A STUDY OF SANDLY SOIL SUPPORT WHICH IS STABILIZED USING TX-300 REVIEWED FROM CBR VALUE STUDI DAYA DUKUNG TANAH PASIR YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN TX-300 DITINJAU DARI NILAI CBR
ABSTRACT
A STUDY OF SANDLY SOIL SUPPORT WHICH IS STABILIZED USING TX-300 REVIEWED FROM CBR VALUE
By
RUDY JATMIKO
In this era, construction in civil engineering is very closely related with physical and mechanical condition of soil. It is caused that soil has a material which plays an important role in supporting civil construction itself. A construction of civil engineering needs strong and solid foundation as supporting construction on it, to make it happen is needed good subgrade strength and fulfill the requirements esthabilished. Not all of soils have good mechanical characteristics and expected in its original condition, this is caused by the differences process of soil formation, the differences of topography and geology which form the soil surface. With the differences which occur in every soil type, therefore the stability is an alternative in soil power support itself.
In this research, the soil type which used is sandly soil derived from Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur which is mixed with TX-300 (multi-purpose chemicals) with mix levels TX-300 are dissimilar 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml and 1,5 ml, with diferent treatment in sample which has been mixed with aging or 7 days and submersion for 7 days too. With different mix levels and treatments too, it is expected in increasing its soil power support can be known.
In the experiment result shows (1) sample of sandly soil which is mixed TX-300 with mix levels 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml, 1,5 ml and aging for 7 days proved capable in increasing its soil power support although doesn’t reach target which is defined as a requirement to be created as base soil (subgrade) on roadworks. (2) sample of sandly soil which has been mixed with TX-300 with mix levels 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml, 1,5 ml and through aging which is done for 7 days, aging treatment
(2)
which done can not increase its soil power support, this is usually happened in field which called as critical condition.
(3)
ABSTRAK
STUDI DAYA DUKUNG TANAH PASIR YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN TX-300 DITINJAU DARI NILAI CBR
Oleh
RUDY JATMIKO
Seiring dengan perkembangan jaman, pembangunan konstruksi dalam teknik sipil sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan mekanis tanah. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan salah satu material yang memegang peranan penting dalam mendukung suatu konstruksi sipil tersebut. Suatu kontruksi bangunan teknik sipil membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh sebagai pendukung konstruksi di atasnya, untuk mewujudkannya dibutuhkan kekuatan tanah dasar yang baik dan memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan. Tidak semua tanah tanah memiliki sifat-sifat mekanis yang baik dan diinginkan dalam kondisi aslinya, ini disebabkan adanya perbedaan proses pembentukan tanah, perbedaan tofografi dan geologi yang membentuk lapisan tanah. Dengan adanya perbedaan yang terjadi pada setiap jenis tanah maka dengan ini stabilitas adalah salah satu alternatif dalam perbaikan daya dukung tanahnya.
Dalam penelitian ini jenis tanah yang digunakan adalah tanah pasir yang berasal dari Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur yang dicampur dengan TX-300 (bahan kimia yang multi guna) dengan kadar campuran TX-300 yang berbeda-beda 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml dan 1,5 ml, serta perberbeda-bedaan perlakuan terhadap sampel yang telah dicampur yaitu dengan pemeraman selama 7 hari dan perendaman selama 7 hari. Dengan kadar campuran yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula, diharapkan peningkatan daya dukung tanahnya dapat diketahui.
Hasil penelitian menunjukkan (1) sampel tanah pasir yang telah di campur dengan TX-300 dengan kadar campuran 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml, 1,5 ml serta pemeraman selama 7 hari terbukti mampu meningkatkan daya dukung tanahnya meskipun belum mencapai target yang ditetapkan sebagai syarat untuk dijadikan tanah dasar (subgrade) pada pekerjaan jalan. (2) sampel tanah pasir yang telah dicampur dengan TX-300 dengan kadar campuran 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml, 1,5 ml
(4)
serta melalui perendaman yang dilakukan selama 7 hari, perlakuan perendaman yang dilakukan tidak dapat meningkatkan daya dukung tanahnya, ini biasa terjadi dilapangan disebut dengan kondisi kritis.
(5)
STUDI DAYA DUKUNG TANAH PASIR
YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN TX
–
300
DITINJAU DARI NILAI CBR
(Skripsi)
Oleh
RUDY JATMIKO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(6)
STUDI DAYA DUKUNG TANAH PASIR
YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN TX
–
300
DITINJAU DARI NILAI CBR
Oleh
RUDY JATMIKO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(7)
(8)
(9)
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pekalongan Lampung Timur, pada tanggal 28 Desember 1983, merupakan anak kedua dari tiga saudara pasangan Bapak Priyo Wiyono dan Ibu Suminten.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Tebing Kec. Labuhan Maringgai Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 1993. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SLTPN 1 Pekalongan Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU Muhammadiyah 1 Metro Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2002.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan D3 Teknik Jalan Raya Universitas Lampung Pada tahun 2003 yang diselesaikan pada tahun 2006. Melanjutkan kembali ke S1 Teknik Sipil Non Reguler Fakultas Teknik Universitas Lampung pada tahun 2007.
Demikian daftar Riwayat Hidup ini penulis buat dengan sesungguhnya.
(11)
MOTO
Seseorang disegani dan dihormati bukan karena apa
yang telah diperolehnya, melainkan karena apa yang
telah diberikannya.
(Calvil Coolidge)
Hidup itu memberi, karna memberi terangkan hati
seperti matahari yang menyinari bumi.
(12)
Persembahan
Dengan Kerendahan hati, kupersembahkan karya ini untuk
ayahhandaku tercinta Hi. Priyo Wiyono
Ibundaku tercinta Hj. Suminten
kakak & keluarga kecilnya serta Adikku tersayang
Istriku Tercinta Restu Nurfitri Hening dan Keluarga Besar yang
selalu memberikan nasehat dan semangat kepada penulis
Teman-temanku angkatan 2007 dan yang gak bisa penulis sebutkan
satu persatu, Azzudin, SH yang telah banyak memberikan bantuan
baik moril maupun materil kepada penulis
(13)
SANWACANA
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “STUDI DAYA DUKUNG TANAH PASIR YANG
DISTABILISASI MENGGUNAKAN TX – 300 YANG DITINJAU DARI NILAI
CBR” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung dan selaku Dosen Penguji skripsi, juga selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat selama penulis menyusun skripsi dan menempuh perkuliahan.
(14)
3. Bapak Ir. M. Jafri, M.T., selaku Dosen Pembimbing I skripsi, atas kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat selama penulis menyusun skripsi.
4. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing II skripsi, atas kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat selama penulis menyusun skripsi.
5. Seluruh Dosen pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi Mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
6. Bapak, ibu Staf Aministrasi serta seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik, Universitas Lampung, yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.
7. Teman – temanku : Angkatan 2007 pada khususnya serta angkatan yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kebaikan, kebersamaan, dukungan dan bantuan selama perkuliahan.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin . . .
