Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
UJI INFEKSI Mycosphaerella spp TERHADAP
BIBIT Eucalyptus spp
SKRIPSI
Oleh :
Lidya Morita Sondang
041202016 / Budidaya Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
(2)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
LEMBAR PENGESAHAN
Judu l Skripsi : Uji Infeksi Mycosphaerella spp terhadap Bibit Eucalyptus spp
Nama : Lidya Morita Sondang
NIM : 041202016
Jurusan : Kehutanan
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S Nelly Anna S.Hut M.Si Ketua Pembimbing Anggota
Mengetahui
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S Kepala Departemen Kehutanan
(3)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
ABSTRAK
Lidya Morita Sondang. Uji Ketahanan Eucalyptus spp terhadap Mycosphaerella
spp. Di dawah bimbingan EDY BATARA MULYA SIREGAR dan NELLY
ANNA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan 2 klon Eucalyptus spp yaitu Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla terhadap Mycosphaerella spp serta mengetahui virulensi Mycospaherella spp pada 2 kelas umur (2 dan 3 bulan) pada tanaman Eucalyptus spp. Penelitian ini dilaksanakan dengan pengambilan sampel bibit tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla dari pembibitan PT.Toba Pulp Lestari Tbk. Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Metode Penelitian ini menggunakan teknik isolasi fungi, dan diinokulasikan dengan metode semprot ke daun bibit tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla yang sehat dengan umur 2 dan 3 bulan, dihitung intensitas serangan dan luas serangannya. Pengamatan dilakukan selama empat minggu dan setiap minggunya diamati gejala yang tampak. Hasil menunjukkan bahwa terdapat jenis fungi Mycosphaerella spp yang menyerang daun bibit tanaman yaitu bercak daun. Jenis tanaman yang paling tahan terhadap fungi patogen penyebab bercak daun adalah tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla umur 3 bulan yang dilihat dari rendahnya intensitas serangan yang terjadi yaitu 4,71% sedangkan virulensi patogen penyebab penyakit bercak daun yang paling tinggi disebabkan oleh Mycosphaerella spp terhadap jenis tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus pelita umur 2 bulan yang dilihat dari besarnya intensitas serangan yang terjadi yaitu 11,01%.
(4)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
ABSTRACT
LIDYA MORITA SONDANG. The approved experiment of Eucalyptus spp
against the Mycosphaerella spp. Under academic supervision by EDY BATARA
MULYA SIREGAR and NELLY ANNA.
The objective of the research is determine the approved degree of two Eucalyptus spp clons that is: Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla and also to identify the Mycosphaerella spp virulence in two class ages of the Eucalyptus plants (two and three month). The research was done with the intake sample of Eucalyptus seed plants from the PT. TPL Tbk Nursery, Toba Samosir Region, Porsea, North Sumatera. The research method used the fungi isolation tecnic with the brush method and be reinoculated to the fresh Eucalyptus leaf seed plant in two ages is two and three month, and then be calculated the attack intensity and wide attack. The observasif do for a four week and every week we must look the disease plant. The result showed that there were Mycosphaerella spp is the kind of pathogen that attacked the Eucalyptus spp plants in the plants leaf with the attacked mode. The very hole up plant type to the pathogen cause in leaf spot disease is the Eucalyptus plant that were seen and low of attack intensity that happened is 4,71 % in the four week but the highest pathogen virulence cause the leaf spot affected by Mycosphaerella spp to the Eucalyptus plant that was seen from the attack intensity is 11,01% in the fourth week.
(5)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari penelitian ini adalah Uji Infeksi Mycosphaerella spp terhadap Bibit Eucalyptus spp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan dari Eucalyptus spp terhadap patogen Mycosphaerella sp.
Dalam penyelesaian penelitian ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga penulis yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai ketua komisi pembimbing penelitian dan Ibu Nelly Anna S. Hut, M. Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk membangun skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat.
Medan, Agustus 2009 Penulis
(6)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
TujuanPenelitian ... 2
Manfat penelitian... 2
Hipotesis Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Mycosphaerella spp ... 4
Eucalyptus spp ... 5
Syarat Tumbuh Tegakan Eucalyptus spp ... 6
Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus spp ... 6
Defenisi Penyakit Tanaman Hutan ... 7
Penyakit Penting Tanaman Hutan ... 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Bahan ... 13
Alat ... 13
Prosedur Penelitian ... 14
KEADAAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22
Pembahasan... 22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... viii
(7)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Bagan Isolasi Patogen ... 15 2. Daun Bibit Tanaman E. Grandis x E. Urophylla yang Terkena
Penyakit Bercak Daun ... 23 3. Koloni Fungi Umur 14 hari ... 24 4. Ascospora ... 24 5. Daun Tanaman Eucalyptus spp Gejala yang Timbul di Rumah Kaca 25 6. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp dari Minggu I – Minggu IV 28 7. Luas Serangan Mycosphaerella spp dari Minggu I – Minggu IV ... 33
(8)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata intensitas serangan dari minggu I- minggu IV. ... 32 2. Rata-rata luas serangan dari minggu I- minggu IV ... 35
(9)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Teknik Isolasi ... 39
2. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp Minggu 1 ... 41
3. Luas Serangan Mycosphaerella sppMinggu 1... 43
4. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp Minggu 2 ... 45
5. Luas Serangan Mycosphaerella spp Minggu 2... 47
6. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp dari Minggu 3 ... 49
7. Luas Serangan Mycosphaerella spp Minggu 3 ... 51
8. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp Minggu 4 ... 53
(10)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Eucalyptus spp merupakan tanaman yang banyak ditanam di beberapa negara tropis, pada lahan yang luas. Adapun jenis dari Eucalyptus spp yaitu Eucalyptus camadulensis, Eucalyptus grandis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus tereticornis dan Eucalyptus torelliana, tetapi biasanya yang paling banyak terdapat di Sumatera seperti perrnyataan (Nair, 2000) adalah Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus grandis.
Banyak jenis penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus spp salah satunya adalah bercak daun (Leaf Spot Disease), yang disebabkan oleh patogen Mycosphaerella spp. Penyakit bercak daun ini umumnya terjadi pada persemaiaan atau tanaman di lapangan yang masih muda. Gejala serangan berupa bercak berwarna kekuning-kuningan yang tidak beraturan pada daun baik pada bagian atas ataupun bagian bawah daun dan biasanya berbentuk bulat dan lonjong.
Fungi dapat sebagai patogen pohon hutan sehingga merugikan industri kehutanan khususnya pada Hutan Tanaman Industri (HTI), karena serangan dari fungi ini membuat produksi tanaman akan menurun, oleh karena itu perlu dilakukan penelitiaan yang berguna untuk mengetahui ketahanan dari setiap tanaman Eucalyptus spp dengan memberikan jamur Mycosphaerella spp kepada tanaman sehingga dapat dilihat seberapa besar serangan yang disebabkan oleh fungi ini.
Berdasarkan penelitian sebelumnya ( Nopanta, 2003) ditemukan beberapa patogen penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus spp. Salah satunya adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Mycosphaerella spp. Patogen ini
(11)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
menyerang daun tanaman Eucalyptus spp sehingga membuat pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan dapat menggurangi produktivitasnya.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat ketahanan 2 klon Eucalyptus spp yaitu Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla terhadap Mycosphaerella spp.
2. Untuk mengetahui virulensi Mycospahaerella spp pada 2 kelas umur (2 dan 3 bulan) pada tanaman Eucalyptus spp.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat ketahanan Eucalyptus spp terhadap Mycosphaerella spp dan untuk mengetahui virulensi Mycosphaerella spp pada dua kelas umur (2 dan 3 bulan) pada tanaman Eucalyptus spp.
2. Sebagai informasi terhadap ketahanan Eucalyptus spp yang disebabkan Mycosphaerella spp
(12)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan virulensi Mycosphaerella spp (penyebab bercak daun) pada Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla.
