I. PENDAHULUAN PENGUKURAN KEMATANGAN PENYELARASAN STRATEGIS TI-BISNIS DENGAN METODE VAN HOUT Studi Kasus di Bank X.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan-perusahaan masa kini menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk
memenangkan persaingan bisnis yang makin kompetitif (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007).
Perubahan lingkungan bisnis yang terus menerus dan kompetisi yang keras menyebabkan
perusahaan mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan lingkungan atau gagal dalam bisnis.
Dalam keadaan tersebut, dalam rangka untuk perusahaan tetap kompetitif, maka perusahaan
perlu untuk meningkatkan praktik dan prosedur dalam menjalankan bisnis (Taskin dan Verville,
2010).
.Salah satu konsekuensi dari ketatnya persaingan bisnis, maka perusahaan-perusahaan
berupaya untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam merancang dan
mengembangkan strategi dalam memenangkan persaingan (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007). Salah
satu bentuk investasi untuk perancangan dan pengembangan strategi dalam memenangkan
persaingan bisnis adalah dengan penerapan teknologi informasi (TI), hal ini dikarenakan
perusahaan-perusahaan telah menyadari bahwa teknologi informasi tidak hanya mampu
mendukung kegiatan operasional perusahaan, akan tetapi juga mampu mendukung perencanaan
dan pengambilan keputusan strategis jangka panjang. Teknologi informasi disebut dapat
melahirkan model bisnis baru, menciptakan keuntungan kompetitif dalam bentuk harga yang
lebih bersaing, mengefisienkan proses bisnis internal dan juga mengubah cara atau bagaimana
bisnis dalam sebuah perusahaan itu dilaksanakan (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007). Teknologi
informasi juga disebut dapat memberi peluang untuk perusahaan bisa meningkatkan proses
bisnisnya mengingat TI memiliki potensi untuk mengotomasi proses bisnis yang berbasis
1
informasi, meningkatkan efisiensi manajemen dan pada akhirnya untuk meningkatkan nilai
kompetitif bisnis perusahaan (Taskin dan Verville, 2010).
Pendapat itu dikuatkan oleh Helaly (2012), bahwa untuk perusahaan bisa survive dalam
persaingan tersebut maka sebuah perusahaan harus memiliki nilai lebih dibandingkan perusahaan
lain. TI bisa menjadi faktor pendiferensiasi antara perusahaan yang satu dibandingkan
perusahaan lain. Ekstedt dkk. (2005) mengatakan bahwa kunci bagi perusahaan yang sukses
adalah ketika pengerahan teknologi informasi secara efisien dapat mendukung tercapainya
strategi, sasaran dan kebutuhan bisnis. Konsep ini oleh Shamekh (2008) dipahami sebagai
kesalarasan strategis TI-binis, bahwa TI bisa memberikan nilai strategis terhadap bisnis jika saja
terjadi keselarasan antara strategi TI dan bisnis dalam sebuah perusahaan. Shamekh (2008)
menyatakan bahwa ketika strategi dan proses bisnis didukung oleh strategi dan penerapan TI
yang efektif dan efisien, maka bisnis akan mampu untuk bisa tetap kompetitif dalam lingkungan
bisnis yang terus berubah. Ditambahkan oleh Helaly (2012), bahwa strategi TI dan strategi bisnis
bisa dipandang telah selaras jika sebuah strategi TI perusahaan bisa mendorong, mewujudkan
dan menstimulasi sasaran-sasaran bisnis perusahaan tersebut.
Bertumbuhnya pemanfaatan teknologi informasi tersebut merambah ke berbagai sektor
industry salah satunya adalah di sektor industri layanan. Salah satu contoh paling gamblang
adalah pemanfaatan TI di industri perbankan di mana melalui produk-produk terkait TI, bank
bisa memberikan beragam layanan kepada konsumennya dengan lebih sedikit tenaga kerja.
Beberapa studi yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ada efek positif antara
TI dan performa bank meski tidak mutlak (Ho dan Mallick, 2006). Bank X sebagai salah satu
badan usaha swakelola milik pemerintah yang bergerak di sektor perbankan telah menerapkan TI
sebagai salah satu alat untuk mengotomasi dan mengefisienkan proses bisnis yang ada.