Bandar Lampung, 03 Juli 2014
Penulis,
(15)
iv
D A F T A R I S I
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR NOTASI ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tanah ... 5
B. Klasifikasi Tanah ... 7
1. Sistem Klasifikasi AASHTO ... 8
2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS) ... 11
C. Tanah Pasir ... 14
1. Tanah Pasir dan Mineral yang Terkandung didalamnya... 14
2. Karakteristik Tanah Pasir ... 14
3. Sifat-sifat Mekanis Tanah Pasir ... 15
D. Stabilisasi Tanah ... 16
E. Daya Dukung Tanah ... 18
(16)
v
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
III.METODE PENELITIAN ... 25
A. Metode Pengambilan Sampel ... 25
B. Peralatan ... 25
C. Benda Uji ... 26
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan TX – 300 ... 26
E. Pelaksanaan Pengujian ... 27
F. Urutan Prosedur Penelitian ... 34
G. Analisis Hasil Penelitian ... 36
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ... 37
1. Uji Kadar Air (ω) ... 38
2. Uji Berat Jenis (Gs) ... 39
3. Uji Analisis Ukuran Butiran Tanah ... 39
4. Uji Pemadatan Tanah ... 40
B. Klasifikasi Sampel Tanah Asli ... 42
1. Sistem Klasifikasi Unified (USCS) ... 43
C. Hasil Pengujian Berat Jenis, Uji Pemadatan Tanah ... 43
1. Uji Berat Jenis (Gs) ... 43
2. Uji Pemadatan Tanah yang telah di campur TX-300 dengan Pemeraman Selama Tujuh Hari ... 45
3. Uji Pemadatan Tanah yang telah di campur TX-300 dengan Perendaman Selama Tujuh Hari... 45
D. Perbandingan Nilai CBR Tanah yang telah di stabilisasikan meggunakan TX-300 dengan pemeraman dan Tanah yang telah di Stabilisasi menggunakan TX-300 dengan Variasi Campuran TX-300 yg berbeda-beda dengan perendaman selama tujuh hari ... 47
(17)
vi
V. PENUTUP ... 49 A. Kesimpulan ... . 49 B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A SURAT – SURAT AKADEMIK
LAMPIRAN B HASIL UJI PENELITIAN LAMPIRAN C FOTO ALAT PENELITIAN
(18)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO ... 10
2.Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified ... 12
3.Penggolongan Tanah Berdasarkan Butiran ... 13
4.Sifat-sifat Mekanis Tanah Pasir ... 15
5.Hasil Pengujian Kadar Air Tanah Asli ... 38
6.Hasil Pengujian Berat Jenis (Gs) Tanah Asli ... 39
7.Hasil Pengujian Analisis Saringan ... 40
8.Hasil Pengujian Pemadatan Sampel Tanah Asli ... 41
9. .. Hasil Pengujia sampel Tanah Asli ... 42
10.Hasil Pengujian Berat Jenis ... 44
11.Hasil Pengujian Pemadatan Dengan Pemeraman ... 45
12.Hasil Pengujian Pemadatan Dengan Perendaman ... 46
(19)
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Nilai-nilai Batas Atterberg Untuk Subkelompok Tanah ... 11
2.Grafik Analisis Saringan ... 40
3.Hubungan Berat Volume Kering dengan Kadar Air Optimum ... 41
4.Hubungan Berat Jenis Dengan Kadar TX – 300 ... 45
(20)
x
DAFTAR NOTASI
γ = Berat Volume
γd = Berat Volume Kering
γw = Berat Volume Basah
γu = Berat Volume Maksimum
ω = Kadar Air
A = Luas Sampel
D = Diameter
Gs = Berat Jenis
H = Tinggi
LL = Batas Cair
PI = Indeks Plastisitas
PL = Batas Plastis
qu = Kompresibilitas
V = Volume
W = Berat Tanah
Wai = Berat Tanah Tertahan
Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan
Wc = Berat Container
(21)
xi
Wcs = Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven
Wm = Berat Mold
Wms = Berat Mold + Sampel
Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n
Ws = Berat Sampel
(22)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia membutuhkan sarana dan prasarana yang baik. Seiring dengan perkembangan jaman, pembangunan suatu konstruksi dalam teknik sipil sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik dan mekanis tanah. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan salah satu material yang memegang peranan penting dalam mendukung suatu konstruksi sipil tersebut.
Suatu konstruksi bangunan sipil membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh sebagai pendukung konstruksi di atasnya, untuk mewujudkannya dibutuhkan kekuatan tanah dasar yang baik. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua tanah memiliki sifat-sifat dan mekanis yang baik dan diinginkan dalam kondisi aslinya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan formasi proses ilmiah dalam pembentukan tanah, perbedaan topografi dan geologi yang membentuk lapisan tanah. Dalam mengatasi sifat tanah yang buruk pada suatu konstruksi bangunan sipil, sejak dahulu manusia telah mencoba untuk melakukan perbaikan tanah. Berbagai macam metode pun dilakukan, dari metode tradisonal sampai metode modern.
(23)
2
Stabilitas daya dukung tanah biasanya dipilih sebagai salah satu alternative
dalam perbaikan tanah. Perbaikan tanah dengan cara stabilitas bisa meningkatkan kepadatan dan daya dukung tanah. Stabilitas ada banyak macamnya, diantaranya menggunakan bahan campuran / additive dan melakukan pemadatan dengan cara mekanis.
Dalam penelitian ini metode stabilitas tanah dilakukan dengan menggunakan bahan campuran / additive. Bahan campuran yang akan digunakan diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan sifat-sifat tanah yang kurang baik dan kurang menguntungkan dari tanah yang akan digunakan. Untuk memperbaiki mutu tanah digunakan bahan percampuran yang salah satunya adalah TX-300.
TX-300 adalah cairan konsentrat (campuran unik bahan kimia yang multi guna), bila diaplikasikan secara tepat akan memadatkan tanah dan menjadikan struktur tanah yang keras dan tahan air. TX-300 tidak berbahaya, tidak korosif, tidak mengandung bahan penyebab alergi dan tidak mudah terbakar. TX-300 dapat digunakan hampir semua tipe tanah atau kombinasi tanah.
Pada penelitian ini akan digunakan jenis tanah pasir yang dicampur dengan TX-300 dengan kadar campuran yan berbeda yang kemudian dipadatkan dan diharapkan dengan penambahan TX-300 ini dapat meningkatkan daya dukung tanahnya.
(24)
3
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana pengaruh pencampuran TX-300 yang dianggap sebagai bahan campuran kimia untuk stabilitas pada tanah pasir dengan kadar campuran yang berbeda-beda, sampai manakah perubahan yang dialami oleh tanah yang melingkupi perubahan nilai batas-batas konsistensi (batas Atterberg) seperti cair, batas plastis, batas susut serta nilai kuat dukung tanah asli dengan tanah yang telah dicampur atau distabilisasi menggunakan TX-300 sebagai bahan additive, sehingga nantinya dapat disimpulkan bahwa TX-300 ini dapat digunakan sebagai bahan
alternative untuk stabilisasi tanah.
C. Pembatasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik tanah
sebelum dan sesudah dicampur menggunakan TX-300 dengan melaksanakan pengujian yang dilakukan di laboratorium. Adapun ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah pasir.
2. Bahan yang digunakan untuk stabilisasi tanah adalah TX-300 yang merupakan produk stabilisasi tanah secara kimiawi.
3. Pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium antara lain, sebagai berikut :
(25)
4
1) Uji Analisis Saringan 2) Uji Berat Jenis 3) Uji Kadar Air
4) Uji Pemadatan Tanah
b. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi menggunakan TX-300 meliputi :
1) Uji Berat Jenis 2) Uji Kadar Air
3) Uji Pemadatan Tanah
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan daya dukung tanah pasir yang
distabilisasikan dengan menggunakan campuran TX-300 yang dinyatakan dengan Nilai CBR.
2. Untuk mengetahui pengaruh batas-batas konsistensi dengan variasi percampuran TX-300 pada tanah pasir.
3. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisik tanah sebelum dan sesudah dilakukan stabilisasi dengan TX-300 melalui pengujian di laboratorium.
4. Untuk mengetahui proporsi TX-300 yang sesuai untuk meningkatkan daya dukung tanah.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1988). Selain itu dalam arti lain tanah merupakan akumulasi partikel mineral atau ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan (Craig,1991).
Tanah juga merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef,1994). Sedangkan Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dibawa dari pelapukan batuan dalam proses geologi yang dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus dengan peralatan pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran. (Hendarsin, 2000)
Tanah juga didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan
(27)
6
dari batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah disebabkan oleh pengaruh karbonat atau oksida yang tersenyawa diantara partikel-partikel tersebut, atau dapat juga disebabkan oleh adanya material organik bila hasil dari pelapukan tersebut di atas tetap berada pada tempat semula maka bagian ini disebut tanah sisa (residu soil). Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan (transportation soil). Media pengangkutan tanah berupa gravitasi, angin, air dan gletsyer. Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk partikel-partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa rentang ukuran.
Tanah menurut Bowles (1989) adalah campuran partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm. 3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm. Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara sungai.
(28)
7
5. Lempung (clay), partikel mineral berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang kohesif.
6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil
dari 0,001 mm.
Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah dapat digunakan mencakup semua bahan seperti lempung, pasir, kerikil dan batu-batu besar. Metode yang dipakai dalam teknik sipil untuk membedakan dan menyatakan berbagai tanah, sebenarnya sangat berbeda dibandingkan dengan metode yang dipakai dalam bidang geologi atau ilmu tanah. Sistem klasifikasi yang digunakan dalam mekanika tanah dimaksudkan untuk memberikan keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu dengan cara yang sama, seperti halnya pernyataan-pernyataan secara geologis dimaksudkan untuk memberi keterangan mengenai asal geologis dari tanah.
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).
Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai
(29)
8
dengan perilaku umum dari tanah tersebut. Tanah-tanah yang dikelompokkan dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles, 1989).
Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama. Ada dua cara klasifikasi yang umum yang digunakan :
1. Sistem Klasifikasi AASTHO
Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 dan mengalami beberapa kali revisi hingga tahun 1945 dan dipergunakan hingga sekarang, yang diajukan oleh Commite on Classification of Material for Subgrade and Granular Type Road of the Highway Research
Board (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model M145). Sistem
klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).
(30)
9
Sistem ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut : a. Ukuran butir
Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 75 mm dan tertahan pada saringan diameter 2 mm (No.10).
Pasir : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 2 mm dan tertahan pada saringan diameter 0,075 mm (No.200).
Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter 0,075 mm (No.200).
b. Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.
c. Apabila ditemukan batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) dalam contoh tanah yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentasi dari batuan yang dikeluarkan tersebut harus dicatat.
Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3. Tanah berbutir yang lebih dari 35 %
(31)
10
butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7. Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar adalah lanau dan lempung.
Untuk mengklasifikasikan tanah, maka data yang didapat dari percobaan laboratorium dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam Tabel 2.1. Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik dalam menahan beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan. Sedangkan semakin ke kanan kualitasnya semakin berkurang.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok A-1 A-3 A-2
A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Analisis ayakan (%
lolos) No.10 No.40 No.200 Maks 50 Maks 30 Maks 15 Maks 50 Maks 25 Min 51
Maks 10 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40 Batas Cair (LL)
Indeks Plastisitas (PI) Maks 6 NP
Maks 40 Maks 10 Min 41 Maks 10 Maks 40 Min 11 Min 41 Min 41 Tipe material yang
paling dominan
Batu pecah, kerikil dan pasir
Pasir halus
Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung
Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Baik sekali sampai baik
Klasifikasi umum Tanah berbutir
(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7
Analisis ayakan (% lolos)
No.10 No.40
No.200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang lolos ayakan No.40 Batas Cair (LL) Indeks Plastisitas (PI)
Maks 40 Maks 10 Maks 41 Maks 10 Maks 40 Maks 11 Min 41 Min 11 Tipe material yang
paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung
Penilaian sebagai bahan
(32)
11
Gambar 2.1 menunjukkan rentang dari batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.
Gambar 2.1 Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah. (Hary Christady, 1992)
2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)
Sistem klasifikasi tanah unified atau Unified Soil Classification System
(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan
United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.
Sistem klasifikasi USCS mengklasifikasikan tanah ke dalam dua kategori utama yaitu :
(33)
12
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50% berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol kelompok ini adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk plastisitas tinggi.
Tabel 2.2 Sistem klasifikasi tanah unified (Bowles, 1991)
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50 % L
Organik O wL > 50 % H
Gambut Pt
(34)
13
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Ta na h be rb ut ir ka sa r≥ 5 0 % b u ti ra n te rt ah an sari n g an N o . 2 0 0 K er ik il 5 0 % ≥ fra ksi k asar te rt ah an sari n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il
) GW
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % lo lo s sari n g an n o .2 0 0 : G M , G P , S W , S P . L eb ih d ar i 1 2 % l o lo s s ar in g an n o .2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % 1 2 % l o lo s sari n g an N o .2 0 0 : B at as an k la si fi k as i y an g mem p u n y ai s im b o l d o b el
Cu = D60 > 4
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
GP
Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u
s GM
Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol GC Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
Pa si r≥ 5 0 % f ra k si k as ar lo lo s sari n g an N o . 4 P asi r b er si h ( h an y a p as ir ) SW
Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Cu = D60 > 6
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol SC Pasir berlempung, campuran
pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
Ta n ah b er b u ti r h al u s 50 % at au l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La n au d an l em p u n g ba ta s c ai r ≤ 5 0 % ML
Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
60
50 CH
40 CL
30 Garis A
CL-ML
20
4 ML ML atau OH 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Garis A : PI = 0.73 (LL-20) CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
OL
Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≥ 50 % MH
Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
OH
Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488
Sumber : Hary Christady, 1996.
