada auditor akan lebih maksimal.

b. Bagi perusahaan

Perusahaan juga memiliki peranan untuk menciptakan suasana bekerja yang kondusif baik bagi karyawan maupun bagi auditor sendiri dengan selalu memberikan pelatihan dan training untuk meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh perusahaan.

c. Bagi pembaca

Penulis juga berharap melalui penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat keahlian dan motivasi auditor akan


(41)

sangat berpengaruh terhadap lingkup pekerjaannya dan mudah-mudahan bisa dijadikan referensi bagi teman-teman yang sedang menyusun skripsi.

d. Bagi penulis

Penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan refleksi atas aplikasi ilmu yang telah diperoleh selama berada dibangku kuliah khususnya dengan konsentrasi auditing. Dan juga akan semakin menambah wawasan serta informasi bagi penulis mengenai subjek yang diteliti.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tingkat Keahlian Auditor Internal 1. Definisi Keahlian

Sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat untuk menguraikan pengertian keahlian. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionay (1983) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan dari seorang ahli. Ahli (experts) didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Trotter (1986) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan lapangan dengan cara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Hayes-Roth, et al (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Waller dan Felix (1984) menambahkan bahwa di dalam beberapa studi auditing juga belum terdapat kesepakatan dalam mendefinisikan keahlian dan masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai surrogate keahlian. Tentunya variabel ini tidak memadai bagi seseorang untuk membuat pertimbangan-pertimbangan keputusan yang baik dan


(43)

menjadi lebih ahli, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Pengertian keahlian menurut Bedard (1986) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Beberapa peneliti selanjutnya telah memasukkan unsur kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) kedalam penelitian mereka (Bonner dan Lewis, 1990; Libby dan Luft, 1993; Libby dan Tan, 1994; Libby, 1995). Dalam praktek, definisi keahlian sering ditunjukkan dengan pengakuan resmi (official recognition) seperti pengakuan terhadap seorang spesialis pada industri tertentu, tanpa adanya suatu daftar resmi dari atribut-atribut keahlian. Dalam hal ini, Shanteau (1987) memberikan definisi operasional seorang ahli adalah seseorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai orang yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang penting untuk menilai pada derajat yang tinggi. (Gudono dan Murtanto, 1999).

Metode indentifikasi keahlian dari praktek memberi suatu pengantar untuk menyelidiki berbagai karakteristik keahlian. Hal ini merupakan suatu konsekuensi karena belum terdapat deskripsi yang jelas tentang keahlian. Akibatnya konsep keahlian harus dioperasionalisasikan dengan melihat beberapa variabel. (Gudono dan Murtanto, 1999).

2. Komponen-Komponen Keahlian Auditor

Dalam Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi (2005) keahlian seorang auditor terdiri dari lima komponen sebagai berikut:


(44)

a. Ciri-ciri psikologis (Psychological Traits)

Komponen ini meliputi kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian. Pentingnya kemampuan ini dalam membentuk keahlian audit ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Larocque’ pada tahun 1990.

1) Kemampuan komunikasi

Auditor internal harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena auditor internal harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. (Prima Consulting Group, 2000).

a) Komunikasi dengan auditee

Auditor internal harus senantiasa menjaga komunikasi dan interaksi yang baik dan wajar dengan auditee sehingga pelaksanaan tugasnya dapat berjalan dengan lancar, selain itu audior internal juga harus mampu melaksanakan komunikasi lisan dan tertulis sehingga dapat menyampaikan masalah-masalah audit, seperti tujuan, penilaian, kesimpulan audit dan rekomendasi hasil audit, yang diberikan secara jelas dan efektif.


(45)

b) Komunikasi dengan auditor eksternal

Auditor internal harus mampu melakukan komunikasi lisan atau tertulis dengan auditor eksternal sesuai dengan batas kewenangan masing-masing auditor eksternal tersebut.

