Pengaruh Pengalaman Dan Keahlian Terhadap Pendapat Auditor

(1)

PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN

TERHADAP PENDAPAT AUDITOR

Oleh: Muchlis Muttaqin NIM: 104082002732

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN

TERHADAP PENDAPAT AUDITOR

Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Muchlis Muttaqin NIM: 104082002732

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, M.M Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA

NIP. 130 676 334 NIP. 132 055 044

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Hari ini Jum’at Tanggal 31 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muchlis Muttaqin NIM: 104082002732 dengan judul skripsi ”PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP PENDAPAT AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 31 Oktober 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Abbas Ghozali, Ph.D Afif Sulfa, S. E., M. Si

Ketua Sekertaris

Amilin, SE., Ak., M.Si Penguji ahli


(4)

PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP

PENDAPAT AUDITOR

Abstract

The primary objective of this study is explained the influence of experience and expertise to auditor opinion. Data analyzed method use for this research are path analysis with experience and expertise is independent variable and auditor opinion is dependent variable.

The research has applied the convenience sampling in the determination of the respondents based on questioners distributed among respondent, which then being analyzed using the path analysis. The research shown that the experience and expertise, while others not have significant effect to auditor opinion. The experience and expertise simultaneously positively and significantly to auditor opinion.


(5)

PENGARUH PENGALAMAN DAN KEAHLIAN TERHADAP

PENDAPAT AUDITOR

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh pengalaman dan keahlian terhadap pendapat auditor. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur dimana pengalaman dan keahlian sebagai variabel independen sedangkan pendapat auditor sebagai variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan metode convinience sampling sebagai metode penentuan responden dengan berdasarkan daftar pertanyaan yang dibagikan diantara responden, kemudian dianalisa dengan analisa jalur. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman dan keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat auditor. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengalaman dan keahlian terhadap pendapat auditor.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan nikmat, baik nikmat waktu dan nikmat sehat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul ”Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Terhadap Pendapat Auditor”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para peneliti selanjutnya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materil. Penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada:

1. Kepada kedua Orang Tua penulis, Bapak H. Syafei (alm) dan Ibunda Hj. Umi Khasanah, tanpa kalian penulis bukanlah siapa-siapa. Bapak, semoga kau damai disana, kami selalu mendoakanmu. Ibu, tiadakan pernah cukup lautan ucapan terima kasih bagimu.

2. Ketiga adik penulis, Anita, Iqbal, dan Mu’min, jadilah lebih baik dari kakakmu. Buat ”enyak”, terima kasih yang tak terhingga, baktiku padamu. 3. Bapak Dr. Yahya Hamja MM, selaku pembimbing I yang selalu

memberikan waktunya demi penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi serta pembimbing II atas waktu dan revisinya.

5. Bapak Dekan, karyawan-karyawan akademik, bu Siska terima kasih bantuannya. Dosen-dosen FEIS UINJ, kalian merupakan mata air


(7)

keilmuan yang tak pernah kering. Sekali menjadi guru, bagi penulis tetaplah guru selamanya, penulis takkan pernah lupa jasa kalian.

6. Buat seseorang yang dekat denganku melebihi siapapun, Mira. Terima kasih telah membuat hidupku berwarna pelangi.

7. Sahabat-sahabat penulis di kelas Akuntansi D, pernah bersama kalian merupakan suatu kebahagiaan yang tidak terkira. Ahmed (semangat bro), Ginanj (bersama kita bisa), Hendry & Dian (Thanx), temen-temen kelas D tanpa kecuali, bersama kalian merupakan hal yang tidak terlupakan. Get-Raw, semoga kau damai disana Sahabat.

8. Semua temen-temen Akuntansi E, kalian merupakan motivasi. Akuntansi C, Harti, Denok, nyebar kuesioner bareng bu! Akuntansi B & A, semoga mengenal kalian lebih dekat lagi. Kakak-kakak kelas dan adik-adik kelas, terima kasih.

9. Untuk semua orang yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak penulis sebutkan nama, namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembaca agar bisa memberikan masukan untuk perbaikan ke masa depan. Akhir kata, terima kasih atas semua kerjasamanya dan mohon maaf atas semua salah dan khilaf.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2008


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi…... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi... iii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Abstract... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel... xii

Daftar Gambar... xiii

Daftar Lampiran... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Audit... 5

1. Pengertian………. 5


(9)

3. Standar Profesional Akuntan Publik……… 9

B. Pengalaman... 11

C. Keahlian... 12

D. Opini Audit... 14

1. Laporan Audit Wajar Tanpa Syarat... 14

2. Laporan Audit Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelasan... 16

3. Laporan dengan Pengecualian... 16

4. Pendapat Tidak Wajar... 16

5. Menolak Memberikan Pendapat... 17

E. Hipotesis... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 21

B. Metode Penentuan Sampel... 21

C. Metode Pengumpulan Data... 22

D. Metode Analisis... 22

1. Statistik Deskriptif... 22

2. Uji Instrumen Penelitian... 23

3. Uji Asumsi Klasik... 24

4. Analisis Data... 26

5. Uji Hipotesis... 28


(10)

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 32

1. Tempat dan Waktu Penelitian... 32

2. Profil Responden... 32

B. Penemuan dan Pembahasan... 39

1. Deskriptif Objek Penelitian... 39

2. Uji Instrumen Penelitian... 40

3. Uji Asumsi Klasik ... 46

4. Uji Hipotesis... 51

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 61

B. Implikasi... 62

DAFTAR PUSTAKA... 64


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian... 31

Gambar 4.1 Jenis Kelamin... 35

Gambar 4.2 Jabatan Auditor... 36

Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan... 37

Gambar 4.4 Pengalaman... 38

Gambar 4.5 Keikutsertaan Pelatihan... 39

Gambar 4.6 Grafik Scatterplot... 48

Gambar 4.7 Grafik P-Plot... 49

Gambar 4.8 Grafik Histogram... 50


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Pengisian Kuesioner... 66

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian... 67

Lampiran 3 Rekapitulasi Jawaban Responden... 72

Lampiran 4 Daftar Kantor Akuntan Publik... 74

Lampiran 5 Hasil Statistik Deskriptif... 76

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas... 78

Lampiran 7 Hasil Uji Reliabilitas... 82

Lampiran 8 Hasil Uji Asumsi Klasik... 83


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel .4.1 Karakteristik Responden... 34

Tabel .4.2 Statistik Deskriptif... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman... 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian... 41

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapat Audit... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Pendapat Audit (Revisi)... 42

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman... 44

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian... 44

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendapat Audit... 45

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendapat Audit (Revisi)... 45

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonearitas... 47

Tabel 4.12 Coefficient………. 53

Tabel 4.13 Model Summary……… 56

Tabel 4.14 Hasil Uji F……….………. 57


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peranan laporan keuangan sangat penting dalam bisnis sekarang ini. Tugas auditor adalah melaksanakan audit dan memberikan opininya atas suatu laporan keuangan perusahaan didasarkan pendidikan, pengalaman, dan pelatihan yang dimiliki, serta dengan sikap yang kompeten, objektif, dan tidak memihak.