2
Persaingan yang ketat dalam industri perbankan menuntut bank X untuk juga bisa memanfaatkan
TI sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi sasaran bisnis bank dapat tercapai. Sekilas
mengenai raihan/performa bisnis bank X saat ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
No
Kategori
1
Laba Bank (setelah pajak)
2
Aset Bank
3
Modal Bank (disetor)
4
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
457,159
1,289,072
2,017,560
2,208,674
2,774,590
272,102,231
271,707,193
279,067,535
279,609,346
292,775,466
300,391,430
3,688,971
47,279,186
47,279,186
50,279,186
50,279,186
50,279,186
50,279,186
Jumlah Nasabah Tabungan
34,945
34,961
34,936
34,969
34,971
35,060
5
Jumlah Nasabah Deposito
3,984
3,983
4,010
4,019
4,002
3,987
6
Jumlah Nasabah Kredit
11,683
11,718
11,709
11,692
11,682
11,778
7
Nominal Tabungan
90,060,321
88,177,422
88,071,391
89,367,670
89,852,954
86,954,367
8
Nominal Deposito
95,584,200
96,321,700
98,489,700
96,896,600
97,731,954
100,515,206
9
Nominal Kredit
226,171,952
239,849,260
255,191,141
259,015,962
265,942,541
272,523,832
Keterangan: nominal dalam ribuan
Tabel 1. Indeks performa bisnis bank
Salah satu faktor penting untuk mencapai apa yang menjadi sasaran bisnis bank adalah
keselarasan antara strategi TI dan tercapainya tujuan bisnis yang telah ditetapkan, dengan
terciptanya keselarasan strategis TI-bisnis diharapkan bisnis akan mampu untuk bisa tetap
kompetitif dalam lingkungan yang terus berubah. Pada kesempatan ini peneliti mencoba
mengaplikasikan konsep keselarasan strategis tersebut pada industri perbankan khususnya bank
X. Harapannya adalah dengan melakukan pengukuran kematangan penyelarasan strategis TIbisnis maka peneliti dapat mengidentifikasi adanya peluang pengembangan lebih jauh dari relasi
TI-bisnis agar dalam prakteknya relasi tersebut bisa semakin meningkatkan nilai kompetitif bank
X dalam persaingan terhadap bank-bank sejenis.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulis mengajukan permasalahan penelitian
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah tingkat kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis bank X?
2.
Hal-hal apa sajakah yang bisa direkomendasikan kepada bank X sehingga bank X dapat
mencapai level keselarasan strategis TI-bisnis yang diharapkan?
C. Batasan Masalah
Sebuah penelitian dimungkinkan mencakup pokok permasalahan yang sangat luas sehingga
perlu difokuskan, oleh karena itu peneliti memberi batasan permasalahan sebagai berikut:
1.
Keselarasan strategis TI-bisnis atau IT-business strategic alignment merupakan salah satu
dari 5 (lima) dimensi dalam IT governance atau tata kelola TI yang mencakup: IT-business
strategic alignment, value delivery, resource management, risk management, dan
performance measurement (Scott, 2007). Peneliti membatasi pada salah satu dimensi saja
yaitu IT-business strategic alignment.
2.
Subyek penelitian adalah bank X, sebuah lembaga keuangan bank berskala bisnis regional
dengan 18 (delapan belas) kantor cabang dan/atau kantor kas, 6 (enam) departemen utama
dan sebuah sub-departemen TI.
3.
Metode Van Hout memiliki sejunlah keterbatasan karena belum menjabarkan pendefinisian
level-level keselarasan strategis beserta karakteristiknya, oleh karena itu penelitian ini
dibatasi untuk mengetahui skor rerata akhir (sebagai level keselarasan strategis TI-bisnis)
tanpa pendefinisian lebih lanjut dan interpretasi karakteristik sub-subdimensinya.
4
Interpreasi subdimensi itu sendiri dilakukan sebatas berdasarkan kondisi kekinian/temuan
yang didapat melalui wawancara dengan responden.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah penelitian yang telah diangkat maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui tingkat kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis di bank X.
2.
Mengetahui hal-hal apa saja yang bisa direkomendasikan kepada bank X sehingga bank X
dapat mencapai level keselarasan strategis TI-bisnis yang diharapkan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1.
Dapat menjadi sumber referensi mengenai tingkat kematangan penyelarasan strategis TIbisnis bank X saat ini.
2.
Bagi pihak managemen bank X dapat menjadi sumber referensi mengenai hal-hal apa saja
yang bisa dilakukan oleh pihak bank X sehingga dapat mencapai level keselarasan strategis
TI-bisnis yang diharapkan.