2. Terdapat perbedaan ketahanan jenis tanaman Eucalyptus spp pada dua kelas umur (2 dan 3 bulan) terhadap infeksi Mycosphaerella spp.
(13)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
TINJAUAN PUSTAKA
Mycosphaerella spp
Mycosphaerella spp merupakan patogen yang dapat menyerang berbagai jenis tanaman seperti tanaman Eucalyptus spp. Secara umum, patogen ini merupakan benalu dan dapat juga menjadi inang yang jahat jika sudah berkembang. Mycosphaerella spp merupakan genus fungi dimana lebih dari 10.000 jenis genus dari fungi berada di dalam tanaman. Patogen ini merupakan family Mycosphaerellaceae ) patogen ini merupakan panyebab penyakit daun tanaman Eucalyptus spp. Dapat dikenali dengan melihat gejala bercak daun yang berwarna kuning dengan bentuk yang tidak beraturan. Jenis fungi ini yang terjadi pada daun yang telah terinfeksi akan berkembang menjadi bercak dan bintik-bintik (Old. et al, 2003).
Spora dari patogen ini berbentuk seperti batang yang memiliki satu sekat dan biasanya spora ini berdekatan dan berkelompok sedangkan warna dari hifanya berwarna putih seperti warna krem dan tumbuh searah dan beraturan (Samosir, 2001).
Bercak daun merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi faktor pembatas produksi Eucalyptus spp. Pengendalian penyakit tersebut yang cepat terlihat efeknya menggunakan fungisida. Akan tetapi fungisida makin mahal, disamping itu juga beresiko pencemaran lingkungan dan timbulnya raspatogen tahan fungisida. Cara pengendalian yang mudan, murah, dan aman adalah menggunakan varietas tahan yang diperoleh melalui pemuliaan tanaman (Sarsidi, 1998).
(14)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Serangan virus bercak daun membuat tangkai serta daunnya mengering. Akibat serangan tersebut membuat tanaman menjadi rusak dan mengalami penurunan produksi sehingga tanaman akan menjadi lebih murah. .
Eucalyptus spp
Tanaman Eucalyptus spp, merupakan family Myrtaceae dimana Spesies-spesies sudah dikenal, antara lain Eucalyptus alba (ampupu), Eucalyptus deglupta, Eucalyptus grandis, Eucalyptus plathyphylla, Eucalyptus saligna, Eucalyptus umbellate, Eucalyptus camadulensis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus tereticornis dan Eucalyptus torreliana (Khaeruddin, 1993).
Jenis Eucalyptus spp merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya, jenis Eucalyptus spp termasuk jenis yang sepanjamg tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, vinir, bahan pulp dan kertas, oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan.
Eucalyptus grandis termasuk ke dalam Kingdom: Plantae
Division: Spermathophyta Sub Division: Angispermae Klas: Dicotyledoneae Sub klas: Dialypetalae Ordo: Myrtales Family: Myrtaceae
(15)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009. Genus: Eucalyptus
Species: Eucalyptus grandis (Ayensu, 1980).
Syarat Tumbuh Tegakan Eucalyptus spp
Jenis-jenis Eucalyptus spp terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus spp tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus gersang sampai pada tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus spp dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20°-32°C. Jenis tanah yang digunakan dalam pertanaman Eucalyptus spp ini adalah jenis tanah litosol dan regosol podsolik.
Penyebaran dan Morfologi Eucalyptus spp
Daerah penyebaran Eucalyptus spp. meliputi Australia, New Britania, Papua, dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur. Genus Eucalyptus spp terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya ada 2 spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Filipina) yaitu E. urophylla dan E. deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian utara
(16)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
menuju bagian timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan,Amerika tengah (Darwo,1997).
Tanaman ini dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada waktu muda. Sistem perakarannya yang sangat muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya ke arah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping.
Defenisi Penyakit Tanaman Hutan
Ilmu penyakit tanaman merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik, penyebab, interaksi tanaman dan patogen (biotik), dan lingkungan (abiotik), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit dalam suatu populasi atau individu tanaman, dan berbagai cara pengendalian penyakit tanaman juga memiliki aspek seni, yaitu dalam aplikasi pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari ilmu tersebut (Sinaga, 2003).
Penyakit tanaman adalah suatu perubahan atau penyimpangan dalam satu atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologi penggunaaan energi yang mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang (host). Termasuk di dalamnya gangguan dan kemunduran aktivitas seluler yang biasanya ditunjukan oleh perubahan morfologi tanaman inang yang disebut gejala (sympton) (Sumardi dan Widyastuti, 2004). Suatu proses fisiologi tanaman yang abnormal dan merugikan, yang disebabkan oleh faktor primer (biotik tau abiotik) dan
(17)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
gangguannya bersifat terus menerus yang ditandai oleh aktivitas sel atau jaringan yang abnormal (gejala) (Sinaga, 2003). Penyakit tanaman terjadi bila salah satu atau lebih fungsi fisiologis tanaman menjadi abnormal karena adanya gangguan atau kondisi lingkungan tertentu (faktor abiotik) (Sinaga, 2003).
Penyakit Penting pada Eucalyptus spp
Beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain:
1. Jamur embun hitam (black mildew)
Penyebab dari penyakit ini adalah jamur dari genus Meliola, famili Meliolaceae, spesies Meliolales (ascomycota). Spesies Meliola biasanya tumbuh pada permukaan daun dan batang, berwarna hitam, menyebar, membentuk koloni seperti beludru dengan diameter 1 cm. Pada umumnya serangan berat disebabkan oleh jamur. Kadang-kadang menyerang batang dan ranting muda. Informasi mengenai akibat dari penyakit jamur embun hitam ini pada pertumbuhan Eucalyptus spp, masih sangat sedikit.
2. Jamur hitam (Shoot blight)
Penyakit jamur hitam disebabkan oleh Cryptosporiopsis eucalypti. Gejala penyakit ini berkembang di sekitar daun dan batang Eucalyptus spp., biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka nekrotik yang menjalar dan dikenal sebagai gejala jamur hitam, bentuknya bundar dengan diameter 1-2 cm. Luka yang berat ditunjukkan dengan warna coklat tua atau abu-abu di seluruh permukaan daun, atau luka seperti gabu-abus dan nekrosis pada jaringan epidermis. Pucuk atau tunas muda yang diserang menjadi layu dan
(18)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
berwarna hitam. Akibat dari penyakit menyebabkan luka semakin menyebar, khususnya pada tanaman muda dan membuat serangan lebih hebat.
3. Foliar spot dan foliar blight
Penyakit ini disebabkan oleh Cylindrocladium spp. yang merupakan patogen yang menyerang tanaman lain juga selain Eucalyptus spp. Cylindrocladium spp. merupakan salah satu genus Cylindrocladium spp. menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada tanaman termasuk akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun. Penyebaran penyakit dengan konodia dalam jumlah sangat besar terjadi di atas permukaan daun. Selama hujan lebat, spora-spora tersebut dipercik ke udara dan menempel pada daun dan pohon-pohon lain. Cylindrocladium spp. dapat hidup bertahan lama dalam tanah karena adanya dinding tebal klamidiospora dan propagulnya. Penularan biasanya mulai dari daun cabang bawah dan menyebar sampai ke mahkota. Gejala ditunjukkan pada daun muda yang berwarna abu-abu dan mulai membusuk. Apabila dibiarkan dapat berubah menjadi gejala nekrotik. Penyakit ini menjadi masalah utama pada pertumbuhan Eucalyptus spp. di daerah yang tropis lembab. Pencegahan penyakit leaf blight dapat dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida. Pengendalian melalui penyemprotan bergantung pada waktu yang tepat saat penyemprotan
4. Penyakit daun Mycosphaerella spp
Penyakit yang ditimbulkan berupa bintik daun, bisul dan kerut daun dan disebabkan oleh jamur Mycosphaerella spp. Tetapi genus ini belumlah pasti ditemukan pada tanaman Eucalyptus spp. banyak variasi gejala yang ditunjukkan oleh infeksi Mycosphaerella, dan dengan hasil yang berbeda pula dalam hal
(19)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
ukuran luka, warna dan morfologi. Daun yang terinfeksi akan berkembang menjadi bintik dan bisul. Akibat dari penyakit ini adalah kesehatan pohon menjadi rusak, tetapi itu tergantung dari serangan jamurnya, fisiologinya ataupun iklimnya.