Jasa audit, merupakan jasa yang ditawarkan oleh KAP. Walaupun beresiko tinggi tetapi memiliki prospek ekonomi yang menjanjikan bagi KAP. Dari beberapa kondisi, tampak bahwa auditor dituntut untuk mau dan mampu bersikap independen.

Auditor mempunyai posisi sentral dalam menjembatani hubungan antara pihak manajemen selaku penyusun dan penyaji laporan keuangan dengan pihak di luar manajemen selaku pengguna laporan keuangan untuk berbagai kepentingan. Posisi ini mewajibkan auditor untuk bersikap independen dalam sikap maupun mental (in aperients and in fact). Namun, apakah posisi ideal seperti yang diharapkan itu dapat diwujudkan oleh auditor secara benar? Banyak permasalahan yang muncul, bukan saja bersumber dari auditor, tetapi pihak lain seperti lembaga induk auditor, lingkungan tempat kerja auditor, serta pengguna laporan keuangan juga berpeluang untuk menjadi sumber penghalang terwujudnya sikap independensi auditor.


(15)

Diungkapkan dalam standar umum audit pertama disebutkan “Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan profesional, auditor harus memperoleh pelatihan yang cukup (SPAP, 2002:03). Standar pertama umumnya diinterpretasikan bahwa auditor harus menjalani pendidikan formal di bidang akuntansi dan auditing, pengalaman praktis yang cukup banyak dalam bidang kerja yang dilakukannya, serta pendidikan profesi yang berkelanjutan. Kasus pengadilan yang terjadi secara jelas menunjukkan bahwa para auditor harus memiliki kualifikasi teknis serta berpengalaman dalam industri ataupun perusahaan yang mereka audit.

Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.43/KMK.017/1997). Kelebihan pengetahuan akuntan berpengalaman dijelaskan antara lain oleh Tubbs (1992) dalam Sularso (1999:155). Menurut Tubbs pengetahuan manusia sebagai subjek pengganti akuntan tak berpengalaman memiliki kemampuan auditing yang seragam. Sebaliknya akuntan pemeriksa berpengalaman akan memperlihatkan adanya

experiental learning melebihi pengetahuan mahasiswa.

Mayangsari (2003:20) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa auditor ahli dan nonahli memang mempunyai perbedaan dalam memberikan


(16)

suatu pendapat jika mereka tidak mendapat tekanan sosial maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat. Namun, jika auditor ahli dan nonahli tersebut mendapatkan tekanan-tekanan sosial ataupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat, perbedaannya menjadi tidak signifikan.

Sementara penelitian Murtanto dan Gudono (1999:50) memperlihatkan bahwa pengalaman dan pengetahuan masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor perlu memperhatikan juga karakteristik lain. hal ini dapat dilihat juga berdasarkan kategori karakteristiknya di mana ciri psikologis dan komponen pengetahuan merupakan kategori yang penting diikuti kategori karakteristik keahlian lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Murtini dan Wijayanto (2003:12) bahwa untuk keahlian auditor, menunjukkan auditor berpendapat bahwa pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap keahlian auditor. Pengalaman dan pengetahuan berpengaruh positif terhadap keahlian.

Namun, dalam penelitian Sularso dan Na’im (1999:168) menyimpulkan penggunaan banyaknya tahun pengalaman untuk akuntan pemeriksa sebagai satu-satunya ukuran keahlian kurang tepat. Keahlian adalah suatu konsep yang kompleks yang tidak lengkap diukur hanya satu macam ukuran saja.

Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti mencoba meneliti dan membuat skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengalaman dan Keahlian terhadap Pendapat Auditor.”


(17)

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada penelitian di atas, maka perumusan masalahnya ialah sebagai berikut:

a. Apakah pengalaman auditor berpengaruh terhadap opini audit? b. Apakah keahlian auditor berpengaruh terhadap opini audit?

c. Apakah pengalaman dan keahlian auditor berpengaruh terhadap opini audit?

d. Apakah terdapat korelasi antara pengalaman dengan keahlian auditor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang: a. Pengaruh pengalaman auditor terhadap opini yang dibuat auditor. b. Pengaruh keahlian auditor terhadap opini yang dibuat auditor.

c. Pengaruh pengalaman dan keahlian secara bersama terhadap auditor dalam menentukan pendapat audit yang tepat.

d. Hubungan antara variabel pengalaman dengan tingkat keahlian auditor. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermakna bagi para auditor agar terus memacu keahlian, menambah pengalaman, dan mengembangkan keilmuan yang dianutnya. Harapan peneliti agar penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti-peneliti sesudahnya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, dan tentunya peneliti sendiri.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Audit

1. Pengertian

Audit merupakan salah satu jasa atestasi yang diberikan oleh kantor akuntan publik. Atestasi adalah jasa dimana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang keterpercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar) yang dibuat oleh pihak lain. Atestasi merupakan bagian dari jasa Assurance yang disediakan oleh KAP yang terdiri atas tiga kategori, yaitu: audit atas laporan keuangan historis, tinjauan (review) atas laporan keuangan historis, dan jasa-jasa atestasi lainnya.

Audit menurut Committee on Basic Auditing Concepts of the American Accounting Association dalam Louwers (2005:3):

Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertion about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between assertions and established criteria and communicating the result of interested users.

Auditing menurut Arens (2004:15) dalam bukunya:

Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen.


(19)

2. Jenis-jenis Auditor

Auditor merujuk pada seseorang yang melakukan audit. Dalam praktiknya, sekarang terdapat beberapa tipe auditor. Tipe yang umum adalah akuntan publik, general accounting office auditors (auditor kantor pemerintah), auditor pajak, serta auditor internal (Arens, 2004:21).

a. Akuntan Publik

Akuntan publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi nonkomersil. Gelar Bersertifikat Akuntan Publik (BAP) atau Certified Public Accountant (CPA) mencerminkan suatu fakta bahwa auditor yang megekspresikan opini auditnya pada laporan keuangan harus memiliki lisensi sebagai akuntan publik. Akuntan publik seringkali dinamakan sebagai auditor eksternal atau auditor independen untuk membedakan mereka dengan auditor internal.

b. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu auditor eksternal pemerintah dan auditor internal pemerintah.


(20)

Auditor eksternal pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari Undang-undang Dasar 1945. Berdasarkan pasal 23E dan 23G UUD 1945 Badan Pemeriksa Keuangan bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab atas keuangan Negara, yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, serta berkedudukan di Ibukota Negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Auditor internal pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan Badan Pengawas Daerah.

c. Auditor Pajak

Bertanggung jawab untuk menegakkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Auditor pajak bertugas mengaudit pajak penghasilan dari para wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah mematuhi undang-undang perpajakan yang berlaku.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggung jawab atas penerimaan Negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor


(21)

Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus. Tugas Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan perundangan perpajakan.

d. Auditor Internal

Auditor internal dipekerjakan pada masing-masing perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen. Seorang auditor internal harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu organisasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja. Auditor internal menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasional perusahaan.

Sawyer (2003:10) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut:

Auditor internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi dalam menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) tujuan operasional telah dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.