B at as P la st is (%)
(35)
14
C. Tanah Pasir
Tanah Pasir adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan beku serta sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
1. Tanah Pasir dan Mineral yang Terkandung di Dalamnya
Tanah Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0.074 mm sampai dengan 5 mm. berkisar dari kasar (3mm sampai 5mm) dan halus (<1mm). Jenis tanah yang termasuk tipe pasir atau kerikil (disebut juga tanah berbutir kasar) jika,setelah kerakal atau berangkalnya disingkirkan, lebih dari 65% material tersebut berukuran pasir dan kerikil (Craig 1974). Secara visual, tanah pasir dapat ditentukan melalui teksturnya, dan dengan berdasarkan penampilan pula tanah pasir lebih mudah untuk diklasifikasikan. Pasir dan kerikil dapat dibagi lagi menjadi fraksi-fraksi kasar, medium, dan halus.
2. Karakteristik Tanah Pasir
Secara partikel, ukuran partikel pasir besar dan sama atau seragam, bentuknya bervariasi dari bulat sampai persegi. Bentuk-bentuk yang dihasilkan dari abrasi dan pelarutan adalah sehubungan dengan jarak transportasi sedimen. Perilaku terjadinya massa disebabkan oleh jarak pori di antara butiran masing masing yang bersentuhan. Mineral pasir yang lebih dominan adalah kwarsa yang pada dasarnya stabil, lemah dan tidak dapat merubah bentuk. Pada suatu saat, pasir dapat meliputi granit, magnetit dan hornblende. Karena perubahan cuaca di mana akan cepat terjadi pelapukan mekanis dan terjadi sedikit pelapukan kimiawi, mungkin akan ditemui mika, feldspar atau gypsum, tergantung pada batuan asal.
(36)
15
Secara permeabilitas, pasir merupakan material yang mempunyai permeabilitas tinggi, mudah ditembus air. Kapilaritas pasir dapat dikatakan rendah, sehingga dapat diabaikan. Kekuatan hancur pasir diperoleh dari gesekan antar butiran. Dan berkenaan dengan kekuatan hancur, perlu diperhatikan bahwa pada pasir apabila lepas sedikit dapat menyebabkan keruntuhan struktur tanah. Dalam hal kemampuan berdeformasi, pasir bereaksi terhadap beban cepat seperti tertutupnya pori-pori dan padatnya butiran akibat pengaturan kembali. Deformasi atau perubahan bentuk pasir pada dasarnya plastis, dengan beberapa pemampatan elastis yang terjadi di dalam butiran-butiran. Jumlah pemampatan dihubungkan dengan gradasi kerapatan relatif dan besarnya tegangan yang bekerja. Kepekaan dan terjadinya kerapatan pasir disebabkan getaran keras dan material-material yang siap dipadatkan. Kehancuran dapat terjadi pada butiran butiran pada saat tegangan-regangan yang bekerja relatif rendah.
Pada Tabel 2.9 di bawah ini ditampilkan sifat-sifat mekanis tanah pasir, dipandang dari kebutuhan untuk konstruksi badan jalan.
Tabel 2.9 Sifat-sifat Mekanis Tanah Pasir
Sifat-sifat Pasir
Sifat-sifat Hidrolis
Permeabilitas Sangat tinggi sampai tinggi
Kapilaritas Dapat diabaikan
Kepekaan pencairan Nol sampai tinggi pada pasir
Sifat-sifat Kekuatan
Asal mula Gesekan diantara butiran φ
Kuat relative Tinggi sampai sedang
Kepekaan Tidak
(37)
16
Sifat-sifat Deformasi Besarnya (dengan beban
sedang)
Rendah sampai sedang Kemampuan untuk
dipadatkan
Memuaskan Pengembangan akibat
pembasahan
Tidak Penyusutan pada
pengeringan
Tidak
D. Stabilisasi Tanah
Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi tanah secara prinsip adalah suatu tindakan atau usaha yang dilakukan guna menaikkan kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan gesernya. Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan agregat material yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau pondasi jalan yang padat.
Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri dari salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991) : 1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti
mesin gilas (roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur, pembekuan, pemanasan dan sebagainya.
2. Bahan Pencampur (Additiver), yaitu penambahan kerikil untuk tanah kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi seperti semen, gamping, abu batu bara, semen aspal, sodium dan kalsium klorida, limbah pabrik kertas dan lain-lainnya.
(38)
17
Metode atau cara memperbaiki sifat-sifat tanah ini juga sangat bergantung pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena didalam proses perbaikan sifat-sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive untuk bereaksi. Sifat-sifat tanah yang telah diperbaiki dengan cara stabilisasi dapat meliputi kestabilan volume, kekuatan atau daya dukung, permeabilitas, dan kekekalan atau keawetan.
Menurut Bowles, 1991 beberapa tindakan yang dilakukan untuk menstabilkan tanah adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kerapatan tanah.
2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau tahanan gesek yang timbul.
3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau fisis pada tanah.
4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah). 5. Mengganti tanah yang buruk.
Tanah yang akan digunakan pada suatu konstruksi bangunan harus memiliki sifat-sifat fisik maupun teknis yang baik. Namun kenyataan menunjukan bahwa tidak semua tanah dalam kondisi aslinya memiliki sifat-sifat yang diinginkan.
(39)
18
Apabila tanah bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, permeabilitas yang terlalu tinggi, dan sifat-sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak sesuai untuk proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasi.
E. Daya Dukung Tanah
Dalam perencanaan konstruksi teknik sipil daya dukung tanah mempunyai peranan yang sangat penting, daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah untuk menerima beban dari luar sehingga menjadi labil. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase, dan lain-lain. Tingkat kepadatan dinyatakan dengan persentase berat volume kering (γk) tanah terhadap berat volume kering maksimum (γk maks).
Daya dukung tanah bisa kita dapat dengan cara mekanis seperti dengan bantuan alat berat. Ada beberapa cara seperti melakukan penggilasan dengan alat penggilas, menjatuhkan benda berat, ledakan, melakukan tekanan stastis, melakukan proses pembekuan, pemanasan dan sebagainya.
Tanah yang memiliki daya dukung yang baik memiliki tingkat kerapatan yang besar. Tanah pada kondisi ini memiliki penurunan tanah yang sangat kecil dan dalam jangka waktu yang sangat lama. Penurunan muka air tanah juga sangat besar sehingga pada drainase tanah kondisinya tidak terlalu tergenang air.
(40)
19
Tujuan perbaikan daya dukung tanah yang paling utama adalah untuk memadatkan tanah yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan spesifikasi pekerjaan tertentu. Perbaikan daya dukung juga merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel (Bowless, 1989). Energi pemadatan dilapangan dapat diperoleh dari alat-alat berat, pemadat getaran, mesin gilas dan dari benda-benda berat yang dijatuhkan. Di laboratorium untuk mendapatkan daya dukung dilakukan dengan gaya tumbukan (dinamik), alat penekan, alat tekan statik yang memakai piston dan mesin tekan.
Menurut Bowless (1989), ada beberapa keuntungan pemadatan :
1. Berkurangnya penurunan permukaan tanah (subsidence) yaitu gaya vertikal pada massa tanah akibat berkurangnya angka pori.