5. Penyakit daun Phaeophleospora
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phaeophleospora yang biasanya terdapat pada pembibitan dan menjangkit tanaman jenis tertentu. Gejala yang ditunjukkan berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada bagian permukaan bawah daun. Apabila satu daun tanaman telah terinfeksi patogen ini maka akan terjadi penularan penyakit pada daun yang berdekatan hingga dapat mengakibatkan kematian bibit tanaman. Penularan sering kali terlihat dimulai dari bagian pangkal bibit tanaman hingga mencapai daun bagian ujung tanaman. Patogen ini biasanya berada di bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan penghancuran secara signifikan pada semai di pembibitan.
Pada tingkat pembibitan ada beberapa penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus spp yaitu sering diserang penyakit rebah kecambah (dumping off) yang disebabkan oleh Phytium sp, dan Fusarium spp. Penyakit busuk akar disebabkan oleh serangan Phytium sp, Phytopthora sp, dan Batryodiplodia sp, menyebabkan kematian pohon (Nair, 2000).
Beberapa janis penyakit pada tanaman Eucalyptus spp
1. Bercak daun (leaf spot) yaitu: luka atau noda yang bersifat lokal pada daun inang yang terdiri atas sel-sel yang mati dan kalopsi
(20)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
2. Hawar (Blight) yaitu: organ daun, cabang, ranting dan bunga menjadi coklat dengan sangat cepat dan menyeluruh yang menyebabkan kematian.
3. Kanker yaitu: luka nekrosis atau luka yang terlokalisasi, sering mencekung pada permukaan batang jaringan tumbuhan berkayu.
4. Mati ujung (dieback) yaitu: nekrosis ranting secara ekstensif yang berawal dari ujung dan berkembang menuju pangkalnya.
5. Busuk akar yaitu: hancur dan membusuknya sebagain atau seluruh sistem parakaran tumbuhan.
6. Rebah kecambah atau patah rebah (dumping off) yaitu: kalopsi dan mati dengan cepat kecambah yang nasih sangat muda pada pembibitan di lapangan.
7. Busuk batang bawah yaitu: hancurnya batang bagian bawah.
8. Busuk basah dan busuk kering yaitu: terjadinya maserasi (pembusukan) dan hancurnya buah, akar, umbi, umbi lapis dan daun yang berdaging.
9. Antraknosa yaitu: luka nekrosis yang lekuk seperti mangkuk pada batang, daun, buah atau bunga tumbuhan inang.
10. Kudis yaitu: luka yang teralokasi pada buah, daun dan umbi dan lain-lain, biasanya sedikit menonjol dan puncaknya mencekung dan pecah, yang memberi bentuk seperti kudis.
11. Decline yaitu: tumbuhan yang tumbuh lurus, daun mengecil, kaku, menguning atau merah, ada yang terdefolasi (menggugurkan daun) dan mati ujung (dieback). Hampir semua gejala di atas mungkin dapat menyebabkan tumbuhan yang terinfeksi menjadi sangat kerdil. Di samping itu, gejala yang lain seperti karat daun, embun (mildew), layu dan bahkan penyakit tertentu menyebabkan hiperplasia pada beberapa organ tumbuhan, seperti akar pekuk
(21)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
(clubroot) mungkin menyebabkan kekerdilan tumbuhan secara menyeluruh (old.et al, 2003).
Gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertopi atau hiperplasia dan perubahan bentuk atau pemutaran (distorsi) bagian tumbuhan meliputi: Akar pekuk yaitu: akar membesar terlihat seperti kumparan atau gada. Bengkak atau puru yaitu: bagian tumbuhan membesar dan biasanya dipenuhi oleh miselium jamur. Kutil yaitu: tonjolan seperti kutil pada umbi dan batang. Witches-broom (sapu setan) yaitu: cabang-cabang ranting yang mengarah ke atas dengan sangat banyak. Keriting daun yaitu: daun berubah bentuk, menebal dan keriting. Layu yaitu gejala sekunder yang menyeluruh dimana daun atau tunas kehilangan turgor dan merunduk karena terganggunya sistem vaskular akar dan batang. Karat yaitu: terdapat banyak luka-luka kecil pada daun atau batang, biasanya berwarna seperti karat. Mildew (embun) yaitu: bagian daun, batang dan buah yang klorosis atau nekrosis, biasanya ditutupi oleh miselium dan fruktifikasi jamur.
(22)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca fakultas pertanian universitas sumatera utara dan pengambilan bibit di lokasi pembibitan PT. Toba Pulp Lestari Porsea. Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2008 sampai dengan Maret 2009.
Bahan dan Alat Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman Eucalyptus spp yang bebas dari penyakit umur 2 dan 3 bulan, bibit Eucalyptus spp yang terkena penyakit umur 3 bulan, PDA (Potatoe Dextrose Agar) sebagai media untuk mengecambahkan penyakit, Alkohol untuk bahan sterilisasi, air steril sebagai bahan pelarut, kertas label untuk mencatat data dan aluminium foil sebagai bahan pembungkus alat tidak ikut bereaksi.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak tray, gunting untuk memotong tanaman, cawan petri sebagai wadah fungi, timbangan analitik untuk menimbang bahan, selotip untuk menutup bagian cawan petri, autoklaf sebagai wadah sterilisasi alat dan bahan, mikroskop untuk melihat fungi, kamera digital untuk dokumentasi dan kalkulator untuk menghitung , dan rumah plastik sebagai tempat bibit.
(23)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Prosedur Penelitian
Tahapan prosedur penelitian adalah:
(1). Pengambilan sampel tanaman yang sakit dan yang sehat, tanaman Eucalyptus spp yang sakit atau yang bergejala digunakan sebagai bahan isolasi untuk mencari patogen Mycosphaerella spp. Tanaman yang sakit atau yang bergejala diambil sebanyak 20 tubs, sedangkan tanaman Eucalyptus spp yang sehat atau yang tidak bergejala digunakan sebagai bahan pengamatan setelah patogen Mycosphaerella spp diperoleh dan disemprotkan ketanaman. Pengamatan dilakukan selama 4 minggu dimana setiap minggunya diamati gejala yang muncul pada daun. Jumlah tanaman yang sehat diambil berkisar 40 tubs dengan kriteria 20 tubs E.grandis x E.pellita dan 20 tubs E.urophylla x E.grandis dengan umur 2 dan 3 bulan.