(22)

Tahun 1999, the Board of Directors of the Institute of Internal Auditor (IIA) mendefinisikan internal auditor:

Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity that adds value to and improves an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk manajemen, control, and governance process. (Louwer, 2005:17).

3. Standar Profesional Akuntan Publik

Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pula pertimbangan atas kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan serta bukti audit. Berikut standar profesi audit yang dikutip dalam Arens (2004:46):

a. Standar Umum

1). Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.

2). Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan auditor. 3). Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.


(23)

1). Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2). Pemahaman yang memadai tentang struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3). Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan hasil audit.

c. Standar Pelaporan

1). Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2). Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya

prinsip-prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. 3). Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4). Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya dinyatakan.


(24)

Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab auditor yang bersangkutan.

B. Pengalaman

Pengetahuan akuntan pemeriksa tentang kekeliruan diawali dari perolehan informasi semasa kuliah di perguruan tinggi tingkat strata1 (S1) melalui membaca buku bacaan dan mengikuti kuliah auditing. Pengetahuan akuntan pemeriksa mengenai kekeliruan akan semakin berkembang selepas yang bersangkutan lulus S1. Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan pengetahuan akuntan pemeriksa itu adalah pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja, pengawasan dan review

pekerjaan oleh akuntan pemeriksa pengawas, program pelatihan, tindak lanjut perencanaan audit, dan penggunaan pedoman audit.

Pengetahuan akuntan pemeriksa tentang kekeliruan semakin berkembang karena pengalaman kerja. Namun ini tidak untuk semua aspek pengetahuan tentang kekeliruan dalam lingkungan audit. Ashton (1991) dalam Sularso dan Na’im (1999:155), misalnya, menemukan bahwa pengetahuan tentang frekuensi kekeliruan (base rates associated with error occurrences) yang didapat akuntan pemeriksa yang paling berpengalaman melalui pengalaman memeriksa laporan keuangan saja adalah terbatas. Akuntan


(25)

dengan tingkat pengalaman yang sama ternyata mempunyai pengetahuan yang sangat berbeda tentang sebab dari konsekuensi kekeliruan.

Dikutip dari Surat Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK,06/2002, pengalaman kerja merupakan suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan dan oleh karena itu pengalaman dimasukkan menjadi salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik.

C. Keahlian

Sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional yang tepat untuk menguraikan pengertian keahlian. Webster’s Ninth New Collegate Dictionary (1983) dalam Murtanto dan Gudono (1999:39) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan dari seorang ahli. Ahli (experts) didefinisikan seseorang yang memiliki keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman.

Trotter (1986) dalam Murtanto dan Gudono (1999:39) mendefinisikan ahli sebagai orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999:37) menunjukkan bahwa komponen keahlian untuk auditor di Indonesia terdiri atas:


(26)

1. Komponen pengetahuan (knowledge component), yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

2. Ciri psikologis (psychological traits), merupakan self-presentation-image attiributes of experts seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan berkerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian merupakan komponen ciri-ciri psikologis. Gibbins dan Larocque’s (1989) juga menunjukan kepercayaan, komunikasi, dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian audit. 3. Kemampuan berpikir (cognitive abilities) merupakan kemampuan untuk

mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigu (Shanteau, 1988), perhatian terhadap fakta dan relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan.

4. Strategi Penentuan Keputusan (decision strategies) baik formal maupun informal akan membantu dalam membuat keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam mengatasi keterbatasan manusia (Shanteau, 1989). Para profesional auditing sangat berkepentingan dalam


(27)

mengembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam membuat keputusan secara umum (Abdolmohammadi, 1987).

5. Analisis Tugas (task analysis) banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Komplektisitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya (Abdolmohammadi, 1991) dan digunakan untuk mengembangkan kerangka umum dari lingkungan tugas dalam auditing (Bonner, 1994).

D. Opini Audit

Dalam tugasnya, auditor akan mengemukakan temuan auditnya dalam bentuk laporan atau rekomendasi. Sedangkan dalam audit atas laporan keuangan, auditor akan menghasilkan laporan audit. Dikutip dalam Arens (2004:66) bentuk laporan audit terdiri atas:

1. Laporan Audit Wajar Tanpa Syarat (standar unqualified) Ketujuh unsur laporan audit bentuk baku:

a. Judul laporan (report title). Contoh: “Laporan Auditor Independen”. b. Alamat laporan audit, biasanya dialamatkan kepada para pemegang

saham.

c. Paragraf pendahuluan, pertama berisi pernyataan bahwa auditor telah melakukan audit. Kedua, paragraf ini menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk pencantuman tanggal neraca serta periode


(28)

akuntansi dari laporan laba rugi dan laporan arus kas. Ketiga, menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit.

d. Paragraf scope, berisi pernyataan auditor melaksanakan audit berdasarkan standar profesi akuntan publik, agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.

e. Paragraf pendapat, berisi pendapat auditor.

f. Nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit dan yang menerbitkan laporan audit.

g. Tanggal laporan audit, tanggal saat auditor menyelesaikan prosedur audit terpenting di lokasi pemeriksaan. Merupakan tanggal batas tanggung jawab auditor dalam audit.

Laporan audit bentuk baku diterbitkan apabila:

a. Seluruh laporan keuangan – neraca, laporan L/R, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas – telah lengkap.

b. Ketiga standar umum telah dipenuhi dalam pelaksanaan audit.

c. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul (standar pekerjaan lapangan).

d. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.


(29)

e. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor perlu menambah paragraf penjelasan.

2. Laporan Audit Wajar Tanpa Syarat dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi Kalimat (unqualified with explanatory paragraph or modified wording)

Disebabkan:

a. Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum (di paragraf terakhir).

b. Ketidak pastian atas kelangsungan hidup perusahaan.

c. Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.

d. Penekanan pada suatu masalah.

e. Laporan yang melibatkan auditor lainnya (modifikasi paragraf).

3. Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion), diterbitkan jika auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan disajikan secara wajar kecuali aspek tertentu saja dalam laporan keuangan.

4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Pendapat ini dikeluarkan jika secara material keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara tidak wajar. Pendapat tidak wajar digunakan saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan


(30)

keuangan telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut tidak menyajikan posisi keuangan atau hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PSAK). Pendapat tidak wajar jarang sekali diterbitkan.

5. Menolak memberikan Pendapat (disclaimer)

Laporan audit yang tidak memberikan pendapat diterbitkan saat auditor tidak dapat menyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan yang diauditnya telah disajikan secara wajar. Jika auditor merasa terjadi pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen. Kewajiban untuk menolak memberikan pendapat akan timbul jika terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut kode etik profesional antara auditor dengan kliennya.


(31)

E. Hipotesis

Muhammad dan Wright (1987) menyimpulkan staf auditor yang berpengalaman akan memberikan pendapat yang berbeda dengan staf junior untuk tugas-tugas yang sifatnya tidak berstruktur (Mayangsari, 2003:5). Dalam Sularso dan Na’im (1999:168), bahwa perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap jumlah pengetahuan tentang kekeliruan dan ketidakberesan yang tidak diketahui auditor. Staf auditor berpengalaman akan memberikan pendapat berbeda dengan staf junior, namun, perbedaan pengalaman tidak berpengaruh terhadap pengetahuan tentang kekeliruan maupun ketidakberesan. Dari penelitian tersebut diajukan hipotesis:

H1: Faktor pengalaman memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pendapat auditor.