2) Kreativitas

Menurut Lawrence B. Sawyers, et al (2005) kreativitas auditor internal dapat dipupuk melalui:

a) Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktik-praktik yang berjalan saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu mencoba untuk meraih sesuatu yang baik.

b) Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan komponen-komponen dan dinamika yang terdapat didalamnya. c) Penyatuan. Mengkombinasikan informasi untuk

mentranformasikan konsep-konsep yang terpisah menjadi sesuatu yang baru dan lebih baik.

3) Kemitraan (kemampuan bekerjasama) dalam pemecahan permasalahan

Kemitraan akan sangat efektif dalam menjadikan auditor internal sebagai seorang mitra kerja dan sumber daya yang berharga, dan bukan sebagai seorang musuh atau kritikus. Saling menghargai,


(46)

mempercayai, dan kerjasama tim adalah suatu keharusan. (Lawrence B. Sawyers et al, 2005: 47).

4) Keahlilan auditor internal profesional

Audit internal profesional membutuhkan seorang staf yang profesional. Lingkup yang luas dari audit internal moderen mensyaratkan pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik audit. Persyaratan ini menetapkan standar yang tinggi pula dalam audit internal – standar yang sudah tidak bisa dikompromikan lagi. Oleh karena itu, direktur audit internal harus mempertimbangkan beberapa atribut tertentu, seperti pengetahuan professional, kemampuan, dan kualitas karakter, dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan karyawan dan mempertahankannya. Pendidikan mampu mengembangkan kemampuan professional; pengalaman di dunia nyata kemudian masalahnya. Pendidikan akan mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang penting dalam kinerja audit internal professional. (Lawrence B. Sawyers et al, 2005: 48-49).

b. Strategi penentuan keputusan (Decision Strategies)

Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia, begitu pula dengan membuat


(47)

keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain turut serta dalam membentuk keahlian audit.

c. Komponen pengetahuan (Knowledge Component)

Komponen pengetahuan meliputi pengetahuan terhadap fakta, prosedur, dan pengalaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) komponen ini menempati urutan terpenting dalam membentuk keahlian seorang auditor.

d. Kemampuan berfikir (Cognitive Abilities)

Kemampuan berfikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi beberapa karakter yang dapat dimasukkan ke dalam mengolah informasi. Beberapa karakter yang dapat dimasukkan ke dalam komponen ini antara lain kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru, kemampuan untuk memfokuskan pada fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan, serta kemampuan untuk dapat menghindari tekanan yang menganggu objektivitas hasil audit.

e. Analisis tugas (Task Analysis)

Kemampuan dalam melakukan analisis tugas akan berpengaruh terhadap penentuan keputusan yang dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1999) menunjukkan rangking kelima komponen keahlian auditor. Dari tabel 2. 1 di bawah ini


(48)

dapat dilihat bahwa ciri-ciri psikologis menempati urutan pertama dalam komponen keahlian, stategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisa tugas menempati urutan berikutnya.

Tabel 2. 1

Rangking Komponen Pembentuk Keahlian Auditor

Penelitian Sekarang Penelitin Terdahulu Komponen Keahlian Factor

Loading Ranking

Factor

Loading Rangking

Ciri-ciri psikologis 4,234 1 4,501 1

Strategi Penentuan Keputusan 3,663 2 4,499 2

Komponen Pengetahuan 2,576 3 1,167 3

Kemampuan Berfikir 2,474 4 2,589 4

Analisa Tugas 0,4 5 0,365 5

(Sumber: Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, “Tinjauan

Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik”, Vol. 5 No. 1, April, 2005).

Sumber lain yang terdapat pada buku Sawyer’s, Internal auditing: 2003, mengatakan bahwa:

a. Setiap auditor internal hendaknya memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu sebagai berikut:

1) Kecakapan dalam menerapkan standar, prosedur, dan teknik audit internal diperlukan dalam setiap penugasan. Kecakapan berarti kemampuan untuk menetapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam situasi yang memungkinkan akan dihadapi dan mengatasi


(49)

situasi tersebut tanpa membutuhkan bantuan dan riset teknis yang mendalam.