(2). Isolasi patogen, tanaman yang sakit atau yang bergejala dibersihkan dengan menggunakan kloroks, setelah dibersihkan diambil dengan menggunakan pinset dan dikeringkan lalu dipotong-potong dengan ukuran 1x1cm, kemudian diisolasi kedalam cawan petri dengan media PDA (Potatoe Dextrose Agar). Setelah 3 hari dilakukan kembali pengisolasian tetapi isolasi yang dilakukan adalah isolasi biakan murni dengan ketentuan tidak mengalami kontaminasi lagi. Setelah 14 hari dan tidak terjadi kontaminasi maka dapat dilakukan identifikasi fungi dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Dibawah ini bagan isolasi patogen
(24)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Gambar 1. Bagan Isolasi Patogen
(3). Pengamatan patogen, jamur yang telah berumur 14 hari diambil dengan cara dipotong dan diambil dengan pinset yang steril. Dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian diletakkan di atas preparat dan ditutupi dengan kaca objek lalu dimasukkan ke dalam kotak tray Setelah 4 hari dapat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. (4). Penyiapan inokulum, biakan yang telah murni diambil dan dimasukkan aquadest kedalam cawan petri sebanyak 10 ml dan kemudian dikikis dengan menggunakan pengait, bagian atas biakan dikikis tanpa mengenai medianya setelah semua bagian permukaan terkikis lalu disaring dengan menggunakan kain kassa. Hal ini dilakukan sebanyak 40 kali sesuai dengan jumlah tanaman yang ada setelah selesai diamsukkan kedalam tabung reaksi dan diberi label. (5). Pelaksanaan inokulasi, setelah inokulum diperoleh hal selanjutnya yang dilakukan adalah penyemprotan inokulum kepada tanaman. Ini dilakukan dengan menggunakan sprayer setiap tanaman disemprotkan 10ml inokulum dan dilakukan secara bergantian terhadap tanaman, penyemprotan
Daun Bergejala Mycosphaerella
Isolasi
Pemisahan
Identifikasi
(25)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
dilakukan didalam sungkup dan keesokan harinya sungkup dibuka dan dimulai pengamatan gejala bercak daun pada tanaman selama 4 minggu. (6). Uji Ketahanan, dilakukan untuk mengetahui ketahanan tanaman Eucalyptus spp terhadap Mycosphaerella spp dan parameter yang diamati adalah:
a. Intensitas Serangan,
Parameter yang diamati adalah intensitas serangan Mycosphaerella spp. Pengamatan intensitas serangan dimulai pada saat bercak sudah kelihatan tetapi pengamatan dan penghitungan intensitas setelah sungkup dibuka yaitu setelah dua minggu.
Gejala yang diamati adalah gejala bercak yang terjadi setelah inokulasi. Pengamatan dilakukan terhadap lima tangkai daun teratas. Daun yang diamati diberi tanda dan disesuaikan dengan skala bercak daun (0-5) dalam (Pawirrosoemardjo, 1975).
Skala bercak terdiri dari:
Skala 0 : tidak ada bercak pada daun Skala 1: terdapat bercak daun 1/16 bagian Skala 2 : terdapat bercak daun 1/8 bagian Skala 3 : terdapat bercak daun 1/4 bagian Skala 4 : terdapat bercak daun 1/2 bagian
Skala 5 : terdapat bercak daun pada seluruh bagian permukaan daun Nilai intensitas serangan ditentukan dengan rumus:
Towsend dan Heiiberger (1943) dalam Sinaga (2003).
IS = V x N
v x n
(26)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009. Keterangan:
IS: Intensitas serangan
N: jumlah daun pada skala ke-i V: skala ke-i
N: jumlah total daun setiap tanaman V: skala tertinggi
b. Luas Serangan
Luas serangan ditentukan dengan cara menghitung jumlah daun yang terserang yaitu pada setiap bibit kemudian membaginya dengan jumlah daun yang diamati.
Adapun luas serangan penyakit ditentukan dengan rumus :
A = N
n
x 100 %
Keterangan: A: luas serangan
n : jumlah tanaman yang terserang spesies penyakit ke-I N: jumlah seluruh tanaman yang diamati
Analisis Data
Dengan Model Analisis Data sebagai berikut:
Yijk = µ + i + ßj + ( ß)ij + ∑ijk
Dimana:
Yijk = nilai pengamatan pada pemberian jenis tanaman, kelas umur dan pada ulangan ke-k
µ = rata-rata umum
i = pengaruh akibat pemberian jenis tanaman
(27)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
( ß)ij = pengaruh interaksi antara pemberian jenis tanaman dengan kelas umur
∑ijk = pengaruh acak (galad) percobaan pemberian jenis tanaman dan kelas umur serta pada ulangan ke-k
Data yang diperoleh dari lapangan di transformasikan dengan menggunakan transformasi logaritma, jika diperoleh rancangan berbeda nyata pada interaksi antara jenis tanaman dengan kelas umur akan dilanjutkan dengan menggunakan rancangan DMRT (Duncan Multiple Range Test). (Sastrosupadi, A. 2000).
Hipotesis yang akan diuji adalah:
1. Terdapat perbedaan respon jenis tanaman Eucalyptus spp yaitu Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan klon Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla terhadap infeksi Mycosphaerella spp.
2. Terdapat perbedaan respon kelas umur Eucalyptus spp Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dan klon Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla terhadap infeksi Mycosphaerella spp.
Rancangan Percobaan
I. Klon 1. Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla (U) 2. Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita (P) II. Kelas Umur: 1. Umur 2 Bulan (A)
(28)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 10 kali, jumlah diperoleh 40 satuan percobaan. Kombinasi perlakuan yang dibuat adalah sebagai berikut:
Umur 2 Bulan. Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita
Umur 3 bulan. Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita
(29)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
HPH PT Toba Pulp Lestari 1. Luas Areal
Penyediaan bahan baku industri PT Toba Pulp Lestari diberi Ijin Pemanfaatan Kayu Pinus (IPK) berdasarkan SK Menteri Kehutanan NO. 236/KPTS-IV/1984, sebagai sumber bahan baku jangka pendek, dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHHTI) sesuai dengan SK menteri kehutanan NO. 493/KPTS-II/1992 seluas 269.600 Ha sebagai sumber bahan baku jangka panjang PT Toba Pulp Lestari terletak di Porsea dan berada 223 km dari Medan.
Sektor Aek Nauli terdiri dari beberapa estate (blok kerja) yaitu: 1. Estate Aek Nauli
2. Estate Siapas-apas
3. Estate Gorbus
4. Estate Rondang
5. Estate Huta Tonga
2. Keadaan Topografi, Geologi dan Tanah
Keadaan topografi secara umum dapat diklasifikasikan atas areal datar
dan bergelombang. Berdasarkan survey lapangan dan penafsiran foto udara, seluruh areal HPHTI PT Toba Pulp Lestari dapat dikategorikan menjadi beberapa klas kemiringan yaitu 0-15%, 16-30%, 31-45%, dan 46%.
Areal kerja yang mengalami aktivitas vulkanik selama periode ketiga dan sebagian besar tanah-tanah tersebut terdiri dari bahan induk ”Vulcanic Tuff”.
(30)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Sedimentasi batu-batuan lapisan bawah memperlihatkan karakteristik metamorfik yang menghasilkan batu-batuan.
Jenis-jenis tanah yang terdapat disini adalah podsolik coklat, podsolik coklat kuning, podsolik coklat kelabu yang dihasilkan bahan tuff dan umumnya masam. Juga terdapat jenis litosol dan regosol yang dihasilkan dari bahan induk tuff intermedier dan ditemukan di areal metamorfik.
3. Iklim
Sektor Aek Nauli memiliki curah hujan rata-rata 2340 mm/th, dengan tipe iklim A (sangat basah) dimana bulan tertinggi adalah Desember dan bulan terendah adalah Juni. Suhu udara rata-rata adalah 19,8 oC. Kelembaban relatif berkisar antara 49,6%-75,8% dengan rata-rata 62,7%.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Aek Nauli adalah bangunan kantor
administrasi, kantor SSL (Social Section License) dan GAL (General Administration License), workshop, store (gudang), holding, guest
house, mess karyawan, musholla, kantin, lapangan bola, lapangan voli, jalan angkutan, pembangkit tenaga listrik dan air bersih.