Diungkapkan dalam standar umum audit pertama disebutkan “Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan profesional, auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup (SPAP, 2002:03). Dalam penelitian Mayangsari (2003:20), diketahui bahwa keahlian auditor berpengaruh terhadap pemberian opini going concern. Hasil


(32)

penelitian-penelitian sebelumnya dan standar akuntan menunjukkan bahwa keahlian merupakan faktor penting bagi auditor sebagai dasar profesional dalam memberikan pendapat. Dari pernyataan tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis:

H2: Faktor keahlian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pendapat auditor.

Beberapa hipotesis di atas mengajukan hipotesis yang berkaitan dengan hubungan antara pengalaman dan keahlian terhadap pemberian opini audit. Baik pengalaman maupun keahlian merupakan faktor penting bagi auditor dalam melaksanakan proses audit. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis:

H3: Faktor pengalaman dan keahlian bersama memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap opini audit.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ashton (1991); Choo dan Trootman (1991); dan Libby dan Libby (1989); dalam penelitian Mayangsari (2003:2) menyimpulkan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat oleh seorang auditor. Sedangkan literatur lain mengungkapkan bahwa pengalaman memiliki dampak positif terhadap ketelitian (Whitecotton, 1996 dalam Sularso, 1999:157). Dalam Sularso (1999:158) penelitian Agor (1989) mendapati bahwa pengalaman juga berpengaruh pada tingkat penggunaan instuisi


(33)

PENGALAMAN X1

KEAHLIAN X2

PENDAPAT AUDITOR

Y

individu dalam mengambil keputusan. Penelitian Murtini (2003:12) menunjukkan auditor berpendapat bahwa pengalaman dan pengetahuan berpengaruh terhadap keahlian auditor. Komponen penting keahlian meliputi pengetahuan terhadap faktor-faktor prosedur dan pengalaman (Murtanto, 1999:50). Terdapat korelasi yang kuat antara faktor pengalaman dan tingkat keahlian auditor. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, penelitian ini mengajukan hipotesis:

H4: Terdapat korelasi yang kuat antara faktor pengalaman dengan

tingkat keahlian auditor.

PYX1

rX1X2

PYX2

Gambar. 2.1 Model Penelitian


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian terbatas pada profesi akuntan publik (auditor). Auditor dianggap memenuhi kriteria dan pendidikan yang cukup dalam membuat atau menerbitkan opini audit.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Convinience sampling adalah istilah umum yang mencakup variansi luasnya prosedur pemilihan responden. Coevinience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Populasi dalam penelitian ini adalah para akuntan yang memiliki area kerja di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Para akuntan diharapkan mencerminkan seseorang yang ahli dan berpengalaman. Sampel yang digunakan untuk mewakili akuntan adalah para auditor di beberapa KAP di Jakarta.


(35)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah survei, baik studi pustaka maupun penggunaan kuesioner.

1. Riset Lapangan

Adalah metode pengumpulan data dengan mendatangi langsung maupun tidak langsung pada objek penelitian dengan menggunakan kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data melalui sejumlah pertanyaan tertulis. Pengisian kuesioner dilakukan dengan mendatangi beberapa KAP di Jakarta.

2. Riset Kepustakaan

Riset kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi terkait dalam artikel, jurnal, koran, internet, skripsi, tesis, dan lain sebagainya yang dianggap cukup ilmiah.

D. Metode Analisis

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, variance, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).


(36)

2. Uji Instrumen Penelitian a. Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner dan untuk menguji apakah kenyataan dalam kuisioner dapat mengukur suatu konstruk. Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut (Ghozali, 2005:45). Untuk melakukan uji validitas intrumen penelitian digunakan teknik Pearson Correlation yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan r tabel dengan r hitung (korelasi). Bila koefisien korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari responden konsisten atau stabil. Suatu angket dikatakan reliable

(andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jadi jika seseorang menjawab “tidak suka” terhadap sesuatu, maka ia harus tetap konsisten pada jawaban semula, yaitu tetap membenci hal tersebut. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara:


(37)

1). Repeated masure atau ukur ulang, disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda (sebulan lagi, lalu dua bulan lagi dan seterusnya), dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya (Ghozali, 2005:42).

2). One shot atau diukur sekali saja, disini pengukurannya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha

( ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha >0,06 (Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005:42).

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Model regresi yang baik harus memiliki


(38)

nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai

tolerance lebih besar dari 0,10. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10, maka tidak terjadi mulitkolinearitas antara variabel bebas (independen) dalam regresi (Ghozali, 2005:92).

b. Hesteroskedastitas

Untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:103).


(39)

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan (Ghozali, 2005:110).

Dengan menggunakan normal p-p plot, pengujian ini dilakukan dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Akan tetapi, jika data tersebut tidak menyebar dan tidak mengikuti garis diagonal maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

4. Analisis Data

Analisis regresi berganda digunakan dalam menganalisa data dalam penelitian ini. Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel-variabel bebas (X1, X2, dan X3) dengan

variabel terikat (Y) dipergunakan analisis regresi linear dengan persamaan matematis berikut;

Y = + X1 + X2 + X3

Dalam analisis regresi berganda menggunakan beberapa instrumen, diantaranya:


(40)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen dengan melihat besarnya angka R Square (model summary).

b. Analisis Statistik F

Analisis f memungkinkan ahli ekonomi untuk menguji asumsi mengenai tepatnya fungsi untuk diterapkan terhadap data empiris atau data hasil observasi dan memungkinkan untuk menguji pendapatnya bahwa beberapa faktor (variabel) tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap variabel lain. ditemukan oleh R. A. Fisher pada awal tahun 1920 dan berguna sekali bagi para peneliti untuk menguji hipotesis mengenai suatu parameter dari beberapa populasi (lebih dari 2).

c. Analisis Statistik T

Analisis t selain digunakan untuk menguji suatu hipotesis juga untuk membuat pendugaan interval (interval estimate). Pengujian ini merupakan pengujian variabel-variabel independen secara parsial atau individu yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (coefficient). Biasanya digunakan untuk


(41)

menguji hipotesis mengenai nilai parameter, paling banyak dari 2 populasi (lebih dari 2, harus gunakan F0, dan dari sampel kecil, misalnya n < 100, bahkan seringkali n 30. Untuk n cukup besar n 100, atau mungkin cukup n > 30 dapat digunakan distribusi normal, maksudnya tabel normal dapat digunakan sebagai pengganti tabel t.

5. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda yang menggunakan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai subtitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara dua atau lebih variabel (Ghozali, 2005:160). Seluruh pengujian dan analisis data menggunakan bantuan program SPSS 15.0 (statistical program for special science for windows version 15.0).