2. Bertambahnya kekuatan tanah.
3. Berkurangnya penyusutan, berkurangnya volume akibat berkurangnya kadar air dari nilai patokan pada saat pengeringan.
Kerugian utamanya adalah bahwa pemuaian (bertambahnya kadar air dari nilai patokannya) dan kemungkinan pembekuan tanah itu akan membesar.
F. Stabilisasi Elektro-Kimiawi TX 300
TX 300 adalah bahan polimer cair yang berfungsi untuk menstabilisasi, mengeraskan, dan menguatkan daya dukung tanah. Bahan kimia yang terkandung di TX-300 memiliki proses ikatan reaksi kimia seperti yang ditemukan di stabilisator sulfat atau klorida berbasis, yang bersifat korosif.
(41)
20
Sebaliknya, TX-300 bersifat koloid, yang dibentuk melalui pertukaran ion - menghasilkan pembentukan gel yang mengubah mereka dari cair ke padat, membentuk suatu ikatan, tetap kaku ditembus, itu memberikan ketahanan terhadap kelembaban seperti mengisi pada rongga tanah, mengurangi indeks plastisitas dan penurunan tegangan permukaan sebagai sementasi pada akhirnya meningkatkan kapasitas atau daya dukung tanah.
Polimerisasi dari TX-300 menjadi sebuah kumpulan yang solid dan ketika mengeras, menyebarkan air. Komponen mencapai viskositas maksimum dan ditetapkan menjadi kuat, ikatan anorganik yang tidak
biodegradable. Ketika diterapkan dengan baik, TX-300 menembus
permukaan untuk mengikat partikel halus bersama-sama, sehingga ikatan dan kekuatan materi dasar ada dua metode yaitu dehidrasi dan mekanisme pengaturan bahan kimia yang merubah bahan menjadi lekatan, lebih kental dan larut.
TX-300 aman terhadap lingkungan dan tidak memerlukan label peringatan berbahaya. TX-300 dapat disimpan untuk periode waktu yang panjang dalam kontainer baja. TX-300 ini adalah bahan non korosif, tidak mudah terbakar, tidak menyebabkan alergi dan tidak beracun.
TX-300 terdiri dari bahan baku alami dan tidak mengandung bahan atau produk daur ulang. Ini berisi inhibitor korosi, itu memberikan
(42)
21
100% lebih sedikit korosif dari pada air keran, sangat membantu melindungi peralatan logam.
TX 300, bila diaplikasikan secara tepat akan memadatkan tanah dan menjadikan struktur tanah yang keras dan tahan air. Fungsi lain dari TX-300 adalah :
1. Memperkuat pondasi bangunan.
2. Konstruksi landasan pesawat, lantai lapangan parkir, lantai area pergudangan dan lain-lain.
3. Memperkuat campuran beton. Karakteristik bahan TX-300 :
1. Cairan konsentrat (campuran unik bahan kimia yang multi guna), Mudah diaplikasikan (dilarutkan dengan air).
2. Tidak berbahaya, tidak korosif, tidak mengandung bahan penyebab alergi, dan tidak mudah terbakar.
3. Dapat digunakan hampir di semua tipe atau kombinasi tanah. Kecuali pasir murni (perlu dicampur dengan tanah, lempung, atau bahan lainnya).
Keuntungan menggunakan TX-300 :
1. Daya dukung yang kuat atau kokoh, TX-300 memberikan struktur dasar yang kuat sehingga mampu membuat jalan yang mulus dan tidak berdebu. 2. Waktu konstruksi yang cepat, lebih cepat dibandingkan dengan pembuatan
struktur dasar jalan yang normal.
3. Lebih ekonomis, meminimalisasi penggunaan bahan lapisan penutup jalan (aspal atau beton). Atau tidak menggunakan lapisan penutup sama sekali.
(43)
22
4. Tahan lama, baik dengan perawatan yang minimal atau tanpa perawatan sama sekali.
5. Ramah lingkungan dan aman bagi manusia (lulus persyaratan dan standard dari US EPA dan ISO 9002).
G. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dan acuan penelitian ini dikarenakan adanya kesamaan metode dan sampel tanah yang digunakan, akan tetapi untuk bahan additive dan variasi campuran serta waktu pemeraman yang berbeda, antara lain :
1. Stabilisasi Dengan Menggunakan ISS 2500
Penelitian yang dilakukan oleh Luki Sandi pada tahun 2010 adalah mengenai Stabilisasi Tanah Lunak dengan menggunakan ISS. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa penggunaan bahan campuran ISS 2500 sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung lunak Rawa Sragi mampu
meningkatkan kekuatan daya dukungnya. Penggunaan ISS 2500 juga cukup
efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah lunak yang berasal dari Rawa Sragi terutama sebagai subgrade, akan tetapi peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan
2. Stabilisasi Menggunakan ISS 2500 Dengan Variasi Waktu Perendaman
Penelitian yang dilakukan oleh Aniessa Rinny pada tahun 2010 adalah mengenai Stabilisasi Tanah Lunak menggunakan ISS dengan varisai waktu perendaman. Penggunaan ISS 2500 cukup efektif dalam
(44)
23
meningkatkan daya dukung tanah lunak yang berasal dari Rawa Sragi terutama sebagai subgrade. Faktor perendaman tanah dengan air dapat menurunkan kekuatan tanah stabilisasi ISS 2500 yang berbanding lurus dengan variasi lama waktu perendaman dan sangat signifikan perbedaannya dibandingkan dengan tanah stabilisasi ISS 2500 tanpa perlakuan perendaman.
3. Stabilisasi Dengan Semen
Penelitian yang dilakukan oleh Candra Hakim Van Rafi’i pada tahun 2009 adalah mengenai Pengaruh Durabilitas Terhadap Daya Dukung Lapisan
Soil Cement Base Pada Tanah Lempung. Hasil yang didapat adalah bahwa pengaruh dari durabilitas terhadap lapisan soil cement base yaitu menggangu kestabilan lapisan fondasi tersebut, pengaruh dari durabilitas tersebut dapat dilihat dari perilaku rendaman (siklus). Dari hasil pengujian di laboratorium, didapat bahwa terjadi penurunan nilai CBR disetiap penambahan waktu siklus.
4. Stabilisasi Dengan Aspal Buton
Penelitian yang dilakukan oleh Christian Simpa pada tahun 2010 adalah mengenai Stabilisasi Tanah Lempung menggunakan Aspal Button. Penambahan Aspal Buton terhadap nilai CBR pada stabilisasi tanah mempunyai kecenderungan yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya presentase penggunaan Aspal Buton tersebut. Tetapi penambahan Aspal Buton cenderung menurunkan nilai berat jenis bila dibandingkan dengan nilai berat jenis tanah asli tersebut, hal ini
(45)
24
disebabkan karena bercampurnya dua bahan dengan berat jenis yang berbeda.