5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Jumlah penduduk yang terdapat di sekitar daerah PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Saat ini adalah 20.479 orang. Agama yang dianut oleh penduduk disana adalah: agama Kristen protestan dan Katholik (88%), Islam (11%) dan lain-lain (1%) dengan mata pencaharian masyarakat adalah: bertani (80%), berdagang (8%), dan lain-lain (12%) dan penduduk disana adalah mayoritas suku bangsa batak.
(31)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala Penyakit Mycosphaerella spp pada Daun Tanaman Eucalyptus spp
Mycosphaerella spp merupakan jenis patogen yang menyerang tanaman Eucalyptus spp tepatnya pada daun tanaman ini. Bentuk serangan yang ditunjukkan yaitu berwarna kuning yang tidak beraturan dan menyebar di sekitar daun. Ciri-ciri dari koloni ini yaitu pada umur 14 hari berwarna putih dan tumbuh dengan arah yang sama.
Hasil pengamatan di lapangan pada daun bibit tanaman E.urophylla x E.grandis dan E.grandis x E.pellita ada gejala yang terlihat pada bagian atas dan bagian bawah daun. Gejala awal yang terlihat dari serangan mycosphaerella spp adalah berbentuk seperti bintik-bintik kecil berwarna kuning dengan ukuran yang tidak sama, lama kelamaan bentuk dari serangan mycosphaerella spp ini berubah menjadi kuning kemerah-merahan dengan ukuran yang lebih besar dan bentuk yang tidak beraturan., tetapi penyakit ini jarang pada daun tanaman tersebut. Daun yang terserang penyakit bercak daun dapat bertahan hidup dan tidak menyebar pada daun tanaman yang lain. Di PT Toba Pulp Lestari jenis penyakit bercak daun ini umumnya terdapat pada tanaman yang masih muda yaitu pada umur 1-2 bulan karena penyakit ini merupakan penyakit yang awal menyerang tanaman tetapi pada umumnya penyakit ini tidak terlalu berbahaya karena jika tanaman dapat bertahan pada umur lebih dari tiga bulan maka penyakit ini akan hilang dengan sendirinya. Penyakit ini paling banyak menyerang tanaman Eucalyptus spp yaitu pada klon E.grandis x E.urophylla, seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Rahayu (1999) penyakit pohon Eucalyptus spp antara lain bercak daun, yang
(32)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
umumnya terjadi pada persemaian gejala serangan berupa nekrotik pada daun dengan bentuk bulat atau lonjong.
Gambar 2. Daun Bibit Tanaman E. Grandis x E. Urophylla yang Terkena Penyakit Bercak Daun
Pembiakan fungi pada media PDA untuk menumbuhkan fungi sehingga dapat diamati ciri mikroskopiknya dengan mengunakan mikroskop. Namun sebelum pengamatan ciri mikroskopik dilakukan pengamatan fungi secara makroskopiknya dengan mengamati koloni fungi pada biakan PDA. Penyebab penyakit bercak daun adalah Mycosphaerella spp. Pengamatan fungi patogen secara makroskopik dapat dilihat pada bercak daun dengan jenis fungi Mycosphaerella spp, ditandai dengan warna permukaan koloni putih dan
(33)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
perubahan warna koloni tetap putih dengan diameter umur setelah 14 hari adalah 8,90cm.
Mycosphaerella spp merupakan fungi yang cepat tumbuh dan dapat menutupi setengah dari biakan pada hari ke-3 dan pada hari ke-5 media telah tertutupi. Bentuk hifa, spora memiliki panjang 5-11µ m dan diameter fungi 2-3 µ m. Ascosporanya berbentuk seperti batang tapi ujungnya lonjong dan hanya memiliki satu sekat perspora.
Gambar 3. Koloni Fungi Umur 14 hari
(34)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009. Gambar 4. Ascospora
.
Patogen ini merupakan penyebab penyakit pada tanaman Eucalyptus spp. Penyakit ini dapat dikenali dengan melihat adanya gejala bercak daun yang berwarna kuning agak kemerahan dengan bentuk yang tidak beraturan. Spesies fungi ini diperoleh dari biakan fungi pada sampel daun bibit tanaman yang terserang penyakit bercak daun. Hasil pengamatan ini diperoleh di bawah mikroskop dengan menggunakan preparat. Ascospora biasanya membentuk koloni berdekatan dengan hifa.
Setelah melakukan isolasi di laboratorium dan diperoleh hasil patogen bercak daun maka dilakukan perbanyakan dan dilakukan penyemprotan patogen Mycosphaerella spp ke tanaman Eucalyptus spp yang sehat dengan menggunakan suspensi konidia. Pengamatan dilakukan selama empat minggu, hasil yang diperoleh setelah pengamatan adalah gejala yang sama seperti pada pengamatan dilapangan yaitu daun yang terserang berwarna kuning kemerahan dengan bentuk yang tidak beraturan. Gejala serangan yang timbul setelah dilakukan penyemprotan adalah berwarna kuning, setiap minggunya gejala yang timbul diukur dengan menggunakan rumus yang telah ada (Pawirrosoemardjo,1975) dan dilakukan selama 4 minggu
(35)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Gambar 5. Daun Tanaman Eucalyptus spp Gejala yang Timbul di Rumah Kaca Penyakit tumbuhan sebagian besar disebabkan oleh interaksi antara aktivitas mikroorganisme dan inangnya. Penyebab penyakit yang disebut patogen dapat berupa virus, bakteri, fungi, atau tumbuhan tingkat tinggi. Penyebab penyakit tumbuhan juga dapat berupa faktor lingkungan fisik/kimia baik tempat tumbuh maupun lingkungannya (Widyastuti, dkk, 2005). Bibit Eucalyptus sp. sebagai inang dapat dikatakan rentan terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan oleh patogen. Patogen terbukti memiliki daya virulensi yaitu keberhasilan untuk menyebabkan suatu penyakit sebagai ekspresi dari patogenisitas.
Uji Ketahanan Eucalyptus spp terhadap Mycosphaerella spp
Penyakit bercak daun dapat terjadi pada persemaian ataupun pada tanaman di lapangan, namun secara umum lebih intensif terjadi di persemaian. Bercak daun (leaf spot) merupakan kematian jaringan yang mempunyai batas-batas tegas dan merupakan hasil infeksi lokal oleh patogen. Apabila jaringan yang mati tersebut runtuh, maka penyakit ini dinamakan bercak berlobang. Apabila terjadi kematian seluruh atau sebagian anggota tumbuhan secara cepat, penyakit ini disebut hawar daun. Bercak-bercak yang sangat kecil disebut bintik dan bila bintik menjadi jelas karena adanya patogen yang berwarna gelap, maka bercak-bercak ini disebut noda. Bercak umumnya pertama kali terlihat pada daun-daun tua dan bilakondisi lingkungan memungkinkan (lembab), bercak akan berkembang ke bagian daun yang lebih muda dan selanjutnya patogen menyebar ke seluruh bagian persemaian. Patogen penyebab penyakit bercak daun di persemaian umumnya
(36)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
adalah jamur yang bersifat parasit fakultatif. Jamur-jamur tersebut dapat bertahan sebagai saprofit pada seresah atau sebagai parasit pada gulma di sekitar persemaian. Apabila kondisi lingkungan memungkinkan dan terdapat inang yang cocok, maka jamur akan menginfeksi semai.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui virulensi Mycosphaerella spp dapat di ketahui dari intensitas serangan dan luas serangan yang terjadi pada daun tanaman Eucalyptus spp yang dilakukan di Rumah Kaca. Pengamatan dilakukan selama empat minggu dan diperoleh hasil yang berbeda pada tiap klon.
Intensitas Serangan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui intensitas serangan penyakit bercak daun pada tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dilakukan di rumah kaca. Hasil pengamatan intensitas setiap minggu disajikan pada Gambar 6.