2) Kecakapan dalam prinsip dan teknik akuntansi diperlukan bagi seorang auditor yang banyak bekerja dengan laporan dan catatan keuangan.

3) Pemahaman akan prinsip manajemen juga diperlukan untuk mengenali dan mengevaluasi besarnya materialitas dan signifikansi dari penyimpangan yang terjadi dan praktik bisnis yang baik. Pemahaman ini berarti kemampuan untuk menetapkan pengetahuan yang dimilikinya pada situasi yang kemungkinan akan dihadapi, mengenali penyimpangan yang signifikan, dan kemudian mampu melaksanakan riset yang diperlukan untuk mencapai solusi yang masuk akal atas penyimpangan.

b. Auditor internal hendaknya memiliki keahlian dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi dengan efektif. Disamping mengerti hubungan antarmanusia dan mampu membina hubungan yang memuaskan dengan klien.

Melihat betapa beratnya tugas seorang auditor baik ditinjau secara moril maupun materil, maka sebaiknya untuk menjabat sebagai auditor khususnya di perusahaan perbankan perlu dituntut suatu kualifikasi yang tinggi, baik mengenai kecakapan teknisnya maupun moralitasnya. Secara


(50)

konkrit auditor dituntut harus mempunyai pengetahuan yang lengkap dan up to date mengenai Banking Operation yang berlaku. Ia juga dituntut pengetahuan yang memadai tentang accounting dan hukum, begitu pula pengetahuan tentang ekonomi moneter dan pegetahuan manajemen serta pengetahuan-pengetahuan teknis lainnya yang erat hubungannya dengan kegiatan perbankan. Sedangkan syarat-syarat moralitas yang diperlukan auditor harus mempunyai dedikasi dan loyalitas pada profesinya yang cukup tinggi, disamping itu juga dituntut sifat-sifat kritis, supel tetapi dapat memegang prinsip. (Teguh Pudjo Muljono, 1987: 32).

B. Motivasi Auditor Internal 1. Definisi Motivasi

Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa Latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). (Winardi, 2004:1).

Ada macam-macam rumusan untuk istilah motivasi, seperti:

“……...motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunteer) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu”. (Mitchell, 1982: 81).

Definisi lain tentang motivasi menyatakan bahwa:

“……..motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan tumbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiaan tertentu”. (Gray et al, 1984: 69).

Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) menyatakan bahwa motivasi merupakan hasrat di dalam diri seseorang yang menyebabkan


(51)

orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal: mencapai tujuan. Maka, motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan tersebut.

Winardi (2004) berpendapat bahwa motivasi adalah:

“Suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan”.

Dari pandangan seorang manajer, seseorang yang termotivasi akan: a. Bekerja keras

b. Mempertahankan langkah kerja keras

c. Memiliki perilaku yang dikendalikan sendiri ke arah sasaran-sasaran penting

Jadi, motivasi mencakup upaya pantang mundur dan sasaran. Motivasi melibatkan keinginan seseorang untuk menunjukkan kinerja. Kinerja aktual adalah apa yang dinilai oleh para manajer untuk tidak secara langsung menentukan keinginan orang tersebut. (Gibson et al, 1997: 340).

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi atau motif. Antara lain: kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan istilah motivasi, yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong


(52)

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. (Handoko Hani. T, 2003: 251).

2. Situasi yang Memotivasi

Hubungan antara motif-motif, tujuan-tujuan dan aktivitas dapat di tunjukkan secara sederhana melalui gambar berikut. (Hersey, 1988: 25-28).

Gambar 2. 1 Situasi yang Memotivasi

(Sumber: J, Winardi. “Motivasi dan Pemotivasi Dalam Manajemen”, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004).

Gambar diatas menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, dimana motif-motif seorang individu diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motiv terkuat, menimbulkan perilaku yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi, aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis putus-putus. (Winardi, 2004: 41-42).