5
A. Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan-perusahaan masa kini menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk
memenangkan persaingan bisnis yang makin kompetitif (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007).
Perubahan lingkungan bisnis yang terus menerus dan kompetisi yang keras menyebabkan
perusahaan mau tak mau harus bisa beradaptasi dengan lingkungan atau gagal dalam bisnis.
Dalam keadaan tersebut, dalam rangka untuk perusahaan tetap kompetitif, maka perusahaan
perlu untuk meningkatkan praktik dan prosedur dalam menjalankan bisnis (Taskin dan Verville,
2010).
.Salah satu konsekuensi dari ketatnya persaingan bisnis, maka perusahaan-perusahaan
berupaya untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam merancang dan
mengembangkan strategi dalam memenangkan persaingan (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007). Salah
satu bentuk investasi untuk perancangan dan pengembangan strategi dalam memenangkan
persaingan bisnis adalah dengan penerapan teknologi informasi (TI), hal ini dikarenakan
perusahaan-perusahaan telah menyadari bahwa teknologi informasi tidak hanya mampu
mendukung kegiatan operasional perusahaan, akan tetapi juga mampu mendukung perencanaan
dan pengambilan keputusan strategis jangka panjang. Teknologi informasi disebut dapat
melahirkan model bisnis baru, menciptakan keuntungan kompetitif dalam bentuk harga yang
lebih bersaing, mengefisienkan proses bisnis internal dan juga mengubah cara atau bagaimana
bisnis dalam sebuah perusahaan itu dilaksanakan (Bruce, 1998, cit. Arafat, 2007). Teknologi
informasi juga disebut dapat memberi peluang untuk perusahaan bisa meningkatkan proses
bisnisnya mengingat TI memiliki potensi untuk mengotomasi proses bisnis yang berbasis
1
informasi, meningkatkan efisiensi manajemen dan pada akhirnya untuk meningkatkan nilai
kompetitif bisnis perusahaan (Taskin dan Verville, 2010).
Pendapat itu dikuatkan oleh Helaly (2012), bahwa untuk perusahaan bisa survive dalam
persaingan tersebut maka sebuah perusahaan harus memiliki nilai lebih dibandingkan perusahaan
lain. TI bisa menjadi faktor pendiferensiasi antara perusahaan yang satu dibandingkan
perusahaan lain. Ekstedt dkk. (2005) mengatakan bahwa kunci bagi perusahaan yang sukses
adalah ketika pengerahan teknologi informasi secara efisien dapat mendukung tercapainya
strategi, sasaran dan kebutuhan bisnis. Konsep ini oleh Shamekh (2008) dipahami sebagai
kesalarasan strategis TI-binis, bahwa TI bisa memberikan nilai strategis terhadap bisnis jika saja
terjadi keselarasan antara strategi TI dan bisnis dalam sebuah perusahaan. Shamekh (2008)
menyatakan bahwa ketika strategi dan proses bisnis didukung oleh strategi dan penerapan TI
yang efektif dan efisien, maka bisnis akan mampu untuk bisa tetap kompetitif dalam lingkungan
bisnis yang terus berubah. Ditambahkan oleh Helaly (2012), bahwa strategi TI dan strategi bisnis
bisa dipandang telah selaras jika sebuah strategi TI perusahaan bisa mendorong, mewujudkan
dan menstimulasi sasaran-sasaran bisnis perusahaan tersebut.
Bertumbuhnya pemanfaatan teknologi informasi tersebut merambah ke berbagai sektor
industry salah satunya adalah di sektor industri layanan. Salah satu contoh paling gamblang
adalah pemanfaatan TI di industri perbankan di mana melalui produk-produk terkait TI, bank
bisa memberikan beragam layanan kepada konsumennya dengan lebih sedikit tenaga kerja.
Beberapa studi yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ada efek positif antara
TI dan performa bank meski tidak mutlak (Ho dan Mallick, 2006). Bank X sebagai salah satu
badan usaha swakelola milik pemerintah yang bergerak di sektor perbankan telah menerapkan TI
sebagai salah satu alat untuk mengotomasi dan mengefisienkan proses bisnis yang ada.