(37)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
0
2
4
6
8
10
12
P
er
en
tase S
er
an
g
an
%
U2
5.81
6.21
8.21
10.32
P2
1.23
4.57
9.5
11.01
U3
0.88
3.29
6.09
4.71
P3
1.17
3.63
7.62
7.08
minggu 1
minggu 2
minggu 3
minggu 4
Ket: U2 Eucalyptus gramdis x Eucalyptus urophylla umur 2 bulan P2 Eucalyptus grandis x Eucalyptus pelita umur 2 bulan U3 Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla umur 3 bulan P3 Eucalyptus grandis x Eucalyptus pelita umur 3 bulan
Gambar 6. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp dari Minggu I – Minggu IV Intensitas serangan jamur Mycosphaerella spp dari isolat Eucalyptus spp dari minggu pertama yang terendah terdapat pada perlakuan U3 yaitu sebesar 0,88% sedangkan yang tertinggi pada perlakuan U2 yaitu sebesar 5,81%, dan hasil analisis data yang diperoleh dari minggu pertama menunjukkan bahwa perlakuan klon berpengaruh nyata dan perlakuan kelas umur hasilnya juga berpengaruh nyata sedangkan interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur tidak berpengaruh nyata, hasil yang sama juga diperoleh pada luas serangan (lampiran 2), pada minggu kedua intensitas serangan yang terendah yaitu pada perlakuan U3 yaitu sebesar 3,29% sedangkan yang tertinggi pada perlakuan U2 yaitu sebesar 6,21%, dan hasil analisis yang diperoleh dari minggu kedua ini yaitu
(38)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
perlakuan klon dan perlakuan kelas umur serta interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur hasilnya tidak berpengaruh nyata sedangkan pada luas serangan yang berpengaruh nyata hanya pada perlakuan klon (lampiran 3), Pada minggu ketiga intensitas serangan yang terendah yaitu pada perlakuan U3 yaitu sebesar 6,09% sedangkan yang tertinggi terjadi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 9,5%, dan hasil analisis yang diperoleh yaitu dari minggu ketiga menunjukkan bahwa intensitas serangan perlakuan klon, perlakuan kelas umur dan interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur tidak berpengaruh nyata sedangkan pada luas serangan yang berpengaruh nyata hanya perlakuan klon (lampiran 4), pada minggu kempat intensitas serangan yang terendah terjadi pada perlakuan U3 yaitu sebesar 4,71% sedangkan yang tertinggi terjadi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 11,01%, dan hasil analisis yang diperoleh yaitu dari minggu keempat menunjukkan bahwa intensitas serangan yang berpengaruh nyata hanya pada perlakuan klon sedangkan perlakuan kelas umur tidak berpengaruh nyata dan hasil yang sama juga diperoleh pada interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur tidak berpengaruh nyata, dan pada luas serangan yang berpengaruh nyata hanya pada perlakuan klon sedangkan perlakuan kelas umur dan interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur tidak berpengaruh nyata (lampiran 5).
Intensitas serangan pada perlakuan U3 menunjukkan bahwa klon Eucalyptus spp tahan terhadap serangan jamur sehingga memiliki sifat yang resisten (Situmorang, 1995), sedangkan intensitas yang tinggi seperti pada perlakuan U2 dan P2 menunjukkan bahwa klon tersebut cenderung rentan
(39)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
terhadap serangan Mycosphaerella spp. Hal ini terjadi karena patogen memiliki adaptasi yang kuat terhadap inang (Sinulingga, 1995).
Berdasarkan grafik yang telah disajikan dalam Gambar 6 bahwa Intensitas Serangan yang tertinggi terdapat pada minggu keempat sebesar 11,01%, pada perlakuan P2 merupakan intensitas serangan yang terendah dan terdapat pada minggu pertama sebesar 0,88%, ini dikarenakan serangan yang disebabkan oleh fungi Mycosphaerella spp semakin lama semakin tinggi. Hal ini disebabkan pertumbuhan dari fungi ini sangat cepat baik pada media PDA maupun pada daun yang diserang. Pertumbuhan fungi ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, adapun faktor lingkungan diantaranya suhu dan kelembaban dimana kisaran suhu yang ada adalah 360-36,50 C sehingga fungi Mycosphaerella spp dapat tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ganjar (2006) yang menyatakan fungi dapat hidup pada kisaran kelembaban udara 70-90% dimana kisaran suhu optimumnya adalah 150-400C.
Penyebaran fungi Mycosphaerella spp pada daun Eucalyptus spp disebabkan oleh pertumbuhan fungi tersebut yang begitu cepat dan daya saing/kompetisi yang tinggi, bila dibandingkan dengan fungi lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil isolasi ulang pada tanaman yang diserang menunjukkan fungi yang teridentifikasi adalah fungi Mycosphaerlla spp. Hal ini sesuai dengan pendapat (Stainer, et al. 1982), yang menyatakan tingginya kecepatan dan pertumbuhan dan perkembangan koloni menunjukkan kemampuan kompetisi fungi tersebut lebih tinggi dibandingkan jenis fungi yang lain. Dalam persaingan nutrisi atau usur lain yang diperlukan jenis fungi yang lemah atau lambat pertumbuhannya akan kalah bersaing dengan jenis fungi yang berkompetisi baik.
(40)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Intensitas serangan Mycosphaerella spp yang rentan terjadi pada umur 2 bulan terhadap perlakuan klon U2, hal ini dapat dilihat dari grafik yang menunjukkan pada tiap minggu intensitas perlakuan U2 lebih tinggi daripada perlakuan U3, begitu juga dengan perlakuan P2 dan P3. Bahwa umur yang lebih muda lebih rentan terserang daripada umur yang lebih tua. Hal ini dapat ditarik kesimpulan semakin bertambah umur tanaman maka daya tahan tanaman tersebut terhadap fungi Mycosphaerella spp akan semakin meningkat.
Intensitas serangan pada daun bibit Eucalyptus sp. pada minggu ke-empat sangat menunjukkan pengaruh yang nyata akibat pemberian jenis patogen terhadap klon. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis tanaman mempunyai daya virulensi. Salah satu penyebabnya adalah karena kedua jenis tanaman berbeda. Kedua jenis tanaman memiliki ketahanan yang berbeda pula terhadap jenis patogen. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan di lapangan yang menunjukkan bahwa bibit Eucalyptus pellita lebih tahan terhadap serangan penyakit dibanding bibit Eucalyptus urophylla . Interaksi antara inokulasi jenis patogen dan jenis tanaman menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap intensitas serangan. Intensitas serangan yang ditimbulkan diduga lebih dipengaruhi oleh gejala penularan yang dipicu oleh adanya inokulasi.
(41)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Rata-rata intensitas serangan yang dilakukan setiap minggunya yang diperoleh dari pembagian total serangan yang terjadi setiap minggunya.
Tabel 1. rata-rata intensitas serangan dari minggu I- minggu IV
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 P3 4,49%
2 P2 4,50%
3 U3 6,02%
4 U2 7,52%
Rata-rata intensitas serangan yang tertinggi yaitu pada perlakuan U2 yaitu 7,52% dan yang terendah perlakuan P3 yaitu 4,49%. Perlakuan klon Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama dan keempat berpengaruh nyata sedangkan minggu kedua dan ketiga tidak berpengaruh nyata. Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata, ini menunjukkan bahwa perlakuan kelas umur berperan dalam menaan serangan yang disebabkan Mycosphaerella spp, sedangkan pada interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata yang artinya bahwa tanaman dapat bertahan terhadap serangan Mycosphaerella spp.
(42)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Luas Serangan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk mengetahui luas serangan penyakit bercak daun pada tanaman Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla dan Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita dilakukan di rumah kaca. Persentase pengamatan luas serangan disajikan pada Gambar 7.