(42)

Untuk menyimpulkan bahwa hubungan yang sebenarnya adalah tidak langsung, hasil analisis regresi harus menunjukkan bahwa besar pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung, dimana besarnya pengaruh tidak langsung dapat dihitung dengan mengalikan koefisien pengaruh langsung.

Jika a x c > b, maka pengaruhnya adalah tidak langsung, dan 2 adalah variabel intervening. Jika a x c < b, maka pengaruhnya adalah langsung , dan 2 bukan variabel intervening.

a. Faktor keahlian (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat

audit (Y)

Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel coefficients. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistic berikut: H0: Pyx1 = 0

Ha: Pyx1 > 0

Hipotesis bentuk kalimat:

H0: Keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat audit.

Ha: Faktor keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat audit.

Kaidah keputusan:

(1). Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig atau (0,05 < sig), maka H0 diterima dan menolak Ha, artinya tidak signifikan (Riduan, 2007 dalam Sodik, 2007:47).


(43)

(2). Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig atau (0,05 > sig), maka H0 ditolak dan menerima Ha, artinya signifikan (Riduan, 2007 dalam Sodik, 2007:47).

E. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun dalam tinjauan pustaka, maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Variabel bebas, adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Terdiri atas:

a. Keahlian audit, merupakan keterampilan seseorang ahli, yang dengan keterampilannya dapat mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif, dan sangat jarang membuat kesalahan. Pengukuran dilakukan berdasarkan jenjang jabatan, pengetahuan khusus, lama berkerja, tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam pelatihan profesi. Insrumen yang digunakan merupakan adopsi dari penelitian Priscillia (2004). b. Pengalaman, didefinisikan dengan lamanya seseorang bekerja dalam

bidang tersebut. Dengan pengukuran semakin lama auditor memeriksa laporan keuangan. Menggunakan skala interval dalam pengukuran dan penggunaan skala likert 1 s/d 5. Menggunakan instrumen penelitian Isriani (2004).

2. Variabel terikat (dependent), adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh varibel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi


(44)

PENGALAMAN X1

KEAHLIAN X2

PENDAPAT AUDITOR

Y

UJI HIPOTESIS

KESIMPULAN

variabel dependen adalah: Pendapat audit apa yang dikeluarkan dari responden yang berbeda berdasarkan variabel-variabel bebas tersebut. Dengan menggunakan intrumen penelitian Priscillia (2004).

Uji F Uji t

Gambar. 3.1 Kerangka Penelitian


(45)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Akuntan (biasa disebut auditor bagi penyedia jasa audit) merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa pelayanan verifikasi (assurance services) yaitu pelayanan jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan. Jasa ini termasuk jasa audit atas laporan keuangan, tinjauan atas laporan keuangan, dan jasa atestasi lainnya. Para akuntan (biasanya akuntan eksternal) tergabung dalam suatu bentuk hukum Kantor Akuntan Publik (KAP), ada yang berupa perusahaan perseorangan atau persekutuan, beberapa akuntan publik bergabung untuk menjalankan usahanya bersama-sama sebagai suatu sekutu atau rekan. Biasanya para rekan mempekerjakan tenaga profesional para sarjana ekonomi jurusan akuntansi, atau mahasiswa jurusan akuntansi tingkat akhir atau lulusan D3 akuntansi.

Kuesioner yang memuat daftar pertanyaan maupun pernyataan yang penulis susun, disebarkan kepada Kantor Akuntan Publik secara langsung. Penulis meminta langsung auditor untuk mengisi kuesioner maupun memberikan waktu kepada auditor beberapa hari untuk mengisi kuesioner.

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap para auditor yang tergabung pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta Selatan, Jakarta


(46)

Timur, dan Jakarta Barat. Dikarenakan beberapa hal, penelitan ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu selama hampir enam bulan (bulan April sampai bulan September).

2. Profil Responden

Data penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan dengan mengirimkan 100 kuesioner secara langsung yang didistribusikan kepada akuntan publik yang berada di Jakarta. Dalam penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling.

Convinience sampling adalah istilah umum yang mencakup variansi luasnya prosedur pemilihan responden. Coevinience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30).

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangi langsung kantor akuntan publik yang auditornya dipilih sebagai sampel. Total jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 100 buah kepada para auditor di 10 kantor akuntan publik yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan semua kuesioner yang telah disebarkan adalah selama 3 bulan.

Kuesioner yang telah disebarkan dan diisi dikembalikan langsung kepada penulis. Dari 100 buah kuesioner yang telah disebarkan, 59 kuesioner dikembalikan dengan tingkat respon 59%, kuesioner yang tidak


(47)

dikembalikan karena hilang, rusak, pengisian kurang lengkap, dan lainnya sebanyak 41 buah dengan tingkat respon 41%.

Keseratus kuesioner sebagai alat pencari data, tersebar diantara 10 Kantor Akuntan Publik, data jumlah yang diberikan dan kembali adalah sebagai berikut:

Tabel. 4.1

Karakteristik Responden

No. Kantor Akuntan Sebar Hilang Digunakan % total

1 Arifin Faqih 10 2 8 9.52% 2 Hartanto 10 3 7 8.33% 3 Abu Bakar 10 4 6 7.14%

4 Kanaka 10 3 7 8.33%

5 Yansen 10 2 8 9.52%

6 Weddie 5 2 3 3.57%

7 Jamaludin 10 2 8 9.52% 8 Abdul Hamid 5 2 3 3.57% 9 Syarif Basir 10 3 7 8.33% 10 M Abadan 10 8 2 2.38% 11 Lainnya 10 10 0 0.00%

Total 100 41 59 100%

Gambarang karakteristik responden, dibuat grafik bulat berdasarkan jenis kelamin, jabatan auditor, pendidikan, pengalaman, dan keikutsertaan pelatihan.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 32 orang responden berjenis kelamin laki-laki atau sebesar 54,24% dari total responden. Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 orang responden atau 45,76% dari total responden. Berdasarkan data diatas, dibuat grafik di bawah ini:


(48)

Laki-laki 54% Perempuan

46%

Gambar. 4.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan jabatan auditor responden terdapat 13 orang responden yang memiliki jabatan supervisor atau 22,03% dari total responden. Sebanyak 16 orang responden memiliki jabatan auditor senior atau 27,12% dari total responden. Dan sebanyak 28 orang responden memiliki jabatan auditor junior atau 47,46% dari total responden. Dan sisanya dengan jabatan lainnya, seperti magang sebanyak 7 responden dengan presentase 3,39% dari total responden. Sedangkan partner maupun manajer, tidak terdapat responden yang memiliki jabatan tersebut. Dengan grafik digambarkan sebagai berikut:


(49)

Partner 0% Manajer

0% Supervisor22%

Auditor Senior 27% Auditor Junior

48%

Lainnya.. 3%

Gambar. 4.2 Jabatan Auditor

Berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh responden terdapat 48 orang responden dengan latar belakang pendidikan strata 1 atau 81,36% dari total responden. Sebanyak 5 orang responden dengan pendidikan S2 atau 8,47% dari total responden. Dan dengan pendidikan lainnya, seperti D3, D2, sebanyak 6 orang responden atau 10,17% dari total responden. Dan tidak terdapat responden dengan latar belakang pendidkan S3. Berikut data dalam grafik:


(50)

S1 82% S2

8% S3 0%

Lainnya.. 10%

Gambar .4.3 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan pengalaman responden selama bekerja sebagai auditor, sebanyak 4 orang responden yang memiliki pengalaman selama lebih dari 10 tahun atau 6,78% dari total responden. Terdapat 3 orang responden dengan pengalaman antara 6 sampai 10 tahun atau 5,08% dari total responden. Dan sebanyak 31 orang responden dengan pengalaman selama lebih dari satu tahun sampai 5 tahun atau 52,54% dari total responden. Sedangkan responden yang belum berpengalaman atau telah bekerja sebagai auditor belum lebih dari satu tahun sebanyak 21 orang responden atau 35,59% dari total responden. Digambarkan dengan grafik sebagai berikut:


(51)

0 - 1 th 36%

<1 - 5 th 52%

6- 10 th 5%

> 10 th 7%

Gambar .4.4 Pengalaman

Sedangkan berdasarkan keikutsertaan responden dalam pelatihan yang berkaitan dengan audit maupun akuntansi, sebanyak 5 orang responden mengaku telah mengikuti pelatihan lebih dari 5 kali dengan presentase 8,47% dari total responden. Dan responden yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 1-5 kali sebanyak 47 orang responden atau sebesar 79,66% dari total responden. Sedangkan yang belum pernah mengikuti latihan sebanyak 7 orang responden dengan prosentase 11,86% dari total responden. Berikut gambaran grafik yang dibuat berdasarkan data tesebut:


(52)

Belum pernah 12%

1 - 5 kali 80% > 5 kali

8%

Gambar .4.5 Keikutsertaan Pelatihan

B. Hasil dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, variance, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).


(53)

Tabel. 4.2 Statistik Deskriptif

Statistics

Pengalaman Keahlian Opini

Valid 59 59 59

N

Missing 0 0 0

Mean 22.2373 29.0000 13.1356

Std. Error of Mean .42520 .52523 .51820

Median 24.0000 29.0000 14.0000

Mode 24.00 25.00 14.00

Std. Deviation 3.26602 4.03434 3.98037

Skewness -1.184 -.114 -.358

Std. Error of Skewness .311 .311 .311

Kurtosis 2.717 -.547 -.961

Std. Error of Kurtosis .613 .613 .613

Minimum 10.00 20.00 6.00

Maximum 30.00 38.00 19.00

Sum 1312.00 1711.00 775.00

25 20.0000 25.0000 9.0000

50 24.0000 29.0000 14.0000

Percentiles

75 24.0000 33.0000 16.0000

2. Uji Instrumen Penelitian a. Validitas

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner dan untuk menguji apakah kenyataan dalam kuesioner dapat mengukur suatu konstruk. Suatu angket dikatakan valid (sah) jika pertanyaan suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut (Ghozali, 2005:45). Untuk melakukan uji validitas intrumen penelitian digunakan teknik

Pearson Correlation yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Kriteria yang digunakan adalah dengan


(54)

membandingkan r tabel dengan r hitung (korelasi). Bila koefisien korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (product moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.

Tabel. 4.3

Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman

Pada hasil uji validitas terhadap variabel pengalaman dengan menggunakan pearson correlations di atas memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.

Tabel .4.4

Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian

Pada hasil uji validitas terhadap variabel keahlian dengan menggunakan pearson correlations di atas memperlihatkan semua


(55)

nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.

Tabel .4.5

Hasil Uji Validitas Variabel Pendapat Audit

Pada hasil uji validitas terhadap variabel opini audit dengan menggunakan pearson correlations di atas terdapat dua item pertanyaan yang mempunyai nilai dibawah r tabel, sehingga keduanya tidak valid. Langkah berikutnya adalah mengeluarkan item-item yang tidak valid dan melakukan uji lagi untuk mencari item yang valid (Wahyono, 2006:273). Dari pengujian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel .4.6


(56)

Pada hasil uji validitas variabel opini audit dengan terlebih dahulu menghilangkan dua item yang tidak valid (Op15 dan Op19) memperlihatkan semua nilai korelasi (r) hitung lebih besar dari r tabel (Product Moment), berarti butir pertanyaan tersebut valid.

b. Reliabilitas

Uji reabilitas dilakukan untuk menguji apakah jawaban dari responden konsisten atau stabil. Suatu angket dikatakan reliable

(andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jadi jika seseorang menjawab “tidak suka” terhadap sesuatu, maka ia harus tetap konsisten pada jawaban semula, yaitu tetap membenci hal tersebut. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan dua cara:

3). Repeated masure atau ukur ulang, disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda (sebulan lagi, lalu dua bulan lagi dan seterusnya), dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya (Gozali, 2005:42).

4). One shot atau diukur sekali saja, disini pengukurannya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS 15.0 memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji

Cronbach Alpha ( ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan


(57)

1967 dalam Gozali, 2005:42). Secara umum, keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, dan lebih 0,80 adalah baik (Sekaran, 2006:182).

Pengujian dilakukan dengan melakukan penghitungan pervariabel dengan menggunakan indikator pertanyaan kuesioner. Dari pengujian diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel .4.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengalaman Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.760 .828 7

Hasil korelasi momen tangkar atas variable pengalaman diperoleh hasil 0.828. Suatu konstruk atau variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0.60 (Nunnaly, 1967, dalam Ghozali, 2005:42). Hasil pengujian variabel pengalaman diperoleh hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0.828, nilai tersebut lebih besar dari 0.60 (0.828 > 0.60). Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pertanyaan variabel pengalaman dikatakan Reliabel.

Tabel .4.8

Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Reliability Statistics


(58)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.748 .832 9

Hasil pengujian variabel keahlian diperoleh hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0.832, nilai tersebut lebih besar dari 0.60 (0.832 > 0.60). Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pertanyaan variabel keahlian dikatakan Reliabel.

Tabel .4.9

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendapat Audit Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.676 .591 7

Hasil pengujian variabel opini audit diperoleh hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0.591, nilai tersebut lebih kecil dari 0.60 (0.591 < 0.60). Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pertanyaan variabel opini audit dikatakan tidak Reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa intrumen yang dibuat masih perlu direvisi untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Berikut hasil pengujian setelah dilakukan revisi.

Tabel .4.10

Hasi Uji Reliabilitas Variabel Pendapat Audit Reliability Statistics


(59)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.762 .792 5

Hasil pengujian variabel opini audit diperoleh hasil Cronbach’s Alpha sebesar 0.792, nilai tersebut lebih besar dari 0.60 (0.792 > 0.60). Maka dapat disimpulkan bahwa jawaban responden terhadap pertanyaan variabel opini audit dikatakan Reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.

a. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Model regresi yang baik harus memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 dan nilai

tolerance lebih besar dari 0,10. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10, maka tidak terjadi


(60)

mulitkolinearitas antara variabel bebas (independen) dalam regresi (Ghozali, 2005:92).