Motiv

Tujuan

Perilaku

Aktivitas yang diarahkan kepada tujuan

Aktivitas tujuan


(53)

Sebagai ilustrasi untuk sebuah tujuan yang tidak berwujud. Andaikata para individu memiliki kebutuhan akan penghargaan – kebutuhan dianggap sebagai manusia yang memberikan kontribusi dan sebagai manusia produktif – maka pujian merupakan sebuah insentif yang dapat memuaskan kebutuhan demikian. (Winardi, 2004: 41-42).

3. Faktor-Faktor Motivasi Kerja

Ada macam-macam alasan mengapa manusia bekerja. Apabila kita menerima pandangan yang menyatakan bahwa orang bekerja untuk mendapatkan “imbalan” yang dirumuskan secara luas, maka imbalan tersebut dapat kita uraikan menjadi dua macam kelas yang bersifat sangat umum. Motivasi melibatkan faktor individu (intrinsik) dan faktor-faktor organisasional (ekstrinsik). (Winardi, 2004: 61).

a. Motivasi Intrinsik

Yang termasuk motivasi intrinsik antara lain: kebutuhan-kebutuhan fisiologis, tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), dan kemampuan aktualisasi diri. (Cardoso Faustino Games, 2003: 81).

Motivasi intrinsik merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi dan mereka ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut. Singkatnya, motivasi intrinsik timbul karena imbalan-imbalan intrinsik potensial. (Winardi, 2004: 61).


(54)

1) Kebutuhan fisiologis

Menurut Sondang P. Siagian (2006: 281) kebutuhan fisiologis yang dimaksud seperti, kebutuhan sandang, kebutuhan pangan, dan kebutuhan papan.

Teori tentang kebutuhan memusatkan perhatian pada apa yang diperlukan orang untuk mencapai kehidupan penuh pemuasan. Dalam praktik, tori kebutuhan berhubungan dengan peranan yang dimainkan oleh pekerjaan dalam hal memenuhi kebutuhannya. Menurut teori kebutuhan, seseorang termotivasi apabila ia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Kebutuhan yang terpenuhi bukanlah sebuah motivator. Terdapat berbagai macam teori kebutuhan yang berbeda sehubungan dengan apa tingkatan tersebut bila kepuasan benar terjadi. Ia mulai dengan kebutuhan fisikal (fisik) yang bersifat paling mendasar, dimana masing-masing kebutuhan perlu dipenuhi sebelum individu yang bersangkutan berkeinginan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan pada tingkatan berikutnya yang lebih tinggi. (Winardi, 2004: 71-72).

2) Kemampuan aktualisasi diri (abilities)

Pada puncak hierarki, terdapat kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan atau merealisasikan diri atau aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berupa kebutuahn individu untuk merealisasi potensi yang ada pada dirinya, yaitu untuk


(55)

mencapai pengembangan diri secara berkelanjutan dan untuk menjadi kreatif dalam arti kata seluas-luasya. Bentuk khusus kebutuhan demikian akan berbeda-beda dari orang ke orang, seperti halnya terlihat pada kepribadian-kepribadian manusia. (Winardi, 2004: 16).

Maslow merumuskan kebutuhan ini sebagai “keinginan untuk menjadi kian lama kian tinggi tentang apa manusia itu, untuk menjadi segalanya manusia sanggup menyesuaikan diri”. Hal ini berarti bahwa individu akan menyadari sepenuhnya potensi bakat dan kemampuannya. Hal ini jelas karena peranan seseorang sangat beragam, demikian juga aspak-aspek eksternal dari aktualisasi diri. (Gibson et al, 1997: 347).

b. Motivasi Ekstrinsik

Yang tergolong motivasi ekstrinsik meliputi: pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), hubungan dengan rekan kerja (co-workers), pengawasan (supervision), penghargaan (reward), kebijakan perusahaan dan pekerjaan itu sendiri (job itself). (Cardoso Faustino Games, 2003: 81).