0 5 10 15 20 25 30
P
er
en
tase S
er
an
g
an
%
U2 20 25 25 25
P2 10 20 25 25
U3 7.5 17.5 20 22.5 P3 2.5 17.5 20 22.5
minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4
Ket: U2 Eucalyptus gramdis x Eucalyptus urophylla umur 2 bulan P2 Eucalyptus grandis x Eucalyptus pelita umur 2 bulan U3 Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla umur 3 bulan P3 Eucalyptus grandis x Eucalyptus pelita umur 3 bulan
Gambar 6. Intensitas Serangan Mycosphaerella spp dari Minggu I – Minggu IV Luas serangan pnyakit bercak daun berpengaruh nyata yaitu pada minggu pertama dan minggu keempat dapat dilihat dari lampiran 1 dan lampiran 5, karena serangan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa semua tanaman terserang oleh fungi Mycosphaerella spp. Kedua jenis tanaman memiliki ketahanan yang berbeda walaupun diinfeksi dalam waktu bersamaan. Hal ini membuktikan bahwa
(43)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
adanya sifat tanaman yang berbeda walaupun berasal dari genus yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Habeshaw (1984) dalam Wood and Jellis (1984) yang menyatakan walaupun inokulum diberikan pada waktu yang sama ke semua tanaman tetapi ketahanan tanaman tersebut berbeda-beda.
Berdasarkan grafik dapat dilihat serangan yang terjadi pada tiap klon berbeda-beda, yang tertinggi terdapat pada minggu ke-4 pada perlakuan klon U2 dan P2. Dari semua klon yang diinfeksi dengan Mycosphaerella spp terdapat jenis klon yang tahan terhadap serangan fungi ini yaitu klon pada perlakuan P3, ini menunjukkan bahwa semakin tinggi umur tanamaan maka akan semakin tahan terhadap serangan fungi sesuai dengan pernyataan Bos (1994) yang menyatakan bahwa semakin tinggi umur tanaman maak akan memiliki ketahanan yang lebih besar dari umur yang lebih kecil.
Luas serangan pada tiap klon berbeda-beda dapat dilihat dari perkembangan tiap minggunya, setiap klon memiliki karakter yang berbeda, hal ini sesuai dengan pernyataan Fry (1982) yang menyatakan dari setiap tanaman yang telah diinfeksi memiliki ketahanan yang berbeda sehingga terdapat perbedaan serangan.
Luas serangan rata-rata penyakit bercak daun diketahui berdasarkan jumlah unit pengamatan yang terserang dibagi dengan jumlah unit pengamatan total. Berdasarkan data yang diperoleh cukup menjelaskan bahwa inokulasi tidak berpengaruh terhadap luas serangan penyakit. Tetapi pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua tanaman terserang oleh patogen penyebab bercak daun.
(44)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Persentase luas serangan pada mingu pertama pada perlakuan U2 yaitu 20%, minggu kedua yaitu 25%, minggu ketiga yaitu 25% dan minggu keempat yaitu 25%. Pada perlakuan P2 persentase luas serangan pada minggu pertama yaitu 10%, minggu kedua yaitu 20%, minggu ketiga yaitu 25% dan minggu keempat yaitu 25%. Perlakuan U3 pada minggu pertama diperoleh persentase luas serangan yaitu 7,5%, minggu kedua yaitu 17,5%, minggu ketiga yaitu 20% dan minggu keempat yaitu 22,5%. Perlakuan P3 persentase luas serangan yang terjadi pada minggu pertama yaitu 2,5%, minggu kedua yaitu 17,5%, minggu ketiga yaitu 20% dan minggu keempat yaitu 22,5%.
Rata-rata luas serangan yang dilakukan setiap minggunya yang diperoleh dari pembagian total serangan yang terjadi setiap minggunya.
Tabel 1. rata-rata luas serangan dari minggu I- minggu IV
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 P3 7,89%
2 P2 8,6%
3 U3 10,68%
4 U2 14,10%
Rata-rata intensitas serangan yang tertinggi yaitu pada perlakuan U2 yaitu 14,10% dan yang terendah perlakuan P3 yaitu 7,89%. Perlakuan klon Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama sampai minggu keempat berpengaruh nyata . Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata, ini menunjukkan bahwa perlakuan kelas umur berperan dalam
(45)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
menahan serangan yang disebabkan Mycosphaerella spp, sedangkan pada interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata yang artinya bahwa tanaman dapat bertahan terhadap serangan Mycosphaerella spp.
Berdasarkan tabe l persentase luas serangan yang terjadi tiap minggunya maka didapat rata-rata pada tiap perlakuan yaitu pada perlakuan P3 yaitu 7,89%, P2 yaitu 8,6%, U3 yaitu 10,68% dan U2 yaitu 14,10%, dari rata-rata dapat dilihat bahwa klon yang tertinggi adalah perlakuan U2 dan yang terendah adalah perlakuan P3 ini berarti bahwa umur memainkan peranan dalam pertumbuhan tanaman yang artinya semakin tinggi umur tanaman maka akan memiliki ketahanan yang lebih besar (Bos, 1994).
(46)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi Mycosphaerella spp pada daun Eucalyptus spp adalah berbentuk bercak yang berwarna kuning yang tidak beraturan.
2. -Intensitas serangan Mycosphaerella spp pada perlakuan klon yaitu pada minggu pertama dan keempat berpengaruh nyata sedangkan pada minggu kedua dan ketiga tidak berpengaruh nyata.
-Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata.
-Interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata.
3. –Luas serangan Mycosphaerella spp pada Perlakuan klon Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama sampai minggu keempat berpengaruh nyata.
-Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata.
-Interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata.
(47)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
4. Jenis Eucalyptus spp yang tahan terhadap serangan adalah Eucalyptus pellita dan daya virulensi yang paling besar yang disebabkan Mycosphaerella spp ini adalah Eucalyptus urophylla umur dua bulan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dibutuhkan pengamatan yang lebih lama agar diperoleh tingkat perbedaan intensitas serangan sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang memiliki tingkat ketahanan yang tinggi.
(48)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Ayensu. 1980. Eucalyptus urophylla. Hutan Tanaman Industri.
Bos, L. 1994. Pengantar Virologi Tumbuhan, Penerjemah Triharso. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Darwo. 1997. Evaluasi hasil inventarisasi tegakan Eucalyptus urophylla di HTI PT Inti Indo Rayon Utama, Sumatera Utara. Konifera No.1/Thn XIII/April/1997. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar.
Dickinson, C.H dan J.A. Lucas. 1982. Plant Pathology and Plant Pathogen. Blackwell Scientific publication oxeord.
Fry, W.E. 1982. Principle of Plant Disease Management. Academic Press INC. London.
Ganjar, I., Sjamsuridjal, dan A.Detrasi. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Johanson.1884. Scientific Classification. Wikimedia.
Khaerudin.1993. Pembibitan Hutan Tanaman Industri (HTI) Penebar Swadaya. Jakarta.
Leksono, B.S. Kurinobu dan A. Nirsatmanto. 1996. Strategi Pemuliaan Pohon Eucalyptus pellita dan Acacia mangium. Ekspose Hasil-hasil Penelitian dan Pengembangan Pemuliaan. Balai Penelitiaan dan Pengembangan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Nair, K. S.S. 2000. Insects Pest and Disease in Indonesia Forest an Assessment of the Major Threaths, Research Efforte and Literature. Center for International Forestry Research. Bogor.
Old, K.M, Wingfield, M.J, Yuan, Z.Q. 2003. A Manual of Disease of Eucalyptus in South-East Asia. Center For International ForestryResearch. Bogor. Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: gejala, penyebab dan
teknik pengendaliannya. Kanisisus. Yogyakarta
Sankaran, K.V., Sutton, B.C. and Minter, D.W. 1995. A Checklist of fungi recorded on Eucalyptus. Mycological papers 170. CABI Biosciene, Egham, surrey. 376b.