Tabel .4.11

Hasil Uji Mutlikolonearitas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 24.429 4.103 5.954 .000

Pengalaman -.151 .172 -.124 -.878 .384 .783 1.277

Keahlian -.273 .139 -.277 -1.961 .055 .783 1.277

a Dependent Variable: Opini

Dalam hasil pengujian diperoleh hasil VIF untuk variabel pengalaman sebesar VIF 1,277 dan variabel keahlian sebesar VIF 1,227. Dari hasil yang diperoleh tersebut didapati nilai VIF seluruh variabel lebih kecil dari nilai 10, dan tidak terdapat yang lebih besar dari nilai 10. Sedangkan nilai tolerance sebesar 0,783 untuk masing-masing variabel. Kedua nilai tersebut tidak terdapat nilai tolerance

yang lebih kecil dari 0,10. Dari hasil tersebut berdasarkan teori peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak terdapat multikolonieritas dalam model regresi tersebut.


(61)

Untuk menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:103).


(62)

Regression Standardized Predicted Value 4 2 0 -2 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot

Dependent Variable: Opini

Gambar .4.6 Grafik Uji Scaterplot

Dari hasil analisis dengan melihat grafik plot, tidak terlihat adanya pola tertentu serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Maka berdasarkan teori, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tidak terdapat heteroskedasitas.

c. Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yaitu distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan (Ghozali, 2005:111).


(63)

Dengan menggunakan normal p-p plot, pengujian ini dilakukan dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. Akan tetapi, jika data tersebut tidak menyebar dan tidak mengikuti garis diagonal maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c te d C u m P ro b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Opini

Gambar .4.7 Grafik P-Plot


(64)

Regression Standardized Residual 2 1 0 -1 -2 -3 F re q u e n c y 20 15 10 5 0 Histogram

Dependent Variable: Opini

Mean =-6.63E-16 Std. Dev. =0.983

N =59

Gambar .4.8 Grafik Histogram

Dengan pengujian p-plot diperoleh hasil bahwa penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal terlihat menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Sedangkan berdasarkan pengujian dengan melihat distribusi data histogram, terlihat mengikuti garis dan berbentuk lonceng. Berdasarkan hasil data tersebut, berlandaskan teori peneliti menyimpulkan bahwa model tersebut memenuhi asumsi normalitas.


(65)

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda yang menggunakan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antara variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan sebagai subtitusi bagi peneliti untuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan model berdasarkan landasan teoritis. Apa yang dapat dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara dua atau lebih variabel (Ghozali, 20015:160). Seluruh pengujian dan analisis data menggunakan bantuan program SPSS 15.0 (statistical program for special science for windows version 15.0).


(66)

PENGALAMAN X1

KEAHLIAN X2

PENDAPAT AUDITOR

Y

Hasil analisis dapat digambarkan ke dalam diagram jalur dari persamaan berikut ini:

0,876 PYX1

-0,124 rX1X2

0,466

PYX2 -0,277

Gambar .4.9

Grafik Jalur Hasil Uji Hipotesis

a. Faktor pengalaman memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapat auditor

Uji secara individual ditunjukkan oleh tabel coefficients. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut:

H0 : Pyx1 = 0

H1 : Pyx1 > 0

Hipotesis bentuk kalimat

H1: Faktor pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap


(67)

Tabel .4.12 Hasil Coefficient

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 24.429 4.103 5.954 .000

Pengalaman -.151 .172 -.124 -.878 .384

Keahlian -.273 .139 -.277 -1.961 .055

a Dependent Variable: Opini

Hasil penghitungan SPSS 15.0 diperoleh angka t penelitian sebesar -0,878. Sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n – 2, atau 59 – 2 = 57. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angkat t tabel sebesar -2.003. Dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar -0,878 < t tabel sebesar -2.003 sehingga H0 diterima dan H1

ditolak. Artinya tidak ada hubungan linear antara pengalaman dengan pendapat audit. Kemudian, besarnya pengaruh pengalaman terhadap pendapat audit adalah sebesar -0,124 atau 12,4%.

Jika angka t hitung dari hasil perhitungan dietemukan – (negatif) maka t tabel turut menyesuaikan menjadi – (negatif). Perlu diketahui bahwa hasil positif atau negatif hanya menunjukkan arah pengujian hipotesis dan linearitas bukan menunjukkan jumlah.


(68)

Seandainya pengujian dilakukan dengan kurva maka pengujian dilakukan di sebelah kanan jika hasilnya + (positif) dan di sebelah kiri jika hasilnya – (negatif). Pengujian dengan kurva yang akan menghasilkan keputusan yang sama (Sarwono, 2007:21).

Hasil penelitian ini menolak H1 dan menerima H0, yang berarti tidak terdapat pengaruh antara pengalaman auditor terhadap pendapat auditor. Hal ini dikarenakan auditor yang kurang berpengalaman lebih konservatif dalam pertimbangan akhirnya dibandingkan auditor yang lebih berpengalaman.

Banyak permasalahan dan kasus akuntansi maupun auditing yang ditemukan dalam suatu organisasi yang tidak didapat di bangku perkuliahan atau pendidikan formal lainnya sehingga untuk menyelesaikan masalah dan kasus tersebut benar-benar dibutuhkan keahlian dan pengalaman audit dilapangan. Namun, pemberian pendapat audit lebih didasarkan penilaian auditor terhadap kinerja keuangan auditee.


(69)

b. Faktor keahlian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapat auditor

H0 : Pyx2 = 0

H2 : Pyx2 > 0

Hipotesis bentuk kalimat:

H2 : Faktor keahlian berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat

audit.

Hasil penghitungan SPSS 15.0 diperoleh angka t penelitian sebesar -1,961. Sedangkan t tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (DK) dengan ketentuan: DK = n – 2, atau 59 – 2 = 57. Dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar -2.003. Dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H2 diterima

Jika t penelitian < t tabel maka H0 diterima dan H2 ditolak

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka t penelitian sebesar -1,961 < t tabel sebesar -2.003 sehingga H0 diterima dan H2

ditolak. Artinya tidak ada hubungan linear antara keahlian dengan pendapat audit. Kemudian, besarnya pengaruh keahlian terhadap pendapat audit adalah sebesar -0,277 atau 27,7%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keahlian auditor tidak berpengaruh terhadap pendapat auditor. Namun, perlu diketahui bahwa nilai signifikansi maupun t hitung, mendekati bahkan sangat dekat dengan t tabel. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini keahlian


(70)

memang tidak berpengaruh terhadap pendapat audit, namun karena beberapa hal yang tidak termasuk dalam penelitian ini, menyebabkan keahlian dapat berpengaruh terhadap pendapat audit.

Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan tugas-tugas pemeriksaan yang dijalankan dapat diselesaikan secara baik dengan hasil yang maksimal.

c. Faktor pengalaman dan keahlian memberikan pengaruh secara bersama-sama terhadap pendapat auditor

Hipotesis bentuk kalimat:

H3 : Faktor pengalaman dan keahlian bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap pendapat audit.