5. Stabilisasi Tanah Timbunan Menggunakan ISS 2500
Penelitian yang dilakukan oleh Ade Ridwan pada tahun 2010 adalah mengenai Stabilisasi Tanah Timbunan menggunakan ISS 2500. Penambahan ISS terhadap nilai CBR pada stabilisasi tanah mempunyai kecenderungan yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya presentase penggunaan ISS tersebut. Tetapi penambahan ISS cenderung menurunkan nilai berat jenis bila dibandingkan dengan nilai berat jenis tanah asli tersebut. Penggunaan ISS 2500 cukup efektif jika digunakan pada jenis tanah timbunan karena meningkatan daya dukung tanah.
(46)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah pasir menggunakan tabung pipa paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa ditekan perlahan-lahan sampai kedalaman 50 cm, kemudian diangkat ke permukaan sehingga terisi penuh oleh tanah dan ditutup bagian atas dan bawah pipa dengan plastik agar terjaga kadar air aslinya. Sampel yang sudah diambil ini selanjutnya digunakan sebagai sampel untuk pengujian awal, dimana sampel ini disebut tanah tidak terganggu. Sedangkan pengambilan sampel untuk tanah terganggu, dilakukan dengan cara penggalian dengan alat sederhana menggunakan cangkul dan kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik yang telah di persiapkan untuk sampel.
B. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mold Proctor Standar, yang terdiri dari : a. Silinder Utama (silinder bagian bawah) b. Silinder sambungan (Silinder Bagian Atas)
(47)
26
c. Plat atas
d. Penumbuk
2. Pisau
3. Neraca Analitis 4. Saringan Satu Set 5. Oven
6. Cawan
7. Gelas Ukur 8. Timbangan
dan peralatan lainya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing Material (ASTM).
C. Benda Uji
Adapun benda uji yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu :
1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah pasir yang berasal dari daerah Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur.
2. Stabilizing Agent, pada pengujian ini menggunakan TX-300.
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan TX-300
Metode pencampuran masing-masing kadar larutan TX-300 adalah :
1. Larutan TX-300 dicampur dengan Air terlebih dahulu setelah itu di campur dengan sampel tanah Pasir yang telah disediakan dengan variasi kadar campuran larutan TX-300 antara lain adalah 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml dan 1,5 ml.
(48)
27
2. Sampel tanah yang sudah tercampur larutan TX-300 siap untuk dipadatkan, lalu diperam selama tujuh hari dan direndam selama empat hari. Pada pemeraman tujuh hari dilakukan pengujian batas-batas
Atterberg, serta pengujian berat jenis.
E. Pelaksanaan Pengujian
Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Pengujian yang dilakukan terdiri dari 2 bagian yaitu pengujian untuk tanah asli dan pengujian untuk tanah yang distabilisasi menggunakan TX-300.
Dasar teori pemadatan adalah usaha untuk memperoleh jenis tanah yang baik dengan :
- Memperkecil pengaruh air dalam tanah - Mengurangi ruang pori
- Memperkecil compressibilitas dan daya dorong rembesan - Menanmbah kesetabilan tanah
- Menaikkan daya dukung tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemadatan adalah : - Air
- Jenis tanah - Gradasi butiran - Jenis alat pemadat - Jumlah tumbukan.
(49)
28
1) Pengujian Sampel Tanah Asli a. Pengujian Analisis Saringan b. Pengujian Berat Jenis c. Pengujian Kadar Air
d. Pengujian Pemadatan Tanah
2) Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi larutan TX-300 a. Pengujian Berat Jenis
b. Pengujian Kadar Air c. Pengujian Pemadatan
Pada pengujian tanah yang distabilisasi, setiap sampel tanah dibuat campuran dengan kadar larutan TX-300 yaitu 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml dan 1,5 ml dengan dilakukan masa pemeraman yang sama yaitu selama tujuh hari dan perendaman tujuh hari dan kemudian dilakukan pengujian.
1. Uji Analisis Saringan
Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan sampel tanah melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui presentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991). Langkah Kerja :
a. Mengambil sampel tanah sebanyak 500 gram, memeriksa kadar airnya. b.Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan
(50)
29
c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar selama kira-kira 15 menit.
d.Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atasnya.
Perhitungan :
a. Berat masing-masing saringan (Wc)
b.Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas saringan (Wcs)
c. Berat tanah yang tertahan (Ws) = Wcs – Wc
d.Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Ws Wtot)
e. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)
f. Presentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :
qi 100% pi%
q
11 qi p
i1Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter maksimum sampai saringan No.200)
2. Uji Berat Jenis
% 100
x W
Wc Wcs Pi
total
(51)
30
Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos saringan No.4. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200 (diameter = 0,074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM D-854.
Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :
a. Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.
b.Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan No.4 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu.
c. Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya. d.Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.
e. Mengambil sampel tanah.
f. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.
g. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.
h.Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat hasilnya dalam temperatur tertentu.
Perhitungan : Dimana : ) W W ( ) W W ( W W Gs 2 3 1 4 1 2
(52)
31
Gs = Berat jenis
W1 = Berat picnometer (gram)
W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram) W3 = Berat picnometer, tanah, dan air (gram) W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)
3. Uji Kadar Air
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-2216.
Bahan : Sampel tanah asli seberat 30-50 gram sebanyak 3 sampel. Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :
a. Menimbang cawan yang akan digunakan dan memasukkan benda uji kedalam cawan dan menimbangnya.
b.Memasukkan cawan yang berisi sampel ke dalam oven dengan suhu 110oC selama 24 jam.
c. Menimbang cawan berisi tanah yang sudah di oven dan menghitung prosentase kadar air.
Perhitungan :
a) Berat cawan + berat tanah basah = W1 (gr) b) Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr) c) Berat air = W1 – W2 (gr)
d) Berat cawan = Wc (gr)
(53)
32
f) Kadar air (ω) = W1 – W2 x (100%) W2 – Wc
4. Uji Pemadatan Tanah (ProctorStandard)
Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan kepadatan tanah. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-1557.
Adapun langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain : a.Penambahan Air
1) Mengambil tanah sebanyak 60 kg dengan menggunakan karung goni lalu dijemur.
2) Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan tangan.
3) Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No.200 4) Butiran tanah yang tertahan saringan No.200 dipindahkan atas 5
bagian, masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam plastik dan ikat rapat-rapat.
5) Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah untuk menentukan kadar air awal.
6) Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka, tanah tidak hancur dan tidak lengket ditangan.
(54)
33
Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah.
7) Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat dihitung dengan rumus :
Wwb = wb . W 1 + wb
W = Berat tanah
Wb = Kadar air yang dibutuhkan
Penambahan air : Ww = Wwb – Wwa
8) Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan tembok pengaduk.
b.Pemadatan tanah
1) Menimbang mold standar beserta alas.
2) Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan. 3) Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai
dengan penambahannya.
4) Dengan modified proctor, tanah dibagi kedalam 5 bagian. Bagian pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25 kali sampai merata. Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk bagian kedua, ketiga, keempat dan kelima, sehingga bagian kelima mengisi sebagian collar (berada sedikit diatas bagian mold).
5) Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold
(55)
34
6) Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya.
7) Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah (alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk pemeriksaan kadar air (w).