(49)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009. Sarsidi, S.1998. Penyakit Bercak Daun. FAPERTA. Medan.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sinulingga, W. 1995. Sifat Ketahanan Klon Tanaman dengan Skala Besar 1992-1995 terhadap Anatomi daun yang terserang. Pemuliaan Tanaman Indonesia. Medan.
Situmorang, H., 1995. kumpulan Makalah Lokakarya Pengendalian Penyakit Penting Tanaman. Penyelenggara Pusat Penelitian.
Stanier, R.Y.A. Adelberg dan J. L. Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Widyastuti, S. M, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wood, K.S and G.J. jellis. 1984. Plant Disease Damage and Loses, Blackwell Scientific Publication. Oxford. London. Edinburg.
Yudiwanti W.E.K. 1999. Lembaga Penelitian dan Pengabdiaan kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.L Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR
embaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT
PERTANIAN BOGOR Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(1)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
Persentase luas serangan pada mingu pertama pada perlakuan U2 yaitu 20%, minggu kedua yaitu 25%, minggu ketiga yaitu 25% dan minggu keempat yaitu 25%. Pada perlakuan P2 persentase luas serangan pada minggu pertama yaitu 10%, minggu kedua yaitu 20%, minggu ketiga yaitu 25% dan minggu keempat yaitu 25%. Perlakuan U3 pada minggu pertama diperoleh persentase luas serangan yaitu 7,5%, minggu kedua yaitu 17,5%, minggu ketiga yaitu 20% dan minggu keempat yaitu 22,5%. Perlakuan P3 persentase luas serangan yang terjadi pada minggu pertama yaitu 2,5%, minggu kedua yaitu 17,5%, minggu ketiga yaitu 20% dan minggu keempat yaitu 22,5%.
Rata-rata luas serangan yang dilakukan setiap minggunya yang diperoleh dari pembagian total serangan yang terjadi setiap minggunya.
Tabel 1. rata-rata luas serangan dari minggu I- minggu IV
No Perlakuan Rata-rata (%)
1 P3 7,89%
2 P2 8,6%
3 U3 10,68%
4 U2 14,10%
Rata-rata intensitas serangan yang tertinggi yaitu pada perlakuan U2 yaitu 14,10% dan yang terendah perlakuan P3 yaitu 7,89%. Perlakuan klon Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama sampai minggu keempat berpengaruh nyata . Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata, ini menunjukkan bahwa perlakuan kelas umur berperan dalam
(2)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
menahan serangan yang disebabkan Mycosphaerella spp, sedangkan pada interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata yang artinya bahwa tanaman dapat bertahan terhadap serangan Mycosphaerella spp.
Berdasarkan tabe l persentase luas serangan yang terjadi tiap minggunya maka didapat rata-rata pada tiap perlakuan yaitu pada perlakuan P3 yaitu 7,89%, P2 yaitu 8,6%, U3 yaitu 10,68% dan U2 yaitu 14,10%, dari rata-rata dapat dilihat bahwa klon yang tertinggi adalah perlakuan U2 dan yang terendah adalah perlakuan P3 ini berarti bahwa umur memainkan peranan dalam pertumbuhan tanaman yang artinya semakin tinggi umur tanaman maka akan memiliki ketahanan yang lebih besar (Bos, 1994).
(3)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi Mycosphaerella spp pada daun
Eucalyptus spp adalah berbentuk bercak yang berwarna kuning yang tidak
beraturan.
2. -Intensitas serangan Mycosphaerella spp pada perlakuan klon yaitu pada minggu pertama dan keempat berpengaruh nyata sedangkan pada minggu kedua dan ketiga tidak berpengaruh nyata.
-Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata.
-Interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata.
3. –Luas serangan Mycosphaerella spp pada Perlakuan klon Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama sampai minggu keempat berpengaruh nyata.
-Perlakuan kelas umur tanaman Eucalyptus spp menunjukkan pada minggu pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada minggu kedua sampai keempat tidak berpengaruh nyata.
-Interaksi antara perlakuan klon dengan perlakuan kelas umur dari minggu pertama sampai minggu keempat tidak berpengaruh nyata.
(4)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
4. Jenis Eucalyptus spp yang tahan terhadap serangan adalah Eucalyptus
pellita dan daya virulensi yang paling besar yang disebabkan
Mycosphaerella spp ini adalah Eucalyptus urophylla umur dua bulan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dibutuhkan pengamatan yang lebih lama agar diperoleh tingkat perbedaan intensitas serangan sehingga dapat diketahui jenis tanaman yang memiliki tingkat ketahanan yang tinggi.
(5)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Ayensu. 1980. Eucalyptus urophylla. Hutan Tanaman Industri.
Bos, L. 1994. Pengantar Virologi Tumbuhan, Penerjemah Triharso. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Darwo. 1997. Evaluasi hasil inventarisasi tegakan Eucalyptus urophylla di HTI PT Inti Indo Rayon Utama, Sumatera Utara. Konifera No.1/Thn XIII/April/1997. Buletin Penelitian Kehutanan. Pematang Siantar.
Dickinson, C.H dan J.A. Lucas. 1982. Plant Pathology and Plant Pathogen. Blackwell Scientific publication oxeord.
Fry, W.E. 1982. Principle of Plant Disease Management. Academic Press INC. London.
Ganjar, I., Sjamsuridjal, dan A.Detrasi. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Johanson.1884. Scientific Classification. Wikimedia.
Khaerudin.1993. Pembibitan Hutan Tanaman Industri (HTI) Penebar Swadaya. Jakarta.
Leksono, B.S. Kurinobu dan A. Nirsatmanto. 1996. Strategi Pemuliaan Pohon
Eucalyptus pellita dan Acacia mangium. Ekspose Hasil-hasil Penelitian
dan Pengembangan Pemuliaan. Balai Penelitiaan dan Pengembangan Pemuliaan Benih Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Nair, K. S.S. 2000. Insects Pest and Disease in Indonesia Forest an Assessment of the Major Threaths, Research Efforte and Literature. Center for International Forestry Research. Bogor.
Old, K.M, Wingfield, M.J, Yuan, Z.Q. 2003. A Manual of Disease of Eucalyptus in South-East Asia. Center For International ForestryResearch. Bogor. Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: gejala, penyebab dan
teknik pengendaliannya. Kanisisus. Yogyakarta
Sankaran, K.V., Sutton, B.C. and Minter, D.W. 1995. A Checklist of fungi recorded on Eucalyptus. Mycological papers 170. CABI Biosciene, Egham, surrey. 376b.
(6)
Lidya Morita Sondang : Uji Infeksi Mycosphaerella spp Terhadap Bibit Eucalyptus spp, 2009. Sarsidi, S.1998. Penyakit Bercak Daun. FAPERTA. Medan.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinaga, S. N. 2003. Ilmu Penyakit Hutan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sinulingga, W. 1995. Sifat Ketahanan Klon Tanaman dengan Skala Besar 1992-1995 terhadap Anatomi daun yang terserang. Pemuliaan Tanaman Indonesia. Medan.
Situmorang, H., 1995. kumpulan Makalah Lokakarya Pengendalian Penyakit Penting Tanaman. Penyelenggara Pusat Penelitian.
Stanier, R.Y.A. Adelberg dan J. L. Ingraham. 1982. Dunia Mikroba 1. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Widyastuti, S. M, Sumardi, Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wood, K.S and G.J. jellis. 1984. Plant Disease Damage and Loses, Blackwell Scientific Publication. Oxford. London. Edinburg.
Yudiwanti W.E.K. 1999. Lembaga Penelitian dan Pengabdiaan kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.L Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR
embaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT
PERTANIAN BOGOR Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat INSTITUT PERTANIAN BOGOR