Motivasi ekstrinsik tidak tergantung pada tugas yang dilaksanakan dan mereka dikendalikan oleh pihak lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa motivasi ekstrinsik timbul karena antisipasi akan dicapainya imbalan-imbalan ekstrinsik. (Winardi, 2004: 61).


(1)

Lampiran 3: Uji Kualitas Data Tingkat Keahlian Auditor Internal

(Variabel X

1

)

Case Processing Summary

10 100.0

0 .0

10 100.0 Valid

Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.878 18

Cronbach's


(2)

Item Statistics

4.9000 .31623 10

4.7000 .48305 10

4.7000 .48305 10

4.3000 .48305 10

4.3000 .48305 10

4.5000 .52705 10

2.7000 1.15950 10 3.8000 1.03280 10 3.8000 1.03280 10

3.7000 .94868 10

4.3000 .48305 10

4.1000 .87560 10

4.3000 .48305 10

3.8000 1.03280 10

4.1000 .56765 10

4.0000 .66667 10

3.4000 1.17379 10

3.4000 .96609 10

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

67.9000 62.322 .485 .876

68.1000 65.878 -.162 .888

68.1000 68.989 -.546 .896

68.5000 64.500 .014 .884

68.5000 59.833 .639 .870

68.3000 57.789 .846 .864

70.1000 57.211 .359 .882

69.0000 51.556 .824 .856

69.0000 51.556 .824 .856

69.1000 52.989 .793 .859

68.5000 60.056 .608 .871

68.7000 54.678 .726 .862

68.5000 59.833 .639 .870

69.0000 54.889 .581 .869

68.7000 60.678 .435 .874

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item


(3)

72.8000 64.844 8.05260 18

Lampiran 4: Uji Kualitas Data Motivasi Auditor Internal (Variabel X

2

)

Case Processing Summary

10 100.0

0 .0

10 100.0 Valid

Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.784 11

Cronbach's


(4)

Item Statistics

4.2000 .42164 10

4.1000 .56765 10

3.9000 .56765 10

3.5000 1.08012 10

4.4000 .51640 10

4.0000 .66667 10

4.1000 .31623 10

4.4000 .51640 10

3.8000 1.03280 10

4.0000 .66667 10

4.4000 .51640 10

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

Mean Std. Deviation N

Item-Total Statistics

40.6000 14.044 .830 .742

40.7000 13.789 .648 .747

40.9000 13.656 .683 .743

41.3000 10.900 .670 .736

40.4000 15.822 .184 .790

40.8000 13.289 .640 .743

40.7000 16.900 -.060 .799

40.4000 17.156 -.135 .815

41.0000 12.889 .390 .785

40.8000 12.844 .744 .730

40.4000 15.156 .354 .775

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

44.8000 16.844 4.10420 11 Mean Variance Std. Deviation N of Items


(5)

Lampiran 5: Uji Kualitas Data

Risk Management Bank

Syari’ah (Variabel Y)

Case Processing Summary

10 100.0

0 .0

10 100.0 Valid

Excludeda

Total Cases

N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

Reliability Statistics

.766 9

Cronbach's

Alpha N of Items

Item Statistics

3.9000 1.10050 10 3.4000 1.26491 10

4.1000 .73786 10

3.8000 1.03280 10

4.3000 .48305 10

2.4000 .69921 10

4.3000 .48305 10

2.6000 .84327 10

3.8000 1.31656 10 VAR00001

VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009


(6)

Item-Total Statistics

28.7000 17.122 .676 .702

29.2000 17.511 .508 .737

28.5000 25.611 -.223 .818

28.8000 23.956 -.053 .821

28.3000 20.678 .814 .723

30.2000 19.956 .647 .723

28.3000 20.678 .814 .723

30.0000 18.444 .736 .702

28.8000 15.289 .725 .688

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Scale Statistics

32.6000 24.489 4.94862 9 Mean Variance Std. Deviation N of Items