8) Mengulangi langkah kerja b.2 sampai b.7 untuk sampel tanah lainnya, maka akan didapatkan 6 data pemadatan tanah.
Perhitungan : Kadar air :
a) Berat cawan + berat tanah basah = Wcs (gr) b) Berat cawan + berat tanah kering = Wcd (gr) c) Berat air = W1 – W2 (gr)
d) Berat cawan = Wc (gr)
e) Berat tanah kering = Wcd – Wc (gr) f) Kadar air (ω) = Wcs – Wcd (%)
Wcd – Wc
sudah mencapai 20% tetapi sampel tanah belum runtuh maka percobaan dapat dihentikan.
F. Urutan Prosedur Penelitian
1. Hasil pengujian analisis saringan dan batas atterberg untuk tanah asli akan digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO dan USCS.
(56)
35
2. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli, maka akan didapatkan grafik hubungan berat volume kering dan kadar air, yang kemudian digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air kondisi optimum. 3. Melakukan penentuan jumlah kadar efektif TX-300 yang diperlukan untuk
sampel tanah.
Adapun langkah-langkahnya yaitu :
a. Menentukan kepadatan kering maksimum tanah yang belum mengalami perlakuan.
b. Mengalikan kepadatan kering maksimum dalam kilogram dengan 0,15 (mewakili standar lapisan 150 mm).
c. Tentukan tingkat aplikasi TX-300 yang dibutuhkan. Pada jenis tanah pasir dengan presentase partikel tanah yang tinggi digunakan 0,05 L/m². d. Perhitungan penentuan kadar efektif TX-300 :
MDD = 1030 kg/m³ ; TX-300 = 0,05 L/m² ; sampel Laboratorium = 6 kg
1030 x 0,15 = 154,5 kg
(0,05) x 6 = 0,3 ml
4. Setelah kadar efektif TX-300 telah ditentukan, lalu dilakukan modifikasi kadar TX-300 dengan melakukan penambahan 0,3 ml dari kadar standar TX-300 sebanyak tiga kali. Sehingga variasi kadar larutan TX-300 menjadi 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml dan 1,5 ml.
5. Menyiapkan sempel tanah pasir yang akan distabilisasi dan sampel tanah yang digunakan.
(57)
36
G. Analisis Hasil Penelitian
Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari : 1. Hasil dari pengujian sampel tanah asli ditampilkan dalam bentuk tabel dan
digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO dan USCS. 2. Dari hasil pengujian sampel tanah asli terhadap masing-masing pengujian
seperti uji analisis saringan, uji berat jenis, uji kadar air dan uji pemadatan tanah, akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang nantinya akan didapatkan kadar air kondisi optimum.
3. Dari hasil pengujian pemadatan yang telah dilakukan terhadap masing-masing sampel dengan kadar campuran larutan TX-300, yaitu 0,6 ml, 0,9 ml, 1,2 ml dan 1,5 ml akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian.
4. Dari seluruh analisis hasil penelitian tersebut, maka akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.
(58)
37
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Pemeraman
7 hari tanpa perendaman
Uji Berat Jenis Uji Kadar Air Uji Pemadatan
Pengujian
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai
Analisa Saringan Berat Jenis
Kadar Air Pemadatan Tanah Pengujian Awal (Tanah Asli)
Mulai
Pengambilan Sampel Tanah Asli
Pemeraman 7 hari dengan perendaman 7 hari Sampel 1
Kadar TX-300 : 0,6 ml
Sampel 2 Kadar TX-300 :
0,9 ml
Sampel 3 Kadar TX-300 :
1,2 ml Pencampuran Sampel
Tanah Asli + Kadar Larutan TX-300
Sampel 4 Kadar TX-300 :
(59)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel tanah pasir yang distabilisasi menggunakan TX – 300, maka diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Sampel tanah yang digunakan berasal dari daerah Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur, menurut sistem klasifikasi AASHTO digolongkan pada kelompok tanah pasir. Tanah golongan ini termasuk golongan tanah biasa sampai kurang baik digunakan sebagai tanah dasar pondasi. Berdasarkan klasifikasi USCS tanah tersebut digolongkan kedalam golongan tanah berbutir kasar (pasir).
2. Pemakaian kadar TX – 300 sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah Pasir mampu menaikkan nilai Berat Jenis tanah pada setiap penambahan kadar TX – 300.
3. Tanah Pasir yang telah di stabilisasikan menggunakan TX-300 tidak dapat mencapai nilai CBR yang telah ditentukan untuk lapis pondasi bawah (subgrade) pada pekerjaan jalan yaitu sebesar 10% dikarenakan kurang bisa mengikatnya cairan TX-300 dengan sampel tanah pasir yang dijadikan bahan percobaan.
(60)
51
4. Dari hasil uji pemadatan yang telah dilakukan untuk mengetahui nilai daya dukung tanah dengan pemeraman selama 7 hari untuk campuran 0,6 ml mendapatkan nilai CBR 5,2%, untuk penambahan campuran 0,9 ml mendapatkan nilai CBR 5,3%, penambahan campuran 1,2 ml mendapatkan nilai CBR 6,5% dan untuk penambahan campuran 1,5 ml mendapatkan nilai CBR 9,4%.
5. Hasil uji Pemadatan untuk mengetahui nilai daya dukung tanah yang dilakukan dengan perendaman selama 7 hari menggunakan campuran 0,6 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 4,0%, sedangkan campuran 0,9 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 5,0%, penambahan campuran 1,2 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 6,2%, dan penambahan campuran 1,5 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 3,9%.
6. Dari hasil pengujian Laboratorium terhadap sampel tanah pasir yang telah distabilisasikan menggunakan TX-300 mendapatkan nilai daya dukung terbesar (optimum) pada pemeraman selama 7 hari dengan kadar campuran 1,5 ml mendapatkan nilai Daya dukung tanah qu sebesar 9,4%, sedangkan sampel yang di rendam selama 7 hari dengan kadar campuran yang sama yaitu 1,5 ml diperoleh nilai qu sebesar 3,9% menurunya nilai daya dukung tanah terjadi akibat perendaman yang dilakukan. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel tanah pasir yang telah di stabilisasikan menggunakan bahan Elektron Kimiawi khususnya dalam hal ini TX-300 tidak mampu meningkatkan nilai daya dukung tanahnya pada kondisi kritis atau pada saat terendam.
(61)
52
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan TX – 300, disarankan beberapa hal dibawah ini :
1. Mengetahui efektif atau tidak campuran TX – 300 perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah dari jenis lainnya dengan menggunakan komposisi campuran yang sama atau berbeda, sehingga akan diketahui perilaku tanah yang terjadi dan perubahan sifat fisik atau mekanik akibat pengaruh penambahan dari TX – 300 ke dalam campuran tanah.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sifat campuran kadar TX – 300 terhadap kadar campuran yang bervariasi dan waktu pemeraman dan perendaman yang berbeda.
3. Penelitian yang lebih luas dan komprehensif masih diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kualitas stabilitas tanah Pasir terhadap efek jangka panjangnya (long term effect) terhadap pengaruh campuran tanah dengan TX – 300.