2
Persaingan yang ketat dalam industri perbankan menuntut bank X untuk juga bisa memanfaatkan
TI sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi sasaran bisnis bank dapat tercapai. Sekilas
mengenai raihan/performa bisnis bank X saat ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
No
Kategori
1
Laba Bank (setelah pajak)
2
Aset Bank
3
Modal Bank (disetor)
4
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
457,159
1,289,072
2,017,560
2,208,674
2,774,590
272,102,231
271,707,193
279,067,535
279,609,346
292,775,466
300,391,430
3,688,971
47,279,186
47,279,186
50,279,186
50,279,186
50,279,186
50,279,186
Jumlah Nasabah Tabungan
34,945
34,961
34,936
34,969
34,971
35,060
5
Jumlah Nasabah Deposito
3,984
3,983
4,010
4,019
4,002
3,987
6
Jumlah Nasabah Kredit
11,683
11,718
11,709
11,692
11,682
11,778
7
Nominal Tabungan
90,060,321
88,177,422
88,071,391
89,367,670
89,852,954
86,954,367
8
Nominal Deposito
95,584,200
96,321,700
98,489,700
96,896,600
97,731,954
100,515,206
9
Nominal Kredit
226,171,952
239,849,260
255,191,141
259,015,962
265,942,541
272,523,832
Keterangan: nominal dalam ribuan
Tabel 1. Indeks performa bisnis bank
Salah satu faktor penting untuk mencapai apa yang menjadi sasaran bisnis bank adalah
keselarasan antara strategi TI dan tercapainya tujuan bisnis yang telah ditetapkan, dengan
terciptanya keselarasan strategis TI-bisnis diharapkan bisnis akan mampu untuk bisa tetap
kompetitif dalam lingkungan yang terus berubah. Pada kesempatan ini peneliti mencoba
mengaplikasikan konsep keselarasan strategis tersebut pada industri perbankan khususnya bank
X. Harapannya adalah dengan melakukan pengukuran kematangan penyelarasan strategis TIbisnis maka peneliti dapat mengidentifikasi adanya peluang pengembangan lebih jauh dari relasi
TI-bisnis agar dalam prakteknya relasi tersebut bisa semakin meningkatkan nilai kompetitif bank
X dalam persaingan terhadap bank-bank sejenis.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulis mengajukan permasalahan penelitian
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah tingkat kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis bank X?
2.
Hal-hal apa sajakah yang bisa direkomendasikan kepada bank X sehingga bank X dapat
mencapai level keselarasan strategis TI-bisnis yang diharapkan?
C. Batasan Masalah
Sebuah penelitian dimungkinkan mencakup pokok permasalahan yang sangat luas sehingga
perlu difokuskan, oleh karena itu peneliti memberi batasan permasalahan sebagai berikut:
1.
Keselarasan strategis TI-bisnis atau IT-business strategic alignment merupakan salah satu
dari 5 (lima) dimensi dalam IT governance atau tata kelola TI yang mencakup: IT-business
strategic alignment, value delivery, resource management, risk management, dan
performance measurement (Scott, 2007). Peneliti membatasi pada salah satu dimensi saja
yaitu IT-business strategic alignment.
2.
Subyek penelitian adalah bank X, sebuah lembaga keuangan bank berskala bisnis regional
dengan 18 (delapan belas) kantor cabang dan/atau kantor kas, 6 (enam) departemen utama
dan sebuah sub-departemen TI.
3.
Metode Van Hout memiliki sejunlah keterbatasan karena belum menjabarkan pendefinisian
level-level keselarasan strategis beserta karakteristiknya, oleh karena itu penelitian ini
dibatasi untuk mengetahui skor rerata akhir (sebagai level keselarasan strategis TI-bisnis)
tanpa pendefinisian lebih lanjut dan interpretasi karakteristik sub-subdimensinya.
4
Interpreasi subdimensi itu sendiri dilakukan sebatas berdasarkan kondisi kekinian/temuan
yang didapat melalui wawancara dengan responden.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah penelitian yang telah diangkat maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui tingkat kematangan penyelarasan strategis TI-bisnis di bank X.
2.
Mengetahui hal-hal apa saja yang bisa direkomendasikan kepada bank X sehingga bank X
dapat mencapai level keselarasan strategis TI-bisnis yang diharapkan.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
1.
Dapat menjadi sumber referensi mengenai tingkat kematangan penyelarasan strategis TIbisnis bank X saat ini.
2.
Bagi pihak managemen bank X dapat menjadi sumber referensi mengenai hal-hal apa saja
yang bisa dilakukan oleh pihak bank X sehingga dapat mencapai level keselarasan strategis
TI-bisnis yang diharapkan.
5