Tabel .4.13

Hasil Uji Secara Bersama Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .353(a) .124 .093 3.79079

a Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman b Dependent Variable: Opini


(71)

Tabel. 4.14 Hasil Uji F

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 114.191 2 57.095 3.973 .024(a)

Residual 804.724 56 14.370

Total 918.915 58

a Predictors: (Constant), Keahlian, Pengalaman b Dependent Variable: Opini

Hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS 15.0 diperoleh angka F penelitian sebesar 3.973. Sedangkan F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (DK) dengan ketentuan numerator: jumlah variabel – 1 atau 3 – 1 = 4, dan denumerator: jumlah kasus – 4 atau 59 – 4 = 55. Dengan ketentuan tersebut, diperoleh angka F tabel sebesar 3,18. Dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika F penelitian > F tabel maka H0 ditolak dan H3 diterima

Jika F penelitian < F tabel maka H0 diterima dan H3 ditolak

Didasarkan hasil penghitungan, diperoleh angka F penelitian sebesar 3,973 > F tabel sebesar 3,18 sehingga menolak H0 dan

menerima H3. Artinya ada hubungan linear antara pengalaman dan

keahlian terhadap pendapat audit. Kesimpulannya ialah pengalaman dan keahlian secara gabungan berpengaruh terhadap pendapat audit. Besarnya pengaruh keahlian terhadap pendapat audit adalah sebesar 0,124atau 12,4%. Besarnya pengaruh variabel lain diluar model regresi


(1)

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Jika angka signifikansi (sig) < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Sebaliknya, jika angka signifikansi (sig) > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Terdapat hubungan yang cukup kuat dan positif antara pengalaman auditor dengan tingkat keahlian auditor. Hal ini dijelaskan dalam penelitian Murtanto (1999) bahwa pengalaman merupakan komponen penting keahlian.

Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formal yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebearapa besar pengaruh dari pengalaman dan keahlian terhadap opini audit. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengalaman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat auditor. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Sularso dan Naim (1999), bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan tentang kekeliruan oleh auditor yang berpengalaman dengan yang tidak berpengalaman. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Ashton (1991), Koroy (2007), Isriani (2007), Suryanto (2007), dah Haliman (2007).

2. Keahlian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat auditor. Konsisten dengan penelitian Ghozaly (2007).

3. Pengalaman dan keahlian secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapat auditor.

4. Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat keahlian auditor. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Mohammadi dan Wright (1987).


(3)

Tidak dipungkiri bahwa karena beberapa hal, terdapat kelemahan yang tidak dapat peneliti hindarkan dalam penelitian ini. Kelemahan tersebut antara lain:

1. Kurangnya tingkat pengembalian kuesioner, yang berakibat kurangnya sampel dalam penelitian ini. Hal ini berimplikasi terhadap hasil penelitian dimana tidak terdapat pengaruh yang signifikan atas variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Indikator variabel pengalaman dirasa kurang merefleksikan kenyataan yang ada. Sehingga dalam penelitian-penelitian berikutnya dilakukan penambahan indikator variabel tersebut.

B. IMPLIKASI

Peneliti merasa banyak kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dalam penelitian ini. Kekurangan tersebut dikarenakan adanya keterbatasan tertentu yang menjadi kendala dalam penelitian ini. Berikut keterbatasan tersebut:

1. Dalam melakukan penelitian ini penulis merasakan bahwa penelitian ini masih kurang mendapat respon yang memuaskan, hal ini dapat dilihat dari pengisian kuesioner seperti terlihat dari tabel bahwa tingkat pengembalian dari kuesioner ini hanya 59% dari 100 kuesioner yang disebarkan, ada beberapa kuesioner yang dikembalikan tanpa diisi dan ada yang diisi kurang lengkap.


(4)

2. Pengumpulan data menggunakan metode convinience sampling, dimana kuesioner yang disebarkan hanya ke KAP-KAP yang mudah dijangkau oleh peneliti.

3. Yang menjadi objek penelitian in hanya terbatas pada wilayah Jakarta saja sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh indonesia.

Dalam penelitian berikutnya peneliti memberikan saran terhadap penelitian selanjutnya, diantaranya:

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbanyak responden agar diperoleh hasil yang berbeda.

2. Disarankan menambah jumlah indikator pada variabel pengalaman sehingga lebih dapat merefleksikan kenyataan yang ada.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin. A, Randal J. Elder dan Mark S. Beasly. “ Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan terpadu,ed.9”, Indeks, Jakarta, 2004. Badan Pemeriksa Keuangan RI. Diakses pada tanggal 1 Februari 2007 pukul 14:17. http://www.bpk.go.id/

Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Undip, Semarang, 2005.

Ghozaly, W. A. “Analisis Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Proksi Going Concern terhadap Opini Audti”, Skripsi, Trisakti School of Management, Jakarta, 2007.

Haliman, Yulianto. ”Analisis Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Auditor terhadap Struktur Pengetahuan Auditor dalam Mendeteksi Kekeliruan”, Skripsi, Trisakti School of Management, Jakarta, 2007.

Hamid, Abdul. ”Pedoman Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Jakarta, Jakarta, 2007. Hasan, M. Iqbal. ”Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya”

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

IAI. ”Standar Pedoman Akuntan Publik” IAI, Jakarta, 2002.

Isriani. ”Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Pengalaman Akuntan terhadap Pendeteksian Kekeliruan”, Skripsi, Trisakti School of Management, Jakarta, 2004.

Louwers, Timothy J, Robert J. Ramsay, David H., Jerry R. Strawser. ”Auditing and Assurance Service,ed.1”, McGraw Hill, 2005.

Mayangsari, Sekar. ”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Januari). Vol.6. No.1: 1-22, 2003.

Murtanto dan Gudono. “Identifikasi Karesteristik-karesteristik Keahlian Audit: Profesi Akuntan Public di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Januari). Vol.2. No.1: 37-52, 1999.

Murtini, Sri dan Edi Wijayanto. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keahlian Auditor”, Jurnal Akuntansi, Bisnis dan Perbankan Indonesi (Januari-April). Vol.9. No.1: 8-12, 2003.


(6)

Nursyofah, Siti. ”Analisis Pengaruh Faktor Keahlian dan Independensi Auditor terhadap Opini Audit”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Priscillia. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Opini Audit”,

Skripsi, Trisakti School of Management, Jakarta, 2004.

Sarwono, Jonathan. ”Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS,ed.1”, Andi, Yogjakarta, 2007.

Sawyer, Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer dan James H. Scheiner. “Sawyer’s Internal Auditing, ed.5”, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Sekaran, Uma. ”Metode Penelitian untuk Bisnis”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Sodik, Muhammad. ”Pengaruh Keahlian dan Independensi Audi Internal

terhadap Kemampuan Mendeteksi Indikasi Fraud”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Sularso, Sri dan Ainun Na’im. ”Analisis Pengaruh Pengalaman Akuntan pada

Pengetahuan dan Penggunaan Intuisi dalam Mendeteksi Kekeliruan”,

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (Juli). Vol.2. No.2: 154-172, 1999. Suryanto. ”Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Auditor terhadap

Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”, Skripsi, Trisakti School of Management, Jakarta, 2007. Wahyono, Teguh. ”Analisis Data Statistik dengan SPSS 14”, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2006.

Yuliani, Heppy. ”Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Opini Audit”,