(62)
DAFTAR PUSTAKA
Agesfinaldi, Nivo. Novriansyah. 2008. Laporan Praktikum Mekanika Tanah II. Bandar Lampung.
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Analisis dan Desain Pondasi I. PT. Erlangga. Jakarta.
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I . PT. Erlangga. Jakarta.
Eka, Yuliana. 2011. Studi Daya Dukung Tanah Lempung Organik yang Distabilisasi Menggunakan Abu Batu Gunung Merapi. Skripsi. Universitas Lampung.
Frandustie, Andri. 2010. Pemanfaatan Sekam Padi Pada Stabilisasi Tanah Organik Dengan Menggunakan Semen. Skripsi. Universitas Lampung. Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hendarsin, S. L. 2000. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Kawulusan, Ave. 2009. Studi Penurunan Tanah Gambut Mengunakan Bahan Ijuk Pada Kondisi Single Drain Dengan Pembebanan Bertahap. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.
Laboratorium Mekanika Tanah. 2006. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I & II. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sukirman, S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung. Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
(63)
Usman, Taufik. 2008. Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus Yang Distabilisasi Menggunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi dan CBR Rendaman. Skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.
(1)
37
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Pemeraman
7 hari tanpa perendaman
Uji Berat Jenis Uji Kadar Air Uji Pemadatan Pengujian Analisis Hasil Kesimpulan Selesai Analisa Saringan Berat Jenis Kadar Air Pemadatan Tanah Pengujian Awal (Tanah Asli)
Mulai
Pengambilan Sampel Tanah Asli
Pemeraman 7 hari dengan perendaman 7 hari Sampel 1
Kadar TX-300 : 0,6 ml
Sampel 2 Kadar TX-300 :
0,9 ml
Sampel 3 Kadar TX-300 :
1,2 ml Pencampuran Sampel Tanah Asli + Kadar Larutan TX-300
Sampel 4 Kadar TX-300 :
(2)
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel tanah pasir yang distabilisasi menggunakan TX – 300, maka diperoleh beberapa kesimpulan : 1. Sampel tanah yang digunakan berasal dari daerah Pasir Sakti, Kabupaten Lampung
Timur, menurut sistem klasifikasi AASHTO digolongkan pada kelompok tanah pasir. Tanah golongan ini termasuk golongan tanah biasa sampai kurang baik digunakan sebagai tanah dasar pondasi. Berdasarkan klasifikasi USCS tanah tersebut digolongkan kedalam golongan tanah berbutir kasar (pasir).
2. Pemakaian kadar TX – 300 sebagai bahan stabilisasi terhadap tanah Pasir mampu menaikkan nilai Berat Jenis tanah pada setiap penambahan kadar TX – 300.
3. Tanah Pasir yang telah di stabilisasikan menggunakan TX-300 tidak dapat mencapai nilai CBR yang telah ditentukan untuk lapis pondasi bawah (subgrade) pada pekerjaan jalan yaitu sebesar 10% dikarenakan kurang bisa mengikatnya cairan TX-300 dengan sampel tanah pasir yang dijadikan bahan percobaan.
(3)
51
4. Dari hasil uji pemadatan yang telah dilakukan untuk mengetahui nilai daya dukung tanah dengan pemeraman selama 7 hari untuk campuran 0,6 ml mendapatkan nilai CBR 5,2%, untuk penambahan campuran 0,9 ml mendapatkan nilai CBR 5,3%, penambahan campuran 1,2 ml mendapatkan nilai CBR 6,5% dan untuk penambahan campuran 1,5 ml mendapatkan nilai CBR 9,4%.
5. Hasil uji Pemadatan untuk mengetahui nilai daya dukung tanah yang dilakukan dengan perendaman selama 7 hari menggunakan campuran 0,6 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 4,0%, sedangkan campuran 0,9 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 5,0%, penambahan campuran 1,2 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 6,2%, dan penambahan campuran 1,5 ml mendapatkan nilai CBR sebesar 3,9%.
6. Dari hasil pengujian Laboratorium terhadap sampel tanah pasir yang telah distabilisasikan menggunakan TX-300 mendapatkan nilai daya dukung terbesar (optimum) pada pemeraman selama 7 hari dengan kadar campuran 1,5 ml mendapatkan nilai Daya dukung tanah qu sebesar 9,4%, sedangkan sampel yang di rendam selama 7 hari dengan kadar campuran yang sama yaitu 1,5 ml diperoleh nilai qu sebesar 3,9% menurunya nilai daya dukung tanah terjadi akibat perendaman yang dilakukan. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel tanah pasir yang telah di stabilisasikan menggunakan bahan Elektron Kimiawi khususnya dalam hal ini TX-300 tidak mampu meningkatkan nilai daya dukung tanahnya pada kondisi kritis atau pada saat terendam.
(4)
52
B. Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan TX – 300, disarankan beberapa hal dibawah ini :
1. Mengetahui efektif atau tidak campuran TX – 300 perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah dari jenis lainnya dengan menggunakan komposisi campuran yang sama atau berbeda, sehingga akan diketahui perilaku tanah yang terjadi dan perubahan sifat fisik atau mekanik akibat pengaruh penambahan dari TX – 300 ke dalam campuran tanah.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sifat campuran kadar TX – 300 terhadap kadar campuran yang bervariasi dan waktu pemeraman dan perendaman yang berbeda.
3. Penelitian yang lebih luas dan komprehensif masih diperlukan, khususnya untuk meningkatkan kualitas stabilitas tanah Pasir terhadap efek jangka panjangnya (long term effect) terhadap pengaruh campuran tanah dengan TX – 300.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Agesfinaldi, Nivo. Novriansyah. 2008. Laporan Praktikum Mekanika Tanah II. Bandar Lampung.
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Analisis dan Desain Pondasi I. PT. Erlangga. Jakarta.
Craig, R.F. 1991. Mekanika Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I . PT. Erlangga. Jakarta.
Eka, Yuliana. 2011. Studi Daya Dukung Tanah Lempung Organik yang Distabilisasi Menggunakan Abu Batu Gunung Merapi. Skripsi. Universitas Lampung.
Frandustie, Andri. 2010. Pemanfaatan Sekam Padi Pada Stabilisasi Tanah
Organik Dengan Menggunakan Semen. Skripsi. Universitas Lampung.
Hardiyatmo, Hary Christady. 1992. Mekanika Tanah 1. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah 2. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hendarsin, S. L. 2000. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
Kawulusan, Ave. 2009. Studi Penurunan Tanah Gambut Mengunakan Bahan Ijuk
Pada Kondisi Single Drain Dengan Pembebanan Bertahap. Skripsi
Universitas Lampung. Lampung.
Laboratorium Mekanika Tanah. 2006. Buku Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah I & II. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sukirman, S. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Penerbit Nova. Bandung. Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
(6)
Usman, Taufik. 2008. Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus Yang Distabilisasi Menggunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi dan CBR Rendaman. Skripsi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Yogyakarta Verhoef, P.N.W. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. PT. Erlangga. Jakarta.